You are on page 1of 9

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN SUMBER ANTIOKSIDAN DAN

KONSUMSI MAKANAN KALENG DENGAN KEJADIAN


PREEKLAMPSIA DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA TAHUN 2015
Nunik Wulandari, Dewi Astuti, Sumarni
Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
Email: s_oemarnie@yahoo.com

ABSTRACT: RELATIONSHIP BETWEN CONSUMPTION OF FOOD SOURCES


ANTIOXIDANTS AND FOOD CONSUMPTION IN CANS WITH PREECLAMPSIA
IN Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATAS HOSPITAL PURBALINGGA 2015.
Preeclampsia is the onset of high blood pressure in pregnancy accompanied Proteinuria
and edema at 20 weeks gestation. One of the causes of free radicals, free radicals can
be treated by administration of antioxidants such as vitamins A, C, E, and beta carotene,
superoxide dismutase, an antioxidant lipid and glutathione peroxidase and selenium,
Besides canned food also causes an increase in blood pressure because they contain high
sodium. Increased sodium intake causes the heart to pump harder to push blood volume
increases through the space more narrow that the result is hypertension.To determine the
relationship of the consumption of food sources of antioxidants and canned food with the
incidence of preeclampsia in dr. R. Goeteng Taroenadibratas Hospital Purbalingga
2015. Type of this research was analytic survey with case control approach. The research
sample of 76 pregnant women. The sampling technique is done by using purposive
sampling. Univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using
chi square test. Pregnant women rarely preeclampsia mostly consume food sources of
antioxidants 24 people (63.2%) and preeclampsia pregnant women not to consume the
majority of frequent food sources of antioxidants 26 people (68.4%). Pregnant women
often consume mostly canned foods. There is a relationship between the consumption of
food sources of antioxidants with the incidence of preeclampsia ( value 0.012), and
there was no association between the consumption of canned food with the incidence of
pre eclampsia ( value 0.088). There is a relationship between the consumption of food
sources of antioxidants with the incidence of preeclampsia, and there was no association
between the consumption of canned food with the incidence of pre eclampsia in Hospital
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga 2015.
Keywords: Antioxidant, food in cans, Preeclampsia

ABSTRAK: HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN SUMBER ANTIOKSIDAN


DAN
KONSUMSI
MAKANAN
KALENG
DENGAN
KEJADIAN
PREEKLAMPSIA DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA TAHUN 2015. Preeklampsia adalah timbulnya tekanan darah tinggi
dalam kehamilan disertai proteinuri dan oedema pada kehamilan 20 minggu. Salah satu
penyebab Radikal bebas, radikal bebas dapat diterapi dengan pemberian antioksidan

85

86 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 85-93

seperti vitamin A, C, E, serta beta karoten, superoksida dismutase, antioksidan lipid dan
glutation peroksidase serta selenium Selain itu makanan kaleng juga menyebabkan
peningkatan tekanan darah karena mengandung natrium yang tinggi. Asupan natrium
yang meningkat menyebabkan jantung harus memompa keras untuk mendorong volume
darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya adalah
hipertensi. Untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan sumber antioksidan dan
makanan kaleng dengan kejadian preeklampsia di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga tahun 2015. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah survey analitik
dengan pendekatan case control. Sampel penelitian ini sebanyak 76 ibu hamil. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Analisis
univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi
square. Ibu hamil preeklampsia sebagian besar jarang mengkonsumsi makanan sumber
antioksidan 24 orang (63,2%) dan ibu hamil tidak preeclampsia sebagian besar sering
mengkonsumsi makanan sumber antioksidan 26 orang (68,4%). Ibu hamil sebagian besar
sering mengkonsumsi makanan kaleng. Ada hubungan antara konsumsi makanan sumber
antioksidan dengan kejadian preeklamsi ( value 0,012), dan tidak ada hubungan antara
konsumsi makanan kaleng dengan kejadian pre eklamsi ( value 0,088). Ada hubungan
antara konsumsi makanan sumber antioksidan dengan kejadian preeklamsi , dan tidak
ada hubungan antara konsumsi makanan kaleng dengan kejadian pre eklamsi di RSUD
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015
Kata Kunci: Antioksidan, Makanan, Preeklampsia

PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah timbulnya tekanan darah tinggi dalam kehamilan
disertai proteinuri dan oedema pada kehamilan 20 minggu. Preeklampsia ada 2
kriteria yaitu preeklampsia ringan bila tekanan darah < 160/110 mmHg, proteinuri
positif < 2, Preeklampsia berat bila tekanan darah 160/110 mmHg dan protenuri
positif > 2. Sedangkan eklampsia terjadi bila preeklampsia berat yang mengalami
kejang (Cunningham, 2011). Salah satu penyebab yang mampu mengakibatkan
kerusakan endotel adalah stress oksidatif. Stress oksidatif terjadi apabila
konsentrasi radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas antioksidan atau
berkurangnya kadar antioksidan di dalam tubuh (Murray dkk, 2010). Radikal
bebas yang merusak lipid dan protein sel, dapat menyebabkan preeklampsia.
Radikal bebas dapat diterapi dengan pemberian antioksidan seperti vitamin A, C,
E, serta beta karoten, superoksida dismutase, antioksidan lipid dan glutation
peroksidase serta selenium (Walsh, 2004).

Nunik Wulandari, dkk, Hubungan Konsumsi Makanan... 87

Selain radikal bebas ada faktor lain yang mempengaruhi pre eklamsia yaitu
malnutrisi. Malnutrisi yang menyebabkan terjadinya pre eklamsi adalah
berlebihnya intake makanan ke dalam tubuh yang salah satunya adalah makanan
kaleng (Nuryani, 2013). Makanan kaleng juga mengandung natrium benzoate
terutama pada makanan kaleng yang memiliki pH rendah seperti buah kalengan
(Nuryani, 2013). Batas maksimum penggunaan pengawet natrium benzoate
didalam produk makanan kaleng berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah sebesar 1 gr/kg. Setiap 1 gram garam
mengandung 400 mg natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah
tangga 3 gram garam setara dengan sendok teh atau sekitar 1.200 mg
natrium.Rata-rata kebutuhan natrium pada ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam
sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh garam. Ibu hamil yang
mengkonsumsi makanan kaleng sedikitnya 1 kali sehari, dapat diartikan ibu hamil
tersebut mengkonsumsi natrium sebanyak 1.000 mg. Apabila ibu hamil
mengkonsumsi

makanan kaleng lebih

dari

1 kali

perhari, bisa jadi

pengkonsumsian natrium pada ibu hamil tersebut melebihi kebutuhannya. Asupan


natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah. Jantung harus memompa keras untuk mendorong volume darah
yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya adalah
hipertensi (Muliyati, 2011). Penelitian Susyani (2012), menyatakan bahwa
responden yang sering mengkonsumsi makanan olahan seperti sarden kaleng
berpotensi mengalami hipertensi.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik.
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan case control atau kasus kontrol yaitu suatu penelitian (survei) analitik
yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retrospective. Prosedur dan teknik pengambilan sampel yang
dilakukan adalah dengan menggunakan purposive sampling. Sampel dalam

88 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 85-93

penelitian ini sebanyak 38 ibu hamil preeklampsia untuk kelompok kasus dan 38
ibu hamil yang tidak preeklampsia untuk kelompok kontrol. Analisis bivariat yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Chji Square. Setelah diperoleh hasil
analisis dan hasilnya signifikan kemudian dilanjutkan dengan uji koefisien
asosiasi untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian Susyani (2012), menunjukkan bahwa responden yang
sering mengkonsumsi makanan olahan yang salah satunya adalah makanan
kaleng, sebagian besar mengalami hipertensi yaitu sebanyak 33 orang (37,1%).
Ibu hamil yang mengalami pre eklamsi pada penelitian ini diketahui sebagian
besar sering mengkonsumsi makanan kaleng dengan alasan makanan kaleng lebih
praktis untuk cara pengkonsumsiannya tanpa mempertimbangkan bahaya yang
mungkin

timbul

bagi

kesehatan.

Efek

yang

mungkin

timbul

akibat

pengkonsumsian makanan kaleng menurut Palar (2004), diantaranya kerapuhan


tulang, kerusakan sistem kerja ginjal, pembengkakan paru-paru dan impotensi.
Deskripsi konsumsi makanan sumber antioksidan pada ibu hamil
preeklampsia di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015
dapat diketahui bahwa responden preeklampsia yang jarang mengkonsumsi
makanan sumber antioksidan yaitu 24 orang (63,2%) lebih banyak daripada yang
sering mengkonsumsi makanan sumber antioksidan yaitu 14 orang (36,8%).
Responden yang sering memakan makanan sumber antioksidan tetap menderita
preeklampsia dikarenakan faktor cara mengolah yang salah. Menurut Bellevilet
Nabet (1996) yang dikutip oleh Anggraini (2011), menyatakan bahwa makanan
sumber antioksidan diantaranya adalah mentega, buah-buahan, sayur-sayuran
hijau, biji-bijian, kentang, susu, daging, ikan, telur, sereal, udang dan kacangkacangan. Makanan sumber antioksidan yang sering dikonsumsi oleh responden
berupa sayur-sayuran, buah dan telur.
Deskripsi konsumsi makanan sumber antioksidan pada ibu hamil tidak
preeklampsia di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015

Nunik Wulandari, dkk, Hubungan Konsumsi Makanan... 89

menunjukkan bahwa responden tidak preeklampsia yang sering mengkonsumsi


makanan sumber antioksidan yaitu 26 orang (68,4%) lebih banyak daripada yang
jarang mengkonsumsi makanan sumber antioksidan yaitu 12 orang (31,6%). Hal
itu kemungkinan dikarenakan responden memiliki kebiasaan memakan sayuran
dan buah hasil kebunnya sendiri. Menurut Nabet (1996), yang dikutip oleh
Anggraini (2011), sayuran dan buah merupakan contoh bahan pangan yang
mengandung jenis antioksidan vitamin A, C dan E. Kurangnya asupan vitamin A,
C, E serta beta karoten dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara radikal
bebas dan antioksidan dalam tubuh yang pada wanita hamil dapat meningkatkan
risiko terjadinya preeklampsia (Scholl dkk, 2005), oleh karenanya ibu hamil yang
sering mengkonsumsi makanan sumber antioksidan lebih banyak yang tidak
mengalami preeklampsia.
Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Kaleng pada Ibu Hamil Tidak
Pre eklamsi di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga menunjukkan
bahwa ibu hamil yang tidak mengalami pre eklamsi sebagian besar tidak pernah
mengkonsumsi makanan kaleng. Menurut analisis peneliti, hal itu dikarenakan
responden tidak terbiasa memakan makanan kaleng, terbukti ketika peneliti
menanyakan tentang makanan kaleng, responden mengatakan tidak mengerti jenis
makanan kaleng.
Diagram 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Pre eklamsi pada Ibu Hamil di
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2015 menunjukan
persentasenya sama 50%. Pre eklamsi adalah suatu sindrom khas kehamilan
berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel
(Cunningham, 2012). Perubahan pokok yang didapatkan pada pre eklamsi adalah
adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila
spasme arteriolar juga ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat dipahami.
Sedangkan peningkatan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan
cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui penyebabnya
(Price dan Wilson, 2006).
Hubungan konsumsi makanan sumber antioksidan dengan kejadian
preeklampsia di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015.

90 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 85-93

Tabel 1. Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Antioksidan dengan


Kejadian Preeklampsia di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga tahun 2015
Konsumsi
Makanan
Sumber
Antioksidan

Kejadian Preeklampsia
Tidak
Ya
f

Sering

26

68,4

14

36,8

Jarang

12

31,6

24

63,2

Total

38

100

38

100

CC

0,006

0,302

OR
(CI 95%)

3,714
(1,4379,603)

Berdasarkan Tabel 1. ditunjukkan bahwa dari 38 ibu hamil yang tidak


mengalami preeklampsia sebagian besar sering mengkonsumsi makanan sumber
antioksidan yaitu sebanyak 26 orang (68,4%), sedangkan ibu hamil yang
mengalami preeklampsia sebagian besar jarang mengkonsumsi makanan sumber
antioksidan yaitu 24 orang (63,2%). Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan
Chi-Square didapatkan nilai signifikasi p value sebesar 0,006, maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan sumber antioksidan
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015. Koefisien kontingensi sebesar 0,302
artinya bahwa hubungan antara konsumsi makanan sumber antioksidan dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil dalam tingkatan lemah tapi pasti. Nilai OR
sebesar 3,714 artinya ibu hamil yang jarang mengkonsumsi makanan sumber
antioksidan memiliki risiko 3,714 kali lebih besar mengalami preeklampsia
dibandingkan dengan yang sering mengkonsumsi makanan sumber antioksidan.
Nilai CI 95% = 1,437-9,603 artinya ibu hamil yang jarang mengkonsumsi
makanan sumber antioksidan memiliki risiko terendah 1,437 kali dan tertinggi
9,603 kali untuk mengalami preeklampsia.
Salah satu teori etiologi preeklampsia yang dianut saat ini mengatakan
adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan sistem pertahanan
antioksidan yang menyebabkan timbulnya stress oksidatif (Roberts dan Hubel,
2004).

Nunik Wulandari, dkk, Hubungan Konsumsi Makanan... 91

Hubungan konsumsi makanan kaleng terhadap kejadian pre eklamsi pada


ibu hamil di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015.
Tabel 2. Hubungan Konsumsi Makanan Kaleng Terhadap Kejadian Pre
Eklamsi Pada Ibu Hamil
Konsumsi
Makanan Kaleng

Kejadian Pre eklamsi


Ya
Tidak
f
%
f
%

Sering

18

47,4

12

31,6

Jarang

12

31,6

23,7

Tidak Pernah

21,1

17

44,7

Total

38

100

38

100

0,088

Menurut analisis peneliti ibu hamil yang sering mengkonsumsi makanan


kaleng sebagian besar merupakan ibu bekerja yang terbiasa mengkonsumsi
makanan kaleng dari sebelum hamil. Makanan kaleng sebenarnya terbuat dari
bahan makanan segar, namun yang perlu diperhatikan yaitu dalam proses
pembuatannya ditambahkan garam (natrium klorida) untuk lebih awet. Selain
penambahan garam untuk pengawetan, makanan kaleng juga mengandung
natrium benzoate terutama pada makanan kaleng yang memiliki pH rendah seperti
buah kalengan (Nuryani, 2013). Batas maksimum penggunaan pengawet natrium
benzoate di dalam produk makanan kaleng berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah sebesar 1 gr/kg .
Berdasarkan hasil uji statistika menggunakan Chi-Square pada penelitian
ini, didapatkan nilai signifikasi p value sebesar 0,088. Dengan taraf signifikan 5%,
nilai adalah 0,05, karena nilai p value > (0,088 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi makanan kaleng
terhadap kejadian pre eklamsi pada ibu hamil di RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2015. Tidak adanya hubungan antara konsumsi
makanan kaleng dengan kejadian pre eklamsi kemungkinan pre eklamsi muncul
oleh karena frekuensi pemeriksaan kehamilan pada responden yang kurang.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa pada trimester III dirinya jarang

92 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 85-93

melakukan pemeriksaan kehamilan oleh karena merasa sehat dan nyaman dengan
kehamilannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, H. 2011. Pengaruh pemberian jus mengkudu terhadap nitric oxide dan
reactive oxygen intermediate makrofag tikus yang terpapar asap rokok.
Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Angsar, M, D. 2008. Hipertensi dalam kehamilan dalam ilmu kebidanan. Jakarta:
PT. YBP-SP.
BKKBN. 2006. Kajian pernikahan dini pada beberapa provinsi di Indonesia:
dampak overpopulation, akar masalah dan peran kelembagaan di daerah.
Jakarta: BKKBN.
Bobak I. M. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C.,
Wenstrom, K.D. 2011. Obstetri williams. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. 2013. Profil kesehatan Kabupaten
Purbalingga tahun 2013. Purbalingga.
Dinas Kesehatan Provisnsi Jawa Tengah. 2012. Profil kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012. Semarang.
Gupta, B.D., Sharma, P., Bagla, J., Parakh, M., Soni, J.P. 2009. Renal failure in
asphyxiated neonates. Indian Ped: 42: 928-34.
Habli, M dan Sibai, B.M. 2008. Hypertensive disorders of pregnancy. In:
Danforths Obstetrics and Gynecology 10th edition. Philadelphia: Gibbs,
R. S., et. al. Lippincott Williams & Wilkins.
Hasan, I. 2005. Pokok-pokok materi statistik 1. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Manuaba, I, B, G. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
Mary, B dan Mandy, S. 2010. Kegawatan kehamilan dan persalinan. Jakarta:
EGC.
Maryunani. 2012. Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Jakarta Trans
Info Media.

Nunik Wulandari, dkk, Hubungan Konsumsi Makanan... 93

Mochtar, R. 2012. Sinopsis obstetri. Jakarta: EGC.


Muliyati. 2011. Analisis bahan pengawet benzoate pada saos tomat yang beredar
di Wilayah Kota Denpasar. Denpasar: Universitas Udayana.
Murray, R. K. 2010.Biokimia harper. Jakarta: EGC.
Mutia, N. 2010. Kurang asupan vitamin A, C, E dan beta karoten meningkatkan
kejadian preeclampsia di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.JurnalGizi
Indon: 33(2): 136-142.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuryani. 2013. Hubungan pola makan, sosial ekonomi, antenatal care dan
karakteristik ibu hamil dengan kasus pre eklamsi di Kota Makassar. Jurnal
Kesmas UNHAS Vol. 1(8)104-113.
Oxorn, H. 2007. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta: EGC.
Purboyo, A. 2009. Efek antioksidan ekstrak etanol daun jambu biji pada kelinci
yang dibebani glukosa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Roberts, J. M dan Hubel, C. A. 2004. Oxydative stress in preeclampsia. American
Journalof Obstetric & Gynecology, pp:117-118.
Rukiyah, A. Y. 2010. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta: Trans
Info Media.
Scholl, T. O., Leskiw, M., Chen, X., Sims, M., Stein, T. P. 2005. Oxidative stress,
diet and the etiology of preeclampsia. Am J Clin Nutr, 2005, 81(6): 13901396.
SDKI. 2012. Laporan pendahuluan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Suryaningsih, R. M. 2011. Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Waji, R. A dan Sugrani, A. 2009. Flavonoid. Makassar: Universitas Hasanudin.
Walsh, V.L. 2004. Buku ajar kebidanan komunitas. Jakarta: EGC.

You might also like