You are on page 1of 17

EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE

KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR


Novirina Hendrasarie
Staf Pengajar Teknik Lingkungan, UPN Veteran Jatim,
e-mail : novirina_2005@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose if this research, to evaluate cause of floods at area of drainage Kali
Kepiting and multiply Kenjeran. used data : rainfall data 20 year, data sum up resident, existing
facility, channel speed, data dimension of existing channel, data of altimetry of channel in
location area, and the location map.
Results of calculation charge channel, Qsal.1 (Kali Kepiting) = 5,0515 m3/dt and Qsal.2
(Kali Kenjeran) = 4,00163 m3/dt. Based on quantification result, Qsal.1 Kali Kepiting, result of
quantification > Qsal.1 in field, and Qsal.2 kali Kenjeran, result of quantification < Qsal.2 in field
so that dimension of channel Kali Kepiting and Kenjeran in this time have cannot accomodate
debit of rainwater of at PUH 25 year. Based on result in field of Floods which is often happened
in times;rill of Kali Kepiting and Kali Kenjeran caused by because to the number of garbage and
sediment, flood gate of ruined sea as well as because elevasi of face irrigate compared to
higher sea by elevation is land;ground surface. There are sedimentation in channel Kali Kepiting
as high as 0,65 m result of mean and the channel Kali Kenjeran as high as 0,35 m result of
mean
Keyword : Drainage, floods, charge
ABSTRAK
Penelitian ini, bertujuan untuk mengevaluasi penyebab banjir pada area drainase kali
Kepiting dan kali Kenjeran. Data-data yang digunakan : data curah hujan (20 tahun), data
jumlah penduduk, fasilitas-fasilitas yang ada, kecepatan saluran, data dimensi saluran yang
ada, data pengukuran tinggi saluran di daerah lokasi, dan peta lokasi.
3
Hasil perhitungan debit saluran, Qsal.1 (Kali Kepiting) = 5,0515 m /dt dan Qsal.2 ( Kali
3
Kenjeran) = 4,00163 m /dt. Berdasar hasil hitungan, Qsal.1 Kali Kepiting, hasil hitungan > Qsal.1 di
lapangan, dan Qsal.2 Kali Kenjeran, hasil hitungan < Qsal.2 di lapangan sehingga dimensi saluran
kali Kepiting dan Kenjeran saat ini sudah tidak dapat menampung debit air hujan pada PUH 25
tahun. Berdasar hasil di lapangan Banjir yang sering terjadi di kali Kepiting dan kali Kenjeran
disebabkan karena banyaknya sampah dan sedimen, pintu air laut rusak dan juga karena
elevasi muka air laut lebih tinggi dibanding dengan elevasi permukaan tanah. Terdapat
sedimentasi di saluran kali Kepiting setinggi 0,65 m (hasil rata-rata) dan saluran kali Kenjeran
setinggi 0,35 m (hasil rata-rata).
Kata Kunci : Drainase, banjir, debit
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

PENDAHULUAN Berdasarkan latar belakang


Latar Belakang penulisan di atas, maka dapat
Banjir menjadi persoalan besar bagi dirumuskan masalah sebagai berikut
kota Surabaya, dimana Surabaya terbagi :
atas 5 (lima) kawasan yaitu Surabaya 1. Banjir, sering terjadi setiap
Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, tahun musim penghujan
Surabaya Pusat dan Surabaya Utara. pada saluran kali Kepiting
Hampir tak ada kawasan Surabaya yang dan kali Kenjeran.
benar-benar luput dari banjir. 2. Bagaimana cara mengatasi
Banjir dapat memberikan dampak masalah banjir yang sering
kerugian finansial serta meresahkan terjadi setiap tahun musim
penduduk. Kerugian finansial antar lain penghujan.
seperti kerusakan bangunan, perabot
rumah tangga, kerusakan kendaraan, Ruang Lingkup
macet, kerugian karena tidak masuk kerja, 1. Sistem drainase yang diteliti,
kerugian harus berobat karena sakit dan meliputi saluran drainase
lain-lain. kali Kepiting dan kali
Banjir atau genangan yang terluas Kenjeran.
adalah di daerah Mulyorejo 368 Ha, 2. Data sekunder diperoleh dari
lama genangan (2-6) jam, dan instansi yang terkait, yaitu :
kedalamannya (10-30) cm dengan sub Bapeda Tingkat II Jatim,
sistem Pemutusan kali Kepiting (Surabaya DPU cabang Pengairan
Timur) (sumber :Bappeda). Dimana Seksi Wonokromo dan
saluran kali kepiting ini selain muara ke Perencanaan Tata Kota.
laut akan bercabang akan pada saluran 3. Untuk menganalisa data
Kalijudan menuju saluran kali Kenjeran yang ada, maka langkah-
yang pada akhirnya bermuara ke laut. langkah yang akan
Untuk itu penelitian ini dititik dilakukan adalah sebagai
beratkan pada saluran kali Kepiting dan berikut:
kali Kenjeran karena ke dua saluran ini Mengubah data curah hujan
saling berhubungan. yang ada (selama 20 tahun)
dari tahun 1980-1999,
menjadi intensitas hujan.
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

a. Menghitung debit air buangan secara sungguh-sungguh. Terutama


yang berasal dari penjumlahan bagi daerah-daerah yang selalu
debit air domestik dan air non mengalami setiap musim hujan.
domestik. Air hujan yang jatuh dari
b. Menghitung debit hujan yang angkasa dikendalikan dan diatur
berasal dari data curah hujan. guna memenuhi berbagai kegunaan
c. Menjumlahkan debit air untuk penyehatan. Pengendalian
buangan dengan debit hujan banjir, drainase, pembuangan air
menjadi debit saluran. limbah merupakan penerapan teknik
d. Dengan memasukkan data pengendalian air, sehingga tidak
dimensi yang ada maupun menimbulkan kerusakan yang
data hasil pengukuran (h = melebihi batas-batas kelayakan
tinggi basah saluran) dan debit terhadap harga benda, gangguan
saluran hasil penjumlahan, terhadap lingkungan pemukiman
maka akan didapatkan nilai- serta masyarakat dan sarana
nilai dimensi yang diharapkan. aktifitasnya bahkan terhadap
nyawanya.
TINJAUAN PUSTAKA Penyediaan air, irigasi,
Perkembangan perkotaan pembangkit listrik tenaga air, alur-
memerlukan perbaikan dan penambahan alur transportasi air dan badan-
fasilitas sistem pembuangan air hujan. badan air sebagai tempat rekreasi
Dimana sistem pembuangan air hujan adalah merupakan pemanfaatan
bertujuan untuk : sumber daya air, sehingga perlu
a. Arus air hujan yang sudah berbahaya dilestarikan eksistensinya, dipelihara
atau mengganggu lingkungan secepat kualitas keindahannya serta
mungkin dibuang pada badan air pemanfaatannya. Drainase dengan
penerima, tanpa erosi dan sistem konservasi lahan dan air
penyebaran polusi atau endapan. merupakan langkah awal dari usaha
b. Tidak terjadi genangan, banjir dan pelestarian eksistensinya sumber
becek-becek. daya air tawar di bumi ini.

Masalah di atas sudah merupakan


permasalahan yang harus ditangani
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

Analisa Data Curah Hujan 1. Curah hujan : adalah tinggi


Data curah hujan di Indonesia hujan dalam satu hari, bulan
dikumpulkan oleh Dinas Meteorologi dan atau tahun. Dinyatakan dalam
Geofisika, Departemen Perhubungan. mm, cm, atau inci.
Analisa curah hujan memproses 2. Waktu hujan : adalah lama
data curah hujan mentah, diolah menjadi terjadinya satu kali hujan dalam
data yang siap dipakai untuk perhitungan menit atau jam.
debit aliran. 3. Intensitas hujan : adalah
Data curah hujan yang akan banyaknya hujan yang jatuh
dianalisa berupa kumpulan data selama dalam periode tertentu.
paling sedikit (ideal) 30 tahun pengamatan Misalnya mm/menit, mm/jam,
berturut-turut, dinyatakan dalam mm/24 mm/hair.
jam. Dalam hal tertentu dan praktis adalah 4. Frekuensi hujan : adalah
selama 20 tahun. kemungkinan terjadinya atau
dilampauinya suatu tinggi hujan
Hujan tertentu. Biasanya dinyatakan
Bila udara lembab bergerak ke atas, dengan waktu ulang (return
kemudian menjadi dingin sampai melalui periode) T, misalnya sekali
titik embun, maka uap air di dalamnya dalam T tahun (Soemarto,
mengkondesir sampai membentuk butir- 1995).
butir air.
Bila proses pendinginan ini terjadi Stasiun Hujan
secara besar-besaran, maka butir-butir air Tempat dimana alat penakar
akan jatuh sebagai HUJAN (Presipitasi). hujan di pasang disebut sebagai
Sebenarnya presipitasi yang terjadi dapat Stasiun Hujan yang dapat di pasang
juga berupa salju, es, embun kabut dan tersebar di seluruh daerah aliran.
lain-lain (Sholeh, 1988). Banyaknya stasiun hujan pada suatu
daerah aliran tergantung dari
Data Hujan kebutuhan dan ketelitian data yang
Data hujan yang diperlukan dalam diperlukan, demikian juga dengan
analisis hidrologi meliputi data : tipe penakar hujan yang di pasang.
Di Surabaya ada 10 (Sepuluh)
stasiun hujan yang tercatat di bidang
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

dinas pekerjaan umum kantor cabang Daerah Aliran Sungai (DAS)


seksi pengairan Wonokromo Surabaya Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu : dapat dipandang sebagai suatu
1. Stasiun Kandangan / Semeni common good dalam arti bahwa
2. Stasiun Banyu Urip kesejahteraan semua pihak saling
3. Stasiun Kedung Cowek tergantung atas asa yang diberikan
4. Stasiun Larangan oleh suatu DAS. Ada beberapa
5. Stasiun Gubeng tokoh yang menguraikan tentang
6. Stasiun Keputih pengertian DAS, antara lain:
7. Stasiun Gunung Sari 1. Menurut Lapedes (1976), bahwa
8. Stasiun Kebon Agung DAS sebagai suatu kawasan
9. Stasiun Wonorejo. uang mengalirkan air ke satu
10. Stasiun Perak sungai utama. Air yang dialirkan
Sumber : DPU Cabang Pengairan Seksi tersebut dapat berupa aliran
Wonokromo permukaan (surface water) atau
air dalam (ground water).
Periode Ulang Hujan (Return Period) 2. Webster (1976), mendefinisikan
Periode ulang hujan atau yang DAS sebagai suatu kawasan
disebut return period adalah periode yang dibatasi oleh pemisah
(dalam tahun) dimana suatu hujan dengan topografi yang berupa punggung
tinggi intensitas yang sama, kemungkinan bukit yang menampung,
dapat berulang kembali kejadiannya satu menyimpan dan mengalirkan air
kali dalam periode waktu tertentu. hujan yang jatuh diatasnya ke
Misalnya : 2, 5, 10, 25, 50, 100 tahun satu sungai utama yang
sekali. Tinggi intensitas hujan, makin bermuara di danau atau di laut.
besar periode ulangnya, makin menaik. 3. Menurut Sri Harto (1993),
Penetapan Periode Ulang Hujan Daerah aliran sungai
(PUH) ini, dipakai untuk menentukan merupakan daerah dimana
besarnya kapasitas saluran air terhadap semua airnya mengalir ke dalam
limpasan air hujan atau besarnya suatu sungai yang
kapasitas (kemampuan) suatu bangunan dimaksudkan. Daerah ini
air, untuk keperluan-keperluan tertentu. umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yang berarti
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

ditetapkan berdasar aliran air berbeda dalam hal pengaliran air.


permukaan. Dengan demikian, suatu DAS secara
4. Soerjono (1978), mengemukakan jelas dapat dipandang sebagai satu
bahwa DAS merupakan suatu kesatuan ekosistem hidrologi,
kesatuan ekosistem, sehingga setiap geografi atau unsur fisik lainnya
tindakan atau pengaruh yang berlaku dengan unsur utamanya sumber
pada salah satu unsur ekosistem atau daya tanah, air flora dan fauna.
bagian wilayah dalam DAS, maka
akan mempengaruhi kumpulan Penyebab Banjir
ekosistem DAS secara keseluruhan. Banjir adalah suatu kejadian
Adapun unsur atau komponen yang tidak diharapkan adanya, tetapi
utamanya adalah vegetasi, tanah, air terjadi. Air meluap dari tebing sungai
dan manusia serta segala upaya yang melimpah ke daerah rendah,
dilakukan di dalamnya. sehingga mengakibatkan kerusakan-
5. Soeranggadjiwa (1978), DAS kerusakan fisik dan ekonomi
didefinisikan sebagai suatu kesatuan masyarakat yang daerahnya dilanda
wilayah tata air yang juga merupakan banjir.
satu ekosistem, dimana keadaan, Banjir bukanlah sesuatu
tindakan atau pengaruh yang berlaku keadaan yang sangat menghantui,
pada salah satu unsur atau bagian karena ini adalah pemberian Tuhan
didalamnya akan mempengaruhi Yang Maha Kuasa, dimana kita
kumpulan unsur atau wilayah secara (manusia) harus / wajib
keseluruhan. mengendalikan dan memanfaatkan
6. Soemarto (1978), menyatakan bahwa banjir tersebut. Banjir sebenarnya
suatu DAS terdapat dianggap sebagai bisa digunakan untuk pembersih
ekosistem alam, yang merupakan kotoran-kotoran limbah, bahkan
suatu kesatuan. mungkin untuk meninggikan lembah-
lembah rendah oleh suspensi-
Dari definisi DAS di atas dapat suspensi atau lumpur-lumpur yang
disimpulkan, bahwa DAS merupakan hanyut.
satuan gerak air yang bersifat bebas dari Adapun faktor-faktor yang
DAS lainnya, yaitu dua buah DAS adalah menyebabkan banjir menurut
DAS yang satu sama yang lainnya Masduki (1988) adalah:
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

1. Masyarakat pada umumnya masih Langkah-langkah dalam


banyak yang menganggap bahwa perencanaan air buangan adalah
saluran air hujan itu adalah sebagai berikut :
sebagai tempat untuk membuang 1. Jumlah penduduk
sampah dengan harapan bahwa 2. Jumlah fasilitas
sampah tersebut akan hanyut oleh 3. Unit kebutuhan air non
air banjir. domestik
2. Keadaan topografi lebih rendah 4. Topografi
dari daerah sekelilingnya. 5. Konsumsi air bersih
3. Elevasi permukaan air tanah tinggi. 6. Topografi
4. Adanya sedimen / lumpur yang 7. Utilitas yang ada
tertimbun di dasar saluran. Dalam perhitungan debit air
buangan diperlukan data mengenai
Penentuan Debit Air Buangan konsumsi air bersih pada wilayah
Air buangan adalah cairan buangan tersebut, karena debit air buangan
yang merupakan sisa dari aktivitas dihitung berdasarkan kebutuhan air
manusia yang telah mengalami penurunan bersih.
kualitas, yang komposisinya merupakan Rumus untuk perhitungan
bahan yang membahayakan bagi debit air buangan adalah sebagai
kesehatan manusia, baik langsung berikut :
maupun tidak langsung. Qav = 70% x Qab
Pembuangan sistem jaringan ....................................1
penyaluran air buangan adalah Dengan :
dimaksudkan untuk menyalurkan dan Qav = debit air buangan rata-rata
mengalirkan semua air buangan yang per hari (m3/dt)
berasal dari berbagai sumber air buangan Qab = debit air bersih rata-rata
ke suatu badan air penerima. per hari (m3/dt)
Debit air buangan merupakan hal
yang pokok di dalam perencanaan sistem Qab = Qdom + Qnon.dom
air buangan. Besarnya debit air buangan .......................................... ..............
dihitung berdasarkan air buangan dari 2
daerah rumah tangga, industri, komersial Dengan :
dan lain-lain.
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

Qdom = jumlah penduduk x unit R= Curah hujan maksimum


kebutuhan air dalam 24 jam (mm/24 jam)
Qnon.dom = jumlah fasilitas x unit
kebutuhan air Adapun langkah-langkah untuk
Analisa Intensitas Curah Hujan menghitung R24 adalah sebagai
Dalam menentukan debit banjir berikut :
rencana, perlu didapatkan harga sesuatu log X i
Intensitas Curah Hujan. Intensitas Curah 1. Mencari nilai XI =
N
Hujan adalah ketinggian curah hujan yang
.4
terjadi pada suatu kurun waktu dimana air
2. Mencari nilai Tx =
tersebut berkonsentrasi.
log X i X i
2
Analisa Intensitas Curah Hujan ini
dapat diproses dari data curah hujan yang .5
terjadi pada masa lampau. Intensitas
n 1
Curah Hujan dinotasikan dengan huruf I 3. Mencari nilai Cs =
n log X i X i
3
dengan satuan mm/jam, yang artinya
.6
tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm
dalam kurun waktu perjam.
n 1 n 3 Tx 3
Intensitas Curah Hujan umumnya 4. Mencari nilai Kx = ada dalam
dihubungkan dengan kejadian dan tabel
lamanya (duration) hujan turun, yang 5. Mencari nilai Xt = XI + Kx.Tx
disebut Intensitas Duration Frequenci ..7
(IDF). Oleh karena itu diperlukan data 6. Mencari nilai R24 = anti log Xt
curah hujan jangka pendek, misalnya 5 8
menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman,
maka oleh Dr. Mononobe dirumuskan Debit Hujan dan Dimensi Saluran
Intensitas Curah Hujannya sebagai 1. Debit Hujan
berikut: Dalam perencanaan bangunan
R 24 (24) 2 / 3 air pada suatu daerah
I= .............................. 3 pengaliran sungai sering
24 t dijumpai dalam perkiraan
Dengan : puncak banjir dihitung dengan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) metode yang sederhana dan
t = Lamanya curah hujan (jam)
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

praktis. Namun demikian metode


perhitungan ini dalam teknik Qsal = Qav + Qh ............................ 10
penyajiannya memasukkan faktor Q = A x V .................................... 11
curah hujan, keadaan fisik dan sifat A = (b + z.h) . h ........................... 12
hidrolika daerah aliran, sehingga P = b = 2h l + z2 ..................... 13
dikenal sebagai metode rational.
b z.h . h
R= .................... 14
C . I . A das B 2h l z 2
Qh = = 0,278.C.Adas ..... 9 B = b + 2.z.h ............................... 15
3,6
V = l/n x S1/2 x R2/3 ...................... 16
Dengan :
Dengan :
C = Koefisien runnoff
Q = Debit air (m3/dt)
I = Intensitas curah hujan
V = Kecepatan aliran (m/dt)
(mm/jam)
R = Jari-jari hidrolis (m)
Adas = Luas daerah aliran (km2)
A = Luas das (m2)
Qh = Debit hujan maksimum
P = Keliling basah (m)
(m3/dt)
B = Lebar atas saluran (m)
Sumber : J. Loebis, 1992
H = Tinggi saluran (m)
h = Tinggi air disaluran (m)
2. Dimensi Saluran
W = Tinggi jagaan (m)
Bentuk dan jenis saluran
disesuaikan dengan keadaan B
lingkungan yang ada di lapangan
yaitu saluran terbuka yang W
berbentuk trapesium. Adapun rumus H
h
untuk menghitung dimensi saluran
ini menggunakan rumus perpaduan
antara persamaan Manning dengan B
persamaan Rasional, sedangkan Gambar 1. Saluran Bentuk Trapesium
untuk menghitung debit saluran
adalah:
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

Lokasi Penelitian METODOLOGI PENELITIAN


Sesuai dengan tujuan
penelitian dan permasalahan yang
ada, maka daerah penelitian
ditetapkan di sepanjang daerah
aliran saluran drainase kali Kepiting
dan kali Kenjeran.
Dibawah ini, adalah Peta
Drainase Surabaya Timur, sebagai
daerah penelitian (Gambar 2. Peta
Lokasi Penelitian)

Metode Pengumpulan Data


Data-data yang digunakan
untuk penelitian secara keseluruhan
dari permasalahan yang ingin
dicapai meliputi data :
1. Data curah hujan (20 tahun) dari
tahun 1980 1999
2. Data jumlah penduduk tahun
1999
3. Fasilitas-fasilitas yang ada
(tahun 1999)
4. Kecepatan saluran
5. Data dimensi saluran yang ada
6. Data pengukuran tinggi saluran
di daerah lokasi
7. Peta lokasi
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

Analisa Yang Digunakan HASIL PENGAMATAN DAN


Untuk menganalisa data yang PEMBAHASAN
sudah dikumpulkan, maka tahapan
yang akan dilakukan adalah sebagai Debit Air Buangan
berikut : Air buangan atau penggunaan air
1. Data curah hujan yang ada (tahun untuk keperluan non domestik yaitu air
1988 1999) akan diolah menjadi hasil pembuangan yang telah dilakukan
intensitas hujan (I), sebelum oleh manusia dalam setiap harinya,
menjadi intensitas hujan (I) terlebih misalnya : mandi, mencuci perabot atau
dahulu dicari nilai curah hujan pakaian, untuk proses industri,
harian maximum (R). pemadam kebakaran dan lain-lain.
2. Setelah diketahui nilai intensitas Banyaknya air yang dipakai untuk
hujannya (I), maka debit air hujan berbagai pengguna dikenal sebagai
dapat dicari. konsumsi air atau pemakai air.
3. Menghitung debit air buangan yang Konsumsi tergantung dari fungsi
berasal dari penjumlahan debit air pemakai air (konsumsi) dan jenis
buangan domestik dengan debit air pelayanan air. Konsumen air terbagi
buangan non domestik. menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu
4. Menjumlahkan debit air buangan konsumen domestik dan konsumen non
dengan debit air hujan untuk domestik. Konsumen domestik (rumah
menghasilkan debit saluran. tangga), dicirikan oleh penggunaan air
5. Dengan memasukkan nilai-nilai untuk keperluan domestik. Konsumen
dimensi yang ada dengan debit non domestik, bahkan untuk
saluran, maka akan didapatkan penggunaan air untuk keperluan non
nilai-nilai dimensi yang diharapkan. domestik, bahkan untuk penggunaan
domestik saja dalam skala luas.
Untuk konsumen domestik
berdasarkan kategori daerah dan
jumlah penduduk ditetapkan adalah 60
L/org/hr karena jumlah penduduk di
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

daerah penelitian : untuk daerah sekitar diketahui, maka debit air buangan rata-
kali Kepiting, jumlah penduduknya = rata kali Kepiting (Qav.1) = 0,0875 m3/dt
54.992 jiwa, sedangkan jumlah dan debit air buangan rata-rata kali
penduduk di daerah sekitar kali Kenjeran (Qav.2) = 0,0553 m3/dt.
Kenjeran = 53.326 jiwa.
Dari hasil perhitungan, nilai debit Debit Air Hujan Maximum (Qh)
air buangan domestik kali Kepiting Dalam perhitungan debit air hujan
(Qdom) = 0,038 m3/dt dan nilai debit air maximum terlebih dahulu mencari nilai
buangan domestik kali Kenjeran intensitas hujannya, sebelum mencari
(Qdom.2) = 0,0042 m3/dt. Dapat nilai intensitas hujan terlebih dahulu
disimpulkan bahwa debit air buangan harus mencari nilai curah hujan
domestik ini dipengaruhi oleh jumlah maximum. Nilai curah hujan maximum
penduduk. Semakin besar jumlah diperoleh dari data / kumpulan data
penduduk, semakin besar pula unit selama 20 tahun.
kebutuhan air yang akan digunakan, 1. Curah Hujan Maximum (R)
sehingga nilai Qdom-nya akan semakin Curah hujan maximum adalah
besar pula. kejadian yang diharapkan terjadi
Debit air buangan non domestik rata-rata sekali.
kali Kepiting (Qnon.dom) = 0,0087 m3/dt Hasil untuk nilai curah hujan
dan nilai debit air buangan non maximum dapat diketahui dalam
domestik kali Kenjeran (Qnon.dom.2) = tabel 1. (Curah Hujan Harian
0,0042 m3/dt. Dari hasil perhitungan Maksimum)
dan pengamatan dapat disimpulkan
bahwa debit air buangan non domestik Tabel 1. Curah Hujan Harian Maximum
ini dipengaruhi oleh jumlah fasilitas, PUH Kx Xt R (mm / 24 jam)
semakin banyak jumlah fasilitasnya, 2 0,376 2,030019 107,1565
maka semakin besar pula nilai debit air 5 0,681 2,052176 112,7654
buangan non domestiknya (Qnon.dom). 10 0,724 2,0553 113,5795
Setelah nilai-nilai debit air 25 0,738 2,056317 113,8458
buangan domestik (Qdom) dan debit air 50 0,74 2,056462 113,8839
buangan non domestik (Qnon.dom)
100 0,74 2,056462 113,8839
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

200 0,741 2,056535 113,9029 4 14,74 15,51 15,62 15,66 15,66 15,66 15,67 15,67

1000 0,741 2,056535 113,9029 5 12,07 13,37 13,46 13,49 13,50 13,50 13,50 13,50

Sumber : Data Primer 6 11,25 11,84 11,92 11,95 11,95 11,95 11,95 11,95
Dari tabel 1 diatas dapat Sumber : Badan Meteorologi-Juanda Surabaya
disimpulkan bahwa semakin besar nilai
PUH-nya mulai dari 2 tahun sampai Dari tabel 2 diatas dapat diambil
1000 tahun, nilai curah hujannya (R) kesimpulan bahwa semakin lama
semakin bertambah besar. durasi hujannya, maka semakin kecil
nilai intensitas hujan maximumnya, dan
Intensitas Hujan (I) semakin lama periode ulang hujannya,
Intensitas hujan (I) adalah maka semakin besar nilai intensitas
ketinggian curah hujan yang terjadi hujan maximumnya. Dari tabel 2 diatas
pada suatu kurun waktu dimana air dapat digambarkan grafik sebagai
tersebut berkonsentrasi. Intensitas berikut :
hujan umumnya dihubungkan dengan
Grafik 1. Durasi Intensitas Hujan
kejadian lamanya hujan turun. Oleh
karena itu diperlukan data curah hujan 45
Intensitas Curah Hujan (mm/24

40
jangka pendek, yaitu durasi 1 jam 6 35
30
1
2

jam dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 25


3
jam)

20 4
50, 100, 200, 1000 tahun. Dari grafik 4.1 diatas dilihat dan
15 5
6
Dari persamaan 3 dapat Disimpulkan bahwa durasi atau
10
5

dihitung nilai intensitas curah hujannya lamanya2 hujan


5 10
125 jam50
dengan PUH 2
0
100 200 1000
dan hasilnya terdapat pada tabel 2. tahun nilai Periode
intensitas hujannya lebih
Ulang Hujan (PUH)

(Intensitas Hujan Maksimum). tinggi dibanding dengan durasi atau


Tabel 2. Intensitas Hujan Maximum lamanya hujan 6 jam dengan PUH 2
Duras Curah Hujan untuk PUH (mm/24 jam) tahun. Pada durasi atau lamanya hujan
i
Hujan 2 5 10 25 50 100 200 1000 1 jam dengan PUH 2 tahun, nilai
1 37,14 39,09 39,37 39,46 39,48 39,48 39,48 39,48 intensitas hujannya lebih kecil
2 23,40 24,62 24,80 24,86 24,87 24,87 24,87 24,87 dibanding dengan durasi atau lamanya
3 17,85 18,79 18,92 18,97 18,98 18,98 18,98 18,98 hujan 6 jam dengan PUH 1000 tahun,
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

sehingga dapat disimpulkan bahwa Debit saluran adalah


semakin besar atau lama periode banyaknya air yang ada /
ulangnya, maka semakin naik pula ditampung di suatu saluran, baik
grafiknya atau semakin besar nilai air hujan maupun air buangan yang
intensitas hujan. Untuk perhitungan dilakukan manusia oleh manusia.
selanjutnya digunakan nilai intensitas Berdasarkan persamaan 10,
hujannya (I) = 39,468 mm/24 jam, maka nilai debit saluran dapat
dengan PUH 25 tahun, durasi hujan 1 dihitung, karena nilai debit air
jam, karena PUH 25 tahun ini lebih buangan rata-rata (Qav) dan nilai
efektif dan lebih ekonomis untuk debit air hujan (Qh) sudah
perencanaan drainase. Pada PUH 25 diketahui, maka nilai Qsal.1 = 5,0515
tahun ini, jarak perencanaan m3/dt dan Qsal.2 = 4,00163 m3/dt.
drainasenya tidak terlalu dekat maupun
tidak terlalu jauh, sehingga dari segi b. Dimensi Saluran
ekonomi lebih ekonomis karena Sistem drainase di saluran kali
perencanaan drainase selanjutnya tidak Kepiting dan kali Kenjeran
terlalu dekat. berdasarkan dari survei di
lapangan adalah memakai sistem
2. Debit Air Hujan (Qb) saluran terbuka, dengan bentuk
Setelah nilai intensitas hujan saluran trapesium.
diketahui (I25 = 39,468 mm/24 jam), Dari data di BAPPEDA
maka debit hujan dapat dihitung, diperoleh nilai kecepatan aliran
dengan memasukkan nilai-nilai luas dalam saluran ini adalah V1,2 = 1,5
daerah yaitu A1 = 787 m2 ; A2 = 625 m2 m/dt, nilai tinggi saluran kali
dan nilai C = 0,575 m ke dalam Kepiting (h1) = 0,9 m, nilai tinggi
persamaan 9, maka akan didapatkan saluran kali Kenjeran (h2) = 0,7 m.
nilai debit hujannya, Qh.1 = 4,964 m3/dt Berdasarkan persamaan 10
dan Qh.2 = 3,961 m3/dt. 16, dengan memasukkan nilai V
dan h di atas, maka akan diperoleh
Debit Saluran dan Dimensi Saluran nilai-nilai dimensi saluran, hasilnya
a. Debit Saluran
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

dapat dilihat dalam tabel 3. Sutorejo tidak dapat mengalir


(Dimensi Saluran) secara lancar untuk masuk /
mengalir ke saluran kali Kepiting.
2. Pada kawasan Tempurejo
terdapat banyak endapan dan
sampah, sehingga pada waktu
hujan, muka air pada saluran kali
Tabel 3. Dimensi Saluran Kepiting cukup tinggi.
Dimensi Saluran Kali Kali 3. Pada kawasan Mulyosari
Kepiting Kenjeran
saluran tersier / sekundernya
Lebar bawah ( b ) m 3,3 3,6 tidak mengalir ke saluran primer
Lebar atas (B ) m 4,2 4,3 kali Kepiting.
Luas basah ( A ) m 2
3,375 2,765
Sedangkan banjir yang sering
terjadi di sekitar saluran kali Kenjeran
Keliling basah ( P ) m 5,312 5,165
diakibatkan karena :
Jari-jari hidrolik ( R ) m 0,635 0,535 1. Saluran di daerah Karang
Slope saluran ( S ) 0,0016 0,0021 Asem sekitar dan Karang
m Empat sekitarnya yang
Sumber : data Primer seharusnya mengalir ke
saluran kali Kenjeran tidak
Hasil Survai di Lapangan dapat masuk melalui saluran
Dari hasil survai / pengamatan si Kalijudan, karena posisi
pengamat di lapangan bahwa banjir saluran Kalijudan lebih tinggi
yang sering terjadi di kali Kepiting dan elevasi dasar saluran tidak
diakibatkan karena : jauh berbeda dengan lahan
1. Pada kawasan Sutorejo sekitarnya.
elevasi saluran kali Kepiting lebih 2. Saluran Kalijudan penuh
tinggi dari saluran Sutorejo dengan endapan dan enceng
sendiri, sehingga pada waktu gondok.
hujan / banjir, air di saluran
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 2, No. 1, Oktober 2005

3. Saluran sekunder dari Lebak Hitungan


Arum tidak dapat lancar masuk Kali Kepiting 5,0515 3,94
ke saluran Kenjeran, karena (m3/dt)
adanya enceng gondok. Kali Kenjeran 4,00163 3,86
4. Pintu air di Kalijudan rusak. (m3/dt)
Sumber : data Primer
Adapun penyebab banjir yang lain
adalah karena elevasi muka air laut Dari hasil-hasil perhitungan debit
lebih tinggi dibanding dengan elevasi saluran di lapangan dengan debit
permukaan tanah. saluran hasil hitungan (debit saat ini),
maka dapat disimpulkan bahwa debit
Perbandingan Debit Hasil Hitungan saluran di kali Kepiting hasil hitungan
Dengan Di Lapangan lebih kecil dari debit saluran di
Hasil perhitungan debit saluran, lapangan. Ini berarti bahwa dimensi
Qsal.1 (Kali Kepiting) = 5,0515 m3/dt dan yang ada saat ini seharusnya masih
Qsal.2 ( Kali Kenjeran) = 4,00163 m3/dt. dapat untuk menampung debit air hujan
Hasil survei di lapangan maupun debit air buangan, dengan
terdapat sedimentasi di saluran kali PUH 25 tahun. Sedangkan debit
Kepiting setinggi 0,65 m (hasil rata- saluran kali Kenjeran hasil hitungan
rata) dan saluran kali Kenjeran setinggi lebih besar dari debit saluran di
0,35 m (hasil rata-rata). Nilai debit di lapangan. Ini berarti bahwa dimensi
lapangan dapat dihitung dengan yang ada saat ini sudah tidak dapat
memasukkan nilai b1 = 3,5 m ; b2 = 3 m memenuhi debit air hujan maupun air
; z1,2 = 0,5 m ; h1 = 0,9 m ; h2 = 0,7 m ; buangan pada PUH 25 tahun.
v1,2 = 1,5 m/dt, maka akan didapatkan
nilai Qsal.1 = 3,94 m3/dt dan Qsal.2 = 3,86 KESIMPULAN
m3/dt. 1. Hasil perhitungan debit
saluran, Qsal.1 (Kali Kepiting) =
Tabel 4. Perbandingan debit hitungan 5,0515 m3/dt dan Qsal.2 ( Kali
dengan debit di lapangan Kenjeran) = 4,00163 m3/dt.
Nama Kali Hasil Lapangan
2. Berdasar hasil hitungan, Qsal.1
Kali Kepiting, hasil hitungan > Qsal.1
EVALUASI BANJIR PADA AREA DRAINASE
KALI KEPITING DAN KALI KENJERAN SURABAYA TIMUR
(Novirina Hendrasarie)

di lapangan, dan Qsal.2 Kali Cetakan Kedua, Penerbit


Kenjeran, hasil hitungan < Qsal.2 di Departemen Pekerjaan Umum,
lapangan sehingga dimensi saluran Jakarta.
kali Kepiting dan Kenjeran saat ini Lepedes, 1974, Dictionary of Scientific
sudah tidak dapat menampung and Technical Term, Mc Graw-Hill
debit air hujan pada PUH 25 tahun. Book Company, New York.
3. Berdasar hasil di lapangan Masduki HS, 1988, Drainase
Banjir yang sering terjadi di kali Pemukiman, ITB Bandung.
Kepiting dan kali Kenjeran Metcalf & Eddy, 1991, Waste Water
disebabkan karena banyaknya Engineering Treatment Disposal and
sampah dan sedimen, pintu air laut Reuse, Third Edition, Mc Graw-Hill
rusak dan juga karena elevasi Book Company Inc, Tokyo.
muka air laut lebih tinggi dibanding Moch. Sholeh, Hidrologi, ITS
dengan elevasi permukaan tanah. Surabaya.
Terdapat sedimentasi di Soemarto CD, 1986, Hidrologi
saluran kali Kepiting setinggi 0,65 Teknik, Edisi Kedua, Penerbit
m (hasil rata-rata) dan saluran kali Erlangga, Jakarta.
Kenjeran setinggi 0,35 m (hasil Soewarno, 2000, Hidrologi
rata-rata). Operasional, Penerbit PT. Citra
Aditya, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Suyono. S, 1976, Hidrologi untuk
Pengairan, Cetakan Kedelapan,
Hoglesby Clarkson & R. Hick Gary, Penerbit PT. Pradnya Paramita,
1993, Teknik Jalan Raya, Penerbit Jakarta.
Erlangga, Jakarta. Ven Te Chow & EV. Nensi Rosalina,
Effendi, 1991, Irigasi di Indonesia : 1992, Hidrolika Saluran Terbuka,
Strategi dan Pengembangan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Penerbit LP3ES. ________
Joesron Loebis, 1992, Banjir Rencana
Untuk Perencanaan Bangunan Air,

You might also like