Professional Documents
Culture Documents
Wanti Seleky
Lucky T Kumaat
Mulyadi
Abstrak. Infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah flebitis yaitu inflamasi
vena akibat pemasangan infus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik penyuntikan
intravena dengan cara mengalirkan aliran infus terhadap kejadian flebitis di ruang perawatan
Bougenvile RSUD Tobelo.Sampel berjumlah 30 responden yang terpasang infus dengan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Desain penelitian mengggunakan metode penelitian
Pre Eksperimen dengan pendekatan Static-group Comparison.Hasil penelitian berdasarkan uji
Mann Whitney Test nilai P Value sebesar 0,001 < 0,05. Jadi nilai P Value < batas kritis 0.05.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pada kelompok perlakuan
dengan cara mengalirkan aliran infus terhadap kejadian flebitis, dan kelompok kontrol dengan
cara menghentikan aliran infus terhadap kejadian flebitis. Saran di harapkan dari hasil penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi bahan acuan perawat RSUD Tobelo dalam
mengembangkan mutu asuhan keperawatan bahwa dengan teknik mengalirkan aliran infus saat
melakukan penyuntikan lebih efektif untuk mencegah angka kejadian flebitis.
Kata Kunci: Mengalirkan aliran infus, flebitis
2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016
responden (73,3%), dan yang tidak pada obat-obat yang diberikan melalui
mengalami flebitis berjumlah 2 responden intravena
(26,7%). Hasil penelitian menunjukkan
Kejadian flebitis pada 11 responden Mean Rankatau rata-rata pada 2 tiap
(73,3%) tersebut mendapatkan obat injeksi kelompok yaitu pada kelompok kontrol
intravena golongan antibiotik yaitu rerata kejadian flebitis 20.13 lebih tinggi
ceftriaxone sediaan vial serbuk. Sehingga dari pada rerata kejadian flebitis dari
peneliti berasumsi bahwa kejadian flebitis kelompok perlakuan, yaitu 10.87. Pada
diatas merupakan flebitis kimia yang banyak uji Mann Whitney Test nilai P
dipengaruhi oleh pemberian obat injeksi jenis Valuesebesar 0,001 < 0,05. Jadi nilai p
antibiotik serbuk yang harus dilarutkan value <batas kritis 0,05 maka terdapat
dengan cairan pelarut seperti aquades pro perbedaan bermakna antara dua
injeksi.Pemberian obat injeksi jenis antibiotik kelompok atau yang berarti Ha diterima,
seperti ceftriaxone serbuk sediaan vial sehingga adanya pengaruh tehnik
termasuk jenis obat dengan tingkat kelarutan penyuntikan intravena dengan cara
yang cukup pekat sehingga tergolong mengalirkan aliran infus terhadap
beresiko terhadapkejadian infeksi flebtis pada
kejadian flebitis di ruang Bougenvile
RSUD Tobelo.
pasien yang mendapatkan terapi tersebut,
Pada hasil penelitian ini jelas terlihat
terlebih ketika obat tersebut tidak dicampur
perbedaan antara teknik tetap mengalirkan
dengan baik oleh dengan cairan pelarut oleh
aliran infuse saat penyuntikkan kejadian
petugas.
flebitis berkurang, sedangkan teknik
Hasil penelitian dari Muhtolib (2008) dengan mengentikan cairan infus kejadian
skala nyeri pada pemberian injeksi flebitis lebih tinggi.
deksamethason 5 mg intravena melalui port Pada dasarnya, ada dua cara
selang infus dengan menghentikan aliran menyuntik intra selang. Yang pertama
infus di Unit Penyakit Dalam BP RSUD dengan cara mengehentikan aliran infus.
Cara ini merupakan cara umum yang
Kebumen diperoleh data 8 responden (53,3
dilakukan oleh banyak perawat.
%) mengalami nyeri pada skala 2 dan 1 Teknisnya, ketika seorang perawat akan
responden (6,7 %) mengalami nyeri pada menyuntikan obat ke pasien lewat intra
skala 3. Hal ini terjadi karena konsentrasi selang, perawat menghentikan aliran
obat lebih pekat akibat hanya sedikit infus dengan cara mematikan aliran infus
mengalami pengenceran oleh cairan infus atau melipat selang infus. Berbagai buku
sehingga efek iritasi terhadap dinding vena perawat mengajarkan tentang cara ini.
lebih besar. Pada saat melakukan penelitian
Menurut Potter & Perry (1997) dalam peneliti meninjau lebih lanjut, ada
Muhtolib (2008)bolus dapat menyebabkan beberapa kelebihan dan kekurangan
iritasi langsung pada lapisan pembuluh darah, dengan teknik ini.Banyak perawat
sehingga menimbulkan nyeri pada klie. berargumen bahwa alasan mereka
Keadaan ini merupakan faktor predisposisi menghentikan aliran infus, atau melipat
terjadinya fhlebitis. Sesuai pernyataan selang adalah agar obat-obatan langsung
Luckman (1997) dalam Muhtolib (2008) masuk, tidak naik ke atas.Hal ini sangat
flebitis adalah infeksi vena yang disebabkan penting untuk memastikan obat masuk
oleh iritasi zat cairan kimia intravena, dengan cepat.Apalagi dalam situasi
pengobatan, iritasi zat kimia dari emergensi, di mana obat-obatan seperti
jarum/kanula atau infeksi setempat, serta adrenalin harus langsung masuk.Akan
merupakan perkembangan darigejala tetapi, teknik yang pertama ini
tromboplebitis. flebitis adalah infeksi vena mempunyai beberapa kelemahan atau
yang disebabkan oleh iritasi zat-zat kimia
5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016
kekurangan, yang paling utama adalah terjadi cairan aquades tersebut naik
rasa sakit. keatas, tetapi setelah diperbaiki, dan
Nyeri/sakit merupakan salah satu disuntikan lagi cairan aquaedes tidak
diagnosa keperawatan aktual yang paling lagi naik keatas / (botol infus).
sering ditemukan.Penyuntikan dengan Memang sampai saat ini belum ada
menghentikan aliran infus mempunyai evidence base yang jelas mengenai
efek samping rasa sakit.Karena, obat- konsep yang kedua ini. Karena, apabila
obatan yang disuntikan langsung masuk ditinjau dari segi keilmuan, masih
ke aliran darah.Hal ini tidak dianjurkan banyak yang harus diteliti, seperti apakah
apabila kita menyuntikan obat-obatan tindakan menyuntik dengan cara
yang agak keras.Seperti antibiotik dan bersamaan dengan aliran infus tidak
antiemetik. Lebih lanjut lagi, apabila hal mengurangi efek obat, atau berpengaruh
ini dilakukan terus menerus, akan terhadap waktu paruh obat, dan hanya
mempercepat terjadinya untuk cairan apa saja yang diperbolehkan
flebitis/peradangan, karena dinding untuk melakukan tindakan ini.
pembuluh darah vena dapat teriritasi Dari hasil penelitian Muhtolib
oleh obat. (2008) tentang Efektifitas penyuntikan
Cara yang kedua adalah dengan bolus intravena melalui port selang infus
tidak menghentikan aliran di Unit Penyakit Dalam BP RSUD
infus.Penyuntikan dilakukan dengan Kebumen dengan hasil uji, t hitung
infus yang terus berjalan.Teknisnya adalah sebesar -7,056, sedangkan nilai(p)
adalah, waktu penyuntikan aliran infus signifikansinya adalah 0,000. Hal ini
agak dipercepat, sampai dengan 40 menunjukkan Ho ditolakyang artinya ada
gtt/menit.Keuntungan yang utama adalah perbedaan rata-rata yang signifikan pada
karena obat dimasukkan bersamaan skala nyeri pasien antara yang menerima
dengan cairan infus, viskositas obat tindakan pemberian injeksi
menjadi turun, dan pasien tidak begitu deksamethason 5 mg melalui port selang
merasa nyeri.Walaupun, banyak perawat infus dengan menghentikan aliran infus
beralasan bahwa menyuntik dengan dengan yang menerima tindakan
menghentikan aliran infus tidak jauh pemberian injeksi deksamethason 5 mg
berbeda, karena viskositas obat telah melalui port selang infus tanpa
jauh berkurang dengan pengenceran, menghentikan aliran infus. Dari
menyuntik obat dengan tidak penelitian ini disimpulkan bahwa
menghentikan aliran infus mengurangi Penyuntikan deksamethason 5mg bolus
tekanan, dan hal itu mengurangi iritasi intravena melaluiport selang infus tanpa
obat terhadap dinding vena. menghentikan aliran infus, terbukti lebih
Salah satu kelemahannya, apabila efektif dibandingkan dengan
terlalu cepat menyuntikkannya, maka penyuntikan deksamethason 5 mg bolus
cairan akan naik ke atas / (botol infus). intravena melalui port selang infus
Tindakan ini, tidak boleh dilakukan untuk dengan menghentikan aliran infus.
pemberian obat secara cepat, seperti Peneliti berasumsi bahwa dengan
pemberian adrenalin pada saat emergensi. tetap mengalirkan cairan infus saat
Tetapi peneliti berpendapat setelah memberikan suntikan antibiotik kentungan
melakukan penelitian bahwa cairan obat yang utama adalah karena obat
yang naik ke atas akibat sumbatan dari dimasukkan bersamaan dengan cairan
dalam aboket, dan daerah bagian bawah infus, viskositas obat menjadi turun, dan
yang tersumbat.Hal ini dibuktikan pada pasien tidak begitu merasa nyeri.Karena
saat cairan infus macet atau terhenti, banyaknya suntikan injeksi yang
peneliti mencoba memperbaiki dengan didapatkan 2 sampai 3 dosis obat dengan
menyuntikan cairan aquades, dan yang suntikan dalam waktu 1x24 jam yang
6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016