Professional Documents
Culture Documents
1 Jurnal ilmiah ini merupakan bagian dari Skripsi (S1) pada Program Reguler 2, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
Universitas Diponegoro Semarang
dengan judul: Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap Reaksi Investor dengan Environmental
Performance Rating dan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi (Muh. Zulfa, 2011).
2 Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang, Tel. +6285640401110,
Email/Facebook/twitter: Julpa_boy@yahoo.co.id
3 Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan selaku dosen
pembimbing karya ilmiah ini, Tel. +628156516318, email: handayanifeundip@yahoo.com
I.
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, terdapat berbagai penelitian mengenai pengaruh Corporate Social
cenderung tidak tertarik terhadap aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
tersebut, hal ini terbukti secara empiris dimana pengungkapan CSR tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar.
Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitian-penelitian tersebut menimbulkan
keraguan baik bagi akademisi maupun bagi praktisi. Bagi akademisi, sebuah teori akan
menjadi bias kalau hasil uji terhadap teori terhadap teori tersebut adalah tidak konsisten.
Yang menjadi pertanyaan bagi praktisi adalah: apa manfaat yang akan diperoleh dari
pengungkapan CSR? dengan demikian, isu ini menjadi topik yang penting untuk diteliti
kembali, untuk menjawab pertanyaan tersebut dan membuktikan kebenaran sebuah teori.
Ditinjau dari teori agensi, adannya kontradiksi penelitian-penelitian terdahulu dapat
diakibatkan karena adannya faktor beliefs para investor sebagai principal terhadap informasi
yang dipublikasikan (dalam hal ini CSR-disclosure) oleh manajemen sebagai agent. Menurut
Donato et al. (2007), bahwa Investor dapat menganggap informasi CSR hanya sebuah iklan
sehingga isi dari informai terebut tidak akurat dan dapat dilebih-lebihkan. Sebagian investor
merasa tidak percaya terhadap informasi CSR, karena informasi tersebut hanya bersifat
voluntary untuk pengungkapannya, belum ada standar baku yang mengatur pengungkapan
CSR, dan tidak ada yang menjamin kebenaran dari isi laporan tersebut sehingga diragukan
reliabilitas dan verifiabilitas-nya. Untuk meningkatkan reliabilitas dan verifiabilitas informasi
maka perlu penilaian dari pihak independen serta dipastikan bahwa fungsi pengawasan dan
pengendalian perusahaan telah berjalan dengan baik.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Pengumuman
(disclosure)
Ada
abnormal
return
Tidak ada
abnormal
return
ADA
KANDUNGAN
INFORMASI
TIDAK ADA
KANDUNGAN
INFORMASI
baik dimensi Ekonomi, Lingkungan maupun dimensi Sosial dapat berpengaruh terhadap
besarnya return. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR sesuai harapan investor, semakin
tinggi pula return saham yang sebenarnya terjadi (reality return). Dengan kata lain, kelebihan
return dari yang diharapkan oleh investor akan meningkat dengan adanya sebuah goodnews
tersebut. Adanya selisih dari return realisasi dan return yang diharapkan adalah abnormal
return. Dari uraian tersebut maka, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian adalah:
H1a = CSR-disclosure dimensi Ekonomi berpengaruh positif terhadap Abnormal Return
H1b = CSR-disclosure dimensi Lingkungan berpengaruh positif terhadap Abnormal Return
H1c = CSR-disclosure dimensi Sosial berpengaruh positif terhadap Abnormal Return
Peran Enveronmental Performance Rating Dalam Memperkuat Hubungan Antara CSRdisclosure dan Reaksi Investor Yang Ditunjukan Dengan Adanya Abnormal Return
Ditinjau dari teori agensi, manajemen yang bertindak sebagai agent menyusun CSRdisclosure dengan harapan agar laporan tersebut dapat menjadi goodnews bagi investor
(principal). Namun apabila pada kenyataanya, kinerja sosial dan lingkungan yang dilakukan
perusahaan adalah buruk dan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan
dimasa yang akan datang, maka sebisa mungkin manajer akan menutupi kinerja yang buruk
kepada para investor maupun stakeholder lainya dengan memanfaatkan fleksibilitas dalam
penyampaian CSR kepada stakeholder. Maka CSR-disclosure tidak menjadi badnews yang
akan menurunkan reputasi manajer itu sendiri dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dengan demikian, timbul adanya adverse section dimana manajer lebih mengetahui
informasi kinerja sosial yang sebenarnya dari pada para inverstor.
Dalam hal tersebut diatas, juga terjadi conflict of interest antara manajemen selaku
penyusun laporan dan investor selaku pengguna laporan. Investor jangka panjang
mengharapkan prospek return dimasa yang akan datang dan kepastian adannya sustainability
development. Disisi lain, manajemen cenderung memiliki daya pikir terbatas mengenai
presepsi masa mendatang (bounded rationality), sehingga aktivitas CSR dianggap tidak perlu
dengan pertimbangan cost yang terjadi saat ini dan benefit dimasa yang akan datang yang
susah diukur nilai ekonomisnya. Selain itu, manajer juga bersifat self interest dimana manajer
akan lebih suka untuk memakmurkan dirinnya sendiri dari pada mengeluarkan banyak biaya
untuk bertanggungjawab kepada pihak lain. Oleh karena itu, CSR-disclosure hanya dijadikan
sebagai instrument of advertising, manajemen menghindari informasi yang relevan (Donato
et al., 2007). Dengan demikian harus ada pihak yang independen untuk menilai kinerja CSR
perusahaan.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH) dapat dikatakan sebagai pihak yang
independen antara pihak manajemen (agent) maupun Investor (principal), Sehingga
informasi yang disampaikan KLH dalam bentuk PROPER adalah lebih transparan dan
reliabel. Informasi berbentuk PROPER dapat membentuk suatu kepercayaan baru dikalangan
para investor mengenai kinerja CSR perusahaan. Selanjutnya, kepercayaan itu dapat
mengubah fungsi demand dan supply investor terhadap sekuritas yang diterbitkan perusahaan
sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Peningkatan harga saham yang tak terduga akan
meningkatkan return berupa capital gain diatas return yang diharapkan investor. Oleh sebab
itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara CSR-disclosure baik dimensi Ekonomi,
Lingkungan, dan Sosial dan reaksi investor yang ditunjukan dengan Abnormal Return dapat
diperkuat oleh informasi berbentuk PROPER. Dari uraian diatas, maka hipotesis kedua dalam
penelitian ini adalah:
H2a = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR Disclosure
dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return
H2b = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR Disclosure
dimensi Lingkungan dengan Abnormal Return
H2c = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR Disclosure
dimensi Sosial dengan Abnormal Return
Peran Mekanisme Internal Corporate Governance Dalam Memperkuat Hubungan
Antara CSR-disclosure dan Reaksi Investor Yang Ditunjukan Dengan Adanya
Abnormal Return
CSR-disclosure ditunjukan kepada pengguna laporan termasuk shareholder atau
investor dengan maksud sebagai signal bahwa perusahaan memiliki keperdulian terhadap
dampak dari aktivitas yang telah dilakukan dan taat peraturan. Perusahaan mengharapkan
investor akan bereaksi positif terhadap itikad baik yang dilakukan perusahaan kepada
lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan harga
saham. Namun demikian, disclosure menjadi tidak berarti dan diragukan reliabilitasnya
ketika subjek pengungkap memiliki kepentingan yang berbeda dengan investor sebagai
pengguna laporan. Investor mengharapkan manajerial perusahaan dapat meningkatkan
kemakmuran mereka tanpa mengorbankan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk
karyawan, masyarakat sekitar, dan lingkungan. Di lain pihak, manajerial seringkali bertindak
demi kepentingan pribadi (self interest) tanpa memandang kepentingan investor apalagi
stakeholder lainnya.
Tanpa fungsi monitoring yang baik terhadap tata kelola perusahaan (good corporate
governance), menejerial perusahaan dapat memanfaatkan fleksibilitas dalam menyusun
laporan sedemikian rupa sehingga kinerja perusahaan terlihat baik dengan tujuan
meningkatkan reputasi tanpa upaya yang benar-benar dilakukan. Dengan demikian, fungsi
monitoring perusahaan menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan (trust) invertor terhadap kinerja perusahaan.
Fungsi monitoring yang baik, menjadi guarantee bagi investor terhadap sebuah
pengungkapan kinerja perusahaan termasuk CSR-disclosure. Adanya guarantee menjadikan
CSR-disclosure memiliki content sehingga dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan
keputusan investasi (decesion making). Penelitian Rustiarini (2010) secara empiris
membuktikan adannya pengaruh corporate governance pada hubungan antara pengungkapan
CSR dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa salah satu tujuan
pelaksanaan corporate governance adalah meningkatkan kepercayaan investor dan
stakeholder lainnya terhadap pengungkapan CSR, sehingga diharapkan dengan adannya
peningkatan penerapan corporate governance akan meningkatkan kualitas pengungkapan
CSR (CSR-disclosure).
Dari uraian diatas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3a = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR
Disclosure dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return
H3b = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR
Disclosure dimensi Lingkungan dengan Abnormal Return
H3c = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR
Disclosure dimensi Sosial dengan Abnormal Return
IHSI it IHSI it 1
IHSI t -1
Rmt =
IHSG mt IHSG mt 1
IHSG mt 1
AR it = Rit Rmt
Dimana:
ARit
Rit
Rm
IHSIit
CARit=
ARi,a
a=t1
Dimana:
CAR it
instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan.
Selanjutnya, skor dari setiap item untuk masing-masing dimensi dijumlahkan dibagi skor
yang diharapkan untuk memperoleh indeks setiap dimensi pengungkapan pada masingmasing perusahaan sampel. Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks dimensi CSRdisclosure adalah sebagai berikut:
CSDI-EC j =
X IjEC
n j EC
CSDI-EN j =
X IjEN
n j EN
CSDI-SO j =
X IjSO
n j SO
Dimana:
CSDI ECJ
CSDI ENJ
CSDI SOJ
Xij
Peringkat
Emas
Hijau
Biru
Peringkat
Biru minus
Merah
Merah minus
Hitam
Tabel 3.1
Skor Peringkat PROPER
Kriteria
Sangat sangat baik
Sangat baik
Baik
Kriteria
Cukup
Buruk
Sangat buruk
Sangat sangat buruk
Skor
7
6
5
Skor
4
3
2
1
No
1.
Tabel 3.2
Definisi Oprasional Variabel Corporate Governance
Organ
Definisi
Pedoman
Pengukuran Skala
Komisaris
Organ
perusahaan -Keputusan
Proporsi
Rasio
Independen yang diangkat oleh Direksi
PT. komisaris
RUPS sebagai fungsi
Bursa Efek
independen
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
10
No
2.
3.
Organ
Komite
Audit
Definisi
pengawas pengelolaan
perusahaan
dan
penasehat direksi yang
memiliki sikap mental
independen
Pedoman
Jakarta
BEJ
Nomor: Kep315/BEJ/062000
-Keputusan
Direksi
PT.
BEI Nomor:
Kep305/BEJ/072004
- ASX
Peraturan
Pencatatan
Efek Nomor IA dalam
Lampiran
I
Keputusan
Direksi
PT
Bursa
Efek
Jakarta Nomor
:
Kep305/BEJ/072004
Pengukuran
yang dimiliki
perusahaan
Skala
-Pedoman
Umum GCG
Indonesia
(oleh KNKG)
Jumlah
Rasio
komite
Nominasi
dan
Remunerasi
yang dimiliki
perusahaan
dan sesuai
dengan
kriteria
Jumlah
Rasio
komite audit
yang dimiliki
perusahaan
dan sesuai
dengan
kriteria
11
No
4.
Organ
Komite
Manajemen
Resiko
5.
Komite
GCG
Definisi
Komite yang bertugas
membantu
Dewan
Komisaris
dalam
mengkaji
sistem
manajemen
risiko
yang disusun oleh
Direksi serta menilai
toleransi risiko yang
dapat diambil oleh
perusahaan
Komite yang bertugas
membantu
Dewan
Komisaris
dalam
mengkaji
kebijakan
GCG
secara
menyeluruh
yang
disusun oleh Direksi
serta
menilai
konsistensi
penerapannya,
termasuk
yang
bertalian dengan etika
bisnis
dan
tanggungjawab sosial
perusahaan (corporate
social responsibility).
Pedoman
-Pedoman
Umum GCG
Indonesia
(oleh KNKG)
Pengukuran
Jumlah
komite
Manajemen
Resiko yang
dimiliki
perusahaan
Skala
Rasio
-Pedoman
Umum GCG
Indonesia
(oleh KNKG)
Jumlah
Rasio
komite GCG
yang dimiliki
perusahaan
dan sesuai
dengan
kriteria
12
lampiran peraturan no. X.K.6, sedangkan publikasi tidak diwajibkan. Dengan demikian,
tidak semua perusahaan yang terdaftar di BEI mempublikasikan atau memberikan izin
untuk mempublikasikan annual report kepada masyarakat luas.
Metode Analisis
Atas objek penelitian dilakukan 4 tahapan analisis dengan berurutan yaitu: (1) Analisis
Statistik Deskriptif, (2) Analisis Faktor, (3) Uji Asumsi Klasik, (4) Regresi Berganda. Tahap
yang pertama adalah analisis deskriptif, analisis ini digunakan untuk mendeskripsifkan
variabel-variabel dalam penelitian. Alat yang digunakan untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan adalah rata-rata, median, maksimum, minimum, dan standar devisiasi,
sedangkan nilai kurtosis dan skewness untuk melihat kemencengan data, untuk selanjutnya
membuang data outlier yaitu data yang memiliki nilai z diatas 2,5.
Analisis yang kedua adalah analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk meringkas
informasi (summarize) informasi yang ada dalam variabel asli (awal) menjadi satu set
dimensi baru atau variabel faktor. Untuk dapat dilakukan analisis faktor maka matrik data
harus memililki korelasi yang cukup. Uji yang dilakukan untuk melihat interkorelasi antar
variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah measure of sampling adequency
(MSA). Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0,50 maka analisis faktor
tidak dapat dilakukan. Selain itu, digunakan anti image matrices untuk mengetahui variabel
yang memiliki nilai korelasi < 0,50 untuk selanjutnya dibuang dan tidak digunakan lagi untuk
analisis faktor selanjutnya.
Analisis yang ketiga adalah uji asumsi klasik. Menurut Ghozali (2006), bahwa dalam
pengujian persamaan regresi berganda terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar yang harus
dipenuhi terlebih dahulu, asumsi-asumsi tersebut adalah model regresi tidak terjadi
multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan data terdistribusi secara normal.
Setelah memenuhi asumsi klasik maka dilakukan Regresi Berganda untuk menguji hipotesis.
Model regresi yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi adalah uji nilai
selisih mutlak (absolute difference value). Penelitian ini menggunakan uji nilai selisih mutlak
dengan alasan yaitu (1) model ini mampu mengatasi multikolinearitas yang umumnya terjadi
sangat tinggi apabila menggunakan uji interaksi, (2) model ini memasukkan variabel efek
utama dalam analisis regresi, sedangkan uji residual hanya memasukkan efek interaksi saja.
Dengan demikian terdapat 3 model dalam penelitian ini. Model pertama digunakan untuk
menguji hipotesis 1, model kedua untuk uji hipotesis 2, dan model ketiga untuk menguji
hipotesis ketiga. Adapun rumus persamaan ketiga model sebagai berikut:
13
Model regresi 1:
CAR = a + b1CSDI-EC + b2CSDI-EN + b3CSDI-SO + e
Model regresi 2:
CAR = a + b1ZCSDI-EC + b2ZCSDI-EN + b3ZCSDI-SO + b4ZEnP + b6AbsCSDIEC_EnP + b6AbsCSDI-EN_EnP + b7AbsCSDI-SO_EnP + e
Model regresi 3:
CAR = a + b1ZCSDI-EC + b2ZCSDI-EN + b3ZCSDI-SO + b4ZCG + b5AbsCSDI-EC_CG
+ b6AbsCSDI-EN_CG + b7AbsCSDI-SO_CG + e
Dimana:
CAR
: Comulative Abnormal Return
CUTV
: Comulative Unexpected Trading Volume
CSDI-EC
: Corporate Sosial Disclosure Index Economic
CSDI-EN
: Corporate Sosial Disclosure Index Environmental
CSDI-SO
: Corporate Sosial Disclosure Index Social
EnP
: Environmental Performance Rating
CG
: Corporate Governance
CSDI-EC_EnP : ZCSDI-EC - ZEnP
CSDI-EN_EnP : ZCSDI-EN - ZEnP
CSDI-SO_EnP : ZCSDI-SO - ZEnP
CSDI-EC_CG : ZCSDI-EC - ZCg
CSDI-EN_CG : ZCSDI-EN ZCg
CSDI-SO_CG : ZCSDI-SO - ZCg
Abs
: Transformasi ke nilai absolute
Z
: z-score (standardized)
Analisis yang dilakukan terhadap hasil regres ketiga model yaitu: uji statistik F, uji
koefisien determinasi (R2), dan uji statistik t. Uji F digunakan untuk menguji kelayakan
model regresi (fit test). Dalam penelitian ini nilai signifikansi untuk uji hipotesisi adalah 10%
(Uji 2 sisi), Jika angka signifikansi F < (0,1) maka model dikatakan layak untuk
memprediksi variabel independen. Kemudian Koefisien Diterminasi, digunakan untuk
menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel
dependen (Ghozali, 2005). Yang terakhir adalah Uji t, digunakan untuk mengetahui ada
tidaknnya pengaruh secara linier antara variabel independen dan variabel dependen Jika
angka signifikansi t< (0,1) maka dapat dikatakan ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
14
.813
127.520
df
10
Sig.
.000
Tabel 4.2
Anti-image Matrices
Kom.In
Anti-image Covariance
.911
K.Audit
K.NR
K.MR
K.GCG
Anti-image Correlation
K.Audit
Kom.In
K.NR
K.MR
K.GCG
-.008
-.138
.018
.037
-.008
.608
-.050
-.031
-.071
-.138
-.050
.296
-.089
-.070
.018
-.031
-.089
.202
-.126
.207
.037
-.071
-.070
-.126
Kom.In
.582
-.010
-.266
.042
.086
K.Audit
-.010
.944
-.117
-.087
-.200
K.NR
-.266
-.117
.848a
-.364
-.282
K.MR
.042
-.087
-.364
.773a
-.614
K.GCG
.086
-.200
-.282
-.614
.778
15
Tabel 4.3
Total Variance Explained
Compo
nent
Initial Eigenvalues
Total
% of Variance
Cumulative %
1
2
3.170
63.406
63.406
.974
19.484
82.889
.516
10.324
93.214
.213
4.258
97.472
.126
2.528
100.000
Total
3.170
% of Variance
63.406
Cumulative %
63.406
.254
.756
.904
.926
.926
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
16
Hal ini berarti bahwa 9,1% variasi CAR dapat dijelaskan oleh 3 variabel dimensi CSRdisclosure yaitu dimensi ekonomi (CSDI-Ec), dimensi sosial (CSDI-En), dimensi lingkungan
(CSDI-So), sedangkan 90,9% lainnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor diluar ketiga
variabel independen tersebut.
Tabel 4.5
Statistik F Model Regresi 1
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.525
.175
Residual
2.871
40
.072
Total
3.396
43
F
2.436
Sig.
a
.079
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi Model Regresi 1
Model Summary
Model
1
R Square
a
.393
.154
Adjusted R
Square
.091
.26791
17
Tabel 4.7
Statistik t Model Regresi 1
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
Std. Error
Beta
(Constant)
-.563
.227
CSDI.Ec
2.500
.934
CSDI.En
-.476
.546
CSDI.So
.268
1.093
.046
Sig.
-2.484
.017
.433
2.677
.011
-.174
-.872
.388
.245
.808
demikian koefisien determinasi dan uji statistik t dalam model ini diabaikan.
Tabel 4.8
Statistik F Model Regresi 2
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
.594
.085
Residual
2.801
36
.078
Total
3.396
43
F
1.091
Sig.
.389a
18
memperkuat hubungan positif antara CSR Disclosure dimensi Ekonomi (untuk H2a),
Lingkungan (untuk H2b), dan Sosial (untuk H2c) dengan Abnormal Return ditolak.
Model Regresi 3
Tabel 4.9
Statistik F Model Regresi 3
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.207
.172
Residual
2.189
36
.061
Total
3.396
43
F
2.835
Sig.
a
.018
R Square
a
.596
.355
Adjusted R
Square
.230
19
(absolute difference value) antara CSDI-Ec dengan CG dapat mempengaruhi nilai CAR
secara signifikan. Arah pengaruh antara kedua variabel adalah positif ditunjukan dengan nilai
coefficient beta yang positif yaitu 0,145. Namun demikian nilai standardized coeficient beta
Variabel CSDI-Ec sebelum dan sesudah dimoderasi relatif sama (perbedaan tidak signifikan)
yaitu berurutan 0,433 dan 0,407 artinya hubungan CSDI-Ec dan CAR tidak dipengaruhi oleh
adanya CG. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3a yang menyatakan
Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan postif antara CSR
Disclosure dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return ditolak.
Tabel 4.11
Statistik t Model Regresi 3
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
.027
.086
Zscore: CSDI.Ec
.103
.047
Zscore: CSDI.En
-.081
.056
Zscore: CSDI.So
.032
.052
.034
.047
AbsCSDI.Ec_CG
.145
.054
AbsCSDI.En_CG
-.146
.079
AbsCSDI.So_CG
.008
.076
.016
Sig.
.309
.759
.349
2.170
.037
-.292
-1.443
.158
.112
.620
.539
.122
.728
.471
.407
2.699
.011
-.297
-1.846
.073
.103
.919
20
Governance memperkuat hubungan positif antara CSR Disclosure dimensi Sosial dengan
Abnormal Return ditolak.
Pembahasan
Hubungan CSR-Disclosure dan Reaksi Investor yang Ditunjukan Dengan Abnormal
Return Saham
Hubungan masing-masing dimensi CSR-disclosure terhadap reaksi investor adalah
berbeda-beda. Pengungkapan CSR dimensi ekonomi ternayata memiliki pengaruh positif dan
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa CSDI-Ec merupakan gooodnews bagi investor,
semakin tinggi pengungkapan CSR dimensi Ekonomi berdasarkan standar GRI semakin
tinggi pula nilai abnormal return. Alasan yang logis untuk menjelaskan hal ini adalah: (1)
Perusahaan telah melakukan pengkomunikasian pesan CSR dimensi Ekonomi secara tepat
sehingga makna CSR dapat diterima dengan baik oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan,
(2) CSR dimensi Ekonomi berdasarkan GRI mampu meningkatkan net asset perusahaan
sehingga dengan adanya CSR dimensi Ekonomi, investor mengharapkan adanya peningkatan
distribusi kemakmuran kepada mereka. Hasil ini mendukung pernyataan Sayekti dan sensi
(2007), bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan, sekaligus membantah hasil yang ditunjukan oleh dahlia dan Veronika
(2008) bahwa CSR-disclosure tidak berpengaruh terhadap nilai abnormal return
Dimensi lain selain dimensi Ekonomi adalah dimensi Lingkungan dan dimensi Sosial.
Hasil uji hubungan yang tidak signifikan antara CSR-disclosure dan abnormal return telah
mengidentifikasikan bahwa CSR-disclosure dimensi Lingkungan dan Sosial tidak memiliki
content information dan menolak azas kebermanfaatan (usefulness). Pengungkapan CSR
dimensi Lingkungan dan Sosial tidak memiliki kandungan informasi sehingga tidak
dimanfaatkan investor untuk menilai kinerja dan keberlangsungan hidup perusahaan
(sustainability development). Pengungkapan CSR dimensi Lingkungan dan Sosial tidak
berdampak pada psikis investor untuk menjual, membeli atau mempertahankan saham
perusahaan. Tidak ada aksi dari investor yang akan mengubah fungsi demand dan supply
sampai terbentuk ekuilibrium baru dari pengungkapan kedua dimensi CSR tersebut. Hasil ini
menegaskan hasil dari penelitian Donato et. al (2007) bahwa CSR-disclosure dimensi
Ekonomi dan Sosial. Donato et. al memberikan alasan atas hasil penelitiannya bahwa
sebagian besar investor memiliki persepsi rendah untuk masalah CSR.
Beberapa alasan lain dikemukakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan hasil
tersebut. Dari segi teoritis: Pertama, kinerja sosial dan lingkungan hanya bagian kecil dari
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
21
faktor yang mempengaruhi harga saham. Persepsi investor terhadap resiko, kondisi ekonomi
dan sentimen politik juga menjadi penentu harga saham. Kedua, pasar tidak cukup kuat.
Investor lebih mengutamakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya, sehingga
harga saham tidak cukup mampu direfleksi oleh informasi-informasi seperti CSR-disclosure
dimensi Lingkungan dan Sosial. Ketiga, dikutip dari Suwarjono (2006) bahwa, pasar sering
berperilaku yang tak terprediksi (idiosinkratik).
Dari segi Praktik: CSR-disclosure merupakan penyampaian atas aktivitas yang telah
dilakukan untuk menunjukan keperdulian perusahaan terhadap kehidupan sosial dan
lingkungan sekitar. Penyampaian CSR-disclosure dalam annual report adalah wajib
berdasarkan UU. PT No. 40 Pasal 66. Namun demikian, annual report merupakan media
pelaporan historis selama satu tahun. Pada annual report, CSR merupakan ringkasan kegiatan
sosial dan lingkungan selama satu tahun. Banyak media penyampaian lain selain annual
report yang lebih cepat dan akurat seperti media elektronik, internet dan sebagainya,
sehingga informasi CSR pada annual report dapat disebut sebagai corny information.
Investor menganggap bahwa informasi CSR pada annual report adalah basi, karena mereka
telah mengetahui sebelumnya melalui media-media lain seperti yang telah disebutkan diatas.
Hasil yang mengejutkan adalah pengaruh dimensi Lingkungan terhadap CAR adalah
negatif walaupun tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena investor lebih
berpandangan jangka pendek. Kontradiksi dengan sifat investor tersebut, CSR dimensi
Lingkungan mempunyai pandangan jangka panjang. Sekali lagi berhubungan dengan adanya
peningkatan kemakmuran investor, CSR dimensi Lingkungan tidak akan merefleksikan
harapan investor tersebut dalam jangka pendek. CSR dimensi Lingkungan bahkan dapat
menurunkan net asset perusahaan karena cost environmental (effort) yang tidak mampu
menciptakan pendapatan (accomplishment). Dengan demikian, semakin tinggi pengungkapan
tanggungjawab perusahaan terhadap Lingkungan, semakin tinggi ketakutan investor bahwa
perusahaan tidak dapat menciptakan peningkatan kemakmuran kepada mereka sehingga
menurunkan daya beli investor terhadap saham perusahaan secara berlebihan.
Peran Enveronmental Performance Rating Dalam Hubungan Antara CSR-disclosure dan
Reaksi Investor
Sesuai dengan asumsi teori agensi, bahwa manajer dapat memanupulasi laporan yang
dibuatnya untuk pengguna yang berkepentingan dengan memanfaatkan fleksibilitas pelaporan
guna kepentingan pribadi. Dengan demikian, CSR-diclosure dapat diragukan kebenarannya
oleh investor, sehingga investor tidak akan bereaksi terhadap laporan tersebut. Adannya
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
22
penilaian kinerja sosial dan lingkungan oleh pihak independen dalam bentuk PROPER
diharapkan dapat membentuk kepercayaan baru sehingga dapat menguatkan CSR-disclosure
terhadap reaksi investor. Namun pada kenyataanya, penelitian ini tidak menunjukan bukti
empiris hubungan yang signifikan antara nilai residual CSDI dan EnP dengan CAR.
PROPER dan CSR-disclosure merupakan suatu jenis pengungkapan dengan tema yang
sama yaitu berhubungan dengan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan adanya
hasil tersebut diatas menunjukan telah terjadi kontradiksi antara pandangan jangka pendek
investor dengan pandangan jangka panjang CSR, sehingga laporan dengan tema sosial dan
lingkungn tidak akan dijadiakan acuan bagi investor untuk mempengaruhi kebijakan investasi
mereka (decesion making). Selain itu, pasar tidak cukup kuat, investor lebih mengutamakan
data pasar modal historis untuk menilai investasinya, sehingga harga saham tidak mampu
direfleksi oleh informasi-informasi tentang sosial dan lingkungan sekalipun informasi
tersebut didukung oleh pihak yang independen. Abnormal return yang terjadi pada penelitian
merleksikan adanya faktor-faktor lain selain pengungkapan CSR pada annual report.
Peran Corporate Governance Dalam Hubungan Antara CSR-disclosure dan Reaksi
Investor
Peran mekanisme corporate governance diharapkan mampu meminimalisasi praktek
manajerial yang tidak baik yang akan merugikan shareholder dan stakeholder perusahaan.
Good corporate governance diharapkan menjadi guarantee bagi investor atas pengungkapan
kinerja perusahaan. Argumentasi yang berdasarkan agency theory tersebut telah dibantah
oleh hasil penelitian ini. Hasil analisis telah membuktiksn secara empiris bahwa peran
corporate governance tidak amapu memperkuat hubungan positif CSR-disclosure dengan
reaksi investor yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Tanpa atau adanya
corporate governance tidak mengubah kuat atau lemahnya pengaruh CSR dimensi Ekonomi
dengan abnormal return. Menurut Dahlia dan Veronika (2008), hal ini dapat diakibatkan
karena Investor hanya menggunakan data pasar modal historis untuk menilai investasinnya.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Rustiarini (2010), bahwa interaksi antara CSRdisclosure dan corporate governance dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan namun
pengaruhnya tidak dapat memperkuat hubungan sebelum terjadi interaksi.
Kontradiksi dengan hal tersebut diatas, CG memperkuat pada hubungan negatif antara
CSDI-En dengan CAR. Semakin tinggi nilai corporate governance semakin kuat pengaruh
negatif antara CSR dimensi Lingkungan terhadap reaksi investor. Hal ini berkaitan dengan
luas pengungkapan, dengan adanya good corporate governance, manajerial dituntut
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
23
24
CSR-disclosure
dimensi
Ekonomi
dan
corporate
governance
berpengaruh positif terhadap CAR, namun tidak dapat memperkuat hubungan positif
antara CSR-disclosure dimensi Ekonomi dan corporate governance. Sedangkan
hubungan negatif antara CSR-disclosure dimensi Lingkungan dengan CAR diperkuat
corporate governance, namun corporate governance tidak dapat memoderasi hubungan
positif CSR-disclosure dimensi Sosial
terhadap
CAR
baik
memperkuat atau
memperlemah.
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:
1. Variabel CSR hanya diukur melalui annual report, sedangkan media pengungkapan CSR
sangat luas tidak hanya pada annual report
2. Corporate governance hanya diproksikan pada mekanisme internal yaitu organ-organ
dalam perusahaan sebagai infrastruktur yang menjalankan sistem corporate governance.
3. Model regresi berganda tidak mampu menjelaskan kompleksitas hubungan masing
masing variabel seperti pengaruh simultan variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen
Saran
Implikasi pada penelitian ini adalah bahwa perusahaan dihimbau dapat melakukan
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan berkesinambungan, berkelanjutan
dan mengungkapakanya secara transparan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
25
melalui peningkatan harga saham. Selain itu, perusahaan perlu meningkatkan perhatiannya
terhadap pembentukan Komisaris Independen, Komite Audit, Komite Manajemen Resiko,
dan Komite GCG. Komite-komite tersebut sebagai infrastruktur perusahaan dalam
menjalankan sistem corporate governance untuk menciptakan good corporate governance.
Interaksi Corporate governance dengan CSR-disclosure dimensi Ekonomi terbukti secara
empiris memberikan reaksi positif atas sebuah pengungkapan CSR dimensi Ekonomi.
Sedangkan Saran yang diberikan bagi penelitian yang akan datang adalah:
1. Mempertimbangkan media-media lain selain annual report untuk mengukur CSR
perusahaan sehingga dapat lebih menggambarkan kinerja sosial dan lingkungan
perusahaan yang sebenarnya. Media yang dapat digunakan adalah sustainability report,
media cetak (majalah CSR, majalah Corporate Governance, dan majalah-majalah bisnis
lainnya), serta official website perusahaan.
2. Melakukan pengukuran corporate governance dengan lebih baik. Pengukuran internal
mekanisme corporate governance sebaiknya tidak hanya diukur berdasarkan ada atau
tidaknya organ-oragan internal perusahaan sebagai infrastruktur corporate governance,
melainkan juga efektivitas pelaksanaan corporate governance dalam sebuah perusahaan
berdasarkan Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A dalam Lampiran I Keputusan Direksi
PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004 maupun peraturan-peraturan lain
dan pedoman terkait corporate governance.
3. Mengembangkan model dan menggunakan alat analisis yang lebih baik, seperti path
analysis sehingga dapat dilakukan uji parsial, uji simultan, maupun hubungan timbal
balik variabel-variabel CSR terhadap abnormal return,, variabel-variabel CSR terhadap
CG, CG terhadap abnormal return dan, Begitu juga dengan variabel EnP.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta).
Padang, 23-26 Agustus: Simposium Nasional Akuntansi IX.
Arifin. 2005, Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada
Perusahaan di Indonesia . Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Chariri, Anis. 2008, Kritik Sosial Pemakaian Teori dalam Penelitian Pengungkapan Sosial
dan Lingkungan. Jurnal Maksi, Vol. 8 No. 2 Agustus, pp151-169
Dahlia, Lely dan Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap kinerja Perusahaan. Pontianak, Kalbar, 23 Juli : Simposium Nasional
Akuntansi 11.
Darmawati, Reni Dkk. 2005, Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari, pp 65-81
Donato, Francesca, G. Fiori, M. F. Izzo. 2007. Corporate Social Responsibility and Firms
Performance . http: //www.ssrn.com, 12 Januari 2010
Faisal. 2005. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate
Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari, pp 175-190
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP
Herremans, Irene, et al. 1993. An Investigation of Corporate Social Responsibility
Reputation and Economic Performance . Accounting, Organization and Society,
Vol. 18, no. 7/8, pp. 587-604.
Husnan, Suad 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua.
Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Jogianto, Hartono 2000, Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap
Pengumuman Deviden Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, no. 2, pp 203-213
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Linda, C. R. dan J. LeMaster, 2007. Voluntary Corporate Social Responsibility Disclosure
SEC, CSR Seal of Approval Business & Society, Vol. 46, no 3, pp 370-385.
Manurung, A.H. 1997, Portofolio Bursa Efek Jakarta (Kapitalisasi Besar, Kecil dan
Campuran), Jakarta: Manajemen dan Usahawan No.12 th XXVI.
Myra, Agustina Dkk., 2005, Perilakau Reaksi Harga Saham dan Volume Perdagangan
Saham atas Pengumuman Deviden. http: //www.univpancasila.ac.id, 30 Juli 2010
Nurdin E. dan Fani M. C., 2006. Pengungkapan Tema-Tema Sosial dan Lingkungan Dalam
Laporan
Tahunan
Terhadap
Reaksi
Investor.
Http:
//www.lm.fe.unpad.ac.id/uploads/file/26.pdf , 2 Desember 2009
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
27
Rakhiemah, Aldila N., 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Financial. Palembang: Simposium
Nasional Akuntasi 12.
Rustiarini, Ni Wayan, 2010. Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate
Sosial Responsibility dan Nilai Perusahaan. Purwokerto: Simposium Nasional
Akuntasi 13.
Sakaran, Uma, 2006. Reserch Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sari, Nirmala, 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja
Perbankan Nasional. Semarang: Skripsi FE UNDIP.
Samsul, Mohamad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.
Sayekti, Yosefa dan Wondabio, L Sensi. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning
Response Coeficient. Makasar, 26-28 Juli: Simposium Nasional Akuntansi IX.
Sembiring, E Resmanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEI. Solo, 15-66
September: Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Siaputra, Lani dan A. Surja, A, 1996. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Perubahan
Harga saham Sebelum dan Sesudah Ex-Devident date di Bursa Efek Jakarta Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 8, no. 1,, pp 71-77
Solihin, Ismail. 2008, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability.
Jakarta: Salemba Empat.
Suratno, Ign Bondan, Darsono dan Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh Enveronmental
Performance terhadap Enveronmental Disclosure dan Economic Performance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode
2001-2004). Padang, 23-26 Agustus: Simposium Nasional Akuntansi IX.
Sularso, R. Andi. 2003 Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Perubahan Harga Saham
(Return) Sebelum dan Sesudah EX-Divident Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei: 1-17
Suwardjono, 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Wahyu, Dheni. 2009, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Volume Perdagangan dan Kurs
Terhadap Return Saham Sektor Properti yang Listed di BEI. Semarang: Tesis S2
Program Pasca arjana UNDIP.
Wiley, john. 2003. Resech Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat.
Wulan, S Tanjung. 2009, Pengaruh CSR Terhadap Kinerja keuangan dan Kinerja pasar
Perusahaan. Semarang: Skripsi FE UNDIP.
Yuaningsing, Ni Wayan dan Made G.W. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responcibility dan Good
Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi. Universitas Udayana: http:
//ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20wirakusuma-yuniasih.pdf, 20 Desember 2010