You are on page 1of 8

Pengaruh Pelatihan Proses Keperawatan terhadap Dokumentasi

Asuhan Keperawatan di Puskesmas Kabupaten Agam Propinsi


Sumatera Barat
Fitra Yenia
aFakultas Keperawatan Universitas Andalas
Email : fitra.yeni@rocketmail.com

Abstract :Documentation of nursing care in health centers is very diverse and not according to appropriate
standards thus causing lower quality of care in health centers. The quality of nursing documentation can be
improved by training. This study aimed to determine whether training the family nursing process could improve the
ability of health center on family care nursing documentation. Quasi- experimental using a one group pre / post test
design was used as a research method. Documentation of family nursing care was assessed by using nursing care
checklist before and after intervention.The results showed that the family nursing care training could increased the
ability of nurses to perform family care nursing documentation family (p = 0.000 , p <0.05 ) . The average
documentation capability before training was 4.72 and increased to 8.63 after training. This training also showed
positive results for 3 months after the training, the average ability of the documentation is still high, at 8.21. The
results of the study can be recommended as a good input for educational institutions as well as the Health
Department of Health that oversees health centers.

Keyword : nursing training process , standard nursing care , family care nursing documentation

Abstrak: Pendokumentasian asuhan keperawatan di puskesmas sangat beragam dan tidak sesuai standar sementara
pendokumentasian yang tidak sesuai standar mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan di puskesmas. Peningkatan
kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah pelatihan proses keperawatan keluarga dapat meningkatkan kemampuan perawat puskesmas dalam
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen dengan
menggunakan one group pre/post test design. Sampel penelitian adalah 44 perawat yang berasal dari 22 puskesmas
di Kabupaten Agam. Dokumentasi asuhan keperawatan keluarga dinilai dengan menggunakan checklist asuhan
keperawatan (nursing care checklist). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan proses keperawatan dapat
meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan dokumentasi asuhan keperawatan (p=0,000;p<0,05). Rata-rata
kemampuan dokumentasi sebelum pelatihan adalah 4,72 dan meningkat menjadi 8,63 setelah pelatihan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi dinas kesehatan kota dan institusi pendidikan dalam
menyusun model asuhan keperawatan di puskesmas.

Kata kunci: pelatihan proses keperawatan, standar asuhan keperawatan, dokumentasi asuhan keperawatan

Permasalahan kesehatan dan jenis terkait erat dengan kesehatan, yaitu;


penyakit yang dihadapi, serta semakin menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
tingginya angka kesakitan dan kematian dengan menurunkan angka kurang gizi pada
yang disebabkan oleh penyakit maka WHO balita; menurunkan angka kematian anak;
merumuskan tujuan program kesehatan meningkatkan kesehatan ibu; dan perlawanan
dunia yang disebut Millenium Development terhadap HIV/AIDS, malaria, tuberculosis
Goals (MDG’s) yang menjadi komitment dan penyakit menular lainnya (Depkes,
189 negara termasuk Indonesia. Program 2009).
MDG’s memiliki delapan sasaran yang harus Indonesia sebagai negara
dicapai dengan empat sasaran yang sangat berkembang dekade saat ini dan ke depan

20
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 20-27

diperkirakan akan berada pada fase tiga mendukung tercapainya tujuan pembangunan
beban ganda kesehatan (The age of triple kesehatan nasional bagi setiap orang yang
health burden). Beban pertama yang bertempat tinggal di wilayah kerja
dihadapi Indonesia adalah masih tingginya Puskesmas dalam rangka mewujudkan
angka kesakitan penyakit menular “klasik”, Indonesia Sehat 2015.Selanjutnya
contohnya seperti Tuberkulosis (Tbc), Kusta, dinyatakan bahwa fungsi dari Puskesmas
Diare dan Malaria. Beban kedua adalah adalah sebagai pusat penggerak
tingginya angka kesakitan dan kematian pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
akibat penyakit tidak menular (non- pemberdayaan masyarakat dan pusat
communicable disease), contohnya seperti pelayanan kesehatan strata pertama yang
Hipertensi, Diabetes Mellitus dan Kanker. meliputi pelayanan kesehatan perorangan
Beban ketiga adalah munculnya penyakit dan pelayanan kesehatan masyarakat.
baru (new emerging infectious disease), Kegiatan puskesmas meliputi enam upaya
contohnya seperti HIV (1983), SARS (2003), wajib puskesmas dan upaya pengembangan
Avian Influenza (2004), dan H1N1 (2009). puskesmas yang didasarkan pada
Kondisi kesehatan yang memprihatinkan ini kemampuan puskesmas untuk
sangat berpengaruh terhadap status kesehatan mengembangkan upaya tersebut, antara lain
masyarakat Indonesia (Bappenas, 2008). adalah perawatan kesehatan masyarakat atau
Mendukung percepatan Millenium perkesmas (Depkes, 2004).
Development Goal’s (MDGs) tahun 2015 Terlaksananya pengelolaan program
dan untuk meningkatkan status kesehatan perkesmas dapat dilihat melalui observasi
masyarakat di Indonesia, Kementerian rutin dan berkala atau dapat juga melalui
Kesehatan melalui visi “Masyarakat Sehat ketersediaan bukti fisik yang dapat
yang Mandiri dan ditunjukkan oleh puskesmas sebagai hasil
Berkeadilan”,mengarahkan tujuan pelaksanaan perkesmas.Salah satu indikator
pembangunan kesehatan untuk penilaian perkesmas adalah adanya laporan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan pelaksanaan pelayanan keperawatan keluarga
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang (Depkes, 2006).Laporan ini dilakukan
agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses
yang optimal. Puskesmas sebagai fasilitas keperawatan. Proses keperawatan adalah
pelayanan kesehatan yang memberikan suatu metode yang sistematis untuk mengkaji
pelayanan kesehatan dasar kepada respon manusia terhadap masalah-masalah
masyarakat memiliki peranan penting untuk kesehatan dan membuat rencana
meningkatkan status kesehatan masyarakat keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi
lewat berbagai upaya yang dilakukan masalah-masalah tersebut. Proses
puskesmas (Sedyaningsih, 2011). keperawatan didokumentasikan sebagai
Merujuk kepada Keputusan Menteri asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Kesehatan Republik Indonesia nomor Dokumentasi asuhan keperawatan
128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan mencakup pernyataan dan pelaporan tentang
dasar Pusat Kesehatan masyarakat, pengkajian (pengumpulan data), diagnosis
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana teknis keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang tindakan dan evaluasi
bertanggung jawab menyelenggarakan keperawatan.Dokumentasi yang efektif
pembangunan kesehatan di suatu wilayah menjamin kesinambungan pelayanan,
kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang menghemat waktu, dan meminimalisasi
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah resiko kesalahan (Potter & Perry,

21
Fitra, Pengaruh pelatihan proses keperawatan Terhadap dokumentasi.....

2009).Dokumentasi asuhan keperawatan Nasional II Ikatan Perawat Kesehatan


yang baik dan berkualitas haruslah akurat, Komunitas Indonesia (2013) melaporkan
lengkap dan sesuai standar.Apabila asuhan bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak didokumentasikan dengan keperawatan di puskesmas sangat beragam
akurat dan lengkap maka sulit untuk dan tidak sesuai standar sehingga kongres
membuktikan bahwa asuhan keperawatan merekomendasikan salah satunya adalah
telah dilakukan dengan benar (Hidayat dalam perlunya standar pendokumentasian asuhan
Sari, 2012). Pendokumentasian asuhan keperawatan di puskesmas.Penelitian yang
keperawatan merupakan suatu proses yang dilakukan Sulistyowati (2009) menyebutkan
harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana bahwa pendokumentasian yang tidak sesuai
sebagai bagian dari standar kerja yang telah standar berkorelasi dengan rendahnya mutu
ditetapkan (Nursalam, 2007). pelayanan di puskesmas.
Pendokumentasian pelaksanaan Menurut Lees (2010), peningkatan
pelayanan keperawatan keluarga yang kualitas pendokumentasian asuhan
menjadi salah satu indikator pencapaian keperawatan dapat dilakukan melalui
perkesmas masih jauh dibawah indikator pelatihan-pelatihan atau kursus. Lebih lanjut
target. Pencapaian program perkesmas di Lees (2010) menjelaskan bahwa peningkatan
Sumatera Barat baru mencapai 54,7% dan pengetahuan/pemahaman yang diperoleh
salah satu penyebabnya adalah kompetensi melalui pelatihan atau kursus akan
perawat yang belum memadai dalam mendukung pendokumentasian yang lebih
pendokumentasian asuhan keperawatan lengkap. Penelitian yang dilakukan Tallaut
(Septino, 2007). Pencapaian program (2003) menunjukkan bahwa peningkatan
perkesmas di Kabupaten Agam sendiri pengetahuan melalui pelatihan berkorelasi
belum terdata secara keseluruhan, namun dengan peningkatan ketepatan
menurut laporan penanggung jawab program pendokumentasian dan kinerja perawat.
di tingkat dinas kesehatan kota, Berdasarkan KMK. RI.
pencapaiannya dibawah 35%. Menurut No.725/Menkes/SK/V/2003, pelatihan
Ramli & Kusnanto (2006), rendahnya adalah proses pembelajaran dalam rangka
cakupan dan mutu pelaksanaan pelayanan meningkatkan kinerja, profesionalisme dan
perkesmas salah satunya dipengaruhi oleh atau menunjang karier tenaga kesehatan
kurangnya frekuensi pelatihan untuk perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
puskesmas. (Daryanto & Bintoro, 2014). Pelatihan
Banyak penelitian menunjukkan dimaksudkan untuk memperbaiki
bahwa kualitas pendokumentasian asuhan penguasaan berbagai keterampilan dan
keperawatan masih rendah. Gugerty, dkk teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan
(2007) menyebutkan bahwa dokumentasi rutin.Pelatihan diharapkan dapat
asuhan keperawatan tidak menggambarkan mengembangkan perawat bekerja secara
apa yang dilakukan perawat secara lengkap efektif dan efisien, termasuk meningkatkan
dan tidak sesuai dengan standar kemampuan dalam pendokumentasian
pendokumentasian. College of Registered asuhan keperawatan di puskesmas.Pelatihan
Nurses of British Columbia (2013) dibidang keperawatan merupakan salah satu
menyebutkan bahwa pendokumentasian kegiatan pengembangan staf yang bertujuan
belum akurat menggambarkan tindakan yang untuk meningkatkan mutu sumberdaya
telah dilakukan perawat sehingga perlu perawat (Gillies, 1996).
ditetapkan sebuah standar yang mengatur Berdasarkan uraian di atas dapat
tentang pendokumentasian. Kongres disimpulkan bahwa pelatihan asuhan

22
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 20-27

keperawatan dapat meningkatkan akan disusun oleh peneliti mengacu pada


kemampuan perawat dalam proses kegiatan pelatihan menurut Hariandja
pendokumentasian asuhan & Hardiwati (2002) yang meliputi analisis
keperawatan.Penelitian bertujuan untuk kebutuhan, penentuan tujuan, penentuan
membuktikan apakah pelatihan ptoses metode dan evaluasi tujuan. Dokumentasi
keperawatan dapat meningkatkan Asuhan Keperawatan adalah pernyataan dan
kemampuan perawat dalam melakukan pelaporan perawat sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan keluarga di lingkup praktik professional yang telah
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. ditetapkan oleh PPNI. Dokumentasi asuhan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi keperawatan merupakan bagian dari
pertimbangan bagi dinas kesehatan kota dan informasi kesehatan secara keseluruhan,
institusi pendidikan dalam menyusun model harus dikelola sebagai satu kesatuan tanpa
asuhan keperawatan di puskesmas. harus meninggalkan informasi dari tenaga
kesehatan lain (Dinarti, 2009).
METODE Teknik Pengumpulan data dilakukan
Desain penelitian ini adalah kuasi untuk variabel pendokumentasian asuhan
eksperimen dengan menggunakan one group keperawatan dengan menggunakan format
pre/post test design. Sampel penelitian checklist asuhan keperawatan. Format ini
adalah 44 perawat yang berasal dari 22 mengukur kegiatan perawat di setiap tahap
puskesmas di Kabupaten Agam. Pelatihan proses keperawatan, yaitu pengkajian,
proses keperawatan (nursing proses training) diagnosis keperawatan, intervensi,
dirancang untuk 100 jam dengan implementasi dan evaluasi. Masing-masing
menggunakan modul yang disusun oleh tahap diberikan bobot dan penilaian
Bagian Keperawatan Keluarga Fakultas disesuaikan dengan bobot yang telah
Keperawatan. Dokumentasi asuhan ditetapkan. Sesuai dengan tujuan penelitian
keperawatan keluarga dinilai dengan maka teknik analisis data yang digunakan
menggunakan checklist asuhan keperawatan adalah paired-sample t-test.
(nursing care checklist) dengan mengacu
pada standar asuhan keperawatan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Variabel yang digunakan dalam pelatihan proses keperawatan dapat
penelitian ini adalah Pelatihan proses meningkatkan kemampuan perawat dalam
keperawatan dan dokumentasi asuhan melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
keperawatan. Pelatihan proses keperawatan (p=0,000;p<0,05). Rata-rata kemampuan
adalah sebuah kegiatan yang dimaksudkan dokumentasi sebelum pelatihan adalah 4,72
untuk memperbaiki penguasaan pengetahuan dan meningkat menjadi 8,63 setelah
dan keterampilan perawat puskesmas tentang pelatihan. Pelatihan ini juga menunjukkan
lima tahap proses keperawatan, meliputi hasil yang positif karena 3 bulan setelah
pengkajian, diagnosis keperawatan, pelatihan, rata-rata kemampuan dokumentasi
intervensi, implementasi dan evaluasi. masih tinggi, yaitu 8,21. Selengkapnya hasil
Pelatihan proses keperawatan selanjutnya penelitian dapat dilihat pada table 1 (hal. 7).

23
Fitra, Pengaruh pelatihan proses keperawatan Terhadap dokumentasi.....

Tabel 1. Hasil Uji Beda

Nilai test N Mean Sig.


Sebelum perlakuan 44 4,72 0.000
1 bulan Setelah 44 8,63
perlakuan
3 bulan setelah 44 8,21 0,000
perlakuan

Hasil penelitian ini sejalan dengan apa Kongres Nasional II Ikatan Perawat
yang disampaikan oleh Lees (2010), bahwa Kesehatan Komunitas Indonesia (2013)
peningkatan kualitas pendokumentasian melaporkan bahwa pendokumentasian asuhan
asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui keperawatan di puskesmas sangat beragam
pelatihan-pelatihan. Lebih lanjut Lees (2010) dan tidak sesuai standar. Gugerty, dkk (2007)
menjelaskan bahwa peningkatan pengetahuan menyebutkan bahwa dokumentasi asuhan
atau pemahaman yang diperoleh melalui keperawatan tidak menggambarkan apa yang
pelatihan akan mendukung dilakukan perawat secara lengkap dan tidak
pendokumentasian yang lebih lengkap. sesuai dengan standar pendokumentasian. Hal
Penelitian yang dilakukan Tanasale (2003) ini juga terlihat dari hasil penelitian yang
juga menunjukkan bahwa peningkatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pengetahuan melalui pelatihan berkorelasi dokumentasi asuhan keperawatan sebelum
dengan peningkatan ketepatan pelatihan jauh dari standar, yakni 4,72.
pendokumentasian dan kinerja perawat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dokumentasi asuhan kualitatif yang diadakan oleh Ramli &
keperawatanmencakup pernyataan dan Kusnanto (2006) di Kabupaten Agam, bahwa
pelaporan tentang pengkajian (pengumpulan pencapaian target program perawatan
data), diagnosis keperawatan, rencana kesehatan masyarakatyang dinilai dari
tindakan keperawatan, tindakan dan evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan
keperawatan.Dokumentasi yang efektif keluarga masih jauh dibawah indikator
menjamin kesinambungan pelayanan, targetprogram.
menghemat waktu, dan meminimalisasi Menyikapi hal tersebut di atas,
resiko kesalahan (Potter & Perry, Kongres Nasional II Ikatan Perawat
2009).Dokumentasi asuhan keperawatan Kesehatan Komunitas Indonesia (2013)
yang baik dan berkualitas haruslah akurat, merekomendasikan perlunya standar
lengkap dan sesuai standar. Apabila asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan di
keperawatan tidak didokumentasikan dengan puskesmas. Rekomendasi ini juga didukung
akurat dan lengkap maka sulit untuk olehCollege of Registered Nurses of British
membuktikan bahwa asuhan keperawatan Columbia(2013) yang menyebutkan bahwa
telah dilakukan dengan benar (Hidayat, perlunya ditetapkan sebuah standar yang
2004). Pendokumentasian asuhan mengatur tentang pendokumentasian asuhan
keperawatan merupakan suatu proses yang keperawatan karena pendokumentasian yang
harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana dilakukan perawat belum akurat
sebagai bagian dari standar kerja yang telah menggambarkan tindakan yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2007). dilakukan. Penelitian yang dilakukan
Sulistyowati (2009) menyebutkan bahwa

24
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 20-27

pendokumentasian yang tidak sesuai standar menjadi 8,63. Artinya bahwa pelatihan proses
berkorelasi dengan rendahnya mutu keperawatan yang dilakukan mampu
pelayanan di puskesmas. meningkatkan kemampuan perawat dalam
Menurut Ramli & Kusnanto (2006), melakukan asuhan keperawatan keluarga.
salah satu penyebab rendahnya Dampak pelatihan masih bermakna setelah
pendokumentasian asuhan keperawatan tiga bulan berikutnya karena nilai rata-rata
keluarga pada program perkesmas di dokumentasi asuhan keperawatan masih
Kabupaten Agam adalah kurangnya frekuensi tinggi dibandingkan sebelum pelatihan, yaitu
pelatihan bagi perawat puskesmas. Hal yang 8,21. Menurut Gillies (1996), pelatihan
sama juga disampaikan oleh Prayogi (2013), dibidang keperawatan merupakan salah satu
bahwa kegiatan pelatihan perlu dilakukan kegiatan pengembangan staf yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan perawat untuk meningkatkan mutu sumberdaya
puskesmas dalam melakukan perawat (Gillies, 1996).
pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut peneliti, peningkatan
Selanjutnya Prayogi (2013) menyatakan kemampuan dalam melakukan asuhan
perlunya keterlibatan Persatuan Perawat keperawatan keluarga setelah pelatihan
Nasional Indonesia (PPNI) dan institusi sangat terkait dengan model
pendidikan keperawatan untuk merumuskan pendokumentasian yang lebih sederhana
model pendokumentasian asuhan namun telah disesuaikan dengan standar.
keperawatan yang sesuai dengan standar. Model ini memudahkan perawat puskesmas
Berdasarkan KMK. RI. karena menggunakan sistem checklist mulai
No.725/Menkes/SK/V/2003, pelatihan adalah dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
proses pembelajaran dalam rangka Dilengkapi dengan booklet pendidikan
meningkatkan kinerja, profesionalisme dan kesehatan terkait dengan masalah kesehatan
atau menunjang karier tenaga kesehatan yang dialami keluarga, maka apa yang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya disampaikan perawat dapat
(Daryanto & Bintoro, 2014). Gomes (2003) dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
mengemukakan bahwa pelatihan adalah Sebagai langkah awal, model ini dapat
setiap usaha untuk memperbaiki performansi mengkondisikan perawat untuk bekerja
pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sesuai standar. Sayangnya belum ada standar
sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pendidikan kesehatan terkait masalah
pekerjaan yang ada kaitan dengan kesehatan keluarga di puskesmas sehingga
pekerjaannya. Pelatihan dimaksudkan untuk perlu adanya tim yang dapat menindaklanjuti.
memperbaiki penguasaan berbagai
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja KESIMPULAN DAN SARAN
tertentu, terinci dan rutin. Pelatihan
diharapkan dapat mengembangkan perawat Berdasarkan hasil penelitian dapat
bekerja secara efektif dan efisien, termasuk disimpulakan bahwa terdapat pengaruh
meningkatkan kemampuan dalam pelatihan proses keperawatan terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan di dokumentasi asuhan keperawatan (p<0.05),
puskesmas. dimana nilai rata-rata dokumentasi asuhan
Sejalan dengan penjelasan di atas, keperawatan setelah pelatihan meningkat
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 4,72 menjadi 8,63. Dampak pelatihan
terdapat peningkatan nilai rata-rata masih bermakna setelah tiga bulan berikutnya
dokumentasi asuhan keperawatan yang karena nilai rata-rata dokumentasi asuhan
dilakukan perawat puskesmas dari 4,72

25
Fitra, Pengaruh pelatihan proses keperawatan Terhadap dokumentasi.....

keperawatan lebihtinggi dibandingkan Depkes, R.I. (2006). Pedoman kegiatan


sebelum pelatihan, yaitu 8,21. perawat kesehatan masyarakat di
Hasil penelitian ini menyarankan puskesmas. Jakarta: Depkes.
kepada puskesmas agar membentuk tim Dinarti. (2009). Dokumentasi Keperawatan.
untuk mempersiapkan pendidikan kesehatan Jakarta: Trans Indo Media.
keluarga agar apa yang disampaikan perawat Distancelearningcentre. (2014). Care
dapat dipertanggungjawabkan secara Planning & Documentation Course.
keilmuan. Saran berikutnya ditujukan kepada Diakses dari www.distance-learning-
dinas kesehatan agar dapat bekerjasama centre.co.uk pada tanggal 3 November
dengan organisasi profesi dan institusi 2013.
pendidikan keperawatan untuk menyepakati Gillies. (2000). Manajemen keperawatan
model pendokumentasian asuhan sebagai sebagai suatu pendekatan
keperawatan yang sesuai dengan standar. sistem. Penerjemah: Neng Hadi
Pelatihan yang terencana dan terkoordinir Samiji. Bandung: Yayasan IAPKD.
untuk meningkatkan dan mempertahankan Friedman, M.M & Bowden, E.G. (2010.)
kemampuan professional perawat perlu Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
diadakan baik di tingkat puskesmas maupun dan Praktek. (Terjemahan). Ed. 5.
di tingkat dinas kesehatan. Alih Bahasa Estu Tiar. Jakarta: EGC
Hartley, P.A. (2007). Documentation.
Diakses dari www.ceufast.com pada
DAFTAR PUSTAKA tanggal 30 November 2013.
Hariandja, M.T.E & Hardiwati, Y. (2002).
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Manajemen Sumber Daya Manusia:
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pengadaan, Pengembangan,
Pelajar. pengkompensasian dan Peningkatan
Bappenas. (2008). Peningkatan Akses Produktifitas Pegawai. Jakarta:
masyarakat terhadap kesehatan yang Grasindo Widiasarana Indonesia.
lebih baik. Diakses dari Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas
www.bappenas.go.id pada tanggal 30 Indonesia. (2013). Praktek
oktober 2013. keperawatan mandiri memperkuat
College of Registered Nurses of British pelaksanaan sistem jaminan sosial
Columbia. (2013). Nursing nasional kesehatan. Kongres Nasional
Documentation. Diakses dari II, Hotel Sheraton Yogyakarta Seniati,
www.crnb.ca pada tanggal 3 L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N.
November 2014. (2006). Psikologi Eksperimen.
Darnanto & Bintoro. (2014). Manajemen Jakarta: Intan Sejati Klien.
Diklat. Yogyakarta: Gava Media Lees, L. (2010). Improving the Quality of
Depkes, R.I. (2002). Laporan teknis nursing documentation on an acute
penerapan keperawatan kesehatan medicine unit. Diakses dari
masyarakat. Direktorat Jenderal Bina www.nursingtimes.net pada tanggal
Pelayanan Medik. Tidak 17 Desember 2013.
dipublikasikan. Potter, P.A & Perry, A.G (2009).
Depkes, R.I. (2004). Kebijakan dasar pusat Keperawatan Dasar. Ed. 4.Alih
kesehatan masyarakat. Jakarta: bahasa: Renata dkk. Jakarta: EGC.
Depkes Prayogi, E. (2013). Pelaksanaan keperawatan
kesehatan masyarakat. Makalah.

26
NERS JURNAL KEPERAWATAN Volume 10, No 1, Maret 2014 : 20-27

Disampaikan pada Pertemuan


Workshop Nasional pada tanggal 20-
22 November 2013.
Ramli, I. & Kusnanto, H. (2006).
Pelaksanaan program perawatan
kesehatan masyarakat keluarga miskin
di Kabupaten Agam. Makalah.
Universitas Gadjah Mada. Tidak
dipublikasikan.
Sari, M.R. (2012). Faktor-faktor manajemen
sumber daya manusia yang
mempengaruhi pelaksanaan
perkesmas di puskesmas wilayah
Kotamadya Jakarta Barat tahun 2012.
Tesis. Universitas Indonesia. Tidak
dipublikasikan.
Sedyaningsih, E.R. (2011). DEPKES: Target
MDGs bidan. diakses dari
www.wartapedia.com. pada tanggal
30 November 2013.
Sulistyowati, R.D. (2009). Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan Dalam
Meningkatkan Mutu Pelayanan Pasien
di Puskesmas Klaten Selatan. Tesis.
Diakses dari www.pasca.uns.ac.id
pada tanggal 17 Desember 2014.
Susanto, R. (2010). Penerapan Standar Proses
Keperawatan di Puskesmas Rawat
Inap Cilacap. Jurnal Keperawatan
Soedirman, Vol. 5, no 2, 80-84.
Sparks & Taylor’s. (2011). Nursing
Diagnosis Reference Manual. Mosby:
St. Louis
Tallaut, A. (2003). Dampak Pelatihan Asuhan
Keperawatan Terhadap
Pendokumentasian Keperawatan di
RSU Tual Kabupaten Maluku
Tenggara. Tesis. Diakses dari
www.paca.ugm.ac.id pada tanggal 17
Desember 2013.

27

You might also like