You are on page 1of 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 05 No. 02 Juni  2016 Halaman 73 - 80


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM PERSALINAN OLEH TENAGA


KESEHATAN ERA JKN DAERAH PERBATASAN DI PUSKESMAS PONU
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

OVERVIEW OF DELIVERY PROGRAM BY HEALTH PERSONEL OF THE NATIONAL HEALTH


INSURANCE ERA BORDER AREA IN THE COMMUNITY HEALTH CENTER PONU NORTHERN
CENTRAL TIMOR DISTRICT

Robertus Tjeunfin1, Laksono Trisnantoro2, Sitti Noor Zaenab2


1
Rumah Sakit Umum Daerah Kefamenanu
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

ABSTRACT oxygen and an ambulance was old quite.


Background: The fifth goal of Millennium Development Goals Conclusion: Implementation of the delivery program of the
(MDGs) is reducing maternal mortality (AKI) by 75% in 2015. National Health Insurance era in the border area is very wor-
To overcome this problem, the Government of Indonesia rying. Lack of socialization and lack of facilities such as build-
through the Ministry of Health has issued a policy approach to ings, equipment delivery, medicines and medical supplies and
health care maternal and newborn quality to the public through human resources lead to health delivery services in the bor-
the Making Pregnancy Safer (MPS) with one of the key mes- der area is very bad
sages that every birth attended by skilled health personnel.
W hereas in East Nusa Tenggara Province, launched a pro- Keywords: Childbirth, Health Worker, Facility, Infrastructure,
gram of Maternal and Child Health Revolution through East communication, JKN
Nusa Tenggara Governor Regulation No. 42 in 2009. Based on
the profile of department of health of North Central Timor in ABSTRAK
2013 and the scope of SPM in 2014, total births assisted by Latar Belakang: Tujuan ke lima Milenium Development Goal’s
health workers in 2013 were 4.805 or 79,5%. It declined com- (MDGs) adalah untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI)
pared with 2012 (91,5%). The scope of births by health work- sebesar 75% pada tahun 2015. Untuk mengatasi masalah ini,
ers in 2014 (semester I) was 36, 10% of the targeted 87% Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah
(Scope of SPM of TTU Department of Health 2014). Since mengeluarkan kebijakan pendekatan pelayanan kesehatan ibu
January 1, 2014 the Government of Indonesia launched a Uni- dan bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat melalui
versal Health Coverage for all Indonesian people. Making Pregnancy Safer (MPS) dengan salah satu pesan
Purpose: This study aims to evaluate the Governor Decree kuncinya yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
No. 42 Year 2009 About KIA Revolution and Presidential De- yang terampil. Propinsi Nusa Tenggara Timur mencanangkan
cree No. 12 Year 2013 About the Health Security. Revolusi KIA melalui Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur
Method: This study was an explorative study with qualitative No. 42/2009. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Timor Tengah
approach and case study design to discover factors influenc- Utara Tahun 2013, Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
ing the scope of births by health workers in the era of National kesehatan pada tahun 2013 sebanyak 4.805 atau 79,5%,
Health Insurance. The types of collected data included primary Pencapaian ini menurun dibanding dengan keadaan tahun 2012
data from in-depth interviews and FGD (Focus Group Discus- (91,5%). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun
sion) using interview guides and secondary data from docu- 2014 (semester I) 36, 10% dari target 87% (Cakupan SPM
ment study and observation. Data was analyzed qualitatively Dinkes TTU 2014). Sejak tanggal 1 Januari 2014 Pemerintah
using open code Indonesia mencanangkan Universal Health Coverage/jaminan
Result: Factors influencing the scope of births by health kesehatan semesta bagi seluruh masyarakat Indonesia.
workers in TTU Regency included (1) suboptimal communica- Tujuan: penelitian ini bertujuan mengevaluasi Pelaksanaan
tion developed by BPJS and local Department of Health which Peraturan Gubernur No. 42/2009 Tentang Revolusi KIA dan
only involved particular groups. This made the community/policy Perpres No. 12/2013 Tentang Jaminan Kesehatan .
implementers at public health center level to not fully under- Metode: Penelitian ini merupakan studi eksploratif dengan
stand the implementation of JKN. This causes policy imple- pendekatan kualitatif dan rancangan case study, dengan
menters weren’t consistent with the policies, e.g. midwives berusaha mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi cakup-
still performed actions outside of their authority without the an persalinan di era Jaminan Kesehatan Nasional. Jenis data
assistance of doctors and existence of fee exceeding the yang dikumpulkan meliputi data primer yang diperoleh melalui
provisions. 2) Resources, in addition, human resources factor hasil wawancara mendalam dan Focus Group Discussion
is lacking where midwives there are only 4 people in health (FGD) menggunakan panduan wawancara dan observasi
centers and from 9 villages 1 village not have a midwife. Ponu sedangkan data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen.
health center infrastructure is still lacking among them were Data dianalisis secara kualitatif menggunakan open code.
old enough health center building, delivery equipment just only Hasil: Beberapa faktor yang mempengaruhi cakupan persalinan
2 sets but not complete, do not have an incubator, suction and oleh tenaga kesehatan di di daerah perbatasan Kabupaten

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  73


Robertus Tjeunfin, dkk.: Gambaran Pelaksanaan Program Persalinan

TTU di antaranya 1) Komunikasi yang dibangun baik oleh BPJS Sejak tanggal 1 Januari 2014 Pemerintah Indo-
dan dinas kesehatan setempat sangat kurang dan hanya nesia mencanangkan Universal Health Coverage/ja-
melibatkan kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Hal ini
mengakibatkan masyarakat/ pelaksana kebijakan di tingkat minan kesehatan semesta bagi seluruh masyarakat
puskesmas belum memahami tentang pelaksanaan JKN sehing- Indonesia. Dengan dicanangkannya kesehatan se-
ga pelaksana kebijakan belum konsisten dalam pemberian mesta oleh pemerintah, seluruh masyarakat harus
pelayanan misalnya bidan masih melakukan tindakan di luar tercover dalam sistem jaminan kesehatan. Berdasar-
kewenangannya tanpa didampingi dokter, dan adanya iur biaya
yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. 2) Selain itu kan profil Dinas Kesehatan TTU, jumlah masyarakat
faktor sumber daya seperti SDM kesehatan masih sangat ku- miskin di Kabupaten TTU yang dicover dalam pro-
rang dimana untuk tenaga bidan hanya terdapat 4 orang di gram BPJS sebesar 124.425 (69%) dari total
puskesmas induk dan dari 9 desa/keluraha, satu desa belum 180.000 penduduk miskin yang ada. Hal ini berarti
memiliki bidan desa. Sarana prasarana/fasiltas pada Puskes-
mas Ponu masih sangat kurang di antaranya gedung puskes- masih terdapat 55.575 (31%) penduduk miskin yang
mas terlihat sdh cukup tua, peralatan persalinan hanya terdapat belum tercover dalam BPJS. Untuk cakupan persalin-
dua set namun tidak lengkap, belum memiliki incubator, suction an yang ditolong oleh tenaga kesehatan, pada tahun
dan oksigen dan mobil ambulans untuk rujukan buatan tahun 2013 sebanyak 4.805 atau 79,5%, Pencapaian ini
2003 dan tidak layak pakai.
Kesimpulan: Pelaksanaan program persalinan era JKN pada menurun dibanding dengan keadaan tahun 2012
daerah perbatasan sangat memprihatikan. Kurangnya sosiali- (91,5%), sedangkan cakupan pada tahun 2014 (tri-
sasi dan kurangnya fasilitas seperti gedung, peralatan persalin- mester III) 56, 3% dari target 87%. Dengan demikian
an, obat dan perbekalan kesehatan serta SDM kesehatan masih terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun
mengakibatkan pelayanan persalinan pada daerah perbatasan
sangat buruk. terlatih bahkan oleh dukun tak terlatih. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan tertinggi di Pus-
Kata kunci: Persalinan, Tenaga Kesehatan, Sarana Prasarana, kesmas Haekto 76,3% dan yang paling rendah ada-
Komunikasi, JKN lah Puskesmas Manamas 39,8% dan Puskesmas
Ponu 45,3%.
PENGANTAR
Tujuan ke lima Pembangunan Milenium Develop- BAHAN DAN CARA PENELITIAN
ment Goal’s (MDGs) adalah untuk mengurangi Angka Penelitian ini merupakan studi eksploratif de-
Kematian Ibu (AKI) sebesar 75% pada tahun 2015. ngan pendekatan kualitatif dan rancangan case study
Lima belas tahun setelah Konferensi Internasional dengan berusaha mengetahui faktor-faktor yang
pertama tentang Kependudukan dan Pembangunan mempengaruhi cakupan persalinan di era Jaminan
(ICPD) di Kairo tahun 1994, sekitar 600,000 wanita Kesehatan Nasional menggunakan teori implemen-
hamil yang meninggal setiap tahun, satu wanita tasi Edwards. Dalam penelitian ini ada dua faktor
hamil setiap menit, 98% terjadi di negara-negara yang akan diteliti, yaitu komunikasi dan sumber-
miskin sumber daya di antaranya; 60% di Asia, 30% sumber dengan indepth interview. Sumber data yaitu
di Afrika, 7% di Amerika Selatan, dan 1% di Oceania1. orang-orang yang diminta memberikan informasi,
Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Indo- disebut informan4.
nesia melalui Departemen Kesehatan telah menge-
luarkan kebijakan pendekatan pelayanan kesehatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ibu dan bayi baru lahir berkualitas kepada masyara- 1. Komunikasi yang Dibangun Dalam Rangka
kat melalui Making Pregnancy Safer (MPS) dengan Pelaksanaan Program Persalinan era JKN
salah satu pesan kuncinya yaitu setiap persalinan dari Tingkat Kabupaten Sampai Tingkat
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil. Perce- Puskesmas (Transmisi, Kejelasan dan
patan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Konsistensi)
Propinsi NTT dilaksanakan melalui program Revolusi Hasil wawancara mendalam terhadap be-
KIA yang termuat dalam Peraturan Gubernur Nusa berapa responden mengungkapkan bahwa salah
Tenggara Timur No. 42/2009. Tujuan penyelenggara- satu bentuk komunikasi yang selama ini diba-
an revolusi KIA adalah terwujudnya peningkatan ngun oleh BPJS terutama pada awal pelaksa-
akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu melahir- naan JKN adalah sosialisasi. Kegiatan sosiali-
kan dan bayi di seluruh wilayah kabupaten/kota se- sasi yang dilakukan sepanjang tahun 2014
Propinsi Nusa Tenggara Timur, tersedianya fasilitas dirasakan masih sangat kurang. Pelaksanaan
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam, terse- sosialisasi sebagian besar masih disponsori
dianya pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang ter- oleh AIPHSS dan Dinas Kesehatan setempat
jangkau, bermutu dan aman, tertanganinya semua serta masih terbatas pada beberapa kelompok
ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai masyarakat. Pada tingkat Puskesmas Ponu
dan siap 24 jam3.

74  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

komunikasi yang dibangun belum efektif karena Mengenai ruang persalinan tidak dibangun
hanya disampaikan pada saat apel pagi dan ti- sendiri namun pihak puskesmas member-
dak pernah dilakukan rapat/pertemuan sosiali- dayakan salah satu ruang rawat inap untuk
sasi. Pernyataan di atas dibenarkan oleh dijadikan sebagai ruang bersalin. Telah diba-
responden berikut. ngun sebuah rumah tunggu namun penye-
lesaiannya baru 90% dan direncanakan
“baik, yang pertama denga BPJS , karena akan dialihfungsikan oleh kepala puskes-
tahun lalu adalah tahun pertama jadi banyak
hal yang harus dievaluasi juga sosialisasi mas sebagai rumah bersalin. Untuk keleng-
kepada masyarakat masih belum maksimal.” kapan ruangan rawat inap seperti tempat
(N1) tidur terdapat tujuh buah namun hanya dua
tempat tidur yang memiliki kasur dan sprei.
“jujur saja, di puskesmas kami mendengar-
nya dari kepala puskesmas saat apel pagi
“kalau fasilitas tempat tidur ada tapi spon
karena kami tidak ada rapat sosialisasi.”(R3)
dan sprei tidak ada, kalau di ruang nifas hanya
terdapat dua spon.” (R3)
Untuk mengevaluasi kejelasan informasi
sampai tingkat pemberi pelayanan kesehatan, Untuk peralatan partus dan peralatan
dapat dilihat dari konsistensi staf dalam men- pendukung persalinan lainya, Puskesmas
jalankan kebijakan tersebut. Apakah kebijakan Ponu memiliki dua set peralatan persalinan
yang dijalankan telah sesuai dengan aturan namun tidak lengkap sehingga kalau kun-
yang ditetapkan ataukah pelaksana kebijakan jungan persalinan tinggi, petugas kewalah-
melakukan kebijakann tersebut diluar dari kewe- an dalam menggunakan peralatan tersebut.
nangannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti Demikian pun dengan peralatan pendukung
di Puskesmas Ponu, bidan masih melakukan lainya seperti suction (pengisap lendir) elek-
tindakan diluar dari aturan yang ditetapkan di trik, oksigen (O2), infant warmer, incubator
antaranya, melakukan tindakan persalinan yang belum dimiliki oleh puskesmas. Berdasar-
sulit di puskesmas seperti partus lama, letak kan hasil observasi, peralatan persalinan
bokong, manual placenta dan tindakan admin- kurang dirawat dengan baik. setelah mela-
istratif lainnya seperti memungut biaya persalin- kukan tindakan peralatan tersebut dicuci
an melebihi yang ditetapkan dalam Perda. dan dibiarkan begitu saja di ruangan Pe-
Beberapa hal yang menghambat pelaksa- ngendalian Infeksi (PI) tanpa diatur dengan
naan komunikasi antara pihak BPJS dan PPK baik. Ruang PI pun tampak tidak diatur de-
disebabkan oleh jarak Puskesmas ke kota ka- ngan baik sehingga menunjukkan peman-
bupaten yang cukup jauh, cuaca, transportasi dangan yang kurang baik.
yang sulit, tenaga pemberi informasi yang masih
kurang dan dana untuk sosialisasi masih didomi- “kami cuman punya dua set alat partus se-
nasi oleh pihak NGO dan Dinas kesehatan hingga dengan sasaran yang begitu banyak
kami kewalahan juga, pengisap lendir kami
setempat. masih manual, O2 kami tidak punya.” (R2)

2. Sumber-Sumber Pendukung Pelaksanaan “peralatan memang ada tapi masih kurang,


Program Persalinan Era JKN di Tingkat contohnya gunting epis tidak ada kami pakai
gunting tali pusat.”(R5)
Puskesmas Ponu
a. Sarana Prasarana
Demikian pun dengan obat-obatan dan
Berdasarkan hasil wawancara menda-
bahan habis pakai untuk persalinan bebe-
lam dan hasil observasi sarana puskesmas
rapa responden mengatakan persediaan
yang dipakai untuk pelayanan kesehatan
obat belum dapat memenuhi kebutuhan
bagi penduduk kecamatan Biboki Anleu
untuk satu bulan. Sedangkan untuk sarana
berdiri sejak tahun 1980-an. Kondisi ba-
rujukan, tersedia satu unit mobil ambulance
ngunan terlihat sudah cukup tua dan tidak
buatan tahun 2003 walau nampak tua
layak pakai lagi. Gedung tersebut berdiri
namun hingga saat ini masih berfungsi de-
di atas tanah seluas 600m2 dengan status
ngan baik. Kadang kala mengalami gang-
kepemilikan tanah merupakan tanah hibah
guan dan tidak dapat beroperasi karena
dari masyarakat ke pemerintah namun bukti
faktor usia dan beberapa masalah teknis
hibahnya belum didapatkan hingga saat ini.
lainya.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  75


Robertus Tjeunfin, dkk.: Gambaran Pelaksanaan Program Persalinan

b. Tenaga Penolong Persalinan di Tingkat Kualitas


Puskesmas Ponu (Bidan) Kuantitas
Table 2. Tingkat Pendidikan Bidan Di Pusk. Ponu
Tahun 2014
Table 1. Jumlah Tenaga Bidan Puskesmas Ponu
Tahun 2014 No Tempat Kerja DI % DIII % DIV %
1 Puskesmas 2 15 3 23 1 8
No Tenaga PNS PTT Honorer TTL 2 Bidan Desa 2 15 5 38 - 0
1 Tenaga Puskesmas 4 - 2 6 Total 4 30 8 62 1 8
2 Tenaga Bidan Desa 2 4 1 7
3 Dokter - 1 - 1 Sumber: Bagian Tata Usaha Puskesmas Ponu Tahun 2014
Sumber : Profil Puskesmas Ponu Tahun 2014
Tabel di atas menggambarkan bahwa se-
Tabel di atas menggambarkan jumlah bagian besar tenaga bidan di Puskesmas Ponu
tenaga bidan yang ada pada Puskesmas sudah berpendidikan DIII Kebidanan dan berk-
Ponu masih sangat terbatas dan masih ompeten dalam menangani persalinan di pus-
mempekerjakan tenaga bidan sukarela kesmas (62%) namun masih ada tenaga bidan
yakni pada Puskesmas 2 orang dan pada yang berpendidikan DI kebidanan (30%). Selain
Polindes 1 orang. Jumlah tenaga ini telah tingkat pendidikan formal, pelatihan tambahan
memenuhi kebutuhan pada 6 desa dan 1 juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan
kelurahan namun satu desa masih meng- pengetahuan dan kompetensi bidan dalam me-
alami kekosongan tenaga bidan yaitu Desa nangani persalinan di puskesmas. Berdasarkan
Kotafoun. Tenaga dokter 1 orang dan meru- hasil wawancara, berbagai pelatihan sudah
pakan tenaga PTT yang hanya bertugas diikuti oleh bidan di puskesmas seperti magang,
selama 6 bulan di puskesmas. Berdasarkan pelatihan APN, PPGDON, dan beberapa
hasil wawancara dengan kepala puskes- pelatihan lainya namun belum semua bidan
mas tenaga bidan yang ada pada puskes- mengikuti pelatihan-pelatihan secara keseluruh-
mas telah diatur untuk tugas jaga baik di an, pelatihan yang diikuti masih bervariasi pada
rawat jalan maupun di rawat inap. Namun setiap bidan, seperti uangkapan dibawah ini.
tenaga yang ada dirasakan sangat kurang
“di sini baru beberapa bidan yang sudah.
sehingga para bidan puskesmas merasa ,,untuk 7 bidan yang ada di desa dan yang ada
kewalahan dalam membagi waktu pelayan- di puskesmas belum semuanya mengikuti
an. Oleh karena itu bidan desa dan bidan pelatihan,,.”(R1)
magang/honorer dilibatkan untuk tugas
jaga di rawat inap puskesmas dan untuk Penyelenggaran pelatihan khusus bagi
desa yang tidak memiliki tenaga bidan juga tenaga bidan di Kabupaten TTU dilakukan dalam
diatur jadwal pelayanan. Ada juga tenaga rangka mensukseskan program Revolusi KIA
bidan sukarela yang mau mengabdi dan terselenggara berkat kerjasama Pemerintah
sebagai bidan desa pada desa yang tidak Propinsi NTT dengan AIPMNH. Salah satu pro-
memiliki bidan desa. gram penting yang sering dilaksanakan adalah
peningkatan Capacity Building yang mencakup
“di antaranya PNS dan PTT kemudian 1 orang seluruh bidan di Kabupaten TTU baik di
tenaga magang tapi dia sudah kerja lama puskesmas maupun di rumah sakit.
sejak tahun 2011, walaupun belum dikontrak
tapi dia bekerja dengan tulus mengabdi di
satu desa”(R1) PEMBAHASAN
Tiga hal penting dalam proses komunikasi kebi-
Masalah pengaturan tenaga bidan di jakan yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan.
TTU juga diakui oleh Kepala Dinas Kese- Komunikasi harus akurat dan harus dimengerti de-
hatan Kabupaten TTU dan Kepala Seksi ngan cermat oleh para pelaksana. Menurut Edward
Kesga yang juga menjabat sebagai Ketua persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan
IBI Kabupaten TTU. Dikatakan bahwa ma- yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksa-
salah pengaturan bidan di TTU disebabkan nakan keputusan harus mengetahui apa yang harus
oleh berbagai hal diantaranya sistem mereka lakukan. Jika kebijakan-kebijakan diimple-
perekrutan bidan yang belum maksimal, mentasikan sebagaimana yang diinginkan, maka
kurangnya koordinasi antar pihak terkait di petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus
Dinas Kesehatan Kabupaten TTU. diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga

76  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Sering- Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten
kali instruksi-instruksi yang diteruskan kepada TTU, ratio tenaga kesehatan di Kabupaten TTU se-
pelaksana-pelaksana kabur dan tidak menetapkan bagai berikut; dokter spesialis 0,8:100.000 dibanding
kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. angka nasional 6:100.000, dokter umum
Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan 10,6:100.000 dibanding angka nasional 40:100.000,
berkenaan dengan implementasi kebijakan akan perawat 122:100.000 dibanding angka nasional
mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan 117:100.000, sedangkan bidan 231,8:100.000
mungkin bertentangan dengan makna pesan awal5. dibanding angka nasional 100:100.000. Data di atas
Secara umum proses komunikasi dalam rangka dapat dianalisis bahwa dari tenaga yang ada, ratio
pelaksanaan JKN di Kabupaten Timor Tengah Utara tenaga dokter masih di bawah standar nasional se-
belum maksimal, disamping masih terbatas pada dangkan tenaga perawat dan bidan telah melampaui
kelompok-kelompok masyarakat tertentu seperti standar ratio nasional. Hal ini berarti terjadi retensi
Kepala Puskesmas, Tokoh Masyarakat dan peserta tenaga bidan di Kabupaten TTU.
PBI. Masyarakat umum belum semuanya mendapat- Sedangkan jumlah tenaga yang ada pada
kan informasi tentang JKN dan pertemuan koor- puskesmas Ponu masih dibawah standar ratio
dinasinya yang dilaksanakan kebanyakan masih nasional yaitu 68:100.000 dan dirasakan sangat
disponsori oleh pihak AIPMNH dan dinas kesehatan kurang. Oleh karena itu kebijakan kepala puskesmas
setempat. Pihak BPJS sendiri kurang terlibat dalam mengharuskan tenaga magang dan bidan di desa
pelaksanaan sosialisasi. Keadaan ini masih jauh terlibat dalam piket jaga di Rawat Inap Puskesmas
dari apa yang diamanatkan dalam PERMENKES No. Ponu. Untuk desa yang kosong diadakan kunjungan
28/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program oleh bidan puskesmas tiga kali seminggu, namun
JKN Bab III butir (D) ayat (4) yang mengatakan se- jadwal jaga yang telah ada belum dipatuhi secara
tiap peserta JKN berhak mendapatkan informasi dan baik. Masih ada bidan yang terlambat dalam tugas
menyampaikan keluhan terkait dengan pelayanan jaga bahkan ada juga yang tidak datang saat tugas
kesehatan dalam JKN. Hal ini mengakibatkan infor- jaga. Hal ini mengakibatkan petugas yang tinggal
masi yang diterima para pelaksana di tingkat dekat lingkungan puskesmas yang mengambil alih
puskesmas sangat kurang. tugas jaga tersebut.
Beberapa hal yang menghambat pelaksanaan Berbagai persoalan ketenagaan di atas terjadi
komunikasi JKN di Ponu adalah jarak yang cukup karena penempatan tenaga kesehatan di puskes-
jauh ke kota kabupaten sehingga sering terlambat mas belum diatur secara baik oleh dinas kesehatan
bahkan jarang hadir dalam pelaksanaan pertemuan Kabupaten TTU dan belum mengacu kepada
koordinasi tingkat kabupaten, selain itu dari pihak KEPMENKES No. 81/MENKES/SK/I/2004 tentang
BPJS sendiri jarang turun untuk melakukan sosiali- Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kese-
sasi ke tingkat puskesmas, system chanel komun- hatan6 dan Kep.Men.PAN Nomor Kep/75/M.PAN/7/
ikasi ke tingkat bawah tidak diatur dengan baik dan 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan
informasi yang disampaikan masih terbatas pada Kepegawaian7. Hal ini disebabkan karena beberpa
beberapa kelompok masyarakat belum secara me- hal seperti Perencanaan Ketenagaan yg belum
nyeluruh kepada seluruh petugas dan masyarakat. memadai, Sistem informasi Kesehatan yg belum
Hal ini mengakibatkan masih banyak petugas maksimal dan Pertimbangan kemanusiaan dalam
kesehatan di tingkat kecamatan, tingkat puskesmas Penempatan Tenaga Kesehatan di desa. Keadaan
maupun tingkat desa belum memahami betul tentang ini mengakibatkan Fasilitas Kesehatan dengan
JKN. tenaga kesehatan yang kurang, beban kerja tinggi
Menurut Edwards, sumber yang paling penting sebaliknya fasilitas kesehatan yang memiliki
dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Ada satu tenaga kesehatan lebih, beban kerja pun rendah.
hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak Secara kualitas, tenaga bidan di Kabupaten TTU
selalu mempunyai efek positif bagi implementasi masih ada yang berpendidikan DI kebidanan yakni
kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang 60 orang atau 25% dari 200 tenaga bidan yang ada.
banyak tidak secara otomatis mendorong implemen- Sedangkan pada tingkat Puskesmas Ponu masih
tasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya terdapat 4 orang tenaga bidan yang berpendidikan
kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerin- DI kebidanan. Hal ini berarti masih ada tenaga bidan
tah ataupun staf, namun di sisi lain kekurangan yang belum memenuhi standar kompetensi pendidik-
staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik an bidan seperti yang diatur dalam standar profesi.
menyangkut implementasi kebijakan yang efektif5. Menanggapi persoalan ini kepala dinas kesehatan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  77


Robertus Tjeunfin, dkk.: Gambaran Pelaksanaan Program Persalinan

bersama NGO (AIPHSS) Kabupaten TTU akan Sistem rujukan yang dibangun antara bidan/petugas
berupaya meningkatkan kompetensi para bidan ke di desa dengan puskesmas belum dibentuk dengan
jenjang DIII melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang baik sehingga kadang informasi untuk pasien rujukan
di selenggarakan oleh POLTEKES Kupang. Selain dari desa terlambat dijemput. Hal ini mengakibatkan
staf, fasilitas fisik juga merupakan sumber-sumber pasien terpaksa melahirkan sendiri di rumah dibantu
penting dalam implementasi. Seorang pelaksana keluarga atau dukun. Beberapa hal yang menghambat
mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin sistem rujukan di tingkat puskesmas yaitu bahan
memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin bakar yang tidak tersedia di mobil sehingga saat
mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya pasien hendak dirujuk baru mencari bahan bakar,
tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melaku- sopir ambulans juga tinggalnya cukup jauh dari pus-
kan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekal- kesmas sehingga untuk menghubungi membutuh-
an, maka besar kemungkinan implementasi yang kan waktu yang cukup dan petugas yang kurang
direncanakan tidak akan berhasil5. siaga di puskesmas pada saat tugas jaga sehingga
Fasilitas gedung Puskesmas Ponu dibangun terkesan saling melempar tanggung jawab.
pada tahun 1980-an di atas tanah seluas 600m2 Berbagai persoalan yang terjadi di atas belum
sehingga terlihat sudah cukup tua dan tidak layak sejalan dengan komitmen bersama yang termuat
dipakai lagi. Untuk sarana persalinan, puskesmas dalam Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur No.
Ponu belum memiliki gedung persalinan sendiri. 49/2009 Tentang Revolusi KIA pasal (7) yang mana
Diberdayakan salah satu ruang rawat inap sebagai tujuan penyelenggaraan revolusi kesehatan ibu dan
tempat persalinan dan satu ruangan sebagai ruang anak adalah: a. terwujudnya peningkatan akses dan
nifas sedangkan rumah tunggu baru dibangun pada kualitas pelayanan kesehatan ibu melahirkan dan
tahun 2014 dan belum selesai pengerjaannya. bayi di seluruh wilayah; b. tersedianya fasilitas
Fasilitas air dan listrik pada pada Puskesmas Ponu kesehatan yang memadai dan siap 24 jam; c.
telah memadai namun ketersediaan bola lampu/neon tersedianya pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
masih kurang. Masih ada ruangan yang tidak memi- terjangkau, bermutu dan aman; d. tertanganinya
liki bola lampu dan pulsa listrik tidak mencukupi semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang
untuk kebutuhan satu bulan sehingga masih menjadi memadai dan siap 24 jam; e. tertanganinya kasus
keluhan masyarakat yang berkunjung bahkan kegawatdaruratan obstetri dan bayi secara tepat
masyarakat juga diminta mengisi pulsa listrik. waktu, tepat sasaran dan tepat penanganan; f.
Untuk peralatan persalinan, terdapat dua set tersedianya tempat, tenaga dan peralatan, obat dan
peralatan persalinan yang sudah tidak lengkap lagi bahan yang cukup di fasilitas pelayanan persalinan
karena kekurangan berbagai peralatan seperti gun- yang memadai3.
ting tali pusat, gunting epis. Ruang persalinanpun Hal ini juga masih jauh dari apa yang diama-
belum memiliki peralatan pendukung persalinan se- natkan dalam Perpres No. 12/2013 Tentang Jaminan
perti peralatan resusitasi seperti oksigen, suction Kesehatan Bagian Keempat pasal 34 yang menyata-
(pengisap lendir elektrik), infant warmer dan incuba- kan bahwa dalam hal di suatu daerah belum tersedia
tor. Hasil observasi menunjukkan bahwa alat-alat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna me-
yang telah digunakan dicuci dan dibiarkan berserak- menuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS
an di ruang pengendalian Infeksi. Ruangan inipun kesehatan wajib memberikan kompensasi berupa;
terlihat kotor dan tidak diatur secara baik. Selanjutnya penggantian uang tunai; pengiriman tenaga kese-
mengenai penyediaan obat-obat dan perbekalan ke- hatan; atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu11.
sehatan juga dirasakan masih kurang. Perencanaan Hasil penelitian di atas hampir serupa dengan
obat dan perbekalan kesehatan belum dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Duysburgh8, yang
dengan baik sehingga ketersediaan obat tidak dapat melakukan penelitian di fasilitas kesehatan daerah
memenuhi kebutuhan puskesmas selama satu bulan. perbatasan Negara Burkina Faso, Ghana and Tan-
Menurut kepala dinas kesehatan keadaan ini terjadi zania menunjukkan bahwa kualitas pelayanan an-
karena ada perubahan pengadaan obat dan perbe- tenatal dan persalinan di Enam Kabupaten cukup
kalan kesehatan menggunakan E-Catalog sehingga memuaskan, namun ditemukan beberapa kesen-
akan dibenahi pada tahun 2015. jangan kritis untuk beberapa lokasi penelitian di
Untuk sarana rujukan, Puskesmas Ponu memi- ketiga negara. Konseling dan praktik pendidikan
liki sebuah mobil ambulance buatan tahun 2003 kesehatan kurang dilaksanakan, pemeriksaan labo-
namun masih berfungsi dengan baik walaupun terlihat ratorium sering tidak dilakukan, pemeriksaan dan
sudah sangat tua dan tidak layak dipakai lagi. pemantauan ibu dan bayi baru lahir saat melahirkan

78  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

tidak memadai, partograf tidak digunakan, dan naan SDM Kesehatan dan Kep.Men.PAN Nomor
peralatan yang dibutuhkan untuk persalinan Kep/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitung-
pervagina seperti (ekstraktor vakum atau forceps) an Kebutuhan Kepegawaian dan bukan berdasarkan
tidak berada di semua fasilitas kesehatan yang pertimbangan teknis lainnya, 2) Diharapkan agar
disurvei pada 3 negara tersebut8. Pemerintah Kabupaten TTU dapat meningkatkan
SDM Kesehatan, sarana prasarana puskesmas,
KESIMPULAN DAN SARAN obat dan perbekalan kesehatan terutama pada dae-
Komunikasi yang dibangun dalam rangka pelak- rah-daerah perbatasan, dan 3) Diharapkan agar dapat
sanaan program persalinan era JKN di Kabupaten menyelenggarakan program JAMKESDA guna
TTU dilakukan 3 kali sepanjang tahun 2014 dan hanya mengcover masyarakat miskin yang tidak tercover
dihadiri oleh kepala puskesmas dan bendahara BPJS dalam PBI.
sedangkan pada Puskesmas Ponu sosialisasi dilak- Bagi BPJS: 1) Agar pihak BPJS meningkatkan
sanakan saat apel pagi dan tidak pernah dilakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat tidak
rapat sosialisasi tingkat puskesmas. Pelaksanaan hanya terbatas pada peserta PBI saja dan mendanai
sosialisasi sebagian besar didanai oleh AIPMNH dan kegiatan sosialisasi baik ditingkat kabupaten
Dinas Kesehatan Kabupaten TTU. Sumber-Sumber maupun tingkat kecamatan/desa dan 2) Diharapkan
yang Diperlukan Dalam Program Persalinan Era JKN agar BPJS juga berkontribusi dalam penyediaan
di Puskesmas Ponu: 1) Fasilitas Puskesmas Ponu SDM Kesehatan dan sarana prasarana persalinan
dan 2) Tenaga Penolong Persalinan. di tingkat puskesmas.
Pemerintah Pusat: 1) Diharapkan agar menam-
Saran bah kuota kepesertaan JKN terutama pada daerah-
Bagi Puskesmas Ponu: 1) Perlu meningkatkan daerah perbatasan dan tertinggal, 2) Diharapkan agar
kegiatan sosialisasi di tingkat Puskesmas Ponu, meningkatkan pengadaan sarana prasarana,obat
tidak hanya terbatas pada pengelola program saja dan perbekalan kesehatan pada daerah-daerah per-
tapi kepada semua bidan dan tenaga kesehatan lain- batasan dan terluar dan 3) Diharapkan agar mening-
nya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ponu, katkan program PTT terutama bagi dokter, dokter
2) Agar petugas Puskesmas Ponu dan para bidan ahli, bidan dan tenaga kesehatan lainnya guna
di desa dapat memahami betul tentang program JKN memenuhi kebutuhan daerah perbatasan dan terluar.
sehingga dapat meneruskan informasi ini dengan
baik kepada masyarakat, 3) Diharapkan perencana- REFERENSI
an kebutuhan ketenagaan, sarana prasarana, obat- 1. Boucher D, Bennett C, McFarlin B, Freeze R,
obatan dan bahan habis pakai dapat ditingkatkan Staying home to give birth: why women in the
dan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten TTU United States choose home birth. Journal of
untuk dipertimbangkan, DAN 4) Diharapkan dapat Midwifery & Women’s Health, 2009; 54(2), 119–
memperbaiki manajemen pelayanan di ruang bersalin 26. doi:10.1016/j.jmwh.2008.09.006
dimulai dari penjadualan, pengkoordinasian tugas 2. Karkee R, Binns CW, Lee AH, Determinants of
jaga dan selama pemberian pelayanan kepada facility delivery after implementation of safer
pasien agar pasien tidak merasa ditelantarkan. mother programme in Nepal: a prospective
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah cohort study. BMC Pregnancy and Childbirth,
Utara: 1) Diharapkan agar dapat melakukan moni- 2013; 13(1), 193. doi:10.1186/1471-2393-13-193.
toring dan evaluasi secara berkala pada puskesmas- 3. Dinkes Provinsi NTT, (2009), Pedoman Revolusi
puskesmas yang jauh dalam rangka pembinaan dan KIA di Provinsi NTT/ : Percepatan Penurunan
memantau perkembangan pelayanan kepada masya- Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir (1st ed., p.
rakat, 2) Diharapkan meningkatkan kualitas petugas 180). Kupang.
kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan, dan 3) 4. Mukhtar, (2013), Metode Praktis Penelitian
Diharapkan dapat meningkatkan sistem perencana- Deskriptif Kualitatif. (I. Saiful, Ed.) (pertama.,
an SDM Kesehatan, sarana prasarana, obat dan p. 157). Jakarta: Referensi (GP Press Group).
perbekalan kesehatan. 5. W inarno B. (2013). Kebijakan Publik:
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Te- teori,proses dan studi kasus. (Admojo Tri, Ed.)
ngah Utara: 1) Diharapkan agar pengaturan ketena- (I., p. 436). Yogyakarta: CAPS (Center of
gaan kesehatan di Kabupaten Timor Tengah Utara akademic publishing service).
berdasarkan KEPMENKES Nomor 81/MENKES/ 6. Kementerian Kesehatan RI, Kepmenkes Nomor
SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perenca- 81/Menkes/SK/I/2004 Tentang Pedoman

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  79


Robertus Tjeunfin, dkk.: Gambaran Pelaksanaan Program Persalinan

Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan, Utara Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Pe-
Jakarta 2004 ngelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Dan
7. Kementerian PAN RI, Kep.Men.PAN Nomor Non Kapitasi JKN Pada Fasilitas Kesehatan
Kep/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah Ka-
Perhitungan Kebutuhan Kepegawaian, Jakarta bupaten Timor Tengah Utara, Kefamenanu,2014
2004 10. Jat TR, Ng N, San Sebastian M, Factors
8. Duysburgh, E., Zhang, W.-H., Ye, M., Williams, affecting the use of maternal health services in
a, Massawe, S., Sié, a, Temmerman, M. (2013). Madhya Pradesh state of India: a multilevel
Quality of antenatal and childbirth care in analysis. International Journal for Equity in
selected rural health facilities in Burkina Faso, Health, 2011; 10(1), 59. doi:10.1186/1475-9276-
Ghana and Tanzania: similar finding. Tropical 10-59
Medicine & International Health/ : TM & IH, 18(5), 11. Peraturan Presiden RI No. 12/2013,Jaminan
534–47. doi:10.1111/tmi.12076 Kesehatan, Jakarta, 2013.
9. Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara, 2014, Peraturan Bupati Timor Tengah

80  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016

You might also like