Professional Documents
Culture Documents
HALAMAN JUDUL .
DAFTAR ISI . 1
DAFTAR TABEL . 2
DAFTAR GAMBAR . 3
BAB I PENDAHULUAN .......................... 4
BAB II IMMUNOANALYZER ................. 5
2.1. Definisi. 5
2.2. Tingkat Primer ........... 5
2.2.1. Radioimmunoassay (RIA) .................... 6
2.2.2. Immunoradiometric Assay (IRMA).......................... 7
2.2.3. Imunohistokimia................... 8
2.2.4. Imunofluorosense...................... 10
2.2.4.1 Metode 14
2.2.4.1.1. Enzyme Immunoassay (EIA)...................... 17
2.2.4.1.2. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) 18
2.2.4.1.3. Electrochemiluminescent Assay (ECLIA) .... 25
2.2.4.1.4. Elektroforese... 26
2.2.4.1.5. Polymerase Chain Reaction (PCR) .................... 28
2.2.4.1.6. Metode Analisis Fisika Kimia ...................... 29
35
2.3.Tingkat Sekunder ....................... 35
2.4.Tingkat Tersier ....................... 36
37
BAB III PENUTUP ..............................................
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR TABEL
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi
in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin
antigen(Ag) dan antibodi(Ab). Interaksi antigen dan antibodi terdiri dari : 1,2
- Tingkat primer.
- Tingkat sekunder.
- Tingkat tertier.
4
BAB II
IMMUNOANALYZER
2.1. Definisi
imunologi untuk mendeteksi atau mengukur reaksi antigen atau antibodi. Analisis
modern dapat melakukan tes dalam beberapa langkah dengan reagen yang
disesuaikan dengan nama indikator diatas. Ilmu yang mempelajari tentang reaksi Ag
yang rendah: 4
5
Enzim disebut sebagai Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA),
Immunohistochemistry
untuk hormon sebagai protein terikat dengan radioaktif sebagai label, seperti I 131, I135,
H3. 4
Prisip dasar dari radioimmunoassay ini adalah prinsip kompetitif, yaitu analit
yang dideteksi berkompetisi dengan analit yang berlabel radioaktif untuk berikatan
dengan antibodi, sehingga sebuah antigen yang bereaksi dengan antibody yang
spesifik untuknya dan tidak mengadakan reaksi silang (cross reaction) dengan tipe
yang terdapat pada bagian dalam tabung dan antigen yang terdapat didalam sampel
6
Persaingan konsentrasi antigen sampel dapat ditentukan dari reaksi reduksi
pengikatan konsentrasi antigen dari antibodi yang terdapat pada bagian dalam
tabung.4
Prinsip IRMA adalah dengan ikatan non-kovalen reversible antara antigen dan
7
Gambar 2. Pemeriksaan IRMA9
2.2.3. Imunohistokimia
spesifik. 5,6
Jaringan atau konstituen sel dimulai dari sel segar yang beku dan potongan
jaringan terfiksasi paraffin atau resin, mendeteksi interaksi antibody antigen spesifik
di mana antibody telah diberi label/marker yang tampak. Marker tersebut bisa dari
8
Imunohistokimia ini menunjukkan lokasi tertentu sel atau protein pada
a. Metode langsung
9
Gambar 4. Metode tidak langsung dari imunohistokimia9
Keterangan gambar: P: peroksidase; AP: alkalin fosfatase; panah biru: antibody kedua
2.2.4. Imunoflorosens
(panjang gelombang dan jumlah cahaya yang diserap) dan spektrum emisi (panjang
gelombang dan jumlah cahaya yang dipancarkan). Spektrum ini sering disebut
10
sebagai berkas fluoresensi senyawa atau sidik jari. Tidak ada dua senyawa memiliki
berkas fluoresensi yang sama. Ini adalah prinsip ini yang membuat fluorometry
bentuk radiasi dengan energi yang lebih rendah atau panjang gelombang yang lebih
cahaya sempit/ Band seperti LED atau laser untuk memilih eksitasi dan emisi panjang
gelombang. 3,5
11
Fluorosensi merupakan pemancaran sinar dari S1 S0 , dalam waktu yang
amat singkat (10-8) detik. Jika eksitasi dihentikan,fluoresensi terhenti. Emisi foton
sama nilainya dengan energi yang diserap oleh suatu molekul. 3,5
1) Temperatur (Suhu)
a. EF berkurang pada suhu yang dinaikkan
b. Kenaikan suhu menyebabkan tabrakan antar mol atau dengan mol
pelarut
c. Energi akan dipancarkan sebagai sinar fluoresensi diubah menjadi
pelarut polar
b. Jika pelarut yang digunakan mengandung atom-atom yang berat (CBr4,
12
spin dengan gerakan orbital elektron ikatan mempercepat LAS maka
berkurang sebab :
a. Oksigen terlarut oleh pengaruh cahaya dapat mengoksidasi senyawa yang
diperiksa
b. Oksigen mempermudah LAS
5) Kekakuan struktur (rigiditas struktur)
Struktur yang rigid mempunyai intensitas yang tinggi. Adanya CH2- pada
yang pertama dikenal antigen atau antibodi berlabel penanda fluorescent fluorescein
dibuat, dan kemudian antibodi fluorescent (atau antigen) sebagai probe molekul
dalam sel atau pemeriksaan jaringan antigen yang sesuai (atau antibodi). 3,5
fluoresensi dapat dilihat di mana sel-sel atau jaringan , untuk menentukan sifat
13
antigen atau antibodi, positioning, dan konten ditentukan dengan menggunakan
teknik kuantitatif 3
Direct Imunofluoresense
diinginkan
Marker
fluorescent
Antibo
di
Potongan jaringan
beku
Antigen
14
Antibodi kedua dengan
label
Antigen Antibodi
pertama
intensitas fluoresensi
EWG (NO2, Br, I, CN, COOH) dapat menurunkan bahkan menghilangkan
sifat fluoresensi
Penambahan ikatan rangkap (aromatik polisiklik) dapat menaikkan
fluoresensi
2
Pengaturan pH dapat merubah intensitas fluoresensi,
Contoh :
15
Heterosiklis dengan atom N, S dan O mempunyai sifat fluoresensi
intensitas fluoresensi
tepat
Detektor yang digunakan seperti tabung pergandaan foto sangat peka
Pengukuran energi emisi lebih tepat daripada energi terabsorbsi
Dapat mengukur sampai kadar 10-4 10-9 M
menggunakan prinsip kompetitif seperti pada RIA. Enzim yang digunakan sebagai
Horseradish peroksidase
Glukosa-6-fosfat-dehidrogenase
Alkalin fosfatase
-D-galaktosidase
16
Gambar 7. Metode EIA10
yaitu suatu EIA nonkompetitif yang lebih sensitive (<1pg/ml), dengan teknik
17
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel sehingga dapat menentukan
kadar Ag atau Ab. ELISA menjadi salah satu metode yang sensitif untuk mendeteksi
secara khusus disebut uji kadar imunosorben terikat enzim atau ELISA ini
merupakan uji serologis yang digunakan untuk imunodiagnosis infeksi oleh virus,
berwarna bila dihidrolisis oleh enzim intensitas warna yang terjadi diukur dengan
oleh enzim berlangsung dalam waktu tertentu. Reaksi berhenti bila ditambahkan
asam atau basa kuat. Reaksi harus berlangsung dalam keaadan optimal yaitu dengan
mempertimbangkan:
- kadar reaktan
- temperatur
18
Gambar 9. Prinsip pemeriksaan ELISA10
Berdasarkan hal di atas, setiap reagen dari pabirk yang berbeda memiliki
Direct/Non Kompotitif
19
1. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
Indirect
Reagen berlabel enzim tidak ikut bereaksi pada ikatan Ag-Ab awal
Sandwich
Metode Kompotitif4,5
20
Umumnya untuk menentukan Ag, dengan cara Ab spesifik [dilekatkan pada
Ag*-Ab-Ag
21
Indirect
22
Gambar 12. Ilustrasi metode Sandwich ELISA10
23
RADIO
IMMUNO ASSAY
FLUORESCENCE
POLARIZATION
ENZYME
IMMUNOIMMUNO CHEMILUMINESCENCE
ASSAY RADIOMETRIC
IMMUNO ASSAYASSAY
IMMUNO ASSAY
EIA IRMA ICMA
10 -9 10 -12 10 -15
Pemeriksaan ini adalah yang paling sensitive dibandingkan RIA dan EIA. Reagennya
24
Gambar 14. Metode pemeriksaan Chemiluminescence10
2.2.4.1.4. Elektroforese
dikembangkan. Metode ini digunakan untuk menentukan protein, serum, dan urin
Dapar/buffer
Media pendukung seperti media gel agarosa dan media selulosa asetat
Power supply unit, digunakan untuk menghasilkan energi pada kedua
25
Densitometer merupakan alat pengukur kuantitas berdasarkan intensitas
warna pita pada elektroforese, saat media pendukung melalui system optic
migrasi. Partikel bermuatan dalam media pendukungnya bila terpapar dengan medan
listrik akan bergerak kea rah elektroda yang berlawanan. Molekul protein bersifat
protein akan bermuatan netto positif, begitu pula sebaliknya. Pada pH isoelektrik
Kekuatan medan listrik, semakin besar perbedaan muatan neto, maka gerakan
makin cepat.
ukuran molekul. Semakin kecil mol, gerakan akan semakin cepat.
Media pendukung. Pori-pori bersifat filter
Viscositas media. Semakin tinggi viskositas, gerakan semakin lambat
Kekuatan medan listrik. Tegangan listrik yang besar akan mempercepat
gerakan.
Endoosmosis, yaitu gerakan berlawanan arah dalam media pendukung
Kadar ion dalam dapar: kadar ion rendah menyebabkan migrasi cepat.
Suhu, suhu tinggi menyebabkan migrasi cepat
protein terlihat berupa pita-pita spesifik yang letaknya spesiik, dan digmabarkan di
26
densitometer berupa kurva. Fraksi-fraksi protein yang terlihat berupa pita yang
bdekat ke anoda, sedangkan fraksi protein albumin merupakan yang terbanyak yang
Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang cepat dan
sederhana untuk mengkopi dan memperbanyak urutan DNA spesifik yang diinginkan
dan divisualisasikan sebagai pita yang jelas pada agarose gel. PCR sebenarnya
mengulangi siklus denaturasi, hibridasi DNA yang diinginkan dengan bantuan DNA
dilakuan terlebih dahulu sampai selesai baru dideteksi. Pada PCR yang baru,
diamplifikasi. 2,3
Prinsip PCR
1) Ekstraksi DNA
2) Alat PCR
a) Target DNA
27
b) Persiapan larutan reaksi PCR (dNTP, buffer, DNA primer, dan Taq DNA
polymerase)
c) Denaturasi DNA
Denaturasi awal : 5 menit, pada suhu 94oC
Denatruasi : 1 menit pada suhu 94oC
Analing primer : 1 menit pada suhu 50oC
Mengkopi DNA oleh DNA polymerase, elongasi akhir selama 10 menit
pengukuran bahan fisik dari substansi dan komposisi kualitatif. PCMA terbagi ke
28
Berdasarkan metode-metode di atas, maka keuntungan menggunakan PCMA
dengan 10-9 g
Selektivitas tinggi
Metode analisis yang cepat
Adanya otomatisasi dan komputerisasi
Analisis jarak
Analisis tanpa mendestruksi sampel
Analisis local
0,05%
Hasil dari metode-metode yang terpisah itu lebih buruk, daripada metode
analisis klasik
Penting untuk menggunakan standard an solusi standar, kelulusan uji alat dan
pula
Analisis Absorbsi
29
Analisis Absorbsi-Atomik
Analisis Absorbsi-Molekuler
Analisis Turbidimetrik
Analisis Spektrum Emisif
Fotometri api flame photometry
Analisis fluorescence
Analisis spectrum dengan penggunaan efek kombinasi dispersi cahaya
Metode lain
Metode nephelometrik
Analisis refractometrik
Analisis polarimetrik
Analisis interferometrik
Berdasarkan rentang spectrum elektromagnetik yang digunakan di analisis:
Spektroskopi (spektrofotometri) pada spectrum visible dan UV
Spektroskopi IR
Spektroskopi X-ray
Spektroskopi gelombang mikro
Spektrum Electronic
Spektrum Vibrational
Spektrum Rotational
30
31
Gambar 15. Proses Absorbsi12
32
B. Tingkat Sekunder1
Presipitasi
Aglutinasi.
33
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
mendeteksi awal adanya infeksi virus, mempekirakan status imun dan pemantauan
34
Daftar Pustaka
2011;32(6):636.
2. Robinson, Paul J. Immunofluorescence. Staining Methods Fifth Edition. 2009:
61 65.
3. Coons AH, et al. Immunological properties of an antibody containing a
https://www.sdstate.edu/sdces/fcs/upload/ELISA_Part1_PPT.pdf
6. eBioscience. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Immunoassay
http://www.news-medical.net
8. Medical_devices/innovation/immunoassay_analyzer.pdf, 2008
http://www.who.int
Elektroforese 2010
Klinik, 2010
35
11. Pharmaceutical-Lab-Equipment/880-Immunoassay-Analyzer 2012
http://www.labcompare.com
medical.net
36