You are on page 1of 12

ISSN: 1979-9292

JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611


Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

PEMBERDAYAAN DAN EFIKASI DIRI PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER


MELALUI EDUKASI KESEHATAN TERSTRUKTUR

Aria Wahyuni1*, Fitrianola Rezkiki2


1
Departemen Keperawatan Medikal Bedah STIKes Fort De Kock Bukittinggi, 26129
2
Departemen Manajemen Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi, 26129
*
Email: ariawahyuni@gmail.com

Submitted: 23-07-2015, Reviewed: 23-07-2015, Accepted: 26-11-2015


http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.26

Abstract
This study aims to determine the effectiveness of health education on patient empowerment and self-
efficacy of Coronary Heart Disease (CHD). This study used a quasi-experimental design conducted in
June - October 2014 in Bukittinggi Hospital with a sample of 26 people who were divided into two
groups: intervention and control groups. Mean of empowerment and self-efficacy CHD patients
increased after receiving education in the intervention group and the control group did not show no
improvement. Mean of empowerment and self-efficacy of CHD patients was higher in the intervention
group compared with the control group. There is a significant difference between empowerment and self-
efficacy before and after education in the intervention group (p = 0.001). There is no significant
difference between empowerment and self-efficacy before and after education in the control group (p =
0.157; p = 0.213). There is a significant difference between empowerment and self-efficacy in the control
and intervention group (p = 0.001). It can be concluded that structured health education is effectively
increase the empowerment and self-efficacy of CHD patients. Recommendations from this study is
expected that nurses provide a structured education to patients as early as possible upon admission and
make a nursing intervention and modify health education system.
Keywords : Health Eduction, Self-efficacy, Empowerment, Coronary Heart Disease

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan edukasi kesehatan terhadap
pemberdayaan dan efikasi diri pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penelitian ini menggunakan
desain quasi experiment yang dilakukan pada bulan Juni Oktober 2014 di Rumah Sakit Kota
Bukittinggi dengan jumlah sampel 26 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi
dan kontrol. Rata-rata pemberdayaan dan efikasi diri pasien PJK meningkat setelah diberi edukasi pada
kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak menunjukkan ada peningkatan. Rata-rata
pemberdayaan dan efikasi diri pasien PJK pada kelompok intervensi didapatkan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada perbedaan yang bermakna antara pemberdayaan dan
efikasi diri sebelum dan sesudah diberikan edukasi pada kelompok intervensi (p = 0,001). Tidak ada
perbedaan yang bermakna antara pemberdayaan dan efikasi diri sebelum dan sesudah diberikan edukasi
pada kelompok kontrol (p = 0,157; p = 0,213). Ada perbedaan yang bermakna antara pemberdayaan dan
efikasi diri pada kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,001).Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
edukasi kesehatan terstruktur efektif meningkatkan pemberdayaan dan efikasi diri pasien PJK.
Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan agar perawat memberikan edukasi terstruktur kepada pasien
sedini mungkin saat masuk rumah sakit dan menjadikan sebagai intervensi keperawatan dan
memodifikasi sistem pendidikan kesehatan.
Kata Kunci: Edukasi Kesehatan, Efikasi Diri, Pemberdayaan, Penyakit Jantung Koroner
KOPERTIS WILAYAH X 28
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

PENDAHULUAN pertemuan melainkan diberikan dalam


Ketidakmampuan jantung dalam keadaan terstruktur selama pasien dirawat.
melakukan fungsinya akan menimbulkan Menurut Kozier dan Erbs (2010) edukasi
kerusakan dan kerusakan tersebut memicu kesehatan merupakan aspek besar dalam
berbagai macam penyakit jantung salah praktik keperawatan dan bagian penting dari
satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Di peran dan fungsi perawat sebagai nursing
Amerika PJK diperkirakan 900.000 kasus educator. Kozier dan Erbs juga
terjadi setiap tahunnya dan menurut laporan menambahkan edukasi yang dilakukan
badan organisasi kesehatan dunia (WHO) perawat meski beraneka ragam mulai dari
PJK sempat menjadi wabah penyakit dunia promosi, pencegahan penyakit,
pada tahun 2009 (Black & Hawks, 2009). mempertahankan kesehatan sampai perawat
Prevalensi PJK yang meningkat juga harus dapat mengurangi faktor resiko
dirasakan di Eropa pada tahun 2012 ada penyakit dan meningkatkan tingkat
41.000 orang mendapat serangan jantung kesejahteraan pasien serta terhindar dari rasa
dan meninggal dunia akibat PJK (Karner et cemas, ketidakberdayaan untuk mandiri dan
al, 2012). Di Indonesia pasien PJK juga ketidakpercayaan diri dalam merawat diri.
mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan Pemberdayaan merupakan suatu proses
oleh data yang di catat oleh Rumah Sakit yang dapat membangun kapasitas pasien
Jantung Harapan Kita yang merupakan salah untuk memenuhi kebutuhannya secara
satu rujukan nasional dan dapat mewakili mandiri, mengurangi perasaan sedih,
Indonesia didapatkan bahwa pada tahun meningkatkan rasa percaya diri (Marchinko,
2011 ada sebanyak 1553 orang yang dirawat 2008). Menurut Widiastuti (2012) dalam
dengan PJK (Rekam Medis RSJPDHK penelitiannya didapatkan bahwa edukasi
dalam Wahyuni, Nurrachmah & Herawati, kesehatan yang diberikan pada pasien PJK
2013). terbukti efektif dalam meningkatkan
Peningkatan prevalensi PJK baik di dunia pemberdayaan pasien. Penelitian lainnya
maupun di Indonesia salah satunya terkait dengan pemberdayaan
disebabkan oleh masih kurangnya menyimpulkan bahwa pasien yang
pengetahuan pasien dalam menangani PJK mempunyai pemberdayaan akan memiliki
oleh karena itu tenaga kesehatan diharuskan self efficacy (efikasi diri) yang kuat dan
berinisiasi dalam melakukan penanganan dapat mempengaruhi lingkungan dan pasien-
sedini mungkin. Pemberian informasi yang pasiennya untuk mencapai tujuan hidupnya
dimaksud adalah pemberian edukasi (Morison, 2006). Salah satu faktor yang
kesehatan, yang juga mempunyai tujuan berpengaruh dalam efikasi diri pasien PJK
untuk meningkatkan pengetahuan dan adalah pengetahuan pasien dan didapatkan
pemahaman, mengubah perilaku pasien dan bahwa pengetahuan yang tinggi akan
keluarga untuk mencegah komplikasi, meningkatkan efikasi diri pasien PJK
dukungan kondisi kesehatan dalam hal (Wantiyah, 2010). Dapat disimpulkan bahwa
pemulihan pasien, meningkatkan Pemberdayaan dan efikasi diri dibentuk
pemberdayaan pasien, dan efikasi diri, serta dengan memupuk pengetahuan pasien
mencegah kematian. Edukasi kesehatan sebanyak mungkin tentang PJK melalui
yang efektif tidak diberikan dalam satu kali

KOPERTIS WILAYAH X 29
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

edukasi kesehatan dan diberikan tidak hanya booklet pada saat responden datang untuk
satu kali namun terstruktur. kontrol paska rawat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kuesioner yang digunakan untuk
pengaruh penerapan edukasi kesehatan mengukur pemberdayaan yaitu dengan
terhadap pemberdayaan dan efikasi diri menggunakan the empowerment scale
pasien PJK. Penelitian ini dirasakan penting making decision yang dikembangkan oleh
dalam meningkatkan pemberdayaan dan Sally Rogers dari Centre for rehabilitation
keyakinan diri pasien sehingga berdampak Boston University (Marchinko, 2008) yang
dalam peningkatan kualitas hidup pasien. terdiri dari 28 pertanyaan dengan skala 1-4.
Instrument tersebut sudah pernah digunakan
METODE di Indonesia yaitu pada penelitian Widiastuti
Penelitian ini menggunakan desain quasi tahun 2012 dan sudah dinyatakan valid dan
experiment dengan pendekatan pre post test reliable. Kuesioner efikasi diri digunakan
control group design dan post test control dengan kuesioner General Self Efficacy oleh
group design. Responden berjumlah 26 Born tahun 1995, Cardiac Self Efficacy oleh
orang dibagi dalam dua kelompok yaitu 13 Sullivian tahun 1998, dan Cardiac Diet Self
orang kelompok kontrol dan 13 orang Efficacy yang dikembangkan oleh Hickey
kelompok intervensi. Penelitian pada tahun 1992 dan terdiri dari 45
dilaksanakan di Rumah Sakit yang ada di pernyatan dengan skala 1-4 (Chen & Shao,
Bukittinggi. Waktu pengambilan data 2009). Instrumen efikasi diri juga sudah
dilakukan pada bulan Juni Oktober 2014. digunakan di Indonesia oleh Wantiyah tahun
Responden berjumlah 26 orang dibagi dalam 2010 dan sudah dinyatakan valid dan
dua kelompok yaitu 13 orang kelompok reliable.
kontrol dan 13 orang kelompok intervensi
yang diambil dengan teknik purposive HASIL DAN PEMBAHASAN
sampling. Karakteristik Responden Umur
Responden pada kelompok kontrol Hasil penelitian didapatkan rata-rata
diukur terlebih dahulu diuukur umur pasien PJK pada kelompok kontrol
pemberdayaan dan efikasi diri pasien 54,08 tahun dan rata-rata umur pasien PJK
kemudian menjalankan prosedur edukasi pada kelompok intervensi adalah 54,62
yang berlaku di rumah sakit tersebut. tahun. Perbedaan rata-rata umur antara
Responden pada kelompok intervensi kelompok kontrol dan intervensi adalah 0,54
terlebih dahulu di ukur pemberdayaan dan tahun. 95 % diyakini rata-rata umur pada
efikasi diri kemudian diberikan edukasi kelompok kontrol dan intervensi adalah
kesehatan (diberikan booklet sebagai diantara 52,16 sampai dengan 56,53 tahun.
panduan) selama tiga kali pasien selama Hasil statistik lebih lanjut menyimpulkan
dirawat. Peneliti mengukur kembali tidak ada perbedaan yang signifikan
pemberdayaan dan efikasi diri saat pasien menurut rata-rata umur antara kelompok
datang kontrol ke poliklinik yaitu minggu kontrol dan kelompok intervensi.
kedua. Untuk kelompok kontrol peneliti Rata-rata umur pada penelitian ini bila
mengukur pemberdayaan dan efikasi diri, digolongkan maka masuk kedalam
peneliti juga memberikan edukasi dan kelompok umur lebih dari 40 tahun atau

KOPERTIS WILAYAH X 30
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

yang disebut sebagai kelompok dewasa tahun merupakan usia yang rentan untuk
akhir. Rentang umur tersebut merupakan terserang PJK.
umur yang rentan muncul berbagai penyakit Kurangnya pengetahuan terhadap
salah satunya adalah PJK. Peningkatan penyakit salah satunya PJK akan
angka kesakitan dan kematian pada PJK memberikan dampak yang fatal pada
salah satunya disebabkan oleh umur, PJK seseorang karena PJK dapat datang secara
juga meningkat secara lambat laun pada usia tiba-tiba dan tanpa diketahui sebelumnya
30-50 tahun. Umur dapat mengubah bentuk terutama pada saat umur 40 tahun. Menurut
dan fungsi dari vaskuler dimana asetilkolin Khan et al (2007) sebanyak 74,6 % pasien
pada endotelium pembuluh darah menurun PJK yang berumur lebih dari 40 tahun
karena ketuaan serta memicu gangguan datang ke rumah sakit terlambat karena tidak
aliran darah koroner (Rahmawati, 2010). tahu tentang gejala-gejala PJK yaitu nyeri
Peningkatan umur pada seseorang termasuk dada yang menyerupai sakit pada lambung.
salah satu faktor resiko terjadinya PJK. Mengantisipasi hal tersebut cara yang tepat
Tanda dan gejala PJK terjadi umumnya pada dan baik menurut Khan et al (2007)
orang yang umurnya diatas 40 tahun (Black memberikan edukasi dan konseling baik
& Hawks 2009). Penelitian-penelitian yang dilakukan pada kelompok umur resiko PJK
dahulu banyak menunjukkan hasil bahwa (> 40 tahun) sebagai upaya preventif dan
umur PJK berkisar antara 30 84 tahun. promotif. Preventif dan promotif yang
Baas (2004) melaporkan bahwa 84 orang dilakukan oleh seseorang menunjukkan
pasien PJK memiliki umur dengan rentang mampu memberdayakan diri dan memiliki
36 81 tahun. Penelitian lain Steigelman et keyakinan untuk meningkatkan kesehatan.
al (2006) menyebutkan bahwa usia 30 60

KOPERTIS WILAYAH X 31
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

Tabel .1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden (Juni Oktober 2014)

Jenis Kelamin Menurut Price dan Wilson (2006) salah


Proporsi jenis kelamin pada kelompok satu faktor resiko PJK adalah jenis kelamin.
kontrol sebagian besar memiliki jenis Jenis kelamin yang rentan mendapat PJK
kelamin laki-laki yakni 11 orang (84,6 %) adalah laki-laki. PJK lebih banyak diderita
dan sisanya 2 orang (15,4 %) berjenis pada laki-laki dibandingkan pada
kelamin perempuan. Pada kelompok perempuan. Memasuki usia sebelum lansia
intervensi jenis kelamin laki-laki yaitu 11 gejala PJK lebih banyak ditemukan pada
orang (84,6 %) sedangkan jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan,
yang perempuan yaitu 2 orang (15,4 %). perbandingan mencapai 2-3 kali lebih besar.
Dari 26 orang sebagian besar memiliki jenis Hal ini karena perempuan terlindungi oleh
kelamin laki-laki yakni 22 orang (84,6 %) hormon estrogen yang mencegah kerusakan
dan sisanya 4 orang (15,4 %) memiliki jenis pembuluh darah yang berkembang menjadi
kelamin perempuan. Hasil lebih lanjut proses arterosklerosis (Djohan, 2004).
menyimpulkan tidak ada perbedaan yang Resiko PJK terjadi pada perempuan apabila
signifikan menurut jenis kelamin antara memasuki waktu menopause dimana
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi hormon estrogen yang melindungi
intervensi edukasi. kerusakan pembuluh darah menurun seiring

KOPERTIS WILAYAH X 32
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

dengan terjadinya menopause (Women Pendidikan erat dihubungkan dengan


Heart Institute, 2002 dalam Mertha, 2010) pengetahuan dan bukan merupakan salah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian satu penyebab terjadinya PJK akan tetapi
Wahyuni, Nurrahmah dan Gayatri (2011) pendidikan dapat mempengaruhi pola hidup.
dimana prevalensi terjadinya PJK Semakin tinggi tingkat pendidikan dan
berdasarkan jenis kelamin di Kota pengetahuan diharapkan akan berdampak
Bukittinggi adalah laki-laki 63%. Jenis pada peningkatan perilaku hidup sehat.
kelamin juga diteliti oleh Rohmayanti Kemampuan untuk memotivasi diri dan
(2010) didapatkan bahwa 56% adalah melakukan perilaku yang bertujuan
berjenis kelamin laki-laki. Penelitian Chung berdasarkan atas aktivitas kognitif,
et al (2009) dan penelitian Kristofferzon Kemampuan kognitif seseorang akan
(2005) 74 % dan 57% pasien PJK berjenis membentuk kemampuan untuk memahami
kelamin laki-laki. Penyebab PJK pada laki- faktor-faktor yang berkaitan dengan
laki paling sering disebabkan oleh karena penyakit dan menggunakan pengetahuan
gaya hidup yang tidak teratur seperti banyak tersebut untuk menjaga kesehatan diri
merokok, minum kopi dan sebagainya. sendiri (Potter & Perry, 2006)
Kandungan yang ada dalam rokok seperti tar Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dan nikotin bisa memicu kerusakan lapisan yang dilakukan Skodova (2010) yang
pembuluh darah koroner berupa rapuhnya mengatakan bahwa pendidikan pasien PJK
dinding pembuluh darah dan meningkatkan 62 % berpendidikan tinggi dengan tingkat
pelepasan hormon epinefrin dan ekonomi yang tinggi karena PJK di Swis
norepinefrin yang berfungsi mempersempit dianggap penyakit yang tergolong kelas
lumen pembuluh darah sehingga volume menengah keatas. Penelitian yang dilakukan
darah yang mencapai otot jantung sedikit oleh Wantiyah, Sitorus, dan Gayatri (2010)
dan mengakibatkan otot jantung rusak menunjukkan bahwa ada 68 % pasien PJK
(Black & Hawks, 2009; Yahya, 2010). berpendidikan tinggi. Pendidikan pasien
PJK juga diteliti oleh Widiastuti, Nurrahmah
Pendidikan dan Besral (2012) bahwa lebih dari 60 %
Hasil analisis karakteristik berdasarkan pasien PJK memiliki jenjang pendidikan
tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 16 tinggi.
orang memiliki pendidikan lanjut ada
sebanyak 7 orang (43,8 %) pada kelompok Pernikahan
kontrol, sedangkan pada kelompok Distribusi karakteristik responden
intervensi yang memiliki pendidikan lanjut berdasarkan proporsi pernikahan
yaitu 9 orang (56,7 %). Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa dari 26 orang
menyimpulkan tidak ada perbedaan yang responden sebagian besar nikah yakni 23
signifikan menurut tingkat pendidikan antara orang (88,5 %) dan sisanya 3 orang (11,5 %)
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi tidak nikah. Karakteristik responden
intervensi. Artinya tingkat pendidikan antara berdasarkan pernikahan pada kelompok
kelompok kontrol dan intervensi setara atau kontrol ada 1 orang (7,7 %) tidak nikah
homogen (p > 0,05; p value = 0,678). selebihnya ada 12 orang (92,3 %) nikah.
Pada kelompok intervensi menunjukkan

KOPERTIS WILAYAH X 33
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

hasil yaitu 2 orang (15,4 %) responden tidak menyimpulkan tidak ada perbedaan yang
nikah dan 11 orang (84,6 %). Hasil lebih signifikan menurut status perkawinan antara
lanjut menyimpulkan tidak ada perbedaan kelompok kontrol dan kelompok yang diberi
yang signifikan menurut pernikahan antara intervensi.
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi Jumlah serangan pada penelitian ini
intervensi. penting diteliti karena berhubungan dengan
Status perkawinan merupakan suatu pengalaman seeorang tentang PJK. Menurut
bentuk dukungan yang diberikan dalam hal Smeltzer, Bare, Hinkle dan Cheever (2010)
meningkatkan derajat kesehatan kepada menjelaskan bahwa PJK bisa menyerang
pasien. Moser dan Riegel (2008) siapa saja berkali-kali apabila seseorang
mengungkapkan pasien PJK yang menikah tersebut tidak bisa dan tidak tahu merubah
dan tinggal bersama lebih sedikit pola dan gaya hidup. Rawatan ulang dapat
mempunyai masalah psikis dibandingkan terjadi bila seseorang belum memahami
dengan pasien PJK yang tidak berstatus bagaimana perawatan PJK dirumah dan
nikah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa laki- apabila dibiarkan PJK akan bisa menjadi
laki penderita PJK yang tidak menikah akan komplikasi jantung lebih seperti gagal
mengalami masalah fisik dan kesehatan jantung. Pengalaman pasien tentang PJK
mental dibandingkan dengan wanita akan membantu pasien melakukan
penderita PJK yang tidak menikah karena perawatan intensif terhadap dirinya dalam
laki-laki yang menikah merasa terlindungi mencegah terjadinya serangan kembali.
dan psikologis terasa aman sehingga PJK Pasien PJK dengan jumlah serangan lebih
pada laki-laki dapat dicegah. Dukungan dari dari dua kali disebabkan oleh penyakit
pasangan sangat penting terutama laki-laki kelainan jantung lainnya yang harus
dalam menentukan prognosis setiba ditangani lebih lanjut.
dirumah, dukungan dari pasangan atau
adanya intimasi sangat berpengaruh dan Dukungan Keluarga
memegang peranan penting terhadap Hasil analisis didapatkan rata-rata
penyembuhan penyakit kardiovaskuler dukungan keluarga pada kelompok kontrol
(Wahyuni, Nurrahmah dan Gayatri 2011). adalah 18,09 dan rata-rata dukungan
keluarga pada kelompok intervensi adalah
Pengalaman Serangan PJK 17,86. Perbedaan rata-rata dukungan
Distribusi karakteristik responden keluarga antara kelompok kontrol dan
berdasarkan proporsi banyaknya intervensi adalah 0,23. Hasil statistik lebih
pengalaman serangan PJK menunjukkan lanjut menyimpulkan tidak ada perbedaan
bahwa dari 26 orang yang memiliki yang signifikan menurut rata-rata dukungan
pengalaman serangan PJK 1 kali yakni 24 keluarga antara kelompok kontrol dan
orang (92,3 %) dan sisanya 2 orang (7,7 %) kelompok intervensi.
memiliki jumlah serangan PJK sebanyak 2 Dukungan keluarga terdiri dari empat
kali. Pada kelompok kontrol dan intervensi dimensi yaitu dukungan instrumental,
memiliki hasil yang sama yaitu jumlah penghargaan, informasi dan emosional
serangan 1 kali 12 orang (92,3 %) dan 2 (Kaakinen, 2010). Penelitian Hasyim (2009)
kali yaitu 1 orang (7,7 %). Hasil lebih lanjut menjelaskan bahwa dukungan sosial

KOPERTIS WILAYAH X 34
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

khususnya keluarga berpengaruh dalam pertolongan ke tim kesehatan ketika merasa


menurunkan nyeri pasien PJK. Dukungan tidak berdaya sehingga pasien yakin
sosial dalam penelitian yang dilakukan mendapatkan informasi kesehatan yang
Kaawoan (2012) bermakna dalam dibutuhkan (Enope, 2014). Pemberdayaan
mengurangi gejala penyakit jantung pasien sebuah proses untuk membantu
sehingga membantu pasien mandiri dalam pasien mengontrol, mengambil inisiatif,
melakukan perawatan diri (Self Care). memecahkan masalah, dan membuat
Penelitian Yenni (2011) juga keputusan, dan dapat diterapkan untuk
mengungkapkan bahwa ada hubungan pengaturan dalam perawatan kesehatan dan
dukungan keluarga dengan kejadian stroke sosial, dan manajemen diri melalui
pada lansia hipertensi. Dapat disimpulkan pembelajaran (Lancet, 2012).
bahwa dukungan keluarga menentukan Pendidikan kesehatan salah satu
pemulihan kesehatan seseorang. intervensi untuk meningkatkan
pemberdayaan. Hal ini dibuktikan dalam
Pemberdayaan penelitian ini yang menunjukkan pada
Hasil analisis penelitian menyimpulkan kelompok pasien PJK yang diberi edukasi
tidak terdapat perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol,
antara rata-rata pemberdayaan sebelum dan rata-rata pemberdayaan pasiennya
sesudah edukasi pada kelompok kontrol meningkat sesesudah diberikan edukasi
(nilai p < 0,05; p value = 0,157). Pada selama tiga kali pasien di rawat. Widiastuti,
kelompok intervensi hasil penelitan Nurrahmah, dan Besral (2010) dalam
menyimpulkan terdapat perbedaan yang penelitiannya menyebutkan bahwa ada
bermakna antara rata-rata pemberdayaan pengaruh yang bermakna edukasi dengan
sebelum dan sesudah edukasi (nilai p < 0,05; pemberdayaan diri pada pasien PJK dimana
p value = 0,001). Hasil analisis uji t test terlihat adanya peningkatan rata-rata
independenmenyimpulkan terdapat pemberdayaan 56 point. Penelitian yang
perbedaan yang bermakna rata-rata sama juga dilakukan oleh Marchinko (2008)
pemberdayaan antara kelompok kontrol edukasi dapat meningkatkan rata-rata
dengan intervensi (nilai p < 0.05; p value = pemberdayaan pasien dari 59,08 setelah
0,001). edukasi menjadi 80,64. Isokanta dan
Pemberdayaan sebagai salah satu konsep Johanson (2006) dalam studi analisanya
pembelajaran, dan melalui pembelajaran menjelaskan bahwa edukasi kesehatan yang
seseorang diharapkan akan mandiri dalam diberikan perawat seakan-akan memberikan
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. energi baru untuk dapat berdaya.
Pemberdayaan dapat dilakukan pada pasien.
Pemberdayaan pasien merupakan cara
bagaimana pasien dapat memahami mencari

KOPERTIS WILAYAH X 35
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

Tabel. 2 Hasil Analisis Perbedaan Pemberdayaan dan Efikasi Diri (Juni Oktober) 2014

Efikasi Diri nyeri dada saat melakukan aktivitas


Hasil penelitian menyimpulkan tidak sehingga menurunkan keyakinan pasien
terdapat perbedaan yang bermakna antara untuk melakukan aktivitas.
rata-rata efikasi diri sebelum dan sesudah Edukasi kesehatan yang terstruktur
edukasi pada kelompok kontrol (nilai p < membuktikan adanya peningkatan rasa
0,05; p value = 0,213). Pada kelompok keyakinan diri untuk melakukan perubahan
intervensi hasil penelitian menyimpulkan perilaku. Pada penelitian ini membuktikan
terdapat perbedaan yang bermakna antara bahwa adanya peningkatan skore efikasi diri
rata-rata efikasi diri sebelum dan sesudah pada kelompok yang diberikan intervensi
edukasi (nilai p < 0,05; p value = 0,001). edukasi dibandingkan dengan kelompok
Hasil analisis uji t test kontrol baik sebelum maupun sesudah
independenmenyimpulkan terdapat edukasi kesehatan selama tiga kali pasien
perbedaan yang bermakna rata-rata efikasi dirawat. Menurut Hiltunen (2005) salah satu
diri antara kelompok kontrol dengan manfaat dari edukasi kesehatan adalah
intervensi (nilai p < 0.05; p value = 0.001; meningkatkan self eficacykhususnya pada
= 0.05). pasien PJK, pasien PJK sering didapatkan
Menurut Wantiyah, Sitorus dan Gayatri bahwa banyak yang mengalami kurang
(2010) efikasi diri pada pasien PJK yakin salah satunya dalam beraktivitas
difokuskan kepada kemampuan pasien karena nyeri yang hebat sehingga pasien
melalui keyakinan diri melakukan perilaku PJK takut beraktivitas padahal apabila
yang dapat membantu kesembuhan seperti pasien PJK kurang aktivitas atau tidak
pengelolaan faktor resiko dan pemeliharan beraktivitas perlahan maka akan
fungsi kesehatannya. Pengelolaan faktor memperburuk keadaan pasien.
resiko dan pemulihan kesehatan penting Penelitian Unsual dan Kasicki (2010)
difokuskan pada pasien PJK karena pasien menjelaskan bahwa edukasi dengan
sering mengeluh mudah lelah, sesak napas, menggunakan booklet dan terstruktur

KOPERTIS WILAYAH X 36
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

signifikan meningkatkan efikasi diri pasien efikasi diri sebelum dan sesudah diberikan
artirtis karena pasien dapat menyiapkan edukasi pada kelompok kontrol. Ada
secara terencana pembelajaran yang ada di perbedaan yang bermakna antara
booklet. Pendidikan kesehatan berbasis pemberdayaan dan efikasi diri pada
promosi kesehatan meningkatkan self kelompok kontrol dan intervensi.
eficacy pada pasien transplantasi tulang
belakang dibandingkan dengan kelompok UCAPAN TERIMA KASIH
yang tidak diberikan pendidikan kesehatan Ucapan terima kasih ini di berikan
(p = 0,001). Edukasi kesehatan dapat penulis kepada :
meningkatkan kepercayaan diri pasien 1) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
dalam menjalankan proses perawatan diri Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
serta meningkatkan kualitas hidup pasien yang telah memberikan bantuan dana
(Fini, Hajbagheri, Fard, & Khachian, 2011). dalam penelitian ini;
Tidak pada pasien edukasi diberikan untuk 2) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
meningkatken self efficacy pada pasien akan Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi,
tetapi pendidikan dengan pendekatan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
kesadaran diri juga signifikan meningkatkan Bukittinggi, Direktur Rumah Sakit
efikasi diri perawat di klinik psikiatri Stroke Nasional Bukittinggi yang telah
(Ahmed &Elmasri, 2011). memberikan rekomendasi dan izin
kepada peneliti untuk melaksanakan
SIMPULAN penelitian.
Penelitian ini memberikan gambaran
bahwa pasien PJK yang dirawat di Kota DAFTAR PUSTAKA
Bukittinggi rata-rata berusia 54,35tahun, Ahmed, A. A. H., & Elmasri, Y. M,. (2011).
frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah Effect of self awarenes education on
laki-laki, frekuensi pendidikan tertinggi the self efficacy and sociotropy
adalah SMU, berstatus kawin atau menikah, autonomy characteristic of nurses in
dan bila dilihat dari pengalaman serangan psychiatric clinic. Life science
PJK didapatkan pasien PJK sudah journal, 2011 ; 8 (2) Baas, L. S.
mengalami serangan 1 kali serangan. Rata- 2004. Self care resources and activity
rata pemberdayaan dan efikasi diri pasien as predictor of quality of life in
PJK meningkat setelah diberi edukasi pada persons after myocaldial infraction.
kelompok intervensi sedangkan kelompok Dimensions of critical nursing 23 (3)
kontrol tidak menunjukkan ada peningkatan. Black, J.M., & Hawks, J.H. 2009. Medical
Rata-rata pemberdayaan dan efikasi diri surgical nursing : Clinical
pasien PJK pada kelompok intervensi lebih management for positive outcomes.
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok 8th ed. Philadelphia : Saunders
kontrol. Ada perbedaan yang bermakna Elsevier.
antara pemberdayaan dan efikasi diri Djohan. 2004. Penyakit Jantung Koroner
sebelum dan sesudah diberikan edukasi pada Dan Hipertensi. Diunduh pada
kelompok intervensi. Tidak ada perbedaan tanggal 13 Desember 2011. http ://
yang bermakna antara pemberdayaan dan library.usu.ac.id.

KOPERTIS WILAYAH X 37
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

Enope. 2014. Patient Empowerment. acute myocardial infarction in


Diakses dari pakistan and its contribution to
http://www.enope.eu/patient- delayed presentation to hospital.
empowerment.aspx tanggal 10 Reasearcher Article, BMC
November 2014. Cardiovasculer Disorder.
Fini, I. A., Hajbaghery, M. A., Fard, A. S., Kozier & Erbs. 2010. Fundamental of
& Khachian, A. 2011. The effect of nursing : concepts, process, and
health-promotion strategies practice. Vol 1. Ninth edition. New
education on self-care and self- Jesery : Pearson Education.
efficcay in patient with bone marrow Lancet. 2012. Patient Empowerment. The
transplantation. Iranian Journal of Lancet, 379 (Issue 9827) : 1677, 5
Critical Care Nursing, Autumn 2011, May 2012
vol 4, Issue 3 : 109-116. Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksen,
Hiltunen, F.E., et al. 2005. Implementation S.R., Bucher, L., & Camera, I. M.
of efficacy enchament nursing 2011. Medical surgical nursing :
intervention with cardiac elders. Assessment and management of
Journal Rehabilitation Nursing 30 clinical problems. 8th ed, Vol 1.
(6). Isokanta, V., & Johanson, A. St.Louis,Missouri : Mosby Elsevier.
2006. Empowermental Nursing Marchinko, S. 2008. The wellness planner :
Experience of Empowerment and testing an intervention designed to
Disempowerment Mmade by Patient increase empowerment and improve
in Need of Long Term Nursing. quality of life in individuals with
These Sahlgrenska Academy mental illness. University of
Institute of Health and Care Science. Manitoba Canada. Proquest
Proquest Dissertation and Theses. Dissertation and Theses.
Johanson, K, et al. 2005. Perioperative Mertha, I.M. 2010. Pengaruh latihan
education for orthopedic patients aktivitas rehabilitasi jantung fase I
systematic review. Journal of terhadap efikasi diri dan kecemasan
advanced nursing 50 (2). 212- pasien PJK di RSUP Sanglah
233.Kaakinen, J.R., Duff, V.G., Denpasar. Tesis FIKUI. Diunduh
Coehlo, D.P., & Hanson, S.M.H. tanggal 19 Desember 2011.
2010. Family health care nursing : http://lontar.ui.ac.id.
Theory, practice and research (4th Morison, V. V., & Hostetter, C. 2006. The
ed). Philadephia : F.A Davis Impact of msw education on social
Company. worker empowerment and
Kaawoan, A. Y. A. 2010. Hubungan self commitment to client empowerment
care dan depresi dengan kualitas through social justice advocacy.
hidup pasien heart failure di RSUP Journal of social work education,
Prof DR. R.D Kandou Manado. 42(1) : 105-121.
Tesis FIKUI. Moser, D.K., & Riegel, B. 2008. Cardiac
Khan, M.S et al. 2007. High prevalence of nursing : A companion braunwalds
lack of knowledge of symptoms of heart disease. Vol 1 dan 2.

KOPERTIS WILAYAH X 38
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education V9.i1 (28-39)

Philadelphia : Saunders Elsevier. Penyakit Jantung Koroner Dalam


Potter, P.A., & Perry, A.G. 2006. Konteks Asuhan Keperawatan Di
Buku ajar fundamental keperawatan : RSUD Dr. Soebandi Jember. Tesis
Konsep, proses dan praktik. Edisi 4, FIKUI.
Vol 2. Terjemahan Yasmin, dkk. Wahyuni, A., Nurachmah, E., & Gayatri, D.
Jakarta : EGC. 2012. Pengaruh Penerapan discharge
Price, S.A., & Wilson, L.M. 2006. Planning terhadap Kesiapan Pulang
Patofisiologi konsep klinis proses- Pasien Penyakit jantung Koroner.
proses penyakit. Vol 2. Terjemahan Tesis FIKUI.
Peter Anugrah. Jakarta : EGC. Wahyuni, A., Nurachmah, E., & Herawati,
Rahmawati, M.L.A 2010. Hubungan usia T. 2012. Analisis Praktik Residensi
dengan dugaan mati mendadak. Keperawatan Medikal Bedah Pada
Skripsi. Fakultas Kedokteran Pasien Gangguan Sistem
Universitas Sebelas Maret. Kardiovaskuler Dengan Pendekatan
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Model Adaptasi Roy Di Rumah Sakit
Cheever, K.H. 2010. Textbook of Jantung Dan Pembuluh Darah
medical surgical nursing. Harapan Kita Jakarta. Karya Ilmiah.
Philadelphia : Lippincot Williams & FIKUI.
Wilkins. Widiastuti. A., Nurachmah, E., & Besral.
Steigelman, K.L., Kimble, P. L., Dunbar, S., 2012. Efektifitas Edukasi Terstruktur
Sowell, L.R., & Bairan, A. 2006. Berbasis Teori Perilaku Terencana
Religion, relationship, and mental Terhadap Pemberdayaan dan
health in mild life women following Kualitas Hidup Pasien Penyakit
acute myocaldial infraction. Issues in Jantung Koroner Di Rumah Sakit
mental Health Nursing, 27 : 141 - Pondok Indah Jakarta. Tesis FIKUI.
159. Yahya, A.F. 2010. Menaklukkan Pembunuh
Unsal, A., & Kasikci, M. A,. 2010. Effect of No.1 : Mencegah dan mengatasi
education on perceived self efficacy penyakit jantung koroner secara tepat
for individuals with arthritis. dan cepat. Bandung : Mizan Pustaka.
International Journal of Caring Yenni. 2011. Hubungan dukungan keluarga
Science. January April Vol 3 Issue dan karakteristik lansia dengan
1; 3-12. kejadian stroke pada lansia hipertensi
Wantiyah, Sitorus, R., & Gayatri, D. 2010. di wilayah kerja puskesmas
Analisis Faktor-Faktor Yang perkotaan Bukittinggi. Tesis FIKUI.
Mempengaruhi Efikasi Diri Pasien

KOPERTIS WILAYAH X 39

You might also like