You are on page 1of 8

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

PENGARUH TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAVENA DENGAN CARA


MENGALIRKAN ALIRAN INFUS TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS
DI RUANG PERAWATAN BOUGENVILE RSUD TOBELO

Wanti Seleky
Lucky T Kumaat
Mulyadi

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Wanti_seleky@yahoo.co.id

Abstract.Nosocomial infections that most common in hospitals is phlebitis, inflammation of a vein


due to infusion. This research purposes are known effects of intravenous injection technique by
flowing streams infusion on the incidence of phlebitis in cast care hospital BougenvileTobelo. The
research sample is 30 respondents who attached a drip to the control group and the intervention
group.Design researchis using research methods Pre-Experiments with Static-group approach
Comparison.Results of research is using Mann Whitney Test Value P value of 0.001 <0.05.So the
value of P Value <critical threshold 0.05.The conclusion from this research showed that there is
a difference in the group treated by flowing streams infusion on the incidence of phlebitis, and the
control group by stopping the flow of infusion on the incidence of phlebitis.Suggestionsthe
expected results of this research can increase knowledge and become a reference to the nurse in
Hospital Tobelo in developing the quality of nursing care that the technique of infusion flow
stream when the injection is more effective to prevent the incidence of phlebitis.
Keywords : Flowing streams infusion, phlebitis

Abstrak. Infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah flebitis yaitu inflamasi
vena akibat pemasangan infus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik penyuntikan
intravena dengan cara mengalirkan aliran infus terhadap kejadian flebitis di ruang perawatan
Bougenvile RSUD Tobelo.Sampel berjumlah 30 responden yang terpasang infus dengan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Desain penelitian mengggunakan metode penelitian
Pre Eksperimen dengan pendekatan Static-group Comparison.Hasil penelitian berdasarkan uji
Mann Whitney Test nilai P Value sebesar 0,001 < 0,05. Jadi nilai P Value < batas kritis 0.05.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pada kelompok perlakuan
dengan cara mengalirkan aliran infus terhadap kejadian flebitis, dan kelompok kontrol dengan
cara menghentikan aliran infus terhadap kejadian flebitis. Saran di harapkan dari hasil penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi bahan acuan perawat RSUD Tobelo dalam
mengembangkan mutu asuhan keperawatan bahwa dengan teknik mengalirkan aliran infus saat
melakukan penyuntikan lebih efektif untuk mencegah angka kejadian flebitis.
Kata Kunci: Mengalirkan aliran infus, flebitis

PENDAHULUAN satu sumber penularan infeksi nosokomial di


Infeksi masih merupakan salah satu rumah sakit yaitu perawat. Perawat memiliki
penyebab utama kematian dan kesakitan di andil yang sangat besar dalam pencegahan
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan infeksi nosokomial, karena perawat lebih
lainnya. Salah satu infeksi yang didapat di sering kontak dengan pasien. Infeksi
rumah sakit yaitu infeksi nosokomial. Salah nosokomial yang paling sering terjadi di
1
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

rumah sakit adalah flebitis yaitu inflamasi METODOLOGI PENELITIAN


vena akibat pemasangan infus (Kepmenkes, Penelitian ini menggunakan metode
2008). penelitian Pre eksperimen dengan pendekatan
Static-group comparison. Penelitian ini
Agar penyelenggaraan pelayanan bertujuan untuk menentukan pengaruh dari
keperawatan dapat mencapai tujuan, suatu tindakan pada kelompok subjek yang
diperlukan suatu perangkat instruksi atau mendapat perlakuan, kemudian dibandingkan
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dengan kelompok subjek yang tidak
untuk memenuhi kebutuhan pasien, langkah mendapat perlakuan (Setiadi, 2007). Dalam
kegiatan tersebut yaitu standar operasional hal ini yang diteliti yaitu semua pasien yang
prosedur (SOP). Tujuan umum standar di rawat di ruangan Bugenvile yang memenu
operasional prosedur adalah untuk Populasi merupakan
mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan sekelompok yang akan menjadi sasaran
untuk mencapai tujuan yang efisien dan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi
efektif sehingga konsisten dan aman dalam telah diteliti adalah semua pasien yang
rangka meningkatkan mutu pelayanan terpasang infus di ruang perawatan
melalui pemenuhan standar yang berlaku Bougenvile RSUD Tobelo.
(Depkes, 2006). Sampel merupakan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi
Salah satu kegiatan yang menggunakan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
SOP di rumah sakit yaitu teknik pemasangan menggunakan teknik pengambilan sampel
dan pemberian obat melalui infus. Menurut Insidental sampling yaitu siapa saja yang
penelitian dari Iradiyanti tahun 2013 bahwa secara kebetulan bertemu dengan peneliti
infus merupakan cara atau bagian untuk dapat digunakan sebagai sampel, bila di
memasukkan obat, vitamin dan tranfusi darah pandang orang tersebut cocok sebagai
ke dalam tubuh pasien, tetapi dalam pemberian sumber data (Setiadi, 2007).Sampel dalam
infus dapat terjadi komplikasi salah satunya penelitian ini berjumlah 30 orang. Kelompok
flebitis. control berjumlah 15 orang dan kelompok
intervensi berjumlah 15 orang. Kriteria
Penelitian yang dilakukan oleh sampel dalam penelitian ini yaitu:
Mutholib tahun 2008 mengatakan bahwa a) Kriteria inklusi
banyak variasi yang dilakukan dalam tindakan Kriteria inklusi adalah karateristik umum
pemberian obat melalui infus, salah satu yang subjek penelitian dari suatu populasi
sering digunakan adalah bolus intravena port target dan terjangkau yang akan diteliti
selang infus karena dianggap paling praktis dan (Nursalam, 2008)
tidak membutuhkan banyak peralatan. 1) Pasien yang bersedia menjadi responden
2) Pasien yang terpasang infus
Berdasarkan latar belakang yang telah 3) Pasien yang mendapat hanya 1
diuraikan di atas, maka yang menjadi suntikan antibiotik
perumusan masalah adalah : Apakah b) Kriteria ekslusi
terdapat pengaruh teknik penyuntikan Kriteria ekslusi adalah menghilangkan
intravena dengan cara mengalirkan aliran atau mengeluarkan subjek yang
infus terhadap kejadian flebitis di ruang memenuhi yang memenuhi kriteria dari
perawatan Bougenvile RSUD Tobelo? studi (Nursalam, 2008).
1) Pasien yang tidak bersedia
Adapun tujuan dari karya tulis ini berpartisipasi dalam penelitian dengan
adalah Diketahui pengaruh teknik alasan-alasan tertentu.
penyuntikan intravena dengan cara 2) Pasien yang mendapat terapi infus
mengalirkan aliran infus terhadap kejadian lebih dari 3atau 4 suntikan
flebitis di ruang perawatan Bougenvile
RSUD Tobelo.

2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari tabel 5.4 di atas menunjukkan


1. Karakteristik Responden Kelompok Persentase
Perlakuan Karakteristik responden
Umur JumlahResponden (%)
berdasarkan umur Tabel 1
20-35 7 46,6%
Persentase
Umur JumlahResponden (%) 36-50 2 13,3%

20-35 8 53,3% 51 6 40,1%

36-50 1 6,6% Total 15 100 %


51 6 40,1%
bahwa dari 15 responden paling
banyak memiliki umur 20-35 tahun
Total 15 100 % yaitu7 responden (46,6%).

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa Tabel 5 Karakteristik responden


dari 15 responden paling banyak memiliki berdasarkan jenis kelamin
umur 20-35 tahunyaitu 8 responden (53%). Jenis Jumlah Persentase
Tabel 2 Karakteristik responden Kelamin Responden (%)
berdasarkan jenis kelamin
Laki-Laki 5 33,3 %
Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Responden (%) Perempuan 10 66,7 %

Laki-Laki 5 33,3 % Total 15 100 %


Perempuan 10 66,7 % Dari tabel 5 di atas menunjukkan
bahwa dari 15 responden paling
Total 15 100 % banyak berjenis kelamin perempuan
yaitu berjumlah 10 responden
(66,7%).
Tabel 3 Kategori responden yang
mendapat perlakuan terhadap kejadian Tabel 6 Kategori responden kontrol
flebitis terhadap kejadian flebitis
Kejadian Jumlah
KejadianFleb JumlahRespon Persenta
Flebitis Responden Persentase
itis den se
Flebitis 2 13,3%
Flebitis 11 73,3%
TidakFlebitis 13 86,7%
TidakFlebitis 4 26,7%
Total 15 100%

Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa Total 15 100%


dari 15 responden paling banyak yang tidak
Dari tabel 5.6 di atas menunjukkan
mengalami flebitis yaitu13 responden
bahwa dari 15 responden paling banyak
(86,7%).
yang mengalami kejadian flebitis yaitu 11
2. Karakteristik Responden Kelompok
Kontrol responden (73,3%).
Tabel 4 Karakteristi kresponden Tabel 7 Pengaruh tehnik penyuntikan
berdasarkan umur intravena dengan cara mengalirkan aliranin
3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

fuster hadap kejadian flebitis di ruang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh


Bougenvile RSUD Tobelo jaringan tubuh termasuk ke jaringan perifer,
ketika tubuh mengalami penurunan kadar
Sum
Mean hemoglobin, tubuh akan melakukan
Kategori Of value n
Rank
Rank
kompensasi dengan mengutamakan suplai
Kelompok 10.87 163.00 15 kebutuhan ke daerah sentral terutama ke
Perlakuan organ otak dan mengurangi perfusi ke
0.001
jaringan perifer dimana lokasi pemasangan
Kelompok infus secara umum di ekstremitas atas
Kontrol 20.13 302.00 15
(Mutholib,2008).
Tabel di atas menunjukkan Mean Menurut Darmawan (2008) dalam
Rank atau rata-rata pada 2 tiap kelompok Pattola (2013), faktor pasien yang dapat
yaitu pada kelompok kontrol rerata yang mempengaruhi angka kejadian flebitis
mengalami flebitis 20.13 lebih tinggi dari mencakup usia, janis kelamin dan kondisi
pada rerata kejadian flebitis dari kelompok dasar pasien. Sedangkan menurut lanbeck
perlakuan, yaitu 10.87. pada uji Mann (2003) dalam Pattola (2013), salah satu
Whitney Test nilai P Value sebesar 0,001 < faktor resiko yang signifikan menyebabkan
0,05. Jadinilai P Value<bataskritis 0,05 maka flebitis vena adalah pasien yang berusia 51-
terdapat perbedaan bermakna antara dua 61 tahun.
kelompok atau yang berarti menunjukan Ha Seperti pernyataan Potter dan Perry
diterima yang artinya ada perbedaan rata-rata (2005) dalam Pattola (2013), usia juga
yang signifikan pada kelompok perlakuan berpengaruh dalam kejadian flebitis, hal ini
dengan cara mengalirkan aliranin fuster dikarenakan pertahanan tubuh seseorang
hadap kejadian flebitis, dan kelompok kontrol terhadap infeksi dapat berubah sesuai
dengan cara menghentikan aliran infus dengan usia. Dewasa menengah tersebut
terhadap kejadian flebitis. lebih bersikap positif dalam menghadapi
Hasil penelitian dari kelompok realitas kesehatan, dilihat dari bagaimana
perlakuan menunjukkan bahwa dari 15 mereka mencari pelayanan kesehatan, untuk
responden paling banyak memiliki jenis mempertahankan dan meningkatkan
kelamin perempuan yaitu berjumlah 10 kesehatan
responden (66,7%) dengan yang tidak Terapi intravena merupakan pemberian
mengalami flebitis yaitu 13 responden cairan atau obat ke dalam pembuluh darah
(86,7%). Sedangkan hasil penelitian dari vena dalam jumlah dan waktu tertentu
kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari melalui pemasangan infus (Heriana,
15 responden paling banyak memiliki jenis 2014).Terapi intravena melalui pemasangan
kelamin perempuan yaitu berjumlah 10 infus digunakan untuk mengobati berbagai
responden (66,7%) dengan yang mengalami kondisi pasien di lingkungan perawatan
kejadian flebitis yaitu 11 responden Rumah Sakit.Sistem terapi ini
(73,3%). memungkinkan terapi berefek langsung,
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang lebih cepat, lebih efektif, dan dapat
menunjukan adanya dominansi kejadian dilakukan secara kontinu. Beberap masalah
flebitis pada perempuan, dikarenakan bisa timbul pada pemberian terapi intravena
perempuan lebih sering mengalami melalui infus karena diberikan secara terus-
penurunan keadaan umum sampai penurunan menerus dan dalam jangka waktu yang
daya tahan tubuh, perempuan mengalami lama antara lain dapat timbul kontaminasi
menstruasi dengan siklus normal setiap bulan mikroba melalui titik akses ke sirkulasi
dalam periode tertentu (misalnya phlebitis).
yang relatif diikuti dengan penurunan daya
tahan tubuh akibat kelelahan yang Hasil penelitian yang telah dilakukan
ditimbulkan dari kurangnya sel darah merah mayoritas responden kontrol yang
dalam tubuh terutama hemoglobin. Dalam mengalami kejadian flebitis berjumlah 11
tubuh hemoglobin
4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

responden (73,3%), dan yang tidak pada obat-obat yang diberikan melalui
mengalami flebitis berjumlah 2 responden intravena
(26,7%). Hasil penelitian menunjukkan
Kejadian flebitis pada 11 responden Mean Rankatau rata-rata pada 2 tiap
(73,3%) tersebut mendapatkan obat injeksi kelompok yaitu pada kelompok kontrol
intravena golongan antibiotik yaitu rerata kejadian flebitis 20.13 lebih tinggi
ceftriaxone sediaan vial serbuk. Sehingga dari pada rerata kejadian flebitis dari
peneliti berasumsi bahwa kejadian flebitis kelompok perlakuan, yaitu 10.87. Pada
diatas merupakan flebitis kimia yang banyak uji Mann Whitney Test nilai P
dipengaruhi oleh pemberian obat injeksi jenis Valuesebesar 0,001 < 0,05. Jadi nilai p
antibiotik serbuk yang harus dilarutkan value <batas kritis 0,05 maka terdapat
dengan cairan pelarut seperti aquades pro perbedaan bermakna antara dua
injeksi.Pemberian obat injeksi jenis antibiotik kelompok atau yang berarti Ha diterima,
seperti ceftriaxone serbuk sediaan vial sehingga adanya pengaruh tehnik
termasuk jenis obat dengan tingkat kelarutan penyuntikan intravena dengan cara
yang cukup pekat sehingga tergolong mengalirkan aliran infus terhadap
beresiko terhadapkejadian infeksi flebtis pada
kejadian flebitis di ruang Bougenvile
RSUD Tobelo.
pasien yang mendapatkan terapi tersebut,
Pada hasil penelitian ini jelas terlihat
terlebih ketika obat tersebut tidak dicampur
perbedaan antara teknik tetap mengalirkan
dengan baik oleh dengan cairan pelarut oleh
aliran infuse saat penyuntikkan kejadian
petugas.
flebitis berkurang, sedangkan teknik
Hasil penelitian dari Muhtolib (2008) dengan mengentikan cairan infus kejadian
skala nyeri pada pemberian injeksi flebitis lebih tinggi.
deksamethason 5 mg intravena melalui port Pada dasarnya, ada dua cara
selang infus dengan menghentikan aliran menyuntik intra selang. Yang pertama
infus di Unit Penyakit Dalam BP RSUD dengan cara mengehentikan aliran infus.
Cara ini merupakan cara umum yang
Kebumen diperoleh data 8 responden (53,3
dilakukan oleh banyak perawat.
%) mengalami nyeri pada skala 2 dan 1 Teknisnya, ketika seorang perawat akan
responden (6,7 %) mengalami nyeri pada menyuntikan obat ke pasien lewat intra
skala 3. Hal ini terjadi karena konsentrasi selang, perawat menghentikan aliran
obat lebih pekat akibat hanya sedikit infus dengan cara mematikan aliran infus
mengalami pengenceran oleh cairan infus atau melipat selang infus. Berbagai buku
sehingga efek iritasi terhadap dinding vena perawat mengajarkan tentang cara ini.
lebih besar. Pada saat melakukan penelitian
Menurut Potter & Perry (1997) dalam peneliti meninjau lebih lanjut, ada
Muhtolib (2008)bolus dapat menyebabkan beberapa kelebihan dan kekurangan
iritasi langsung pada lapisan pembuluh darah, dengan teknik ini.Banyak perawat
sehingga menimbulkan nyeri pada klie. berargumen bahwa alasan mereka
Keadaan ini merupakan faktor predisposisi menghentikan aliran infus, atau melipat
terjadinya fhlebitis. Sesuai pernyataan selang adalah agar obat-obatan langsung
Luckman (1997) dalam Muhtolib (2008) masuk, tidak naik ke atas.Hal ini sangat
flebitis adalah infeksi vena yang disebabkan penting untuk memastikan obat masuk
oleh iritasi zat cairan kimia intravena, dengan cepat.Apalagi dalam situasi
pengobatan, iritasi zat kimia dari emergensi, di mana obat-obatan seperti
jarum/kanula atau infeksi setempat, serta adrenalin harus langsung masuk.Akan
merupakan perkembangan darigejala tetapi, teknik yang pertama ini
tromboplebitis. flebitis adalah infeksi vena mempunyai beberapa kelemahan atau
yang disebabkan oleh iritasi zat-zat kimia

5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

kekurangan, yang paling utama adalah terjadi cairan aquades tersebut naik
rasa sakit. keatas, tetapi setelah diperbaiki, dan
Nyeri/sakit merupakan salah satu disuntikan lagi cairan aquaedes tidak
diagnosa keperawatan aktual yang paling lagi naik keatas / (botol infus).
sering ditemukan.Penyuntikan dengan Memang sampai saat ini belum ada
menghentikan aliran infus mempunyai evidence base yang jelas mengenai
efek samping rasa sakit.Karena, obat- konsep yang kedua ini. Karena, apabila
obatan yang disuntikan langsung masuk ditinjau dari segi keilmuan, masih
ke aliran darah.Hal ini tidak dianjurkan banyak yang harus diteliti, seperti apakah
apabila kita menyuntikan obat-obatan tindakan menyuntik dengan cara
yang agak keras.Seperti antibiotik dan bersamaan dengan aliran infus tidak
antiemetik. Lebih lanjut lagi, apabila hal mengurangi efek obat, atau berpengaruh
ini dilakukan terus menerus, akan terhadap waktu paruh obat, dan hanya
mempercepat terjadinya untuk cairan apa saja yang diperbolehkan
flebitis/peradangan, karena dinding untuk melakukan tindakan ini.
pembuluh darah vena dapat teriritasi Dari hasil penelitian Muhtolib
oleh obat. (2008) tentang Efektifitas penyuntikan
Cara yang kedua adalah dengan bolus intravena melalui port selang infus
tidak menghentikan aliran di Unit Penyakit Dalam BP RSUD
infus.Penyuntikan dilakukan dengan Kebumen dengan hasil uji, t hitung
infus yang terus berjalan.Teknisnya adalah sebesar -7,056, sedangkan nilai(p)
adalah, waktu penyuntikan aliran infus signifikansinya adalah 0,000. Hal ini
agak dipercepat, sampai dengan 40 menunjukkan Ho ditolakyang artinya ada
gtt/menit.Keuntungan yang utama adalah perbedaan rata-rata yang signifikan pada
karena obat dimasukkan bersamaan skala nyeri pasien antara yang menerima
dengan cairan infus, viskositas obat tindakan pemberian injeksi
menjadi turun, dan pasien tidak begitu deksamethason 5 mg melalui port selang
merasa nyeri.Walaupun, banyak perawat infus dengan menghentikan aliran infus
beralasan bahwa menyuntik dengan dengan yang menerima tindakan
menghentikan aliran infus tidak jauh pemberian injeksi deksamethason 5 mg
berbeda, karena viskositas obat telah melalui port selang infus tanpa
jauh berkurang dengan pengenceran, menghentikan aliran infus. Dari
menyuntik obat dengan tidak penelitian ini disimpulkan bahwa
menghentikan aliran infus mengurangi Penyuntikan deksamethason 5mg bolus
tekanan, dan hal itu mengurangi iritasi intravena melaluiport selang infus tanpa
obat terhadap dinding vena. menghentikan aliran infus, terbukti lebih
Salah satu kelemahannya, apabila efektif dibandingkan dengan
terlalu cepat menyuntikkannya, maka penyuntikan deksamethason 5 mg bolus
cairan akan naik ke atas / (botol infus). intravena melalui port selang infus
Tindakan ini, tidak boleh dilakukan untuk dengan menghentikan aliran infus.
pemberian obat secara cepat, seperti Peneliti berasumsi bahwa dengan
pemberian adrenalin pada saat emergensi. tetap mengalirkan cairan infus saat
Tetapi peneliti berpendapat setelah memberikan suntikan antibiotik kentungan
melakukan penelitian bahwa cairan obat yang utama adalah karena obat
yang naik ke atas akibat sumbatan dari dimasukkan bersamaan dengan cairan
dalam aboket, dan daerah bagian bawah infus, viskositas obat menjadi turun, dan
yang tersumbat.Hal ini dibuktikan pada pasien tidak begitu merasa nyeri.Karena
saat cairan infus macet atau terhenti, banyaknya suntikan injeksi yang
peneliti mencoba memperbaiki dengan didapatkan 2 sampai 3 dosis obat dengan
menyuntikan cairan aquades, dan yang suntikan dalam waktu 1x24 jam yang

6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

didapatkan 6 sampai 9 kali injeksi. Iradiyanti, (2008). Hubungan Pengetahuan


Selain nyeri yang dirasakan pasien dan Sikap Perawat terhadap
berkurang saat diinjeksikan, juga dapat Penerapan Standar Operasional
mengurangi tekanan, dan hal itu Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik
mengurangi iritasi obat terhadap dinding dalam Upaya Pencegahan Infeksi di
vena.Sehingga peneliti berpendapat RSUD Arifin Achmad
bahwa tindakan menyuntik obat dengan Pekanbaru.Skripsi USU.
tidak menghentikan aliran infus dapat
menjadi pilihan yang lebih baik, karena Kepmenkes.(2008). Infeksi Nosokomial di
lebih tidak mengakibatkan nyeri Rumah Sakit. Jakarta.
kepada pasien, dan dapat mengurang Mutholib.(2008). Perbedaan Tingkat Nyeri
kejadian flebitis. pada Penyuntikan Deksamethasone
5 Mg per bolus Intravena dengan
SIMPULAN
Cara Mengalirkan dan
Menghentikan Aliran Infus di BP
Berdasarkan hasil penelitian, maka
RSUD Kebumen.Skripsi Universitas
dapat di tarik kesimpulan sebagaiberikut :
Pada pasien yang dilakukan teknik Purwokerto. Dalam Online
penyuntikan intravena dengan cara http://digilib.stikes
mengalirkan aliran infus diruang muhgombang.ac.id/files/disk1/28/jt
perawatan Bougenvile RSUD Tobelo stikes muhgo-gdl mutholibha-1366-
sebagian besar responden tidak 2hal. 101-7.pdf diakses tanggal10
mengalami flebitis. Pada pasien yang september 2015, Jam 23.00 WITA
dilakukan teknik penyuntikan intravena Monica, E. (2005). Pedoman Perawatan
dengan tidak mengalirkan aliran infus di
Pasien. Jakarta: EGC.
ruangperawatan Bougenvile RSUD
Tobelo sebagian besar responden Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan
mengalami kejadian flebitis. Terdapat Metodologi Penelitian Ilmu
perbedaan kejadian flebitis dengan teknik Keperawatan. Jakarta: Salemba
penyuntikan intravena dengan Medika.
mengalirkan aliran infuse dan
menghentikan aliran infus di ruang Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi
perawatan Bougenvile RSUD Tobelo. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
PSIK Universitas Sam Ratulangi.(2013).
Bruner & Suddart, (2002). Perawatan Panduan Penulisan Tugas Akhir
Medikal Bedah. Konsep dan Proposal dan Skripsi.
Tantangan Dalam Penatalaksanaan Pattolla, 2013. Gambaran Kejadian Plebitis
Pasien. Edisi 8 Volume.Jakarta : Akibat Pemasangan Infus Pada
EGC Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah
Majene. Dalam online
Dasar Terapi Cairan dan Nutrisi. (2012).
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1
Jakarta: PT Otsuka Indonesia /5/elibrary%20stikes%20nani%20has
Saputra, L. (2013). Keterampilan Dasar anuddin--pattolaabd-239-1-
untuk Perawatdan Bidan. Jakarta: artikel4.pdf,
Bina Rupa Aksara. Diakses tanggal 10 Januari 2016,
Jam 22.15 WITA
Heriana, P. (2014). Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
7
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari 2016

Setiadi.(2013). Konsep dan Penulisan Riset


Keperawatan. Yogyakarta: Gira
Ilmu.
Saputra, L. (2013). Keterampilan Dasar untuk
Perawat dan Bidan. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Weinstein, M,S. (2002). Buku Saku Terapi
Intravena. Jakarta: EGC.
Depkes.(2012). Standar Operasional
Prosedur di Rumah Sakit. Jakarta.

You might also like