You are on page 1of 7

Media Peternakan, Agustus 2007, hlm. 122-128 Vol. 30 No.

2
ISSN 0126-0472
Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005

Suplementasi Fitase, Seng dan Tembaga dalam Ransum


Sebagai Stimulan Pertumbuhan Ayam Broiler

H. Setiyatwana, W.G. Piliangb, D.T.H. Sihombingc, W. Manalud & A. Anange


a
Program Studi Ilmu Ternak, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, email: setiyatwan@yahoo.co.id
b
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
c
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Paternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor
d
Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
e
Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Bandung
(Diterima 22-03-2007; disetujui 19-07-2007)

ABSTRACT

Zinc and Cu have important roles in growth and immune system, but their bioavailability are
low due to the phytic acid content in poultry diet. This experiment was conducted in order to
obtain the best combination of phytase, Zn, and Cu as growth stimulants for broiler fed diet
containing phytic acid. Two hundred eighty eight Day Old Chicks unsexed were allocated into
nine treatment diets with four replications (eight chicks in each replicate). The birds were raised
up to 42 days old. Combination of the treatment diets were: R1 (positive control), R2 (negative
control), R3 (R2 + 132.70 ppm ZnO), R4 (R2 + 286.16 ppm CuSO4), R5 (R2 + 132.70 ppm
ZnO + 286.16 ppm CuSO4), R6 (R2 + phytase 1000 FTU/kg), R7 (R2 + phytase 1000 FTU/
kg + 132.70 ppm ZnO), R8 (R2 + phytase 1000 FTU/kg + 286.16 ppm CuSO4 ), R9 (R2 +
phytase 1000 FTU/kg + 132.70 ppm ZnO + 286.16 ppm CuSO4). The results of this research
indicated that the phytase supplementation (1000 FTU/kg), ZnO (132.70 ppm), and CuSO4
(286.16 ppm) in poultry diet 1) improved the body weight and feed conversion, but did not
significantly influence the feed consumption, 2) increased serum Zn, and 3) increased the alkalin
and phosphatase activity.

Key words: phytase, zinc, copper, broiler, growth stimulant

PENDAHULUAN mineral bervalensi dua, yaitu Cu2+, Zn2+, CO2+,


Mn2+, Mg2+, Fe2+, dan Ca2+. Ikatan fitat-Zn dan
Mineral Zn dan Cu bekerja pada enzim- fitat-Cu merupakan ikatan yang stabil dan tidak
enzim yang terlibat dalam pertumbuhan dan sistem larut sehingga absorpsinya di dalam saluran
kekebalan tubuh, akan tetapi ketersediaan hayatinya pencernaan menurun (Piliang, 2000).
bagi tubuh ternak dipengaruhi oleh kehadiran asam Mineral Zn dalam sistem biologis merupakan
fitat dalam ransum (Piliang, 2000). Fitat pada pH komponen metaloenzym, seperti polimerase
netral membentuk kompleks dengan mineral- DNA, peptidase karboksi A dan B, dan alkalins

122 Edisi Agustus 2007


SETIYATWAN ET AL. Media Peternakan

fosfatase. Enzim tersebut berperan dalam yang terbuat dari bahan besi dan kawat, dan
proliferasi DNA yang selanjutnya berpengaruh masing-masing unit berukuran 0,75 x 0,50 x 0,40
pada sintesis protein, proses pencernaan protein, meter. Setiap unit kandang diisi dengan 8 ekor
dan absorpsi asam amino, serta metabolisme energi DOC. Pemanasan kandang dilakukan selama 2
(Larvor, 1983). minggu menggunakan lampu pijar berkekuatan 60
Mineral Cu berperan pada sintesis hemoglo- watt yang dipasang pada tiap petak kandang.
bin yang normal dan merupakan komponen Setelah periode tersebut dua lampu pijar digunakan
seruloplasmin, dismutase superoksida (SOD), sebagai alat penerangan malam hari di kandang
oksidase lysil, dan oksidase sitokrom. utama. Susunan ransum kontrol penelitian
Seruloplasmin berperan dalam penyerapan dan dicantumkan pada Tabel 1 dan komposisi nutrien
transpor Fe yang dibutuhkan untuk sintesis hemo- pada Tabel 2.
globin dan dapat berfungsi sebagai antioksidan serta Ransum penelitian terdiri atas: R1 (Kontrol
agen pertahanan (Harmon & Torre, 1997). positif), R2 (Kontrol negatif), R3 (R2 + 132,70
Enzim fitase sebagai bahan pakan aditif ppm ZnO), R4 (R2 + 286,16 ppm CuSO4), R5
mampu melepaskan ikatan fitat dengan Ca, Zn, Cu, (R2 + 132,70 ppm ZnO + 286,16 ppm CuSO4),
dan Mn, serta meningkatkan relaksasi usus, dan R6 (R2 + fitase 1000 FTU/kg), R7 (R2 + fitase
absorpsi nutrien (Traylor et al., 2001). Mineral 1000 FTU/kg + 132,70 ppm ZnO), R8 (R2 + fitase
Zn dan Cu bersifat antagonis di dalam media in- 1000 FTU/kg + 286,16 ppm CuSO4), dan R9 (R2
testinal metallothionein. Tembaga selalu kalah + fitase 1000 FTU/kg + 132,70 ppm ZnO +
bersaing dalam berikatan dengan protein. Hal ini 286,16 ppm CuSO4). Ransum kontrol terdiri atas
terjadi karena Zn mempunyai afinitas lebih tinggi kontrol positif dan kontrol negatif sesuai dengan
untuk berikatan dengan histidin dan sistein, rekomendasi BASF & DSM (2002). Tiap
sedangkan Cu hanya berafinitas tinggi dengan perlakuan diulang sebanyak empat kali. Ransum
histidin (Berdanier, 1998). Kandungan Cu yang
tinggi dalam ransum akan menurunkan absorpsi Zn
(Piliang, 2000) sehingga keseimbangan Zn dan Cu Tabel 1. Bahan pakan penyusun ransum
dalam ransum perlu diperhatikan. penelitian (%)
Penelitian ini mengkaji peran Zn dan Cu
dalam menggertak enzim pertumbuhan dan Kontrol Kontrol
Bahan pakan
positif negatif
kekebalan tubuh, serta peran enzim fitase dalam
meningkatkan ketersediaan hayati mineral. Kajian Dedak padi 50,00 50,00
ini diharapkan dapat menentukan jumlah Tepung ikan 15,14 15,14
suplementasi enzim fitase, Zn, dan Cu ke dalam Jagung 15,00 15,00
ransum guna mendapatkan tingkat pertumbuhan Bungkil kedelai 13,00 13,00
paling baik. Minyak CPO 5,50 4,20
Premiks 0,30 0,30
CaCO3 0,96 2,26
MATERI DAN METODE Garam 0,10 0,10

Ayam broiler umur sehari (DOC) strain Cobb Keterangan:


sebanyak 288 ekor (unsexed) dengan bobot hidup kontrol positif: ransum kontrol dengan kandungan
energi sebesar 3100 Kkal/kg dan PK sebesar
rata-rata 48,72 g dan koefisien variasi 7,96% 21,60%; kontrol negatif: ransum kontrol dengan
digunakan dalam penelitian ini. Anak ayam kandungan energi sebesar 3000 Kkal/kg dan PK
ditempatkan secara acak ke dalam 36 unit kandang sebesar 21,60%.

Edisi Agustus 2007 123


Vol. 30 No. 2 SUPLEMENTASI FITASE

Tabel 2. Komposisi nutrien ransum kontrol Prodia. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik
penelitian berdasarkan perhitungan ragam kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan dan
uji korelasi (Steel & Torrie, 1980).
Kontrol Kontrol
Nutrien
positif negatif HASIL DAN PEMBAHASAN
EM (Kkal/Kg) 3100,00 3000,00
PK (%) 21,60 21,60 Penampilan Ayam Broiler Selama
SK (%) 7,60 7,60 Pemeliharaan 42 Hari
Ca (%) 1,23 1,75
P total (%) 1,31 1,31 Hasil percobaan menunjukkan bahwa
P tersedia (%) 0,16 0,16 konsumsi ransum ayam broiler yang diberi ransum
Na (%) 1,27 1,27
kontrol positif, kontrol negatif, suplementasi enzim
Cl (%) 0,14 0,14
Lisin (%) 1,18 1,18 fitase 1000 FTU/kg, ZnO 132,70 ppm, CuSO4
Metionin (%) 0,39 0,39 286,16 ppm, dan kombinasinya ke dalam ransum
Met + Sist (%) 1,19 1,19 tidak berbeda nyata. Rataan pertambahan bobot
Cu (mg/kg) 11,62 11,62 badan ayam yang diberi ransum yang
Fe (mg/kg) 17,80 17,80 disuplementasi hanya fitase, dan kombinasi fitase,
Mn (mg/kg) 14,03 14,03 ZnO dan CuSO4 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari
Zn (mg/kg) 45,50 45,50
yang mendapat suplementasi hanya ZnO, CuSO4
Asam fitat (%) 3,80 3,80
Molar rasio 83,00 91,39 atau kombinasinya. Rataan pertambahan bobot
Asam fitat : Zn badan ayam yang mendapat ransum yang
disuplementasi hanya fitase, dan suplementasi
Keterangan: kombinasi fitase 1000 FTU/kg, ZnO 132,70 ppm,
kontrol positif: ransum kontrol dengan kandungan
dan CuSO4 286,16 ppm tidak berbeda nyata. Nilai
energi sebesar 3100 Kkal/kg dan PK sebesar
21,60%; kontrol negatif: ransum kontrol dengan konversi ransum ayam broiler yang diberi ransum
kandungan energi sebesar 3000 Kkal/kg dan PK suplementasi kombinasi fitase 1000 FTU/kg, ZnO
sebesar 21,60%. 132,70 ppm, dan CuSO 4 286,16 ppm nyata
(P<0,05) lebih baik dari pada perlakuan lainnya
(Tabel 3).
diberikan dalam bentuk mash dan air minum
diberikan ad libitum. Konsumsi ransum antar perlakuan tidak
Peubah yang diukur adalah: konsumsi ransum, berbeda nyata. Kepadatan ransum antara 0,48-
pertambahan bobot badan, konversi ransum, kadar 0,5 g/cm3 dan perbedaan kandungan energi
Zn dan Cu serum, dan jumlah yang diekskresikan sebanyak 100 kkal/kg antara kontrol positif dan
dalam feses serta aktivitas enzim alkalin fosfatase negatif tidak mempengaruhi konsumsi ransum.
dalam serum. Kandungan Zn dan Cu dianalisis Suplementasi fitase dan mineral tidak
dengan menggunakan atomic absorption mempengaruhi konsumsi. Penelitian terdahulu
spechtrophotometer (AAS). Analisis dilakukan menyatakan bahwa suplementasi kombinasi fitase
di Laboratorium Kimia, Departemen Ilmu Nutrisi dan ZnO tidak mempengaruhi konsumsi ransum
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB ayam petelur (Sumiati & Piliang, 2005). Hal ini
Bogor. Pengukuran aktivitas alkalin fosfatase berarti fitase mampu meningkatkan efisiensi
(ALP) dilakukan berdasarkan IFCC (Interna- penggunaan energi. Fitase di dalam saluran
tional Federation of Clinical Chemistry) pencernaan meningkatkan ketersediaan fosfor bagi
(Stauffer, 1989) yang dilakukan di Laboratorium kebutuhan biologis ternak. Fosfor mempunyai

124 Edisi Agustus 2007


SETIYATWAN ET AL. Media Peternakan

Tabel 3. Rataan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum ayam broiler yang
dipelihara dari umur 1-42 hari

Ransum perlakuan
Peubah
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9

Konsumsi 3,17 3,18 3,33 3,13 3,10 3,20 3,29 3,14 3,10
(kg/ekor/42 hari) 0,08 0,09 0,31 0,32 0,17 0,13 0,09 0,23 0,10
Pertambahan bobot 1,48 1,47 1,52 1,55 1,51 1,65 1,56 1,53 1,81
badan (kg/ekor/42 hari) 0,06g 0,10h 0,19e 0,14c 0,08f 0,13a 0,14b 0,12d 0,24a
Konversi ransum 2,14 2,15 2,19 2,01 2,06 1,95 2,12 2,02 1,73
0,13c 0,13c 0,12c 0,12c 0,05c 0,09b 0,14c 0,21c 0,20a
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05);

peran dalam metabolisme karbohidrat. ketersediaan beberapa asam amino lainnya sebagai
Peningkatan metabolisme karbohidrat akibat ikatan metallothionein sehingga diduga lebih
menyebabkan ternak cepat merasa kenyang lengkap dalam mencukupi kebutuhan asam amino.
sehingga aktivitas konsumsi terhenti. Ketersediaan Zn memperbaiki metabolisme
Suplementasi fitase meningkatkan karbohidrat, sintesis protein, dan metabolisme asam
pertambahan bobot badan. Hal demikian nukleat. Ketersediaan Cu memperbaiki sistem
disebabkan karena hidrolisis asam fitat oleh enzim kekebalan tubuh (Piliang, 2000). Hal demikian
fitase meningkatkan ketersediaan nutrien, disebabkan adanya peningkatan aktivitas enzim
ketersediaan mineral, protein, asam amino, dan alkalin fosfatase dalam serum sehingga pertambahan
kompleks ion kofaktor enzim yang dibutuhkan bobot badan menjadi lebih besar dan memperbaiki
untuk aktivitas enzim. Beberapa hasil penelitian nilai konversi ransum. Peningkatan ketersediaan Zn
sebelumnya menyatakan bahwa suplementasi fitase dan Cu bagi kebutuhan biologis ternak inilah yang
500 unit fitase/kg ransum meningkatkan meningkatkan pertumbuhan ayam broiler.
ketersediaan asam amino terutama metionin pada Ayam broiler yang mendapat suplementasi
ayam broiler (Rutherfurd et al., 2004). Kecernaan kombinasi fitase 1000 FTU/kg, ZnO 132,70 ppm,
asam amino meningkat secara linier sesuai dengan CuSO4 286,16 ppm memiliki nilai konversi ransum
penambahan enzim fitase pada semua tingkat pro- paling baik. Hal demikian disebabkan karena ayam
tein ransum ayam broiler (Kornegay et al., 1998). tersebut memiliki rataan pertambahan bobot badan
Fitase meningkatkan ketersediaan metionin, paling tinggi pada tingkat konsumsi yang sama jika
treonin, lisin, dan valin (Biehl & Baker, 1997). dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Asam-asam amino berperan sebagai penyusun
jaringan tubuh dan berperan pada pertumbuhan. Kandungan Mineral Feses
Peningkatan ketersediaan asam amino inilah yang
meningkatkan pertumbuhan dan bobot badan akhir Suplementasi hanya ZnO; kombinasi ZnO
menjadi besar. dan CuSO4; dan fitase dan ZnO nyata (P<0,05)
Suplementasi kombinasi fitase, ZnO, dan meningkatkan kandungan Zn dalam feses.
CuSO4 menghasilkan proses homeostasis mineral Suplementasi hanya CuSO4, kombinasi ZnO dan
melalui proses pengaturan absorpsi dan ekskresi CuSO4; fitase dan CuSO4; dan fitase, ZnO dan
Zn dan Cu intestinal. Mineral Zn dan Cu berbagi CuSO4 nyata (P<0,05) meningkatkan kandungan
channels untuk diabsorpsi sehingga ketersediaan Cu dalam feses (Tabel 4).
Zn dan Cu bagi tubuh ternak sesuai dengan Peningkatan ekskresi Zn pada suplementasi
kebutuhan. Hal demikian meningkatkan ZnO dan peningkatan Cu pada suplementasi

Edisi Agustus 2007 125


Vol. 30 No. 2 SUPLEMENTASI FITASE

Tabel 4. Rataan kandungan mineral Zn dan Cu dalam feses ayam broiler yang dipelihara dari umur 1-
42 hari

Ransum perlakuan
Mineral
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9

Zn 4,57 0,84b 4,61 1,32b 7,270,61a 4,420,91b 7,170,79a 3,940,17b 6,29 1,65a 4,280,23b 4,65 0,34b
Cu 1,21 0,10b 1,180,05b 1,36 0,15b 2,75 0,16a 2,600,36a 1,070,09b 1,13 0,12b 2,590,34a 2,87 0,40a

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05);

CuSO4 disebabkan karena penyerapan Zn dalam yang mengandung ZnO dan CuSO4 meningkatkan
bentuk ZnO menurun dengan meningkatnya absorpsi Zn.
ketersediaan Zn dalan saluran pencernaan,
demikian halnya Cu dalam bentuk CuSO4. Kedua Kandungan Zn, Cu, dan Aktivitas Alkalin
bentuk mineral tersebut memiliki daya larut tinggi, Fosfatase dalam Serum
penurunan ketersediaan kedua mineral tersebut
menggambarkan bahwa kebutuhan ayam akan min- Suplementasi kombinasi fitase, ZnO, dan
eral Zn dan Cu sudah terpenuhi pada tingkat CuSO4 nyata (P<0,05) meningkatkan kandungan
suplementasi 132,70 ppm ZnO dan 286,16 ppm Zn dan aktivitas alkalin fosfatase di dalam serum.
CuSO4. Hal tersebut juga menggambarkan adanya Suplementasi kombinasi fitase dan CuSO4 nyata
kemampuan maksimum absorpsi dinding saluran (P<0,05) meningkatkan kandungan Cu dalam se-
pencernaan terhadap Zn dan Cu. Ekskresi Zn dan rum (Tabel 5).
Cu melalui feses meningkat secara linier sejalan Peningkatan kandungan Zn serum dan
dengan peningkatan taraf Zn dan Cu ransum (Kim aktivitas alkalin fosfatase akibat suplementasi
& Patterson, 2004). Hal ini berarti bahwa kombinasi fitase, ZnO, dan CuSO4 memberi
suplementasi 132,70 ppm ZnO dan 286,16 ppm gambaran adanya keserasian kerja antara fitase dan
CuSO4 telah melebihi kebutuhan. Zn. Fitase meningkatkan absorpsi Zn, kehadiran
Ekskresi Cu meningkat pada suplementasi Zn dan Cu asal ransum tidak menghambat aktivitas
kombinasi fitase, ZnO, dan CuSO4.. Hal ini fitase. Fitase memberikan aksi pada pelepasan
menggambarkan adanya interaksi antagonis antara ikatan myoinositol 1,2,3,4,5,6-hexakis
Zn dan Cu di dalam saluran pencernaan akibat dihydrogen fosfate sehingga ikatan fitat dengan
suplementasi fitase. Fitase mampu melepaskan fosfor, mineral bervalensi dua, dan asam-asam
ikatan fitat dengan mineral, energi, dan asam-asam amino terlepas. Zn dan Cu bersaing untuk
amino. Mineral Zn dan Cu diserap melalui dinding menempati posisi pada protein, Zn memiliki afinitas
usus atas bantuan ligand chelate. Zat pengikat lebih tinggi dibandingkan dengan Cu sehingga lebih
yang membantu proses absorpsi adalah asam amino banyak Zn yang bisa diserap. Hal ini
(Groff & Gropper, 2000). Persaingan antara Zn menggambarkan bahwa terjadi interaksi antagonis
dan Cu untuk berikatan dengan asam amino terjadi antara Zn dan Cu untuk diabsorpsi akibat
di dalam media intestinal metallothionein. Cu suplementasi fitase. Peningkatan kandungan Zn
selalu kalah bersaing untuk berikatan dengan pro- serum meningkatkan aktivitas Alkalin fosfatase. Hal
tein sehingga ekskresi Cu meningkat (Berdanier, ini menggambarkan bahwa aktivitas alkalin fosfatase
1998). Hal ini memberi gambaran bahwa dipengaruhi kandungan Zn di dalam serum.
suplementasi fitase 1000 FTU/kg ke dalam ransum Penelitian terdahulu menyatakan bahwa alkalin

126 Edisi Agustus 2007


SETIYATWAN ET AL. Media Peternakan

Tabel 5. Rataan kandungan mineral Zn, Cu, dan aktivitas Alkalin fosfatase dalam serum ayam broiler
yang dipelihara dari umur 1-42 hari

Ransum perlakuan
Mineral
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9

Zn ( gram/dl) 79,390,18f 79,140,57f 47,670,31h 100,60,14c 81,50,28e 103,40,33b 65,450,26g 90,520,30d 106,60,36a
Cu ( gram/dl) 91,500,09g 76,520,07i 84,510,06h 98,630,25f 113,50,08e 128,50,06c 136,50,07b 143,50,20a 121,50,07d
Alp (U/L) 206,40,41f 204,30,28g 184,40,45i 230,10,65d 210,40,47e 240,60,23c 189,30,23h 256,70,12b 270,20,14a

Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

fosfatase membutuhkan Zn untuk strukturnya serta meningkatkan ekskresi feses. Hal ini memberi
memerlukan Zn2+ dan Mg2+ untuk aktivitasnya gambaran bahwa Zn atau Cu tidak efektif diberikan
(Metzler, 1977). Hal ini memberi gambaran bahwa masing-masing tanpa kombinasi.
suplementasi kombinasi fitase 1000 FTU/kg, ZnO
132,70 ppm, dan CuSO 4 286,16 ppm KESIMPULAN
meningkatkan kandungan Zn dalam serum yang
diikuti dengan peningkatan aktivitas alkalin Suplementasi enzim fitase sebanyak 1000
fosfatase. FTU/kg, ZnO 132,70 ppm, dan CuSO4 286,16
ppm ke dalam ransum merupakan perlakuan
Korelasi antara Mineral Ransum dan terbaik. Pada perlakuan ini terjadi peningkatan
Mineral Feses, Serum, dan Aktivitas absorbsi Zn. Sebagian besar Zn yang diabsorbsi
Alkalin Fosfatase digunakan untuk meningkatkan aktivitas alkalin
fosfatase. Peningkatan aktivitas alkalin fosfatase
Dugaan korelasi antara mineral dalam
memberikan dampak positif pada perbaikan
ransum, feses, serum, dan aktivitas enzim alkalin
penampilan ayam broiler.
fosfatase disajikan pada Tabel 6. Uji korelasi
membuktikan bahwa suplementasi hanya ZnO
menurunkan ketersediaan Zn dan aktivitas alkalin DAFTAR PUSTAKA
fosfatase. Suplementasi hanya CuSO 4
BASF & DSM. 2002. The Natural Key to Higher
Yields. BASF, Lugwigshafen, Germany.
Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition Mi-
Tabel 6. Korelasi antara mineral dalam ransum dan croelement. CRC Press, Boca Raton, Bos-
mineral dalam feses, serum, dan aktivitas ton, London, New York, Washington DC.
enzim alkalin fosfatase p.143-150 ; 194-207.
Biehl, R.R. & D.H. Baker. 1997. Microbial
Korelasi phytase improves amino acid utilization in
young chicks fed diets based on soybean meal
Zn ransum x Cu feses 0,12 but not diets based on peanut meal. Poult. Sci.
Zn ransum x Zn feses 0,69 76:355-360.
Zn ransum x Zn serum -0,43 Groff, J.L. & S.S. Gropper. 2000. Advanced
Zn ransum x enzim alkalin -0,27 Nutrition and Human Metabolism. Ed ke-3.
fosfatase Wadsworth Thomson Learning, USA.
Cu ransum x Cu feses 0,95 Harmon, R.J. & P.M. Torre. 1997. Economic
Cu ransum x Cu serum 0,36 Implication of Copper and Zinc Proteinates :
Role in Mastitis Control. In: T.P. Lyon, K.A.

Edisi Agustus 2007 127


Vol. 30 No. 2 SUPLEMENTASI FITASE

Jacques (Eds). Biotechnology in The Feed In- Rutherfurd, S.M., T.K. Chung, P.C.H. Morel
dustry. Nottingham University Pr. p. 419- & Moughan. 2004. Effect of microbial
430. phytase on ileal digestibility of phytate phos-
Kim, W.K. & P.H. Patterson. 2004. Effects of phorus, total phosphorus, and amino acids in
dietary zinc suplementation on broiler perfor- a low-phosphorus diet for broiler. Brit. Poult.
mance and nitrogen loss from manure. Sci. 43: 598-606.
Poult.Sci. 83:34-38. Stauffer. 1989. Metode pengukuran aktivitas alkalin
Kornegay, E.T., D.M. Denbow, Z. Yi & V. fosfatase. Petunjuk laboratorium.
Ravindran. 1998. Response of broiler to Laboratorium klinik Prodia, Jakarta.
Steel, R.D.G. & J.H. Torrie. 1980. Principles and
graded levels of natuphos phytase added to
Procedures of Statistics, a Biometrical Ap-
corn-soybean meal-based diets containing proach. International Student Ed. McGraw-
three levels of non phytate phosphorus. Brit. Hill. Kokusha Limited, Tokyo.
J. Nutr. 75:839-852. Sumiati & W.G. Piliang. 2005. Increasing laying
Larvor, P. 1983. The Pools of Celluler Nutrients: performances and egg vitamin A content
Mineral. In: P.M. Riss (ed). Dynamic Bio- through zinc oxide and phytase enzyme
chemistry of Animal Production. Elsevier: suplementation. Med Pet 28:130-135.
Amsterdam. Traylor, S.L., G.L. Cromwell, M.D. Lindermann
Metzler, D.E. 1977. Biochemistry : The chemi- & D.A. Kuabe. 2001. Effects of levels of
cal reactions of living cells. London : Aca- suplemental phytase on ileal digestibility of
demic Press, Inc. amino acid, calcium and phosphorus in
Piliang, W.G. 2000. Nutrisi Mineral. Edisi ke 3. dehulled soybean meal for growing pigs. J.
Bogor: PAU Ilmu Hayat IPB . Anim. Sci. 79:2634-2642.

128 Edisi Agustus 2007

You might also like