You are on page 1of 14

HUBUNGAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DENGAN

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BIDAN DESA DALAM


PERTOLONGAN PERSALINAN DI KOTA GORONTALO

THE RELATIONSHIP OF NORMAL CHILDBIRTH CARE TRAINING


WITH KNOWLEDGE AND SKILLS VILLAGE MIDWIFE DELIVERY
IN GORONTALO CITY

Suliyanti Otto, Masni, M Furqaan Naiem

Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo


Bagian Biostatistik/KKB, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin,
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :
Suliyanti Otto
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Jl. Irian Kelurahan Liluwo Kota Gorontalo
HP : 082343249226
e-mail : suliyanti_otto@yahoo.co.id

Abstract
High maternal mortality is influenced by many factors, one of which is the ability of midwives' work. This study
aimed to assess the effect of training on the knowledge and skills APN midwives as well as differences in the
level of knowledge and skills of midwives who have been trained and who have never APN APN trained. This
type of research is a cross sectional study design. Samples are 42 villages in Gorontalo city midwives elected
disproportionate stratified random sampling. Data were analyzed using chi-square test and independent twosample t test with a significance level of 0.05. The results showed that APN training has a significant association
with knowledge help labor (p = 0.025). APN training has a significant connection with childbirth aid skills (p =
0.000). There is a significant difference between the level of knowledge delivery assistance that has been trained
midwives APN and midwives who have never trained APN (p = 0.009), there were significant differences
between the skill level of aid delivery that has been trained midwives APN and midwives who have never trained
APN (p = 0.001). The conclusion that the knowledge and skills of midwives who have been trained APN better
than the midwives who are not trained APN.
Keywords: Village Midwife, APN training, knowledge, skills

Abstrak
Kematian Ibu yang tinggi di pengaruhi oleh banyak faktor , salah satunya adalah kemampuan kinerja bidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pelatihan APN terhadap pengetahuan dan keterampilan bidan
desa serta perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan bidan desa yang pernah dilatih APN dan yang tidak
pernah dilatih APN. Jenis penelitian adalah rancangan penelitian cross sectional study. Sampel adalah 42 bidan
desa di Kota Gorontalo yang dipilih secara Disproportionate stratified random sampling. Data dianalisis
menggunakan uji chi-square dan uji t dua sampel independen dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelatihan APN mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan pertolongan
persalinan (p= 0,025). Pelatihan APN mempunyai hubungan yang signifikan dengan keterampilan pertolongan
persalinan (p = 0,000). Ada perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pertolongan persalinan bidan desa
yang pernah dilatih APN dan bidan desa yang tidak pernah dilatih APN (p=0,009), Ada perbedaan yang
bermakna antara tingkat keterampilan pertolongan persalinan bidan desa yang pernah dilatih APN dan bidan
desa yang tidak pernah dilatih APN (p= 0,001). Kesimpulannya bahwa pengetahuan dan keterampilan bidan desa
yang telah dilatih APN lebih baik dibandingkan dengan bidan desa yang tidak dilatih APN.
Kata kunci : Bidan desa, Pelatihan APN, pengetahuan, keterampilan

PENDAHULUAN
Kematian ibu dan bayi merupakan suatu masalah besar di negara berkembang. Ibu dan
anak berada pada risiko tertinggi untuk penyakit dan kematian. Meskipun telah mengalami
penurunan jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, berdasarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
yaitu 228 /100.000 kelahiran hidup (KH) dengan penyebab kematian adalah perdarahan
(28%),eklampsia (24%),infeksi (11%),komplikasi masa nifas (8%),partus lama/macet (5%)
dan penyebab lain (34%) (Statistik Indonesia 2008)
AKI di Kota Gorontalo untuk 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan yaitu;
119,5/100.000 KH (2009),183 /100.000 KH (2009) dan 211/100.000 KH (2011). Angka ini
masih dibawah angka nasional yakni 228/100.000 KH tetapi kecenderungan peningkatan
setiap tahunnya perlu mendapat perhatian khusus. Untuk Angka kematian Bayi di tiga tahun
terakhir adalah; 6,9 /1000 KH (2009), 6,9 /1000 KH (2010) dan 8,7 /1000 KH (2011). (Profil
Dinas Kesehatan Kota Gorontalo 2011)
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja
petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu.
Cakupan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga terlatih adalah kunci dari
perbaikan status kesehatan ibu,bayi dan anak. Pengetahuan tentang kebidanan yang baik
adalah identitas profesionalitas seorang bidan karena berfungsi sebagai kerangka kerja dalam
pelaksanaan tugas. (Sigridur H et al 2011; Onasoga et al 2012).
Salah satu metode untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan
yaitu dengan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN). Pada prinsipnya APN adalah
asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.
Secara umum tujuan APN adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan atau optimal (JNPK-2008).
Menurut Maimunah (2005) dalam penelitiannya tentang hubungan pelatihan APN dan
tingkat pengetahuan dengan perilaku bidan memperoleh hasil bahwa pelatihan APN dan
pengetahuan bidan berpengaruh terhadap perilaku bidan dalam menolong persalinan normal.
Bidan yang pernah mengikuti palatihan APN akan semakin tinggi kemungkinan
melaksanakan pertolongan persalinan normal dengan baik. Berdasarkan latar belakang yang
telah penulis uraikan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi

tentang hubungan pelatihan APN dengan pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam
pertolongan persalinan di Kota Gorontalo serta melihat perbedaan pengetahuan dan
keterampilan bidan yang telah dilatih APN dan yang tidak dilatih APN
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo pada tanggal 11 Januari hingga
11 Februari 2012. dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terjadi peningkatan AKI

setiap tahunnya dan belum ada laporan penelitian tentang pengaruh pelatihan APN dengan
pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam pertolongan persalinan di Kota Gorontalo.
Desain dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan menggunakan desain cross
sectional study. Peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependent yaitu pengetahuan
dan keterampilan bidan desa dan variabel independent yaitu pelatihan APN.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh bidan desa di Kota Gorontalo. Sampel sebanyak 42 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara disproportionate stratified random sampling. Kriteria
sampel yaitu bidan desa yang bekerja di wilayah kerja Kota Gorontalo,berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Kota Gorontalo,masih melaksanakan pertolongan persalinan dalam 6
bulan terakhir dan bersedia untuk mengikuti penelitian ini dengan menandatangani informed
consent yang telah di buat oleh peneliti.
Pengumpulan Data
Untuk variabel pengetahuan, pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan
wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah
tersedia yang memuat pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan-pernyataan yang digunakan
untuk menggali pengetahuan responden tentang pertolongan persalinan sesuai APN. Adapun
untuk variabel keterampilan, pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan observasi
secara langsung pertolongan persalinan yang dilaksanakan oleh bidan dengan menggunakan
check list baku 58 langkah APN.
Analisis Data
Analisis data menggunakan program SPSS 16.00 for Windows. Untuk mengetahui
pengaruh pelatihan APN dengan pengetahuan dan keterampilan bidan desa,

digunakan

analisis chi-square. Untuk menilai perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan pada
bidan desa yang pernah dilatih APN dengan yang tidak pernah dilatih APN,digunakan analisis
uji t dua sampel independen .

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Sampel
Tabel 1, menunjukkan karakteristik bidan desa yang menjadi sampel dalam penelitian
ini. Sebagian besar bidan desa berumur antara 31 35 tahun (28,6%) , berpendidikan D3
kebidanan (66.7%) dan mempunyai masa kerja antara

1 5 tahun (40.5%) . Lebih dari

separuh bidan desa juga telah dilatih APN (71,4%) dengan kurun waktu pelatihan adalah < 5
tahun (66,6%).
Tingkat pengetahuan dan keterampilan bidan desa tentang APN
Pengetahuan bidan desa dalam penelitian ini adalah apa yang diketahui bidan desa
tentang perlindungan diri,asuhan sayang ibu dan bayi pasca persalinan,disinfeksi tingkat
tinggi (DTT),partograf dan persiapan alat dan obat rujukan dalam pertolongan persalinan.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan desa tentang asuhan persalinan normal,di
dapatkan bahwa dari 42 bidan desa,sebagian besar memiliki pengetahuan dengan kategori
cukup yakni 22 bidan desa (51,4 %) dan

20 bidan desa lainnya (48,6 %) memiliki

pengetahuan kategori kurang seperti pada tabel 2.


Keterampilan

bidan desa dalam penelitian ini

mengenali gejala dan tanda

adalah keterampilan dalam hal

kala II, menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan

pembukaan lengkap dan keadaan janin baik, menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu
proses bimbingan meneran, persiapan pertolongan kelahiran, persiapan pertolongan kelahiran
bayi, penanganan bayi baru lahir,penatalaksanaan kala III,menilai perdarahan,melakukan
prosedur pasca persalinan.
Tingkat keterampilan bidan desa dalam pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel
3 dimana data yang ada memperlihatkan hasil bahwa dari 42 bidan desa di Kota Gorontalo,
keterampilan bidan desa mengenai pertolongan persalinan kategori mahir lebih tinggi (76
%) dari kategori mampu (24 %). Dengan tingkat keterampilan mahir, bidan mempunyai andil
besar dalam menentukan kualitas pelayanan kebidanan dan diharapkan secara nyata dapat
memberikan kontribusi dalam percepatan penurunan AKI dan AKB di Kota Gorontalo.
Analisis bivariat pengaruh pelatihan APN terhadap pengetahuan dan keterampilan
Dari 30 bidan desa yang pernah mengikuti pelatihan APN,19 bidan desa memiliki
pengetahuan cukup (63,3 %) dan dari 12 bidan desa yang belum pernah mengikuti pelatihan
APN 3 bidan desa memiliki pengetahuan baik (25 %). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,025 (p < 0,05),hal ini berarti bahwa pelatihan
APN mampu meningkatkan pengetahuan bidan dalam pertolongan persalinan walaupun
kekuatan hubungannya sangat lemah.

Dari 30 bidan desa yang pernah mengikuti pelatihan APN 28 bidan desa memiliki
keterampilan mahir (93,3 %) dan dari 12 bidan desa yang belum pernah mengikuti pelatihan
APN 4 bidan desa memiliki keterampilan mampu (33.3 %). Hasil uji statistik dengan uji ChiSquare nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05), dengan demikian maka Ho ditolak. Hal ini berarti
bahwa pelatihan APN mampu meningkatkan keterampilan

bidan dalam pertolongan

persalinan.
Perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan bidan desa yang telah dilatih APN dan
yang tidak dilatih APN
Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan antara bidan desa yang
telah dilatih dan tidak dilatih dilakukan analisis dengan menggunakan uji t dua sampel
independen. Tabel

memberikan informasi hasil statistik t test untuk pengetahuan

menghasilkan nilai signifikan p=0,000 (p <0.05) . Sehingga dapat disimpulkan terdapat


perbedaan pengetahuan yang bermakna antara bidan desa yang pernah dilatih APN dan bidan
desa yang belum dilatih APN. Hasil statistik t test untuk keterampilan menghasilkan nilai
signifikan p=0,001 (p <0.05) . Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan keterampilan
yang bermakna antara bidan desa yang pernah dilatih APN dan bidan desa yang belum dilatih
APN. Pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam pertolongan persalinan akan semakin
bertambah jika mereka mendapatkan pelatihan APN
PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan APN mampu meningkatkan pengetahuan


(p= 0.025) dan keterampilan bidan desa (p = 0,000) dalam pertolongan persalinan juga terlihat
perbedaan yang bermakna dalam pengetahuan dan keterampilan bidan yang telah dilatih APN
dan bidan yang tidak dilatih APN. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nawangsari (2009),
dimana dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa bidan dengan tingkat pendidikan yang
tinggi diyakini (95 %) akan tetap memiliki pengetahuan APN essensial yang baik setelah
lepas dari pelatihan. Hasil penelitian lainnya adalah bidan dengar umur yang lebih matang dan
masa kerja yang lama mempunyai sikap yang baik dalam pelaksanaan pertolongan persalinan
setelah dilatih APN.
Pengetahuan tentang standar APN bisa didapatkan dari bangku kuliah,pelatihan dan
dapat juga dari hasil pengalaman dan pengamatan yang diadopsi dari senior mereka saat
praktek. Meskipun dengan cara terakhir secara mendasar mereka tidak memahami secara jelas
teori

APN tetapi

prinsipnya mereka

menerapkan apa yang dilihat dan dipahaminya.

Pelatihan APN sebagai salah satu pendidikan nonformal, menjadi salah satu cara yang dapat

dberikan kepada bidan untuk meningkatkan pengetahuannya.


Secara umum kategori pengetahuan bidan desa di Kota Gorontalo sebagian besar
bidan yang telah telah dilatih APN berada pada kategori cukup yakni 63,3% dan pengaruh
pelatihan APN terhadap pengetahuan bidan adalah p= 0.025. Walaupun sudah cukup
baik,kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan para bidan yang secara nyata dapat meningkatkan kemampuan bidan dalam
memberikan asuhan persalinan normal. Dilihat dari distribusi jawaban responden pada
variabel pengetahuan, masih terdapat beberapa pengetahuan bidan yang perlu ditingkatkan
misalnya pengetahuan tentang pengunaan alat pelindung diri,disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
dan persiapan alat dan obat rujukan.
Pengetahuan perlindungan diri, DTT dan persiapan alat dan obat rujukan pada
pertolongan persalinan mempunyai efek yang sangat besar dalam kepatuhan bidan desa untuk
melaksanakan tahapan-tahapan tersebut dalam suatu pertolongan persalinan. Tindakan ini
juga harus di terapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,
petugas dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi kemungkinan penularan penyakit.
Pada penelitian ini pengetahuan bidan yang kurang dapat disebabkan oleh masih adanya bidan
yang belum dilatih APN dan walaupun telah dilatih APN tetapi pemahaman mereka belum
maksimal. Hal ini dapat disebabkan juga oleh bidan yang sudah dilatih APN tidak
menerapkan hal ini didalam praktek pertolongan persalinan secara konsisten karena
komitmentnya yang memang masih kurang sehingga kemampuan untuk mengetahui dan
mengingat

tahapan dan hal-hal penting dalam perlindungan tersebut

terlupakan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyanti (2009) , hasil penelitian menunjukkan
bahwa hanya 45% bidan di RSU Meuraxa Banda Aceh menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan baik dan benar dalam melakukan tindakan APN dan tidak ada hubungan
signifikan variabel umur , pendidikan, masa kerja dan ketersediaan sarana APD dengan
penggunaan APD oleh bidan dalam APN dan terdapat hubungan signifikan antara
pengetahuan , sikap , penilaian dan kebijakan dengan penggunaan APD oleh bidan dalam
APN. Hasil berbeda untuk persiapan alat dan obar rujukan dapat dilihat dari penelitian yang
dilakukan oleh Alen (2010) dimana dari 30 responden , pengetahuan dalam pelaksanaan
pertolongan persalinan yang sesuai dengan 58 langkah APN untuk kategori tinggi diperoleh
hasil 80%, pada pengetahuan bidan dalam standar obat diperoleh hasil 63,3%, sedangkan
untuk pengetahuan bidan dalam standar alat diperoleh hasil 100% bidan mengetahui standar
tempat .

Pengaruh pelatihan APN terhadap keterampilan bidan terlihat dari hasil penelitian ini
yang memperlihatkan bahwa bidan dari 30 bidan desa yang pernah mengikuti pelatihan APN
28 bidan desa memiliki keterampilan mahir (93,3 %) dan dari 12 bidan desa yang tidak
pernah mengikuti pelatihan APN hanya 4 bidan desa memiliki keterampilan mahir (33.3 %).
Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square nilai p = 0,000 (p < 0,05), dengan demikian pelatihan
APN mampu meningkatkan keterampilan bidan dalam pertolongan persalinan. Dilihat dari
distribusi penilaian keterampilan bidan desa saat melaksanakan pertolongan persalinan,masih
terdapat beberapa keterampilan dasar APN yang belum dilaksanakan dengan baik oleh bidan
misalnya menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan pembukaan lengkap dan keadaan
janin baik, menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran,
persiapan pertolongan kelahiran, persiapan pertolongan kelahiran bayi, penanganan bayi baru
lahir dan melakukan prosedur pasca persalinan.
Maimunah (2005) memperoleh hasil bahwa pelatihan APN dan pengetahuan bidan
berpengaruh terhadap keterampilan bidan dalam menolong persalinan normal. Bidan yang
pernah mengikuti palatihan APN akan semakin tinggi kemungkinan melaksanakan
pertolongan persalinan normal dengan baik.
Melihat kualitas pelayanan bidan dalam pertolongan persalinan di Kota Gorontalo
dalam penelitian ini, titik berat peningkatan kualitas melalui pelatihan APN adalah pada
proses mempersiapkan dan menangani kelahiran bayi serta proses pelaksanaan prosedur pasca
persalinandimana didalamnya termasuk pengisian partograf,Inisiasi Menyususi Dini(IMD)
dan injeksi vitamin K. Titik ini merupakan bagian terlemah dari keterampilan bidan dan ini
bisa dihubungkan dengan jumlah lahir mati dan kematian bayi yang masih tinggi di Kota
Gorontalo. Beberapa hal dapat kita lihat sebagai penyebab yakni oleh karena kepatuhan bidan
yang rendah dalam hal ini. Dari wawancara yang dilakukan mereka sebenarnya mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal ini hanya saja tidak mereka laksanakan saat pertolongan
persalinan dengan alasan lupa,beban kerja yang tinggi serta mekanisme kontrol bidan
koordinator juga kurang berfungsi sehingga hal ini menjadi hal rutin yang dilaksanakan oleh
bidan tanpa mempertimbangkan resikonya terhadap bayi.
Hal ini agak berbeda dengan penelitian Wiliarti (2011),Koagow (2007) menunjukkan
bahwa dalam hal penanganan komplikasi pada kala III dan kala IV yang merupakan waktu
dimana kematian ibu dan bayi paling banyak terjadi, bidan yang telah terlatih APN mampu
untuk melaksanakan asuhan persalinan dengan baik, mampu mencegah komplikasi , langkahlangkah merujuk dilaksanakan dengan baik, pengetahuan pencegahan infeksi dan
pengetahuan tentang partograf meningkat dan dapat melaksanakan asuhan bayi baru lahir

dengan baik pula.


Pada penelitian ini , sebagian besar responden (80 % ) tidak melaksanakan pengisian
partograf selama proses persalinan berlangsung bahkan sampai pasca persalinan. 10 %
responden melakukan pengisian tetapi belum tepat, sedangkan 10 % lainnya mengisi dengan
baik dan tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Sayekti (2011), hasil penelitian menunjukkan
penggunaan partograf baik , sarana bidan praktek swasta baik, pengetahuan bidan baik , sikap
bidan baik, motivasi bidan baik , persepsi supervisi baik . Adanya hubungan antara motivasi
dengan penggunaan pertograf , adanya hubungan sikap bidan dengan penggunaan partograf
dan tidak adanya hubungan antara pengetahuan, sarana, persepsi supervisi dengan
penggunaan partograf. Hasil dari uji regresi menunjukkan adanya pengaruh motivasi dengan
penggunaan partograf, adanya pengaruh sikap dengan penggunaan partograf.
Pada penelitian ini , sebagian besar responden (60 % ) tidak melaksanakan IMD atau
melaksanakan tetapi tidak tepat atau tidak sesuai standar. Hal ini dikarenakan faktor
pengetahuan akan pelaksanaan IMD yang kurang sehingga responden tidak percaya diri
untuk melaksanakan IMD tersebut. Faktor penting lainnya yang menyebabkan IMD tidak
dilaksanakan adalah kurangnya komunikasi antara responden dengan keluarga ibu sehingga
ada keraguan dari keluarga bahkan penolakan ketika IMD akan dilaksanakan serta
ketidakpatuhan responden dalam penerapan asuhan pasca persalinan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Karindra (2012) di Puskesmas Halmahera dan
Puskesmas Ngesrep yang hasilnya adalah tingkat pengetahuan memiliki hubungan bermakna
dengan pelaksanaan IMD dengan angka signifikansi sebesar p=0.029 dan RR sebesar 1,615
yang berarti bahwa angka pelaksanaan IMD pada kelompok dengan tingkat pengetahuan
tinggi lebih tinggi 1,6 kali dibanding kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah.
Pelaksanaan IMD pada ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang tinggi lebih
besar dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai IMD yang rendah.
Salah satu tujuan pelatihan APN adalah Memberikan pengetahuan & ketrampilan
pelayanan persalinan normal & penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas &
sesuai dengan prosedur standar. Menurut

Michael (2002), jika semua tenaga penolong

persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin
terjadi, menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat
masalah terjadi, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu
dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. Manfaat Asuhan
Persalinan Normal dalam mencegah komplikasi persalinan dan nifas yang mungkin dapat
membantu dalam upaya memahami proses persalinan agar menghindari intervensi yang tidak

tepat dan komplikasi yang tidak perlu terjadi, karena jelas bahwa kehadiran tenaga terlatih
saat persalinan akan mengurangi kemungkinan komplikasi dan kejadian fatal.
Pada penelitian

disimpulkan bahwa pelatihan APN memberikan perbedaan yang

signifikan dalam pengetahuan(p= 0,000) dan keterampilan bidan desa ((p=0,001) di Kota
Gorontalo dalam pertolongan persalinan.Namun begitu hendaknya pengetahuan dan
keterampilan ini perlu tetap dipertahankan dengan cara meningkatkan kepatuhan bidan selalu
mengikuti prosedur standar asuhan persalinan normal yang telah ditetapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pelatihan APN mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan pertolongan
persalinan bidan desa (p=0,025) dan dengan keterampilan pertolongan persalinan bidan desa
(p= 0.000). Artinya bahwa pelatihan APN mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bidan desa akan pertolongan persalinan. Pengetahuan pertolongan persalinan
bidan desa yang telah dilatih APN lebih baik dari pengetahuan bidan desa yang belum dilatih
APN (p=0.000) begitu juga keterampilan pertolongan persalinan bidan desa yang telah
dilatih APN lebih baik dari
disarankan perlu adanya

bidan desa yang belum dilatih APN (p=0,.001). untuk itu

pelatihan APN pada seluruh bidan di Kota Gorontalo tanpa

memandang status kepegawaian,perlu adanya review pelatihan APN pada bidan yang telah
dilatih APN terutama jika masa pelatihan telah lebih dari 5 tahun,untuk hasil yang lebih baik,
pemerintah dapat meninjau kembali sistem pelatihan APN baik metode pelatihannya maupun
materi pelatihan APN yang diberikan dengan memberikan porsi pembelajaran yang lebih
besar pada item pengetahuan dan keterampilan yang kurang pada penelitian ini tanpa
mengesampingkan item pengetahuan dan keterampilan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anita.(2008).Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara Medan : 2008
Alen.(2010).Gambaran Pengetahuan Bidan Dalam Pelaksanaan Standar APN di Kecamatan
Sukarame Palembang tahun 2010. AKBID Budi Mulay Palembang. 2010
Dinas Kesehatan Kota Gorontalo.(2011).Profil Dinas Kesehatan Kota Gorontalo Tahun 2011
JNPK.(2008).Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Depkes RI 2008
Koagouw Eva .(2007). Perilaku Bidan Dalam Menolong Persalinan Pasca Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal (studi kualitatif) Di Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang .
Universitas Diponegoro : 2007
Karindra.(2012).Perbandingan pelaksanaan IMD berdasarkan tingkat pengetahuan ibu
hamil. Di Puskesmas halmahera tahun 2012. Fakultas Kedokteran UNDIP semarang
tahun 2012
Maimunah,S.(2011).Pengaruh Pelatihan APN dan pengetahuan terhadap Perilaku Bidan
Dalam Melaksanakan Pertolongan Persalinan Normal Di Wilayah Mojokasri
Kabupaten Mojokerto. Program Pascasarjana Universitas 11 Maret Surakarta, 2011.
Michael.G.(2002).Knowledge attitude And Practice Toward Skilled care Attendance Among
Women of Reproductive Age Group in Eritea. WHO Eritea Country Office. 2002
Mulyanti.(2008).Faktor Predisposing,Enabling dan Reinforcing terhadap penggunaan
pelindung diri dalam asuhan persalinan normal di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh.
Universitas Sumatera Utara 2008
Nawangsari.H et al.(2009).Hubungan penguasaan kompetensi Asuhan Persalinan Normal
(APN) dengan pengetahuan dan sikap bidan dalam melaksanakan pertolongan
persalinan normal di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia, vol 33(1).PP 3-7.Januari 2009
Onasoga et al.(2012).Perceived Effects of Midwives Attitude Towards Women In Labour in
Bayelsa State, Nigeria..Scholars Research Library 4 (2): 2012, pp. 960 964
Sayekti.B.(2011). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan penggunaan partograf oleh
bidan dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Klaten. Universitas Diponegoro
2011
Sigridur H et al.(2011).The Primacy of The Good Midwife In Midwifery Services: An
Evolving Theory of Professionalism In Midwifery.Scand J Carring Sci: 2011, pp. 806817
Statistics Indonesia.(2008).Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Statistics
Indonesia (Badan Pusat StatistikBPS) and Macro International. 2008
Wiliarti.(2011).Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Bidan Desa Dalam
Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal pada Kala III dan Kala IV Di
Kabupaten Grobogan. Universitas Diponegoro 2011.

Tabel 1. Karakteristik bidan desa di Kota Gorontalo tahun 2013


Jenis Variabel

Jumlah
(n)

Persen
(%)

20 25
26 30
31 35
36 40
41

7
9
12
11
3

16.7
21.4
28.6
26.2
7.1

Total

42

100,0

D1
D3
D4
S1

4
28
8
2

9.5
66.7
19.0
4.8

Total

42

100.0

Masa Kerja (Tahun)


1-5
6-10
11-15
>15

17
5
11
9

40.5
11.9
26.2
21.4

Total

42

100.0

30
12

44
11

42

100.0

Umur

Pendidikan

Pelatihan APN
Tidak pernah
Pernah

Total

Tabel 2.

Distribusi tingkat pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam


pertolongan persalinan di Kota Gorontalo tahun 2013
Jumlah
(n)

Persen
%

Cukup
Kurang

22
20

51.4
48.6

Total

42

100,0

Mahir
Mampu

32
10

76.0
24.0

Total

42

100,0

Jenis Variabel
Pengetahuan

Keterampilan

Tabel 3.

Hubungan pelatihan APN dengan tingkat pengetahuan pertolongan


persalinan bidan desa di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo Tahun 2013
Pengetahuan
Cukup

Pelatihan APN

Jumlah

Kurang

Uji Chi Square


n

Pernah

19

63,3

11

36,7

30

100

Belum pernah

25

75

12

100

Jumlah

22

52.4

20

47.6

42

100

X2 = 5.050
p = 0,025
= 0,347

Tabel 4.

Hubungan Pelatihan APN dengan tingkat Keterampilan Pertolongan


Persalinan idan Desa di Kota Gorontalo tahun 2013
Keterampilan
Total

Pelatihan APN

Mahir

Pernah

28

93.3

6.7

30

100

X2 = 17.010
p = 0.000

belum Pernah
JUMLAH

Tabel 5.

Uji Chi Square

Mampu

33.3

30

71,4

12

66.7

12

28,6

100

42

= -0,636

100

Perbedaan tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan bidan desa


dalam pertolongan persalinan berdasarkan pelatihan APN Kota
Gorontalo Provinsi Gorontalo Tahun 2013
Pengetahuan

Keterampilan

Pelatihan APN
n

Mean

SD

Pernah

30

37.56

3.588

Belum pernah

12

32.25

4.993

Uji t

p = 0,000

Mean

SD

30

1.4590

17.426

12

1.2300

22.004

Uji t

p = 0,001

You might also like