Professional Documents
Culture Documents
S
SCI-01
QUALIT
TY IMPROV
VEMENT OFF LEARNINGG PROCESS S AND BAS
SIC COMPE
ETENCY OF
STUDEN
NTS PHYSICS IN USIN
NG " 5E" MODELS
M OF LEARNING
G
A. Istri Ra
ai Sudiatmikaa
(Fa
aculty of Math
hs and Science
e Education Ganesha
G Univversity of Educcation Singara
aja Bali
r_sudiatmikka@yahoo.com m)
ABS
STRACT
The aim off this researchh was to 1) immprove learniing process, 2)
2 promote basic
ba competen ency of sciencce
among thee students, and
a 3) describ be their respoonses towardds 5E model of o learning. This
T study waas
conducted d at Class II/EE SLTP Negerri 6 Singaraja by involving g 35 studentsts. This was an
a action baseed
research consisted
co of 2 cycles with the
t topics resp spectively: tem
emperature (CyCycle 1) and heat
h (Cycle 2).
2)
The data ono the learnin ng process were
w collected
d by using an n observation
n guide, masttery of physiccs
concepts were collectted by a testt, life skills (imvolving
(i per
ersonal, acadeemic, social and
a vocationa
nal
skills) and the studentss responses toward
t 5 E models
m by usiing quetionary
ry.
The resultt showed thatt: (1) there was
w an improvve on learning ng process, (22) increase onn the studentts
basic com mpetency scie ence, and (3 3) the studen ents responsees were su ufficiently pos
ositive to th he
implementtation of 5E models
m of leaarning.
Keywords
s: 5E models of learning, learning proce
ess, physics concepts.
c
PENDAHULU UAN
Model pembe elajaran meru upakan salah h satu kompo onen penduku ung keberhassilan proses belajar
b menggajar
(Sunarno, 19 998). Salah sa atu model pembelajaran yangy dapat diterapkan ada alah model pe embelajaran "5E"
"
(Collete & Ch hiappetta, 19994; Eisenkraaft, 1997). Model
M pembe elajaran "5E" merupakan perwujudan dari
f
filosofi konstrruktivisme tentang belajarr dan pembe elajaran denga an asumsi ba ahwa "pengettahuan diban ngun
d
dalam pikiran
n pelajar". Model
M pembellajaran ini keemudian diela aborasi ke dalam inkuiri (Suastra, 2002).
Dengan dem mikian secara tidak langsu ung keuntung gan dari pend dekatan inkuiri dalam pembelajaran akan a
d
dapat diperolleh melalui pe enerapan mo odel pembelajjaran "5E". Ad dapun keuntu ungan dari pe endekatan inkkuiri
a
adalah sebag gai berikut: 1)) Pengajaran menjadi berpusat pada siswa
s (student
nt-centered); 2)
2 Proses bellajar
melalui inkuirri dapat membentuk dan mengembangk
m kan konsep diri;
d 3) Tingka at pengharapa an bertambahh; 4)
Belajar inkuirri dapat meng gembangkan bakat kemam mpuan individ du; 5) Mengh hindarkan siswwa dari cara-ccara
belajar tradissional yang ce endrung men nghafal; 6) Memberikan
M w
waktu bagi sisswa untuk mengasimilasi
m dan
mengakomod dasi informasi.
Mode el pembelajarran "5E" men ngandung limma fase pemb belajaran yan fa Engagem
ng meliputi fase ment
(pengikutserttaan), Eksplorasi, Eksplana asi, Elaborasii dan Evaluassi. Melalui lima fase dala am pembelaja aran
maka diharap pkan nantinyya akan dapa at memfasilitaasi siswa unttuk meningka atkan aktifitasnya baik daalam
melakukan percobaan,
p mengemukakan n pendapat serta
s mengajjukan pertanyyaan dalam menemukan dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuann
p nya. Bruner (Sadia,
( 1996) menyataka an bahwa pe engetahuan yang
y
d
diperoleh denngan belajar penemuan
p memiliki bebera apa kebaikan. Pertama, pe engetahuan ittu bertahan laama
a
atau lama da apat diingat, atau lebih mudah
m diinga
at, dibandinggkan dengan pengetahuan n yang dipelaajari
d
dengan cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan memiliki
m efek transfer
t yang lebih baik diibandingkan hasil
h
belajar lainnyya. Ketiga, se ecara menyeluruh belajarr penemuan dapat d mening gkatkan pena alaran siswa dan
kemampuan untuk berpik kir secara bebbas. Disampiing itu juga, secara khusu us belajar pe enemuan mellatih
keterampilan--keterampilan n kognitif sisw
wa untuk me enemukan da an memecahkan masalah secara man ndiri.
Keterampilan kognitif yang g digunakan oleh
o para sain
ntis sebagai pendekatan
p sistimatik dalamm menyelesaikan
38
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
masalahh adalah merupakan keterrampilan prosses (Kurniati,, 2001). De engan demikiian, ketiga asspek dari
kompeteensi dasar fissika (pengeta ahuan, keterrampilan dan sikap) akan n dapat terin ntegrasi dalam
m proses
pembela an berdampak pada menin
ajaran. Hal ini nantinya aka ngkatnya kom mpetensi dasar fisika siswa.
Berdasarkan permasalaha an tersebut di
d atas, maka tujuan yang g ingin dicapaai dalam penelitian ini
adalah sebagai
s berikuut.
1. Meningkatkan kualitas pro TP Negeri 6 Singaraja.
oses pembelajjaran fisika di kelas IIE SLT
2. Meningkatkan kompetensi dasar fisika siswa kelas IIIE SLTP Nege eri 6 Singaraja
a.
3. Mendeskripsiikan dan men nganalisis resspon siswa te
erhadap imple ementasi mod del pembelajaaran "5E"
pada pelajaraan fisika.
METOD DE PENELITIIAN
Penelitia
an tindakan kelas
k ini dilakkukan di kelass IIE SLTP Negeri
N 6 Singa araja dengan melibatkan 35 orang
siswa. Penelitian
P ini meliputi
m dua siklus
s dengan rincian kegia
atan setiap sikklusnya sebag
gai berikut.
Siklus I: Mate
S eri Suhu Siklus II: Materi Kalor
P
Persiapan Persia
apan
P
Pelaksanaan Tindakan
T Pelakssanaan Tindakkan
E
Evaluasi Evaluaasi
R
Refleksi Reflekksi
Persiap pan
Observa asi terhadap kegiatan
k belajjar mengajar sains di kelas dan interviu
u dengan gurru untuk mendapatkan
informassi apakah gu uru mengeksp plorasi pengeetahuan awal siswa maup pun mengemb bangkan kete erampilan
proses sains,
s serta apa kendala--kendala yanng dihadapi selama
s gajar sains di kelas ? Selanjutnya
meng
memanttapkan pengu uasaan konsepp-konsep tenttang suhu se erta keteramppilan bagi gurru pengajar dii kelas II.
Peneliti bersama gurru menyusun program da an skenario pembelajaran
p serta memp persiapkan peralatan
dan ba ahan yang diperlukan dalamd kegiata
an. Contoh ra ancangan mo odel pembelajjaran 5E dap pat dilihat
pada tabbel berikut.
T
Tabel 1: Sinttaks Model Peembelajaran 5E
5
Ta
ahap Ke
egiatan
Enga-g
gement Pada fase inni guru memu usatkan perha atian siswa paada konsep, prinsip atau masalah
m
yang akan di pelajari. Aktivitas
A ini dapat berben ntuk pertanyaaan, ketidakccocokan
suatu fenom mena fisis, in
nterpretasi siswa terhadap p suatu masa alah, teka-teki, atau
n yang dapat digunakan untuk meng
strategi lain gikutsertakan dan memfo okuskan
siswa pada a tugas pem mbelajarannya a. Rasa terta arik akan menjadi
m dasarr untuk
menumbuhkembangkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal H ini secarra tidak
langsung akan memban ntu guru untuuk mengidenttifikasi konsep-konsep aw wal yang
dimilki siswa.
Sebagai co ontoh pertan nyaan penda ahuluan untu uk menggali prakonsepsi siswa
misalnya: Dapatkah
D tang
gan dipakai unntuk mengukkur suhu?
Beberapa siswa
s ada ya ang menjawa ab dapat, dengan alasan kalau merekka sakit
panas ibu meraba
m anya dengan tangannya.
kepala
Apapun dug gaan siswa, guru tidak pe erlu menyalah hkan atau me embenarkan jawaban
siswa. Biarla
ah siswa men njawabnya me elalui penyelid
dikan pada fa
ase berikutya.
39
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Exploration Sela
ama fase eksplorasi, siswaa mengumpulkan informassi, mengetes ide-ide merekka,
merrekam hasil pengamatan, melakukan
m ekksperimen dan sebagainya, sehingga pa ara
sisw
wa akan mem mpunyai peng galaman yang g umum dan konkret, dan n mereka mu ulai
mem mbangun kon nsep-konsep serta
s keteram
mpilan-keteram mpilan.
Gurru mengawali aktivitas dann memberika an siswa wakktu dan kese empatan unttuk
men nginvestigasi objek, mateeri, dan situaasi berdasarkkan ide-ide dari masin ng-
massing siswa teentang fenome ena tersebut..
Gurru menyarankkan kepada siiswa untuk merancang
m sua
atu eksperimeen/penyelidikkan
untuuk menjawab b permasalahaan yang munccul pada fase engagementt.
Gurru menyarankkan agar siswwa mencatat data
d hasil pen
ngamatannya a dan kemudiian
melaporkannya sebagai
s bagia
an dari tugas kelompok.
Gurru memberika an bimbingan seperlunya untuk
u melakukkan investigasi objek, matteri
dann situasi dan mencatat ha asil pengamatan berdasarrkan ide-ide mereka
m sendiri.
Fasee ini adalah untuk menyyediakan pem merolehan pengalaman nyyata bagi sisw wa
dimana mengaja ak siswa secara langsung pada
p fenomena atau situaasi yang mere eka
selid
diki.
Explanation Gurru memberika an kesempattan kepada siswa untukk melakukan diskusi unttuk
mennjelaskan daan memberikkan komentar terhadap hasil pengam matan masinng-
massing kelompo ok dengan menggunaka an ide dan kata-kata merekam sendiri.
Keggiatan ini memberi
m ke
esempatan bagi sisw
wa untuk mengekpresik
m kan
pemmahamannya dan menerim ma umpan balik dari orangg lain.
Sisw
wa disarankan
n untuk meneemukan pola, keterkaitan antar
a konsep, dan menjaw
wab
permmasalahan-peermasalahan yang ditemukkan.
Elaboration Gurru memberika an klarifikasi atas gagasann siswa yang masih bersiffat miskonsep
psi
dann memberi ke esempatan kepada
k siswa untuk mem mbuat jalinan konsep dala am
uktur kognitiffnya dengan cara mengaitkan atau
stru u mengembangkan konse ep-
konsep dan ke eterampilan-ke eterampilan yang diperoolehnya pada a situasi yang
berbbeda. Aplikassi informasi atau
a keteram ang mereka peroleh adallah
mpilan baru ya
merrupakan ump pan balik dalaam konteks baru,
b dengan demikian membuat belajjar
men njadi lebih be
ermakna.
Fasee elaborasi daapat dilakukan berulang unntuk memperrkuat kognisi siswa.
s
Evaluation Fase
e ini dimakksudkan untu uk memangg gil kembali ide-ide, pengetahuan attau
kete wa yang telah mereka pelajari. Aktivita
erampilan sisw as ini juga unntuk membanntu
menngumpan baliik hasil belaja
ar siswa.
Con
ntoh pertanyaan evaluasi yang
y dapat diaajukan oleh guru:
g
Apa elas air dingin dicampur dengan segelass air panas?
akah yang terjjadi jika sege
Lakukan pengukuran terhadap segelas airr dingin dan segelas
s air pa
anas. Kemudiian
ukur pula suhu air
a setelah ked duanya dicam mpur. Apakah h kesimpulanm mu?
Selanjutnya, melatih guru yang akan ditugaskan
S d untuk mengim mplementasikkan model pembelajaran
n 5E
y
yang telah disusun.
d
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap in ni mengimple
ementasikan model
m pembe elajaran 5E ya
ang telah dirrancang pada tahap persia apan
d
dengan topikk suhu. Selam
ma proses pem
mbelajaran ju
uga dilakukan observasi caara belajar sisswa dan aktivvitas
belajar meng gajar di kelas yang meliputi
m kemaampuan mem mahamai konsep, melakukan eksperim men,
membuat lap poran, bertanyya/menjawab pertanyaan guru
g atau tem
man lainnya.
40
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Evaluas si
Evaluasii tindakan pad
da siklus I meliputi
m pengu uasaan konssep fisika sisw
wa, sikap sisw
wa, kinerja sisswa, dan
respon siswa
s terhada
ap pembelajarran 5E.
Reflekssi
Refleksi dilakukan unntuk menjawa ab pertanyaan yang berka aitan dengan implementassi model pembelajaran
5E dalam pelajaran fisika, seperrti aktivitas belajar
b siswa
a, kompetenssi dasar siswwa, dan kend dala yang
ditemui selama pemb belajaran. Haasil refleksi ini digunakan untuk
u perbaikkan pada siklus II dengann tahapan
yang samma dengan siiklus I tetapi topiknya
t adallah kalor.
Penguasaan konsep siswa a pada setiap siklusnya dikkumpulkan de engan tes hasil belajar buatan guru.
Keteram mpilan prosess sains sisw wa dikumpulkkan dengan teknik obse ervasi dengan bantuan pedoman
observassi. Aspek--aspek keterrampilan pro oses sains meliputi (1) merencana akan percoba aan, (2)
melaksa anakan prose edur percoba aan, (3) pengumpulan data percobaan, (4) me embuat lapo oran, (5)
mengkomunikasikan hasil secara verbal.
v
Sikap siswa yang diamatii dalam pemb belajaran fisikka dengan model
m 5E meliiputi : (1) meenyajikan
data sessuai dengan fakta yang diamati
d ektivitas), (2)) kritis terhadap temuan,, pendapat siswa dan
(obye
guru, (33) mau mengu ubah pandang gannya bila ada
a fakta baru u muncul, dan n (4) tekun be
ekerja dan tid
dak cepat
putus assa.
Respon siswa a terhadap pe elaksanaan pembelajaran
p model 5E dikkumpulkan de engan kuesio oner yang
terdiri da
ari 10 item. Tiap
T item memiliki skor ma aksimal 5 dan n skor minima al 1.
Seluruh data a penelitian dianalisis
d secara deskriptiff dan dilaporrkan secara deskriptif
d dann naratif.
Kriteria keberhasilan penelitian tin
ndakan adalah h (1) prestasi belajar siswa (penguasaa an konsep dan aplikasi
konsep) berada dalam m kategori ba aik dan ketun
ntasan klasikaal minimal 85 %; (2) rerata keterampila an proses
sains beerada dalam kategori
k baik.
41
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
banyak kend dala yang pe erlu diatasi untuk penye empurnaan selanjutnya,
s t
terutama pada keteramp pilan
menyusun lapporan dan me engkomunikasikan secara verbal. Hasil observasi sikkap siswa dala
am pembelajaaran
5E diperoleh rerata sebessar 2,0 (berada dalam kategori baik). Selanjutnya pada siklus III dengan reerata
s
skor 2,27 (be
erada dalam kualifikasi
k san
ngat baik). Sikkap siswa yan
ng masih kura
ang berkembaang pada sikllus I
a
adalah sikap kritis.
Tab
bel 2: Data Keterampilan
K P
Proses Sains Siklus
S I dan Siklus
S II
No Aktivita
as Inkuiri Te
erbimbing Rerata Skor
R Rerata Skor
S
Siklus I Siklus II
1. Meren
ncanakan perccobaan 2,2
23 2,66
2. Melakksanakan prossedur percoba
aan 2,4
46 2,63
3. Pengu
umpulan data percobaan 2,1
11 2,31
4. Memb
buat laporan percobaan
p 1,8
83 2,14
5. Mengkkomunikasika
an hasil secara
a verbal 1,5
57 1,89
Rata-rrata Skor Tota
al 2,0
06 2,27
42
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SIMPUL LAN
Berdasarkan hasil analisiss dan pemba ahasan di ata as, dapat dissimpulkan: 1)) implementaasi model
pembela ajaran 5E dapat menin ngkatkan kua alitas proses pembelajara an fisika; 2) Implementasi model
pembela ajaran "5E" dalam
d pembe elajaran fisika dapat menin ngkatkan kom mpetensi dasar fisika (pen
nguasaan
konsep, sikap dan keterampilan
k proses sains) siswa kelass IIE SLTP Negeri 6 Sin ngaraja; dan 3) siswa
memberrikan respon yang positif terhadap im mplementasi model
m pembe elajaran "5E" dalam pembelajaran
fisika.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
43
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-02
DUAL MO
ODE INSERV
VICE TRAIN
NING AS AN ALTERNA
ATIVE TEAC
CHERS PRO
OFESSIONA
AL
D
DEVELOPME ENT PROGR
RAM
ABS
STRACT
Teachers professional
p development
d h been a ceentral focus of
has o the Indonesesian governmment, especiallly
in the last
st few years following thee issue of teeachers certiffication. Indeeed, a numbe ber of teacher
ers
professiona
nal developme ent program have
h been laaunched by th he governmeent. However,, it seems tha hat
they gave very little im
mpact on the improvement
i t of teachers teaching
t pracctice. Teacher
ers professiona
nal
developmeent programss always enco ountered with h difficult prob
blems, partlyy due to limiteed budget, th
he
number of o the teach chers, and geographical
g hindrance. An alternattive teacherss professiona nal
developmeent is needed d to the existting teachers professional developmentt program. This T paper dea
eal
with a duaal mode inserervice program
m. The resultt presented is the result of o the first year
ye study of a
three-yearr research proj
oject.
PENDAHULU UAN
G
Guru sebagi ujung
u tombakk pendidikan merupakan salah satu fakttor penting ya ang menentu ukan keberhassilan
pendidikan. Oleh
O karena ittu muncul be
erbagai usaha a untuk menin ngkatkan proffesionalisme guru.
g Pembin
naan
professionalissme guru di Indonesia dilaksanakan oleh o berbagaai pihak, mullai dari tingkkat pemerinta ahan
pusat (Depdiknas), pemerrintahan daerrah (Dinas), dan tingkatan sekolah. Se elain unsur yang
y berasal dari
kelembagaan n pemerintah, terdapat pulla yang berassal dari organ nisasi profesi seperti
s PGRI, ISPI, HISPPIIPAI
maupun dari pihak lain, misalnya
m pergguruan tinggi. Semua pih hak tersebut pada dasarnyya ikut berpe eran
s
serta dalam pembinaan profesionalism me guru. Pe embinaan pro ofessionalismee guru pada tingkat seko olah
d
dilakukan ole
eh kepala sek kolah dan MG GMP sekolah yang dalam pelaksanaan nnya dilakuka an dalam ben ntuk
pertemuan pe eriodik untuk
k mendiskusikkan peningkattan kualitas pembelajaran. Pembinaan yang y berasal dari
pihak lain dila
akukan dalam m berbagai bentuk, baik ituu seminar, lokkakarya, dan penataran.
p
Sekalipun sudah banyak
b progrram peningka atan profesionnalisme guru yang telah dilakukan,
d nammun
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa b as pembelajaran di dalam
kualita m kelas tidak banyak berub bah.
S
Setelah meng gikuti suatu kegiatan pennataran, cara guru menga ajar tetap sajja seperti sebelum mengikuti
kegiatan pen nataran. Bah hkan hasil pelatihan
p yanng sudah berhasil
b baik ternyata ju uga tidak da apat
d
dipertahanka n keberlanjutannya (Adeyy, 2004). Be erdasarkan survei yang telah
t kami la akukan (Wido odo,
Riandi, Ampra asto & Ana Ra atna Wulan, 2006)
2 diperoleh hasil sebagai berikut
1. Program peningkatan n profesionalitas guru hendaknya memperhatikan aspek peme erataan. Kelu
uhan
yang serring diungkap pkan oleh pa ara guru ada alah bahwa ada
a orang-orrang tertentu u yang sering gkali
mendapa atkan kesempatan untukk mengikuti berbagai ke egiatan seda angkan seba agian yang lain
tidak/jara
ang mendapatkan kesempa atan.
2. Program--program pe eningkatan profesionalism
p me guru-guru u sains yan ng telah ada jarang se ekali
membaha as permasala ahan yang ada
a di lapang gan. Walauppun materi yang
y disajikan
n bisa dipahhami
dengan baik
b oleh para
a guru namun n sulit diimplementasikan.
3. Program--program pen ningkatan pro ofesionalisme guru-guru sains
s yang te
elah ada jaran ng sekali diikuti
dengan monitoring
m dan evaluasi.
4 Pengayaa
4. an materi sains terkini dan metode pe embelajaran merupakan
m d
dua topik keggiatan yang perlu
p
dilakukann. Penelitian yang
y dilakukaan oleh Jeanpierre, Oberh hauser dan Freeman
F (200
05) menunjukkkan
44
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
45
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
METODE PE ENELITIAN
Pendekatan yang y digunakkan juga menngikuti prinsip Developme ental Researcch (Borg & Gall,
G 1989), yang
y
t
terdiri dari 3 tahap.
t Rencaana kegiatan penelitian
p pad
da setiap taha
apnya adalah sebagai berikkut.
T
Tahap Pertaama
T
Tahap ini me erupakan tahap analisis ke ebutuhan guru-guru biolo ogi. Langkah-langkah yang g akan ditem
mpuh
pada tahap ini i adalah: 1). Melakukan n analisis kom
mpetensi proffesional guruu-guru biologi; 2). Melaku
ukan
need assessm sment untuk menggali keebutuhan pro ofesional guruu-guru biologgi; dan 3). Mengembang gkan
blueprint mod del inservice dual
d mode.
T
Tahap Kedu ua
T
Tahap kedua merupakan tahap pengembangan dan n pengujian model
m inservice dual modee. Pada tahap
p ini
a
akan dilakukkan hal-hal berikut: 1). Mengembangk
M kan model in nservice dual mode; 2). Mengembang gkan
paket-paket program pelatihan tatap p muka; 3). Mengemban ngkan paket-paket pelatihan online; 4).
Penyiapan website; 5). Melakukan
M pelatihan dual mode secara terbatas; da ukan analisis dan
an 6) Melaku
perbaikan.
T
Tahap Ketigga
T
Tahap ketigaa merupakan n tahap uji efektivitas produk
p yang dikembangkkan dan dila anjutkan denngan
penyempurna aan produk. Pada
P tahap in
ni akan dilaku
ukan hal-hal berikut:
b 1). Melakukan
M penngujian lapan
ngan
d
dengan skala penuh; 2). 2 Melakukan analisis hasil;
h 3). Me elakukan pe enyempurnaan n model segala
kelengkapann nya; dan 4). penyebarluasa
p an model.
46
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Tab
bel 1: Jenis program penin
ngkatan profe
esi yang diperrlukan guru biiologi
No Jen
nis program Persen
ntase
a. Se
eminar 36
b. Lokakarya 22
c. Wo
orkshop/pelattihan 88
d. Ku
ursus 21
e. Pe
enataran 30
f. Pe
elatihan melalui internet 47
47
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Tabel 4:
4 Materi biolo
ogi yang dipe
erlukan guru
No Konsep Persentase
a Sel dan jaringan 38
b Strukturr dan fungsi tumbuhan
t 33
c Strukturr dan fungsi hewan
h 32
d Mikrobio
ologi 53
e Genetik
ka 64
f Evolusi 34
g Bioteknologi 75
H Ekologi 29
48
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Tabel 7:
7 Fasilitas ICT
T sekolah
No Fasilitas Persen
ntase
a Ko
omputer 90
b Lab Multimedia 18
c Ko
oneksi interne
et 23
d Ad
da lab multime
edia dan fasilitas internet 22
E Tid
dak ada 3
49
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
SIMPULAN
S
Hasil need assessment terhadap guru-guru bio ologi mengu ungkapkan bahwa
b progra
am peningka atan
profesionalism
me dengan model
m dual mode
m merupakkan program yang diharap pkan guru. Kemampuan
K g
guru
d
dalam mengg gunakan kom
mputer dan in
nternet ternyyata sangat beragam.
b Ole
eh karena itu perlu perlakkuan
khusus bagi guru-guru yaang penguassaan kompute er dan intern
netnya masih rendah. Seccara umum guru
g
memerlukan update pengeetahuan dan keterampilan baik terkait konten
k (materi) maupun pembelajarann nya.
DAFTAR
R PUSTAKA
A
Adey, P. (20
004). The Professional De o Teachers: Practice and
evelopment of d Theory. Do
ordrecht: Klu
uwer
Acaddemic Publishe
ers.
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989). Educcational Resea
arch: An Intro
oduction. New
w York: Longm
man.
Gunstone, R.. (1999). Con
G ntent knowled dge, reflection and their intertwining: A response to
t the paper set.
Scien
nce Educationn, 83(3), 393--396.
JJeanpierre, B.,
B Oberhause er, K. & Fre
eeman, C. (2005). Characcteristics of professional
p d
development that
effecct change in secondary sccience teache
ers classroom
m practice. Jo
ournal of Ressearch in Scie
ence
Teacching, 42(6), 668-690.
6
JJohnson, S. K.
K & Stewart,, J. (2002). Revising
R and assessing exxplanatory moodels in a hig
gh school gen netic
classs: A comparisson of unsucccessful and successful perrformance. Sccience Educattion, 86(4), 463-
4
480.
Venville, G., Bribble,
V B S. J. & Donovan, J.J (2005). An exploration of
o young childdens understtandings of geetics
concpts from onto ological and epistemologica
e al perspective
es. Science Ed
ducation, 89(77), 614-633.
W
Widodo, A. Riandi, Amprrasto & Wula an, A. R. (2006). Analisis dampak program-progrram peningka atan
esionalisme guru sains terhadap pening
profe gkatan kualita
as pembelajaran sains di sekolah.
s Lapo
oran
peneelitian Hibah Kebijakan
K Baliitbang Depdikknas.
Y
Yumuk, A. (2002).
( Lettin
ng go of con ntrol to the learners: Thhe role of in
nternet in proomoting a more
m
autonnomous view of learning in an academ
mic translaton course. Educcational Resea
arch, 44(2), 141-
1
156.
50
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-03
SCL (STUDEN
NT CENTEREED LEARNIING) BASED
D LEARNIN
NG A PROBBLEM SOLVIING
MODELL TO INCRE
EASE ELEM
MENTARY STUDENT
S A
ABILITY TO
O SOLVE
NATURAL SCIENCE PROBLEMS
P S
Haairida and Erlina
(FKIP Un
niversitas Tanjjungpura)
ABSTRACT
T
Theree is a comm munity concers rs about the science teacching learning ng process in n Kalimantan Barat,
Mostly
ly, the instru
uction was raather teacherr centered th han student centered.
c Ass a result, sttudents
proble
lem solving ability
a was inaadequate as well
w as their creativity an nd theie critica
cal thinking abbilities.
The classroom
c acttion research based on prooblem solving model condu ucted at SDN No. 24 Pontiaanak in
st
the 1 semester of the 2008 8/2009 acadeemic year is directed to meet m this conncern. Twentty four
perso
on 5th grade students parrticipated in thist two-cyclees study. It is found thatt those studen nts are
moree active and crreative. Theirr problem solvving abilities is also increassed.
Keyw
words : stu
udent problem
ms solving ab
bility, SCL (S
Student Cente
ered Learning
g), problem solving
s
mode
el
PENDAHULUAN
51
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
ttepat, meran ngkai alat, melakukan ujiccoba, mengko omunikasikan n percobaan, dan mencarri informasi dari
permasalahan n sehari-harii yang sede erhana, sehin ngga keteram mpilan berpiikir kritis sisswa juga da apat
d
dikembangka an.
Untuk itu pembela ajaran berbassis Student Centered
C Learrning (SCL) deengan model Problem Solv lving
d
dianggap teppat digunakan saat ini, karena
k dalam pembelajara an tersebut siswa secara aktif menccoba
memecahkan n permasalahan sehari-hari IPA dan siswa s ditempa atkan sebaga ai subyek pem mbelajaran yang
y
berhak untukk belajar dala am arti sesun ngguhnya. Guru
G tidak lag
gi hanya seba agai pengajarr (teacher) te etapi
j
juga sebagai mitra (fasilta ator) dalam pembelajaran.
p . Strategi SCLL memiliki ciri khas siswa senantiasa ha arus
berpartisipasii secara aktif dalam prosess pembelajara an. Melalui strategi SCL, peran
p guru akkan bergeser dari
menentukan apa yang ak kan dipelajari ke bagaimaana menyedia akan dan mem mperkaya pen ngalaman bellajar
s
siswa (Balitb
bang Depdiknas, 2003).
Dalam m buku Kurik kulum 2004 Sttandar Kompetensi Edisi 2003,2 disebutkan bahwa pendekatan
p y
yang
s
sangat disaraankan dalam pembelajarran IPA ada alah pembela ajaran sains berorientasi pada siswa atau a
S
Science Cente
tered Learning g (SCL), salahh diantaranyaa melalui pemmecahan masa alah (problem
m solving). Mo odel
p
problem solvi
ving David Joh hnson & Johnsson dapat dia aplikasikan da alam pembela ajaran IPA yanng mengguna akan
s
strategi SCL.. Model prob blem solving menurut Johnson & Joh hnson yang menekankan pada kelom mpok
merupakan pembelajaran
p n dengan lima tahap, yaitu: y (1) taahap mendeffinisikan massalah, (2) ta ahap
mendiagnosiss masalah, (3 3) tahap meru umuskan alte ernatif strateg
gi, (4) tahap menentukan
m dan menerap pkan
s
strategi, sertaa (5) tahap mengevaluasi
m keberhasilan
n strategi (Gulo, 2002:117--122). Dalam model ini, siiswa
d
dituntut berpartisipasi seca ara aktif dan ditantang me emiliki daya pikir
p kritis, ma
ampu mengan nalisis, dan daapat
memecahkan n masalahnya a sendiri. Jad di model ini sangat coco ok diaplikasikkan dalam pe embelajaran IPA
menggunakan strategi SC CL.
Berka aitan dengan upaya menin ngkatkan SDM M (Sumber Daya
D Manusia) dan kualita as proses bela ajar,
y
yang terus digalakkan pem merintah, makka penelitian tentang pene erapan strateg gi SCL dengan model prob blem
s
solving David d Johnson & Johnson ini dirasa amat relevan dan urgen. Hal ini diperkuatt dengan tem muan
penelitian Slaamet, dkk (20 001) bahwa ke emampuan siswa SD dalam m memecahkkan masalah dan d keteramp pilan
proses menin ngkat melalui metode prob blem solving. Belum diperoleh jam minan tentan ng manfaat dan
e
efektivitas se
erta belum dik kenal secara meluas oleh guru-guru IP PA SD tentang g pembelaja aran IPA berb basis
S dengan model proble
SCL em solving Daavid Johnson & Johnson, maka penelitian ini dipand dang perlu un ntuk
d
dilakukan. Peenelitian ini diharapkan da apat meningka atkan kualitass sumber dayya manusia (guru dan sisw wa).
S
Secara umum m, penelitian ini untuk men njawab permasalahan : A Apakah kemampuan meme ecahkan masa alah
IPA sehari-ha ari siswa dap pat meningkatt menggunakkan pembelaja aran berbasiss SCL dengan n model prob blem
s
solving?
METODE PE
ENELITIAN
Sesuai denga
S an tujuan pen nelitian yaitu untuk mening gkatkan kema ampuan mem mecahkan massalah IPA seh hari-
hari. siswa kelas
k V SDN No. 24 Ponttianak melalu ui pembelajaran berbasis SCL dengan n model prob blem
s
solving, maka a penelitian ini mengguna akan metode penelitian tiindakan kelass (classroom action resea arch)
d
dengan 2 (duua) siklus. Lookasi penelitia
an adalah SDDN No. 24 keccamatan Pontianak Selatan. Pelaksan naan
penelitian dila
akukan pada pada bulan April A 2008 September 20 008. Partisipa
an dalam pen nelitian ini ada
alah
s
siswa kelas V sebanyak 24 4 orang dan 2 orang guru mata pelajarran IPA sebag gai kolaborato
or peneliti.
Instru
umen yang digunakan
d da
alam penelitia
an ini meliputi: lembar ob bservasi prosses pembelaja aran
(aktivitas gurru dan siswa)), angket, lem mbar penilaian ompok, kuis atau tes presstasi belajar, dan
n diskusi kelo
c
catatan anekd dotal interakssi guru dan sisswa. Pro
osedur penelittian tindakan kelas ini terd
diri dari 2 sikklus,
52
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
53
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Dalam
m kegiatan tindakan,
t matteri yang dissajikan adala ah Daur Air menggunaka an pembelaja aran
berbasis SCL dengan mod del problem solving
s selamma 2 x 35 me enit. Sehari sebelumnya
s d
dilakukan pre
etest
s
selama 35 me enit.
Obseervasi kegiataan proses be elajar-mengaja ar dilakukan oleh 2 (dua a) orang pen neliti lainnya dan
d
dibantu oleh 1 (satu) oran
ng guru. Seca ara lengkap hasilnya sebag gai berikut:
(a). Penyam mpaian matteri yang dilakukan
d gurru belum sessuai dengan langkah-lang gkah dalam RPP
mengg gunakan mode el problem soolving. Guru le ebih banyak menjelaskan. Materi. Kead daan kelas be elum
terkenddali. Sebanyaak 65% dari jumlah sisw wa di kelas, masih sibukk dengan urrusannya sen ndiri.
Kurangg memperhatikan penjelassan guru. Pe embelajaran yang
y dilaksan
nakan oleh gu uru belum se esuai
dengann alokasi wakktu yang sudah direncanaka an.
(b). Guru kurang
k membbimbing siswa a dalam mela akukan penga amatan. Dalam m ke-lompokk tidak semua anya
menge erjakan tugas yang diberikkan, 1 atau 2 orang saja yang y bekerja. Kelompok yang
y benar-beenar
aktif berdiskusi
b hanya 1 kelom mpok, kelom mpok lainnya a cenderung lebih banya ak bergurau dan
mengo obrol saja. terrlihat sebagia
an besar kelo ompok masih bingung dala am menemukkan penyelesa aian
masalaah secara tepat. Banyak ke elompok yang g masih salahh dalam meng ganalisis massalah yang ad da di
LKS, sehingga
s hassil pengumpullan datanya kurang
k baik dan
d kesimpullan yang dibu uat belum se esuai
dengann masalah.
(c) Pertanyyaan diajukan guru kurang merangsa ang siswa melakukan inte eraksi dengan siswa lainn nya.
Pengajjar belum memberikan stim mulus yang dapat meranga asng siswa un ntuk bertanya a, sehingga kelas
k
terkesa
an sepi. Siswa
S yang aktif
a belum banyak.
b Pada tahap awal, siswa yang mengajukan per
tanyaan tidak ada.
Setelah kegiatan pembelajaran
p n selesai dilakksanakan, dilaanjutkan deng gan refleksi untuk
u membaahas
hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah dilakukan refleksi, terungkap
t ba
ahwa pengaja ar terlihat kaaku
d
dalam menyaampaikan materi di awal pembelajaran
p karena model problem so olving ini belum terbiasa bagi
g
guru. Selain itu, adanya a observer di kelas membu uat guru merrasa tidak nyyaman saat mengajar. Guru G
j
juga merasa bahwa dalam m membimbin ng kelompok masih kurang g. Hal ini dise
ebabkan adan nya kekahwattiran
t
tidak cukupnyya waktu yan ng tersedia. Dalam
D kegiata an refleksi 1 ini disepakati antara guru u dan tim pen neliti
bahwa dalam m pertemuan 2, model ya ang digunakan tidak berubah dan RPP P tetap meng gacu pada mo odel
problem solvving. Hanya perlu peneg gasan-penegasan dan perrbaikan dalam m pelaksanaannya, misalnya
t
tentang aloka
asi waktu, pe engurangan dominasi
d guru u, pembimbin ngan pada settiap kelompokk saat melaku ukan
pengamatan.
Siklus 1 Perrtemuan 2
S
Kegiatan pere encanaan ini merupakan kelanjutan da ari kegiatan refleksi tindakan pada pertemuan 1. HasilH
d
diskusi ini tim
m peneliti, disimpulkan
d b
bahwa hal-ha
al yang ditemmukan saat observasi
o pada pertemua an 1
d
diupayakan u
untuk diperke uk tindakan 2 dirancang berdasarkan hasil refleksii ini. Pendeka
ecil. RPP untu atan
y
yang digunakkan masih sam ma, yaitu pem
mbelajaran be erbasis SCL deengan model problem solvving.
Dalamm kegiatan tindakan 2, ma ateri yang dissampaikan ad dalah peristiw
wa-peristiwa alam
a yang terrjadi
d Indonesia menggunak
di kan pembelajjaran berbassis SCL deng gan model problem
p solvving. Selanjuttnya
d
dilaksanakan posttest selama menit 355 menit pada pertemuan berikutnya.
O
Observasi keggiatan prosess belajar-mengajar dilakukkan oleh 2 (duua) orang dossen (tim pene eliti) dan 1 (satu)
o
orang guru IPPA di SDN 24. Secara leng gkap hasilnya sebagai berikut:
(a). Penyamp paian materi yang dila akukan guru sudah meng gikuti tahap-tahap dalam model prob blem
solving. Penggunaan waktu untukk kegiatan sud dah sesuai de
engan yang direncanakan,
d namun terke esan
hati-hatti dalam settiap tahap. Hal
H ini menye ebabkan ada tahap yang belum tunta as dalam pro oses
54
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
pemmbelajarn, miisalnya pada tahap pemeccahan masala ah, ada siswa a yang memin nta kejelasan tentang
masalah, kurang ditanggapi oleh guru.
(b). Guru sudah berusaha untuk membimbing g semua kelom mpok saat me elakukan peng-amatan dan n diskusi.
Nam mun, belum semua kelom mpok dapat dibimbing, karenak waktuunya tidak cu ukup. Kelomp pok yang
bennar-benar akttif berdiskusi hanya seban nyak 3 kelompok (dari 6 kelompok). Kelompok in ni terlihat
semmangat dalam m mengerjakan tugas-tugass yang diberikkan.
(c) Gurru sudah mencoba meran ngsang interaksi siswa me elalui pertanyaaan-pertanyaan, namun sebagaian
s
bessar siswa belum menangg gapi. Pertanyyaan guru su udah mulai ba anyak (10 orrang) ditangg gapi oleh
sisw
wa, namun interaksi siswa dengan siswa lainnya belu um tampak.
Untuk melen ngkapi hasil refleksi, dilakkukan wawan ncara, pembe erian angket respon untu uk siswa,
analisis terhadap LK KS yang suda ah dikerjakan n siswa dan tes. Hasil wawancara
w engan 4 orang siswa
de
ditemukkan bahwa me ereka belum pernah diajarr dengan cara a seperti yang telah dilakuukan oleh timm peneliti.
Mereka belum terbia asa berdiskussi dalam kelo ompok untuk menemukan n suatu konse ep atau mem mecahkan
masalah h. Mereka juga ada yang merasa
m kesulittan untuk membimbing tem mannya yang g tidak aktif beerdiskusi.
Selain ittu, ada juga siswa yang tersinggung
t d
dengan ucapa an siswa lainnya, karena jawabannya langsung
disalahkkan. Selain ituu, hasil angkket menunju ukkan ada pe eningkatan siikap siswa da alam IPA seb belumnya
(pratindakan = 50%)), yaitu sebessar 70% sisw wa (target 60% %) bersikap positif terhaddap pembelaja aran IPA.
Hasil LKS menunju ukkan, ketera ampilan melakukan peng gamatan, pe engumpulan data dan membuat m
kesimpu ulan siswa ma asih rendah. Sebanyak
S 4 kelompok
k (dari 6 kelompokk) menulis ha asil pengamattan sama
dengan yang ada di d buku pake et. Semua kelompok
k belum tepat da alam membu uat kesimpula an. Pada
pertemu uan berikutny ya, dilakukan posttest sela ama 35 menitt. Hasilnya menunjukkan
m bahwa targett capaian
yang sud dah ditentuka an belum terccapai.
Refleksi padaa pertemuan 2 ini dilaksa anakan seban nyak 2 kali pe ertemuan. Re efleksi 1 dilaksanakan
setelah kegiatan pem mbelajaran se elesai dilaksaanakan. Refle eksi 2 dilaksanakan setelah wawancara a dnegan
siswa, analisis
a LKS dan
d tes. Ha asil dari kegia atan refleksi 1 dan 2 digunakan
d untuk merancang siklus
berikutnnya. Secara leengkap hasil kegiatan
k refleksi 2 sebagai berikut :
(a). Guru
G perlu me elakukan latih han mengajarr lagi, agar terbiasa
t denggan kegiatan-kegiatan bela ajar yang
adda dalam pem mbelajaran be erbasis SCL de engan model problem solvving.
(b). Se ebelum mate eri disampaika an, siswa diberi tugas me embaca dan membuat
m ng-kuman materi yang
ran
beerkaitan deng gan materi ya ang akan diaja arkan. Melaluui cara ini diha
arapkan siswa a aktif untuk bertanya
daan berdiskusi dalam kelom mpok, serta merangsang mereka untu uk mengerjakkan tugas-tug gas yang
diiberikan secara cepat. Selain itu, untuk merangsang agar siswa aktif dalam berdiskusi, guru g akan
m
memberitahu secara
s eksplissit tentang cara-cara berko omunikasi seccara efektif.
(c) Guru mengurangi banyak pe enjelasan saa at mengajar.
(d) Guru meningka atkan bimbing gan saat sisw wa melakukan pengamatan.
(e) Pe an lagi tindakkan pada siklus berikutnya
erlu dilanjutka a.
Siklus II
I Pertemua an 1
Untuk menyelesaikan
m n masalah dallam siklus I (pertemuan 2)), tim penelitii berdiskusi dengan
d guru IPA.
I Hasil
diskusi digunakan
d untuk merencan nakan RPP seelanjutnya. Daalam siklus II,, dilaksanakan pembelajarran dalam
2 kali pe
ertemuan.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan
k darri kegiatan se
ebelumnya (siiklus I pertemmuan 2. Dari beberapa
permasa alahan dan so olusi yang su
udah didiskusiikan tim pene eliti, dirancan
nglah kegiatan
n pembelajarran untuk
pertemu uan 1 siklus II mengguna akan pembela ajaran berbassis SCL deng gan problem solving. Nammun pada
kegiatann pratindakann, siswa dituggaskan memb baca materi yang
y akan dia
ajarkan.
55
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Dalam kegiattan pembelajaran tindakan 1 siklus II,, materi yang g disampaika an adalah Sum mber Daya Alam
A
y
yang dapat Diperbaharuii. Pelaksanaa an pembelaja aran dalam waktu 2 x 35 menit. Dalam D pelakssaan
t
tindakan, tim peneliti dan guru IPA lainnnya sebagai observer.
Secarra lengkap ha asil observasi dalam pembe elajaran di sikklus II pertem
muan 1 sebagai berikut:
(a). Penyam mpaian mate eri yang dilakkukan guru su udah mengiku uti langkah-lan ngkah pem-b belajaran berbbasis
SCL de engan pendek katan problem m solving. Pe enggunaan wa aktu untuk kegiatan
k pemb belajaran se esuai
dengan n yang direnccanakan. Guru u sudah tidakk merasa terga anggu dnegan adanya obsserver di kelass.
(b). Guru sudah berusah ha untuk mem mbimbing sem mua kelompokk saat melaku ukan pengamatan dan diskkusi.
Kelomp pok yang akttif berdiskusi bertambah sebanyak 4 kelompokk (da
ari 6 kelompook). Kelompokk ini
terlihatt bersemanga at dalam mengerjakan tuga as-tugas yang g diberikan.
Untuk melengkap pi hasil refleeksi, dilakukkan wawanca ara, analisis terhadap LKS L yang su udah
d
dikerjakan sisswa. Hasil wawancara
w de
engan kelomp pok yang bellum aktif (2 kelompok) ditemukan bahwa
mereka belum m mengerti dengan tugas--tugas yang ada a dalam LKS S. Mereka be elum terbiasa berdiskusi daalam
kelompok unttuk memecah hkan masalah.
Hasil LKS menunjjukkan, keterrampilan mellakukan peng gamatan sisw wa sudah cukkup baik. Hal ini
t
terlihat dari LKS yang diisi, sudah mulaim lengkap p berdasarkan pengamata an (3 kelompok). Namun n, 3
kelompok lain nnya masih belum
b berkemmbang ketera ampilan peng gamatannya. Sebanyak 1 kelompok su udah
menuliskan kesimpulan
k ya
ang sesuai den ngan masalah h, tetapi masiih perlu direvisi bahasanya a.
Setelah kegiatan pembelajaran
p n selesai dilakksanakan, dilaanjutkan deng gan refleksi untuk
u memba ahas
hasil observasi yang telah dilakukan. Se ecara lengkap p hasil dari refleksi sebagai berikut:
(a) Guru lebih intensiff lagi dalam melakukan bimbingan b terhadap kelom mpok yang masih
m belum baik
keteram mpilan pengaamtannya.
(b) Kegiata an apersepsi dalam perte emuan beriku utnya dibahass lagi tentang g hal-hal yan
ng harus diam mati
oleh sisswa dan cara membuat ke esimpulan.
Siklus II Pe
S ertemuan 2
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari d kegiatan sebelumnya (siklus II pertemuan
p 1)). Dari beberrapa
permasalahan n dan solusi yang
y sudah didiskusikan
d t peneliti, dirancanglah
tim d kegiatan pemmbelajaran un ntuk
pertemuan 2 siklus II. Kegiatan pembelajaran
p sama deng gan siklus I mengikuti langkah-lang gkah
pembelajarann berbasis SC CL dengan problem
p solving. Dalam apersepsi
a dittambahkan la agi konsep yang
y
belum dipahaami oleh siswa a tentang maateri sebelumnnya.
m kegiatan pembelajaran tindakan 2 siklus II, mate
Dalam eri yang disammpaikan adalah Sumber Daya D
A
Alam yang tidak dapat Diperbaharui.
D Secara lengkap hasil observasi
o dalaam pembelajaran di siklus II
pertemuan 2 sebagai berik kut:
(a). Penyam mpaian mate eri yang dilakkukan guru suudah mengikuuti langkah-lan ngkah pem-b belajaran berb
basis
SCL deengan pendek katan problemm solving. Peenggunaan wa aktu untuk kegiatan
k pemb belajaran seesuai
dengann yang dire encanakan. Gu uru semakin terbiasa denggan model prroblem solving. Hal ini terllihat
dari dominasi guru u yang semakin berkura ang dan lang gkah-langkah h pembelajarran dilaksana akan
dengann baik dan lan ncar.
(b). Semua a kelompok terlihat sudah h aktif semua anya. Kelomppok yang belum aktif pad da pembelaja aran
sebelummnya, terlihaat sudah berssemangat dalam diskusi dand mengerjakan LKS. Gu uru lebih ban
nyak
melakuukan bimbinga an pada kelom mpok ini.
Untuk melengkap pi hasil refleksi, dilakukan pemberian n angket resspon untuk siswa s dan guru,
w
wawncara, an ap LKS yang sudah dikerja
nalisis terhada akan siswa daan tes. Hasil angket
a juga menunjukkan
m ada
peningkatan sikap siswa dalam IPA, yaitu sebesa ar 85% siswa a (target 60% %) bersikap positif terha adap
56
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SIMPUL
LAN
Berdasarkan hasil tindakan yang telah
t dilakuka
an dalam siklu ebagai berikut:
us I dan II disimpulkan se
1. Sikllus I
a. Dalam pembe elajaran berbbasis SCL denggan problem solving pada siklus I kogn nisi pengetahuuan siswa
lebih berkemmbang jika dibbandingkan dngan hasil ke egiatan pratin
ndakan. Namun, hasil yang dicapai
belum sesuaii dengan indikkator keberhaasilan.
b. Keterampilan n melakukan pengamata an dan men nyimpulkan siswa
s masih kurang, sehingga
pengumpulan n datanya tidaak lengkap.
c. Hasil angkett menunjukka an ada peniingkatan respon siswa dalam d IPA dibandingkan
d sebelum
dilakukan tind
dakan.
2. Sikllus II
a. Kemampuan
K memecahkan
m masalah IPAA sehari-hari siswa
s sudah mencapai
m indikator keberhaasilan.
b. Keterampilan n melakukan pengamatan n dan pengum mpulan data siswa
s mengalami peningkkatan dari
siklus sebeluumnya. Dari 6 kelompok, hanya 1 kelompok siswa s yang tidak lengka ap dalam
menuliskan hasil
h pengamatan di LKS. Keterampilan n membuat kesimpulan
k m
masih perlu dilatih lagi
pada siswa. Guru
G yang leb
bih banyak beerinisiatif dala
am menemuka an kesimpulan hasil pengaamatan.
c. Hasil angkett menunjukka an ada penin ngkatan respo on siswa dalaam IPA yang lebih baik dari
d siklus
sebelumnya, yaitu sebesar 85% siswa (target 60%)) bersikap possitif terhadap pembelajaran n IPA.
57
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
DAFTAR
R PUSTAKA
A
Agus Jauhari. (2006). Pen
ningkatan Pen
nguasaan Konnsep dan Skilll Problem Sollving pada Ma
ata kuliah Listrik-
Magnnet dengan menggunakan Pendekata an Pembelajaaran Konsepttual yang dip padukan den ngan
Penggajaran Strate
egi Problem Solving.
S Makalah disampaikkan pada Semminar nasionaal Pendidikan IPA
ascasarjana UPI bandung, 16 Septembe
di Pa er 2006.
A
Afiatin, T. 2004. Pembelajaran Berbasiss Student Cen
ntered Learning. Focus gro oup Discussio
on: Kearifan Guru
G
Besar, Keteladana
an/Budaya Panutan. Yogya akarta:Universsitas Gajah Mada.
Balitbang Dep
pdiknas. (200
03). Kurikulum
m Berbasis Ko
ompetensi. Jakkarta Pusat.
C
Copley, JV. (1
1994). Proble
em Solving forr the Young Children.
C Texa
as:University of
o
Ho
outson.
Depdiknas, (2
2003), Pedom
man Khusus Pe
engembangan Silabus Matta Pelajaran Kimia,
K Jaka
arta, Depdikna
as.
Ennis. (1996)). Critical Thin
nking. New Je
ersey-Prentice
e. Hall, Uper Saddle
S River.
G
Gulo, M. 2002
2. Strategi Be
elajar Mengaja
ar. Jakarta:Grrasindo.
Harsono. 200
04. Kearifan dalam Transfformasi Pemb
belajaran darri Teacher-Ce
entered ke Sttudents-Cente
ered
Learn
ning. Focus group Discussion.: Ke earifan Guruu Besar, Ke eteladanan/Budaya Panu utan.
Yogyyakarta:Universitas Gajah Mada.
M
M. Hollabaugh. (1995). Pro
oblem Solving
g in Cooperattive Group. Un
niversity of Minnesota.
M
P. Heller & K.. Heller. (1999). Cooperative Group Pro
oblem Solving
g in Phsysics. Research rep
port. Universitty of
Minnesota.
Poedjiadi, Anna, (1992). Literasi
L Sains dan
d Teknolog
gi serta Penge
embangannya
a di
Indonesia. Makalah
M disam
mpaikan disam
mpaikan pada a Temukarya Pendidikan dan
d Musyawa
arah Nasional III
ISPI di Sawangan Bogior, 15-18 Juni 1994.
S
Slamet S, dkkk. (2001). Me
eningkatkan Kemampuan
K S
Siswa SD untuk Memecahkkan Masalah Sains (Improvving
The Abilities of Primary
P Scho
oool Studentss on Problem
m Solving in Science Thrrough a Prob
blem
Solving Teaching Method). Jurnal Pendidkann matematika
a dan Sains No.
N 2, Th.VI/2
2001 ISSN : 1410
1
66
- 186
58
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-04
THE IMPROVEMENT OF THE
T QUALIT
TY STUDEN
NTS ACHIEEVEMENT AND
A STUDE
ENTS
INTER
REST TOWAARD SCIENCE THROUG
GH THE IM
MPLEMENTA ATION OF THE
T INTEG
GRATED
TE
EACHING-LLEARNING APPROACHH IN PRIMAARY SCHOOL
Haratua TM.S
Silitonga, Erw
wina Octaviantty
(Unive
ersitas Tanjunngpura)
ABSTRACT
T
This study
s was aimed
a to incre
rease the quaality of studen nts understan
anding and th he students interest
in
towarrd science. Through
T the implementatio
i ion of Develoopmentally Ap ppropriate Pra
ractice (DAP) in the
integrrated teaching
ng and learninng approach in Indonesian n, Math, Socia ial Studies and
an Science. Twenty
T
o Ist grade students
two of s of SDN
S 24 Pontitianak particip
pated in two cycles of the he Classroom Action
Reseaarch. There were
w four type
pes of instrumments to be used
u in collect
cting data, succh us : the concept
co
under
erstanding test
st, wood puzzl
zles, guided ob bservation annd field notes.
s. Results indic
icates that sttudents
under
erstanding and d students intterest are inccreased. In general,
ge the integrated
i teaaching and leearning
approoach improvee students. achhievement an nd students in
nterest towardrd science.
Keyw
words: DAP, Teaching
T and
d Learning Ap
pproach
PENDAHULUAN
Data komparasi
k Internasional menunjukkan bahwa a mutu pe endidikan di Indonesia kurang
mengge embirakan, dim mana Human n Developmen nt Index (HDI) yang meng gukur pengettahuan dan kesehatan
k
hidup menunjukkan
m bahwa
b Indone esia mendudu uki peringkat 102 dari 1055 negara yang g disurvai, sattu tingkat
di bawa ah Vietnam (Kompas,
( 2 Mei 2003). Menurut
M Taskker (1981, dalam
d Osborn
ne & Wittrocck, 1983)
penyeba ab rendahnya a hasil belaja ar siswa adallah karena minat
m dan peerhatian siswaa yang renda ah dalam
pembela ajaran.
Menurut Kline (dalam Megawangi dkk,, 2004), hal yang dapat menyebabkan n matinya ga airah atau
insting belajar
b pada anak
a adalah kesalahan
k sikkap orang tua dan guru yang tidak patu ut dalam mendidik dan
memperrlakukan anak k serta sistemm pembelajara an sekolah ya ang tidak meenarik anak. Hal
H ini terutam ma dapat
terjadi pada anak usia
u dini yaittu yang beru usia di bawa ah 9 tahun. Menurut Me egawangi dkkk (2004),
pendidikkan yang patut adalah pendidikan
p ya ang sesuai dengan
d umurr, perkemban ngan psikologis serta
kebutuhhan spesifik annak atau yang g sesuai konssep Developm mentally Approopriate Practicces (DAP).
Berdasarkan uraian dan hasil
h kajian di atas, tim penneliti memand dang perlu un ntuk mengem mbangkan
suatu model
m pembbelajaran yan ng diharapka an dapat meningkatkan
m hasil dan minat siswa dalam
pembela ajaran di seko
olah. Penelitiaan ini menera apkan model belajar
b pembelajaran terin ntegrasi denga an model
tematik yang memad dukan pembe elajaran Sainss dengan pela ajaran Bahasa a Indonesia, Matematika, dan IPS
di kelas I sekolah Daasar dengan memperhatika
m an unsur kepa atutan sesuaii dengan karaakteristik sisw
wa. Untuk
menyesu uaikan dengaan tingkat perrkembangan mentalm siswa yang masih berada pada tahap pra op perasional
(Piaget,DDahar,1996) dan untuk meningkatkan
m minat siswa dalam belaja ar, pembelajaaran dilakukan n dengan
metoda permainan menggunakan n alat perag ga puzzle kayyu yang sesu uai dengan tema
t yang diberikan.
d
Pembela ajaran diupayyakan untuk meningkatkan
m kualitas hasil dan minat siswa
s dalam proses
p pembelajaran.
Konsep Deve elopmentally Appropriate Practices (D DAP) dapat diartikan
d sebaagai pendidikkan yang
patut kaarena disesuaikan dengan memperhatikkan usur tingkkat perkembangan peserta didik. M
Menurut
Bredekaamp (1987) terdapat
t tiga
a dimensi dalam pembah hasan kepatuttan menurutt konsep DA AP, yaitu
kepatutaan menurut umur,
u kepatutan menurut lingkungan sosial s dan buddaya dan kep patutan menu urut anak
59
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
60
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
61
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Penerapan pembe elajaran terppadu pada dasarnya berffungsi untuk memudahka an siswa bellajar
dengan mem
d mbangun send diri pengetahu uannya secarra utuh. Dalam pembelaja aran siswa da alam terlihat aktif
a
d
dan antusias dan aktif mengikuti
m prosses penbelaja aran yang diilakukan oleh h guru secara a terpadu. Siiswa
s
saling bertanyya dan berdisskusi saling memecahkan
m permasalah yang
y diberikan
n oleh guru sehingga
s merreka
d
dengan kreattif dan senanggnya mengerjjakan tugas yangy diberikan
n oleh guru.
Suasa ana kelas te erlihat hidup dan menyenangkan. Ke egiatan memo otivasi siswa dilakukan guru
g
d
dengan bervvariasi dianta aranya deng gan mengaw wali kegiatan n dengan be ernyanyi, be ercerita atauupun
menunjukkan n alat perag ga sederhana a berupa pu uzzle kayu yang
y sengaja di rancan ng untuk mo odel
pembelajaran n ini. Siswa juga diminta berlatih mela akukan diskussi dengan tem man dalam kelompoknya
k dan
kemudian salah seorang mempresentas
m sikan hasil disskusinya.
Kesulitan yang ma asih terlihat pada
p awal pe
elaksanaan ke egiatan yaitu adanya bebe erapa siswa yang
y
malu untuk menyajikan
m pendapatnya,
p serta ada sisswa yang cen nderung ingin n mendomina asi pehatian guru
g
d
dalam melakuukan aktivitass.Karena criteeria keberhasiilan tindakan telah tercapa ai kegiatan dillanjutkan den
ngan
s
siklus kedua.
Pada siklus II, pembelajaran difokuskan pada p tercapaainya hasil be elajar yang diharapkan
d y
yaitu
pemahaman konsep siswa a dan menga aktifkan siswaa yang masih malu bertan nya. Pembelajjaran pada siiklus
ini dilaksanakkan 4(empat) kali pertemu uan. Proses pe embelajaran dilakukan ole eh guru denga an mengguna akan
a
alat peraga berupa
b e kayu, dianttaranya berupa gambar binatang,
puzzle b buaah-buahan, se erta pohon buah
b
y
yang bertuliskkan angka da an contoh ben nda nyata.
Pada pertemuan pertama, pro oses pembelajjaran di awali dengan be ernyanyi lagu Bangun Tid dur.
Pembelajaran n ini memad dukan kompe etensi Bahasa a Indonesia tentang memahami tekss dan memb baca
d
dengan komp petensi IPA tentang
t keguunaan dan merawat
m angg
gota tubuh. Cara
C merawa at tubuh den ngan
mandi dan menggosok
m giggi serta menccuci rambut dengan
d shamp po menjadi bahan bacaan teks, sedang gkan
s
shampo, sabun dan sikat gigi dengan pastanya dittunjukkan ke epada siswa. Agar siswa lebih memaha ami,
beberapa sisw wa diminta mendemonstra
m asikan dengan n bimbingan guru
g cara men nyikat gigi yang baik.
Pembelajaran n ke-2 dalam siklus ini me emadukan kompetensi Bah hasa Indonessia tentang pe engenalan beenda
d
dengan kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial tenttang Keluarga a. Pembelaja aran ini meng ggunakan pu uzzle
kayu besar ya ang menun ju ukkan model keluarga inti dan puzzle binatang
b serta
a buah-buaha an. Pembelaja aran
ke-3 dan ke--4 memaduka an kompetensi Bahasa Indonesia dan Matematika. Alat peraga yang diguna akan
d
diantaranya a
adalah pohon angka. Pada akhir pembe elajaran diberiikan tes pema ahaman konssep siswa.
S
Siswa terlihatt aktif dalam
m pembelajara an dan antussias. Karena kriteria ketun ntasan bahwa a lebih dari 70%
7
s
siswa dapat menjawab benar b minimaal 65% dari keseluruhan soal, maka tindakant untuuk pembelaja aran
d
dianggap sud
dah selesai.
Hasil wawancara dengan bebe erapa siswa tentang prosses pembelajaran mengun ngkapkan bahwa
s
siswa merassa senang dalam d belajaar, karena proses
p pembbelajaran me enarik.Pada umumnya
u siiswa
menyatakan bahwa belajjar dengan menyanyi m meenyenangkan,, hanya ada seorang sisw wa yang kurrang
s
senang sebab merasa ma alu karena tidak bisa berrnyanyi. Semua siswa me enyatakan bahwa alat perraga
berupa puzzle kayu memudahkan dan n menyenang gkan. Beberap pa siswa lain juga menge emukakan bahwa
mereka mera asa puas dan n bangga kare ena diberi keesempatan mempresentas
m sikan hasil ke erja kelompokknya
s
serta pemberian applaus dari teman sebagai pem mberian peng ghargaan bag gi siswa yang g menyelesaikan
penyajiannya a.
Melallui observasi pelaksanaan pembelajara an dan hasil diskusi
d dengaan guru di te empat penelittian,
t
terlihat bahhwa pembelajaran terp padu dengan n model tematik yang g mengaplikasikan kon nsep
Developmenttally Appropriiate Practicess (DAP) dapa at memotivassi siswa untu uk memberikkan perhatian nnya
62
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
DA
AFTAR PUST
TAKA
Anwar.(2004), Pendid
idikan Kecakap
apan Hidup. Baandung:Alfab
beta.
amp,S.(Eds)(1
Bredeka 1987), Develo
lopmentally Appropriate
A Practice in Early
E Childho
ood Program
m serving
Children from
m Birth Throu
ugh Age 8, Washington
W : NAEYC.
N
Brass, K.
K & Duke,M.(1994) , Prim mary Science in m, Dalam Th
i an Integratted Curriculum he Content off Science:
A Constructivvist Approach
h to Its Teach
hing and Learn
ning, London:: The Falmer Press.
Black,P. & Atkin,J.M. (Eds)(1996),, Innovationss in Science, Mathematics
M a Technolo
and ogy Education
n, London
: Routledge.
R. & Oldham,V
Driver,R o Curriculum Developmentt in Science, Studies
V., (1986), A Constructivistt Approach to S in
Science Educcation, 13, 10
05-106.
R.W. (1996), Teori-Teori
Dahar,R T Beelajar, Jakartaa : Erlangga.
DePorte
er, Bobbi & He 999), Quantu
ernacki,M, (19 um Learning, Bandung
B : Kaifa.
-------------, (2001), Quantum
Q Teacching, Bandun
ng : Kaifa.
63
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
2002) , Mode
Depdiknas, (2 el Pembelajaraan, Jakarta : Depdiknas
Fogarty, Robiin. (1991), Ho
ow to Integraade the Curriccula, Illinois : Skylight Publishing.Inc.
G
Gagne, R.M. (1985), The Conditions
C off Learning, Canada : CBS College
C Publish
hing.
Hidayat,E.M,((1997), Pembelajaran Terrpadu, Khaza
anah Pengajaaran IPA, I (4)), 13-16.
Hernowo, (2005), Menjad
adi Guru yang
ng Mau dan Mampu Men
ngajar Secaraa Menyenang
gkan, Bandun
ng :
Pene
erbit MLC.
999), Bermain
Irawati,S, (19 n dan Belajar,
r, Ujungpandaang : PPLH Taakalar.
J
Jacobson, W..J & Bergman, A.B, (1983), Science Acti
tivities for Chiildren, London
n : Prentice Hall.
H
J
Joni, T. Raka. (1996), Pem
mbelajaran ter
erpadu, Jakarta : Dirjen Dikkti Bagian Proyek PPG
R dkk, (2004
Megawangi,R 4), Pendidika
an Yang patu
ut dan Menyyenangkan, Jakarta
J : Ind
donesia Herittage
Founndation.
Rustaman, N.Y & Saefullah, C. (2003), Pembelajara an terpadu Model
Mo Integratted Bertema Teknologi
T , Da
alam
Fasiliitator Edisi VII, Jakarta : De
epdiknas.
S
Semiawan, 1990), Memup
(1 upuk Bakat daan Kreativitas Anak Sekolah
h, Rosda : Ban
ndung.
003), Menyia
------------,(20 iapkan Pendi didikan yang Berkualitas Harus Mem
mbuat agar Belajar Men
njadi
menyyenangkan, dalam
d Fasilitattor Edisi V: Ja
akarta.
S
Saptono, S. (2003),
( Hasill Kajian pengeembangan Model
Mo Pembelaajaran dalam Rangka Imp
plementasi KB
BK di
SD, Dalam
D Fasilita
ator Edisi VI , Jakarta : Dep
pdiknas.
S
Sukadi, AM, (2003),
( Menyyanyi Memban ngkitkan Motiv
ivasi Belajar Siswa
S kelas Rendah
Re di SD, Dalam Fasilittator
Edisi V , Jakarta : Depdiknas.
S
Sukandi,U, dkkk. (2003), Belajar
Be Aktif daan Terpadu, Jakarta
J : Duta
a Graha Pusta
aka
S
Sutirjo & Ma 05, Tematik: Pembelajara
amik, SI, 200 an Efektif daalam Kurikulu
um 2004, Malang, Bayumedia
Publishing.
64
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-05
TEACHIING SCIENCE MODEL FOR DEVE ELOVING
STUDEN
NTS' CREAT
TIVE THINK
KING ABILIITY IN ELE
EMENTARY SCHOOL
I Wayan Suasttra
(Fakultas M
MIPA Undiksha Singaraja)
ABSTRACT
T
This research aim m to analysee requiremen nt of studentt in learning science to be b used as baseb in
desiggning model study
s of scien
nce for develo loving student
nts' creative thinking
th ability
ty. Data collec
ected in
this research
re are: (1) creative thinking
t abilit
ity aspects, (2
2) approach, method, sourrce of learnin ng, role
of teaacher, and asssessment syystem which suited s for stu
udy of sciencce to develop ping thinking ability.
Data collected to through refeerence study, intensive disscussion expeerts team, ob bervation, inteerview,
and quesionery.
q Data
Da analysed descriptively. y.
In the view of data analy lysis, some conclusions
c as follows can n be drawn. 1) There aree four
aspeccts of creativve thinking ab bility that can
n be developeded in science teaching
t and
d learning proccess at
the primary
p schoool, i.e, fluent thinking, flexxible thinking,
g, original thinnking and elaborative
e thhinking
and their
t indicator
ors; 2) the bestb suitable approach for fo science teeaching and learning
l proce
cess is
Conteextual Teach hing Learning (CTL); 3) the th appropriatte methods for fo science teaaching and leearning
proceess at the priimary school are a inquiry, demonstratio
d on, and discusssion; 4) learn ning resourcees that
are relevant
re to th
he developme ment of scien nce teaching anda learning process aree natural and d social
enviroonments, texxtbooks, and audio visuall aids; and 5) 5 the appro ropriate assesssment systemems for
sciencce teaching anda learning for developin ing creative thinking abillity are non-t -test (performmance,
produuct, and portf tfolio ) and tes
est.
In the light of
o the findingsgs of the studydy, there is a very
v felt needd to design sccience teachin
ing and
learniing process model
m for pro
omoting studeents creativee thinking. TheT teaching and a learning model
shoulld be verified in terms of itts feasibility, validity,
v and effectiveness.
e
Keyw
word: science
e teaching lea
arning model, creative thinking ability
PENDAHULUAN
Menyong gsong era industrialisasi dan globa alisasi yang dengan perssaingan yang g semakin ketat maka
faktor penguasaan teknologi memegang
m peranan ya ang penting.. Tantangan n ini meng
ghajatkan
kesiapann sumber daya manusia a Indonesia yang handal dan berkualitas, yang hanya dapatt dicapai
melalui pendidikan. Pendidikan
P M
MIPA berpote
ensi untuk me emainkan peranan strateg gis dalam me enyiapkan
sumber daya manusia untuk men nghadapi era industrialisassi dan globa alisasi. Potenssi ini dapat terwujud
apabila pendidikan MIPA mampu melahirkan n siswa yang kuat dalam MIPA dan be erhasil menumbuhkan
kemamp puan berpikirr logis, berrpikir kritis, kreatif, berin
nisiatif, dan adaptif
a adap perubahan dan
terha
perkemb bangan.
Namun, dew
wasa ini pemb belajaran yangg dikembangkkan di sekola ah-sekolah me emiliki kecendderungan
antara lain
l (1) peng
gulangan dan n hafalan, (2)) siswa belajjar dengan ketakutan
k akaan berbuat salah,
s (3)
kurang mendorong siswa untuk berpikir kreatif, k dan (4) jarang melatihkan pemecahan masalah
(Suderadjat, 2003:65 5; Suastra, 2003;
2 Sadia, dkk,2003 ). Hal ini sesu uai dengan pandangannya
p a Habibie
(Ruindungan, 1996:8 8) dalam ha asil pengamattannya meng gatakan bahw wa sistem pendidikan kitta belum
memberri ruang yang g lebih luas bagi pengem mbangan kem mampuan berrpikir kreatif, khusunya kreativitas
k
berpikir siswa. Munandar (1992::xiv) mengata akan bahwa pihak sekolah belum atau u kurang merangsang
kemamp wa. Lebih tegas lagi, Zamroni (2000:1) mengataka
puan berpikirr kreatif sisw an bahwa dew wasa ini,
pendidikkan cenderung menjadi sarana "stratifikkasi sosial" da
an sistem persekolahan yang hanya me entransfer
kepada peserta didikk apa yang dissebut sebaga ai dead know owledge, yaituu pengetahuan yang terlalu u bersifat
65
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
66
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
67
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Berdasarkkan analisis kebutuhan yang dipero oleh di atass, maka alu ur pembela
ajaran IPA bagi
pengembangan kemampu uan berpikir kreatif
k sepertii tampak padda Gambar 1. Ada 5 tahappan pokok da alam
pembelajaran n meliputi 1) fase awal, 2)
2 fase eksploorasi, 3) fase
e pengenalan dan pemanttapan konsep p, 4)
f
fase aplikasi konsep, dan 5) fase akhirr. Pada fase eksplorasi
e dib
bagi ke dalam
m 3 tahapan yaitu
y (1) sebe
elum
e
eksplorasi, (2
2) selama eksplorasi, dan (3)
( setelah ekksplorasi.
Fase
e Awal
Guru men nyampaikan kompetensi dasar da an tujuan belajar
Mengajukkan pertanyaan atau
a permasalaha an terkait dengan n konsep yang akan dipelajari
Meminta siswa
s mengomen ntari suatu peristtiwa, kejadian, objek, gambar yang terkait denga
an
topik yang
g akan dipelajari
Guru tidakk membenarkan atau menyalahkkan gagasan sisw wa
Fase Ek
ksplorasi
Sebelumm Eksplorasi
Siswa dengan
d kelompokk kecilnya (3-5 orrang) diminta me enuliskan dugaan
n sementara
(hipotessis) terhadap sua
atu permasalahan/ kejadian yang g diajukan guru pada Lembar Ke
erja
Siswa (LKS)
dak memberikan komentar terhad
Guru tid dap hipotesis sisswa
Selama Eksplorasi
Siswa dalam
d kelompoknnya diminta melaakukan eksplorassi dengan cara mereka
m sendiri
Guru membantu
m siswa yang
y mengalami kesulitan dalam eksplorasi
Guru menyarankan
m kepada siswa agar menulis
m hasil ekssplorasinya
Setelah Eksplorasi
Siswa diminta
d mendisku usikan hasil eksplorasinya dengan n teman satu kelompoknya
Siswa diminta
d menuliska an hasil diskusinya pada LKS
Setiap kelompok
k dimintta melaporkan ha asil eksplorasinya
a dan siswa lainn
nya membri
komenttar atau bertanyaa
Guru memandu
m diskusi kelas
Fase Pen
ngenalan dan
n Pemantapan
n Konsep
Guru memperkanalkan
m konsep-konsep yang
y ditemukan siswa
Siswa yang
y masih miskkonsepsi atau sala
ah dibimbing me
enuju konsepsi ilm
miah (benar) dan
n
memantaapkan konsepsi siswa yang suda ah ilmiah
Fase Aplik
kasi Konsep
Guru menggajukan pertanya aan-pertanyaan yangy bersifat ope
en ended untuk mengecek
m
kemampua an berpikir kreatiff siswa terkait de
engan topik yang
g telah dipelajarin
nya.
Guru memb beri kesempatan n kepada siswa berkomentar, men ngajukan pertanyyaan, dan
mengklarik
kiasi topik yang dipelajari.
d
Fase
e Akhir
Guru bersama siswa meran ngkum isi pembellajaran
Guru memiinta siswa untuk melakukan refle eksi terhadap bela
ajarnya
Guru menggajukan pertanya aan terbuka sebaagai bentuk feed back
Guru memb berikan tugas rum mah kepada sisw
wa dalam bentukk pengayaan
materi yang
g telah dipelajarii
ar 1: Alur keg
Gamba giatan pembe
elajaran IPA
68
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Berdasarkan kajian pustakka, diskusi mendalam dengan 3 orang pakar, serta penyebaran kuesioner k
kebutuh han pembelaja aran IPA dipe eroleh data te entang aspekk-aspek kema ampuan berpiikir kreatif sisswa yang
dapat dikembangkan
d n dalam pem mbelajaran IPA A di sekolah dasar. Aspe ek-aspek tersebut meliputti berpikir
lancar, berpikir, luwe es, berpikir orisinal,
o dan berpikir elabo oratif. Keemp pat aspek be erpikir kreatif tersebut
telah dijjabarkan men njadi 25 indikkator. Dari ha asil analisis empirik
e ternyaata keempat aspek terseb but masih
tetap be ertahan atau sesuai denga an kebutuhan, tetapi hanya a 18 indikator yang masih h bertahan, se edangkan
sisanya lagi 7 indikattor dianggap gugur atau tiidak akan dig gunakan pada a penelitian taahap kedua (u uji coba).
Berdasarkan hasil penelusuran terrhadap penge embangan ke emampuan be erpikir kreatif siswa, baik pakar
p dan
praktisi menganggap p bahwa krea ativitas khsuu usnya kreativiitas berpikir merupakan
m s
suatu hal yanng sangat
penting untuk dikembangkan di sekolah dasar. Mengingat selama s ini pe
embelajaran IPAI hanya berorientasi
pada pe enguasaan se ejumlah peng getahuan saja a dan kurang g diarahkan pada pengem mbangan kem mampuan
berpikir.. Hal ini sesuaai dengan pen ndapatnya Se emiawan,et al a (1998:61) yang
y menyata akan bahwa kreativitas
k
sebagai suatu kemam mpuan manussia yang sang gat penting, baik
b dalam arrti personal maupun
m kulturral. Lebih
lanjut Munandar
M (19
985:88-90) memberikan
m d
deskripsi tenttang empat unsur
u berpikiir kreatif ya ang perlu
dikemba angkan dalam m pembelajara an di sekolah h seperti berppikir lancar, berpikir luwes,, berpikir orissinal, dan
berpikir elaboratif. Hal ini diangga ap penting un ntuk dikemba angkan karena a berpikir kre
eatif merupakkan unsur
esensial kreativitas se eseorang. Settiap tindakan kreatif selalu u melibatkan kemampuan
k berpikir kreattif. Begitu
saling mengkaitnya
m aspek
a berpikiir kreatif denngan kreativittas seseorang g, tidaklah sa alah apabila ada
a yang
mengata akan bahwa kreativitas
k itu pada dasarnya adalah berpikir kreatif.
Berdasarkan hasil analisiss kebutuhan pembelajaran
p n IPA bagi pe engembangan n kemampuan n berpikir
kreatif siswa,
s pendekatan yang paling
p sesuaii adalah pend dekatan konttekstual (CTLL). Temuan ini sesuai
dengan pandangann nya Suastra (2004) yang menyatakan bahwa pendekatan CTL sanga at cocok
dikemba angkan di SD D mengingat tingkat berpikir siswa be erada pada operasional
o k
konkret. Pembelajaran
konteksttual adalah pembelajaran n yang mem mbantu guru mengaitkan materi (con ntent) yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata (conte ext) dan mend dorong siswa a membuat hu ubungan anta ara pengetahuan yang
dimilikin
nya dengan penerapannyya dalam kehidupan k m
mereka seharri-hari (Johnsson, 2002). Dengan
pendeka atan CTL in ni, siswa akkan mempero oleh kesemp patan untuk menguatkan n, memperlu uas, dan
menerap pkan pengeta ahuan dan keterampilan
k akademik mereka
m dalam
m berbagai macam
m tatanaan dalam
sekolah dan luar sek kolah agar da apat memeca ahkan masala ah-masalah dunia
d nyata atau
a masalah-masalah
yang dissimulasikan. Jadi, pembelajaran konte ekstual adalah pembelajarran yang terrjadi dalam hubungan h
yang errat dengan pengalaman
p s
siswa sesunggguhnya. Pro oses pembelajaran berlang gsung alamia ah dalam
bentuk kegiatan sisw wa bekerja da an mengalam mi, bukan tran nsfer pengeta ahuan dari gu uru ke siswa. Dengan
demikian n, kemampua an berpikir kreatif
k siswa kan
k tumbuh dan berkemb bang sesuai dengan potensi siswa
sendiri.
Metode pembelajaran yan ng cocok untuk digunakan n dalam pembelajaran IPA A bagi pengembangan
kemamp puan berpikir kreatif siswa SD adalah metode
m inkuirii/penyelidikann ( x = 4,67 ),) metode dem monstrasi
( x = 4,454 ), dan meetode diskusi/ttanya jawab ( x = 3,81 ). Dalam peneliitian ini, ketigga metode yaang cocok
digunakkan secara prroporsional se esuai dengan n strategi yan ng dirancang g. Ketiga mettode ini yaitu u metode
inkuiri, demonstrasi,
d dan diskusi merupakan
m meetode penting g dan cocok diterapkan
d dalam pembelajjaran IPA
dalam upaya mengem mbangkan ketteampilan pro oses sains ata au sering diseebut keteramp pilan berpikir (thinking
skill) (Haarlen, 1992; Trowbridge
T & Bybee, 1990 0; Dahar, 198 89; Carin & Su und, 1975).
Sumber belajjar yang coco ok digunakan n dalam pemb belajaran IPA A bagi pengem mbangan kem mampuan
berpikir kreatif siswa a adalah ling gkungan alam miah dan sossial ( x = 4,79 9 ), audio vissual ( x = 4,000 ), dan
buku-bu uku teks/buku u pelajaran ( x = 4,19 ), se edangkan inte ernet belum dianggap
d sesuuai dengan ke ebutuhan
siswa SD D untuk saat ini. Dalam pe enelitian untuuk tahap selan njutnya, sumber belajar ya ang digunaka an adalah
69
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
lingkungan alamiah
a dan sosial,
s audio visual, dan buku teks/bu uku pelajaran n sesuai deng gan hasil ana alisis
kebutuhan in ni. Hasil ini menunjukkan
m bahwa untuk siswa SD sumbers belajar yang palinng sesuai ada alah
lingkungan alamiah dan sosial
s siswa, di
d samping audio
a visual dan
d buku pela ajaran/buku teks.
t Lingkun
ngan
a
alamiah dan sosial merup pakan sumbe er belajar yan ng ada di sekkitar siswa ya ang dapat dimanfaatkan oleh o
g
guru dalam merancang
m pembelajaran sesuai denga an materi pelajaran yang dibelajarkan. Melalui sum mber
belajar alamiah, siswa aka an lebih mudah menghubu ungkan pelaja aran yang se edang mereka a pelajari den
ngan
kehidupan mereka
m sehari--hari. Oleh karena itu, gu uru memiliki peran penting dalam merrancang kegia atan
pembelajaran n dengan memanfaatkan lingkungan
l alamiah dan sosial
s siswa sebagai sumber belajar. Au udio
v
visual diangggap cocok dim manfaatkan dalam
d pembe elajaran IPA SD menging ggat dewasa ini sudah cu ukup
banyak media audio visual yang ada di sekolah maupun m di pasaran yang dapat diman nfaatkan seba agai
s
sumber belajar dalam pem mbelajaran IP PA. Hal ini dibbutuhkan teru utama dalam menjelaskan suatu fenom mena
y
yang sulit un
ntuk dilihat seecara langsun ng, seperti peredaran darrah, denyut jantung. Deng gan media au udio
v
visual, prosess kerja peredaran adarah, denyut jantu ung, bayi dala am kandunga an akan dapa at terlihat den
ngan
j
jelas dalam tayangan
t videeo. Pembelaja aran dengan bantuan aud dio visual ini tentu akan memotivasi
m siiswa
belajar dan sudah
s barang g tentu meran ngsang pikiran siswa karen na mereka se ecara nyata dapat
d mengam mati
s
secara langssung proses-p proses alamia ah. Buku-buku sumber merupakan sumber bela ajar yang su udah
t
terbiasa digunakan para guru dalam pe embelajaran IPA.
Sistem penilaian yang cocok untuk pembe eljaran IPA bagi
b pengemmbangan kem mampuan berpikir
kreatif siswa adalah non tes dan tes. Ini berarti kedua bentu uk penilaian yang
y dapat digunakan
d daalam
mengembang gkan kemamp puan berpikir kreatif siswa a dalam pemb belajaran IPAA di SD. Hal ini sesuai denngan
t
temuan Suasstra (2006) yang menga atakan bahw wa penilaian otentik cukkup efektif digunakan
d daalam
pembelajaran n sains (Fisik
ka). Hal ini mengindikasik
m kan bahwa te erdapat perge eseran panda angan guru akana
pentingnya penilaian
p non tes dalam pe embelajaran IPA.
I Selama ini
i dan dari hasil
h wawanca ara dengan guru,
t dianggap sebagai satu-satunya alatt penilai keberhasilan belajjar siswa. Den
tes ngan diterapkkannya kurikuulum
t
tingkat satuan pendidikan,, guru telah banyak
b memp peroleh wawa asan melalui penataran-pen
p nataran sehinngga
kesadaran akkan pentingny ya non tes mulai bangkit. Hasil kuesion ner penelitiann ini menunjuukkan bahwa non
t mempero
tes oleh rerata lebbih tinggi dari tes. Ini bera
arti ada pergeeseran pandangan tentang g pentingnya non
t dalam pem
tes mbelajaran IPPA yang selamma ini terabaiikan.
S
SIMPULAN
70
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
DA
AFTAR PUSTA
AKA
Adang, JS.
J (1995) Me engembangka engajaran Sains. Jurnal Pe
an Kreativitass dalam Berpiikir Melalui Pe engajaran
MIPA. Bandu
ung: IKIP.
Carin, A.A.
A B. (1975). Tea
Sund, R.B aching Sciencce Through Discovery
Di . Ohio
o: Charles E. Merril Publish
her.
Dahar. R.W.
R (1989). Teori-teori Belajar
Be . Jakarta
a: Penerbit Errlangga.
Harlen, W. (1992). The
T Teaching of
o Science. Lo
ondon: David Fulton Publisshers.
el,J.R & Walle
Fraenke 93). How to Design
en, N.E. (199 D and Evaluate
E Rese
search in Educ
ucation. New York: Mc
Graw Hill.
n,E.B. (2002). Contextual Teaching
Johnson T Learrning. Californ
nia: Corwin Prress.
1992). Menge
Munandar, U,S.C. (1 embangkan Bakat
B dan Krreativitas Anaak sekolah. Jakarta: PT. Gramedia
G
Widiasarana Indonesia.
999). Kreativi
Munandar, S.C.U (19 vitas dan Kebe
berbakatan: Strategi
S Mewu
ujudkan Poten
ensi Kreatif daan Bakat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
71
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
Semiawan, C,, dkk. (1998). Dimensi Kre
eatif dalam Fililsafat Ilmu. Bandung:
B PT. Rosdakarya.
S
Semiawan, C. Dkk. (1992)). Mengemban
ngkan Bakat dan
d Kreativitaas Anak Seko
olah.: PT. Gram
media.
S
Suastra, I,W. Dkk. (2003). Implementa
asi Pembelaja
aran Sains Berrbasis Inkuiri di SLTP. Lap
paoran Penelittian.
IKIP Negeri Singaraja.
S
Suastra, I.W & Kariasa, N. (2000). Penngembangan Kreativitas Be erpikir Siswa Melalui Pemb
belajaran den
ngan
Mode
el Karya Ilmia
ah di SD. Lapo an. IKIP Negeri Singaraja.
oran Penelitia
S
Suastra, I..W. (2004)). Impleme
entasi Pem
mbelajaran Sains ntekstual
Kon S
Sebagai Uppaya
Peng
gembangan Kecakapan
K m IKIP Negerri Singaraja. Penelitian. IKIP
Hidup di SD Laboratorium I
Nege
eri Singaraja.
S
Suastra,W (2006). Belajarr dan Pembela
ajaran Sains. Singaraja: Un
ndiksha.
W (2003). Im
Suastra,I. W.
S mplementasi Pembelajaran
n Sains Berb
basis Inkuiri di SLTP. Laaporan Peneliitian
Rese
earch Grand IK
KIP Negeri Singaraja.
S
Suastra, I,W.. dkk. (2006)). Pengemban ngan Asesme
en Otentik da ajaran Fisika di SMA. Lapo
alam Pembela oran
Peneelitian. Undiksha Singaraja..
Trawbridge, L & Rodger W Bybee. (19
T 990). Becomin
ng a Seconda
ary School Sciience Teacher. London: Merril
M
Publishing Company.
Z
Zamroni. 00). Paradigm
(200 ma Pendidikan
n Masa Depan
n. Yogyakartaa: Bigraf Publiishing.
72
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-06
D
DESIGNIN G THE VAR
RIOUS OF EDUCATIVE
E E GAMES FOR DEVELO
OPMENT OF
UCATIVE PARK
EDU
Joni Rokhma at
(Program Studi
S Pendidikkan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP
F Universittas Mataram
Jl. Majappahit 62 Ma ataram 8312 25; telp. 0370623873
0
Hp: 08 81805738694 4; email: jrokh
hmat62@gmaail.com)
ABSTRACTS
TS
Tamman Edukatif is a scientificc media even as
a a source ofo study based d on joyful leaarning for all people
p
includding studentss. In a great perspective, Taman Eduk ukatif is builtt able by cen ntral, provincce, and
districct governmennts, whereas, for small peerspective, is built able in the school and
an class unitt for all
levelss. The holly of
o Taman Edukatif
Ed be able
a consists of various educative
ed gammes, subject matter
equippments, the equipments
e o basic techn
of nology, practi
tice and popu ular technolog gy, electrical media,
virtuaal lab and ICT
T, also Educacative Game Show.
S This article
a will disc
scus various educative
e gammes for
suppo orting the devvelopment off Taman Educcatif.
Keyw
words: "tama
an edukatif", educative ga
ames.
PENDAHULUAN
Dalam Undang-unda
U ng Nomor 2 Tahun
T 1989 tentang Sisteem Pendidikan n Nasional, antara
a lain, diisebutkan
bahwa pendidikan adalah
a usaha
a sadar untu uk menyiapka an peserta didik
d melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/ata au latihan baagi peranann nya pada ma asa yang akkan datang (Depdikbud, 1989:3).
Pendidikkan nasional berfungsi un ntuk mengem mbangkan kem mampuan serrta meningka atkan mutu kehidupan
k
dan martabat manussia Indonesia dalam rangkka/upaya mew wujudkan tujuan nasional, yaitu, (seba agaimana
termaktuub dalam alin nea IV Undan ng-undang Dasar
D 1945): (a) melindun ngi segenap bangsa
b Indonnesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia a; (b) mema ajukan kesejaahteraan umu um; (c) men ncerdaskan kehidupan
k
bangsa; dan (d) ikut melaksanaka an ketertiban dunia.
Sedangkan dalam
d Peraturran Pemerintaah no 19 tahhun 2005 tentang Standarr Nasional Pe endidikan,
bab 1, pasal 1, ayatt 8 disebutka an bahwa yan ng dimaksud dengan stan ndar sarana dan
d prasaran na adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan de engan kriteria minimal tenttang ruang be elajar, tempa at berolah
raga, tempat beribad dah, perpustaakan, laborato
orium, bengke el kerja, temp pat bermain, tempat berkreasi dan
berekreaasi, serta sum
mber belajar lain, yang diiperlukan unttuk menunjan ng proses pembelajaran, termasuk
t
penggun naan teknolo ogi informasi dan komunikasi. Berkena aan dengan peraturan in ni, pengadaan n tempat
bermainn, berkreasi, berekreasi, serta
s sumberr belajar adalah termasukk dalam unsu ur penting pe enunjang
proses pembelajaran
p .
Mulyasa (20 005) menyattakan bahwa a menciptaka an pembelajjaran yang efektif, krea atif, dan
menyenangkan, hend daknya tidak membatasi pada
p pembelaajaran klasikal yang dibata asi oleh empa at dinding
kelas, te
etapi proses pembelajaran n dianjurkan dilakukan de engan variasi situasi, misa alnya di laboratorium,
halaman n sekolah, keebun, dan sebbagainya, bah hkan strategi pembelajara annya pun pe erlu divariasikkan untuk
menghin ndari rasa jenuh siswa. Ilmu pengetahuan dan tekknologi selalu u secara aktiif berkemban ng seiring
dengan kemajuan ilm mu pengetahu uan dan teknnologi sehinggga kuantitas informasi keilmuan semakin besar
dan varriatif. Sementara, alokasi waktu belajjar formal ya ang disediakkan bagi sisw wa tidak berubah, ini
menyebabkan adanya a kesenjangaan rasio jumla
ah informasi keilmuan
k dan alokasi waktu belajar, yaiitu terlalu
banyak materi yang harus
h dikuasa
ai siswa dalam
m waktu yang g relatif singka
at.
Prilaku dan gaya
g mengajaar guru dapatt menghasilka an perbedaan n penting padda poses bela ajar siswa
(Centra & Potter: 1980; McDaniell: 1981; Wentzel: 2002), dalam
d Marie at
a all (2006).. Gaya menga ajar yang
73
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
74
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
75
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
76
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Kartu Berpadanan
Be
Kartu beerpadanan leebih sederhanna dibanding gkan dengan kartu kuarte et di atas kaarena desain kartu ini
dalam seejumlah set tertentu
t dengan setiap setnnya hanya terrdiri atas dua kartu sepadaan. Adapun ju
umlah set
kartu te
ersebut sifatn
nya bebas, tid
dak ada kete entuan khusus, jadi dapatt dibuat deng gan jumlah set sesuai
dengan kebutuhan. Dengan me engganti pad danan tersebbut dengan informasi pe engetahuan dan
d atau
teknolog
gi, maka karttu tersebut menjadi
m alat media
m pembellajaran berbe entuk permain nan kartu berrpadanan
yang meenyenangkan.
Kartu Remi
Re
Kartu re emi sebagai alat
a media pembelajaran dapat d didesainn dalam 4 sett kartu dan saatu setnya teerdiri atas
13 kartu u sepadan se ehingga seluruhnya ada 52 kartu. Seda angkan setiap set kartu tersebut
t diberri indeks,
misalnya a dengan huruf kecil di salah
s satu suudut, untuk menentukan
m t
tingkatan darri setiap set tersebut.
Tingkata an ini analog dengan indeks pada kartu u remi, yaitu angka 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, J, Q, K, dan A
(As). Paada indeks ini secara bertuurutan dari te
erendah hingg ga tertinggi. Namun
N demikkian pemberiaan indeks
ini sifatn
nya tidak muttlak karena penggunaan kartu
k ini tidak harus sama dengan peng ggunaan kartu u aslinya.
Dengan mengganti padanan
p ebut dengan informasi pen
terse ngetahuan da an atau tekno
ologi, maka ka artu remi
ini menjadi alat media pembelajarran berbasis permainan
p kartu yang men nyenangkan.
Kartu Domino
Do
Satu sett kartu domino terdiri atas 28 kartu. Settiap kartu meempunyai dua ap sisinya dapat berisi
a sisi dan setia
bulatan merah seban nyak 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, (0 berartti tidak terdappat bulatan merah).
m Apabila angka
jumlah 0 s.d. 6 terssebut dipand dang sebagai 7 buah karakter beda, maka dalam setiap kartu u domino
terdapatt dua karakteer dengan kommbinasi terten ntu. Jadi dala
am satu set kaartu domino terdapat
t 28 kombinasi
k
pasanga an yang khas dari karakterr 0, 1, 2, 3, 4,
4 5, dan 6. Se etiap karakter dalam komb binasi itu akan muncul
sebanya ak 8 kali. Denngan mengga anti karakter ini dengan in nformasi peng getahuan dan n atau teknologi yang
sepadan n maka kartu u ini menjadi alat media berbasis perrmainan kartu u yang menyyenangkan da an dapat
dimainka an seperti permainan kartuu domino.
Permainan Edukatif Ular Tang gga
Permainnan ini menga acu pada perm mainan ular tangga
t yang sudah popule er di anak-annak. Desain pe ermainan
ini untukk pembelajaraan, terutama dengan cara menambahka an permainan n ini dengan kartu,
k yang teerdiri dari
dua pakket. Paket pertama terdiri atas kartu-ka artu pertanyaaan dan yang g kedua terdiri dari kartu jawaban.
Pada ba agian muka kartu pertanyyaan diberi indeks atau kode khas dan d indeks atau
a kode yang sama
dicantummkan pula pa ada bagan be elakang kartu jawabannya,, yaitu indekss atau kode pada p pasanga an karatu
pertanya aan dan kartuu jawaban harus sama.
Permain
nan Edukatif Monopoli
M
Permainnan monopoli adalah sejenis permainan strategi berb bisnis. Desain
n alat permainnan ini terdiri atas dua
bagian pokok,
p pertam
ma bagian alaas dapat dari papan atau karton. Sedang bagian ke edua adalah tiga paket
kartu, yaitu paket kaartu kesempattan, paket ka
artu dana ummum, serta pa aket kartu keppemilikan. Paket kartu
ketiga ini terdiri attas beberapa a kelompok, sesuai den ngan jumlah kelompok fasilitas umu um yang
dicantummkan pada bagian
b alas alat
a an ini. Pada alas, bagian pinggir diba
permaina agi kedalam beberapa
kotak, misalnya
m 28 kotak, kemu udian kotak--kotak ini dibbagi atas beeberapa kelom mpok fasilitass umum,
misalnyaa setiap keloompok terdiri atas 3 kottak, dan kelo ompok ini da apat berupa fasilitas tran nsportasi,
penginapan atau perrhotelan, hibu uran, dan pendidikan. Kem mudian terdaapat kotak-kotak tunggal yangy diisi
dengan kesempatan,, dana umum m, dan kartu hukuman te ertentu, seperrti penjara se
elama jumlah h putaran
tertentu atau harus mundur
m sejum
mlah langkah tertentu. Ada
apun kotak keesempatan da an dana umum adalah
terkait dengan
d pake
et kartu keseempatan dan n dana umum m, artinya di pemain ha arus mengam mbil kartu
tersebutt ketika masuk pada kotakk di atas.
77
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Desain perma ainan edukatif sebagai pendukung pen ngembangan Taman edukkatif dapat dilakukan
d denngan
memuati perm mainan itu deengan materi pembelajaran n. Pada dasarrnya konstrukksinya tidak teerlalu sulit, te
etapi
perlu tetap diperhatikan
d bahwa alat media
m edukattif ini harus berbasis men nyenangkan, baik secara fisik
maupun mua atan materi yang
y dimasukkkan. Impelem mentasi alat permainan
p ini harus bermmotokan Berm main
S
Sambil Belaja ar bukan sebaliknya, seh hingga pemakkai, terutama a anak-anak, tidak akan merasa
m terbebani
o
oleh suatu kegiatan
k baliknya, merreka merasa sedang berm
belajjar tetapi seb main. Permainan edukatiff ini,
d
dalam prosess pebelajaran,, cocok untukk penguatan, media, dan ju uga sumber yang
y berbasis menyenangkkan.
Pengembangn Ta aman Edukattif secara utu uh tidak cuku up hanya didukung oleh aneka
a permaiinan
e
edukatif ini, tetapi
t harus dilengkapi
d ngan unsur-unsur lainnya, seperti anekka alat peraga
den a mata pelajaran,
a
alat teknolog gi dasar, alatt teknologi praktis,
p labora
atorium, labo oratorium virrtual, serta dilengkapi
d sarrana
t
teknologi infoormasi dan koomunikasi.
DAFTAR
R PUSTAKA
A
Anonim 999, Teori Ko
1, 19 onstruktivismee. Tersedia paada http://ww
ww.teachersro
ock.net, Diaksses pada tang
ggal
28 Ju
uli 2007.
A
Anonim 999. Construct
2, 19 ctivism. Tersed
dia pada stein
n@installdude
e.com, Diakse
es pada tangg
gal 28 Juli 200
07
78
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
79
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-07
CORE BUSI
SINESS PEMBELAJARAN
N IPA: MENIINGKATKAN KREATIVIT
TAS GURU MENGAJAR
M IPA
DENGAN INKU
UIRI DI SD DALAM
D KON
NTEKS PENDIDIKAN TIN
NGGI JARAK
K JAUH
A.A. Ketut Budiastra
(kbudias
stra@yahoo..com Universsitas Terbuka))
ABS
STRACT
This studyy aimed to describe
d thee effectivenesss of the str trategy TDPSP SPM on tutorrial started by b
observing video recorde ded modeling,, discussion, creating lesso son plan, simu ulation in thee form of peeer
teaching, enrichment, and teaching g in real situ
tuation in eleementary sch hool setting. The model of o
instruction
n on this stud dy was emph hasized on immproving the ability of teaachers to teaach science by b
ypes of inquirry approach such as scieence process skills, sciencce technologyy and society
various typ ty,
learning cyycles, and inttegrated apprroach in the contexts of distance
d educcation mode. Modules werre
used as main
m learning sources
s and video
v recordeed modeling as a an educati tional media with
w the use of o
research and
a developm ment (R & D) cycles. This study
s involveed 63 element ntary school teachers
te in onne
of regional
al office of Un
niversitas Terbbuka with thee use of one group
g pretestt posttest dessign during th he
year of 20006 until 20077. The result of the study showed thatt the use of modules
m and video
v recordeed
modeling with
w this strat ategy improveed teachers creativities
c annd their abilitiies in preparin
ing lesson plaan
as well ass in impleme enting sciencee instruction by inquiry in i elementaryy school. The he problems in i
implementting the mode el of instructio
on in elementatary school weere also discuussed.
Keywords
s: TDPSPM sttrategy, inquirry, distance education,
e R & D and creattivities
PENDAHULU
UAN
Secara nasio
S onal hasil belajar IPA belu um menunjukkan hasil ya ang menggembirakan. Pe endapat ini le ebih
d
didasarkan peencapaian haasil belajar me enurut standa ar kelulusan UAN
U maupunn NEM yang diterapkan
d seccara
nasional pada a tahun-tahun n belakangan n ini. Jalil (20003) mengatakkan bahwa mutu
m pendidikaan kita tidak saja
rendah, tetap pi juga mena ampakkan ge ejala menukikk dari tahun ke tahun. Beberapa
B hal yang selama a ini
d
dianggap sangat mempe engaruhi ren ndahnya dayya serap sisw wa terhadap p mata pela ajaran, terma asuk
d
didalamnya y
yang mempen ngaruhi rendahnya daya serap s mata pelajaran
p IPA
A antara lain materi pelaja aran
t
terlalu padat dan dikemas kurang me enarik, kemam mpuan penga ajar dalam menguasai
m dann menyampaikan
materi, serta sarana dan prasarana pendukung
p prroses pembellajaran. Pang gkal penyebab b dari semua a ini
t
tentu sangatt banyak, te etapi tudinga an utama ba anyak ditujukkan kepada guru, karen na gurulah yang
y
merupakan ujung tombak di lapangan yang y bertem mu dengan sisw wa secara terrprogram (Wa ardani, 1999).
Hinduuan, dkk. (20003), menyeb butkan bahwa a banyak perrmasalahan yang
y dihadapi guru SD da alam
mengajarkan IPA, meliputti: 1) jumlah siswa SD dalam satu kela as cenderung besar terutam ma di kota be esar
s
seperti Bandu ung, bahkan ada yang mencapai
m 70 siswa
s dalam satu kelas; 2)2 isi kurikulu
um terlalu pa adat,
berorientasi pada
p tuntutan
n disiplin ilmuu dan hanya cocok
c untuk siswa
s dengan kemampuan di atas rata--rata
d
dan superior,, guru terpakksa mengejarr target kurikkulum dan melupakan
m kettuntasan belaajar siswa da alam
s
satu ungkapa an luas 1 kmm persegi den ngan kedalam man satu senttimeter, peru ubahan kuriku ulum nampakknya
belum berhassil melangsin ngkan kurikulum secara berarti;
b 3) pe
engaruh oran ng tua murid yang berlebiihan
s
sehingga dappat menimbulkan pengaruh negatif; dan 4) perlengkkapan dan alo okasi dana masih
m perlu diitata
kembali.
Dari studi penda ahuluan yang g dilakukan Hinduan, et. et al. (2001) mengidenttifikasi beberrapa
kelemahan pe elaksanaan perkuliahan
p bidang studi IP PA di pendidikkan Prajabata
an guru SD dengan
d kuriku
ulum
t
tersebut, yaiitu: 1) para mahasiswa calon guru seringkali tiidak diberi peluang p yangg optimal un ntuk
berpartisifasi memadukan konsep IPA dan cara me engajarkannyya di SD kare ena bekal untuk itu diajarrkan
80
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
dalam dua
d matakulia ah terpisah; 2) kuliah bid dang studi IP PA hampir sem mua diajarkann melalui cera amah; 3)
kuliah bidang
b studi IPA sebagian besar diampu u oleh dosen yang tidak memiliki
m peng
galaman meng gajar IPA
di SD, sehingga
s tidak dapat mem mberikan conttoh; 4) penga ayaan materii dinilai terlalu akademis, sehingga
sulit dip
pahami maha asiswa dan tid dak relevan bagi peserta didik, dan 5) waktu pendidikan dirasakan
d
sangat pendek,
p yaitu dua tahun.
Programm S1 PGSD merupakan
m elanjutan darri program D-II PGSD yan
ke ng dimaksudkan untuk membantu
m
para guru lulusan D--II PGSD (Guru Kelas) gun na mengemba angkan dan meningkatkan
m n kualitas dirii menjadi
guru SDD yang professional (Pedom man Pengelola aan PGSD UT T, 2005: 1). Dalam
D UU Noo. 20 Tahun 2003,
2 PP
No. 19 Tahun 2005, Permen No.. 16 Tahun 2007, 2 dan Pe ermen No. 18 8 Tahun 2007 7, disebutka an bahwa
pendidikk pada SD/M MI, atau benttuk lain yang g sederajat harus
h memilikki kualifikasi akademik pe endidikan
minimum m diploma em mpat (D-IV) atau sarjana a (S1). Hal in ni berarti bah hwa pada sa aat yang akan datang
lulusan D-II PGSD su udah tidak me emadai lagi untuk
u mengajjar di SD, walaupun dalam m kenyataann nya masih
ada guru u-guru SD yang berijasah D I, DII, dan bahkan ada yang masih ta amatan SLTA A (Kuswaya, 1997).
1
Interaksi anttara dosen/tuttor pada prog gram PGSD UT U tidak seinttensif interakssi yang dilaku ukan oleh
dosen pada
p programm PGSD prajabatan. Untukk mengantisifa asi keterbatassan waktu interaksi terseb but maka
dalam penelitian
p ini demonstrasi
d tentang cara memadukan
m m
materi dengan cara menga ajarkannya di SD yang
di dalamm program PG GSD prajabattan dilaksanakan langsung g oleh dosen,, digantikan dengan
d mengggunakan
tayangan program video v Buku Materi
M Pokokk (BMP) yang g dirancang khusus untuk itu. Adapu un model
pembela ajaran dalam penelitian in ni menggunakan strategi tayangan pro ogram video,, diskusi, pen nyusunan
renpel, simulasi
s meng gajar teman sejawat,
s peng
gayaan, dan mengajar
m riil di
d SD (TDPSP PM).
Istilah pende ekatan inkuirri yang digu unakan dalam m proses pem mbelajaran IPA
I dalam tu ulisan ini
dimaksu udkan sebaga ai strategi yanng diterapkann oleh guru yang
y menghe endaki pesertta didik untuk terlibat
aktif unntuk mengekssplorasi fenom mena yang adaa di lingku
ungan/alam sekitar
s merekka. Kegiatan ini akan
mengara ahkan merek ka untuk men ngajukan perttanyaan, melakukan penyyelidikan, men narik kesimpu ulan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kep pada orang lain (Harlen, et al, 2005)). Selanjutnya a, dalam ma akalah ini
dibahas antara lain efektifitas model pemb belajaran den ngan menera apkan strateggi TDPSPM terhadap
kemamp puan guru me erencanakan pembelajaran n dan melaksanakan pemb belajaran untu
uk bidang stuudi IPA di
SD; hall-hal yang perlu p diperhatikan dalam penyiapan guru IPA SD D; dan penttingnya inquiiri dalam
pembela ajaran IPA di SD.
81
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
pembelajaran n, dan prinsipp pembuatan media; 6) Evvaluasi, sesua ai dengan tujjuan/indikator, merencana akan
e
evaluasi erja, menyiapkan kunci jaw
kine waban; dan 7) 7 Tampilan fisik dokumen, kebersihan n dan kerapih han,
s
serta penggunaan bahasa tulis.
Sedangkan kemam mpuan yang dinilai dalam m melaksanaka an pembelaja aran (APKG II)
I meliputi tu ujuh
komponen, yaitu:
y 1) Ape ersepsi yang dilakukan guru untuk mengawali
m pe
embelajaran; 2) Arahan guru g
kepada siswa a untuk melakukan kegia orium (handss-on activities
atan laborato es); 3) Aktivittas siswa daalam
pembelajaran n di kelas; 4)) Pendekatan n yang digunakan guru da alam pembelajaran sains;; 5) Kemamp puan
g
guru dalam pembelajaran
p ; 6) Penilaian
n yang dilakuukan guru terrhadap capaiaan siswa seca ara individu atau
a
kelas; dan 7)) Kegiatan guru dalam menutup
m pelajjaran. Adapun ringkasan skor mahasisswa dan hasil uji
beda rataan kelompok
k ujiccoba adalah sebagai
s beriku
ut.
Tabel 1: Riingkasan Skor Mahasiswa dan Uji Beda Rataan Prete est dan Postte
est
Kompone en-komponen n APKG I dan APKG II Kelo ompok Uji Validasi (n=24)
Pretest
P Posttes
st N
N_Gain Uji
Komponen
n beda Keputusa
an
Mean
M SD Mean SD M
Mean SD
rataan
n
APKG I
A - Sasaran 4,63
4 0,88
8 5,17 0,64 0
0,13 0,20
0 185,50 Signifikan
B - Bahan Ajar
A 9,21
9 2,08
8 11,29 0,81 0
0,56 0,49
9 109,00 Signifikan
C - Strategi Signifikan
15,96
1 2,03
3 19,00 0,98 0
0,72 0,27
7 34,00
Pembela ajaran
D - Kegiatan n Lab 12,25
1 2,52
2 16,08 2,50 0
0,45 0,38
8 81,00 Signifikan
E - Media 9,17
9 1,97
7 10,21 0,66 0
0,21 0,42
2 167,50 Signifikan
E - Evaluasi 6,88
6 2,09
9 9,13 2,07 0
0,40 0,36
6 125,50 Signifikan
F - Tampilan n Fisik Tidak
6,88
6 0,45
5 7,08 0,28 0
0,13 0,27
7 232,00
dokume en Signifikan
APKG II
A - Apersepssi 16,17
1 1,31
1 17,75 0,85 0
0,36 0,27
7 86,00 Signifikan
B - Arahan guru
g 13,33
1 2,65
5 18,29 1,99 0
0,70 0,35
5 38,00 Signifikan
C - Aktifitas siswa 7,96
7 1,12
2 10,63 0,71 0
0,63 0,24
4 20,50 Signifikan
D - Pendeka atan Signifikan
guru 11,08
1 1,25
5 14,25 1,36 0
0,64 0,27
7 29,50
E - Proses Signifikan
pembela ajaran 13,00
1 1,59
9 15,13 1,03 0
0,62 0,41
1 68,50
F - Penilaian
n siswa 7,46
7 1,56
6 9,04 1,55 0
0,34 0,28
8 138,50 Signifikan
G - Menutup p Signifikan
pelajara
an 6,63
6 1,01
1 7,54 0,59 0
0,55 0,49
9 127,50
* Berdasarka an tabel nilai uji Mann Whitney
W (U) yang
y disajikan
n pada Lamp piran 16, Sprrent (1991: 283)
2
d
dengan = 0,05 didapatt U = 195. Keputusan
K peningkatan ke emampuan mengajar dinya atakan signiffikan
j
jika U-hitung < 195 atau U-hitung < U-tabel
U atau U-kritis
U (Ruse
effendi, 1998: 398-401)
82
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
83
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Tabel 2:
2 Perubahan Penekanan dalam
d Konten dan Pembela
ajaran Sains
84
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Pembelajaran n IPA untu uk anak-anakk telah dikketahui lebih h efektif bila dibangun dengan
menggu unakan benda a-benda kong gkrit sebagai dasar untuk membangun n konsep-konssep ilmiah. Para
P guru
hendakn nya memiliki pemahaman yang sangat mendalam te erhadap mate eri yang dipelajari bila dib
badingkan
dengan apa yang ak kan dikuasai oleh
o siswa. Apakah sebaga ai sesuatu yaang diharapka an atau tidakk, metode
mengaja ar dipelajari melalui conttoh yang dib berikan. Bila kemampuan n untuk men ngajar denga an inkuiri
menjadi suatu tujuan, maka guru harus merefleksikan se emangat terse ebut melalui serangkaian kegiatan
yang diperlukan. Sebagai
S contooh, untuk menyiapkan
m guru menga ajarkan rang gkaian listrik dengan
menggu unakan inquiri, kita harus melibatkan mereka
m pada serangkaian kegiatan tah hap demi tahap untuk
memban ngun model kualitatif ya ang antara lain dapat mereka m gunaakan untuk memprediksiikan dan
menjelaskan rangkaia an sederhana ampu, dan kabel (McDermo
a yang terdiri dari bateri, la ott, 2000).
Hinduan, dkk k. (2003), me enyebutkan bahwa
b model pengajaran yang diberika an kepada ca alon guru
SD seba aiknya meme enuhi karakteeristik berikut: 1) memadu ukan pengeta ahuan tentan ng konsep-konsep IPA
dan penngetahuan ten ntang cara me engajarkannyya; 2) membe erikan contohh konkrit tentaang cara men ngajarkan
suatu to
opik dengan menerapkan
m t
teori pengajaran yang aka an dibahas pa ada waktu ituu. Contoh itu diberikan
dalam bentuk
b demon nstrasi oleh dosen;
d 3) pe
embahasan se ecara rinci te
eori yang pen nerapannya baru
b saja
didemon nstrasikan; 4)
4 memberi kesempatan
k pada calon guru untuk berlatih me emperaktekkannya; 5)
memberrikan pengaya aan dalam pe engetahuan IPA yang dipe erlukan guru untuk dapat mengajar IPA A dengan
baik.
Sejalan denggan penelitiann Hinduan, dkkk. (2003) un ntuk calon guru SD di Prog gram D-II Pra ajabatan,
berdasarkan penelitiaan ini secara umum dapat disimpulkan bahwa prinsiip-prinsip pem mbekalan bida ang studi
IPA padda mahasiswa a program S1 1 PGSD melalui PTJJ agar dalam pelakksanaannya berlangsung
b e
efektif: 1)
nakan secara terintegrasi antara konse
dilaksan ep-konsep da asar IPA dan n metodologi pembelajara annya; 2)
diberikan contoh lanngsung tentan ng pembelaja aran IPA untu uk SD yang dikemas
d dala
am bentuk modul
m dan
programm Video BMP;; 3) iberikan peluang seb banyak mungkkin kepada mahasiswa
m un
ntuk mengem mbangkan
keterammpilan-keterammpilan mengajarnya mela alui peningka atan jumlah dan kualitass pelaksanaa an peer
teachingg; dan 4) diberikan
d kessempatan se ebanyak mun ngkin kepada a mahasiswa a untuk menerapkan
keterammpilan-keterammpilan meng gajar yang diperoleh
d paada saat pe eer teaching dalam situaasi yang
sebenarrnya di SD yan ng juga berfu
ungsi sebagai laboratorium pendidikan.
85
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
1990, dalam Rustaman, 2003).2 Tingkattan pertama adalah pemb belajaran pene emuan (disco overy). Tingkaatan
kedua adalah h pembelajara an inkuiri terrbimbing (guiided inquiry).. Tingkatan paling
p komple
eks adalah in nkuri
t
terbuka atau bebas (open n inquiry). Oleeh karena itu u, perkuliahan n bidang stud di IPA pada pendidikan
p da
alam
j
jabatan guruu SD sewajarnya menghindari dom minasi cerama ah dan men nggunakan variasi
v cara-ccara
mengajarkan IPA yang tep pat lainnya.
Pada dasarnya ilm mu pengetah huan alam (IPA) atau saiins dapat dip pandang seba agai produk dan
proses. Sebag gai produk saains merupaka an ilmu pengetahuan yang g terstruktur yang diperole eh melalui pro oses
a
aktif, dinamiis dan eksploratif dari kegiatan
k induktif (Carin, 1997). Sela anjutnya pem mbelajaran sainss
d
didasarkan p
pada teori belajar
b konstrruktivis yangg berpandang gan bahwa belajar meru upakan kegia atan
membangun pengetahuan yang dilakkukan sendirri oleh siswa a berdasarkan pengalama an yang dim miliki
s
sebelumnya (Ramsey, 19 993). Melakkukan kegiattan sains de engan kemam mpuan dasarr bekerja ilm miah
memberikan pemahaman terhadap pengetahuan, berpikirr dasar da an berpikir tingkat tin nggi,
mengembang gkan sikap krritis, logis, sisstematis, disiplin, objektif,, terbuka dann jujur, koopperatif, rasa in ngin
t
tahu, dan se enang belajar sains. Kem mampuan, sikkap, dan ketterampilan te ersebut dapat menumbuh hkan
`science disp position`, yaittu keinginan, kesadaran daan dedikasi teerhadap sainss yang diperlu ukan dalam abad a
t
teknologi ini (Rustaman,
( 2005).
2
Keterrampilan prosses sains tida ak dapat dipissahkan dari pembelajaran
p IPA berbasiss inkuiri. Menurut
Beyer (1971 1) melalui inkuiri, dimungkinkan pe embelajaran yang melibatkan proses, produk atau a
pengetahuan (content orr knowledge) dengan kontteks dan nilai (context, va alues, and afffective). Den ngan
kata lain, belajar konsep IPA I saja atauu belajar keterampilan saja a (proses sainns, berpikir krritis), tidak daapat
memecahkan n persoalan. Mengalami pembelajarran IPA yang memung gkinkan sisw wa belajar aktif a
membangun konsep dan keterampilan n sedemikian n rupa terinte ernalisasi sehhingga menja adi miliknya dan
menjadi kebiiasaannya, merupakan
m ta
arget yang pe erlu dituju dan
d dicapai oleh
o para pendidik, terma asuk
pendidik di LP PTK yang menyiapkan calo on gurunya (R Rustaman, 20 005).
Siswa a SD memp punyai usia antara
a 7 - 11 tahun ya ang pada umumnya berrada pada taraf t
perkembanga an intelektual operasional kongkrit. Pad da fase ini anaak mampu me elakukan opeerasi atau berpikir
logis tetapi hanya denga an kehadiran benda-bend da kongkrit. Menurut Gag ge & Berline er (1978), da alam
mempelajari IPA sebaikn nya kepada siswa SD dihadirkan be enda nyata atau a benda tiruannya un ntuk
memberikan kesempatan kepada siswa a menyentuh h, melakukan tindakan, melihat dan merasakan ben nda-
benda yang dihadapinya
d sehingga membantu siswa a memperole eh dan mema ahami konsep p yang dipela ajari.
Disamping itu, mengingat usia anak SD berada pada p taraf peerkembangan n operasionall kongkrit, maka m
s
sebaiknya pembelajaranny yapun tidak te erlalu akademmis dan verbalistik tetapi de engan benda kongkrit.
Dalam m kenyataann nya setiap ind dividu siswa memiliki
m varia
asi dalam asp pek fisik maup pun dalam asspek
psikologis. Ad danya variasi dalam aspe ek fisik sanga at mudah dikkenali misalnyya dari ukura an tinggi bad dan,
bentuk badan n, warna kulitt, bentuk muka, warna rambut, dan se ebagainya. Da ari sisi aspek psikologis, siiswa
S dapat dikkenali dari sisii tingkah laku
SD u yang merekka tampilkan seperti kecerriannya, lincah, banyak ge erak,
pendiam, dan n sebagainya.. Untuk melih hat perbedaan n aspek individual dari sisw wa SD menurrut Bloom (19 976)
d
dapat dilihat dari aspek atau fenomena yang dapatt diukur, dap pat diprediksi,, dapat diuba ah dan dijelasskan
d
dengan berba agai cara.
Yager (1996), me enyarankan agar pembelajjaran IPA di SD dapat be erlangsung de engan baik maka m
s
sebaiknya: 1) guru mene erima dan mendorong
m in
nisiatif dan gagasan dari siswa; 2) da alam meranccang
kegiatan pem mbelajaran, guru mengidentifikasi sekaligus mempe ertimbangkan respon siswa a; 3) mendorrong
s
siswa untuk berinteraksi
b baik
b dengan te emannya mau upun dengan guru; 4) perttanyaan yang g dilontarkan oleh o
g
guru mendorong siswa un ntuk berpikir; dan 5) melib batkan siswa dalam
d melaku
ukan suatu akktivitas kemud dian
mendorong siswas mereflekksikan kegiata an yang telahh dilakukan da alam kehidupannya sehari--hari.
86
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Namun dem mikian pendid dikan IPA dii sekolah da asar juga ha arus konsiste
en berorienta asi pada
pengemmbangan kete erampilan pro oses, pengem mbangan kon nsep, aplikasii konsep, da
an isu-isu sossial yang
berdasarkan pada sains. Selan njutnya untu uk mencapai tujuan pe embelajaran IPA, Yager (1996),
menyaraankan bagaim mana sebaikn nya pembelajjaran IPA di sekolah dasa ar berlangsunng, yang me eliputi: 1)
guru menerima
m dann mendorong g inisiatif dan gagasan dari siswa;; 2) dalam merancang kegiatan
pembelaajaran, guru mengidentifik
m kasi sekaliguss memperttimbangkan respon
r siswa;; 3) mendoroong siswa
untuk berinteraksi
b baik
b dengan temannya
t ma aupun denga
an guru; 4) pertanyaan
p y
yang dilontarkan guru
mendoro ong siswa un ntuk berpikir;; dan 5) mellibatkan sisw
wa dalam keggiatan kemudian mendoro ong siswa
mereflekksikan kegiata
an dalam kehhidupan seharri-hari.
PENUTU
UP
Model pembelajaran
p dalam pene elitian dengan n menggunakkan strategi tayangan pro ogram video,, diskusi,
penyusuunan renpel, simulasi
s mengajar teman sejawat, pen ngayaan, dan mengajar riil di SD (TDPS SPM) ada
indikasi dapat meninggkatkan kema ampuan guru u untuk meren ncanakan pem mbelajaran daan untuk menngajarkan
IPA denngan inkuiri di
d SD. Inkuirii bagi guru IPA I difokuska
an pada prosses belajar mengajar
m dengan cara
memban ntu siswa un ntuk mempe eroleh penge ertian tentang g alam sekitar mereka. Adapun tujuan dari
mengaja arkan IPA deengan inkuiri adalah: 1) untuk memelihara rasa ing gin tahu dari siswa; 2) melibatkan
m
siswa daalam pembela ajaran yang melibatkan
m ke
egiatan labora atorium secarra sederhana (hands-on activities
a );
3) meng gembangkan sikap positiff siswa terhadap IPA; dan n 4) menyed diakan pengallaman konkrit kepada
siswa.
Pada dasarnyya profesi gurru bisa dikata
akan profesi yang
y sangat berat
b karena mendapat
m sorrotan dan
perhatia
an yang luar biasa dari banyak
b pihakk. Tetapi disaamping itu, profesi
p guru juga dapat dikatakan
d
sebagai profesi yan ng cukup dimanja kare ena selalu diperhatikan.
d Besarnya soorotan guru tersebut
hendakn nya menjadik kan seorang guru memiliki komitmen yang tinggi untuk selalu mengem mbangkan
wawasan dan pengettahuan agar dapat
d memen nuhi tuntutan dari pihak-pihak yang berrkepentingan terhadap
kemajua an pendidikan
n. Bahkan Paul Sartre dala am Sobari (19 994), mengattakan bahwa neraka adalah orang
lain me
erupakan ung gkapan yang tepat bagi guru.g Guru seering menderita batin karrena orang laain. Satu
langkah guru melan nggar norma masyarakat yang dianutt, seribu mulut mencerca anya. Lain seekali jika
langkah itu dilakukan
n oleh orang lain yang buka an berprofesi sebagai guruu.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
B. K., (1971). Inquiry in the
Beyer, B t Social Stu
tudies Classro
oom: A Strateegy for Teach
hing. Ohio: Charles
C E.
Merril Publish
hing Companyy.
A. A. (1993). Teaching
Carin, A T Scieence Through
h Discovery. Seventh
S Editio
on. New York: Macmillan Publishing
P
Company.
W. K., Esler, M.K. (1993). Teaching Elementary Science. Sixtth Edition. California:
Esler, W C Wadsworth
Publishing Co
ompany.
Harlen, W. (1985). Teaching
Te and Learning
L Prim
mary Science. London: Harper & Row Lttd.
n, A.A. dan Se
Hinduan etia Adi, D. (1997).
( Prima on PPS IKIP Bandung. Asssignment
ary school science educatio
Report. Depaartemen Pend didikan dan Kejuruan,
K Pro
ogram Pascassarjana Institu
ut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Unpublished.
U
Hinduan
n, A. A., Liliiasari., Rusta
aman, N., Hidayat,
H E. M.,
M Setia Ad di, D., Rasyid
din, W. (200
01). The
developmentt of teachingg and learning
g science at primary sch
hool and prrimary schoo ol teacher
87
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
88
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-08
D
DEVELOPIN
NG INQUIRY
Y MODEL LESSON
L WIITH CONTE
EXTUAL TEA
ACHING AN
ND
LEA
ARNING AP
PPROACH TO
T INCREASE UNDERS STANDINGG SCIENCE CONCEPTS
S OF
S
STUDENT RY SCHOOL
IN PRIMAR
PENDAHULUAN
89
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
90
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
METOD
DE PENELITIIAN
Sesuai dengan massalah penelitian yang dikemukan, maka m dalam penelitian in ni digunakan metode
eksperimmen dengan bentuk pene elitian semu (Quasy Eksp periment Desisign). Bentuk eksperimen semu ini
dipilih karena
k an mengajar di kelas cen
kegiata nderung meru upakan kegia atan yang bersifat sosial, sehingga
disarankkan untuk melakuukan
m k
kontrol secara
a ketat variaable-variabel yang berpen ngaruh pada variable
terikat. Model rancan ngan eksperim men yang aka an digunakann adalah Prettest-Posttest Nonequivalen
N nt Control
Group Design
D (Sutrisno, 1992)
Populasi dala
am penelitian ini adalah siiswa kelas VII SDN 17 di Pontianak
P yanng terdiri dari 4 kelas.
Pengam mbilan sampell dilakukan dengan
d cara diundi. Kelass yang terpilih adalah ke elas pemband ding VI-A
(kelomp pok pembanding), dan VI-B B sebagai kela
as eksperimen n (kelompok eksperimen).
Variabel bebas pada a penelitian ini adalah model
m pembe elajaran inquiry melalui pendekatan
p C
CTL, dan
pembela ajaran konven ada penelitian ini adalah ha
nsional. Variabel terikat pa asil belajar sisswa dalam memahami
konsep-konsep IPA (Sains) di SD. Variabel kontrol yang perlu dikendalika an secara ketat dalam pen nelitian ini
91
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
meliputi: materi pelajaran n yang diberikan pada keduak kelompok sama ya aitu perkemb bangbiakan padap
t
tumbuhan, k
kemampuan awal
a siswa pada
p kedua kelompok da apat dikatakaan sama kare ena setelah diujid
s
secara statisstik sama-sam ma berdistrib busi normal dan dari ke edua kelas tersebut tida ak menunjukkkan
perbedaan ya ang signifikan
n
Instru umen yang digunakan
d da
alam penelitiaan ini berupa a tes hasil belajar
b IPA (SSains). Tes hasil
h
belajar ini dikembangkan
d n untuk men ngukur efektifitas model pembelajara an inquiry melalui
m CTL pada
p
pemahaman konsep-konsep IPA (Sains), mengukur kemampuan siswa dalam memaham mi konsep-kon nsep
S
Sains yang diipelajari, dan untuk menge etahui kontrib
busi model pe embelajaran yang
y digunaka an terhadap hasil
h
belajar siswa. Tes akan diujikan
d kepadda siswa sebeelum dan sessudah perlaku uan. Pengembangan butirr tes
berpedoman pada kurikulu um SD yang berlaku.
b
Validitas instrume en ditentukann menurut validitas
v isi. Arikunto
A (19993) mengatakan, sebuah tes
memiliki valid ditas isi apabila mengukur tujuan khusu us tertentu yang sejajar de engan materi atau
a isi pelajaaran
y
yang diberika an Reliabilitas tes ditentuka
an dengan me engujicobakan tes tersebu ut. Suatu tes dikatakan
d reliaabel
j
jika tes terseb but dipakai be
erulang-ulangg akan memp peroleh hasil yang
y sama (SSutrisno, 19922). Reliabilitass tes
s
secara keseluuruhan dilakukan dengan menggunakan
m n rumus alphaha, karena rummus ini dapat digunakan un ntuk
menghitung koefisien reliiabilitas tes yang y penskorrannya lebih umum (tidak hanya 1 dan d 0) (Sutrissno,
1992). Dari hasil
h uji coba diperoleh
d perhitungan relia
abitasnya (r = 0,65) tergollong tinggi.
Untuk meliha at perbedaan n dari dua ke elompok digu unakan Analissis data statistic Uji-t. Un ntuk menentu ukan
e
efektifitas mo odel pembelajjaran inguiry berbasis konttekstual meng ggunakan rum mus effect sizze (ES).
92
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
UP
PENUTU
Berdasarkan analisis data yang dip peroleh, dari hasil penelitia
an ini dapat ditarik
d kesimpulan sebagai berikut.
Untuk merancang
m pembelajaran
p Sains (IPA)) dengan model
m inquiry melalui pendekatan ko ontekstual
(contexttual teching and learning) melalui tahapan:
t (a)) menggali pengetahuan
p awal siswaa dengan
mengha adapkan masa alah, (b) Untu
uk memecahkkan masalah diperlukan pe engamatan, mencari
m dan mengkaji
data, (cc) selanjutnyaa melakukan eksperimen, (d) mengorg ganisasikan, merumuskan
m atau menyimpulkan,
dan men njelaskan, (e)) menerapkann pembelajara an dengan an nalisis.
Hasil belajar siswa setelah diajar deng gan model inq quiry melalui pendekatan kontekstual diperoleh
skor ratta-rata 7,83.. Hal ini men nunjukkan ba ahwa kemampuan siswa dalam d mempelajari konseep-konsep
pencemaran lingkung gan dikatakann baik. Dari skor
s yang dipperoleh tiap siswa
s yang memperoleh
m s
skor 6
sebanya ak 27 orang (9 90 %) menun njukkan bahw wa kemampua an belajar siswwa telah optim
mal.
Terdapat perbedaan yang g signifikan hasil
h belajar siswa pada konsep-konse ep perkemba angbiakan
pada tumbuhan yang g diajar deng
gan model inq quiry melalui pendekatan kontekstual dan d siswa ya ang diajar
dengan model konv vensional, seccara statistik dapat dinya atakan thitungg > t tabel (2,53 > 1,67).
Pembela ajaran dengan n model inquiry melalui pe endekatan ko ontekstual pad da materi perkembangbiakan pada
tumbuha an memiliki tingkat efekttivitas tergolo ong sedang dengan ES (Efek ( Size) sebesar
s 0,65.. Dengan
93
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
DAFTAR PUSTAKA
A
Ananda S., (2001). Autthentic Assess
ssment. A. Web-based
W Syystem for thee Profesionall Developmen
nt of
Teaccher in Contexxtual Teaching
ng and Learnin
ng Project. US
SA:Bowling Grreen State Un niversity.
A
Arikunto S., (1993).
( Dasarr-dasarEvaluaasi Pendidikan
n. Jakarta:Bum
mi Aksara.
2004). Kuriku
Depdiknas, (2 ulum 2004 Maata Pelajaran Sains
S Sekolah
h Dasar. Jakarta:Depdiknass.
Dahar RW., (1993). Teori--teori Belajar. Jakarta:Erlan
ngga
Frazee, B., (22001). Quest
stioning. . A.
A Web-based d System for the
t Profesionanal Developmeent of Teacheer in
Contetextual Teachi
hing and Learnning Project. USA:Bowling
U Green State University.
U
Hamalik O., (1991).
( Tekniik Pengukuran
n dan Evaluassi Pendidikan.. Bandung:Maandar Maju
J
Johnson E. B., (2002). Contextual Teaching
T and
nd Learning. What it is and why its
s here to Stay.
S
ornia:Corwin Press., Inc.
Califo
J
Joyce & Weil,, (1986). Mod
dels of Teachi
hing, New Yorkk:John Willey and Son
Kardi. S., (19
996). Upaya Peningkatan
P K
Kualitas d SD. Lapora
Pembelajaran IPA di an Penelitian. Surabaya:IKIIP
Maesuri P. S., (2002). Hands-on Activity
A dalam
m Contextua al Teaching and Learnin ng (CTL) da alam
Pemb belajaran Mattematika dan n IPA. Makala
ah disajikan pada
p pelatihaan TOT Pemb belajaran Kon
nteks
tual untuk
u instrukt
ktur guru dan dosen 24 Pro
opimsi. Jakartta:Dirjen Pend dasmen Dikna
as.
Mooffitt M., (2001).
( Probl
blem-based Leearning. . A. Web-based System for thhe Profesionaal Developmen
nt of
Teaccher in Contexxtual Teaching
ng and Learninng Project. US
SA:Bowling Grreen State Unniversity.
Nurhadi, dkkk, (2003). Pembelajara an Kontekstu tual (Contexttual Teachin
ng and Leaarning/CTL) dan
Peneerapannya dallam KBK. Malaang:Universittas Negeri Maalang
S
Siegel 990). Statistik
S., (19 k Non Paramet
etrik. Jakarta:G
Gramedia.
Suprapto, (2002). Buku Percobaan
S P IP
PA (Pedoman n untuk Guruu SD Kelas 4).
4 Jakarta:Diirjen Pendasm
men
Direkktorat Pendidikan Taman Kanak-kanakk dan Sekolah
h Dasar Bagiian Proyek Pe
eningkatan Mutu
M
Pelajaran IPA (SEQQIP).
S
Soedjana N., (1993). Meto
ode Statistika.
a. Bandung:Teersito.
S
Soetrisno n Rancangan Percobaan. Makalah
L., (1992). Validitas Penelitian M . Ponttianak:FKIP UNTAN.
U
Umaedi, (20002). Manajemmen Peningkaatan Mutu Beerbasis Sekolaah. Buku 5. Pembelajaran
P n dan Pengaja
jaran
Konte
tekstual. Jakar
arta: Dirjrn Pendasmen Diknas.
W
Winataputra 995). Strategii Belajar Meng
U.S., dkk, (19 ngajar IPA. Mo
odul 1 9. Jakarta:Universsitas Terbuka..
94
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-09
T
TEACHING SCIENCE
S TO DEVELOP SCIENTIFIC
S ABILITIES IN
I SCIENCE
E EDUCATIO
ON
Nurryani Y. Rusta
aman
(Faculty
y of Mathema
atics & Sciencce Education Indonesia
I University of Education)
ABSTRACT
T
A con ntinuous studdy on Biotech hnology conccerning scienttific abilities has been caarried out bassed on
prelim
minary study about
a difficult
lty and importtance of Bioteech at varietyy level (second dary and terti tiary) of
educaation. Traditio
onal Biotech which
w has beeen introduced d to students since
s lower secondary,
se ext
xtended
in uppper seconda ary and applie ied in Applicaation of Biolo ogy is potenttial to develo op scientific abilites
a
amon ng students and
a prospectiv ive teachers, as well as am mong sciencee teachers thr hrough lesson study.
Experrimen in pro oducing donu ut among sttudents had challenged science s teach
chers at kabu bupaten
Sumeedang to do preparation
p (o
outsourcing donut
do experts,, tried out by themselves, overcome lim mitation
of tim
me and equip ipment, usin ng local mateerial) and invvolved other science teacchers as obse servers.
Mean nwhile, observrvation during g planning, questionnaire
q es and analys ysis results towards
to life science
s
teachhers, it was fo
ound that com mponents of scientific
sc abilitties have not been totally mastered,
m esppecially
on variable
va identtification and d manipulatioon. Further studys aboutt science teaachers need to be
condu ucted and traaining materiaals to applied scientific abillities as capab bilities for scieencing and teeaching
naturre based scien nce with its an nimations neeed to be preppared, written nly and electro onically.
Keywwords: scien ntific abilities, variables, local materials,, biotechnolog
gy, science teacher asso
osiation
based
d lesson study
y
PENDAHULUAN
Studi berkelanjutan
b pada topik Bioteknologi berkenaan dengan kem mampuan ke erja ilmiah dilakukan
d
berdasarkan hasil sttudi pendahuluan bahwa topik Biotekn nologi dirasakan sulit dan n penting di berbagai
jenjang pendidikan (SMP, SMA, LPTK). Biotteknologi kon nvensional ya ang diperken nalkan sejak di SMP,
diperluas di SMA da an diterapkan dalam Bio ologi Terapan n di LPTK berpotensi
b un
ntuk mengem mbangkan
kemamp puan kerja ilmmiah di kalangan pelajar di d sekolah, ca alon guru di LPTK,
L serta guru melalui program
Lesson Study
S berbasiis Musyawara ah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Kemampuan kerja ilmiah h (scientific abilities
a ) merrupakan salah satu hasil belajar sain ns jangka
panjangg (learning outcomes) yang y perlu dikembangka an pada siswa, calon guru dan gurunya.
Pengem mbangan kema ampuan kerja a ilmiah pada a siswa melibatkan guru sains di seko olah dan hal ini tidak
mudah dilaksanakan.
d . Lesson stud dy (berbasis musyawarah
m guru mata pe elajaran atau MGMP) sebagai suatu
model pembinaan
p prrofesi pendidiik melalui penngkajian pem mbelajaran se ecara kolaboraatif dan berkelanjutan
berlandaaskan prinsip p-prinsip koleegialitas dan mutual learn ning untuk membangun
m learning commmunity
berpotennsi untuk dibe erdayakan. Melalui
M an Lesson Stu
kegiata udy berbasis MGMP
M masalaah pembelaja aran sains
(misalnyya topik Bioteknologi) yan ng dihadapi guru-guru dimungkinkan untuk diatassi bersama, sekaligus
solusi ya
ang digagas untuk menga atasinya dimu ungkinkan terrsebar luas di kalangan guru sains SM MP karena
sejumlahh besar gurru terlibat dalam kegiata annya, sebag gai guru mo odel dan sebagai observver pada
keseluruuhan proses.
Bioteknologi di SMP rela atif baru bag gi guru sainss SMP dan pembelajaran nnya pada umumnya
u
dilakuka
an dengan ceramah dan penugasan. Alasan guru-gu uru untuk pem mbelajaran biioteknologi dii kelas IX
tidak cukup waktunya a apabila dilaksanakan den ngan metode eksperimen. Bioteknologi sendiri sesun ngguhnya
merupakkan topik me enarik karena merupakan aplikasi aktivvitas mikroorg ganisme, sisteem dan proses dalam
industri barang dan jasa untuk kepentingan
k m
manusia (Royyal Society, 1981
1 dalam Henderson
H & Knutton,
1990) seerta terkait deengan kehidu upan sehari-haari (Purwianin ngsih, 2007).
95
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Dengan demiikian dirumusskan masalah: Bagaimana a membekalkkan kemampuan bekerja ilm miah di kalan
ngan
g
guru agar siswa
s mempu unyai pengalaman belaja ar yang mem mberdayakan kemampuan n bekerja ilm
miah
t
tersebut?. Be anyaan penelitian yang dijabarkan dari rumusan massalah di atas adalah:
eberapa perta
(1) Apa tangggapan siswa dan guru-gu uru sains settelah belajar bioteknologi yang melaku
ukan eksperimmen
pembuattan donut denngan variasi perbandingan
p n bahan dasarrnya?
(2) Bagaimanakah hasil pembelajaran
p bioteknologi melalui pembbuatan donut??
(3) Kendala apa yang dialami
d guru-guru sains SMPS yang teergabung dala am kegiatan lesson study
dy di
Kabupatten Sumedang g?
METODE PE
ENELITIAN
Dari berbagai pembelajara an pada topikk Bioteknologi yang telah dikembangka
d n pada level SMP dipilih saalah
s
satu untuk dicobakan
d as di kalangan guru SMP berbarengan dengan imp
seccara lebih lua plementasi lessson
s
study di Kabupaten Sume edang. Ditetaapkan tiga sekolah
s yang terlibat setelah ada pembicaraan den ngan
pihak guru ya ang akan me elaksanakan dan
d nara sum mbernya yang g terdapat di zona Tanjungsari, Sumed dang
d
dan Jatinangor. Agar para a guru yang akan melaksa anakan mera asa nyaman, pada awal ke egiatan diberikan
perangkat pe embelajarann nya secara le engkap dan ditawarkan untuk u dipilih yang paling mungkin un ntuk
d
dilaksanakan di SMP. Paraa guru memilih pembuata an donat seba agai topik pembelajaran Bioteknologi
B y
yang
a
akan dicobakkan pada sisw wa-siswa di SM MP di tiga lokkasi tersebut.. Dua sekolah h melaksanakkan pembelaja aran
persis sepertti yang dirancang oleh pe enelitinya (Aggustina, 2006 6), sedangka an satu sekollah memodifiikasi
rencana pembelajarannya setelah dibahas di dalam kelompok guru-guru sain ns SMP yang mengikuti lessson
s
study di salah h satu zona.
Khusus di sekola ah yang ke elompok guru sainsnya melakukan modifikasi pembelajarann p nya,
perencanaan dan ujicoba tampaknya dilakukan de engan sunggu uh-sungguh. Variasi perb bandingan ba ahan
d
dasar (terigu dan kentang g) dijadikan variabel
v bebass, sedangkan ukuran peng gembangan dand tekstur do onut
menjadi varia abel terikat. Adapun
A pengeendalian variaabel dilakukan dengan me engatur waktu dari mengu uleni
hingga digore eng, Pada tah hap uji coba oleh calon gu uru model be ersama guru-g guru sains lainnya melakuukan
persiapan-persiapan yang g diperlukan, seperti men ndatangkan pakar
p donat, mencoba se endiri, menyiaasati
keterbatasan waktu dan alat, menggun nakan bahan lokal.
l
Pada saat implem mentasi diseb barkan lemba ar observasi oleh fasilitattor MGMP untuk mengam mati
interaksi kelompok dalam m kelas me elalui pendisttribusian obsserver pada sejumlah kelompok k sisswa.
S
Sementara ittu dari peneliti disebarkan n angket unttuk diisi oleh h para observver khusus biologi
b (termaasuk
f
fasilitator MGGMPnya) dan lembar obserrvasi untuk digunakan
d oleeh nara sumb ber dari UPI ( 2 orang), seelain
rambu-rambu u wawancara a untuk siswa a, guru obse erver dan guru model dari tim MONE EV Lesson stu udy.
Lembar observasi yang te erisi langsung dikumpulkan n segera sete elah selesai pe embelajaran, juga wawanccara
kepada siswa a. Wawancarra kepada gu uru observerr dan guru modelm dilakukkan setelah kegiatan reflleksi
s
selesai. Angkket untuk diisi oleh parra guru obse erver sains/b biologi diberii waktu satu u minggu un ntuk
d
dikumpulkan, , karena diminta masukan n bukan hanyya untuk pem mbelajaran yang
y telah beerlangsung teetapi
j
juga untuk CD C pembelajaran yang merupakan
m baagian dari pe erangkat pem mbelajaran bioteknologi yang
y
lengkap.
Sebelum dan sete elah pembelajjaran siswa diberi
d tes yanng disiapkan secara
s khusuus. Sementara a itu
hasil pekerjaa an siswa (LKS S yang sudah terisi) dan do onut dinilai oleh guru yang g mengajar.
96
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Dari LKS ya ang diisi sisw wa diketahuii bahwa sisw wa dilibatkann dalam me elakukan perh hitungan,
penguku uran, observa asi, mencata at data pada a tabel dan mengubahnyya ke dalam bentuk graffik (KPS:
berkomu unikasi) sertaa menyimpulkkan (interprettasi). Sementtara peroleha an hasil belajjar siswa berrdasarkan
hasil tess pembelajaran bioteknolo ogi adalah se
ebagai berikuut. Pertama, penguasaan konsep siswa berada
pada re entang rendahsedang un ntuk pembela ajaran biotekknologi tradissional yang tanpa
t modifikkasi, dan
rendah-ssedang-tinggi untuk pem mbelajaran ya ang dengan modifikasi. Kedua, pada kedua pendekatan
tersebutt dapat dikem mbangkan kem mampuan kerjja ilmiah (keccerdasan intellektual dan ke ecerdasan emmosional).
Ketiga, pengembanga
p an nilai tidak jelas pada pe
embelajaran bioteknologi
b t
tradisional yanng dimodifika
asi.
Kendala yan ng dialami gu uru-guru sainns SMP yang g tergabung dalam kegiatan lesson study di
Kabupatten Sumedan ng dalam pen ngembangan kemampuan kerja ilmiah h melalui pem mbuatan donat yang
terdetekksi saat kegiiatan refelekssi antara laiin adalah se ebagai beriku ut. Menurutt guru mode el, waktu
persiapaannya cukup lama dan me embutuhkan perhatian penuh, dan biaya untuk pen ngadaan baha an cukup
mahal. Kepala sekola ah mendukun ng kegiatan pembelajaran
p n dengan memfasilitasi ko ompor dan pe engadaan
bahan untuk
u siswa. Dalam pelakksanaannya sebagaimana
s juga disadari oleh guru model, pem manfaatan
waktu kurang
k efisien
n karena peng gadukan (menguleni) terla alu lama dan jumlah bahan terlalu banyyak, juga
jumlah kompor yang g digunakan tidak perlu untuk setiap kelompok. Selain itu penulisan p da
ata dapat
dilakukaan sambil men nghias donat, dan pre tes dapat
d dilaksanakan di luarr jam pelajara an.
Dari hasil wawancara
w d
dengan guru diketahui tentang
t kesuulitan mempe erkirakan wa aktu dan
melaksaanakan pembe elajaran tepatt waktu, karena karakter siswa
s bervariaasi dan inisiatif siswa masihh kurang.
97
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
98
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
PENUTU UP
Silabus dan Rancang gan Program Pembelajara an bioteknoloogi yang suda ah diuji cobaa (dan direvisi) dapat
digunakkan oleh para a guru sains di sekolah masing-masing
m g, dan juga digunakan
d un
ntuk diteliti le
ebih jauh
melalui penelitian kelas
k dan penelitian
p tindakan kelas,, dan dapatt dijadikan salah satu alternatif
pembela ajaran untuk topik
t Bioteknoologi.
Pembelajaran n sains akan lebih cepat berkembang apabila dala am setiap keg giatannya terrkait juga
kegiatann penelitian. Umpamanya
U u
upaya mempe as pembelajarran sains melalui lesson sttudy akan
erbaiki kualita
lebih beerhasil apabilaa diikuti deng gan kegiatan n penelitian. Penelitian yang baik biasanya belum diketahui
jawaban nnya. Begitu pula penelitia an yang berkkenaan denga an pembelaja aran sains. Oleh
O karena penelitian
p
pendidikkan pada umu umnya tidak dapat dikend dalikan sepenuhnya, maka a penelitian pendidikan san ngat baik
dilaksannakan dalam natural
n setting
ng. Namun dissadari juga su ulitnya menemmukan pembe elajaran dalamm natural
setting. Kegiatan lessson study berbasis MGMP dapat diberd dayakan seba agai wahana untuk tujuan tersebut
sekaliguus memperken nalkan contoh pembelajarran yang sesu uai dengan hakikat
h sains dan pembela ajarannya
(inkuiri). Forum terrsebut efektif digunakan n untuk mensosialisasika an inovasi pembelajaran
p dengan
melibatkkan guru sains di lapangan n dalam rangkka membekalkan kemampu uan kerja ilmiah (scientificc abilities)
beserta atributnya.
Penelitian pe
endidikan sain ns diupayaka an yang berm manfaat bagi kehidupan dan memberikkan bekal
pengem mbangan kemampuan, term masuk kemam mpuan bekerrja ilmiah (sccientific ability
ty) dengan peenyisipan
miah (scientifi
sikap ilm fic attitude) daan nilai-nilai yang
y terdapat di dalamnya a. Penelitian pendidikan sa ains tidak
terbatass pada penelitian di dalam m kelas tenta ang pembelajjaran. Terdap pat aspek laiin yang dapa at diteliti,
seperti bagaimana
b membelajarkan
m n sesama gurru peserta less sson study pen ngalaman dan n kemampuan n bekerja
ilmiah. Pemberdayaa
P n bahan dasa ar setempat sebagai
s teachhing material, atau pemanffaatan IT (infformation
technoloogy) sebagai pembelajaran berbantuaan komputer,, program an nimasi, dan pengembanga
p an media
elektronnik untuk ko onsep-konsep p sains yang g abstrak (g genetika, sel ultra-strukttur), yang prosesnya
p
memerlu ukan waktu la ama (kultur jaringan,
j evoolusi, perkemb bangan embrryo), atau wa aktunya terlalu singkat
(pembellahan sel), ata au cakupannyya terlalu luass (biosfer).
Studi lanjutan mengenai kemampuan
k k
kerja d kalangan guru sains perrlu dilakukan sekaligus
ilmiah di
juga upa aya menyiapk kan bahan pe elatihan untukk menerapkan n kemampuan n kerja ilmiahh sebagai bekal belajar
sains (sciencing
c ) dan
n mengajarkan n sains sesua ai hakikat sain pa bahan terttulis maupun bahan e-
ns, baik berup
learningg lengkap dengan animasin nya.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
99
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
100
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-10
LEVANCE OF
THE REL F SCIENCE EDUCATION
E : LISTENING
G TO PUPILS VOICE
-AN INDOONESIAN PILOT PROJECCT COMPAR
RED TO INTE
ERNATIONAL L STUDIES
T
Tatang Suratn
no
(Universittas Pendidikan
n Indonesia; tatangsan@y
t yahoo.com)
ABSTRACT
T
The argument
a of this paper iss that the lacck of relevancce of sciencee education from
fr pupils point
po of
view may hinder pupils learn ning and inteterest in thee subject. Th his pre-liminaary study aim med at
exammining young peoples view w to science and technolo ogy (ST), theeir future and d environmen nt, and
their experiences with
w school science.
sc Usingg a cross-cultu
tural standarddised survey method
m to tarrget 15
year old student populations
p in Cianjur reggency (aboutt 114 pupils), the author then t compare red the
ngs to the similar
findin s studies
es conducted in several countries
c und der the ROS SE project (Sj Sjoberg
&Sche
hereiner, 2007 7). The studyy revealed thaat relatively Cianjurs
C pupils
ls viewed S&T&T was importa tant for
societ
ety, they conce
cerned to enviironment prottection, they have
h interestt to school scie
ience and theyey were
keen to work for money
m and with
w somethin ng important anda meaning gful as well. These
T findings
gs were
ively similar to
relativ t other parrticipating deeveloping cou untries but in most parti ticipating devveloped
counttries pupils te
ended to be skeptic,
s did not
n like sciencce better than n other subjeect, and weree rarely
eagerr to works ass scientist. Geender differen nces also connsidered thatt the boys weere relatively a little
agreee with S&T, greater
g trust with
w science, less concern ned about thee environment nt, and positivve view
to sch
chool science and working g with sciencee and techno ology than girrls. From deeeper analysis of the
resultts suggest thhat science educators
e sho ould carefullyy address the
he pupils idenentitiy in deveeloping
sciencce education curriculum an nd program.
Keyw
words: releva
ance of sciencce education, Indonesian pupils
p view, comparative
c s
study.
PENDAHULUAN
Kajian mengenai
m the
he Relevance of Science Education
E (seelanjutnya diisebut ROSE project) diriintis oleh
kolega saya
s Prof. Sve D Camilla Scchereiner dari Faculty of Education,
ein Sjoberg dibantu oleh Dr. Ed Univ
iversity of
Oslo. Melalui eksplorrasi ROSE weebsite serta komunikasi
k personal via e-mail
e (Mei 2008), kami berdiskusi
b
tentang sejarah, rasio onal dan mettodologi penelitian ROSE project serta saya
s meminta a izin untuk melakukan
m
projek tersebut
t di In
ndonesia. Rosse Project dikkembangkan pertama kalii pada tahun 2001 atas dukungan d
dari lem
mbaga pemerintah Norwegia. Projek serrupa telah dillaksanakan le ebih dari 60 negara
n dan 38
3 negara
diantara
anya telah me erampungkan kajiannya (Schereiner & Sjober,
S 2004).
ROSE projectt merupakan kajian kompa aratif internasional berskaala besar yang g mirip dengaan projek
seperti PISA
P dan TIMMMS yang banyak mengga ali aspek-aspe ek dari pendiidikan sains. Jika TIMMS dand PISA
cenderung mengkaji penguasaan (achievemen nt) materi sains dan tekno ologi (S&T) siiswa, maka fo okus dari
ROSE project
p adalahh mengkaji aspek
a emosional/motivasii, sikap, min nat/pilihan daan pengalaman siswa
terhadapp S&T (Scherreiner & Sjobe er, 2004; Sjob
berg, 2004; Sjoberg
Sj & Schereiner, 2005 5).
Perbedaan fokus
f ROSE ini didasarka an pada argumen bahwa a: 1) terjadi paradoks sains
s dan
pembela ajaran sains dimana S&T menjadi ele emen kunci peradaban
p moodern di era global tetap pi kurang
diminati oleh siswa; 2) kurangnyya relevansi dalam kuriku ulum S&T da apat menjadi penghambatt kualitas
pembela ajaran dan minat
m siswa te
erhadap mata a pelajaran sains;
s dan 3) reorientasi makna
m Sciencce for All
bukan berbasis
b kurikulum standdar belaka, tetapi
t berdassarkan penga alaman belaja ar siswa yan ng dapat
menghu ubungkan asp pek kehidupan nnya dengan lingkungannyya (Schereiner & Sjober, 2004). Oleh ka arena itu,
ROSE project menco oba memfoku uskan pada fa aktor sikap dan
d keragama an budaya da alam perspekktif siswa
dengan asumsi siswa memilikiorientasi terten ntu dalam pe embelajaran sains
s dan ini yang kurang g banyak
101
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
METODE PE
ENELITIAN
Studi ini men
S nggunakan ku uisioner standdar yang telah h dikembangkkan oleh Proff. Sjoberg dkkk di Universitty of
O
Oslo, Norwayy (Schereinerr & Sjoberg, 2004). Seca ara keseluruhhan kuisionerr ini memuatt 250 item yang y
t
tersebar ke dalam 7 tem ma dan menggunakan skkala Likert 4 poin (Disag gree-Agree daan Never-Oftten).
S
Sebaran item
m di 7 tema teersebut melip puti: My out-oof-school exp
periences (61)); What I wan ant to learn ab bout
(108); My fu uture job (266); Me and thet environmment (18); Myy science claasses (16); My M opinion ab bout
s
science and technology (16);
( My selff as scientistt (open writte
ten response). Instrumen ini telah dikklaim
penggunaann nya untuk lin
ntas budaya sehingga
s tida
ak ada item yang
y dirubah
h untuk ujico oba di Indone esia.
O
Oleh karena itu, setelah mendapat
m izin dari Prof. Sjo
oberg maka saya
s melakukkan proses tra anslasi instrum
men
ke dalam bahasa
b Indonnesia dan proofread dila akukan oleh kolega sayya yang dipa andang mem miliki
kemampuan sains dan ba ahasa Inggriss yang baik. Selanjutnya dilakukan uji keterbacaan n secara terba atas
untuk revisi kata-kata
k yangg masih bias.
Setelah tahap pe ersiapan instrrumen, langkkah selanjutn nya adalah mengontak
m koolega guru yang
y
bersedia men njadikan siswanya sebagaii partisipan sttudi ini. Partissipan dari survei ini adalah siswa berumur
15 tahun yan ng di Indoneesia sebagaian besar seda ang menemp puh pendidian n SMA kelas 10. Karakterristik
partisipan te ersebut didassarkan bahwa pada usia a tersebut siiswa belum mengambil jurusan j terte
entu
s
sehingga dipa
andang memiiliki pandanga an netral terhadap pelajaraan sains dan mata
m pelajara
an lainnya.
Dari hasil kontak tersebut terd dapat tiga sekolah yang bersedia
b masiing-masing di daerah Cian njur,
Pandeglang dand Bogor. Ke epada tiga daerah tersebutt disebar massing-masing 100 1 salin kuessioner dan kolega
d
diperbolehkan n untuk mena ambah salina an jika diperlu
ukan. Dikaren
nakan terbatasnya waktu untuku seminar ini
maka kuesion ner yang dari sekolah di Cianjur
C yang dapat menge embalikan 114 sampel di bulanb Septemmber
102
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
20081. (Kendala
( disttribusi dan waktu
w pengam mbilan yang mepet
m mengh hambat pengembalian sam mpel dari
dua dae erah lainnya). Oleh karena itu, sifat dari study ini ada alah pre-limin
nary dengan berbagai
b keteerbatasan
yang dim milikinya sehingga tidak dapat
d diklaim
m sebagai me ewakili populaasi Indonesia. Selain itu, sifat dari
study ini adalah pilotting sebagai persiapan
p awaal untuk surveei skala nasio
onal yang akaan dilaksanakaan dalam
waktu dekat.
d Namun n demikian, te emuan tentattif ini setidakn nya dapat me emberikan ga ambaran awal tentang
suara siswa
s terhadap relevansi pe endidikan sains di Indonessia.
Data dianalisis mean-nya a sesuai den ngan kaidah analisis Likkert yang ke emudian diintterpretasi
kecende erungannya. Hasil
H interpre
etasi ini kemu udian dibandiingkan denga an hasil serup
pa yang dike emukakan
oleh Sjooberg & Scherreiner (2007) yang telah melakukan
m stu
udi perbandingan terhadap p hasil ROSE project
p di
40 negara partisipa an. Hasil intterpretasi da an perbandin ngan ini kem mudian diba ahas terutam ma untuk
memeta akan suara sisswa dan kontrribusinya terh hadap formula asi kurikulum dan pembela ajaran sains.
HASIL DAN PEMBA
AHASAN
Aspek apa
a saja yanng ingin dipelajari oleh siswa?
ari pengisian responden siswa terhad
Hasil da dap 108 item m tentang asspek ini makka dapat diiddentifikasi
beberappa topik yang dipandang in
ngin mereka pelajari
p dan to
opik apa saja yang tidak diiminati.
Tabel 1: Top
pik yang dipandang ingin dipelajari
d sisw
wa responden
No T
Topik paling diminati
d resp
ponden Top
pik paling dim
minati respon
nden Topik paling dimminati
(mean)
( laki-laki (mean) responden perem mpuan
(mean)
1 C
Cara kerja kom
mputer (3.33) Cara
a kerja HP (3.39
9) Bintang berkelip dan
d langit
3.34)
biru (3
2 R
Radiasi HP dan komputer (3.2
25) Cara
a kerja kompute
er (3.38) Jenis kelamin dan reproduksi
(3.31)
3 Udara dan air mimum yang bersih
U Binta
ang, planet, tatta surya (3.36)) Cara kerja
k komputer (3.29)
(
(3.24)
4 M
Meteor, komet dan asteroid (3
3.23) Tubuuh ringan/we eightless di luar Udara dan air mimum bersih
angkkasa (3.32) (3.28)
5 J
Jenis kelamin dan
d reproduksi (3.23) Binta
ang berkelip da
an langit biru (3.29) Radiassi HP dan komputer
(3.26)
6 Bintang, planett, tata surya (3.20)
B Cara
a kerja mesin kendaraan
k (3.27
7) Cara kerja
k HP (3.24)
7 T
Tubuh ringan/weightless di d luar Mete
eor, komet dann asteroid (3.25
5) Astrolo
ogi dan horosko
op (3.21)
a
angkasa (3.20)
Tabel 1 memperlihatkan ketertarikan n responden di Cianjur terhadap
t asp
pek-aspek sa ains yang
mereka temui seharii-hari (misaln nya pengguna aan komputerr dan HP) da an benda lua ar angkasa. Selain
S itu,
sebenarrnya, siswa juuga menunjukkkan ketertariikan terhadap p topik-topik yang
y bersifat sosio-saintifik (isu-isu
sains di masyarakat)) seperti klon ning, bencana
a alam, energ gi, dsb. Temuuan ini menu unjukkan bahw wa siswa
responden ingin mem mpelajari ban nyak hal dari sains (lihat juga
j Tabel 5). Secara speesifik, para reesponden
pria cen
nderung meny yukai topik-to
opik IPBA dann rekayasa, sementara
s ressponden pereempuan selain tertarik
pada toopik IPBA (Ilm mu Pengetah huan Bumi dan
d Antariksa
a), mereka ju uga tertarik dengan
d topikk seputar
gadget dan
d kesehatan reproduksi (biologi).
Kecenderung gan minat terrhadap materi sains respon nden Cianjur secara umum m relatif miripp dengan
kecendeerungan mina at responden dari budaya lain (cf. Sjob berg & Scherreiner, 2007) (lihar Tabel 2). Pada
umumnyya siswa dari berbagai ne egara memilikki minat yang g tinggi terhaadap IPBA (m materi yang dianggap
engaging
ng). Selain itu
u, siswa laki-la g menyukai gadget
aki cenderung g (misalnya HP dan komputer), listrik dan
rekayasaa/teknologi (mmisalnya messin), sementarra siswa pereempuan cende erung menyukkai biologi, ke esehatan,
1
Status so
osial ekonomi ressponden menuru
ut parameter kep
pemilikan buku sa
ains tergolong menengah
m kebawah dengan kepem
milikikan
buku 1-10
0 buah sebesar 39%.
103
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
perawatan (caring
c ), estettika, etikal da an New Age) (misalnya kehidupan
an filosofi (da k saintis) (Sjoberrg &
S
Schereiner, 2
2007).
Tabel 2: Topik sains yang
y paling diiminati siswa responden ROSE
R diberbag
gai negara (Sjjoberg, 2007))
No Topiik paling diminati respond
den Topik paling diminati
T d Topik pa
aling diminatti
responden laaki-laki respondeen perempua an
1 Tubuh ringan/weig
ightless di luar Listrik,, produkksi dan Makanan unntuk kesehatan n dan
angkassa penggu unaannya kebugaran
2 Kemunngkinan hidup di
d luar bumi Cara kerja
k mesin ken
ndaraan Kelainan makan
m (anore
eksia,
bulimia)
3 Pendarratan di bulan dan eksplorassi luar Bahan kimia mudah meledak
m Radiasi mata
ahari terhadap kulit
angkassa
4 Bintang berkelip dan langit biru Cara kerja
k bom atom
m Kehidupan tentang sa
aintis
terkemuka
5 Roket, satelit dan
n perjalanan luar
angkassa
Tabel 3: T
Topik sains ya
ang paling tid
dak diminati re
esponden sisw
wa di Cianjur dibandingkann dengan hassil
survei serupa di beberapaa negara parttisipan ROSE (Sjoberg & Scchereiner, 200
07)
No Topik
k paling tidak
k Topik pa
aling tidak dim
minati To
opik paling tidak pik paling tida
Top ak
dimin
nati responde en respo
onden (Cianju ur) dim
minati responnden diminati
(Beb
berapa negara a lakii-laki (mean) (Cjr) responden
partisipan ROSE)) p
perempuan
(mean) (Cjr)
1 Atom dan
d Molekul Atom dan molekul (2.42)) Pertu
umbuhan&repro
oduksi Atom
m dan molekkul
tumb
buhan (2.43) (2.38
8)
2 Unsur,, sifat dan reak
ksi Pengaruh radioaktivitas (2.48) Atom
m dan molekul (2.46)
( Peng
garuh
kimia radio
oaktivitas (2.47
7)
3 Tumbu
uhan di sekitar Pertumbuhan dan reprroduksi Kesim
metrian dan pola Unsu
ur, sifat d
dan
n (2.5)
tumbuhan daun
n (2.48) reakssi kimia (2.48)
4 Unsur, siffat dan reaksii kimia Unsu
ur, sifat dan reaksi Cara kerja mesin
(2.52) kimia
a (2.55) daraan (2.52)
kend
Seme entara itu, ha asil Tabel 3 menunjukkan n bahwa resp ponden siswa a di Cianjur kurang berm minat
t
terhadap toppik-topik tradiisional dan te eoretikal. Dalam hal ini, materi atom,, sifat dan unsur kimia serta s
t
tumbuhan me erupakan ma ateri standar dari kurikulum m sains. Sem mentara itu, re
esponden sisw wa laki-laki tidak
menyukai top pik teoritis te
erutama di bidang
b gi dan kimia,, sebaliknya responden siswa peremp
biolog puan
c
cenderung ku
urang menyukai topik reka ayasa (misaln nya mesin). Temuan ini pun p relatif sa
ama dengan hasil
h
s
studi perband dingan ROSE project (Sjob berg & Schereiner, 2007) dimana umumnya siswa kurang k menyukai
t
topik-topik traadisional kurikulum sains terutama
t yang oretikal everyd
g bersifat teo yday applicatioon.
Dari 108 item yan ng diberikan diperoleh rerrata tingkat minat
m siswa responden
r terrhadap pelaja aran
s
sains, yaitu sebesar
s 2.93 dimana dapa at dikatakan memiliki minat yang baikk. Nilai rerata tersebut kurrang
lebih sama de erata negara berkembang partisipan RO
engan nilai re OSE project dan
d lebih baikk dari rerata yangy
d
diperoleh neg gara maju pa artisipan projjek ini (Tabell 5). Sjoberg & Schereine er (2007) me enyatakan bahwa
profil minat siswa berbed da berdasarkkan tingkat kemajuan
k buddayanya. Sisswa dari negara berkemb bang
c
cenderung m
memiliki minat terhadap ma ateri sains yan
ng baik namu um menunjukkkan kecenderrungan keinginan
mereka untu uk mempelaja ari semua materi
m tersebu
ut. Sebaliknyya, siswa darri negara ma aju relatif da apat
memilih topikk tertentu yang mereka se enangi dan umumnya
u berrbeda secara jender: pere empuan berm minat
pada biologi dan kesehata an; laki-laki berminat
b pada mesin dan bahan muda ah meledak. Tampilan
T lain
nnya
104
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
adalah kecenderunga
k an materi sainns tradisional yang relatif tidak
t banyak diminati oleh siswa. Sementara itu,
materi yang
y menjadi top prioritie
es siswa adallah IPBA, kessehatan, tekn nologi (gadge et), sosio-sain
ntifik dan
misteri tak
t terpecahk
kan (cf. Sjoberg & Schereinner, 2007).
Gamba
ar 1: Tingkatt minat para siswa
s negara partisipan RO
OSE (Indonesia (Cianjur) ditunjukkan
d olleh garis
m
merah, m=2.993)
Ta
abel 5: Karak
kteristik pekerrjaan yang dim
minati siswa di
d Cianjur dan
n hasil studi ROSE
R (Sjoberg
g&
Scchereiner, 200
07)
105
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
yang penting da
an kemampuan (3.33) atau alatt (3.39) yang penting d
dan
bermakna bermakn na (3.4)
3 Bekerja dengan oran ng Membantu
u orang lain Memanfa
aatkan bakat dan
d Mengerja akan sesuaatu
daripada dengan benda
a (3.32) kemamp
puan (3.39) yang sesuai denggan
sikap dan
d nilai ya ang
diyakini (3.38)
4 Membanttu orang lain Mengerjakkan sesuatu ya ang Mengerja
akan sesu
uatu Menghassilkan banyyak
penting dan bermakkna yang mudah d
dan uang da an meningkatkkan
(3.31) na (3.29)
sederhan pengetahuan (3.36)
5 Membuatt ata
au Mengerjakkan sesuatu ya ang Menjadi pemimpin (3.2
29) Memanfa aatkan bakat dan
d
memperb baiki sesuattu sesuai de engan sikap dan d kemamp puan (3.33)
sendiri nilai yang diyakini (3.18))
6 Bekerja menggunaka an Bekerja dengan oraang Membua at, merancaang Membua at, merancaang
au alat
mesin ata daripada dengan ben nda dan men nemukan sesu
uatu dan mennemukan sesua
atu
(3..16) (3.14) (3.12)
4.00
3.50
response (m)
3.00
m
2.50 Girl
Boy
2.00
1.50
1.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 14 15 16 17 18
My cha
allanges ...
Bagaimana pandangan siswa terha adap prosess pembelajaran sains di kelas mere eka?
Item-item da
alam aspek inni berkenaan dengan kesan siswa terhaadap pengalaaman belajar sains di seko
olah.
Berdasarkan grafik 2, pela
ajaran sains dipandang:
d 1 meningkatkkan apresiasi terhadap ala
1) am (item no 12);
2) membangkitkan rasa in ngin tahu (noo 10); 3) me
enyadarkan pe hidupan (no 12);
entingnya saiins untuk keh
106
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
dan 4) membuka
m wawwasan tentanng pekerjaan di masa depa an. Secara um
mum, kesan siswa
s Cianjur terhadap
pelajaran sains relatif baik seba
agaimana ke esan para sisswa dari neg gara berkemmbang, hal seebaliknya
cenderung dialami pa
ara siswa darii negara maju
u (cf. Sjoberg & Schereinerr, 2007).
F. My science
e classes
4.00
0
3.50
0
response (m)
3.00
0
m
2.50
0 G
Girl
B
Boy
2.00
0
1.50
0
1.00
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 13 14 15
5 16
My science class
c ...
Gambar 3:
3 Kesan siswa
a Cianjur terh
hadap kelas sains mereka
Bagaim mana pendap pat siswa te entang peran n dan fungs si dari S&T dalam
d masya arakat?
Aspek in ni mencoba mengkaji
m kete
ertarikan siswwa Cianjur terhadap S&T dan kontribussinya bagi ke ehidupan.
Respond den mengang ggap bahwa S&T: 1) pen nting bagi masyarakat
m (n
no 1); 2) dap pat menemukan obat
seperti untuk HIV attau kanker; 3) menyediakan kesempa atan untuk ke ehidupan lebbih baik bagi generasi
muda; dand 4) dapat menanggulan ngi kemiskina an. Secara um mum, persepssi responden di Cianjur baik dan ini
sejalan dengan temu uan Sjoberg & Schereiner (2007) untukk kasus di neg gara berkembbang. Namun, Sjoberg
& Schereiner menem mukan kecenderungan skep ptis siswa terh hadap saintis dan sedikit yang
y memilikii persepsi
scientismm (persepsi laki-laki). Ini terlihat dari rendahnya persepsi
p tentaang pernyataaan bahwa S& &T dapat
memeca ahkan hampirr semua masa alah (no 8) (teemuan di Cian njur tidak meenunjukkan keecenderungan n ini).
Namun demikian, secara umum terdapatt kesa
amaan panda angan siswa di d berbagai budaya
b bahwaa mereka
memilikii minat yang netral (negarra berkemban ng) hingga tid dak berminat (negara majju) terhadap pelajaran
sains jikka dibandingkan dengan mata
m pelajaran
n lain. Ini artin
nya walaupun n pandangan mereka baik terhadap
pelajaran sains tetappi tidak menja adikan pelajarran sains lebih diminati da aripada pelajaran lainnya.. Temuan
ini men njadi tantangan bagaiman na menjadika an pelajaran sains lebih diminati lag gi dibandingkkan mata
pelajaran lain.
G. My
M opinion abo
out Science and
d Technology
4.00
3.50
response (m)
3.00 m
2.50 Girl
2.00 Boy
1.50
1.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
My o pinion about ...
Gam
mbar 4: Pend
dapat respond
den terhadap
p S&T
107
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Me as Sc
cientist
20.0
00
18.0
00
16.0
00
14.0
00
12.0
00
Me as Scientist (G
Girl)
10.0
00
Me as Scientist (B oy)
8.0
00
6.0
00
4.0
00
2.0
00
0.0
00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
108
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Isu tersebut berkaitan de engan isu ba ahwa siswa tidak terlalu berminat
b terhhadap mata pelajaran
sains jikka dibandingk kan terhadap p mata pelaja aran lainnya. Siswa mema ang memand dang bahwa pelajaran
sains menarik,
m mennggugah rasa a ingin tahu u dan berko ontribusi terh hadap kehidu upan mereka a. Untuk
menjem mbatani kesen njangan ini diperlukan pemahaman
p bahwa sainss seperti ha alnya mata pelajaran
lainnya- merupakan bagian dari budaya dan n aktivitas hid dup masyara akat. Inti darri kebudayaan adalah
interaksi diantara anggota
a kommunitasnya. OlehO karena itu, pendidikan sains di d sekolah sebaiknya
s
menekankan pada pe emberdayaan dan otonomi individu (cf Sjoberg & Scchereiner, 200 07) untuk menentukan
pilihan secara
s bertanggungjawab.
Isu pilihan ya
ang mendasa ari kriteria rellevansi ini sejjalan dengan tujuan lain pendidikan
p saains yaitu
memban ngun demok krasi dan ekuiti dan kew warganegaraa an dalam ko onteks globalisasi. Dalam m hal ini
diperlukkan persepsi yang realistikk dan kritis terhadap
t orie
entasi pendid dikan sains (S Sjoberg & Scchereiner,
2007). Hal
H ini dapat diarahkan
d padda upaya pen ningkatan parrtisipasi (enga agement) unttuk saling memberikan
pilihan dan argumen ntasi terhada ap pilihan ya ang diambil. Dalam konte eks pengajaran sains orie entasinya
adalah mendekatkan
m n bahan ajar ke dalam ke ehidupan seh hari-hari siswa a (relevansi terhadap
t materi yang
engagingng) dan menga ajarkan siswaa berargumen ntasi.
Kehidupan sehari-hari sisswa tidak terrlepas dari issu di lingkung gannya: apa yang terjadii di alam
sekitarnyya dan masya arakat di sekeelilingnya. Terhadap isu ini siswa mema andang secara a positif perann mereka
terhadap p upaya pele estarian lingkkungan. Seme entara itu, pandangan
p sisswa tentang pentingnya teknologi
dalam masyarakat
m menunjukkan
m bahwa bagi mereka S&T T memiliki pe engaruh terhadap masyarrakat (cf.
Scherein ner & Sjoberg g, 2006; Sjob berg & Schereiner, 2006). Lantas, apa yang akan diperankan d oleh siswa
kelak? Isu ini berken naan dengan pilihan pekerrjaan dan gam mbaran bagaiimana seanda ainya mereka a menjadi
saintis.
Secara umum m memang minat untuk menjadi saintis relatif sedang (Grafiik 2 no. 14). Namun
demikian n, terdapat perbedaan antaraa minatt kajian anta ara siswa la aki-laki denga an siswa pe erempuan
seandain nya mereka menjadi
m sainttis seperti dikkemukakan pa ada bagian Hasil. Kecende erungan ini se etidaknya
memberrikan gambara an jender unttuk rekrutmen calon saintis pada bidan ng tertentu; IPBA merekrut laki-laki
dan kese ehatan merek krut perempu uan. Selain itu u, negara berkkembang memiliki potensi untuk merekkrut calon
saintis karena
k siswa di
d budaya ini lebih bermina at menjadi sa aintis daripada a siswa dari negara
n maju, terutama
siswa prria. Hal serup pa terjadi untuuk pekerjaan di bidang tekknologi (cf. Schereiner
S Sjoberg, 2006; Sjoberg
&Sj
& Scherreiner, 2006). Hal ini memberikan gamb baran bahwa berkarir di bidangb sains bukanlah
b iden
ntitas dan
prioritass mereka. Nam mun demikian n, secara umum siswa cen nderung mem milih pekerjaan yang sesua ai dengan
nilai dann pandangan yang mereka a anut. Hal ini menunjukkkan bahwa mereka m memilliki identitas tersendiri
t
terhadap p pekerjaan mereka
m kelak (pengecualia an di Cianjur dimana
d nilai materialisme
m m
masih kuat).
Temuan dala am studi ini mencerminkan
m n suara hati yang memb bentuk identitaas siswa, yaittu minat,
nilai, priioritas, terhad
dap pendidika an sains. Perrmasalahannyya adalah bag gaimana men nempatkan te emuan ini
ke dalam pengemba angan kuriku ulum pendidikan sains? Gambarannya
G a adalah sela ama ini telah terjadi
kesenjan ngan antara relevansi
r darii sudut panda ang pakar saiins dan pendiidikan sains vs v relevansi dari
d sudut
pandang g siswa terha adap sains pendidikan sain ns. Tidak men ngherankan jiika minat sisw wa terhadap pelajaran
sains cu ukup rendah,, dan ini mu ungkin salah satu penye ebabnya. Tug gas mendasa ar dari isu in ni adalah
bagaima ana menjemb batani kesenjjangan ini melalui
m penge embangan ku urikulum dan program pe endidikan
sains? Issu ini perlu ditangani seca ara bijak dan seksama kare ena menyang gkut bagaiman na memaduka an kedua
sudut pandang
p (pa
akar vs. sisw wa). Namun demikian, temuan t ini tidak serta merta meng garahkan
pengem mbangan kurik kulum karena a kita tidak dapat
d begitu saja menjadiikan hasil poling siswa ini sebagai
acuan pengembangan kurikulum dan d program pendidikan sa ains (cf. Sche ereiner & Sjobberg, 2006).
109
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
PENUTUP
Temuan dan pembahasan
T n dari studi aw wal ROSE pro oject ini meng ggugah kita seebagai pendid dik sains tenttang
suara hati siswa terhadapp sains dan pe endidikan sains. Hal ini yang membentu uk identitas, nilai
n dan priorritas
s
siswa terhada ap sains dan pendidikan sains
s di sekolaah. Faktor-faktor inilah ya
ang dipandang g mempenga aruhi
minat belajarr siswa terhad dap S&T (cf. Sjoberg
S & Schhereiner, 2007 7).
Studii ini juga me emberikan ga ambaran adan nya kesenjanngan tak berkkesudahan an ntara pendidikan
s
sains dengan kontruksi ide entitas siswa (cf. Schereiner & Sjoberg,, 2006). Siswa menginginkkan sesuatu yang y
bermakna, yangy sesuai dengan
d nilai identitas me ereka dan in ni kiranya be elum mereka temukan da alam
pendidikan sa ains maupun untuk kelak berkarir di bidang
b sains. Oleh karena itu, sifat darri studi ini beelum
memosisikan apakah sud dah sampai kepada kessimpulan ata au justru me enjadi awal dari reorien ntasi
pendidikan sa ains yang meencoba agar u user friendly?? Bagaimana kita dapat memecahkan masalah
m ini ta
anpa
110
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
DA
AFTAR PUSTA
AKA
Millar, R
R. & Osbornne, J. 1998. Beyond 200 00. Science Education fo or the Future e: A report with ten
recommendaations. The re
eport of a sem
minar series fu
unded by the Nuffield Foun
ndation. Kings College
London Scho
ool of Educatio
on.
OECD. 2
2000. Measuring student knowledge
k and skills. The PISA
P 2000 assessment of reading, math
hematical
and scientificc literacy. Parris: OECD.
Osborne
e, J. 2005. Sccience Education for All: Ra
adical vision or
o hopeless fa
antasy. Inaug
gural Lecture at Kings
College Londdon
Osborne
e, J. Erduran, S. & Simon n, S. 2004. Enhancing thhe quality of argumentation in school science.
Journal of Reesearch in Sccience Teaching. Vol 00 No.00, pp 1-27
7. Sent by Prrof. Jonathan Osborne
[jonathan.ossborne@kcl.ass.uk] to Tatan
ng Suratno [ta
atangsan@yaahoo.com]. Juuni 2005.
Scherein
ner, C & Sjo oberg, S. 200
06. Science education an
nd young pe
eoples identitty constructio
on Two
mutually inco
ompatible pro
oject? A paperr.
Scherein
ner, C. & Sjo oberg, S. 20 004. Sowing the seeds ofo ROSE. Bacckground, rationale, quesstionnaire
developmentt and data collection for ROOSE (Relevan
nce of Science
e Education) A comparattive study
of students views
v of scien
nce and scien
nce education.
Sjoberg,, S & Schereeiner, C. 2007 7. ROSE Reacching the minds and hearts of young people. Pressentation.
Internationall Space Science Institute. Bern,
B June 20
007.
Sjoberg,, S. 2007. PIISA and real life challang
ges: Mission Imposible. Contribution to
o Hopman (E
Ed): PISA
according to PISA Revised
d Version Oct 2007.
Suratno,, T. 2006. Pengembangan pedagogi be erbasis wacan
na argumentatif untuk pem mbelajaran sains di era
informasi. Makalah disajikkan pada Kon
nferensi Guru
u Indonesia yang
y diselenggarakan oleh
h Teacher
mpoerna Foun
Institute Sam ndation dan Provisi
P Education. Jakarta 26-27
2 Novemb ber 2006.
111
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-11
DEVE
ELOPMENT OF STUDENT ACTIVITY SHEETS S (LKS) AT SUBJECT SCIENCE
S
ORIENT
TED DIRECT
T INSTRUCCTIONAL FO
OR SENIORR HIGH SCHHOOL WITH SPECIALL
NEED EDUCATION
E N (DEAF) (S
SMALB-B)
Sri Poe
edjiastoeti
(Facu
ulty of Mathem
matics and Scciences, Surab
baya State Un
niversity)
The aim of research wa as to developp LKS, orienteed direct instr tructional for student
s SMAL
ALB-B with foood
additive to
opic. This rese earch is referrring to 4-D models
m (Definne, Design, Develop,
D and Dissemination
D n)
by Thiagarrajan, limitedd until phase Develop. Syn ntaxs or phasses in direct instructional
in a
are: (1) Clarif
ify
goal and establish
e set, (2) Demonstr trate knowledg dge or skill, (3
3) Provide guiided practice,, (4) Check for
fo
understand ding and provvide feedbackk, (5) Provide extending pra ractice.
Three LKS S were deve eloped: (1) Chemical
C in food,
f (2) Preeservation su ubstance in food,
f and (3 3)
Chemical efect
e in food. The results of limited fieeld-test showeed, that stude dent SMALB-B B gives positivve
response, can do activ ivities trained
d, and report rts result of observation.
o The constraaint at makinng
conclusionn and answerss question, so o that still requ
quire intensiveely guided.
Key-word:
d: student activivity sheets, 4-D
4 models, directd Instructtional, deaf sttudent, food additive.
a
PENDAHULU
UAN
UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisttem Pendidikkan Nasional Bab B IV Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 32 ayat a
(1) menyeb butkan bahwa a Warga Ne egara yang memiliki
m kelaiinan fisik, em
mosional, me ental, intelekttual,
d
dan/atau sossial berhak memperoleh
m p
pendidikan khusus. Berdasarkan PP RII No.19 Tahu un 2005 Tenttang
S
Standar Nasiional Pendidikan dalam beberapa
b passal dan ayatn nya menjelasskan bahwa, kelompok mata m
pelajaran, beeban belajar, pendidikan kecakapan hidup, kurikkulum, kualifikkasi pendidikk, yang disajikan
untuk Tingkat Satuan Pend didikan bagi peserta
p didik normal juga berlaku untukk pendidikan khusus.
Menu urut BSNP (2006), SMALB B-B merupaka an satuan tingkat pendidikkan untuk pe eserta didik yang
y
berkelainan tunarungu tanpa diserttai dengan kemampuank d bawah ratta-rata. Menurut
intelektual di
s
standar isi un
ntuk SMALB-B B, materi kimia terdapat da a-lam mata pe elajaran IPA. Sedangkan Peraturan
P Mennteri
Pendidikan Nasional
N Repuublik Indonessia Nomor 1 Tahun T 2008 tentang Sta andar Proses untuk SMALB-B,
memberikan pedoman perangkat pembelajaran yan ng perlu direnncanakan, dib buat, dan diimplementasi--kan
untuk menun njang PBM settiap mata pela ajaran.
Berda asarkan hasill studi lapang gan penguassaan materi IPA I guru IPAA SMALB-B padap materi IPA,
khususnya Kiimia kurang memadai,
m karrena berlatar belakang PLB B, namun me empunyai ded dikasi yang tinnggi
d
dan ingin melakukan
m ovasi-inovasi dalam menyyajikan mata pelajaran IP
ino PA baik di kelas
k maupun n di
laboratorium.. Poedjiastoeeti, dkk (200 07) berkolab borasi dengan n guru IPA SMALB-B Negeri N Gedanngan
memberikan pengenalan alata laboratorium kimia unttuk siswa SMALB-B, dipero oleh hasil ada
anya peningka atan
kemampuan dan keteram mpilan guru IPA dalam menyajikan IPA dan menggunakan m n beberapa alat
laboratorium kimia. Demikian juga terrlihat adanya a respon yang positif dari siswa dalam m mengikuti dan
melakukan ke eterampilan menggunakan
m n beberapa ala at laboratoriu
um kimia.
Pemb belajaran Kimmia atau IPA A bagi siswa tunarungu untuk u berbaggai jenjang pendidikan
p diiluar
negeri telah banyak dilaku ukan dan dite eliti (Sale, 20
002; Panselina, 2002; Lan ng & Steely ,2 2004; Lundsfford,
2006; Lang, 2006; Roa ald, 2006). Selain itu peningkatatan
p n akses lab boratorium IP PA untuk siiswa
berkebutuhan n khusus (tu unanetra, tunnarungu, dan tunadaksa) juga telah dilakukand ole
eh proyek CLLASS
112
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
(Creating
ng Laboratoryy Access for Science Stud dents) bekerja secara pro ofesional dan berkolaborassi Wright
State Unniversity (WSU U).
Mata pelajarran IPA di SMALB-B berissi materi Bio ologi, Fisika, dan Kimia yang
y disajikan
n melalui
penyampaian informa asi dan kegia atan praktikum untuk beb berapa topik yang
y relevan. Standar Ko ompetensi
(SK) maata pelajaran IPA di kelas X, X yang berisi materi Kimia a adalah Men ngidentifikasi,, mengumpulkkan data,
dan me enyimpulkan kegunaan dan efek sam mping bahan kimia di se ekitar serta mengkomuniikasikan.
Kompete ensi Dasar (K KD): (1) Me engumpulkan data bahan kimia di rum mah tangga, (2) Mengi-d dentifikasi
kegunaa an dan efek samping penggunaan baha an kimia di sekitar, (3) Men nyim-pulkan bahan
b kimia alami
a dan
buatan dalam kema asan yang terdapat
t dala
am bahan makanan
m (pe
ewarna, pemanis, pengaw wet, dan
penyeda ap), dan (4) Mengkomunikasikan ke-gunaan dan efek e samping bahan kimia a terhadap lin ngkungan
sekitar (BSNP: 2006)
Penyajian materi dengan topik zat ad ditif makanan n menunjang pencapaian SK dan KD tersebut,
apabila dilaksanakan melalui kegiatan siswa ya ang dihubung gkan dengan bahan-bahan n yang ada di d sekitar
dan seriing dijumpai, akan berman nfaat dalam kehidupannya
k a sehari-hari. Produk-produ uk pangan me erupakan
contoh yang
y sesuai dipilih
d untuk mengembang
m gkan LKS den ngan alat dan bahan yang mudah diperroleh dan
tidak be
erbahaya. Orie entasi penyajjiannya meng gacu pada pe embelajaran la angsung sesu uai dengan ke ebutuhan
dan keteerbatasan sisw wa SMALB-B dalam memp peroleh dan mengolah
m informasi yang memerlukan
m bimbingan
setahap demi setahap dan terstruktur mengikuti fase-fase atau sintaksnyya.
Bagi siswa tu
unarungu, dam mpak lain yan ng ditimbulkan sebagai akiibat ketunaru unguan memp pengaruhi
dalam hal
h masalah persepsi
p audiitif, bahasa dan
d komunika asi, intelektuaal dan kognittif, pendidikan, sosial,
emosi, bahkan
b vokassional. Menurrut Lewton da an Mackey (1 1969), dalam penelitiannyya menjelaska an bahwa
keterbelakangan atau hambatan kognisi anakk tunarungu ada hubunga annya dengan n kemiskinan n bahasa,
perolehaan informasi yang kurang g menyebabkkan daya absstraksi dan imajinasinya mengalami hambatan h
pula. Se
edangkan rendahnya intele egensi rata-ra ata anak gang gguan pendengaran diban ndingkan deng gan anak
yang noormal pendeng garan menuru ut Backwin (1 1985) disebab bkan ganggua an bicaranya, karena ternyyata pada
tes tanp
pa verbal mem mperoleh skorr yang mende ekati (Sadjaah h, 2005).
Seperti yangg diutarakan oleh Pressleyy dan Levin (Moores, 2001: 166), pe er-kembangan n kognitif
secara fungsional
f tid
dak hanya te erkait dengan kemampua an-kemampua an kognisinya a tetapi juga a dengan
pengetaahuannya ketiika menerapkkan pe-ngetah huan atau strrategi tertentu u. Karchmer dand Belmont (Moores,
2001:1666) dalam penelitiannya
p tentang me emori jangka a pendek, menemukan
m bahwa kinerrja siswa
tunarung gu dibawah tingkat
t siswa mendengar. Akan A tetapi setelah diajar menggunaka an strategi yan ng sesuai
ternyataa siswa tunaru ungu memperoleh hasil se etingkat dengan yang men ndengar. Pene elitian tentangg kognisi,
pendidikkan, dan tun narungu (Martin, 1985, 1991), 1 melap porkan bahw wa hasilnya mendukung
m seorang
tunarung gu mempuny yai kemampu unan intelekttual yang no ormal, meskipun kekuran ngan pada kinerjanya
k
kadang--kadang timbu ul.
Dalam rangk ka melaksanakkan amanat UU U RI tentang g Sisdiknas dan Permen te entang standa ar isi dan
standar proses, ma aka perlu segera
s dilaku
ukan pengem mbangan pe erangkat pem mbelajaran IPA I agar
pelaksannaan PBM IP PA di SMALB--B dapat sege era direncana akan, disiapkkan, dan dapa at diimpleme entasikan.
Berdasarkan uraian di atas, diupayakan Pe engembangan n LKS mata a pelajaran IPAI yang berorientasi
pembela ajaran langsung untuk sisw wa SMALB-B dengan
d topikk zat aditif pad
da makanan.
METOD
DE PENELITIIAN
LKS merupakan sala ah satu bahan ajar berup pa media ceta embangkan untuk meman
ak yang dike ndu siswa
melakukkan latihan, tugas,
t praktikkum/kegiatan laboratorium
m dan dapat digunakan
d un
ntuk melengkkapi buku
113
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
pelajaran (Ba alai Pengemba angan Teknologi Pendidika an Dinas Pendidikan Propinsi Jabar, 20 005). Penyusu unan
LKS perlu me emperhatikan n beberapa ha al, antara lain
n: kesesuaiannnya dengan kompetensi dasar d dan ma ateri
pokok yang harus dikuassai sesuai de engan kurikullum yang be erlaku, dileng gkapi dengan petunjuk un ntuk
memudahkan n, menarik da alam segi pen nulisan dan tu ugas serta peenilaian, mem manfaatkan linngkungan sekkitar,
s
serta dapat mengembangk
m kan pengetah huan dan waw wasan siswa.
Penelitian pengem mbangan atau u Research an nd Developmeent (R&D) meerupakan prosses atau langkkah-
langkah untu uk mengemba angkan suatu u produk baru u atau menye empurnakan produk yang telah ada, yang y
d
dapat dipertaanggung jawa abkan. Produkk tersebut tid dak selalu berrupa perangkkat keras sepe erti buku, mo odul,
a
alat bantu pembelajaran di kelas atau laboratoriu um, tetapi da apat juga berrupa perangkkat lunak sep perti
program kom mputer untuk k pengolahan n data, pembelajaran di kelas, laborratorium, atau perpustaka aan,
a
ataupun moodel-model pendidikan,
p pembelajaran n, pelatihan,, bimbingan,, evaluasi, manajemen, dll
(Sukmadinata a, 2007)
Menu urut Gall da an Borg (20 003), penelittian dan pe engembangan n pendidikan n mengguna akan
pendekatan sistem
s Dick & Carey. Langkkah-langkah tersebut
t dimoodifikasi oleh Sukmadinata a (2007), men njadi
t
tiga langkah berdasarkan n pengalamannya melaku ukan penelitia an dan peng gembangan, yaitu: (1) StudiS
pendahuluan yang melipu uti studi literatur, studi lap
pangan, dan penysunan
p drraft awal prodduk, (2) uji coba
c
t
terbatas dan uji coba lebihh luas, (3) uji produk melalui eksperime en dan sosialissasi produk.
Penelitian ini merupakan penelitian pe engembangan n yang menga acu pada mo odel 4-D menurut Thiagara ajan
(1974) terdirii dari tahap Define,
D Design
gn, Develop, dan
d Dissemina nation. Pada taahap define dilakukan
d anaalisis
s
siswa, analisiis konsep, se
erta analisis tugas mengaccu pada kurikkulum yang berlaku b di SM
MALB-B, sehin ngga
d
dapat ditentuukan perumussan tujuan sessuai dengan materi
m dalam LKS yang aka an dikembang gkan.
Pada tahap desig gn, dilakukan perancangan n LKS yang akan
a dikemba angkan sesua ai dengan tujjuan
d
dan materi yang
y telah ditentukan.
d M
Menyususn ra
ancangan na askah yang berdasarkan
b format terteentu.
Dilanjutkan dengan
d menyiapkan alat da an bahan yang diperlukan,, dihasilkan drafd I.
Pada tahap devellop, diawali dengan
d h dan revisi naskah, sehingga dihasilkkan naskah yang
telaah y
s
siap untuk dicetak, selanju utnya hasil ce etak LKS me erupakan dra af II yang aka an di uji coba secara terba atas.
Hasil uji coba a terbatas dan validasi dra af II mengha asilkan protottipe LKS yang g dikembangkkan. Penelitian n ini
d
dibatasi samppai pada tahaap develop.
Mode el pembelajarran langsung (Direct Instr tructional) dilaandasi teori belajar
b sosiall dan pemode elan
t
tingkah laku oleh
o Albert Ba
andura, hasil belajar yang dicapai berup pa pengetahu uan prosedura al atau deklarratif,
mengikuti fase atau sinttak tertentu. Fase atau sintaknya, te erdiri dari: (1)
( penyampa aian tujuan dan
penyiapan sisswa, (2) dem monstrasi pengetahuan ata au keterampillan, (3) latiha an terbimbingg, (4) pembe erian
umpan bali, dand (5) latihan lanjutan (A Arends, 2004)..
LKS yang dike embangkan berorientasi pada pem mbelajaran langsung, sehinggas daalam
penyusunann nya mengikuti fase-fase di dalamnya. Pada P fase perrtama, disajikkan tujuan da ari kegiatan yang
y
a
akan dilakuka an sesuai denngan SK dan KD, serta in ndikator hasil belajar yang g ingin dicapaai, selain itu juga
j
menyiapkan siswa, Fase kedua, demo onstrasi peng getahuan atau keterampilan dengan cara c memberikan
materi dan contoh selan ngkah demi selangkah apa yang yan ng akan dila atihkan. Fase e ketiga, latihan
t
terbimbing diilakukan oleh siswa denga an cara meng gikuti apa yanng telah dicon ntohkan, tetap pi dengan ma ateri
s
serupa tetapi tidak sama. Fase keemp pat, umpan balik
b diberika
an dengan ca ara memerikssa kegiatan yangy
d
dilakukan ole
eh siswa dan memberikan n jawaban yang benar. Se elanjutnya pada fase kelim ma, latihan la anjut
d
diberikan unttuk lebih memmantapkan ap pa yang dipero oleh pada situuasi lain.
LKS berorien ntasi pembelajaran langssung, sesuai disajikan untuk siswa tunarungu untuk u menga atasi
keterbatasannya, terutam ma dalam perrkembangan kognitifnya. Melalui M latiha
an selangkah demi selang gkah
114
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
dan dibeerikan secaraa terbimbing, serta pembe erian umpan balik segera, akan dipero oleh pengetahan atau
keterammpilan yang diharapkan, sehingga dapatt melakukan kegiatan
k pada
a situasi lain saat
s latihan la
anjutan.
Sasaran penelitian ini adaalah LKS yan
ng dikembang gkan, sumberr data diperoleh dari paka ar bidang
studi, pa
akar PLB, gurru IPA dan sisswa SMALB-BB Karya Mulyaa Surabaya. Instrumen
I penelitian terdirri dari (1)
lembar validasi LKS S, untuk memperoleh penilaian
p ten
ntang LKS yangy dikemb bangkan. (2)) lembar
pengam matan aktivitass siswa, untuk memperoleeh data siswa selama proses belajar me engajar meng ggunakan
LKS. (3)) Angket resppon siswa, unntuk memperooleh pendapa at siswa selam
ma mengguna akan LKS. (4)) Laporan
terntangg data penga amatan, kesim mpulan, jawa
aban pertanya aan, keterammpilan siswa selama men ngerjakan
LKS.
115
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
ilustrasi yang
g sangat me emenuhi, karrena disajika an materi se esungguhnya dalambentu foto berwarna,
s
sehingga memmberi kejelasan terhadap konsep.
k
Data tentang aktiv
vitas siswa se
elama mengerrjakan LKS, da apat dilihat pada tabel 2 berikut.
b
Taabel 2. Persen
ntasi aktivitass siswa
Perse
entase aktiv
vitas (%)
No. K
Kategori Pen
ngamatan
LKS-11 LKS--2 LKS
S-3
1 Memperhatikan
M n penjelasan guru 11 12 18,5
2 M
Mempelajari rin
ngkasan mate eri dan contoh 12
2,5 14 15,5
3 M
Mengerjakan la
atihan awal 15 1
15,5 20
4 M
Menggunakan alat dan baha
an dengan ba aik 4,,5 5 -
5 M
Mengisis tabel data pengam matan 10 1
10,5 -
6 M
Mengecek jawaaban 4 5 9
7 M
Menjawab perttanyaan 25
5,5 2
26,5 32,5
8 Be
ertanya pada guru 7,,5 3 2,5
9 M
Menyimpulkan 6 6
6,5 -
10 Ke
egiatan yang tidak relevann 4 2 2
To
otal 1000 1
100 100
No. Aspek
k P
Persentase (
(%)
1 Penam
mpilan LKS me
enarik 8
84
2 Isi LKS
S menarik 9
92
3 Gamb
bar mudah dip
pahami 9
90
4 Materi mudah dipahami 8
86
5 Cara kerja/petunju
k k jelas 8
86
6 Tabel dan pertanya
aan jelas 9
94
Rata-rrata 8
88,67
PENUTUP
Berdasarkan data yang diperoleh, tiga a LKS yang dikembangkan
d n dengan top pik khususnyaa zat aditif pada
p
makanan, sisswa dapat mengidentifik
m kasi adanya bahan kimia a dalam kem masan produk makanan dan
minuman, za at aditif alami dan buatan
n yang terdappat makanan, serta efek bahan kimia dalam maka anan
memenuhi kriteria layak digunakan. Kegiatan
K dala
am LKS dapa at dilaksanakkan dengan baik dan resspon
positif siswa selama meng gerjakan LKS
S, namun ma asih perlu bim
mbingan seca ara intensif dalam pembua atan
116
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
DA
AFTAR PUSTA
AKA
Anonim.. (2006). UU RI No.14 Tahun
T 2005 tentang Gurru dan Dosen n serta UU RI
R No.20 Tah
hun 2003
tentang SISD
DIKNAS beserrta penjelasan
nnya. Bandun
ng: Citra Umb
bara.
Arends, R.I. (2004). Guided to Field
F Experien
nces and Port
rtofolio Develo
opment to acccompany Lea
earning to
Teach. New York:
Y McGraw
w Hill.
engembangan
Balai Pe n Teknologi P
Pendidikan Dinas Pendidika
an Propinsi Jabar.
J (2005). Penyusunan
n Naskah
Bahan Ajar Tori
T dan Praktktek. Bandung.
BSNP.(2
2006). Standa
ar Isi. Jakarta:: Depdiknas
nas. (2008). Peraturan
Depdikn P Meenteri Pendidi
dikan Nasionaal RI No.1 Taahun 2008 teentang Standadar Proses
Pendidikan Khusus
K Tunan
netra, Tunarunngu, Tunagraahita, Tunadaaksa, dan Tuna
nalaras. Jakartta.
Gall, M.D., Gall, Y.P., Borg, W.R. (2003). Educcational Rese
earch an Intro
oduction. Sevventh Ed. NY:: Pearson
Education Inc.
T,J.( Editor). (1993). Teacching Chemisttry to Student
Kucera,T bilities. 3th ed. ISBN 0-8412
nts with Disab 2-2734-9.
American Chemical Societty, Committee e on Chemist with Disabilitties.
Lang, H.G.
H (2006).Science Eduucation for Deaf
D Student
nts: Prioritiess for Researrch and Inst structional
Development
nt.NY: Departm
ment of Rese earch and Tea
acher Edu-cattion National Technical Insstitute for
the Deaf Roochester Insttitute of Tecchnology 96 Lomb Memo orial Drive Rochester,
R NYY 14623-
5604.Email: harrylang@rit.edu
Lang, H
H.G., Steely, D.(2003).Web
D b-based scien
nce instructio
on for deaf student:What
s research sayys to the
teacher*.Insstructional Scie
ience 31 : 2777 298, 2003
Lunsford
d, S.K., Bargeerhuff, M.E. (22006). A Proyyect To Make the Laboratoory More Acceessible to Stud
dent with
Dissability. Journal
Jo of Cheemical Educattion. Vol. 83. No.3
N March 2006.
2 p: 407-4
409
Moores, N.F. (2001)). Educating the Deaf. Psychology,
Ps Pr
Principle, and Pravtice. Fiftth Ed.USA: Houghton
H
Mifflin Company.
an Novita. (2007).Recogn
Poedjiasstoeti, S., Miiseri, dan Dia gnation of Chhemistry Laboboratory Equippment to
Increase Stuudy Science at Senior High
h School for Special
Sp Educattion (Deaf). Prosceeding
P off the first
Internationall Seminar of Science
S Educa
ation. ISBN: 979-25-0599-
9 -7.
Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa bag gi Anak Ganggguan Pendeengaran dalaam Keluarga. Jakarta:
Depdiknas. Ditjen
D Dikti. Direktorat
D P2T
TK dan KPT.
C.,Wynne, D.., MacDonald,G. (2002) De
Sale, B.C eaf Students,, Teachers, and
a Inter-pretters in Chemiistry Lab.
Journal of Ch
hemical Educa
cation. Vol.79. No.2. Februaari 2002 (Reseearch: Sciencce and Educattion)
Silvestre
e,N., Ramspottt, A., Pareto,, I.D. (2007). Conversation
nal Skills in Se
emi-structure
ed Interview and Self-
Concept in Deaf
D Student. Journal of De eaf Studies an
nd Deaf Educa cation 12:1 Winter 2007. p: 38-54.
2007). Metode
Sukmadinata, N.S. (2 de Penelitian Pendidikan
P . Ba
andung: SPS--UPI & PT Rem
maja Rosdaka
arya
Thiagara
ajan,S., Semmmel, P.P. & Semmel,
S M.I. (1974). Insttruction Dev
evelopment fo
or Training Teacher
Te of
Exceptional Children
C . Indiana: Indiana University.
117
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-12
DEVELOPIING OF SCIIENCE LEA
ARNING MA
ATERIAL ON
N LOWER CLASS
C OF ELEMENTAR
E RY
STUDENTS: INTEGRATIN NG WITH AN
NOTHER SU
UBJECT
ABS
STRACT
Integratingg science con ncepts with other
o subject
cts is one of prominent problems
p on lower class ofo
elementaryy teaching. However,
H thee integrating methods imp plemented on n learning material
m and its
it
effectiveneess in improvving studentss achievementts is less studdied. The objjective of thee research is to
t
develop sccience learnin ng material integrated
i wi another subject
with s by th
hematic appro roach that caan
improve sttudents achieevements. The he learning maaterials develo
loped are studdents book an nd assessmen nt
instrumentts. The learn ning materialss have been developed with w four-D models,
m i.e. define,
d designn,
develop, and
a dissemina ate. Implemeentation of th he four-D mododel were: a) competency analysis on all a
subjects in
n semester oneo on first grade
g elementntary school and
a obtaining g the theme; b) developin ng
students book
b and asseessment instrruments appro ropriate with the
t theme; c)) validation; and a d) try ou ut.
Science cooncepts are inntegrated with th other subjeects by themees: I, environ
nment, needs, s, and hobbies
es.
The resultt showed, that
at learning maaterial: a) be good on co ontents, perfoormance, lang guage, learnin
ng
n; b) responde
innovation; ed positive byy students annd teacher, annd c) can impprove studentts achievemen nt
on sciencee as well as th
he other subjeect.
Keywords
s: learning material, thema
atic, studentss achievementt on science
PENDAHULU
UAN
Mutu dan ha asil pembelajaaran IPA pad da berbagai jenjang
j masihh perlu diting
gkatkan (Beleen, 2000; An nam,
2001; TIMSS S, 1999; PIS SA, 2003). Oleh
O karena jenjang SD merupakan dasar bagi jenjang-jenjjang
pendidikan se elanjutnya, maka
m salah saatu strategi piilihan adalah meningkatka an mutu pemb belajaran IPA
A SD
pada kelas rendah.
r Menuurut Depdikna as (2002:1), sebagian be esar siswa tid dak mampu menghubung gkan
a
antara apa yang
y mereka
a pelajari de engan bagaim mana pengettahuan terseb but akan dippergunakan atau
a
d
dimanfaatkan n. Siswa mem miliki kesulita
an untuk mem mahami konssep akademikk sebagaiman na mereka biasa
b
d
diajarkan, yaaitu menggun nakan sesuatu u yang abstrrak dan meto ode ceramah.. Mereka san ngat memerlu ukan
s
sesuatu untu
uk memahami konsep-konssep yang berrhubungan de engan tempa at kerja dan masyarakat
m p
pada
umumnya di mana mereka a akan hidup dan bekerja.
Salahh satu cara yang
y dapat ditempuh
d unttuk menjawab pertanyaan n-pertanyaan tersebut ada alah
perlunya peningkatan kualitas pembela ajaran, yang secara
s mikro, harus ditemu ukan strategi atau pendeka atan
pembelajaran n yang efektiif di kelas, yang lebih me emberdayaka an potensi sisswa. Untuk kelas
k rendah SD,
pendekatan tersebut ada alah pembela ajaran terpad du, yakni pendekatan pe embelajaran yang
y melibattkan
berbagai bida ang studi unttuk memberikkan pengalam man yang bermakna kepa ada siswa, ka
arena siswa akan
a
memahami konsep-konse
k p yang mere eka pelajari melalui
m pengaalaman langsung dan men nghubungkan nnya
d
dengan konssep lain yang sudah dipah hami. Menuru ut Piaget (dalam Joni, 1996), kemamp puan anak un ntuk
bergaul deng gan hal-hal yaang bersifat abstrak yang diperlukan
d un
ntuk mencernakan gagasan n-gagasan da alam
berbagai matta pelajaran akademik um mumnya baru terbentuk pada usia ke etika mereka
a duduk di kelas
k
t
terakhir SD, dan berkemb bang lebih lan njut pada usiia SMP. Oleh sebab itu, cara pengema asan pengalam man
belajar yang dirancang un ntuk para sisswa akan san ngat berpenga aruh terhadap kebermakn naan pengalam man
t
tersebut bagi mereka. Pen ngalaman bela ajar yang lebiih menunjukkkan kaitan unssur-unsur kon nseptualnya, baik
intra maupun n antar bidanng studi, aka an meningkattkan peluang bagi terjadin nya pembelajjaran yang le ebih
118
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
METOD
DE PENELITIIAN
Penelitia
an pada tahu un pertama in ni adalah meengembangan n perangkat pembelajaran
p n tematik unttuk siswa
kelas I SD yang mengintegra asikan IPA dengan
d matta pelajaran lain. Penge embangan perangkat
p
pembela ajaran model tematik in ni mengguna akan four-D models yakkni define, design,
d deveelop, dan
disseminnate (Thiagarrajan, Semmeel & Semmel, 1974).
Kegiatan utama dari tahap define adallah merancan ng model peraangkat pemb belajaran temaatik yang
didahuluui dengan an nalisis siswa dan analisis kurikulum yang
y mengha asilkan analisis konsep daan bagan
konsep dari semua matapelajara
m n yang dilanjjutkan penyu
usunan tema.. Tema yang berhasil diid dentifikasi
pada se emester I adalah
a diri sendiri,
s kelua
arga, kebutuuhan, kegem maran, binata ang, dan tu umbuhan.
Kompete ensi IPA yangg bersesuaian n dengan tema tersebut diiintegrasikan dengan
d komppetensi mata pelajaran
lain, sebagai contoh h ditunjukkan n dalam Gambar 1. Lan ngkah berikuutnya adalah menentukan n format
perangkkat yang akan n dikembangkkan yang dila anjutkan denggan menuang gkan tema terrsebut ke dallam Buku
Siswa daan alat penila
aian.
119
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Penulisan perangk
kat pembelajaaran tematik yang
y dikemba
angkan oleh peneliti
p menccakup Buku Siiswa
dan alat pe
d enilaian berb
basis kelas. Setelah pe erangkat pemmbelajaran tematik
t hasil ditulis dan
berh
menghasilkan
n Draft I, se
elanjutnya dia
adakan kegiatan telaah. Sebagai
S pene pakar pendidikan
elaah pakar-p
y
yang berkompeten di bidangnya, yakni ahli pendidikkan dan guru SD kelas I.
Gambar 1:
1 Contoh hassil pengintegra aran lain dalam
asian kompetensi IPA kelass I SD dengan mata pelaja
tema lingkungan
120
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
121
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Gamb bar 2 mempe erlihatkan hisstogram reratta hasil belaja ar IPA siswa dibandingkan dengan em mpat
mata pelajaran lain (Matematika, IPS S, Bahasa Ind donesia, dan PPKn) untukk dua tema (diri sendiri dan
lingkungan. Rerata
R hasil belajar IPA siswa adalah h 93.7353 de engan standa ar deviasi 9,4
4590, sedang gkan
rerata untukk empat matta pelajaran lain adalah h 90,2059 de engan standar deviasi 9,0513.
9 Data
a ini
memperlihatkkan bahwa ha asil belajar IP
PA dengan model
m tematikk yang dibanttu dengan bu uku siswa jauh di
a
atas Kriteria Ketuntasan
K Minimal
M (KKM)) ideal sebesaar 75, dan tidak kalah dengan mata pellajaran lain. Hasil
H
a
analisis infereensial dengan n uji t mempe erlihatkan bahhwa rerata ha PA tidak berbe
asil belajar IP beda secara nyata
ny
d
dengan rerata a hasil belajar empat mata a pelajaran lain (t = 1,688;; df = 33; p = 0,101)
Hasil angket yang g diberikan kepada
k guru menunjukkan n bahwa pera angkat pemb belajaran tem
matik
y
yang telah dikembangkan
d n memudahkkan guru dala am melaksan nakan pembe elajaran di ke
elas. Kemudaahan
t
tersebut dilih
hat dari aspek membuat perencanaan,, melaksanakkan KBM, pem mberian tugaas kepada sisswa,
melakukan penilaian, dan pemotivasian siswa untu uk belajar. Na amun untuk pemberian tu ugas masih perlu
p
t
tambahan dalam hal soal-ssoal latihan.
PEMBAHASA
AN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitiian memperliihatkan bahw wa perangkatt pembelajara an tematik memberikan
m h
hasil belajar IPA
y
yang relatif tiinggi pada sisswa kelas I SD, tidak kalahh dengan mata pelajaran lain. Hasil ini mengindikasikan
bahwa pemb belajaran tem matik yang dilengkapi den ngan perangkkat pembelajaaran tematik cukup mem mberi
peluang pelib batan berbaga ai pengalamaan siswa, kare ena tema-tema yang dian ngkat dipilih dari
d hal-hal yang
y
d
dikemukakan siswa, yang
g mungkin be ertolak dari pengalaman
p s
sebelumnya, serta berdasa arkan kebutu uhan
y
yang dirasaka an siswa (fel
elt need). Hassil ini sesuai dengan
d temu
uan Hendrik (dalam
( Koste elink, 1991) yang
y
menyatakan bahwa tema a membantu anak-anak mengembang
m gkan semua pemikirannya a dalam bela ajar.
Melalui pemb belajaran tem matik, anak-an nak membang gun hubunga
an di antara informasi yan ng terpisah-p pisah
untuk membe entuk konsep yang lebih ko ompleks dan abstrak (Osbborn dan Osboorn, dalam Ko ostelink, 1991 1).
122
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Penerapan pembelajaran tematik yang g menghasilka an hasil belajjar yang relattif tinggi ini ternyata
konsiste
en dengan tem muan program CLASS, yang melaporka an hasil skor ISTEP (India ana Statewide de Testing
for Educcational Progrress) pada sisswa SD yang menerapkan n pembelajara an tematik lebbih tinggi darripada SD
yang lain di negara tersebut, da an bahwa skkor pada SD CLASS teruss meningkat dari waktu ke k waktu
(Buechleer, M., 1993 3). Hasil pen nelitian ini ju
uga selaras dengan pen nelitian perba andingan anttara skor
membacca siswa pada a SD yang me enerapkan pe embelajaran te ematik terpaddu dengan skkor siswa pada a sekolah
kontrol. Selama periode dua tahun, skor sisw wa yang men nggunakan pe embelajaran tematik menunjukkan
peningkkatan sebesarr 16%, seda angkan sekola ah kontrol haanya mencapa ai peningkataan sebesar 3% % (Ruth,
1998).
Selarasnya hasil
h penelitia
an ini dengan n hasil-hasil penelitian seebelumnya, memperkuat
m pendapat
Rohde, et.al.
e (1991) yang menyattakan bahwa (1) tema me emberikan pen ngalaman lan ngsung denga an obyek-
obyek yang nyata ba agi anak untuk memanipula asinya; (2) te
ema mencipta akan kegiatan n yang memu ungkinkan
anak unntuk menggun nakan pemikirannya; (3) membangun kegiatan sekkitar minat-m minat umum anak; a (4)
menyediakan kegiata an dan kebiassaan yang menghubungka an semua asp pek perkemba angan kognittif, sosial,
emosi, dan
d fisik; (5) mengakomod dasi kebutuhaan anak-anakk untuk berge erak dan melakukan kegia atan fisik,
interaksi sosial, kemmandirian, da an harga diri yang positif; (6) men nghargai individu, latar belakang
kebudayyaan, dan pen ngalaman di keluarga yang g dibawa ana ak-anak ke ke elasnya; dan (7) menemukkan cara-
cara unttuk melibatkan anggota ke eluarga anak.
SIMPUL
LAN DAN SA
ARAN
Berdasarkan analisis data dan pe embahasan ha n maka dapat ditarik simp
asil penelitian pulan sebagai berikut:
(1) Peraangkat pembe elajaran tema atik yang telah dikembangkan berkateg gori baik ditinjjau dari aspe
ek materi,
kebahassaan, penyajia an, dan inovaasi pelaksanaan pembelaja aran; (2) pera
angkat pemb belajaran tema atik yang
telah dikkembangkan direspon posiitif oleh siswaa yakni menarrik, mudah dipahami, bagu us, dan tidak ada yang
sulit dip
pahami; (3) Perangkat
P pemmbelajaran te ematik yang telah dikemb bangkan mem mberi kemuda ahan bagi
guru da alam hal mere encanakan, melaksanakan
m n KBM, pemb berian tugas, evaluasi, dan pemotivasian untuk
belajar, dan (4) Hasil ujicoba terb
batas pada sisswa kelas I SD D untuk dua tema
t membe erikan hasil be
elajar IPA
siswa yaang tinggi, da
an tidak kalah dengan emp pat mata pelajjaran lain.
Penelitia
an lanjutan daapat dilakukan pada skala yang lebih lu uas dengan kaarakteristik se
ekolah yang beragam,
b
perlu diilihat pengaruuhnya terhad dap hasil belajar siswa dengan
d mengggunakan kelas pemband ding, dan
melihat secara detil ketuntasan
k tia
ap kompetenssi IPA.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
Anam, M
M.C. (2001). Kurikulum
K n Perkembangannya. Maka
dan kalah disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya
L
Optimalisasi Pembelajara
an IPA-Fisika Menyongson
ng Otonomi Sekolah di Jurusan
J Fisikka FMIPA
Unesa tanggal 17 Februarri 2001.
Belen, S.
S (2000). Mensinergikan E
Ebtanas, Kurikkulum, dan Buku Pelajaran hunata (Ed) Membuka
n dalam Sindh M
Masa Depann Anak-anak Kita
K . pp:49-65. Jogjakarta: Penerbit Kanisius.
Buechler, M. 1993. Connecting Learning
L Assu
sures Successsful Students:: a Study off the CLASS program.
Bloomington, In: Indiana Education Po
olicy Center.
996. Pembela
bud, Dikti. 19
Depdikb ajaran Terpad
du (Bahan Penataran
P Pel
elatihan Pengeelola PGSD).Bandung:
B
Bagian Proye
ek Pengembangan Pendidikan Guru SD..
bud. 2000. Pe
Depdikb embelajaran Terpadu
T Modeel Jaring Labaa-laba (Webbeed). Bandung: PPPG
Fogarty,, Robin. 1991. The mindfu
ul school: How
w to integratee the curriculaa. Illinois: Skylight Publishin
ng.
123
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
124
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-13
THE TEACH
HING AND LEARNING
L P
PROCESS OF
F SCIENCE IN
N GIFTED CLASS AT SD
D
MUH
HAMMADIYYAH SAPEN YOGYAKART
Y TA (PROBLEM & SOLUTIION)
Suwandi
(Physics Teaccher at MAN Yogyakarta
Y IIII
Jl. Mag
gelang KM 4 Yogyakarta
Y 55284 Telp (02
274) 513 613
3 / HP. 08121585195
Email : ask
kahamana@ @gmail.com)
ABSTRACK
K
Evideence shows th hat the teach
hing and learn ning process of
o science att elementary is still sciencee story
and it is not fact or
o reality. Thee reality that the
t competen nce of sciencee teachers whho did not gra
raduate
from science majo or is now.
In facct the teachin
ng and learnin ng of sciencee in elementarry becomes the
th basic of sccience teachining and
learniing process at
a school in next
n level. Acccording Yohaannes Surya, there are many
ma gifted sttudents
who become the e country hu uman resourc rces. The ed ducation shou uld be adap pted from sttudents
comp petencies. The e assumption is there will be
b gifted studdents in Indonnesia.
The problem
p are : How is the teaching and d learning pro
ocess for the gifted
g studen
nts? and Wh hat are
the problems,
p pro
rospects, andd solution fro om them?. That is whyy it is needeed to researc rch the
experriences of SDD Muhammadiy iyah Sapen byy using teachiing and learnining process of
o science metethod in
gifted
d class.
Keyw
words: Gifted
d student, tea
aching and lea
arning process
PENDAHULUAN
Fakta yaang ada menu unjukkan bahhwa rata-rata di SD tak ada laboratorium m IPA. Sehinggga pembelajjaran IPA
lebih pa
ada cerita IP PA dan bukan fakta IPA. GuruG yang ada pun guru kelas
k dengan segala kelebbihan dan
kekurangannya dan bukan b guru bidang
b studi. Kebijakan guru SD dengan n guru kelas rupanya perluu ditinjau
kembali dengan segala konsekue ensinya. Kini yang ada, guru g SD adallah alumni ahli madya pe endidikan
(Ama.Pd d) dari PGSD D atau sarjan na pendidika an (S.Pd.) da an belum Sa arjana Pendiddikan Sains (S.Pd.Si).
Akibatnyya pembelajaran IPA belum m berjalan sebagaimana hakikat IPA itu u sendiri.
Di sisi lain pe
embelajaran IPA
I mengend daki adanya pandangan
p ahwa hakikat IPA meliputti produk,
ba
proses, dan pengemb bangan sikapp ilmiah (Sri Sulistyorini,
S 2007:9). Dalamm pembelajarran IPA, guru u dituntut
untuk dapat mengaja ak peserta diidiknya mema anfaatkan ala am sekitar seebagai sumbe er belajar, ap
palagi bila
tak ada lab. di seko olahnya. Selaain itu meskki di SD, atau malah justtru sejak SD D siswa haruss pernah
melakukkan penelitian n sederhana, sehingga ad da proses me enemukan fakkta IPA. Menurut J. Brune er (1961)
proses penemuan
p peenting bagi prroses belajar siswa, denga an empat alasan; yakni da apat mengem mbangkan
kemamp puan intelektual siswa, mendapatkan
m motivasi intriinsik, menghayati bagaimmana ilmu itu didapat,
dan mem mperoleh day ya ingat yang lebih lama reetensinya (Sri Sulistyorini, 2007:10).
Sedangkan IPA sebagai wahana pe emupukan sikap, menuru ut Wynne Harlen
H dalamm Hendro
Darmodjjo (1993), se etidaknya ada sembilan sikkap ilmiah yan ng dapat dikeembangkan pada
p anak usiia SD/MI,
yaitu sikkap-sikap ing gin tahu, ingin mendapatkkan sesuatu yang baru, kerja k sama, tidak
t putus asa,
a tidak
berprasa angka, mawa as diri, bertanggungjawa ab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri (Sri Su ulistyorini,
2007:100). Kesembila an sikap ini mustahil aka an didapatkan n siswa jika pembelajaran IPA hanya a dengan
metode ceramah saja a (chalk and talk
t ). Padahal penguasaan n IPA, baik prooduk, proses dan pemupukkan sikap
ilmiah di SD akan me endasari sikap
p ilmiah di sekkolah yang lebbih tinggi.
Tidak seedikit dari ana ak yang suka IPA termasu uk anak yang berbakat. Te entu saja sayaang jika mereeka disia-
siakan tidak mendapa dikan sebagaimana mestinyya.
at hak pendid
125
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Memang jum mlah anak berbakat tidak banyak. Men nurut Prof. Yohanes Surrya, perintis dan d pembimb bing
T
TOFI, siswa yang dibina ikut olimpiad de internasion nal hanyalah 0,0001 perse en dari popu ulasi atau hanya
s
satu dari tiap p sejuta anak, sekitar 30 000 anak. Me eski tergolong g sedikit, nam mun mereka merupakan aset a
mahal. Jika dijumlah
d ara total tidakk hanya Fisikka saja Inte
seca ernational Phyhysics Olimpiaad (IPho), nam mun
j
juga Internaational Mathe ematical Olimmpiad (IMO),, Internationa nal Biology Olimpiad
O O), Internatio
(IBO ional
C
Chemistry Ol
Olimpiad (IChOO), dan Interrnational Astrtronomy Olimpmpiad (IAO), maka m untuk tahun 2007 saja
kontingen Ind donesia berha asil menyabett 51 medali em mas dari berb bagai olimpiad de Sains terseebut.
Pertaanyaannya, akan diapakan n anak berbakat ini? Kalau u mereka bissa dididik seccara khusus, baik
kelas khusus maupun sek kolah khusus,, tanpa menim mbulkan sika ap elitis dan eksklusif
e dan tidak tercera abut
d akar bud
dari dayanya, kena apa tidak? Beelajar dari kebberhasilan ASS menjelajah ruang angkassa, yang bera awal
d
dari rasa iri atas
a rivalnya,, Rusia yang sukses melun ncurkan Sputtniknya di tah hun 1959. Be egitu malunya a AS
d
dengan kekaalahan ini, maka
m serta-m
merta kurikullum Fisika sebagai
s basiss teknologi ditinjau
d kembali.
T
Terutama ole
eh JR. Zacharrias dari MIT dengan kerja a kelompok Matematika
M daari Stanford University
U (Kittano
& Kirby, 199 92 dalam Co onny Semiaw wan (1997:26 6). Di tahun 1958, Amerika mengad dakan Konferrensi
Pendidikan untuk mencari siswa yang berbakat, da an didukung oleh guru-gu urunya pun disiapkan. Kini AS
t malu lagi dengan Rusia
tak a.
Di negara-nega ara maju, terdapat berbagai jenis prrogram pendidikan y
yang
d
ditujukan untuk mellayani sisw
wa yang memiliki kemampuan dan ke
ecerdasan luar
biasa (Getls dand Dillon, dalam Hallaha an dan Kaufm man, 1982). Hasilnya
H manusia unggul dan d negara akana
unggul. Sehin ngga tidak me engherankan bila Prof Dr Conny
C R. Semmiawan mengiingatkan bahw wa hanya neg gara
d
dan bangsa yang memiliki keunggula an teknologi yang akan tetap t mampu u bertahan dalam persain ngan
g
global. Bagi negara yan ng tertinggal yang tidak mengoptima alkan SDM-nyya akan me enjadi konsum men
t
teknologi neegara maju (Paulus Hariyono, 2008 8:201). Proff Suyanto, M.Ed, Ph.D (2000:39) pun
mengingatkan bila peserta a didik berbakkat tidak ditangani secara baik akan mengalami pen nurunan presttasi.
Bagaimana dengand keceenderungan pendidikan ke k depan? Akan A halnya trend pend didikan, Proff Dr
Komaruddin Hidayat meny yatakan bahw wa di abad 21 nampaknyya lebih bero orientasi padaa pengemban ngan
potensi manu usia, bukan laagi pada eksplorasi alam. Berdasar
B neurroscience, pottensi otak maanusia baru 10 0%
y
yang dioptima alkan. (Mel Silberman, 200 01:ix).
Untuk itu sudah tidak
t saatnya lagi berpole emik mana ya ang harus did dahulukan an ntara pemerattaan
(equity) deng gan layanan anak berbaka at (excellence
ce). Sebenarnya sejak tahu un 1980-an telah
t ada pro oyek
pengembangan pendidika an anak berb bakat di Ind donesia. Pilott Project di Jakarta oleh h Badan Litb bang
Depdikbud, mengidentifika
m asi dan meng gadakan sele eksi anak berrbakat dari 40 0 SD, belasan SMP dan SMU S
(1982). Saya ang karena alasan finansia al, kegiatan ini
i terhenti. Sehingga
S hannya sekitar 50 anak berba akat
y
yang dikirim belajar ke luar negeri oleh o pemerinttah, c.q. Balitbang (1986)), sementara BPPT meng girim
s
sekitar 100 orang.
Padahal bila diban ndingkan pen nting mana antara SDM dan SDA? Nisccaya lebih pe enting SDM. AtasA
d
dasar dua variabel utama itu, negara dan d bangsa di d dunia ini da apat diklasifikkasi menjadi empat
e kelomp pok.
Pertama, neg gara kaya SDAS dengan mutu SDM yang tinggi melahirkan negara maju dan makm mur.
C
Contohnya Ammerika, Kanad da, dan Cina.. Kedua, nega ara miskin SD
DA dengan mu utu SDM rend dah menghasilkan
negara miskin, seperti kebanyakan neg gara Afrika, Bangladesh.
B Ketiga, negarra miskin SDA A tetapi mem miliki
S
SDM mumpu uni, menghassilkan negara maju dan makmur m juga
a, seperti Jep pang, Jerman n, Swiss, Korsel,
S
Singapura, daan Taiwan. Keempat
Ke , negaara dengan SDA melimpah h, tetapi mutu u SDM rendah h, lahirlah neg gara
berkembang dengan kesenjangan yang g tinggi antarrkelompok kaya dengan miskin
m (Rokhmmin Dahuri, Koran
Ko
S
SINDO , Seninn 29 Septemb ber 2008, halaaman 6).
126
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Pertanyaan yang
y muncul, dimana posisi Indonesia?? Tidak sulit menjawab
m pe
ertanyaan ini, jika mau
jujur, maka
m posisi RII masih di poosisi keempat. Semoga dengan sikap ju ujur ini akan memacu dan n memicu
kita untu
uk terus maju u dan bermuttu menjadi ne egara tipe nommor satu, SDA A maupun SD DM unggul. Ba agaimana
caranya? Salah satu bahkan satu u-satunya jallan adalah melalui
m pendid
dikan, khusussnya pendidikkan anak
berbakat, dengan tan npa mengaba aikan pemera ataan pendidikkan, pendidikkan untuk sem mua (educatio ion for all
/EFA). Dengan
D syara
at utama sem mua untuk pe endidikan (alll for educatio
on/AFE), baikk pemerintah maupun
rakyat. Kita patut be ersyukur, kini pemerintah sadar konstittusi dengan menganggark
m kan 20 % APBN/APBD
untuk peendidikan, me eski masih te
ermasuk gaji guru
g dan dossen serta tena aga kependid dikan lainnya. Harapan
yang ada, semoga pe endidikan anaak berbakat ke embali menda apat tempat.
Bahkan kare ena meningka atnya kesada aran warga dan
d kemampu uan finansial kaum mene engah ke
atas, kin
ni kian banya ak warga ma asyarakat yanng ikut andil menyelengga arakan pendiidikan anak berbakat,
b
dengan nama beragam. Atau me enyekolahkan n anaknya di lembaga yang melayani anak berbakkat meski
dengan biaya berlipa at. Hingga terrkesan sekolaah mahal, karrena hampir semua
s biaya ditanggung orang
o tua
siswa. Salah satu contohnya
c ad
dalah SD Muh hammadiyah Sapen Yogya akarta. SDM Sapen mema ang telah
lama dikkenal tampil beda
b dengan inovasi kurikkulumnya, sep perti adanya Kelas
K PATAS atau Kelas Akselerasi.
Kini munncul rintisan baru
b : Kelas Cerdas
C ewa MIPA (gif
Istime ifted class). Tulisan deskripptif ini akan menyoroti
m
tiga massalah: 1) agaimana prosess pembelajara an IPA bagi anak
a gifted?; 2) apa saja problem,
p prosspek, dan
embelajaran IPA anak giftted?; dan 3)b
solusi pe bagaimana kiaatnya agar tak ada efek ne egatif adanya a kelas CI
MIPA?
DE PENELITIIAN
METOD
Jenis pe
enelitian yang
g dipakai ada alah penelitian
n deskriptif, suatu
s penelitiian yang sekkedar menggaambarkan
fenomen na apa adanyya, baik fenommena alamiah h maupun rekkayasa manussia, yang berlangsung saat ini atau
yang lammpau, tanpa ada
a perlakuan n (treatment) (Nana Syaod dih Sukmadinata, 2007:72)).
Selanjutnya Prof Dr Nana a Syaodih S menyebutkan n ada bebera apa jenis infoormasii yang diperoleh
dengan penelitian deskriptif
d ba
agi pemecaan masalah: Informasi te entang keada aan saat ini (present
conditio
on), Informasi yang kita ing
ginkan (whatt we may want nt), Bagaimanaa mencapainyya (how to geet there)?
AHASAN
HASIL DAN PEMBA
an fakta yang
Data da g ada dalam tulisan
t ini dip
peroleh antara lain dari : berita koran Kedaulatan Rakyat,
R 8
Septembber 2008, halaman 17 Saiaijan S.Ag, Juaara II Kasek Berprestasi
B Na
Nasional Jadi
di Kepala Seko
olah Sejak
Umur 26 Tahun , Wawancara
W la
angsung deng gan Saijan, S.Ag.
S Senin, 29 Septembe er 2008, pukul 08.00-
09.00 di Ruang 01 Ruang Kase ek dan Wakassek, Dokume en makalah Pengelolaan
P K
Kelas MIPA bagi
b Anak
Cerdas Istimewa : Sebuah
S Rintisa
san oleh Saijan, S.Ag., daan observasi PBM. Hasil penelitian
p desskriptif ini
akan dittampilkan dengan prinsip jurnalistik: 5W
5 + 1H ata au ASIKADIM MEGA (Apa SIapa
S KApan DImana
MEngappa baGAimana).
Apa? Kelas CIC MIPA
Siapa? SD Mu uhammadiyah h Sapen Yogyyakarta
Misi Sekolah : Dengan Sad dar Mutu, Meenjadi Sekolah h Unggul dan Model
Kapan? Tahu un Ajaran 20008/2009. Dasar Hukum: Surat Keputu usan Direkturr Jenderal Diikdasmen
Depdiknas No
o.: 509/C/K Kep/MN/200 02 Tanggal 6 Mei 2002.
Dimana? Jl. Bimokurd do 33 Yo ogyakarta TelpT (0274)) 556674 Fax.(0274) 586031
http://www.s
sdmuhsapen n-yog.sch.id, E-mail : infoo@sdmuhsa apen-yog.sch h.id
127
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Menggapa? Dalam rangka men ngembangkan n bakat sisw wa-siswa yangg memiliki po otensi di bid
dang
MIPAA, sebagai pen ngembangan dari Kelas Ce erdas Istimewwa yang suda ebelumnya, yakni
ah berjalan se
Kelass Akselerasi. Dengan
D perbeedaan kelas akselerasi
a 5 ta
ahun, sedangkkan kelas CI MIPA
M 6 tahun
n.
Bagaimana?
T
Tahapan Opperasional
Dengan latarr belakang ad danya keinginan untuk memberikan
m ayanan pendidikan yang berkeadilan bagi
la
s
seluruh peserta didik di sekolah,
s dan memberikan kesempatan bagi peserta a didik yang memiliki pottensi
kecerdasan dan
d bakat istimewa (CI/BI)), maka diben ntuklah kelass MIPA. Tujua
an lain agar siswa
s programm ini
mampu meng gembangkan kemampuan berfikir dan bernalar yang lebih komp prehensif secaara optimal, juga
j
d
dapat menge embangkan seluruh
s kreativitasnya den
ngan baik. Ad dapun tahapan operasion nal pembentu ukan
kelas MIPA deengan merancang hal-hal sebagai berikkut:
1. Aloka asi jam belaja
ar
2. Strukktur program
3. Strate egi pembelaja aran
4. Lama a belajar
5. Layan nan Bimbinga an Konseling
6. Sistem evaluasi
7. Laporan hasil bela ajar
8. Sistem kenaikan kelas
k
9. Indikkator keberhassilan
10. Rekruuitmen siswa
11. Guru
12. Upayya peningkatan mutu guru
Alasan Pem
A milihan Strate egi
Berdasar pen ngalaman empiris bahwa SD S Muhamam mdiyah Sapen n sudah mem mberi kesemp patan pada siiswa
untuk dapat mengoptimalkan potensinya melalui prrogram aksele erasi yang du
ulu diberi namma PATAS (Ce epat
T
Tuntas). Kelaas CI MIPA mengguna akan kurikulu um plus den ngan sistem perluasan (enrichment
e ) dan
pendalaman (to deepen) materi pada bidang studi Matematika dan IPA sertta penguatan n Bahasa Ingg gris.
Dalam praktikknya, pembellajaran kelas CI MIPA men nggunakan ko onsep pembe elajaran learn
ning by doing dan
mastery of learning
l dan pengantar pembelajaran
p dengan kon nsep bilinguaal, diharapkan n siswa mem miliki
kompetensi dalam
d ketiga bidang
b studi tersebut
t serta
a penguasaan n bahasa Ingggris baik aktif maupun pasiif.
Fasilitas Kela
as CI MIPA dilengkapi den ngan multi media
m eksi dengan internet maup
terkone pun intranet dan
ruangan yang g nyaman ber-AC. Untuk referensi sisw wa, telah dise
ediakan ruanggan perpustakkaan multi me edia
y
yang memilikki fasilitas pu
ustaka yang sangat lengkkap baik pustaka digital yangy meliputti pustaka viddeo,
a
audio, pdf, im
mage maupun pustaka maanual dengan n jumlah koleeksi 3600 bukku yang terdiiri dari buku fiksi
d nonfiksi.
dan
Siswaa CI MIPA da alam kesehariannya dipantau baik dala am hal kesehatan fisik ma aupun psikis oleh
o
t
tim dokter SDS Muhammadiyah Sapen dan psiko olog dari Fakkultas Psikoloogi UGM. Un ntuk mendukkung
kelancaran proses
p penyellenggaraan kelas
k CI MIPAA, telah diaddakan kerja sama
s (MoU) dengan Faku ultas
Psikologi UGM M dan Fakulta as MIPA UNY.
Prosees rekruitmen siswa kelass CI MIPA tela ah dilakukan beberapa wa aktu yang lalu u dengan me elalui
beberapa tah hap, yaitu : tahap
t psikotes, tahap tes akademik 3 bidang studi meliputi Mate ematika, IPA dan
Bahasa Inggrris, tahap tess kesehatan, dan surat ke esanggupan orangtua.
o Dari 424 siswa a yang mengikuti
128
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
tahapan
n tes di atas, jumlah sisw wa yang lolo os seleksi rekkruitmen prog gram CI MIPA A untuk tahu un ajaran
2008/20
009 berjumlah h 30 siswa.
Pengeloolaan Kelas MIPA
Alokasi jam m belajar
Waktu belaja ar tatap muka a diatur sama dengan prog gram reguler
Struktur pro ogram
Kurikulum ya ang digunakan kurikulum nasional yang g standar, naamun dilakukkan improvisasi alokasi
waktunya se esuai dengan tuntutan be elajar peserta a didik yang memiliki keccepatan bela ajar serta
motivasi belaajar lebih tinggi dibanding gkan dengan n siswa seusianya. Kurikulum kelas MIIPA pada
dasarnya sam ma dengan prrogram regula ar, perbedaan nnya adalah :
a. Terletak pada
p penyusu unan program m pengajaran (Program Tah hunan dan Prrogram Semesster)
b. Terletak pada penyusun nan silabus (p pemilihan materi esensial dand materi ku urang esensia al)
Strategi pem mbelajaran
a. Menekank kan kemampuan intelektual tinggi
b. Metode pe embelajaran : hafalan se edapat mung gkin dihindarii dengan me emberii tekan nan pada
inovasi/peenemuan(disccovery oriente ted). Dengan harapan tum mbuhnya kem mandirian sisw wa dalam
belajar.
c. Guru mera ancang kegiaatan belajar de engan mengg gunakan berb bagai macam metode yang g relevan:
diskusi, ek
ksperimen, sttudi lapangan, dsb.
d. Materi non aksanakan di luar tatap mu
n esensial dila uka/berupa pe enugasan.
Lama belaja ar
Sama dengan n kelas regula
ar (diselesaika an dalam wakktu 6 tahun)
Layanan Bim mbingan Ko onseling
a. Dilakukan agar potenssi keberbakatan tinggi ya ang dimiliki siswa,
s dapatt dikembang gkan dan
tersalur se
ecara optimall.
b. Diperlukann untuk me enjaga terjadinya keseim mbangan an ntara perkem mbangan ke ecerdasan
intelektua
al, emosional dan
d spiritual serta
s sosial.
c. Diperlukan untuk menccegah dan me engatasi mun nculnya potensi negatif darri diri siswa.
Sistem evalluasi
a. Aspek ko ognitif, dibe erikan dalam bentuk ulan ngan harian ditambah tu ugas, ulangan umum
semester, serta ujian nasional
n tulis
b. Aspek psik komotorik, diberikan dalam bentuk ujian praktik, nilai inovasi, diskusi, dem monstrasi,
studi lapangan/studi ka asus, dan seb bagainya.
c. Aspek afeektif dengan ketuntasan
k baaik.
Laporan hasil belajar
Pembagian ra apor dilaksanakan setiap akhir
a semeste er sesuai denggan schedule .
Sistem kena aikan kelas
a. Bila seoraang siswa tidaak memenuhi kriteria ketun ntasan belajar, maka dilakukan remedia al
b. Siswa dap pat kembali ke kelas regula ar, bila :
1) Atas peermintaan sen ndiri dari siswwa dan orang tua.
2) Sesuai pengamatan dan hasil eva aluasi bahwa siswa tersebu ut tidak layakk meneruskan n.
Indikator keberhasilan
k n
Dari pemanttauan selama a ini dengan n out come: 90% diterim ma di SMP ternama,
t unttuk kelas
akselerasi sebelumnya, un ntuk kelas CI MIPA diharap pkan lebih tinggi.
129
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Rekrrutmen sisw wa
a. Peenjaringan
Siswa diselek ksi secara ketat, me enggunakan kriteria da an prosedur yang da apat
dipertanggungjjawabkan.
b. Krriteria selekssi : informasi data diri objektif
o (akaddemik, hasil pemeriksaan psikologis) dan
informasi data diri subjektif (kesehatan, persetujuan
p o
orang tua, pengamatan dan wawancara a)
c. Akkademik
1)) Nilai raport 5 bidang stud di rata-rata minimal
m 8,50
2)) Nilai tes Akaademik minim mal 8,0
d. Hasil
H pemerikssaan Psikolog gis (psiko-tes)).
Guruu
Guru akselerasi adalah guru ya ang :
a. Memiliki
M pema ahaman tenta ang perlunya layanan pend didikan bagi anak
a berbakaat/unggul
b. Memiliki
M ketrrampilan mem milih strategi pembelajara an, menyusun program kerja, k melakuukan
e
evaluasi pembelajaran bag gi siswa akseleran
c. Kemampuan
K untuk me entransformassi pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan seg gala
k
kemampuann nya kepada sisswa
d. Memiliki
M komitmen dalam melaksanakan tugas.
Upay ya peningka atan mutu guru
a. Pelatihan
P guru akseleran : pelatihan pendahulua an sebelum mengajar
m (in
nformasi tenttang
P
Penyusunan Program
P Kerja
a, Kalender Akademik,
A Stra
ategi Pembela ajaran, dan Evaluasi)
E
b. Pelatihan
P Penningkatan Muttu
c. MGMP
M guru akseleran se ecara berkala a : pengembangan teknikk dan metod de pembelajaran,
p
pemilihan maateri esensial dan
d non esen nsial, dan lain-lain.
7. Keeterangan Tambahan:
T K
Kendala, Solusi, dan Faktor Pendukung
a. Kurikulum
K : keterbatsan
k w
waktu dan sarat materi, diisiasati denga an memili ma ateri esensial dan
n
nonesensial.
b. Pengalaman
P belajar
b siswa : pengemban ngan diri relattif kurang karrena harus memahami materi,
l
latihan soal, dan
d evaluasi, diatasi selalu u ada evaluasi program.
c. Kondisi
K psiko
ologis siswa : adaptasi 3 bulanb pertama rata-rata siswa stres, so osialisasi den
ngan
t
teman-teman n reguler kurrang. Diatasi dengan sela alu menginga atkan kerjaka an tugas den ngan
s
sesegera mungkin sebaga ai konsekuen nsi di kelas CIC MIPA, aga ar setela tugas selesai da apat
b
berbaur denggan teman lain n.
d. Faktor
F pendu ukung : input, kurikulum m, tenaga ke ependdikan, fasilitas, dana, manajem men,
l
lingkungan, dan
d PBM.
DAFTAR
R PUSTAKA
C
Conny Semiawan. 1997. Perspektif
P Pen
ndidikan Anakk Berbakat. Jakarta : PT Grrasindo.
Hallahan Danniel P & M. James Kaufffman. 1982. Exceptional Children
C w Jersey: Prrentice- Hall Inc.
. New
Engle
ewood Cliffs.
Mel Silberman. 2001. Acti
tive Learning 101 Strategi Pembelaaran n Aktif. Yogyaakarta : Yapp
pendis Yaya
asan
Peng
gkajian dan Pe
engembangan n Ilmu-ilmu Pendidikan
P Isla
am.
h S. 2007. Me
Nana Syaodih etode Penelitia
ian Pendidikan
n. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
R UPI.
130
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Paulus Hariyono
H d. 2008. Mend
Ed dongkrak Kuaalitas Pendidikkan. Semarang : Mutiara Wacana.
W
Saijan.2008. Pengelo lolaan Pembeelajaran MIPA
PA bagi Anakk Cerdas Isttimewa: Sebu
buah Rintisan
n : Tidak
Diterbitkan.
Sri Sulsttyorini.2007. Model Pembeelajaran IPA Sekolah
S Dasaar dan Penerap
apannya dalam
m KTSP. Yog
gyakarta :
Tiara Wacana FIP Jurussan PGSD Unn nes.
o & Dihad Hissyam.2000. Refleksi
Suyanto R dan Reformasi Peendidikan di Indonesia Memasuki
Me Mileenium III.
Yogyakarta : Adicita.
131
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-14
IMPLEME
ENTATION EXPERIME
ENT APPLIE
ES INQUIR
RY MODEL TO
T IMPROV
VE SCIENC
CE
PROCESS
P S
SKILL OF XI
X LEVEL SMA STUDENTS
Aguss Suyatna
(Ph
hysic Educatio
on Study Prog
gram The Univversity of Lam
mpung)
ABS
STRACT
The aim ofo this study were: (1) to o improve scie ience processs skill of XI Level
L SMA sttudents, (2) to
t
increase thhe percentage e of physics mastery
m learn
ning, (3) wan nts to know th
he students comment
co abouut
applies expperiment usin ng guided inqquiry model. This
T study waas an action research
r whicch was done in
i
SMAN IX Bandar
B Lamp pung. This reesearch was divided
d into 3 cycles, eacch cycle conssist of 4 steps
ps,
which werere planning, im mplementing,, observating,, and reflectin ng. The resullts of the stud
dy shows: ( 1)
1
there is upplifting of scie
ence process skill including
g ability to foormulate hypoothesis, does measuremen nt,
executes experiment
e procedure,
pr doees observatioon, process andan data analylysis, interpret
etation of data
ta,
concludes,, writes reporrt and commu unicates the result of expe periment to cla
lassmate and d teacher, from
m
cycle to cyycle; ( 2) 75%% student obttains score more
m than 75;
5; and ( 3) The
he impression of students to t
implementtation of expe eriment appliees inquiry moddel is positivee
Keywords
s: experimentt applies inqu
uiry model, science processs skill
PENDAHULU
UAN
132
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
perlu waaktu yang cukup untuk memberikan pe enjelasan keppada siswa. Sehingga
S ekspperimen belum m selesai
nakan, waktu belajar sudah
dilaksan h habis. Kalau dijadwalkan n di luar jam pelajaran Fissika sulit dilaksanakan
karena kesibukan gu uru dan aktivvitas siswa ya ang cukup pa adat. (3) Belu um memiliki pedoman ekksperimen
yang ba aik. Pedoman n eksperimen n yang ada bersifat
b memmverifikasi sua atu teori yanng sebelumnyya sudah
disampa aikan kepada siswa. Eksp perimen belum m mengarah kepada men nemukan sua atu jawaban terhadap
permasa alahan dan be elum mengara ah kepada pe enumbuhan ke eterampilan proses
p IPA.
Salah satu fuungsi dan tujuuan mata pela ajaran fisika di
d SMA dan MA M adalah seb bagai sarana memberi
pengalaman untuk dapatd mengajukan dan me enguji hipotesis melalui pe ercobaan: me erancang dan n merakit
instrumeen percobaan, mengump pulkan, meng golah, dan menafsirkan
m data, menyususn lapora an, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan terttulis (Depdikn nas, 2003). Tanpa melakksanakan
eksperimmen yang seb benarnya makka maksud, fungsi, dan tu ujuan pembe elajaran fisika di SMA dan MA tidak
akan me encapai sasarran.
Berdasarkan hasil diskusi dosen deng gan guru Fissika kelas XI X IPA SMAN 9 Bandar Lampung, L
disepakaati untuk men ningkatkan ke eterampilan proses
p IPA/fissika siswa keelas XI IPA de engan menge efektifkan
kegiatann eksperimen n dalam pem mbelajaran Fissika. Kendala yang terjad di selama ini dalam melaksanakan
eksperimmen akan diccari solusinya a dengan carra menerapka an model inkkuiri terbimbing. Melalui kegiatan
eksperimmen dengan model pemb belajaran inkkuiri terbimbing, siswa akkan dilatih merumuskan
m masalah,
menyusun hipotesis, melaksanaka an prosedur percobaan,
p me elakukan pengukuran, me elakukan peng gamatan,
mengola ah dan menganalisis datta, menginterpretasi data a dan menarrik kesimpula an. Dengan demikian
diharapkkan keteramp pilan proses IPPA/fisika sisw
wa dapat terbe entuk.
Berdasarkan uraian di d atas maka dirumuskan
d m
masalah sebag gai berikut:
1) Apakah den ngan menera apkan mode el inkuiri te erbimbing pa ada kegiatan n eksperimen n dalam
pembelajaran n Fisika dapatt meningkatka an keterampilan proses IP PA?
2) Apakah siswa a dapat meng guasai materi dengan baikk setelah men ngikuti pembe elajaran denga an model
inkuiri terbim
mbing pada ke egiatan ekspe erimen?
3) Bagaimana sikap siswa terhadap penerrapan model inkuiri i terbimbing pada kegiatan eksperrimen?
Rendahnya keterrampilan prosses IPA/Fisika dimungkinka an karena keg giatan eksperiimen yang me erupakan
jantungnnya pembela ajaran Fisika belum berja alan secara efektif. Oleh h karena itu untuk meningkatkan
keterammpilan prosess IPA/Fisika siswa kelas XI IPA akan dilakukan dengan men ngefektifkan kegiatan
eksperimmen. Pelaksan naan eksperimmen selama ini i belum berrjalan efektif dikarenakan ada sejumlah h kendala
dalam pelaksanaanny
p ya sebagaima ana yang telah h diuraikan pa ada pendahuluan.
Untuk mengefektifka
m an pelaksana aan eksperimen perlu dikkembangkan sejumlah pro osedur atau langkah-
langkah inovatif untu uk mengatasi berbagai ken ndala yang seelama ini terja adi dalam pelaksanaan ekksperimen
di SMAN 9 Banda ar Lampung.. Dengan de emikian, tidaak ada alasa an bagi guru u Fisika unttuk tidak
melaksaanakan ekspe erimen deng gan benar. Efektivitas eksperimen
e ditunjukkan melalui pen ningkatan
keterammpilan proses IPA siswa darri siklus ke sikklus.
Indikator darri keterampila an proses IPA A yaitu siswa a dapat menyyusun hipote esis yang tepa at, dapat
melakukkan pengukuran dengan benar, melaksanakan pro osedur ekspe erimen denga an benar, melakukan
m
pengam matan dengan n benar, dapa at mengolah dan menganalisis data, dapat meng ginterpretasi data
d dan
menarikk kesimpulan dengan benar. Langkah--langkah di atas a merupakkan tahapan kegiatan pad da model
pembela ajaran inkuiri. Dengan me emadukan ke egiatan ekspe erimen pada model pemb belajaran inku uiri maka
diharapkkan dapat me eningkatkan keterampilan
k p
proses IPA.
IPA merupakan kumpula an pengetah huan tentang g obyek ata au gejala ala am yang te elah diuji
kebenarrannya (Hung geford et al., 1990). IPA mencakup
m dua a aspek yaitu u IPA sebagaii proses, yang dikenal
dengan metode ilmia ah dan IPA se ebagai produk yang diken nal dengan bo ody of knowleledge (Trowbrridge and
133
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
134
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Model meng gajar inkuirii merupakan n salah satu model ko ognitif yang diunggulka an untuk
pembela ajaran sains di sekolah. Perlunya gu uru sains merancang prrogram pemb belajaran sains yang
berbasiss inkuiri telah ditekankan n sejak lama a oleh para pakar
p pendiddikan dan pa akar pendidik kan sains
(NRC, 1996;
1 Rutherrford & Ahlgrreen, 1990; Trowbridge & Bybee, 19 990). Trowbriidge & Bybee (1990)
memperrkenalkan mo odel inkuiri se ebagai suatu u proses pend definisian dann penyelidika an masalah, formulasi
f
hipotesis, merencan nakan ekspe erimen, me engumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Inkuiri
merupakan suatu prosesp bagi siswa untuk k memecahk kan masalah,, merencana akan dan melakukan
eksperimmen, mengum mpulkan dan n menganalissis data, dan menarik kessimpulan (Ru ustaman, 200 05). Jadi,
dalam pembelajaran
p n berbasis ink kuiri, siswa terlibat
t secara mental dan n secara fisikk untuk mem mecahkan
masalah h yang dibe erikan guru. Mengajar sains melalui inkuiri memerlukan m suatu metode yang
melibatkkan siswa da alam pembe elajaran. Artin nya strategi inkuiri men nempatkan siswa
s sebagaai subjek
belajar. Siswa berpe eran untuk menemukan
m s
sendiri inti da
ari materi pelaajaran itu senndiri. Sedanggkan guru
sains be ertindak seba agai agen pe erubahan, membantu
m pe
engembangan n perubahan dalam men ngajarkan
sains, menyiapkan
m peralatan
p dan
n bahan, duk kungan moral, dan memb beri motivasi. Implikasi da ari inkuiri
dalam pembelajaran
p n sains men nuntut guru untuk meny yiapkan kegiatan yang memungkinka
m an siswa
mengide entifikasi dann mereviu informasi seca ara kritis. Dalam pembelajjaran inkuiri guru bertinda ak bukan
sebagai sumber bela ajar, tetapi sebagai fasilittator dan mo otivator belaja
ar siswa. Men nurut Sanjaya a (2007),
kriteria keberhasilan dari proses pembelajara an inkuiri bukkan ditentuka an oleh sejau uh mana sisw wa dapat
mengua asai materi pelajaran,
p akan tetapi sejauhs mana a siswa beraktivitas menccari dan me enemukan
sesuatu..
Sebagian bessar penelitian pembelajara an berbasis inkuiri sudah dilakukan dala am bidang stu udi Fisika,
antara lain sebagai berikut: Ra asagama (20 007) melaku ukan eksperim men dengan n menerapkan model
pembela ajaran inkuiri terbimbing pokok
p bahasa an proses litoosfer dan atmmosfer bumi untuk meningkatkan
pemahaman konsep p dan keterrampilan berrpikir kritis siswa SMP. Hasil pen nelitian menunjukkan
pembela ajaran metod de inkuiri terrbimbing meningkatkan
m keterampilan berpikir krritis siswa le ebih baik
dibandinng metode ce eramah.
Saraswati (2003) melakukan penelitian tindakan kelas k dengan menerapkan model latiha an inkuiri
(MLI) pada konsep Rangkaian lisstrik dalam upaya u menum mbuhkan keb beranian sisw wa untuk mengajukan
pertanya aan dan mengemukakan gagasan g siswa kelas 3 SLT TP, setelah pe embelajaran dengan MLI sebanyak
s
dua sikllus dengan duad tindakan n untuk masiing-masing siklus,s dan lim
ma tahap tin ndakan pada masing-
masingn nya yaitu: (a)) menyajikan n masalah, (b b) pengumpu ulan data, (c)) eksperimen ntasi, (d) pe erumusan
penjelassan, dan (e) analisis inku uiri, diperolehh hasil telah h tumbuh keb beranian siswwa untuk mengajukan
pertanya aan dan men ngemukakan gagasan
g selama dua siklus dengan hassil pada siklus satu 42% dan d pada
siklus dua meningka at menjadi 55 5%. Namun penerapan MLI M ini belum m dapat mendorong siswa a kelas 3
mencapai ketuntasan n belajar seca ara peroranga an maupun se ecara klasikal sesuai standa ar Depdiknas. Kendala
utama yang
y dihadapii guru adalah siswa masih mengalami kesulitank untu
uk menemuka an sendiri konnsep yang
sedang dibelajarkan sehingga peran p guru yang
y seharussnya hanya sebagai
s fasilitator belum tercapai
sepenuh hnya karena masih
m harus membantu
m sisswa dalam proses penemu uan konsep. Respon
R siswa terhadap
model laatihan inkuiri baik.
Limba (2004 4) mencoba menerapkan
m MLI di SLTP untuk menin ngkatkan kete erampilan proses dan
penguassaan konsep p perpindah han kalor, dan sekalig gus mengun ngkap penge embangan semangat
s
berkreattivitas siswa. Di samping itu, penelitia an ini juga dilakukan
d unttuk mengembangkan kem mampuan
penyeliddikan siswa secara
s sistem
matis berdasarrkan fakta ya ang akrab de engan kehidu upan sehari-hari. Hasil
penelitia
an menunjukkan bahwa peningkatan
p k
keterampilan proses sainss dan pengua asaan konsep p setelah
siswa teerlibat dalam pembelajaran konsep perrpindahan ka alor dengan menggunakan
m n model latiha an inkuiri
135
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
lebih baik se ecara signifikkan daripada a siswa yang g mengalami pembelajarran biasa. Siswa S mengalami
peningkatan semangat be erkreativitas. Kendala yanng dihadapi yaitu waktu pembelajaran kurang se esuai
d
dengan yang direncanakan n dalam renca ana pembelajjaran.
Yusra
an (2003) mengembangk
m kan dan men nerapkan pem mbelajaran berbasis
b inku
uiri pada kon nsep
Fluida Tak Beergerak untuk k meningkatkkan penguasaa an konsep sisswa SMU. Hasil penelitian ini menunjukkkan
a
adanya peninngkatan peng guasaan konssep siswa ya ang terlibat dalam
d pembe elajaran berb
basis inkuiri le
ebih
t
tinggi dari pa
ada yang terllibat dalam pembelajaran
p biasa pada taraf
t signifika
ansi 5%, dengan peningka atan
rata-rata kelaas eksperime en 21% dan kelas kontrol 13%. Pada umumnya siswa s menyukkai pembelaja aran
berbasis inkuuiri. Faktor peengalaman da an kemauan siswa dalam m belajar serta a menggunakkan LKS men njadi
kendala selamma pelaksanaan pembelaja aran ini.
Denggan menerapk kan pembelajjaran inkuiri, siswa dihada apkan pada pengalaman
p k
kongkrit sehin
ngga
s
siswa belajar secara aktif, dengan tingkkat kemampu uan yang berb beda dapat bekerja pada masalah-masa
m alah
s
sejenis dan berkolaborassi untuk men nemukan pem mecahannya, mengemban ngkan ketera
ampilan mene eliti,
mengambil ke eputusan. De engan menera apkan pembeelajaran ini, maka
m keteram mpilan proses sains siswa akan
a
meningkat. Dengan
D dukuungan teori dan melihatt hasil-hasil penelitian te erdahulu yan
ng menunjukkkan
pembelajaran n inkuri dap pat meningkatkan pem mahaman ko onsep dan keterampilan berpikir krritis,
menumbuhka an keberania an siswa untuk
u mengajukan perttanyaan dan n mengemukkakan gagasan,
meningkatkan n keterampila an proses sa ains dan pengguasaan konsep, maka penerapan
p moodel inkuiri pada
p
kegiatan ekspperimen, di saamping akan dapat mening gkatkan keterrampilan prosses IPA/Fisika
a juga akan da apat
meningkatkan n penguasaan n materi siswa a.
METODE PE
ENELITIAN
Penelitian dilaksanakan secaras kolabooratif antara dua orang guru fisika kelas XI den ngan satu orrang
d
dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila. Penelitian dilaksanakan di Laborattorium Fisika a SMA Nege eri 9
Bandar Lampung. Waktu u penelitian mulai dari persiapan, perencanaan,
p , sampai de engan pelapo oran
d
dilakukan elama 7 bulan. Persiap
se pan dilaksana akan mulai bulan Mei sampai den ngan Juli 20 008.
Pelaksanaan tindakan diimulai pada bulan Agusttus sampai dengan Septtember 2008 8. Materi yangy
d
dibelajarkan adalah materi kelas XI se emester ganjil KTSP SMA Negeri
N 9 Bandar Lampung g.
S
Subjek pene elitian adalahh siswa kelass XI IPA5 SM MA Negeri 9 Bandar Lampung. Jum mlah siswa kelas
k
t
tersebut seba anyak 42 ora ang yang terddiri dari 16 siswa laki-laki dan 26 pere
empuan. Kem mampuan kog gnitif
s
siswa beraga am, ada yan ng pintar, se edang, dan kurang. Pad da umumnya kemampuan n kognitif siswa
s
sedang. Keteerampilan pro oses IPA sisw
wa rata-rata re endah.
Peneelitian ini merupakan pene elitian tindaka
an kelas (PTKK) yang dilakssanakan sebaanyak tiga sikklus.
S
Setiap sikluss terdiri dari tahap peren ncanaan, pellaksanaan tin ndakan, obse ervasi-evalua
asi, dan refle eksi.
Masing-masin ng siklus dila
aksanakan da alam tiga perrtemuan. Pad da tahap pere encanaan dissusun RPP. yang
y
memuat pe erumusan tujuan/kompe
t etensi, pem milihan dan pengorgan nisasian ma ateri, pemiliihan
s
sumber/med ia pembelaja aran, skenarioo pembelajarran, dan penilaian hasil belajar.
b RPP disusun
d bersaama
o
oleh guru fissika kelas XI dan dosen mitra.
m Penyussunan RPP dimulai denga an diskusi gurru fisika kelas XI
d
dan dosen mitra.
m Pelaksaanaan tindakkan pembelajjaran dimula ai dengan me enunjukkan suatu fenom mena
f
fisika, kemudian mengajjukan pertan nyaan-pertan nyaan kepada a siswa untuk mengetahui penguassaan
s
siswa terhad dap konsep te ersebut. Berddasarkan fen nomena yang g ditunjukkann tersebut guuru merumusskan
beberapa ma asalah untuk k dicarikan jawabannya melalui kegiatan eksperiimen. Melalui diskusi kelas k
d
disusun hipo
otesis atau ja awaban seme entara terhad dap masalah yang diajuka an. Selanjutnnya siswa dib bagi
d
dalam sepulu uh kelompok k. Setiap kelo ompok terdirri dari empatt sampai lima a orang yangg kepandaian nnya
bervariasi (p penentuannya a berdasarkan kepada nillai raport kelas X semestter genap). SetiapS kelom
mpok
136
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
dengan bantuan LKS S melakukan n serangkaian n kegiatan (eeksperimen) untuk meng guji hipotesis. Selama
kegiatann eksperimen n berlangsun ng, guru mem mberikan ara ahan dan bim mbingan kep pada siswa. Demikian
D
juga pa ada waktu penarikan kesimpulan,
k guru meng gajukan perttanyaan-perttanyaan yan ng dapat
mengara ahkan siswa kepada pena arikan kesimp pulan. Pada a akhir setiapp eksperimen salah satu kelompok
k
mempre esentasikan hasil
h percobaannya di dep pan kelas. Ob bservasi prosses pembelajaran dilakuka an terus-
menerus oleh dosen n dan salah seorang guru selama kegiatan pemb belajaran berlangsung. Observasi
O
mencak kup pengama atan aspek keterampilan n proses IPA A/Fisika setiaap individu siswa, pen ngamatan
terhadap pelaksanaa an guru mengajar, pengu uasaan materri yang dibela ajarkan, dan sikap siswa terhadap
model pembelajaran
p n yang diterappkan. Dua orrang guru anggota penelittian ini bertugas sebagai pengajar
dan pen ngamat. Sed dangkan dossen bertindak k sebagai pengamat dan mereview pelaksanaan
p t
tindakan.
Pada ak khir setiap siklus
s dilaksa
anakan tes fo ormatif. Peningkatan ketterampilan proses
p IPA/Fisika dan
tingkat penguasaan materi siswa a merupakan indikator keb berhasilan prrogram penge embangan in ni. Aspek
yang diuukur adalah kemampuan:
k : merumuskan hipotesis, melakukan
m pe
engukuran, melaksanakan
m prosedur
eksperim
men, melakuk kan pengama atan, mengolah dan menganalisis data a, menginterrpretasi data, menarik
kesimpuulan, menulis laporan dan mengkomunikasikan hasil eksperimen n kepada tem man sekelas dan
d guru,
serta peenguasaan materi.
m Pada akhir setiap siklus dilakssanakan refle eksi dalam bentuk
b diskussi antara
dosen mitra,
m guru, dan
d wakil sisw wa. Pada disk kusi dibicarakkan berbagai kelemahan yang y masih dirasakan
d
pada pe elaksanaan pembelajaran
p n pada suatu siklus dan upaya yang perlu dilakuk kan untuk mengatasi
m
kelemahhan tersebut untuk perba aikan pada siklus berikutn nya. Diskusi didasarkan
d keepada hasil observasi
o
dan evaaluasi.
Data hasil te
es formatif diianalisis seca
ara kuantitatiff dengan me enghitung sko or rata-rata kelas
k dan
persentaase siswa ya ang sudah mencapai ketu untasan belajjar, yaitu me emperoleh sk kor 75 atau lebih dari
skor maaksimum 100 0. Data hasil observasi ke eterampilan proses
p IPA dianalisis
d deng gan menghittung skor
rata-rata
a dan persen ntase siswa yaang sudah te erampil (mem mperoleh skorr 3 ke atas da ari skor makssimum 4)
untuk setiap komponen keteram mpilan proses IPA. Data hasil kuesion ner dianalisiss dengan me enghitung
persentaase siswa yang menyatak kan sangat tidak
t setuju,, tidak setuju , setuju, dan sangaat setuju
pada seetiap pernyataaan kuesione er.
137
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
berperan seb
bagai pendeengar setia. Baru sebagia an kecil sisw
wa yang ma au dan mam mpu memberiikan
t
tanggapan te
erhadap peny
yajian hasil ek
ksperimen.
Ta
abel 1: Data a keterampilan proses IPA
A siswa setiap
p siklus
% skor 3 Skor rata-rrata
per siklu
us
No Aspek
1 2 3 1 2 3
1 Me
erumuskan hipotesis 0 7 45 1
1,1 2,0 2,3
2 Me
elakukan pen
ngukuran 10 37 88 2
2,1 2,3 2,9
3 Me
elakukan pen
ngamatan 0 32 79 2 2,2 3,0
4 Me
elaksanakan prosedur
p 0 15 67 2 2,0 2,7
5 Me
engolah dan menganalisiss data 0 12 86 2 1,9 2,8
6 Me
enginterpreta
asi data 10 10 60 1
1,3 1,3 2,4
7 Me
enarik kesimp
pulan 0 7 60 1 1,3 2,5
8 Me
enulis laporan
n dan 0 7 31 1 1,3 2,2
9 Me
engkomunika
asikan hasil 0 0 19 1 1,1 1,4
Ra
ata-rata 2 14 59 1
1,5 1,7 2,5
Sema angat, ketek kunan, keserriusan dan kerjak keras dalam mela aksanakan ek ksperimen pada
p
pertemuan pertama
p siklus pertama masih
m tampak k sangat kura ang. Namun secara
s perlah
han-lahan terrjadi
perubahan setelah guru berkeliling dari satu kelo ompok ke kelompok lain untuk mengo ontrol kemajjuan
pekerjaan sisswa, membe erikan bimbinngan, dan menegaskan
m p
pentingnya m
memiliki keteerampilan pro oses
IPA untuk masa depan mereka.m Pada awalnya sisw wa belum terrampil melaksanakan prossedur percob baan
s
sehingga unttuk satu perccobaan saja pada
p pertemu uan yang perrtama, dibutu uhkan waktu hampir dua jam
pelajaran. Siswa melakuk kan percobaa an dan meng gikuti proseddur tanpa me engetahui ma aksudnya. Siswa
j
juga kurang berinisiatif untuk
u menga atasi kendala a yang terjadi pada alatt yang merek ka pakai. Ke etika
d
diminta untu
uk membuatt dugaan se ementara ata au hipotesis, siswa nam mpak bingung g. Mereka tidak
t
terbiasa dengan cara pembelajaran seperti
s ini. Untuk
U mengatasi hal ini, pada siklus kedua dilaku ukan
perbaikan LK KS. Pada LKS S yang baru, siswa tidak membuat pe erumusan hip potesis dari nol,
n tetapi siswa
t
tinggal melenngkapi kalima at sehingga menjadi hipo otesis yang leengkap. Dem mikian juga taabel pengama atan
y
yang semula harus diranccang sendiri oleh siswa, pada LKS yang baru telah disediakan tabel yang siap
d
diisi berdasa arkan hasil pengukuran.
p Untuk men ningkatkan kemampuan
k siswa dalamm mengolah dan
menganalisiss data, pada siklus ketiga dilakukan perbaikan
p LKS pkan tempat untuk memb
S yaitu disiap buat
g
grafik hubunngan antara dua variabell yang diama ati. Sumbu-ssumbunya telah dibuatkan, siswa ting ggal
menggambarrkan grafikny ya berdasarkaan kepada tab bel hasil penggamatan dan n perhitungann.
Pada awalnya sisw wa merespon n negatif yaittu menyoraki kelompok lain yang mem mbuat kesalah han.
G
Guru tidak menegur
m sisw
wa yang membuat kesalah han maupun siswa yang menyoraki.
m G
Guru juga beelum
f
fokus m membimbing siswa karena
dalam k belum biasa melaksanakan
m pembelajarran seperti ini.
Pelaksanaan percobaan pada pertem muan kedua a masih perrlu waktu ya ang cukup lamal (satu jam
pelajaran), namun
n sudah h lebih baik dibandingkan pertemuan n yang perta ama. Pada akhir pertemu uan,
g
guru mengarrahkan siswa untuk pembuatan laporan dan menya ampaikan sisttematika lapooran.
138
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
T
Tabel 2: Ha
asil tes formattif setiap siklu
us
Hasil tes
s formatif se
etiap siklus
Aspek
1 2 3
Rata-rata
a nilai formattif 5,0 6,0 7,0
Tertinggi 10 9 10
Terendah 3 5 5
% tuntass (memperole
eh skor 75) 18% 19% 60%
%
Sikap siswa
s terhaddap penerap pan eksperim men model inkuiri
i terbimbing
Berdasarkan pengalaaman penelitian ini, mene erapkan mode el inkuiri terb
bimbing pada kegiatan ekksperimen
selama tiga siklus atau 9 kali peertemuan yan ng mencakup p enam maca am eksperim men memerlukkan lebih
banyak waktu diband dingkan dengan pembelaja aran topik yan
ng sama deng gan cara cera amah dan latihan soal.
Ceramahh dan latihan soal cukup efektif
e untuk meningkatkan
m n kemampuan n kognitif sisw
wa namun tidaak efektif
untuk menumbuhkan
m n keterampilann proses IPA.
139
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
T
Tabel 3: Tanggapan sisw
wa terhadap im
mplementasi eksperimen menggunakan
m n model inkuiri terbimbing
Tangg
gapan
No. Pern
nyataan SS S TS STS
J
Jmh % Jmh % Jmh % Jmh %
1 Perma asalahan yg dia angkat untuk setiap
s LKS 6 16 32 84 0 0 0 0
menan ntang untuk dik kerjakan
2 Waktu u yg disediakan n untuk mengerrjakan LKS 1 3 6 16 29 76 2 5
mencu ukupi
3 Denga an mengikuti prosedur eksperimen
e 8 21 22 58 8 21 0 0
pada LKS, saya dap pat menemukan n jawaban
dari peermasalahan
4 Proseddur yang haruss dikerjakan cukup jelas 2 5 30 81 5 14 0 0
dan da apat dipahami
5 Pertannyaan-pertanya aan yang dimiinta untuk 3 8 33 87 2 5 0 0
didiskuusikan menun ntun saya unttuk dapat
mema ahami materi
6 Denga an mengikuti prosedur eksperimen
e 5 13 31 82 2 5 0 0
yang ada
a pada LKS, saya dapat me emutuskan
apakah hipotesis yang y diajukan
n diterima
atau ditolak
d
7 Saya merasa
m diajak untuk
u aktif berpikir 9 24 24 63 5 13 0 0
8 Belajar Fisika denga an cara ini me enarik dan 9 24 27 71 1 3 1 3
tidak membosankan
m
9 Saya tidak perlu mennghapalkan 2 5 10 26 22 58 4 11
konsep p/prinsip pada a materi Fisikka karena
konsep p/prinsip yan ng diperoleh h selama
pembe elajaran sepe erti ini tidak akan
terlupaakan
10 Sebeluum pembelajarran seperti ini saya tidak 1 3 23 61 14 37 0 0
menge etahui bagaaimana meerumuskan
hipoteesis
11 Sekara ang saya mengetahui
m b
bagaimana 5 13 30 79 3 8 0 0
merum muskan hipotessis
12 Pada pelajaran IP PA/Fisika di SMPS saya 3 8 18 47 15 39 2 5
pernah h mengalami pembelajaran
p se
eperti ini
13 Baru sekarang inilah saya bela ajar fisika 2 5 15 39 19 50 2 5
denga an cara seperti ini
14 Denga an belajar Fiisika seperti ini, saya 9 24 26 68 3 8 0 0
menja adi memahami cara kerja ilmia ah
15 Pada awalnya saya a tidak dapatt menarik 7 18 26 68 5 13 0 0
kesimp pulan, setelah h praktik bebe erapa kali
saya dapat
d membua at kesimpulan dari data
yg perroleh
16 Sekara ang saya bisa dan berani menyajikan
m 4 11 21 55 13 34 0 0
hasil eksperimen
e di depan
d kawan-kkawan dan
guru
17 Setelah saya belajarr Fisika dengan cara ini, 5 13 21 55 12 32 0 0
saya memperoleh
m gaagasan untuk melakukan
m
penelittian dalam bida ang Fisika
Rata-rrata 4
4,8 12,5 23,2 61,3 9,3 24,5 0,6 1,7
7
Keterangan
n:
S Sangat se
SS: etuju, S : Setuju, TS: Tidakk setuju, STS
S: Sangat tidak setuju
140
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
merasa waktu yang disediakan untuk melakukkan eksperim men tidak men ncukupi. Men nurut siswa, LKS
L yang
disusun cukup baik, permasalahan
p n yang diangkkat cukup menantang untu uk dikerjakan,, prosedur ekksperimen
mengara ahkan siswa untuk mene emukan jawab ban dari permasalahan dan
d memutusskan apakah hipotesis
yang diajukan diterrima atau ditolak. Siswa a setuju bahhwa belajar dengan carra ini menarrik, tidak
membossankan, dan mengajak
m unttuk berpikir. Sebagian beesar siswa me
enyatakan bah hwa belajar seperti
s ini
merupakkan pengalamman baru bagi mereka. Me ereka menjadi memahami cara kerja ilmmiah, bahkan sebagian
besar siiswa menyata ng saya bisa dan berani menyajikan hasil
akan, sekaran h eksperim
men di depan n kawan-
kawan dan
d guru serta a merasa memmperoleh gag gasan untuk melakukan
m pe
enelitian dalam
m bidang fisikka.
PENUTU
UP
Berdasarkan hasil dan pembahasa an maka dapa at disimpulkan n sebagai berikut:
1. Pen nerapan mode bimbing pada kegiatan eksperimen dalam pembelaja
el inkuiri terb aran Fisika settelah tiga
siklus yang te erdiri dari enam macam m eksperimen, dapat menumbuhkan
m n dan meningkatkan
keterampilan proses
p IPA yang menca akup kemam mpuan mela akukan peng gukuran, melakukan
penngamatan, melaksanaka an prosedu ur eksperim men, mengo olah dan menganalisis data,
meenginterpretassi data, dan n menarik kesimpulan.
k Sedangkan merumuskan n hipotesis, menulis
laporan, dan me engkomunika asikan hasil eksperimen masih
m perlu dilatih lebih lan
njut.
2. Settelah mengiku uti pembelajaran dengan modelm inkuiri terbimbing paada kegiatan eksperimen, rata-rata
ai formatif siswa dari sikluss pertama sampai siklus ketiga
nila k menga alami peningkkatan berturut-turut 5,
6, dan 7. Dem mikian juga ketuntasan
k beelajarnya, ya aitu yang me emperoleh nilai 7,5 mengalami
m
penningkatan berrturut-turut 18 8%, 19%, dan 60%.
3. Sika ap siswa terh hadap penera apan model inkuiri terbim mbing pada kegiatan
k eksp
perimen posittif. Siswa
setuju bahwa belajar
b dengan cara ini menarik, tidak membosankkan, dan men ngajak untuk berpikir.
Mereka menjadii memahami cara kerja ilmiah, bahka an sebagian besar
b siswa menyatakan bisa dan
berrani menyajik kan hasil ekksperimen di depan kela as serta merrasa memperoleh gagasa an untuk
melakukan pene elitian dalam bidang
b fisika.
AFTAR PUSTA
DA AKA
BSNP. ((2006). Mode
el Silabus Mata
ta Pelajaran Ilm
lmu Pengetahu
huan Alam Sekkolah Menenga
ah Pertama. Jakarta:
J
D
Depdiknas
nas. (2003). Standar
Depdikn S Komp
petensi Mata Pelajaran
P Fisik
ika SMA & MA
A. Jakarta: Pussat Kurikulum
m,
Ba
alitbang Depd
diknas
ord .(1990). Science-Techn
Hungefo S nology-Society
ty: Investigatiing and Evalu
uating STS Isssues and Solu
ution.
Illlinois: STIPES
S Publ.
Limba, A.
A (2004). Pen ngembangan Model Pembe elajaran Latih
han Inkuiri un
ntuk Meningka
atkan keterammpilan
Prroses Sains, Penguasaan
P K
Konsep dan Se emangat Berkkreativitas Sisswa SLTP pad
da Konsep
Peerpindahan Kalor.
K Tesis Ma
agister. Progrram Pascasarjjana UPI. Ban ndung:tidak diterbitkan.
d
NRC. (19
996). Nationa
al Science Edu
ucation Stand
dards. Washin
ngton DC: Nattional Academ
my Press.
1998). Standa
NSTA (1 dar for Sciencee Teacher Preeparation, NST
TA and AETS
Ramsey, J., (1993). Reform
Move
ement Implica
ation Social Responsibility
R . Science Edu
ucation, 77(2)). 235-
58.
25
Rasagam
ma, I.G. (2007). Model Pembelajara an Inkuiri Te erbimbing Po
okok Bahasann Proses Lito osfer dan
Attmosfer Bumii untuk Meningkatkan Pem mahaman Kon nsep dan Kete
erampilan Berpikir Kritis Siiswa SMP
Te
esis Magister.. PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
141
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
142
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-15
MOD
DELS OF RE
EASONINGG ASSESSME
ENT BY SCIENCE TEA
ACHERS: LE
EADING SENIOR
HIGH SCHOOL PERFORMANCE E IN BATAM
M ISLAND
Ana
A Ratna Wu
ulan (FPMIPA UPI; Email : ana_ratna_up
pi@yahoo.com
m)
ABSTRACT
T
A quaalitative studyy about modeels of reason ning assessmment in sciencce teaching an nd learning process
p
was conducted
c att leading senio
or high schoo ol in Batam Island.
Is The reespondents innvolved in thee study
were five science e teachers of various su ubjects. Thee study was conducted in i the schoo ol year
7/2008. Data were collect
2007/ cted from: qu uestionnaires,
s, interview, performancee abservations ns, and
analyysis of lesson plans,. Dataa analysis wer ere done by descriptive
d annd qualitativee analysis. Bassed on
the reesults, there were
w three models
m of reassoning assesssment that deeveloped in th hat school. Th
he best
modeel involved sttudents on reflective
r and
d peer assessssment. The best model assessment
a t
targets
involvved the whol ole higher ord der thinking skills i.e. anaalysis, evaluaation, and syynthesize. Th he best
perfo
ormance teach her used prob
blem based reeasoning item ms.
Keyw
words: reasoning assessm
ment, science teaching
t and learning, Battam Island
PENDAHULUAN
Perkemb bangan ilmu dan teknolog gi pada abad d ke 21 telah h menyebabkkan dampak--dampak negatif pada
lingkunggan. Kemamp puan penalaran (berpikirr kritis) dipe erlukan untukk menganalissis dan mem mecahkan
masalah h-masalah lingkungan. Ke emampuan pe enalaran yanng dibutuhkan n menurut Marzano
M et al.
a (1994)
meliputi kemampuan n membuat keputusan
k dan kemampua an memecahkkan masalah. Kemampuan n berpikir
kritis meliputi kemam mpuan meng ganalisis, men nsintesis, meembuat keputtusan, meme ecahkan massalah dan
kemamp puan melakuk kan evaluasi secara
s kritis.
Kemampuan bernalar me erupakan keterampilan be erpikir yang dibutuhkan
d o
oleh siswa da
an warga
negara untuk hidup di lingkungan n keluarga, se ekolah, dan masyarakat
m se
ecara berkulittas. Kerangkaa berpikir
kritis menuntun
m annggota masya arakat untukk berpikir se ecara sistem matis, analisiss dan sintesis yang
menuntu unnya untuk k terampil memecahkan n masalah dan d membuat keputusa an-keputusan penting
(Rutherfford & Ahlgren, 1990).
Kemampuan penalaran (reasoning ability) seriing dikemukkakan denga an istilah laain yaitu
kemamp puan berpikir kritis. Kemam mpuan berpikkir kritis adala ah kemampua an berpikir maasuk akal dann reflektif
yang difokuskan pad da pemecaha an masalah dan d pengambilan keputusan. Tujuan berpikir kritiis adalah
mengevvaluasi tindaka an atau keyakkinan yang te erbaik (Ennis, 1996).
Hasil penelittian sebelumnya menunju ukkan bahwa a para guru di sekolah sangat s kuran
ng dalam
menggu unakan soal-ssoal berpikir tingkat
t tinggii. Para guru pada umumn nya hanya menggunakan soal-soal
untuk menilai
m level berpikir
b yang rendah (Gab bel, 1993). Ha asil penelitian
n Wulan (200 07) juga menunjukkan
bahwa pada
p umumny ya calon guru u biologi hanyya menilai ke emampuan be erpikir pada leevel pengetahhuan dan
pemahaman.
Implementassi kurikulum di sekolah se ering hanya mengembang gkan keterammpilan berpikiir tingkat
rendah (lower-order cognitive skilills, LOCS) yaitu kemampua an mengingatt informasi se ederhana atau u aplikasi
sederhana dari pen ngetahuan atau teori pada situasi attau konteks yang mirip. Padahal kem mampuan
penalaraan siswa dapa at dikembang gkan melalui tugas-tugas, latihan, dan masalah-massalah yang be ersifat ill-
defined//structured atau
a open ended.
en Masala ah yang diajjukan terseb but semestinyya bersifat baru
b dan
menanta ang proses berpikir
b analissis, sintesis, dan
d evaluatiff. Strategi aseesmen yang dikembangka an dalam
impleme entasi kurikulum di kelas sangat
s mene entukan bagi pengembang gan kemampu uan penalaran n peserta
143
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
METODE PE
ENELITIAN
Metode penelitian yang dig gunakan adalah deskriptif.. Penelitian in
ni dilaksanakaan di suatu Se
ekolah Menenngah
A
Atas an di Pulau Batam. Sekkolah tersebu
unggula ut dipilih sebaagai tempat penelitian ka arena merupa akan
s
salah satu model pengem mbangan kurikkulum berbassis penalaran (berpikir kritis) di Pulau Batam.
B Peneliitian
d
dilaksanakan pada tahun ajaran 2007/2008. Subyekk penelitian adalah
a lima orrang guru saiins yang massing-
masing meng gampu mata apelajaran ya ang berbeda (fisika, kimia a, biologi). Pengumpulan
P n data dilakuukan
melalui angkket, wawanca ara, observassi pembelajarran dan pela aksanaan ase esmen serta analisis renccana
pembelajaran n dan soal-soa
al evaluasi. Analisis data dilakukan secaara deskriptif kualitatif.
144
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
penalara
an yang dibu
uatnya. Model asesmen penalaran yang
y dikemba
angkan oleh guru disajikkan pada
Gambar 2.
1
Guruu memilih Pengalamann
Bank so
oal soal-soaal penalaran belajar sisw
wa
2
Guru
G
menguujicobakan
soal penalaran
p
3
Guru menganalisis
m
hasil uji coba
4
S
Siswa
mengerrjakan soal-
soal
5
Guru memeriksa
m
hasil pekerjaan
p
s
siswa
6
Guru membberi umpan balik
b
G
Gambar 1: Model
M Asesme
en Penalaran 1
Model Asesmen
A Peenalaran 3
Pada mo odel asesmenn penalaran yang
y ketiga, guru memilihh soal penalaran dari bankk soal atau menyusun
m
sendiri soal-soal pe enalaran den ngan mengacu pada ku urikulum/ SK K (Standar Kompetensi)
K dan KD
(Kompettensi Dasar). Guru kadang-kadang me engujicobakann dahulu soa al-soal tersebut untuk kep
pentingan
analisis dan perbaik kan soal, tetapi kadang--kadang juga a menggunakan langsung soal-soal tersebut.
Asesmen n dilaksanaka
an secara berrkelompok da an digunakann oleh guru teersebut untukk asesmen seehari-hari
(formatitive assessmeent). Pada pelaksanaan
p asesmen terrsebut, siswa a dalam kelo ompok diminta untuk
memerikksa kembali soal-soal ya h kelompoknyya. Diantara kelompok kemudian
ang telah dikkerjakan oleh k
bertukarr hasil pekerjaan. Kelom mpok tersebuut kemudian memeriksa hasil jawaba an kelompok lainnya,
mengan nalisis pekerja
aan tersebutt, dan mene emukan kesa alahan-kesalaahan (bila ada) untuk kemudian
k
dikomun nikasikan kepada kelomp pok yang pekerjaannya
p diperiksa. Model asesm men penalarran yang
dikemba angkan oleh guru
g disajikan
n pada Gamba ar 3.
145
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
1
Guru menyyusun Penggalaman
Kurikulum
K ssoal-soal pennalaran belajjar siswa
SK / KD
2
Guru
mengujicobbakan
soal penallaran
3
Guru mengaanalisis
G
hasil uji coba
c
4
Siswaa
mengerjakann soal-
soal
5
Guru memeeriksa
hasil pekerrjaan
siswaa
6
Guruu memberi um
mpan balik
Gambar 2. Mo
G odel Asesmen n Penalaran 2
Berdasarkan data hasil pe enelitian, terd
dapat tiga model
m asesmeen penalaran yang telah dikembangka
d n di
s
sekolah terse
ebut. Model asesmen
a penalaran ketiga a merupakan model asesm men penalaran terbaik karrena
t
telah melibattkan siswa daalam proses asesmen.
a Mod del asesmen ketiga meliba atkan siswa untuk
u melakuukan
penilaian dirii (self assesssment) terhadap penalara annya dan pe enilaian sebaaya (peer assssessment) un ntuk
menilai penallaran siswa laain. Dengan menilai
m kemam mpuan berpikkir (penalaran)) siswa lain, setiap
s siswa akan
a
mengembang gkan penalarrannya send diri. Penilaian
n diri yang dilakukan membuatm sisswa sadar atas
a
kemampuan penalarannya a sehingga dapat
d mempe erbaiki kelem
mahannya. Be erkaitan deng gan hal terseebut
beberapa sum mber (Stigginns, 1994; NR RC, 1996, NS STA, 1998) telah
t mengemmukakan ten ntang penting gnya
reflective asssessment/selff assessment sebagai
s saranna asesmen yang otentik dan d bermakna a bagi siswa.
Model asesm men ketiga ju uga dipandan ng unggul karena
k guru banyak men nggunakan so oal-soal berb
basis
masalah (pro oblem based d items). Messkipun memiliki banyak keunggulan,
k m
model asesmen ketiga masih
memiliki kele emahan karen na keterbatasannya dalam menilai pena alaran secara individual. Aktivitas
A asesm
men
s
secara kelom
mpok tersebutt masih didom minasi oleh siswa-siswa
s t
tertentu (sisw
wa-siswa palinng pandai da alam
kelompoknya). Padahal Grrace dan Cath hy (1992) me enyatakan bah hwa feedbackk asesmen semestinya berssifat
individu agar dapat menge embangkan potensi
p setiap peserta didikk.
146
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
1
Bannk Guru mem milih Guru membbuat Kurikuluum &
soaal soal penallaran soal penalaaran pembelaj
ajaran
2
Guru 10
Guuru memberi umpan
meemodifikasi soal
s
balik
3 9
Guru Keelompok siswwa (yg
m
mengujicobak
kan diperiksa & yg
soal memerikssa
mendiskusikann hasil
pemeriksaaan)
Guuru menganallisis
4
soal
Siswa 8
meengkomunikkasikan
Siswa dalam
m keesalahan keloompok
kelompok yg diperiksaanya
meengerjakan soal
s
5
Sisw
wa memeriksaa
kembbali hasilnyaa Siiswa mengannalisis
Kelompok lain
K kessalahan penggerjaan
m
memeriksa haasil sooal kelompook lain
Gambar 3. Model ase
esmen penalaran 3
peengerjaan sooal 7
Selff assessment 6
Peer asseessment
Kesimp pulan
enelitian ini menunjukkan bahwa
Hasil pe b asesmmen penalaran
n telah dikembangkan di SMA
S unggulan
n di Pulau
Batam pada
p berbaga etiga model asesmen pen
ai level penalaran. Dari ke nalaran yang telah dikembangkan,
147
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
model asesm men ketiga merupakan model asesm men terbaik karena tela ah melibatkaan siswa da alam
melaksanakan self assesssment dan peer assesssment. Bebe erapa modifikkasi masih diperlukan
d unntuk
mengembang gkan model asesmen
a terse
ebut dari ase
esmen penalaaran kelompok menuju ase esmen penala aran
individual. Pa
ara guru sainns masih me enghadapi keesulitan dalam
m menyusun n sendiri soal-soal penalaran.
S
Sebagian gurru sains masih perlu menngembangkan n kemampuan n dan kepeka aan dalam memilih
m soal--soal
penalaran dari bank soal yang
y sesuai dengan tuntutan SK dan KD D pada level SMA.
S
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W
A W. & Krathwo 001). A Taxon
ohl, D.R. (20 nomy for Leaarning, Teachi
hing and Asses
essing. New York:
Y
Longgman.
1996). Critica
Ennis, R.H. (1 al Thinking. Neew Jersey: Prrentice Hall.
G
Gabel, D.L. (1993).
( Hand
dbook of Res
esearch on Sccience Teach
hing and Leaarning. New York:
Y Maccmillan
Comp pany.
G
Grace hy. (1992). Po
& Cath ortofolio and its
i use: A Dev
evelopmentallyy Appropriatee Assessment. Washington DC:
Office
e of Educational Research and Improveement (ED).
Marzano, R.JJ., Pickering, D, Mctighe, J. (1994). A
Assessing Stud
udent Outcommes: Performaance Assessmment
Usingg the Dimenssions of Learrning Model. Alexandria: Association
A fo
or Supervison
n and Curricu
ulum
Deveelopment.
NRC (Nationa 996). Nationa
al Research Council). (19 al Science Ed
ducation Stan
ndards. Wash
hington: Natio
onal
Acaddemy Press.
NSTA (Nation
nal Science Teacher
T Assocciation) & AET
TS. (1998). Standards
S for Science Teaccher Preparati
tion.
F (1990). Science
Rutherford, F.J. Sc for All Americans: Scientific
S Literracy. New Yorrk: Oxford Un
niversity.
Stiggins, R.J. (1994). Stu
S udent-Centereed Classroom
m Assessmentt. New York : Macmillan College
C Publish
hing
Comp pany
W
Wulan, A.R. (2007). Pembbekalan Kemaampuan Perfo formance Asse
sessment kepaada Calon Gu
uru Biologi daalam
Meniilai Kemampuuan Inquiry. Disertasi.
D Banddung: UPI.
148
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-17
ENHANCIN
NG SCIENCE ASSESMEENT BY PIO
ONERING WORK
W OF SCHOOL
S OF
INTER
RNATIONA
AL LEVEL AS
SSISTANSH
HIP PROGRRAM ON SE
ECONDARYY LEVEL: HO
OW TO
MEASURRE STUDENT PERFORMMANCE IN SCIENCE
ABSTRACT T
In ord
rder to improvve the qualityy of education n and on the make
m success
ss of 12 year basic
b educatio ion and
3 yeaear for nest level in Ind donesia, the governmentt keep mainttain efforts to t increase school
achiev
evement so th hat can meett a demand with w Nationall Education Standard
S in particular
pa on 1st-3rd
1
secon ndary level (SSMP) which sta tandard itemss are : content
nt, process, co ompetence off graduate, ed ducator
man power, facililities and infr frastructures, managemen nt, defrayal, and educatio on assesmen nt shall
ne with a good
incline od program-lin ne and perio odic especiallyy for mathem matics and scie ience subjects ts. How
mathehematics and science aree taught and d and learneded especially important to o measure student
s
perfoormance in sciience.
The program ass ssesed the 10 00 Cimahi and
an Cianjur secondary
s levvel studentss ability to perform
p
scienttific tasks in a variety of situation, ran nging from th hose that affefect their perssonal lives to o wider
issues
es for the com mmunity to the th world thatt are : identitifying scientiffic issues, exp planing pheno nomena
scienttifically and using scientif ific evidence, which root oted in the concept
co of sccientific literaacy i.e:
posseesses scientifific knowledgee, understand d the characteteristic feature
res of sciencee, show awarreness,
and engages
e in sci
cientific-related
ed issues with
h the result: smmile and frowwn reported.
Keyw
words : science assessmen
nt. Scientific literacy
l
INTROD
DUCTION
Today, knowledge of o science an nd about scie ence is more e important than ever. Science
S is relevant to
everyones life and an understa anding of sccience is an essential to ool for peop ple in achievving their
goals(UN NESCO: 2002 2, OECD: 2003). One of th he 8 most imp portant aspecct of Educatio
on National Standar
S in
Indonessia is Educatio onal Assesment, with pione eering work ofo School of International
I Level (RSBI) tends on
science.This makes how h science iss taught and learned espe ecially importaant to be a sppesific progra
am that is
held for regular (OEC CD: 2003).
This programm examines th he performances of 15-yea as (science) as a wider
ar-olds in keyy subject area
range off learning sysstem outcome es in the scho ool for spesiffic and education system forf a large in terms of
student achievement, within a com mmon OECD (Organisation n for Economiic Cooperation n and Develompment)
or international fram mework accorrding to the The RSBI Te echnical Guid delines from the governm ment. The
assistanship program m is one of in nitiative from the school to o collaborate with universsity as a conssultant to
assist th
heir daily work ks to develop and keep in tracks as well.
The Program ms assessmen nt of studentss scientific knowledge and skills is roo oted in the co oncept of
scientific
ic literacy, deffined as the extent
e to whicch an individual:
149
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Posse esses scientiffic knowledg ge and uses that knowle edge to iden ntify question ns, acquire new
knowwledge, explain scientific phenomena and draw evvidence-based d conclusionss about scien nce-
relateed issues.
Unde erstands the characteristic
c features of sccience as a fo orm of human n knowledge and a enquiry.
Show ws awarenesss of how scie ence and tecchnology sha ape our mate erial, intellecttual and culttural
envirronments.
Engages in science e-related issu
ues and with thet ideas of science,
s as a reflective
r citizzen.
The Program
P essed studentts ability to perform scienttific tasks in a variety of situations, rang
asse ging
f
from those that affect the eir personal lives to wide er issues for thet communiity or the wo orld. These taasks
measured stu udents perfo ormance in relation
r both to their scie ence compete encies and to t their scienntific
knowledge. TheT Program assessed
a thre
ee broad scien nce competen ncies:
Identtifying scienttific issues. ThisT required
d students to o recognise issues that can c be exploored
scien
ntifically, and to
t recognise the
t key features of a scien ntific investiga
ation.
Expla aining pheno omena scienti tifically. Studeents had to apply knowledge of scieence in a given
situattion to describe or interpre et phenomena a scientificallyy and predict changes.
Using g scientific evidence.
ev Thiss meant interrpreting the evidence to draw conclusions, to exp plain
themm, to identify the assumptiions, evidencce and reason ning that undderpin them and a to reflectt on
their implications.
It is important, butb not sufficcient, for students to und derstand scie entific theoriees and facts well
e
enough to exxplain phenom mena scientiffically. They must
m also be able to recog gnise which questions
q cann be
a
addressed scientifically an
nd see how re esults can be used, in orde er to apply thheir scientific knowledge. ThisT
c
competencies s require studdents to demo t one hand,, knowledge, cognitive abiilities, and on the
onstrate, on the
o
other, attitudes, values an nd motivation as they meett and respond d to science-related issues.
Curreent thingking about desire ed outcomes of science education
e emphasises scie entific knowleedge
(including kn nowledge of scientific
s appproach to enq quiry) and an n appreciation n of sciences contribution n of
s
society. This outcomes req quire an unde erstanding off important co oncepts and explanation
e o science, and of
of
t strength and limitation
the ns of science in the world. They impy a critical stan nce and reflecctive approach to
s
science (Millaar and Orsbo orne, 1998). Such goals provide an orientationo and emphasis for the scie ence
e
education of all people (FFensham, 1985)
KNO
OWLEDGE
- About the n
natural world
COMPE
ETENCIES (knowledge of science)
s
CONTEXT - About sciencce it self
- id
dentify scienctificc issues
Life situation that
t involve (knowledge abo
out science)
- E
Explaining pheniomena
science and tecchnology
scientifically
- U scientific evid
Use dence
ATT
TITUDES
Resp
ponses to science
e issues
- inte
erest and respon
nsibility
- sup
pport for scientific enquiry
Figu
ure 1. Framew
work Program
ms for Science
e Assesment
150
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
RESEAR
RCH METHO
OD
This pro ogram examin nes the perforrmances of 15 5-year-olds inn key subject areas (sciencce), collects co ontextual
data fro om students school in Cimahi and Cianjur (both are cities in West Java) which repre esentative
sampless of 100 (75% % in Cianjur and 25% in Cimahi), 15-yyear-olds, stu udents drawn n in both citiees and its
regularitty with updattes are expeccted every th hree years. While
W most young people in Cimahi and d Cianjur,
also in Indonesia,
I continue their in nitial educatio on beyond the age of 15, this is norma ally close to th
he end of
the initiaal period of basic
b schooling in which alomost young people follow w a broadly common
c curriculum. It
is useful to determine e, at that stag ge, the exten nd to which th hey have acquired knowled dge and skillss that will
have the em in the futu ure, includingg the individua alised paths of
o further learrning they ma ay follow.
The knowled dge and skillss tested are defined
d not primarly
p in te
erms of a commmon denom minator of
national curricula butt in terms of whatw skills arre deemed to be essential for future life e, and this is the most
fundame ental feature of program. School curricula are tradittionally constrructed largelyy in terms of bodies of
informattion and tech hniques to be e mastered. TheyT nally focus lesss, within currriculum areas, on the
tradition
skills to be developed d in each dom main for use generally
g in adult
a life. The
ey focus evenn less on more e general
compete encies, develo oped accros thet curriculum m, to solve problems
p and apply ideas and understa anding to
situasionns encounte ered in life. The assesm ment doesnt exclude curriculum-ba
c ased knowled dge and
understa anding, but it tests for itt mainly in te erms of acqu uisition of bro oad conceptss and skills th hat allow
knowled dge to be app plied.
The ten quesstions of pape er-and-pencil tests are use ed, with assessments lastingg a total of ann hour for
each stu udent, emph hasizes on tessting in termss of mastery and broad co oncepts is particularly sign
nificant in
life of the
t concern among city to develop human capita al, which de efines as: The
T knowledg ge, skills,
compete encies and other
o attributtes embodied d in individuals that are relevant to personal, so ocial and
economic well-being
How the program works are a starting from f hing the assesment framew
establish works, develo oping the
instrume ng and interpreting the ressults with in-depths teacher peer revie
ents, analysin ews, and supp ported by
teacher and school consultant
c bassed on OECD D assesment as a suggested by The RSBII Technical Gu uidelines.
The pro ogram have beenb run sincee 2 months ago a with currrent step havve finished de evelop the insstrument,
contentss and science e assessment expert sharing. All of the t instumen nts are readyy to be teste ed to the
studentss with scaled student proficiency in scie ence well prep pared.
TS AND DISCUSSION
RESULT
The Prog
gram tasks re
equired scienttific knowledg ge of two kind
ds:
Knowledge of o science. This
T entailed an understa anding of funndamental sccientific concepts and
theories, in core scientiffic areas. Th he four conteent areas coovered in pro ogram were Physical
systems, Living systemss, Earth and space systtems, and T Technology systems, representing
key aspects of
o understand ding the naturral world.
Knowledge about
a science
ce. This inclu uded understanding the purposes
p andd nature of scientific
enquiry and understandin ng scientific explanations,
e which are the results of scientific
s enqu
uiry. One
151
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
can think
t of enquiry as the meeans of sciencce (how scien
ntists obtain evidence)
e and
d of explanattions
as the goals of science (how sccientists use data).
d
152
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
F
Figure 2: Stu
udents Proficie
ency in Sciencce
CONCLUSION
Science is the major testing doma ain for the firsst time in prog
gram. A majo
or innovation is to include students
nal responsess towards scie
attitudin enctific issuess, not just in accompaniying questionn naire but in additional
a
questionns about attitu
udes in scienccetific issues juxtaposed
j w test questtion relating to
with t the same isssues.
The definition of science literacy has its t consideration of what 15-year-old- students
i origin in the
should know,
k value and
a be able to t do as prep paredness for life in moderrn society witth central of definition
153
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
154
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-18
IDENT
TIFICATION
N OF SCIEN
NCE MISCO
ONCEPTION
N THROUGH
H PROCESS
S SKILL EXERCISE
Sarrwanto*, Achmad A. Hindu
uan**, A. Russli**
(*UNS, **IEU, **U
Unpar)
ABSTRACT
T
Learn
ning science in elementaryy school is the he basis formining of fundammental concep pt. Misconcepption at
elemeentary schooll students wiill be broughtt at ladder education.
ed Man
any misconcep ption at elem
mentary
schoool teachers are
a found byy science pro ocess skill prractice. Miscoonception at elementary school
teach
hers are caussed by the teachers
te havee never donee experiment, t, mistakes when
w they giv
ive the
meanning of bookks, and wron ng prediction n to naturall phenomenaa. Practice of o process skill
sk for
elemeentary schoool teachers effectively
ef to lessen the misconception
m on. Identifying
g of misconcception
causee the teacher very enthusiaastic to followw the practicee of process skkill.
Keywword: practicce of processs skill, learniing science in
i elementaryy schools, elementary te
eachers
misco
onception.
PENDAHULUAN
155
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
ini akan dibah has mengena ai tipe kesalah han konsep ya ang ditemukaan dan cara memperbaiki
m k
kesalahan konnsep
t
tersebut.
Selain
n faktor mettode pembela ajaran, misko onsepsi juga dapat muncu ul dari intuisi yang salah dari
pengalaman sehari-hari, fa aktor bahasa (Wilantara, 2003),
2 penafssiran umum melalui
m pengaamatan langssung
y
yang tidak sesuai dengan n ilmuwan (V Van den Berg g, 1991). Misskonsepsi mu ungkin pula diperoleh
d meelalui
proses pemb belajaran pad da jenjang pe endidikan seb belumnya. Se ejumlah miskkonsepsi berssifat sangat sulit
d
dihilangkan (
(resistan), wa alaupun telah h diusahakan n untuk menyangkalnya dengand penaalaran yang logis
d
dengan menu unjukkan perbedaannya de engan pengamatan-penga amatan seben narnya. Penye ebab dari seb buah
miskonsepsi resistan pad da seseorang g karena settiap orang membangun
m pengetahuan n persis den ngan
pengalamann nya.
Pengetahuan yan ng dibangun n dari inform masi verbal atau dari membaca rentan r terhaadap
miskonsepsi. Penafsiran yang salah terhadap t info
ormasi verba al maupun bacaan
b mudaah memunculkan
miskonsepsi. Ini sering te erjadi pada guru sekolah dasar.d Sebaggian besar gu uru sekolah dasar bukan gurug
bidang studi tetapi guru kelas.
k Sebaga ai guru kelas,, mereka diharapkan mem miliki kompete ensi pada semmua
mata pelajara an. Sedikit seekali guru ya ang mampu menguasai
m ba
aik isi maupu un strategi pe embelajaran dari
masing-masin ng mata pelajjaran (Darma adji, 2003; Ha adara, 2003).. Rendahnya penguasaan konsep IPA guru g
s
sekolah dasar memungkinkan terjadinyya miskonsepssi.
Miskoonsepsi dapatt diidentifikassi dan didetekksi dengan pe eta konsep, tes
t essai, inte erview klinis, dan
d
diskusi kelas. Kegiatan pe embelajaran yang dimulai dengan kon nflik kognitif juga dapat digunakan
d un
ntuk
mengidentifikkasi miskonse epsi. Orang akan menun njukkan konssepsi yang ada a dalam pikirannya
p keetika
mendapatkan n konflik kogn nitif. Jika seseeorang ragu terhadap kebenaaran gagasannyya, maka dapaat diharapkan akan
a
m
merekonstruks si gagasan ataau konsepsinyaa sehingga paada akhir prosses pembelajarran akan diperroleh pengetahhuan
i
ilmiah. Pengeetahuan ilmiah h ini memilikii konsistensi internal
i yang tinggi sehinggga dapat dia adaptasikan pada
p
permasalahan n lain yang id
dentik.
Salah
h satu cara untuk
u mengub bah miskonse epsi adalah dengan
d jalan mengkonstru uksi konsep baru
b
y
yang lebih sesuai
s (Bodneer, 1986). Ke egiatan perco obaan, demo onstrasi, mau upun simulasii yang dilaku ukan
d
dengan keterampilan pro oses dapat digunakan untuk mengkon nstruksi konssep baru. Ko onsep baru yang
y
d
dibangun meelalui kegiatan n keterampila an proses akkan memiliki daya tahan yang y lama dan lebih man ntap
d
dibandingkan n informasi veerbal serta me enghindarkan dari terjadinyya miskonsep psi.
METODE PE
ENELITIAN
Penelitian ini dilakukan de
engan metodee diskriptif an
nalitik. Sampeel terdiri atas guru-guru se
ejumlah 34 orrang
d
dari salah saatu kecamattan di kabup paten Wonog n dilakukan selama 3 bulan, mulai dari
giri. Penelitian
identifikasi masalah
m hingga
a implementa
asi pada pemb belajaran di kelas.
k
156
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
berhubuungan dengan
n pengalamannnya. Kesalah
han-kesalahan
n yang teriden
ntifikasi saat melakukan percobaan
dirangku
um pada tabe
el 1.
Tabel 1: Kesalah ang Teridentifikasi
han Konsep ya
No Konten Penyebab b Upaya mem mperbaiki
Belum pernah m
membandingka
an
Issi Menunjukkan termometer dari alkohol dan
1 termometer dari
d raksa dengan termomete
er
te
ermometer raksa dan membandingkkan sifat fisisnyya
dari alkohol
Cara
C
Meniru paraamedis ketika menggunaka
an Mengidenttifikasi perbeda
aan termomete
er badan
2 m
menggunakan
termometer badan
b dan termo
ometer percoba aan (kit)
te
ermometer
Menunjukkan sebuah termometerr yang
Je
enis skala Termometer yang ada di sekolah hanyya
3 memiliki 2 jenis skala dan
d mencari hubungan
te
ermometer u jenis skala
memiliki satu
antara ked
dua skala
Kurang jelasnya perbedaan antarra Melakukann percobaan pemanasan
p airr sampai
4 M
Mendidih
mendidih dan n menguap menunjukkkan air dalam keadaan menddidih
Belum men ngetahui perrbedaan ruan ng
Pemanasan
P Membandingkan percobaan pemanasa
an ruang
5 terbuka dan n ruang terttutup terhada ap
u
udara terbuka da
an ruang tertuttup
tekanan udarra yang dipanaaskan
Turunnya pe ermukaan air dalam bejan na Mendiskussikan proses berpindahnya kalor
k dari
6 P
Pemuaian air sesaat dipa anaskan dian nggap sebaggai pembakarr spiritus ke air. Melakukan pe
ercobaan
peristiwa anoomali air anomali air
Mengangkat beban menggunakan sattu
Gaya
G pada Menunjukkan besar gayya untuk men ngangkat
katrol tetap dengan arah gaya tarikan ke
k
7 satu katrol beban meenggunakan satu katrol tetap
p dengan
bawah tera asa lebih mudah daripad da
etap
te berbagai arah
a gaya tarikkan.
diangkat langgsung
Mengamatti permukaan bulan
b yang menghadap
Rotasi
R bulan Menganggap p rotasi bulan lebih cepa at
bumi selaalu tetap, dan mendemonsstrasikan
8 d
dan rotasi daripada rota asi bumi, karen
na bulan adala
ah
gerakan bulan bersam ma bumi men ngelilingi
b
bumi satelit bumi.
matahari
Menyimulaasikan geraka an bumi, bullan dan
Media demo onstrasi gerakaan bumi, bulan,
Gerhana
G matahari dengan bid dang ekliptikaa bulan
9 dan mataha ari di sekolahh menunjukka an
b
bulan membentu uk sudut 6o terrhadap bidang ekliptika
setiap purnam
ma terjadi gerh
hana bulan
bumi.
Mendemonstrasikan g
gerakan bum
mi saat
Bumi dian
nggap meng galami gera
ak
Gerak semu
G berevolusii menggunaka an globe. Arahh sumbu
10 mengangguk yang period dik setiap tahu
un
m
matahari rotasi glo
obe dan kem miringan tetap selama
agar lintasan matahari terlih
hat bergeser.
berevolusii.
Posisi kutub utara pada globe selalu di
Arah
A rotasi Mengubah h posisi pengam mat tidak selalu
u di atas
11 ga saat berotassi selalu tampa
atas, sehingg ak
b
bumi kutub utarra, tetapi juga diatas kutub se
elatan.
berlawanan putar
p jarum jam
m.
Perubahan
P Fase-fase bulan terbeentuk karen
na Mendemonstrasikan gerakan
g bulan saat
12 k
kenampakan perubahan bayang-bayan ng bumi yan ng mengelilin
ngi bumi dan n mengamati daerah
b
bulan menutupi perrmukaan bulan n terang dann daerah gelap
p di bulan terse
ebut.
Tinggi rendah
T
Botol yang dibunyikan dengan cara Mengidenttifikasi getaran
n pada benda tersebut
13 b
bunyi dari
nghasilkan bunyyi yang berbed
berbeda men da yang menyebabkan jadi sumber bunyi.
sumber botol
Bayangan ta angan kanan dand kiri tampa ak
Bayangan
B Mendemonstrasikan de engan spidol dalam
terbalik ke
etika bercermin sehinggga
14 y
yang dibentuk posisi sejjajar permukaan cermin da
atar dan
dianggap siffat bayangan yang dibentu uk
cermin datar mengamati bayangannya a
cermin datar adalah terbalikk kanan-kiri.
Menganggap p lampu yang dekat denga an
Nyala lampu
N Mendemonstrasikan beb
berapa lampu dirangkai
d
kutub + men ndapat arus listtrik lebih dahulu
15 p
pada seri dan mengukur kua
at arus yang mengalir
dan lebih beesar sehingga menyala palin ng
ra
angkaian seri pada tiap lampu.
terang
Kebiasaan menggunakan dua baterrai
Mendemonstrasikan rangkaian tiga baterai
dalam rangka aian, ketika sa
alah satu baterrai
Susunan
S dengan satu erai
bate dibalik,, dan
16 dibalik dian
nggap muatan n listrik salin ng
b
baterai membandingkannya den ngan nyala lammpu dari
bertumbukan n sehingga arus tida
ak
satu baterrai.
mengalir.
157
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Berda asarkan hasill temuan di atas, penyebab kesalaha an konsep pa ada guru da apat diidentifiikasi
menjadi: 1). Meniru oran ng yang men nggunakan alata yang me eristik tidak sama. 2). Tidak
emiliki karakte
a
adanya saranna pembelaja aran yang sessuai dengan konsep, sehingga guru hanya beberap pa peristiwa fisis
d
diungkapkan berdasarkan intuisi guru. 3). Kurangn nya bahan ba acaan/buku te eks bagi guru u SD, buku yang
y
d
dipakai guru mengajar sama dengan buku b yang dippakai siswa dalam belajar.. 4). Kurang tanggapnya
t g
guru
t
terhadap periistiwa alam dilingkungannyya.
Kesalahan konsep p yang teride entifikasi ini dapat diperb baiki melalui latihan keterampilan pro oses.
Latihan keterrampilan proses ini dapat dilakukan
d den
ngan percobaa an, demonstra asi, dan simuulasi. Pengalam man
ketika melakkukan percob baan untuk mengkonstru
m ksi konsep-kkonsep baru merupakan salah satu cara c
mengubah ke esalahan kon nsep (Bodnerr, 1986). Terridentifikasinyya kesalahan konsep juga a menumbuh hkan
motivasi intrinsik yang cuk kup tinggi baggi peserta pelatihan. Guru memberikan n komentar, se eharusnya da alam
melakukan pembelajaran IPA sangat diperlukan
d ke
egiatan perco obaan agar tiddak banyak terjadi
t kesala
ahan
konsep.
Kit IP
PA diperlukan sebagai sara ana untuk me elakukan latihan keterampiilan proses sa ains. Pelatihann ini
t
telah menumbuhkan kesad daran pada guru dan kepa ala sekolah te
erhadap arti penting
p sebuah kit IPA seba agai
komponen pe ercobaan dan n media pemb belajaran IPA (tabel 2). Pa ada dasarnya semua sekolah sudah perrnah
mempunyai kit k IPA melalui proyek inpres (sehingga kit ini sering juga din namakan kit inpres). Nam mun,
pemberian ba antuan kit terrsebut tidak diikuti
d dengan pelatihan pe enggunaannya a dalam pemb belajaran. Kit IPA
t
tersebut jara
ang dipakai sebagai
s meddia pembelaja aran. Sebaga ai contoh, saaat awal pela atihan hanya a 15
s
sekolah dari 34 sekolah yang
y memilikki kit dalam kondisi baik dan lengkap p, empat seko olah diantaraanya
memiliki kit baru dan ba aru dibuka pada
p hari ke
edua pelatiha an. Sebelas sekolah mela akukan kaniibal
beberapa kit agar diperole eh satu kit yang
y baik. Satu sekolah tidak memiliki kit IPA, kem mudian menda apat
pinjaman dari kantor cab bang dinas pendidikan.
p S
Setelah pelatiihan tahap pertama
p selessai, tiga sekoolah
membeli kit baru denga an dana BOS S (Bantuan Operasional Sekolah). Ja adi, tidak ad danya sosialiisasi
penggunaan kit mengakib batkan tidak digunakannyya kit IPA dalam pembelajaran IPA. Dengan D demikkian,
pemberian bantuan
b peralatan ke sekkolah harus diikuti
d dengaan sosialisasi penggunaan nnya agar da apat
d
dimanfaatkan n secara optimum. Keadaan ini tidak hanya terjad di di lokasi pe
enelitian, tetaapi juga daerah-
d
daerah lain di Indonesia se ebagaimana dilaporkan
d ole
eh Subijanto (2001).
(
Tabel 2: Meedia Pembelajjaran yang Be elum Digunakkan
Nama Media
a
No Peng
ggunaan A
Alasan belum
m digunakan
Pembelajara
an
1 Model bola langit Me
enunjukkan letaak rasi-rasi binttang Belum
m tahu cara meenggunakannya
2 Apron tatasurya
t Me
edia simulasi sisstem tata surya
a Belum
m tahu cara meelakukan simulasi
3 Mikroskkup siswa Me
engamati benda a-benda kecil Berja
amur, takut me
erusakkan alat
4 Koleksii Batuan Me
engenal jenis-je
enis batuan Belum
m tahu cara meenggunakannya
5 Higrom
meter Me
engukur kelemb baban udara Belum
m tahu cara meenggunakannya
Selain
n kit IPA, beb
berapa sekolaah memiliki media
m pembelaajaran IPA tettapi belum peernah digunakkan.
Media tersebbut disajikan pada
p tabel 2. Alat-alat ini pada umum mnya sudah dimiliki
d oleh sekolah lebih dari
lima tahun. Namun,
N karena tidak ada sosialisasi alat
a ini belum
m digunakan sebagai
s media pembelajaran.
Media-media tersebut dilatihkan pengg gunaannya pa ada pelatihan tahap dua da an tahap tiga. Media lain yang
y
s
sudah ada dii sekolah dann sering dipakkai guru untu uk media pem mbelajaran IPPA adalah gloobe, namun guru
g
mengalami kesulitan
k dala
am pengguna aannya. Banyyaknya kesalahan dalam melakukan percobaan yang y
berhubungan n dengan med dia dan sumbe er belajar suddah disadari oleh
o guru sebeelum pelaksanaan pelatihaan.
158
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
KESIMP
PULAN
Kesalaha
an konsep IP PA tidak hanya
a terjadi padaa siswa saja tetapi
t juga be
erasal dari gu
uru. Kesalahan konsep
yang teerjadi pada guru khusussnya guru SD D akan men nyebabkan ke esalahan kon nsep pada siswanya.
s
Kesalaha
an konsep inii dapat diiden
ntifikasi denga
an latihan ke
eterapilan proses. Untuk memperbaiki
m k
kesalahan
konsep dapat
d dilakuk
kan dengan keeterampilan proses
p melalui percobaan, simulasi dan demonstrasi.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
Bodner, G. M. (19886). Construcctivism a the
eory of know
wledge. Purdu
ue Universityy. Journal of Chemical
Education. 63
3, (10).
Darmadjji. (2007). Me
endongkrak nilai
n ujian kendali mutu den
ngan tim suksses di SDN Wotsogo
W 01 Ke
ecamatan
Jatirogo. Lap
poran Penelitia
ian Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban.. Tidak Dipublikasikan.
Hadara, A. (2003). Peelajaran muattan lokal. Ma
akalah disamp
paikan pada Kongres
K kebud hun 2003.
dayaan V Tah
Bukittinggi, 20
2 - 23 Oktob
ber 2003
Liliasari. (2007). Sciientific Conce
epts and Genneric Science Skills Relatioonship in the 21st Centuryy Science
Education. Makalah
M dung tanggal 27 Oktober 2007.
Seminar Internasiional Pendidikkan IPA. Band
Novak, J.D
J and Bob Gowin.
G 1985. Learning How
w to Learn. Cambridge Univversity Press.
Suparno 8). Miskonsep
o, S.J. (1998 psi (Konsep Alternatif) Siswa
Si SMU dalam
da Bidang
g Fisika. Yogyyakarta :
Kanisius
n Berg, Ed. (1991). Miskon
Van den nsepsi Fisika dan
d Remidiasii. Salatiga: Un
niversitas Krissten Satya Wa
acana
Wilantarra, I. P. E. (2003). Implementasi mo odel belajar konstruktivis dalam pemb belajaran fisika untuk
mengubah miskonsepsi
m ditinjau darri penalaran formal sisw wa. Laporan Penelitian PPS P IKIP
Singaraja. [O edia: http://www.damandirri.or.id/file/ipu
Online], Terse utuekaikipsing
gbab4.pdf.
159
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-19
THE STUDY
S OF SCANNING
S G EFFECTIV
VENESS MA
ANAGEMENTT OF SMA SCIENCE
S
LA
ABORATORRY AS A TRA
AINING DE
EVELOPMEN RAM NECESSITY
NT PROGR
Mamatt Supriatna
(P4TK IP
PA Bandung)
PENDAHULU
UAN
Penelitian ini berjudul "SStudi Penellusuran Kee efektifan Pe engelolaan Laboratoriu um Sains SMAS
s
sebagai An
nalisis Kebu utuhan Peng gembangan Program Diklat" D yangg didasarkan pada pemikkiran
bahwa pengelolaan laboratorium yan ng baik dan efektif akan n menunjang g pencapaian n proses bellajar
mengajar Saiins dengan baik dan efekttif pula sesua ai dengan tun ntutan kurikulum yang berrlaku serta da
alam
rangka meng gusahakan terrcapainya tinggkat pemaham man dalam pembelajaran
p Sains yang optimal
o sehin
ngga
mencakup ca ara belajar mengajar
m Sains yang aktif, kreatif, dan menyenangkkan di sekola ah sesuai den
ngan
kemajuan di bidang IPTEK K.
m penangana
Dalam an diklat penggelola laborattorium diperlukan perenccanaan yang g dimulai den
ngan
melakukan self assessm ment, meng ganalisis kebutuhan, dan merumuska an masalah yang kemud dian
d
dikonseptuali sasikan dalam visi ke depan,
d dan disusun
d prog
gram-programm yang jelass yang mam mpu
mengakomod dasi perkembbangan di lapangan. Pe enelitian ini bertujuan unntuk: 1) mengetahui ting gkat
e
efektivitas pe aboratorium Sains yang dilakukan ole
engelolaan la eh pengelolaa laboratorium
m Sains SMA A di
160
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
sekolah;; 2) mengetahui faktor-fakktor pendudu ung Kepala Se ekolah, guru sains, dan personil
p lainnya dalam
pelaksannaan pengelo d sekolah Binaan P4TK IPA;
olaan laborattorium IPA di I 2) mendeskripsikan kendala-
kendala dalam pelak ksanaan pengelolaan laborratorium sainss di SMA bina aan P4TK IPA
A; 3) mendesskripsikan
karakterristik program
m pendidikan dan
d latihan yang
y dibutuhkkan oleh guruu Sains dan pengelola
p labo
oratorium
Sains (p
pengelola/tekn nisi) untuk me
eningkatkan efektivitas
e pengelolaan lab
boratorium Sa
ains di SMA.
METOD
DE PENELITIIAN
Penelitiaan ini dimakssudkan untukk meneliti pe engaruh pengelolaan labo oratorium Sa ains di SMA terhadap
efektivittas pemakaian n laboratoriumm Sains di SMMA. Untuk mencap pai maksud tersebut, digunakan
metode survey dengan mendeskkripsikan sertta menganalissis efektifitass pengelolaan n laboratorium
m di SMA
Binaan P4TK
P IPA. Populasi penelittian ini adalah
h SMA binaa an P4TK IPA yang
y tersebarr di 7 propinssi. Sesuai
dengan dana dan waktu w yang terrsedia ditetap
pkan yaitu 181 SMA sebag gai sampel pe enelitian yang diambil
dari 6 prropinsi. Sumber informasi dari penelittian ini adala ah guru sainss yang menja adi binaan P4TK IPA,
Kepala Sekolah,
S labo
oran, dan situ
uasi tiap laborratorium sainss yang beradaa di sekolah binaan
b tersebut.
Informasi-informasi dari
d guru sain
ns, kepala se ekolah, dan laaboran dikummpulkan melalui teknik wa awancara.
Informasi dari guru dand laboran dikumpulkan
d juga melalui angket, seda angkan informmasi mengen nai situasi
laboratoorium sains dikumpulkan
d melalui observasi langsun ng. Teknik pe engumpulan data yang digunakan
adalah melalui
m angke et, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi
d untuk mem mperoleh data a tentang
pendapa at pengelola laboratorium m, guru sainss, kepala se ekolah, dan laboran
l sainss tentang ke eefektifan
pemanfa aatan laboratorium dalam pembelajaran n Sains. Saraan-saran dari guru, kepala sekolah, labo oran, dan
unsur-un nsur yang terrkait akan dideskripsikan menurut
m dafta
ar deskriptor yang
y tercantuum dalam kue esioner.
Kondisii Laboratorium Pendidik kan Sains SMA di Sekollah binaan P4TK P IPA
Menurutt hasil obserrvasi, tiap SMAN binaan yang menja adi objek pe enelitian telah
h memiliki bangunan
b
laboratoorium sains. Untuk
U laborattorium fisika (100%) dan kimia dan biologi
bi yang terpisah
te hanya
ya 11,1%.
Gabungagan antara lab b biologi dan kimia
k adalah (88,8%).
Permasalahan yang tamp pak dari kondisi laboratoriu um yang diam mati di antarranya adalah sebagian
besar seekolah menda apat kesulitan
n dalam penga aturan jadwal penggunaan n laboratorium
mnya, pembag gian alat,
dan men ngadakan persiapan di da alam laboratorium yang be elum terpisahh antar bidang g studi yang sebagian
besar masih
m bergabung.
Sarana labo oratorium yang perlu ad da tambahan n/dilengkapi adalah pera alatan prosess belajar
mengaja ar yang dituntut dalam (sttandar isi dan n standar kommpetensi) sertta tututan pen nilaan proses ilmiah di
dalam la aporan siswa bidang studi sains. Peralatan tersebutt yang lebih penting buka an semata-ma ata harus
berkualittas tinggi, namun dapat menjelaskan
m k
konsep yang akan
a diterapkaan terhadap anak
a didik.
Di dalam labooratorium sains, terdapat pula
p peralatan elektronik yang
y sangat peka
p dan mud dah rusak
jika terkkena uap be erasal dari za at-zat kimia yang ada di d sekitarnya. Untuk mem melihara alat tersebut
diperlukkan penempattan khusus ya aitu dengan adanya
a penammbahan lemarri. Hal lain ya ang dipandang g penting
adalah perlu adanya a rehabilitasi bak cuci ka arena bak cu uci ini sesuattu yang palin ng penting adanya di
161
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
162
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
PENUTU UP
Berdasarkan hasil pe embahasan te erhadap berbagai temuan dari penelitia an ini , beberrapa kesimpu ulan yang
dapat diitarik adalah sebagai
s berikut.
1. Pad da umumnya SMAN binaa an P4TK IPA telah memilliki laboratoriium sains yang y dapat digunakan
d
unttuk praktikum m. Sedikit sekkali (11,1%) yang terpisah h untuk masing-masing bidang
b studi, sebagian
bessar (88,9%) dipakai
d bersama (dua bida ang studi) terrutama kimia dan biologi. Fasilitas labo oratorium
sainns yang massih dipandang g kurang mem madai adalah h keadaan ba ak cuci, lema ari alat/zat, pemadam
p
kebbakaran, perle engkapan PPP PK, dan alat perbaikan.
p
2. Pad da umumnya tiap SMAN yang y dibina oleh P4TK IPA A telah melakksanakan pen ngelolaan labo oratorium
seccara umum, akan tetapii sebagian besar b kualita
as pengelolaa annya masih h perlu ditin ngkatkan.
Perrangkat admin nistrasi laboraatorium sains umumnya diipandang belu um memenuh hi standar pen ngelolaan
labooratorium. Srrandar yag be elum dipenuh hi adalah pere encanaan, pe engaturan pelaksanaan, pe encatatan
alatt dan zat, dann pelaporan. Dari aspek pa aling teknis yang dipandan ng masih belu um memadai terutama
dalaam segi pena ataan alat da an zat, pemanfaatan fasilitas laboratorrium, pemelih haraan, dan perbaikan
p
alatt- alat labora
atorium yang rusak.
3. Kom mponen yang g terkait dalam pengelolaa an laboratoriuum (Kepala Sekolah,
S Guruu Sains, dan Laboran)
dalaam melaksan nakan kegiattan pengelolaannya kura ang didasarkkan pada sta andar atau pedoman
penngelolaan ya ang jelas, dan kebijakkan pengelo olaan labora atorium sain ns. Pada umumnya
u
penngelolaannya diserahkan pada p guru biddang studi (kkimia, fisika, biologi).
b Di be
eberapa SMA AN binaan
tida
ak pula tersed dia tenaga lab boran, sedang gkan keberadaannya sanga at dibutuhkann.
4. Di beberapa SM MAN ditemukkan banyak peralatan ya ang rusak da an tidak dipperbaiki, kare ena tidak
terssedianya pera alatan perbaikkan/reparasi dan
d teknisi laboratorium ya ang memperb baikinya.
5. Ken ndala-kendala a yang dihad dapi dalam pe engelolaan laaboratorium sains
s di SMAAN ialah tidakk adanya
perrsepsi yang sa ama di antara a personil sekkolah yang terlibat pada pe engelolaam iaaboratorium dalam
d hal
penntingnya kegia atan laborato orium dan asp pek-aspek yan ng mendukung kelancaran PBM sains.
6. Pro ogram diklat untuk
u pengelo ola laboratorium didasarka an pada kebu utuhan dan tingkat pemha aman dari
gurru sains adalah Cara me engadministra asikan alat dan
d bahan, Pengetahuan
P Penggunaan n Alat di
Labboratorium IP PA , Cara merrawat peralata an khusus di laboratorium biologi, fisika a, atau kimia, Standar
proosedur operassional bekerja a di laboratoriium, Pertolonngan pertama pada kecela akaan di laboratorium,
Keaamanan dan n keselamata an kerja di laboratorium, Pengawa asan aspek-a aspek yang ada di
163
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
laboratorium, Standar minimal sarrana dan prassarana laborattorium, serta alat/bahan yang
y harus adda di
dalamnyya, Cara men nangani kece elakaan di labboratorium, dan
d Penataann laboratorium secara um mum
serta Peranan Laboraatorium dalam
m pembelajara an IPA
Dalamm upaya mem menuhi dan meningkatkan pelaksanaa an pengelolaaan laboratoriu
um sains di SMA
S
d
diajukan bebeerapa saran sebagai
s berikuut.
1. Perlu adanya standar Pelaksan naan (Juklak) pengelolaan laboratorium yang baku se ecara nasionaal.
2. Kebe eradaan pusatt-pusat perbaaikan alat labo
oratorium saiins merupaka an kebutuhann yang mende esak
untukk diadakan.
3. Untuk meningkatk kan mutu pengelolaan lab boratorium, dipandang
d pe
erlu adanya pengkajian
p la
anjut
untukk pembinaan n terhadap tia
ap personil ya alam pengelolaan laboratorium IPA (Kepala
ang terlibat da
Sekolah, Guru-gurru Sains, dan Laboran).
DAFTAR
R PUSTAKA
Depdikbud. (1999). Penge
elolaan Laboraatorium Sekol
olah dan Manu
ual Alat Ilmu Pengetahuan
P n Alam: Jakarta.
_ ______; (2000), Pengelola
___________ aan Laboratorrium Sains: Direktorat Pendidikan Dasar dan Meneng
gah.
Derektorrat Pendidikan
n Menengah Umum:
U Jakarrta.
C
Creedy, John. (1978). A Laboratory
La Maanual for Scho
ools and Colleg
eges. London : Heinemann Education Bo
ooks
Limited..
w, Rolland B an
Bartholomew 80, Science Laboratory
nd Crawlwey,, Frank E, 198 L
Brown, Byron C. (2004). Enviromental
E l Health and Safety
S . Medica
al College of Georgia.
G
C
Corder, ny, (1988). Teknik
Anton Te Manajeemen Pemelih
haraan ( diterjjemahkan oleeh Kusnul Had
di). Jakarta:
Erlangga
a.
Dana, Charless A. (2002). Science
S Facilit
ities Standards
ds. Texas Educcation Agencyy.
1993). Buku Katalog
Depdilbud. (1 K Alat Laboratorium
L Sains untuk SMA
S . Jakarta
a : Dikmenum
m.
1999) Pelatiha
Depdiknas (1 an Manajemeen Pendidikann bagi Kepala Sekolah Men
nengah Umum
m se Indonesi
sia di
Surabaya
ya. Jakarta; Deepdikbud.
Kertawidjaja, Ion. (dkk) (1990).
( Studii Pelaksanaan
n, Pengelolaaan Laboratoriu
ium Pendidikaan Sains, SMA
MA di
Provinsi Jawa Barat. FPMIPA
F IKIP Bandung.
ono (2004). Modul
Momo Rosbio M Pengad
dministrasian Alat
A dan Bahaan Sains, Jakaarta: Dikmenjjur.
Purba, Janilus P. ; (1989)), Pengaruh Pengelolaan
P L
Laboratorium,
, Kondisi Peraalatan, dan Kemampuan
K G
Guru
terhadap
p Efektivitas Pemanfaatan
P n Laboratorium
m Sains bagi Siswa Kelas II SMA Negeeri di
Kota Mad
adya Bandung g: FPS IKIP Baandung.
S
Simpson, Ron
nald D. dan Anderson,
A orman D. Scie
No ience Studentts, and Schoo
ol: A Guide for
fo the Midlle and
Scondarri Schools Teaacher: John Wiley
W and Son
ns; New York.
Falah Producction.Supraptoo; 1981, Lap
poran Evaluassi tentang Peenggunaan, Pemeliharaan,
P , dan Perbaaikan
Alat-alat
at Pengajaran Sains di SMA
A: BP3: Depdikkbud.
S
Syansuddin, 1996); Analissis Posisi Pembangunan
M. Abin (1 Pe Pendidikan. Jakarta. Biiro Perencan
naan
Depdikb
bud.
T Penelitian
Tim n dan Pengem
mbangan PPP 99. Upaya Pengembangan
PPTK IPA, 199 Pe n Program PP
PPPTK IPA
T
Tobing, gke L. 1982, Cara
Rang C Menilai Kegiatan
K Labo
boratorium: Pu
usat Pengemb
bangan Penattaran Guru Saains;
Bandungg.
uyub, Haryantto, 1999 Gag
Umaedi & Gu gasan dan Saaran-saran Pen engembangan n PPPPTK IPA
A sebagai Scieence
Teachin
ng Center Beertaraf Internaational. PPPPT
TK IPA Bandu
ung.
164
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-20
DEVEL
LOPING OF VIDEO-BA
ASED COAC
CHING PACK
KAGE: RES
SULTS OF THE SECOND
D YEAR
RESE
EARCH PRO
OJECT
ABSTRACT
T
This paper
p presen nts results off the second
d phase of a three-year research
re proje
ject on videoo-based
coach
hing. The pro roject aims at developing g a video-bassed coaching g program to o improve teaeachers
teach
hing skills. Ass part of the project
p a coac
aching packag ge was develooped. The paackage consist sts of a
video
o software (vivideo analyzerr) and a num mber of video o on biology lessons specicially chosen for
f the
coach
hing purpose. This paper discusses
d asseessment of th
he package annd revisions done
d to improove the
packaage both in teerms of the so oftware and the
t videos. In n the second year
y the Videeoanalyzer is revised
r
to maake it more ussers friendly and
a the video os now also in
nclude a speci
cially arrangedd lesson.
Keyw
words: video--based coaching, teaching skills, users friendly,
f video
o analyzer
PENDAHULUAN
165
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
untuk menen ntukan perbaikan yang aka an dilakukan. Coach akan membantu
m guuru untuk me enemukan hall-hal
a yang perrlu diubah/dip
apa perbaiki.
Tahap klarifikasi: Pada tahap ini i dilakukan analisis perm masalahan. Ma asalah yang akan dipecah hkan
d
diuraikan sehhingga jelas mana
m permassalahan utama a dan juga permasalahan
p mana yang akan dipecah hkan
t
terlebih dahuulu. Berdasark kan rekaman video yang te elah dianalisiss bersama, cooach akan meembantu coacchee
mencari akar permasalaha an (permasala ahan utama) yang
y perlu te
erlebih dahuluu dicari solusin
nya.
Tahap pemecahan n (perubahan): Pada tahap p ini coacheee dengan bantuan coach berusaha
b menncari
s
solusi terhada ap permasala ahan yang dih hadapi. Coacch berusaha memberikan
m s
saran dan altternatif-altern
natif,
namun coach chee sendirilah yang haru us mengemba angkan solussi permasalah han yang dih hadapinya. Pa aket
program coac aching yang berisi
b cuplikan
n rekaman vid deo pembelajjaran yang b baik dan yan ng kurang baik
b
a
akan diputar agar coache ee bisa meng gembangkan ide guna me engatasi permmasalahan ya ang dihadapin nya.
C
Coach juga akan
a memberrikan saran da an masukan kepada
k coachhee untuk meeningkatkan pengetahuan
p dan
keterampilannya.
Tahap penutup: Pada P tahap in
ni dilakukan evaluasi
e terhaadap apa yan ng telah dicaapai coachee dari
proses coach hing. Hal-hal yang pada tahapt pendah huluan disepakati untuk diubah/diperb
d baiki akan dinilai
a
apakah tujuaan tersebut te elah tercapai. Ketika coacchee tampil mengajar,
m coa
oach akan meengobservasi dan
merekam keg giatan pembelajaran terssebut sehingg ga coach ma aupun coache hee dapat meengamatinya dan
menilai kema ajuan yang tellah dicapai.
Coacching, terlebih h lagi coachinng berbasis reekaman video pembelajarran, belum banyak dilakukkan.
Penelitian yan ng dilakukan oleh sebuah tim peneliti di d Free Univerrsity of Berlin,, Jerman (Fischler, Schroe eder,
T
Tonhaeuser, & Zedler, 20002; Schrder & Fischler, 20 003) mengun ngkapkan bahwa guru yang g telah mengikuti
c
coaching memerlihatkan peningkatan
p yang berarti dalam cara mengajarnya a. Setelah me engikuti coachching
pandangan guru tentang cara c mengajaar yang efektiif jadi berubaah dan hal terrsebut diperlihhatkannya da alam
kegiatan pem mbelajaran ya ang berubah dari pembe elajaran yang berpusat pa ada guru (ce eramah) men njadi
pembelajaran n yang berpu usat pada sisswa. Analisis terhadap ke egiatan pemb belajaran gurru tersebut juga
j
memperlihatkkan bahwa gu uru mengajarr dengan menggunakan metode m pembelajaran yang g lebih bervariasi
(Schroeder & Fischler, 200 03).
Ide pemanfaatan
p rekaman viddeo pembelajjaran untuk coaching
c tern
nyata juga menarik
m perhaatian
kelompok pe eneliti lain unntuk melakukkan hal serup pa (Duit, Euler, Friege, Komorek,
K & Mikelskis-Seiffert,
2003). Deng gan memanfa aatkan sejum mlah rekaman n video pem mbelajaran ya ang telah dikkumpulkan, para p
peneliti ini merancang
m untuk melakukan coaching g berbasis video pembelaajaran. Hal ini menunjukkkan
bahwa coach ching bisa menjadi
m strategi yang te epat untuk mengembang
m gkan pemaha aman guru dan
peningkatan praktek men ngajarnya, ya ang keduanya a memang harus
h dikemb bangkan seca ara paralel (D Duit,
W
Widodo, & Mu ueller, 2007)..
Hasil uji coba terrbatas menun njukkan bahw wa paket pro ogram coachin ng yang telah dikembang gkan
d
dapat diguna akan walaupun masih mem merlukan beberapa penyem mpurnaan. Be eberapa hal yang
y masih perlu
p
penyempurna aan antara lain adalah kua alitas video, tampilan,
t dann petunjuk pe engoperasian. Sekalipun pa aket
program coacching yang te elah dikemba angkan masih h memiliki beb berapa kelammahan, namun n dalam uji coba
c
t
terbatas teruungkap bahw wa paket prog gram coachin ng tersebut bisa
b memban ntu coachee (terutama guru)
untuk menya adari kelemah han dalam dirrinya yang pe erlu diperbaikii, mendapatkkan ide untuk memperbaikkinya
kelemahan ya ang dimiliki, dan
d memotiva asi mereka un ntuk meningkkatkan kemam mpuan diri.
METODE PE ENELITIAN
Penelitian yan
ng dilakukan merupakan penelitian
p ngembangan (R & D). Hasiil yang disajikkan dalam tulisan
pen
ini merupaka an sebagian hasil yang telah dicapai dari penelitian tahun kedua (proye ek penelitian
n ini
166
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
direncan
nakan berlang
gsung selama a 3 tahun). Secara
S utuh tahapan
t pene
elitian yang dilakukan
d dap
pat dilihat
pada bagan alur pene
elitian pada Gambar
G 1 berikut ini.
167
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
G
Gambar 2: Tampilan
T prog
gram Videoan
nalyzer V.2 ya
ang telah dise
empurnakan
168
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
PENUTU
UP
Berdasarkan hasil uji coba terbata
as dan judgem
ment ahli, pakket program coaching
c yang
g telah dikem
mbangkan
menunju ukkan bahwaa secara um mum paket te ersebut sudaah bisa digun nakan untuk keperluan coaching.
c
Beberappa hal yang masih
m perlu disempurnakan n adalah tam
mpilan program m (perangkatt lunak) Video
oanalyzer
V.2. Tammpilan dimak
ksud berdasarrkan judgeme ent ahli menyyangkut perb bandingan ukkuran video dan
d huruf
dengan melihat ruang tampilan ya ang muncul. Selain
S itu warrna dan disainn tombol-tom
mbol menu ma asih perlu
disempuurnakan agar lebih menarrik dan tidakk melelahkan pengguna. PaketP m coaching ini masih
program
terus dissempurnakan dan akan diuuji coba penggunaannya se ecara lebih lu
uas pada tahu
un mendatang g.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
169
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-21
THE IMPL
LEMENTATIION OF BIIOLOGY TEA
ACHING IN
N HIGH SCH
HOOL (CAS
SE STUDY IN
I
TH
HE HIGH SCCHOOL, MEELOBOURN
NE, AUSTRAALIA)
Achmadd Munandar,
(Jurusan Pen
ndidikan Biolo
ogi FPMIA, Un
niversitas Pen
ndidikan Indon
nesia, Bandun
ng)
ABS
STRACT
The object ctive of the research
r as product of observation,
o d
discussion, lec
ecturing, semiinar in Biolog gy
teaching ofo High Schoo ol, Australia. The
T activitiess of the reseaarch at La Trorobe and Mon nash Universit ity
and the Highschool,
H Melbourne.
Me The
he focus of th he research on
o the Biologyy teaching. The T case stud dy
carried outut in the Gove ernment and d Private (Caththolic) High School
S at Benndigo district about 150 km
from Melbobourne. The re esearch carrieed out 2002, 2007 by obsservation and d literature stu
udy.
The observvation of teac aching-learning
ng process at high school, especially
e on Biology is begegun by gettinng
the informmation by the e teacher using
ng video; disccussion and sm mall seminar concerning the th topic of th he
subject maatter and then n carry out tot observation n, practicum and
a to do thee report.
By the currriculum of biology
b teachi
hing, the teach
cher could deveveloped lesso on plan etc. The
T curriculum m
contains ofo : curriculu lum focus, fo or exampless the contextt of subject matter,
m durattion, learninng
activities, skills,
s process
sses and proccedures. The student asseessment by the th the repo port of activity
ty,
writing and d oral examinnation, practiccum test and asiggnment
a i. poster or by
i.e b multimediaa etc.
The researrch is descriptptive research
h with cooperaation of the FPMIPA
F lecture
rer and the Madrasah
Ma Aliyaah
(MAN) teac acher.
Keywords s: The teach her information, discussio
on, small se
eminar, writing and oral examination
n,
practicum test, field study and assign
nment report.
UAN
PENDAHULU
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Austra alia (High Schhool) Australiaa, pada tahun
n tahun 2000 dan
d
dilanjutkan p
pada tahun 2007/2008 me ni pada SMA yang terletak di
elalui studi litteratur.Lokasii penelitian in
d
daerah Bendiigo kurang le ebih 150 km dari
d kota Melb bourne. Sekoolah tersebut adalah SMA A Negeri dan SMA
S
S
Swasta (Kath
holik School). Penelitian ini difokuskan pada
p mata pellajaran Sainss Biologi pada
a kelas II.
Landasan teori belajar yang digunakan
d guru-guru, sam ma seperti di Indonesia
I anttara lain me
elalui
pendekatan inkuairi
i (inqu
uiry approach h), contextuaal learning, leearning by exxperience, leaearning by dooing,
s
system approoach, compre ehensive apprproach, group p learning, peeer teaching, team teachin ing dsb. Adaapun
metode meng gajar yang digunakan ada alah : cerama ah; diskusi; eksperimen;
e t
tanya jawab, praktikum; studi
s
lapangan/ karyawisata. Te eori belajar yang diguna akan seperti yang telah disebutkan di muka, yang y
umumnya se eperti apa yang
y dilakukan di Indonessia, karena be erasal dari sumber yang sama yaitu dari
A
Amerika (USAA) dan Eropa a Barat. Hanya dalam implementasinyya dalam ben ntuk teknik mengajar
m merreka
melakukannyya secara deta ail dan sunggguh-sungguh.. Teori belaja ar (Konsep) Satuan Aca ara Pembelajaaran
/
/Pesiapan Me
engajar Pe elaksanaan Pe embelajaran Evaluasi umpan balikk (feed-back) diskusi antar
pengajar pad da bidang yan ng sama. Dengan demikian n yang dibicarrakan bukan diskusi
d mengenai teori bellajar
melainkan ba agaimana melaksanakan te eori belajar te
ersebut dalam m proses belajar mengajar.
METODE PE
ENELITAN
170
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
PENUTU
UP
Keahlian, dissiplin, motivaasi, kemandirrian guru me erupakan fon ndamen utamma dalam melakukan
m
proses belajar
b mengajar di sekola ah. Komitmen n antara paraa guru dalamm pengajarann tim harus mendapat
m
perhatia
an untuk mencapai tujuan n yang ditetaapkan sesuai dengan tujuan yang te elah ditetapka
an dalam
kurikulum. Berpikir deduktif dan n induktif yan
ng dilakukan dalam penga amatan/ penelitian Bioloogi perlu
dilengka
api dengan be erfikir sistem dan kompre ehensif, yang dapat mengh hasilkan waw
wasan yang leebih luas.
Menghargai karya sisswa, yang didasarkan pada a penilaian ya
ang obyektif dari
d para evaluator sekolah h.
171
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
DAFTAR
R PUSTAKA
172
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-22
THE LEARNING SC
CIENCE BA
ASE HUMAN
NISTICS
Sudarto
(Makasssar State University)
ABSTRACT
T
The question
q in this
t research
h was how the model of o learning science
sc basess humanisticss could
increaase the stud dents learnin
ing outcomess and grows ws their emo otional, spiritu
tual, and creeativity
potenntial? The aiims of this reesearch was producted leearning tools of science baseba humanist stics by
develo
lopment procecess.
This study
s was de
evelopment reesearch. Prod duct desired in this researc
rch was yieldining the studyy model
periph
pheral of scien
nce bases on special
s human
anistics for graade VII SMP.
Devel
elopment proccess of study model of scieence bases on n humanisticss through fou
ur phases, thaat was:
definee, design, de
evelop, and disseminate.
d I this first year,
In y developm
pment processs until develo opment
stagee. Later after research of third
t year haas just come up with phasse disseminatte. At define phase,
reseaarcher team did
d observatio on about stud dy of sciencee in SMP, esppecially situati
tion that is fac
aced by
teach
her, student characteristic,
c concepts wh
hich will be tau
aught, and forrmulation of purpose
p of stu
udy. At
desig
gn phase, rese earcher team
m did things: audition
a of meedium, auditio
ion of format, writing of teeaching
matteer, study sce enarios, the planning of learning aplilication, the sheet
s of stu
udent learning g, and
equippment of eva aluation. At development
d t stage, perfoformed test tot peripheralals which hass been
comppiled and plannned. Result ofo this, herein
nafter was made
ma perfect based
b on inpuut from teachher and
studeent.
PENDAHULUAN
Pendidikkan merupak kan ujung tombak kualita as sumber da aya manusia. Hal ini sen nada dengan pasal 3
Undang--undang Siste em Pendidika an Nasional Nomor
N 20 Tahun 2003 yang menyatakkan bahwa Pe endidikan
Nasional berfungsi mengembang
m kan kemamp puan dan me embentuk wattak serta perradaban bang gsa yang
bermarttabat dalam rangka menccerdaskan ke ehidupan ban ngsa, bertujuaan untuk be erkembangnya a potensi
peserta didik agar menjadi manussia Indonesia yang berima an dan bertakkwa kepada Tuhan
T Yang Maha
M Esa
(Allah SWT),
S berakh
hlak mulia, seehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara
n yang cinta
c musyaw warah serta be ertanggung ja awab. Denga an demikian, terlihat
t bahwwa melalui
pendidikkan nasional diharapkan terbentuk manusiam Indonnesia yang berkualitas
b tinggi, baik dalam hal
materil maupun spirrituil. Karena itu pendidikan nasional harus menjadi prioritas utama u dalam agenda-
agenda pembaharuan nasional. Warna W kehiduppan yang nan apat rasakan tergantung corak
ntinya kita da c dan
mutu pe endidikan nasional yang ditterapkan seka arang.
Bagaima ana sebenarn nya mutu pen ndidikan nasio onal kita? Apaakah sudah mencapai
m gkat yang diharapkan?
ting
Untuk menjawab
m pe
ertanyaan ini, kita harus melihat
m minim
mal empat asspek yang mana m aspek in
ni sangat
berkaitaan dengan pe endidikan. Asppek pertama adalah aspekk intelektual ataua aspek ya ang berkaitan
n dengan
kecerdassan intelektu ual (IQ). Muttu pendidikan n nasional da alam kaca mata
m intelektuual, khususnyya dalam
bidang sains
s dapat daikatakan
d baahwa mutu pendidikan ma asih rendah. Hal ini ditand dai dengan reendahnya
kinerja siswa Indone esia dalam biidang sains dibandingkan
d dengan siswwa bangsa la ain sebagaima ana yang
dilaporkkan oleh TIMS SS tahun 199 99, yakni perringkat ke-32 dari 38 nega ara (berada di d bawah Tha ailan dan
Malaysiaa) dengan sko or 435 dari skkor total 650.. Begitu pula pada tahun 2003
2 menurut laporan TIM MSS, lagi-
lagi presstasi sains an
nak Indonesia a masih renda ah, yakni urutan ke-32 dari 45 negara dengan skorr 420 dari
skor tottal 650 (Rusttaman dalam Anggraeni, 2006). Sedangkan menurrut laporan terbaru, t yaitu
u laporan
173
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
ttahun 2007 dari d survei PISA yang dilakkukan oleh OECD O pada tahun 2006, skkor sains anakk-anak Indon nesia
berada jauh di d bawah rata a-rata skor.
Dari pernyata aan di atas, terlihat
t bahwa a secara intelektual, baik dalam hal sains maupun dalam d hal seccara
umum, prestasi pendidika an Indonesia sangatlah rendah. Adapun prestasi pe endidikan terttinggi diraih oleh
o
Finlandia. Ap pa rahasia suk kses pendidikkan Finlandia?? Sistem pen ndidikan Finlandia memang g unik. Reme edial
t
tidaklah diannggap sebaga ai kegagalan tapi untuk perbaikan. Orientasi
O dibuat untuk tujuan-tujuan yangy
harus dicapai. Penekanan n ada di prosses, bukan padap hasil. PRR dan ujian tak musti dikerjakan den ngan
s
sempurna-ya ng penting murid
m menunjjukkan adanyya usaha. Ujian justru dip pandang sebagai penghan ncur
mental siswa. Sejak awal, murid diajarri bertanggung jawab men ngevaluasi dirrinya sendiri. Mereka didorrong
untuk bekerjja secara ind dependen. Guru tidak mesti selalu mengontrol
m m
mereka. Prosees pembelaja aran
berjalan dua arah. Suasan na sekolah bo oleh dibilang jadi
j lebih cairr, fleksibel, da
an menyenangkan dan efe ektif.
G
Guru juga tak pernah mengkritik murid d yang justruu dinilai membuat murid malu m dan men nghambat pro oses
pembelajaran n itu sendirii. Murid bo oleh berbuatt kesalahan, namun guru akan me emintanya un ntuk
membandingkan dengan hasil h sebelumnya. Finlandia a sukses men nggabungkan kompetensi guru g yang tin
nggi,
kesabaran, toleransi
t dan komitmen pada p keberhasilan melalu ui tanggung jawab pribadi. Di Finlan ndia,
perbedaan an ntara murid berprestasi baik
b dan murrid yang kura ang sangatlah h kecil. Kata seorang guru di
Finlandia, Ka alau saya gaggal dalam mengajar seoran ng murid, maka itu berarti ada yang tid dak beres denngan
pengajaran sa aya!
A
Aspek kedua yang harus dipandang
d ad
dalah aspek emosional.
e Aspek ini rupan nya sangat tiddak terperhatikan
d
dalam dunia pendidikan kiita selama ini. Aspek ini se eolah bukan tugas utama pendidikan.
p R
Rupanya aspek ini
d
dibiarkan beg gitu saja selama ini. Wajar saja kecerd dasan emosional para anak didik kita dan d mantan anak a
d
didik kita sangat rendah. Hal
H ini ditanda ai dengan serringnya anak--anak didik kitta tawuran.
Dapatkah kita a bangsa Indonesia sedikkit meniru sisstem pendidikkan Finlandia a? Jika kita melihat perubaahan
kurikulum pendidikan nasiional khususn nya kurikulumm pendidikan dasard dan me enengah, yakni dari Kuriku ulum
Berbasis Tujuan (Objectiv ives Based Curriculum
C ) menjadi
m Kurikkulum Berbassis Kompeten nsi (Compete ency
Based Curricu ulum) yang se elanjutnya me enjelma menjjadi Kurikulum m Tingkat Sattuan Pendidikkan (KTSP), makam
pola-pola pe endidikan Finlandia men njadi lebih mudah diad daptasi. Nam mun, tidaklah h mungkin kita
mengadaptassi semuanya secara langsu ung, perlu taahapan. Nah, salah satu ta ahapan yang perlu diadap ptasi
a
adalah dalamm hal pembelajaran, khussusnya dalam m pembelajarran sains. Un ntuk itu kita perlu menen ngok
bagaimana se eharusnya keegiatan pembelajaran Sains dilakukan berdasarkan
b k
kurikulum pen
ndidikan nasio onal
y
yang baru.
Nah, pembelajaran Sainss dalam Kurikulum Nasio onal yang ba aru disaranka an agar pem mbelajaran Sains
S
berlangsung dalam rangk ka pembentukan watak, peradaban dan d peningkatan mutu ke ehidupan pesserta
d
didik. Kegiattan pembelajjaran Sains hendaknya memberdaya
m kan semua potensi pese erta didik un ntuk
menguasai kompetensi
k yang
y diharapkan, kegiatan pembelajaran mengem mbangkan kemampuan un ntuk
mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam ke ebersamaan dan mengakktualisasikan diri.
Dengan demikian kegiatan n pembelajarran perlu: berrpusat pada peserta didikk, mengemban ngkan kreativvitas
peserta didikk, menciptakan kondisi yan ng menyenan ngkan dan me enantang, be ermuatan nilai, etika, estettika,
logika, dan kinestetik, dan d menyediakan pengallaman belaja ar yang bera agam. Pelakssanaan kegia atan
pembelajaran n menerapka an berbagai strategi dan metode. Pe embelajaran menyenangkkan, konteksttual,
e
efektif, efisie
en dan berm makna. Dalam m hal ini ke egiatan pem mbelajaran mampu
m mengembangkan dan
meningkatkan n kompetenssi, kreativita as, kemandirrian, kerjasama, solidarittas, kepemim mpinan, emp pati,
t
toleransi dan kecakapan hidup
h a didik guna membentuk watak
peserta w serta meningkatkan
m n peradaban dan
martabat ban ngsa. Terlihatt bahwa ruh h pembelajarran sains yan ng dikehenda aki oleh kurikkulum pendidikan
nasional san ngat senada dengan sua asana pembelajaran di Finlandia. Terlihat T bahwwa pembelaja aran
174
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
hendakn
nya bersifat memanusiakan (human nistis). Karen
na itu perlu u rupanya dikembangkan
d n model
pembela
ajaran (khusu
usnya pada mata pelajaran
n sains sebaga
ai uji coba) ya
ang berbasis humanistis.
METOD
DE PENELITIIAN
Penelitia
an ini bertujuuan untuk menghasilkan suatu s paket pengembang gan perangka at pembelajarran Sains
Berbasiss Humanistis di Sekolah Menengah
M Pe
ertama berup pa Buku yang g terdiri dari materi ajar, skenario
pembela ajaran, RPP, LPS,
L dan alat evaluasi. Ada
apun prosedur pengemban ngan model te ersebut adalah melalui
tahap-taahap sebagaim mana tahap-ttahap yang diiperkenalkan oleh Thiagara ajan (1975:5)) yang dikena al dengan
istilah Four-D
F Moddel (define, design, dev velope, dan n disseminatte) atau dalaam bahasa Indonesia
I
diterjem
mahkan men njadi Mode el-4P (pendefinisian,, perancan ngan, pen ngembangan n, dan
pendise eminasian).
Pada tahap pendefinisia
p an, tim peneliti melakukan n observasi teentang pembe elajaran sainss di SMP,
terutama situasi yang dihadapi guru, karakkteristik sisw wa, konsep-ko onsep yang akan diajarkkan, dan
perumussan tujuan pe embelajaran.
Pada tahap perancanga an, tim pene eliti melakukan hal-hal: pe emilihan med dia, pemilihann format,
penulisaan materi ajarr, skenario pe embelajaran, RPP,
R LPS, dan
n alat evaluassi.
Pada tahap pengembang
p gan, diadakaan ujicoba terrhadap perangkat-perangkkat yang telah h disusun
dan direencanakan. Ha asilnya, selan njutnya disempurnakan berrdasarkan ma asukan dari gu uru dan siswaa.
Pada tahap pendisemin nasian, peran ngkat-perangkat yang tela ah dianggap baku, diseba arluaskan
untuk diijadikan acuan.
Pada pe enelitian tahap
p pertama inii, baru sampa ai pada tahap p pengembang gan, yaitu ujii coba peranggkat yang
telah direncanakan
d atau disussun. Hasil-ha asil yang diidapatkan pa ada tahap pertama ini setelah
disempu urnakan (direv visi) berdasarrkan masukan n dari siswa dan guru nan ntinya akan diterapkan
d pa
ada tahun
kedua sesuai
s rencana penelitian ini.
i Sementarra penerapan hasil penyem mpurnaan perangkat pembelajaran
berbasiss humanistis yang
y bakan di tahun pertama pa
diujicob ada tahun ke edua, maka di tahun kedua a ini pula
diadakan n juga uji cob
ba perangkatt pembelajara an berbasis humanistis tah hap dua deng gan sasaran kelas
k VIII
dan IX SMP
S pada sekkolah yang sa ama pada tah hap pertama. Pada tahun ketiga,
k diadakkan ujicoba perangkat
p
1,2, da an 3 di sek kolah yang berbeda de engan sekola ah pada tahap 1 dan 2, tetapi diadakan
penerap pan/pengemba angan perang gkat pembelaajaran 2 dan 3 di sekolah h yang sama dengan seko olah pada
tahap 1 dan 2. Gamb baran rancang gan penelitian
n tersebut dappat dilihat pad
da Gambar 1..
175
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
Tahun I 200
08
(Tahap I) Penulisan PSH 1
untuk kelass VII
Tahun II 2009 P
Penulisan PSH 2 & 3 Pengembangan
P
(Tahap I) unntuk kelas VIII dan IX PSH 1
Ujicoba PSH 1 sd 3
Tahun III 20
010 (KBM ditanngani Pengembangan
P
(Tahap I) Guru Mitrra) PSH 2 & 3
Lapooran Akhir
Tahun III 20
010 Diseminaasi daan Paket
(Tahap II) Pem
mbelajaran
K
Keterangan
n:
: Jenis Kegiatan : Urutann Kegiatan
: Hasil Kegiatan : Lanjuttan Kegiatann
: Koord
dinasi
Gam
mbar 1: Gariss besar alur penelitian
176
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
ditu
umbuhkembangkan dala am pembela ajaran sainss dan membuka waw wasan guru u dalam
menumbuhkakembangkan po otensi-potensi tersebut dalam pembelajaran.
(3) Berddasarkan hasil Angket Respon Perasaan n Siswa Selamma Mengikuti Pembelajaran n Sains
Berbbasis Humanistis maka dip peroleh hasil: 55 orang (911,7%) siswa merasa
m senagng, 5
oranng (8,3%) sisswa merasa biasa
b dan 0 % siswa yang tidak
t senang.
(4) Berddasarkan hasil Angket Pendapat Siswa terhadap
t Pera
angkat Pembe elajaran Sainss
Berbbasis Humanistis maka dip peroleh hasil: (100%) siswa a berpendapaat bahwaPera angkat
Pemmbelajaran Sains Berbasis Humanistis
H m
memudahkan p
pemahaman s
siswa dan (1000%)
sisw
wa berpendap pat bahwaPera angkat Pembe elajaran Sainss Berbasis Hu
umanistis mem mbuat
sisw
wa termotivasi untuk belaja ar.
(5) Berddasarkan hasil Angket Pendapat Siswa Terhadap
T Perrangkat Mode el Pembelajaraan Sains
Berbbasis Human nistis dalam Kaitannya dengan
d Peng
gembangan Potensi
P Emosional, Spirittual, dan
kreaativitas Siswa maka dapat disimpulkan bahwa: Peran ngkat Pemb belajaran Sain
ns Berbasis Hu umanistis
yangg Dikembangkan menja adi siswa se emakin sadar akan pen ntingnya potensi-potensi tersebut
ditumbuhkemban ngkan dalam m pembelajjaran sains dan mem mbuka waw wasan siswa a dalam
men numbuhkakem mbangkan potensi-potensi tersebut dala am kehidupan n sehari-hari mereka.
m
(6) Berddasarkan ha asil Angkett Pendapat Siswa Pe erlu Tidaknyya Model Pembelajaran Sains
Berbbasis Huma anistis Dilanju
utkan, maka diperoleh ha asil: 83,3% berpendapat
b s
sangat perlu,, 16,7 %
berppendapat perlu, dan 0% berpendapat tidak perlu.
(7) Berddasarkan hasil Angket Pendapat Siswa Tentang
T Perla
akuan Guru yang
y Diterima
wa Seiring Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Sisw P n Sains Berbassis Humanistis maka dipero oleh
hassil bahwa pad da umumnya gurug telah meengajar dengan menerapkkan prinsip-priinsip
kemmanusiaan da alam mengaja ar.
Hassil evaluasi sisswa dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1:
1 Hasil Evaluasi siswa
Rentang
g Skor K
Kategori Jumlah
90 100 Sangat ting
ggi 8 oran
ng (13,33%)
80 89 Tinggi 48 ora
ang (80%)
65 79 Sedang 4 oran
ng (6,67%)
55 64 Rendah 0
0 - 54 Sangat ren
ndah 0
Berdasarkan masukan-ma asukan guru mitra
m dan temmuan di lapanngan, maka dapat dikataka an bahwa
perangkkat pembelaja aran sains berbasis
b hummanistis yang g telah dibuat sangat memabnt
m gurru dalam
mengaja ar dan memudahkan guru g dalam mengajar. Guru mitra a merasakan tantangan n dalam
mengop ptimalkan kre eativitas sisw
wa. Hal ini karena
k guru mitra sendirri selama ini juga belum m banyak
memaha ami bagaiman na mengkreatifkan siswa tersebut.
t Berrdasarkan maasukan ini maaka kiranya kreativitas
k
para guru perlu dilattihkan dan ditingkatkan dalam
d rangka mengkreatiffkan siswa. Suatu
S hal yanng sangat
mengge embirakan adalah bahwa siswa-siswa kelas k VII yanng lain yang tidak terlibat dalam pene elitian ini
sangat berharap
b diajar dengan pe erangkat moddel embelajarran sains berbasis humaniistis yang tela ah dibuat
ini. Mere
eka iri karenaa mengangga ap bahwa pe erangkat yang g telah dibuat dalam pene elitian ini ben
nar-benar
menyenangkan dan memudahkan
m siswa dalam belajar sainss.
PENUTU
UP
Perangkkat yang dihassilkan
1. Memudahkan n guru untuk membelajarkkan sains.
177
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
178
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Berdasarkan hasil da an temuan ya ang diperoleh h dalam penelitian ini, dike emukakan be eberapa saran n sebagai
berikut:
1. Perangkat pe erangkat pem mbelajaran saiins berbasis humanistis
h inii kiranya segeera disebarka
an karena
siswa lain se elain siswa yang
y menjadi sampel dallam penelitian ini sangat menyukai perangkat p
pembelajaran n sains be erbasis hum manistis yang g dikemaba angkan ini dan merekka ingin
menggunaka annya juga.
2. Dalam mode el pembelajarran sains berrbasis human nistis ini, guru harus sena antiasa berlattih untuk
memunculkan kreativitas--kreativitas ba aru yang berkkaitan dengan n materi sainss yang akan diajarkan
sehingga kre eativitas-kreattivitas itu nanttinya memotivasi siswa un ntuk lebih krea atif lagi.
3. Dalam mode el pembelajaran sains be erbasis huma anistis ini, gu uru harus se enantiasa me emperluas
wawasannya tentang ke ecerdasan em mosional, spirritual, dan kreativitas
k di samping ke ecerdasan
intelektual.
4. Dalam mode el pembelajaran sains be erbasis huma anistis ini, gu uru harus se enantiasa me emperluas
wawasannya tentang hakiikat manusia dan perkemb bangannya.
5. Bagi guru sains yang lain yang ingin mengembang
m kan model in ni, maka pera angkat yang dihasilkan
d
dalam penelitian ini dapatt dijadikan acu uan.
6. Bagi peneliti yang bermin nat melanjutkkan penelitian n ini di temp pat lain dihara apkan agar menelaah
m
segala kelem mahan dan keterbatasan
k penelitian ini sehingga penelitian
p ng dilakukan nantinya
yan
benar-benar dapat lebih menyempurna
m akan hasil pen nelitian ini.
DA
AFTAR PUSTA
AKA
a, N. 1978. Filsafat
Drijakara F Nanussia. Yogyakartta. Kanisius
Hartoko, Dick (ed). 1985. Memanu
usiakan Manu
usia Muda. Yo
ogyakarta. Kan
nisius
03. Strategi Pembelajaran
upriyono. 200
Koes, Su Pe Fisika. Malang
g. JICA.
Nurdin, M. 2005. Pen
ndidikan yang
g Menyebalkan
n.Yogyakarta.. Ar Ruzz
Nurhadi. 2004. Kuriku
kulu 2004, Perrtanyaan dan Jawaban. Jakkarta. Grasind
do
Nurkanccana, Wayan, dan PPN Sum 6. Evaluasi Pendidikan
martana. 1986 Pe . Usaha Nasional. Surabaya.
Thiagara
ajan, S. Dorotthy S Semme n I, Semmel. !975. Instruct
el, and Melvyn ctional Deve
velopment forr Training
Teachers of Exceptional Children
C , A So
ourcebook, Bloominngton. Cente
er for Innovvation on
Teaching thee Handicappedd
__. 2003. Sta
_______ andar Kompete
tensi Mata Pel
elajaran Sains Sekolah Mene
nengah
Pertama dan Tsanawiyah. Jakarta. Dep
pdiknas
__. 2006. Sisd
_______ diknas 2006. Bandung. FOKUSMEDIA
http://no
ofieiman.com
m/2007/05/pendidikan-indo
onesia-terbaikk-di-dunia/
179
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
S
SCI-23
IMPROVE
EMENT OF THE
T SCIENCE INSTRU
UCTION AC
CTIVITIES IN
I SMP
BASED ON THE FIV
VE DOMAINS OF SCIE
ENCE
Zuhdan K. Prasetyo,
P Ana
asufi Banawi, Bibiana Estri P,
Esti Y. Widayanti., Puji R. S., Suyono
ABS STRACT
The main purpose of this t research is increasing g the effectiveeness of scien
ence instructio on by applyin ng
teaching model
m based on Domain of o Science Ed ducation, so that
t the activvity, creativityy, and positivve
attitude to
o learn science e in class at SMP
S Negeri 2 Depok Slemaan Yogyakartaa grows.
This actionn research was wa applied ussing the modi dification of Suusan Loucks-H Horsley (SLH)H) model whicch
has four phases,
p i.e.: (1)
( invite, (2)) explore, (3)) propose exp planations and d solutions, (4)
(4 take action n.
The researarch was cond ducted in 2 cycles
c and thhe actions weere based on n the result of collaboratio on
between leecturers and teachers
t invo
olved in the research.
re Thee data, the ch
hange processs instruction of o
Active, Creeative, Effectiv ive, and Fun (PAKEM),
( waas obtained th hrough the ob bservation ussing instrumen nt
which havve been prep pared. The information
i o
obtained by using
u the insstrument and d the result of o
researcherrs interview withw the stude dents express three main aspects,
a that are learning, students, an nd
teacher actctivities, wherere expressed ini these threee aspects show ow PAKEM crite terion.
The resultt shows thatt by applying science instr truction based d on five dom mains of scieence with SLLH
model, thee activity, creaeativity, and positive
p attitudde toward sciience instructtion grows. Itt was indicateed
by the inccreasing perccentage in in nstruction, sttudents and teacher activvities. Instrucction activitiees
increases 25%, with average a of improvement
im on activities equal
of instructio e to 12,,5%. Student nts
activities experienced
e improvementt equal to 43,75%,
4 with
h average off improvemen nt of studentnts
activity eqqual to 21,8 88%. The teeacher activitties improved d equal to 33,33%, witth average of o
improvemeent of teacher er activities eqqual to 16,67% %.
Keyword : Five domain
ns of science,, Model SLH, and PAKEM
PENDAHULU UAN
Selam
ma ini, sebag gian besar dari berbagai pembelajaran
p termasuk IPA A didasarkan pada tiga ra anah
T
Taksonomi B
Bloom, yaitu kognitif, affektif dan psikoomotorik dann telah diusahakan berorie entasi baik pada
p
c
contents mau upun processs. Dalam pelaksanaannya a, pembelajarran berbasis ranah Bloom m tidak seimb bang
y
yaitu umumn nya hanya me enitikberatkann pada ranah kognitif, sehiingga kecenderungan-kece enderungan yangy
t
terekam darii hasil observvasi peneliti dan banyak dikeluhkan guru-guru
g IPAA di SMPN 2 Depok Slem man
Y
Yogyakarta d
diantaranya adalah
a pembe elajaran berla
angsung: (1) tidak menye enangkan, me enimbulkan sikap
negatif terhaadap mata pe elajaran IPA; (2) pasif, diidominasi cerramah guru; (3) monoton n, tidak mem mberi
peluang peng gembangan kreatifitas;
k da
an (4) tidak efektif,
e jumlah waktu yang g disediakan belum maksimal
t
termanfaatka an bagi pencapaian kompetensi peserta didik.
Bebeerapa dekade e terakhir da alam pendidikkan sains, McCormack
M daan Yager sejjak Tahun 1989 1
mengembang gkan lima ran nah dalam ta aksonomi pen ndidikan sainss yang lebih luas dan mendalam darip pada
c
contents andd process (MaccCormack, 19 995: 24), yaitu: knowledgee, process off science, creaativity, attitud
dinal,
a applicatio
and ions and conn nections domaain (lima dom main pendidika an sains). Limma ranah pen ndidikan sainss itu
d
dapat dipanddang merupak kan perluasan n, pengemba angan dan pe endalaman tig ga ranah Bloo om yang mam mpu
meningkatkan n aktivitas pembelajaran
p IPA di kelas dan meng gembangkan sikap positip p terhadap matam
pelajaran itu (Susan Louck ks-Horsley, dkkk. 1990).
180
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Oleh karena itu, lima ranah pendidikkan sains perlu dikemban ngkan sebaga ai acuan pelaaksanaan
pembela ajaran IPA di sekolah-seko olah, walaupu un untuk tiga a ranah Bloom m saja belum m optimal dimmunculkan
dalam setiap kebanyakan pembela ajaran. Mela alui mata pelaajaran IPA be erbasis lima ra anah pendidikkan sains
peserta didik dihara apkan tidak saja
s dapat meningkatkan
m n pengetahua an dan keterampilan, tettapi juga
berkemb bang sikap po ositip terhadaap IPA itu sen ndiri maupun dengan lingkkungannya, serta s menerap pkan dan
menghu ubungkannya dalam kehid dupan sehari--hari secara lebih
l aktif. Pembelajaran n berbasis lim
ma ranah
pendidikkan sains mellalui mata pe elajaran IPA akan
a meningkkatkan kemam mpuan minim mal peserta diddik, yang
tercermiin dalam lima a ranah terseebut, yaitu pe engetahuan, keterampilan,
k , kreativitas, sikap, dan peenerapan
sains yang dikaitkan dalam kehidu upan nyata.
Berdasarkan uraian di atas, beberap pa permasalahan dapat dikemukakan
d dalam peneelitian ini,
bahwa pembelajaran
p IPA di kelas pada SMPN 2 Depok Slem man Yogyakartta:
1) Aktivvitas peserta didik belum optimal men nuju pengemb bangan kegia atan yang dila andasi mindss-on dan
hand
nds-on science e.
2) Krea atifitas pesertta didik dalam
m membangun n ide atau kon nsep IPA belu um terfasilitassi secara mem
madai.
3) Keeffektifannya belum maksim mal menuju ke etuntasan bela ajar yang diruumuskan.
4) Akib bat ketiga pe ermasalahan itu, peserta didik pasif, guru g monoton dan pembelajaran tidak efektif,
makka memunculk kan sikap neg gatif terhadapp IPA itu senddiri dan sciencce is fun jauh h dari kenyata
aan.
Mengacu beberapa permasalahan terssebut, maka perlu dilakukan tindakan n tertentu di kelas itu
melalui penelitian inii. Tindakan yang
y akan dillaksanakan dalam penelitiian ini, setela ah ditawarkann peneliti
kepada para guru pe engampu di sekolah
s itu dan
d melalui diskusi
d yang intensif sebag gai bentuk koolaborasi,
adalah menerapkan
m penggunaan
p m
model pembe elajaran IPA berbasis
b Domaain of Educattion for Sciencce (Susan
Loucks-H Horsley, et.al). Dengan ha arapan, penggunaan mode el pembelaara an IPA Susan Loucks-Horssley ini, di
SMPN 2 Depok Slem man Yogyakarrta dapat me ewujudkan pe embelajaran IPA yang me enumbuhkan aktifitas,
kreatifita
as, efektifitas, dan benar-b benar bahwa science is fun n.
Model pembelajara
p an SLH
Model pembela ajaran yang dikembangka
d n Susan Louccks-Horsley (SLH) dan kaw wan-kawan (1990)
( ini
dipandang sebagai salah
s satu model
m pembelajaran beroriientasi konstruktivistik yang bagus. Model
M ini
mereflekksikan keunik
kan kualitas sa nologi secara bersamaan melalui
ains dan tekn m empat tahap pemb belajaran,
sebagai berikut: (1) Tahap 1 - in nvite, mengajjak peserta didik
d belajar. Tahap ini daapat dilakukann melalui
penyajia
an demonstra asi discrepannt events (FFriedl, 1991: 4), gejala-gejala aneh,, atau gamb bar yang
181
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
memunculkan n berbagai pertanyaan atau kebingungan, mela alui pengalamman hands-o on, atau seccara
s
sederhana m
melalui pertanyaan-pertan nyaan guru; (2) Tahap 2 - explore e, kesempataan peserta didikd
melakukan eksplorasi
e unttuk menjawa ab pertanyaann mereka se endiri melalui observasi, pengukuran
p a
atau
e
eksperimen; (3) Tahap 3 - Propose exxplanations an nd Solutions, peserta didikk menyiapkan n penjelasan dan
penyelesaian,, dan melak ksanakan, ap pa yang merreka pelajari;; (4) Tahap 4 Take Action A , mem
mberi
kesempatan peserta didik k mencari keg gunaan temu uan mereka, dan menerapkan apa yang telah merreka
pelajari.
Dalam penelitian ini, pembelajarran IPA di ke elas berlangssung dalam beberapa
b siklu
us untuk sammpai
pada keberla angsungan pe embelajaran IPA yang effektif di kelass. Penerapan n model pem mbelajaran daalam
s
setiap siklus merupakan konseptualisa asi proses pe
enelitian tinda
akan yang pe ertamakali diikemukakan oleho
Lewin (1952)) dan kemudia an dikembang gkan oleh Kolb (1984), Carrr dan Kemmis (1986) dan n lainnya. Seccara
s
singkat tahap
pan dalam se etiap siklus tin
ndakan dalamm penelitian ini terdiri dari empat mom men utama: plan,
p
a observe dan
act, d reflect (ZZuber-Skerrittt, 1992:13).
Empat tahap itu, yaitu tahap perrencanaan, tin ndakan, obse ervasi, evaluassi-refleksi, dilanjutkan den
ngan
perencanaan kembali untu uk melaksana akan tindakan
n pada sikluss berikutnya (Suharsimi,
( 2
2006; 17) sam
mpai
pembelajaran n efektif terw
wujud. Keefe ektifan pembeelajaran IPA di kelas diten ntukan berda asarkan penilaaian
t
terhadap asppek kegiatann, peserta didik dan guru dalam pe embelajaran (Lawson, 19 995: 122) yang
y
instrumennya a disajikan dalam Lampiran n 1.
METODE PE ENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
p tind
dakan dengan n subyek penelitian ini ada alah peserta didik
d kelas VIIII di
S
SMPN 2 Depo ok Sleman Yo ogyakarta. Pe enelitian ini berlangsung
b s
selama 6 bula
an dengan ku urun waktu April
A
s
s.d. Sepembe er 2008. Pelaaksanaan pen nelitian dilakuukan pada ja am efektif se elama 2 bulan n, April s.d. Juni
2008, yaitu merekam
m prosses pembelajjaran, menganalisis data, dan menyem minarkan hasil penelitian. Data
D
d
diperoleh melalui observ vasi, terhada ap perubaha an proses Pembelajaran Aktif, Kreattif, Efektif, dan
Menyenangka an (PAKEM) dengan meng ggunakan insttrumen yang sudah disiapkan. Informasi yang dipero oleh
d
dengan men nggunakan in nstrumen yan nd ada dan hasil wawa ancara dosen n-guru denga an peserta didik
d
mengungkap tiga aspek utamau dalam pembelajaran n, yaitu aktiviitas pembelajjaran, peserta a didik, dan guru
g
(lampiran 1).. Perekaman n proses pem mbelajaran dila aksanakan pa ada setiap siklus
s dari duaa siklus tinda
akan
d
dalam setiap pembelajaran IPA. Langkkah-langkah penelitian
p yanng dilaksanakkan dalam dua siklus tinda akan
masing-masin ng terdiri ataas tahap perrencanaan, pelaksanaan tindakan,
t obsservasi, dan evaluasi-refleeksi.
Data yang dip peroleh dianaalisis dengan teknik persen ntase dan hassilnya dijadika an sebagai ba ahan penyusu unan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
b A
Apa yang te erungkap dallam tiga asp pek itulah yang
y
menunjukkan n proses dan hasil pembela ajaran telah memenuhi
m kritteria PAKEM.
Dengan meng ggunakan rum mus mencari nilai tiap aspe ek dari tiga asspek yang ada, yaitu:
(1)
JJumlahSkor
Konversi =
NilaiK x100%
SkorTotal
182
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Tabe
el 1 : Data Pe
ersentase Aktiivitas: Pembe
elajaran, Pese
erta Didik, dan
n Guru
dallam Pembelajjaran Sains de
engan Model SLH
No. Ura
aian Pra AR
A S
Siklus I Siklus II Rerrata
1 K
Kegiatan Pem
mbelajaran 50%
% 5
57,14% 75% 12,5
5%
2 K
Kegiatan Pese
erta Didik 37,5%
% 5
56,25% 81,25% 21,8
88%
3 K
Kegiatan Guru
u 45,83
3% 5
58,33% 79,16% 16,6
67%
90
80
70
60
Persentase
50
t
40
Pra AR
30
P
Siklus I
20
10 Siklus II
0
1 2 3
Aspek
Dalam setiap
s siklus terjadi
t peninggkatan aktivittas pembelaja
aran, aktivitas peserta diddik dan aktivitas guru,
yang ditunjukkan
d dengan berttambahnya persentase kenaikan tig ga aspek yang
y diukur dengan
mengguunakan instrumen yang su udah disiapkan dalam pene elitian ini. Secara deskripttif gambaran kenaikan
persenta
ase tiga asp pek tersebut tampak dala am Grafik 2. Dari grafikk, menunjukkkan proses dan d hasil
pembelaajaran telah memenuhi
m kritteria PAKEM sebagaimana
s yang diinginkkan.
183
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
90
80
70
60
Persentase
50
40
30
Guru
u
20
Pese
erta Didik
10
Pem
mbelajaran
0
Aspek dala
am tiap siklus
Untuk menge
etahui lebih je
elas kegiatan tiap siklus seccara rinci seb
bagai berikut:
S
Siklus I
Pada siiklus I terpotrret adanya pe eningkatan akktivitas pemb belajaran bila dibandingkan n sebelum penelitian
d
diadakan sebesar 7,14% %, minat siswa
s dalam belajar IPA A juga men ningkat ini ditunjukkan
d d
dengan
meningkatnya a aktivitas peserta
p didik sebesar 18,,75%, semen ntara keaktifaan guru men ningkat 12,5% dari
s
sebelumnya.
Pada topik
t Sistem Pernapasan pada Manusia dalam perencanaanp dan penerap pan penggun naan
s
siklus pembe elajaran, tam mpak bahwa guru terlebiih dahulu mengajukan
m p
pertanyaan in
nvestigasi/seb
bab-
musabab yan ng diajukan dalam tahap in nvite, walaupun pertanyaaan lebih banyaak mengarah ke pengetah huan
kontekstual dan
d sedangka an yang prose edural belum
m optimal. Pesserta didik, teelah menunju ukkkan kemajjuan
d
dalam melakksanakan ekssplorasi yang kemudian ju uga menimbu ulkan sedikit pertanyaan sebab-musab bab.
Dalam diskussi kelas, hipo otesis belum juga mampu u berkembang g dan walaupun peserta didik lebih aktif. a
Penarikan ke esimpulan dapat diajukan beberapa ka ali, setelah mereka
m menillai kesimpulan yang diaju ukan
s
sebelumnya t
tidak meyakinnkan. Pelaksa anaan eksperimen meningkkat aktivitasnyya, meskipun n lebih cenderrung
d
disebut coba--coba, bukan eksperimen.
Hasil analisis
a dan refleksi
r pada siklus I, yan ng perlu dipe erhatikan sebbagai action plan pada siiklus
berikutnya ad dalah:
1. Masih re endahnya mo otivasi siswa dalam belaja ar, baru seba agian kecil siswa
s yang teermotivasi un ntuk
belajar dan
d aktif (gu
uru perlu leb bih menantan ng siswa dala am belajar dan
d memberiikan iming-im ming
hadiah)
2. Rendahnyya keterampilan proses sisswa ini terbukkti dengan ku urangnya inisiiatif untuk belajar dan bekkerja
mandiri dengan
d LKS yang telah adaa (siswa perlu
p dilatih supaya
s terbia
asa bekerja/b bereksperimen n di
laboratorrium sendiri dan diawasi oleh guru)
3. Aktifitas siswa dalam kelas belum sepenuhnya terkontrol se ebab siswa be elum dibagi dalam
d kelomppok-
kelompokk permanen (perlu ada nam ma kelompokk)
4 Siswa passif dan lamba
4. at dalam beke erja/bereksperimen (perlu adanya batassan waktu)
5. Siswa be elum mampu menganalisiss, menginterp pretasi dan mengevaluasi
m d
data sendiri, dalam kelommpok
(perlu bim
mbingan yang g terarah dari guru)
184
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
De
engan demikian, tahap-tahap lain dalam siklus pem mbelajaran da
alam topik ini telah dapat berjalan,
walaupuun belum opttimal. Sekalii lagi, telah terjadi
t perubahan perwujudan struktur siklus pembelajaran
pada top
pik ini.
Siklus III
Pa
ada akhir siklus II tampakk bahwa aktivvitas pembela ajaran telah mencapai
m 75%% meningkatt 17,86%
dari siklu % dari pra acttion. Minat sisswa dalam be
us I dan 25% elajar IPA men ningk ini ditunjukkan oleh aktivitas
peserta didik menca apai 81,25% meningkat 25% 2 dari sikllus I dan 433,75% dari prap action, seementara
keaktifan guru menca apai 79,16% meningkat 20 0,83% dari siklus I dan 33,33% pra acttion.
Pe
eserta didik, telah menunjjukkkan kemajuan dalam melaksanaka an eksplorasi yang kemud dian juga
menimb bulkan beberaapa pertanyaaan sebab-musabab. Pada a tahap ini peeserta didik lebih antusiass, atraktif
dan sen nang dalam belajar/bereks
b sperimen dala am kelompokknya masing-m masing dan lebih mandiri,, cekatan
serta suudah menjaga a keselamatann diri dan me enjaga alat prraktikum. Ha ampir sebagia an besar peseerta didik
yang pa ada awalnya tampak pasif dan nakal di kelas, kini menjadi leb bih aktif dan lebih antusia as dalam
melaksa anakan ekspe erimen. Dalaam diskusi kelas, hipottesis sudah mampu berrkembang. Penarikan P
kesimpu ulan sudah sesuai deng gan hasil pe ercobaan dan n meyakinka an. Peserta didik dimintta untuk
mengem mukakan hasill percobaannyya di depan kelas
k dengan bahasa sendiri.
PENUTU UP
Beerdasarkan hasil penelitian ulkan bahwa penggunanan
n ini disimpu n pembelajarran IPA berbasis lima
domain Sains dengan n model SLH dapat menin ngkatkan aktivvitas pembelaajaran IPA di SMP Negeri 2 Depok
Sleman Yogyakarta yang y ditandai dengan men ningkatnya peersentase aktivitas: pembe elajaran, pese
erta didik,
dan gurru. Aktivitas pembelajaran
p meningkat dari
d pra actio
on sampai pada siklus II sebesar
s 25%, dengan
rata-rataa peningkatan n aktivitas pe
embelajaran sebesar
s 12,5%%. Aktivitas peserta didikk yang semula a 37,5%,
pada akkhir siklus II menjadi 81,,25% atau mengalami
m pe
eningkatan se ebesar 43,75 5%, dengan rata-rata
peningkkatan aktivitass peserta didik sebesar 21,88%. Semen ntara itu, aktivitas guru ya
ang semula 45 5,83% di
akhir siiklus II men njadi 79,16% % atau men ngalami peniingkatan seb besar 33,33% %, dengan rata-rata
peningkkatan aktivitass guru sebessar 16,67%. Dengan dem mikian pembe elajaran IPA berbasis lima a domain
Sains de engan model SLH cukup effektif untuk mewujudkan
m p
pembelajaran n IPA yang me enumbuhkan aktifitas,
kreatifita
as, efektifitas, dan benar-bbenar bahwa science is fun
n atau atau mewujudkan
m P
PAKEM.
Un
ntuk itu disara
ankan :
1. Pemmbelajaran IPA berbasis lima domain Sains S dengan n model SLH cukup efekttif untuk mew wujudkan
pemmbelajaran IPA as, dan benarr-benar bahwa science
A yang menumbuhkan akttifitas, kreatifiitas, efektifita
is fun
fu atau atau mewujudkan n PAKEM, maka kelas-kela as lain diharapkan dapat menerapkan
m model ini
untuuk mewujudka an PAKEM sehingga dapatt meningkatka an hasil belaja
ar IPA nantinyya.
2. Pene elitian ini baru melihat tiga embelajaran, peserta didik, dan guru diharapkan
a aspek aktiviitas, yaitu: pe
ada penelitian lan d peserta didik.
njutan untuk melihat hasil belajar IPA dari
3. Insttrumen penelitian tingkat validitasnya masih belum m memuaskan n, diharapkann pada penellitian lain
dapa at digunakan instrumen ya ang validitas dan
d reliabilitasnya telah teruji.
185
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
DAFTA
AR PUSTAKA
A
C
Carr, W, andd Kemmis, S. (1986). Beccoming Critica
al: Education,, Knowledge and Action Research
R , Fallmer
Presss, Besingstoke
e, Hants.
Friedl, Alfred E. (1991). Teaching
T Scie
ience to Child
dren an Integ
grated Approa
oach. New Yo
ork: Mc Graw
w-Hill
Bookk Co.
Kolb, D. (19884). Experien
ntial Learning,, Experience as the Sourcce of Learning
g and Develo
opment, Prenttice-
Hall, Englewood Cliffs,
C New Jerrsey.
Lawson, A. E. (1995). Scie
ence Teaching
g and the Devvelopment off Thinking. California: Wadssworth Pub.Co.
Lewin, K. (1952). Field Theory
T in So
ocial Science,
e, Selected Th
heoretical Pa
apers edited by D. Cartright.
Tavisstock Publicattions, London.
Loucks-Horsle
ey, S., et al. (1990).
( Elemeentary School
ol Science for the
t 90s. And
dover, MA: Ne
etwork.
995). Trends and Issues in
MacCormack,, Allan J. (19 i Science Cu
urriculum. Neew York: Krau
uss Internasio
onal
Publications.
Rezba, R.J., Constance Sp ald L. Fiel, H.. James Funkk. (1995). Lea
prague, Rona earning and Assessing
A Scieence
Proce
cess Skills. Dub
buque, Iowa: Hunt Publishhing Companyy.
S
Suharsimi, Arrikunta, Suharrdjono, dan Supardi.
S 6). Penelitian
(2006 n Tindakan Keelas. Jakarta: Bumi Aksara
1992). Action
Zuber-Skerrittt, Ortrun, (1
Z n Research in
n Higher Edu
ucation: Exam
mples and Reflections
Re . Ko
ogan
Pagee, London.
186
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
SCI-24
4
T
THE DEVELO
OPMENT OF TAXONOMY-BASED D ASSESMENT UNIT FOOR SCIENC
CE
EDUUCATION IN
N APPRENT
TICE TEACH
HER PROGRRAM IN OR
RDER TO IM
MPROVING G THE
PROFESION
P NALISM OFF PHYSICS EDUACTIO
ON STUDENNT
Zu
uhdan K Praseetyo
Supriyadi
Eko Widodo o
ABSTRACT T
Assesssment forma at matters were
w complexx ones, includuding the asssessment form rmat for app prentice
teachher program (or PPL) in physics educcation departtment. This assessment a w an attem
was mpt to
formu ulating the PPL
P assessmeent format with
w aimed ata obtaining the result of o content ind ndicator
develolopment form m assessmen nt items, whi hich have to be able to reflecting the th physics teacher
t
profes
essionalism an nd obtaining the
t form of fo ormat develop pment which include the PPL P assessmeent unit
of phhysics educattion student that describi bing all domaains, which conform
c with
h science edu ucation
taxonnomy.
The research
r wass perform with
wi referencee study, asseessment form mat developm ment and triaal from
assesssment format at that definedd based on observation,
ob q
questioner andd interview. This research h using
reseaarch and deve elopment meth thod and desccriptive-qualitatative analysiss.
The summary
s obt
btained from this
t researchh was that itt can be dete termined thatt the McCorm mack &
Yagerrs science ed ducation taxon
onomy-based PPL assessme ment developm ment include following
f indic
icators.
In the
he lesson plan n (or RPP) thhese indicatorrs were the suitability
s betw
tween standar ard competenc nce and
objecctive; betwee en competen nce standard d and basic competence;; between in ndicator andd basic
comp petence; betw ween teaching g material and d indicator; between
be learniing steps andd indicator; beetween
learniing model andnd learning ste
teps; between n unit and maaterial and teaeaching materrial, between source
and learning
l proccess; betweeen evaluation n unit and indndicator and learning proccess; and th he last,
refereences suitabibility. In teach
ching and leaarning proces ess these ind dicators weree the way to o drive
motivvation based on o psycholog gical condition
n and environ nment; the waay to give dire rection to be able
a to
find the
t problems;; the way to give g direction
n to be able to stating the hypothesis; the t way giving ng spirit
to stu
udy continuou usly; the wayy giving stimuulation so thatt the studentt able to creattive; the wayy giving
directtion to studyy correctly; th
he way giving g direction too be able to stating the conclusion;
c th
he way
givingg aid for stud
dent to solve their
t problemms, to lead thee class discusssion with ressponsibility; th
he way
to faairly selecting
g student to express thei eir work; thee way giving reward for student with h good
achiev
evement; the way giving punishment to t student fairly
fa and able le to determiine the assesssment
formaat that includee the indicato
or and score based
b on, for example, Like
kert scale, whihich used effecctively.
Keyw
words : science education domain-base
ed assessmen
nt indicator a
assessment fo
ormat-, PPL su
ubject.
PENDAHULUAN
Selama ini penilaian dalam berb bagai mata kuliah
k ermasuk penilaian dalam Program
pendidikan fisika te
Pengalaman Lapanga an (PPL) dilakkukan berdassarkan takson
nomi Bloom yang
y meliputi ranah kognittif, ranah
psikomo
otor, dan ranaah afektif. Pe
erkembangan n selanjutnya tokoh pendid dikan sains McCormack
M dan Yager
pada tahun 1989 me engembangka an lima ranah dalam pen ndidikan sainss yang yang lebih luas daan dalam
187
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
s
serta tidak ha anya fokus pa ada content and a process (McCormack, 1995 : 24). Kelima K ranah tersebut ada alah:
knowledge, process
p of scie
ience, creativivity, attitudinaal, and applicaations and co onnections domain. Walau upun
s
secara definit
itive penilaian berbasis ranah Bloom dig gunakan, nam mun nampaknya ranah ini belum b digunaakan
s
seluruhnya s
secara seimb bang, hanya mengutamakkan salah sa atu ranah dan ranah lainnya diabaikkan.
Penilaian berrbasis lima ra anah pendidikkan sains dap pat dinyatakan sebagai pe erluasan, pengembangan, dan
pendalaman darid tiga rana ah Bloom itu.
Bilam
mana dicerma ati PPL meng ggali secara simultan
s segaala aspek pembelajaran yang y dimuaraakan
pada pelaksa anaan proses belajar men ngajar di kela as. Aspek ata au ranah itu tidak sekeda ar aspek kogn nitif,
psikomotoir dand afektif, namun
n masih terdapat asp pek aspek lain yang me engikutinya. Beberapa asspek
lain misalnya a kreatifitas, aspek
a sikap terhadap
t fisikka atau sainss, dan aspek aplikasi dan koneksi den ngan
lingkungan dand teknologii. Oleh kare ena itu, di dalamd PPL pe enilaian maha asiswa mestinya tidak ha anya
s
sekedar penillaian dari ran nah Bloom tettapi juga lebih dari ranah tersebut yaittu yang tergabung dalam lima
ranah yang dikembangkan
d n dalam pendidikan sains di d atas.
Formmat penilaian dalam PPL yang y digunakkan selama in ni masih terp pusat pada asspek ketramp pilan
d
dasar menga ajar yaitu: ke etrampilan membuka
m pela ajaran, ketraampilan melaksanakan pe embelajaran, dan
ketrampilan menutup pe elajaran. Pe enilaian yang g lain adalah penilaian laporan perssekolahan, yang y
menitikberatkkan pada seg gi administrattif sekolah da an persekolahan. Penilaian PPL samp pai saat ini tidak
nampak seca ara utuh kepro ofesionalan guru
g fisika yan ng harus ada a, yaitu keproofesionalan da alam menyiap pkan
pembelajaran n, keprofesio onalan dala am melaksanakan pembelajaran, dan d keprofeesionalan da alam
persekolahan n. Dapat dik katakan penilaian yang ad da belum me erupakan pen nilaian yang menyeluruh dari
s
segala aspek,, sehingga ha asilnya tidak mencerminka
m an penilaian secara keselurruhan. Dalam m pelaksanaan nnya
penilaian masih sangat su ubyektif. Pen nilaian ini adalah sangat mungkin merugikan bagi mahasiswa, dan
j
juga sebalikn nya mungkin n sangat men nguntungkan mahasiswa. Penilaian semacam itu u, secara ma akro
penilaian yan ng ada kurang g dapat menccerminkan guru Fisika yang profesional. Berdasarka an kondisi sep perti
y
yang telah diutarakan, pen nelitian untukk mengemban ngkan model penilaian PPLL yang sesuaii dengan hake ekat
ranah mutakkhir yang kom mprehensif pe erlu dilakukan. Model pe enilaian PPL ini diharapka an dapat dipakai
untuk mening gkatkan kepro ofesionalan gu uru Fisika sep perti yang dih hasilkan dari penelitian
p ini.
Meng gacu pada be erbagai perm masalahan di atas, maka permasalahan
p n penelitian ini dibatasi pada
p
indikator yan ng sesuai den ngan mata ku uliah PPL berrdasar takson nomi pendidikkan sains, da an bentuk forrmat
y
yang dapat digunakan
d di dalam penillaian PPL ma ahasiswa juru usan pendidikkan fisika FM MIPA UNY. Oleh O
karena rumussan masalah yang dapat dikemukakan
d adalah: (1) Apa
A indikator isi dari butir butir penila aian
y
yang harus ada pada pe enilaian PPL yang sesuai dengan selu uruh ranah pendidikan
p saains yang da apat
mencerminka an keprofesion nalan guru IP PA Fisika? dan n (2) Apa ben ntuk format ya ang berisi perrangkat penila aian
PPL mahasisw wa pendidika an fisika yang g dapat men nggambarkan seluruh ranah sesuai de engan takson nomi
pendidikan sa ains?
Sesua ai dengan ma asalah di atass tujuan pene elitian ini adalah: (1) Mend dapatkan hasiil pengemban ngan
indikator isi dari
d butir butir
b penilaian yang haruss ada pada penilaian p PPLL yang sesuaii dengan selu uruh
ranah pendid dikan sains ya ang dapat me encerminkan keprofesionalan guru IPA Fisika, dan (2) ( Mendapattkan
bentuk penge embangan forrmat yang be erisi perangkat penilaian PP PL mahasiswa a pendidikan fisika yang da apat
menggambarrkan seluruh ranah r sesuai dengan
d taksoonomi pendidiikan sains
Adannya hasil peng gembangan in ndikator isi da ari butir buttir penilaian yang
y harus da an bentuk forrmat
y
yang berisi perangkat
p pe
enilaian PPL mahasiswa pendidikanp fissika yang da apat menggam mbarkan selu uruh
ranah sesuai dengan takssonomi pend didikan sains, dapat dimanfaatkan unttuk: (1) Hasil pengemban ngan
indikator isi dari
d butir butir
b penilaiann yang sesuai dengan selu uruh ranah pendidikan saiins dapat dip pakai
s
sebagai baha an pengetahu uan atau bah han kajian ba agi pemerhatti pendidikan fisika, dan (2) ( Format yang
y
188
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
dikemba angkan yang menggamba arkan seluruh h ranah sesu uai dengan ta aksonomi pendidikan sain ns, dapat
digunakkan di dalam penilaian
p PPL mahasiswa pendidikan
p fisika.
Program Pen ngalaman Lap pangan (PPL) adalah suatu u bentuk perkkuliahan prakttik dimana mahasiswa
m
praktik menjadi guru u mengajar di d kelas nyatta. Apa yan ng dilakukan mahasiswa dalam d perkulliahan ini
dengan tujuan utam ma berlatih un ntuk menjadii guru yang profesional. Mahasiswa berdiri di mu uka kelas
membaw wakan suatu topik fisika dan d melakukkan proses be elajar mengajjar sebagaim mana guru pro ofesional.
Segala apaa yang dik kerjakan mah hasiswa di da alam PPL sessuai dengan segala apa yang y dikerjakkan guru.
Tindakan tersebut seperti
s halnyaa membuat kurikulum, membuat m RPP P, menyiapa akan alat da an bahan
percobaan, melaksa anakan pemb belajaran sessuai dengan n RPP, mela akukan evalu uasi, dan melakukan
m
pekerjaa an adminstrattif sekolah. Dapat dinyatakan pula ba ahwa PPL bag gi mahasiswa a calon guru termasuk
t
calon gu uru fisika (T Tim, 2006), sewajarnya
s m
mampu dinilai secara khusus. Penilaia an harus efe ektif, oleh
karena itu format dan d lembar penilaian
p saatt menilai ren ncana pembe elajaran, saatt pengamatan proses
pembela ajaran, dan saat
s menilai hubungan
h antara mahasisswa dengan sekolah
s atau praktik perse ekolahan,
dapat menghasilkan
m gambaran
g seccara kompreh hensif kompettensi calon gu uru fisika yang efektif.
Tujuan instruksional adalah tujuan ya ang akan diccapai di dala am proses pe embelajaran. Menurut
Bloom yang
y diutaraka an oleh Alfred d T. Collete (1989
( 371),, tujuan instru uksional ini meliputi
m ranahh kognitif,
ranah affektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif k sendiri berhubungan dengan ke emampuan in ntelektual
atau keilmuan. Ran nah afektif berhubungan dengan sikap p, kepercayaan, minat, dan d nilai-nilai. Ranah
psikomo otor meliputi ketrampilan motorik dan koordinasi antara a mata dengan tang gan. Dengan n kondisi
taksonomi Bloom in ni jelas bahwa penilai keberhasilan
k belajar melliputi penilaia an proses dan d hasil
kognitifn nya.
Tujuan instruuksional adala ah tujuan yan ng akan dicap pai di dalam proses
p pembe elajaran. Men nurut Ten
Brink (1 1990, p75) krriteria keberh hasilan dalam proses belajjar mengajar meliputi 4 kondisi k yaitu: orientasi
pada sisswa, deskripsi hasil pembe elajaran, dapa at dimengerti dan dapat diamati. Oleh h karena itu, mestinya
di dalamm membuat krriteria dan be entuk form sua atu penilaian harus lengka ap.
Pada ranah atau
a domain pendidikan sainss bentuk baru seperti yang dinyata akan oleh MccCormack
dan Yag ger pada tahu un 1989 (McC Cormack & Yager, 1995 : 24), 2 pakar terrsebut menge embangkan lim ma ranah
ranah ya ang lebih luaas dalam pend didikan sains yang tidak hanya
h conten
nt and processs. Nampakn nya ranah
yang dikembangkan oleh McCorrmack dan Yager Y ini dappat dipakai sebagai
s anutaan para peng gembang
pendidikkan sains. Ranah R itu addalah ranah knowledge, processp of science,
s creattivity, attitud dinal, and
applicatitions and connnnections. Berikut ini adalaah lima domaain dan beberrapa contohnyya yang dapaat dipakai
sebagai panduan un ntuk pengemb bangan penilaian di dalam m pendidikan n IPA, yaitu: (1) domain I: ranah
pengeta ahuan diantarranya fakta dan konsep, (2) ( domain III: ranah keterampilan prosses sains yaittu antara
lain obsservasi, peng gamatan, klassifikasi, dan pengukuran, (3) domain III: ranah h kreatifitas, misalnya
mengha asilkan bayang gan mental, memimpikan,
m dan mengha asilkan gagasa an yang luar biasa, (4) do omain IV:
ranah siikap, misalny ya sikap mem mbangun terha adap sains, dan
d sikap possitif terhadap p keprofesiona alan, dan
domain V: ranah penggunaan da an penerapan n, sebagai co ontoh adalah menggunaka an materi saiins untuk
kepentin ngan kehidupan sehari-harri dan teknolo ogi.
Berdasarkan tiga ranah yang y dikemba angkan Bloom m dan lima ra anah McCormack & Yager,, nampak
bahwasa anya di dalam pembelaja aran, dapat dikembangka
d an berbagai macam
m penillaian di sega ala aspek
pendidikkan. Dasar pengembanga
p an tersebut dapat
d dipakai dari pendapa at yang dikem mukakan oleh h Lawson
(Lawson n, 1995 : 212 2) yaitu: a. Menggunakan
M n bahan ba ahan dan akttifitas yang menarik
m bagi siswa, b.
Menggunakan bahan n bahan dan d aktifitas yang yang membawa
m sisswa untuk berfikir, bertanya, dan
mendiskkusikan makn nanya, c. Me emberi kesem mpatan untu uk melakukan n investigasi yang menumbuhkan
inisiatif individu,
i d. Issi dari materi disesuaikan dengan
d tingkaat perkemban ngan mental siswa,
s e. Men nyertakan
189
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
konsep dasar untuk men ngembangkan n pemahaman n teori, f. Baacan bacaan yang sesuaii dengan kon ndisi
s
siswa, dan g. Alat yang efe ektif yang dip
pilih untuk dig
gunakan.
Didalam penilaian terdapat dua a macam alatt penilaian ya aitu tes dan non
n tes Alatt penilaian da alam
ujud tes digu unakan dalam m bidang cogn nitive, sedanggkan pada pen nilaian non te
es digunakan antara lain padap
kondisi mampu dan tidak k mampu sese eorang melakksanakan sua atu jenis peke erjaan. Dapa at pula penilaaian
non tes digunakan untuk mendata ko ondisi seseoraang dalam su uatu sistem dan
d keadaan.. Penilaian PPL
t
termasuk pennilaian kondissi sesorang daalam melaksa anakan suatu perkerjaan setelah menda apatkan berba agai
macam mate eri pembelajaran. Evaluassi yang ada je elas mengacu u pada penila aian non tes yang didasarrkan
j
juga pada pe enilaian dari segi kognitif. Penilaian dalam
d ujud non tes ini da apat berupa daftar
d isian yang
y
a yang harus dinilai sesua
berisi kriteria ai dengan tujuan dari pem mbelajaran. Daftar isian ini i sudah barrang
t
tentu lengkap p dengan sko or yang diambil berdasarkkan skala Like ert. Keterincian dan ketep patan dari da aftar
isian lengkap dengan skala a Likert, menjjadikan alat ukur
u non tes ini dapat dipaakai efektif di lapangan.
Berdaasarkan kurik kulum 2002 yang
y berlaku sampai saat ini mata kulia ah PPL di Jurrusan Pendidikan
Fisika FMIPA UNY, dilakuk kan di semestter enam. Issi perkuliahan n termasuk pe enilaian sesua ai dengan silaabus
y
yang dikemba angkan di ma asing masin ng jurusan. Oleh
O karena ittu dengan sen ndirinya benttuk penilaian baik
isi maupun fo ormat penilaiian PPL dapa at dikembang gkan. Pada silabi
s kurikulu
um 2004 yang berlaku PP PL di
J
Jurusan Penddidikan Fisikaa FMIPA UNY Y sampai sekkarang ini, nampak
n penilaian baik isi maupun forrmat
penilaian PP PL belum terstandar
t (K
Kurikulum, 2007:
2 130) yang
y dapat dipakai seb bagai tolok ukuru
ketercapaian kompetensi mahasiswa
m da
alam perkuliahan PPL. Sam mpai saat ini rambu
r isi dan format penila aian
PPL masih menggunakan
m n penilaian PPL
P dengan rambu isi dan format untuk seluru uh jurusan yang
y
d
dikoordinasik kan oleh lemb baga yang mengkordinasi
m i pelaksanaan n KKN dan PPL.
P Denga an mengguna akan
rambu forma at dan isi yang umum, den ngan sendirin nya banyak ha al yang tidakk sesuai dengan pembelaja aran
Fisika yang diharapkan.
METODE PE ENELITIAN
Penelitian dilakukan di La aboratorium Pendidikan
P Fisika FMIPA UNY dan sekkolah sekolah yang dipakai
untuk PPL mahasiswa
m jurusan pendidikan fisika tah
hun 2007 di SMP Kodia Yogyakarta.
Y Waktu peneliitian
a
adalah: selam
ma PPL mahassiswa jurusan n pendidikan fisika
f tahun 2007.
2 Subyekk penelitian addalah mahasiiswa
j
jurusan pendidikan fisika MIPA
M UNY yanng melaksana akan PPL tahhun 2007. Dissain penelitian
n melalui R&D
D ini
beberapa tah hapnya digambarkan denga an gambar se ebagai berikutt.
Studi Pustakka
Taksonomi
Format Pe
enilaian Uji Coba Format
F Perangkatt Format
Studi Pustakka Mata Kuliah PPL Penilaian Mata
M Penilaian yang
Kurikulum Hassil Kuliah PPLL Hasil Sesuai dengan Mata
Pengembbangan Pengemba angan Kuliah PPLL
Studi Pusta
aka
Format Penillaian
PPL yang
g
dikembangkkan
Gamb
bar 1 : Beberrapa tahap da
alam R&D
190
PR
ROCEEDING Thee Second Internattional Seminar on n Science Educatioon ISBN: 978-9799-98546-4-2
C
Current Issues on Research
R and Teaaching in Science Education
Instrumen pe
enelitian terdiri atas kisi kisi untuk menjaring
m indiikator sesuai taksonomi Blloom dan
taksonomi pendidikan
n sains yang dipakai saat kaji pustaka.. Instrumen la ainnya adalahh instrumen observasi,
o
instrume an instrumen dokumentasi.
en angket, da
191
PROCEE EDING The Secon nd International Seminar
S on Sciencce Education ISBN: 978-979-985466-4-2
Current Issues on Researrch and Teaching in Science Educaation
berhubungan
n dengan carra membuat RPP, dan masihm miskinn
nya pengalamman di dalam m proses bellajar
mengajar. Se
emua indikato
or itu akan muncul pada guru yang bennarbenar tela
ah profesiona
al.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pem mbahasan pen nelitian dapatt disimpulkan bahwa:
1. Dapat ditentukan
d ind
dikator yang terdapat pa ada pengemb bangan penillaian PPL de engan takson nomi
pendidikan saains dari McCoormack & Yag ger yang berisikan:
a Untuk RP
a. PP mempuny yai indikator kesesuaian: (a) kompete ensi standar dengan tuju uan; (b) stan ndar
mompete ensi dengan kompetensi
k d
dasar; (c) ind
dikator dengaan stangar ko ompetensi; Ke esesuaian ma ateri
ajar denggan indikator; (d) langkah h pembelajara an dengan in ndikator; (e) model pemb belajaran den ngan
langkah pembelajaran; (f) alat dan bahan dengan materi ajar; (g) sumber dengan pro oses
pembelajjaran; (h) alatt evaluasi denngan indikator dan proses pembelajaran n, dan (i) dafttar pustaka.
b. Untuk prroses belajar mengajar me empunyai ind dikator, beruppa cara mem mberi: (a) mo otivasi atas da asar
psikologiss dan lingkunngan; (b) ara ahan untuk dapat
d memun nculkan masa alah; (c) arah han untuk da apat
menyatakkan hipotesiss; (d) semang gat untuk be elajar terus menerus;
m (e) stimulan aga ar siswa mam mpu
berkreasii; (f) arahan untuk bekerjja dengan be enar; (g) arahhan untuk da apat menyata akan kesimpu ulan;
(h) bantuuan pada sisswa yang me engalami kesu ulitan; (i) kesempatan me emimpin diskkusi kelas seccara
bertanggung jawab; (j) ( kesempata an memilih siswa untuk ta ampil berkaryya secara adiil; (k) ganjaran
kepada siswa
s yang belajar
b denga an baik; dan (l) hukuma an kepada siswa
s yang bertindak
b di luar
ketentuan n.
2. Dapat dittentukan suattu bentuk format penilaian n yang berisikkan indikator dan skor den ngan skala Likkert,
yang dap pat digunaka an secara effektif pada penilaian
p PPLL sesuai den ngan ranah pendidikan yang y
dikemban ngkan seperti format pada lampiran I dan lampiran II. I Disamping g itu, dalam hal
h ini disaran nkan
untuk: (1
1) pembuatan n format lain sesuai
s dengann taksonomi yang
y dikembaangkan, (2) pemakaian
p forrmat
penilaian perlu disesu uaikan denga an pemberika an bobot pad da masing kegiatan
k sehinngga mahasiiswa
mendapa atkan penilaian yang adil, dan
d (3) penila aian pada pem mbelajaran mikro
m perlu dissesuaikan den ngan
penilaian pada PPL, karena
k dari ke
edua perkulia ahan itu peng gajaran mikroo merupakan prasyarat un ntuk
PPL.
DAFTAR R PUSTAKA
C
Collette, etta, L.E. Sci
A.T.. and Chiappe cience Instruc
uction in The Middle and Secondary
S Scchools. Toron
nto :
Maxwwell Macmillan
n Canada.
C
Cuevas api. And Lamb. G. William.. 1994. Physic
M. Ma ical Science. New
N York : Ho
olt, Rinehart and
a Sons.
endro. 1992 . Pendidikan IPA
Darmodjo He IP .Jakarta : Depdikbud Dikti
Edison T., A. 1988. EASY AND
A INCRIDIIBLE EXPERIM
MENTS. New York.
Y John Wiley and Sonss, Inc.
Kurikulum. 20
007. Kurikulum
m 2002 FMIP
PA. Yogyakarta: UNY
Lawson, A E. 1995. Sciencce Teaching and
a the develo
lopment of Th
hinking. Califo
ornia : Wadwo
orth Pub Co.
95. Trend an
MacCormack,, Allan J. 199 nd Issues in Science Currriculum. New
w York : Krau
uss Internatio
onal
Publications.
egfried, R. An
Rosen, S. Sie nd Dennison John,
J M. 1965. Concepts in
i PHYSICALL SCIENCE. Neew York : Harper
and Row.
R
S
Serway R.A. and J 1985. Colllege Physics. San Franciscco : Saunders College Publishing.
a Faughn J.S.
S
Supriyadi. 2006. Alat Perag
aga Fisika Sed
derhana dan Konsepsual.
K Y
Yogyakarta : Pustaka
P Temp
pelsari
S
Supriyadi. 2003. Kajian Pe
enilaian Pencaapaian Belajarr Fisika. Yogyyakarta : FMIP
PA UNY JICA
6. Panduan PPL
............ 2006 P UPPL UNY
Y. Yogyakarta : UNY
3. Kurikulum dan Silabi Fissika Pre-servicce. Yogyakartta : JICA FM
............ 2003 MIPA UNY
192