You are on page 1of 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMAKAIAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI PADA WANITA


PASANGAN USIA SUBUR DI RSUD Dr PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2012

Herlinawati, Maya Fitria, Heru Santosa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

ABSTRACT

Tubectomy contraception is cutting action the fallopian/uterine tube.


Tubectomy is medical treatment by blocking uterine tube with the certain purpose
to not to have a child for a long time until for a lifetime. The number of female
sterilization user in Indonesia in 2012 amounted 1.04% (Lusiana, 2012). Data
from the National Population and family planning in 2012 the number of participants
tubectomy is in North Sumatra as much as 8.38%. Existing participant data tubectomy
at Dr. Pirngadi Local General Hospital in the period January to October 2012
was 45%.
This study aimed to examine the relationship between the factors related
to tubectomy contraception use among women of fertile age couples. This
research was descriptive analytic study using a cross sectional approach where
the measurement or observation of the subject was done in a single observation.
The sample size in this study was as much as 86 respondents with a total
population of 255 respondents. Data were collected through questionnaire-based
interviews. Data analysis used chi square test.
The results of this study showed that 58.1% of respondents used tubectomy
contraception. There were no relationship between age (p = 0.152), education (p
= 0.498), occupation (p = 0.103), knowledge (p = 0.397), culture/belief (p =
0.714) and tubectomy contraception use among woman of fertile age couples.
There were relationship between parity (p = 0,001), attitude (p = 0.016), family
support (p = 0,001) and tubectomy contraception use among woman of fertile
age couples.
The health workers and Family Planning Field Workers are expected to
play an active role in increasing the awareness of fertile age couples by providing
a sustainable extension to the community in order to increase their participation
in using tubectomy.

Keywords: Family Planning Acceptor, Tubectomy Contraception

PENDAHULUAN dapat mengangkat derajat kehidupan


bangsa telah dilaksanakan secara
Indonesia menghadapi bersamaan pembangunan ekonomi
masalah dengan jumlah dan kualitas dan Keluarga Berencana yang
sumber daya manusia dengan merupakan sisi masing-masing mata
kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk uang. Bila gerakan Keluarga

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 1
Berencana tidak dilakukan pertumbuhan penduduk dan
bersamaan dengan pembangunan kemampuan mengembangkan
ekonomi, dikhawatirkan hasil Sumber Daya Alam laksana deret
pembangunan tidak akan berarti hitung, sedangkan pertumbuhan dan
(Manuaba, 2006). perkembangan manusia laksana deret
Indonesia sebagai negara ke- ukur, sehingga pada satu titik
empat terbesar setelah negara Cina, Sumber Daya Alam tidak mampu
India dan Amerika Serikat. Tidak menampung pertumbuhan manusia,
bisa dibayangkan berapa luas tempat telah menjadi kenyataan (Manuaba,
yang akan dibutuhkan jika pada 2006). Tingkat pertumbuhan
tempat yang sama dan waktu yang penduduk yang lebih cepat dibanding
sama penduduk ini dikumpulkan produksi pangan akan menyebabkan
menjadi satu (Muhammad, 2011). kelangkaan pangan. Kelangkaan ini
Pada awal tahun 2010, akan memicu perang, kerusuhan, dan
pemerintah telah melakukan sensus kematian (Ananta, 2011).
penduduk dan diperoleh jumlah Berdasarkan pendapat demikian
penduduk Indonesia saat itu adalah diharapkan setiap keluarga
237.556.363 jiwa yang tersebar dari memperhatikan dan merencanakan
sabang sampai merauke dengan jumlah keluarga yang diinginkan,
tingkat kepadatan 124/km2(BPS, sehingga tidak terjadi krisis pagan
2010). dan mengalami kematian karena
Adapun jumlah penduduk kekurangan pangan (Manuaba,
Provinsi Sumatera Utara sebanyak 2006).
12.982.204 jiwa, mencakup mereka Berdasarkan hal-hal tersebut,
yang bertempat tinggal di daerah maka pada tahun 1971 dimulailah
perkotaan sebanyak 6.382.672 program Keluarga Berencana
(49.16%), sedangkan yang bertempat Nasional dan pada tahun 1973
tinggal di desa sebanyak 6.599.532 program Keluarga Berencana
(50,84%) dengan kepadatan Nasional tercantum didalam GBHN.
2
penduduk 178 jiwa/km dan laju Salah satu cara untuk menekan
pertumbuhan penduduk 1,10 %/tahun jumlah penduduk yaitu dengan cara
(BPS, 2010). meningkatkan pelayanan Keluarga
Dengan adanya pertumbuhan Berencana. Program Keluarga
penduduk yang cepat dan tidak Berencana adalah program pembahas
seimbang dengan angka dan bertujuan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi maka akan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan
membawa dampak dan beban berat sosial budaya, pendidikan agar dapat
bagi penduduk misalnya pangan, tercipta keseimbangan yang baik
pendidikan dan pelayanan kesehatan. dengan kemampuan produksi
Dengan adanya dampak tersebut nasional (Manuaba, 2006).
apabila laju pertumbuhan ekonomi Ketersediaan dan akses
belum mampu mengimbangi terhadap informasi dan pelayanan
pertumbuhan penduduk yang berarti KB, dapat mencegah kehamilan yang
manusia dalam keluarga besar tidak diinginkan. Jika semua
semakin tajam derajat kemiskinan perempuan mempunyai akses
(Wahyuni, 2002). terhadap kontrasepsi yang aman dan
Maka menurut pendapat efektif, diperkirakan kematian ibu
Malthus yang mengemukakan bahwa menurun hingga 50%, termasuk

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 2
menurunkan risiko kesehatan dapat membahayakan nyawa ibu atau
reproduksi yang terkait dengan penyakit keturunan. Kini tubektomi
kehamilan, persalinan dan aborsi dilakukan untuk membatasi jumlah
tidak aman (Wahyudi, 2012). anak (Meilani, 2010). Pasangan Usia
Kontrasepsi ialah usaha- Subur (PUS) adalah pasangan suami
usaha untuk mencegah terjadinya istri yang pada saat ini hidup
kehamilan (Sarwono, 2005). Negara bersama, baik bertempat tinggal
berkembang seperti Indonesia yang resmi dalam satu rumah ataupun
memiliki jumlah penduduk besar tidak, dimana umur istrinya antara 15
mendukung program kontrasepsi tahun sampai 44 tahun
untuk mengendalikan pertumbuhan (Wirosuhardjo, 2004).
jumlah penduduk dan untuk Adapun informasi yang
meningkatkan kesejahteraan diperoleh dari 3 ibu yang tidak
keluarga. Dalam hal ini pemerintah memakai tubektomi mengatakan
Indonesia menyelenggarakan alasan untuk tidak memakai
program Keluarga Berencana atau tubektomi, karena umur mereka
KB melalui pengaturan kelahiran. masih muda, jumlah anak yang
Menurut data Survei mereka miliki masih belum sesuai
Kesehatan dan Demografi Indonesia dengan keinginan pasangan suami
tahun 2012 kesehatan masyarakat istri, pengetahuan yang dimiliki oleh
pada metode kontrasepsi mantap ibu yang kurang tentang tubektomi,
masih rendah jumlah peserta KB sikap ibu yang kurang baik dalam
yang memakai kontrasepsi MOW menanggapi tentang tubektomi,
atau tubektomi 3,2%. Padahal kurangnya dukungan dari suami
tubektomi merupakan alat dalam melakukan tubektomi serta
kontrasepsi yang dianggap sangat budaya (kepercayaan) yang
efektif, murah dan aman dalam mengatakan tidak baik menolak
menghentikan kehamilan. Dengan rejeki dari Yang Maha Kuasa.
harapan lebih banyak wanita PUS Dalam Kemenkes RI (2010),
yang ikut memilih tubektomi sebagai Indonesia pada tahun 2012 tercatat
alat kontrasepsi. jumlah peserta KB aktif dari
Kontrasepsi mantap pada 64.133.347 juta jiwa, dengan jumlah
wanita disebut juga dengan istilah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS
tubektomi yaitu merupakan tindakan 51.472.069 juta jiwa. Dari
medis berupa penutupan tuba uterina 64.133.347 peserta KB aktif,
dengan maksud tertentu untuk tidak pengguna KB suntik (54,35%),
mendapatkan keturunan dalam peserta pil (28,65%), peserta IUD
jangka panjang sampai seumur (5,44%), peserta kondom (5,34%),
hidup. Pada tubektomi dilakukan peserta implant (4,99%), peserta
pengikatan atau pemotongan pada MOW (1,04%), dan peserta MOP
saluran tuba fallopii yang (0,2%) (Lusiana, 2012).
menyebabkan tidak terjadi Jumlah PUS tahun 2012 di
pembuahan antara sel telur dan Sumatera Utara adalah 2.317.450.
sperma (Meilani, 2010). Dimana yang menggunakan IUD
Dahulu tindakan tubektomi 140.480 (10,74%), pil 425.630
ini disebut sterilisasi dan dilakukan (32,54%), kondom 83.450 (6,38%),
atas indikasi medis, seperti kelainan suntik 422.310 (32,30%), implant
jiwa, kemungkinan kehamilan yang 121.670 (9,30%), MOP 4.730

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 3
(0,36%), dan MOW 109.590 (8,38%) penelitian dengan judul Faktor-
(Subagyo, 2012). faktor yang Berhubungan dengan
Data akseptor KB yang Pemakaian Kontrasepsi Tubektomi
diperoleh di RSUD Dr. Pirngadi pada Wanita Pasangan Usia Subur di
Medan selama tahun 2010 yaitu IUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.
79 akseptor (33,60%), Implant 18 Adapun rumusan masalah
akseptor (7,60%), Suntik 44 akseptor penelitian ini adalah belum
(18,80%), Pil 14 akseptor (5,90%), diketahuinya faktor-faktor yang
Kondom 2 akseptor (0,80%), dan berhubungan dengan pemakaian
Tubektomi 78 akseptor (33,30%). kontrasepsi tubektomi pada wanita
Jadi total WUS yang menjadi PUS di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
akseptor KB di RSUD Dr. Pirngadi Penelitian ini bertujuan untuk
Medan selama tahun 2010 yaitu 235 mengetahui faktor-faktor yang
akseptor. berhubungan dengan pemakaian alat
Data akseptor KB terbaru kontrasepsi tubektomi pada wanita
yang diperoleh di RSUD Dr. PUS dilihat dari usia, pendidikan,
Pirngadi Medan selama tahun 2011 paritas, pekerjaan, pengetahuan,
yaitu IUD 30 akseptor (19,35%), sikap, dukungan keluarga, dan
Implant 5 akseptor (3,23%), Suntik budaya (kepercayaan).
16 akseptor (10,32%), Pil 11 Adapun manfaat penelitian
akseptor (7,10%), Kondom 22 adalah:
akseptor (14,20%), Tubektomi 71 1. Penelitian ini bertujuan untuk
akseptor (45, 80%) dan pada periode mengetahui faktor-faktor yang
Januari-Oktober 2012 yaitu IUD 18 berhubungan dengan pemakaian
akseptor (18%), Implant 5 akseptor alat kontrasepsi tubektomi pada
(5%), Suntik 8 akseptor (8%), Pil 12 wanita PUS dilihat dari usia,
akseptor (12%), Kondom 12 akseptor pendidikan, paritas, pekerjaan,
(12%), dan Tubektomi 45 akseptor pengetahuan, sikap, dukungan
(45%). Jadi total wanita PUS yang keluarga, dan budaya
menjadi akseptor KB di RSUD Dr. (kepercayaan).
Pirngadi Medan selama tahun 2011 2. Sebagai informasi bagi ibu untuk
yaitu 155 akseptor dan periode mengetahui bahwa metode
Januari-Oktober 2012 yaitu 100 kontrasepsi tubektomi merupakan
akseptor. metode yang paling efektif,
Dilihat dari perbandingan murah dan aman bila pasangan
wanita PUS yang menjadi akseptor suami istri sudah tidak
KB di RSUD Dr. Pirngadi Medan mempunyai rencana memiliki
selama tahun 2010 dengan tahun anak, serta sebagai informasi
2011 mengalami penurunan yang untuk menambah pengetahuan
signifikan dari 234 akseptor menjadi tentang tubektomi dan mau ikut
155 akseptor. Pada tubektomi juga serta dalam pelayanan
mengalami penurunan dari 78 kontrasepsi tubektomi.
akseptor menjadi 71 akseptor. 3. Sebagai bahan evaluasi bagi
Dari data di atas, terlihat RSUD Dr. Pirngadi Medan, serta
adanya perbedaan pemilihan alat masukan dalam upaya
kontrasepsi oleh wanita PUS di meningkatkan mutu pelayanan
RSUD Dr. Pirngadi Medan, maka kesehatan bagi ibu pada saat
penulis tertarik untuk melakukan dilakukan pelayanan KB melalui

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 4
pendekatan-pendekatan yang jawaban. Nilai diukur dengan skor 5
efektif. untuk jawaban sangat setuju, skor 4
4. Sebagai sumber referensi bagi untuk jawaban setuju, skor 3 untuk
peneliti selanjutnya, agar dapat jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk
mengkaji hal-hal yang lebih jawaban tidak setuju dan skor 1
dalam lagi, terutama yang untuk jawaban sangat tidak setuju.
berhubungan dengan pemilihan Kecuali untuk pertanyaan untuk
alat kontrasepsi. nomor 4,5,9,12, dan 15 pemberian
skor merupakan kebalikan dari soal
nomor 1,2,3,6,7,8,10,11,13, dan 14.
METODE PENELITIAN
Total skor tertinggi adalah 75 dan
terendah adalah 15.
Jenis penelitian ini merupakan
Berdasarkan kriteria di atas maka
penelitian deskriptif-analitik dengan
dapat dikategorikan sikap responden
pendekatan cross sectional dimana
dengan kriteria sebagai berikut:
pengukuran atau pengamatan
a. Baik, jika responden mendapatkan
terhadap subjek penelitian dilakukan
skor 56-75.
dengan sekali pengamatan (Ghazali,
b. Cukup, jika responden
dkk, 1995).
mendapatkan skor 30-55.
Populasi adalah seluruh
c. Kurang, jika responden
wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
mendapatkan skor 15-29.
yang pernah mendapatkan pelayanan
3. Dukungan keluarga
kontrasepsi di RSUD Dr. Pirngadi
Dukungan keluarga terdiri dari 5
Medan selama periode tahun 2011
pertanyaan dengan dua alternatif
sebanyak 155 akseptor dan periode
pilihan jawaban. Nilai diukur dengan
Januari-Oktober 2012 sebanyak 100
skor 1 untuk jawaban ya, dan skor 0
akseptor, jadi total populasinya
untuk jawaban tidak. Skor tertinggi
adalah sebanyak 255 akseptor.
yang bisa diperoleh responden adalah
Aspek pengukuran:
5 dan yang paling rendah adalah 0
1. Pengetahuan
sehingga dapat dikategorikan
Pengetahuan diukur melalui 15
menjadi:
pertanyaan dengan tiga alternatif
a. Ya, jika responden mendapatkan
pilihan jawaban. Diberi skor 2 untuk
skor 3-5.
jawaban benar, skor 1 untuk jawaban
b. Tidak, jika responden
hampir benar, dan skor 0 untuk
mendapatkan skor 0-2.
jawaban tidak tahu. Total skor
4. Budaya (kepercayaan)
pengetahuan tertinggi adalah 30 dan
Komponen budaya (kepercayaan)
terendah adalah 0. Tingkat
terdiri dari 5 pertanyaan dengan dua
pengetahuan dapat dikategorikan
alternatif pilihan jawaban. Nilai
menjadi 3 kategori:
diukur dengan skor 1 untuk jawaban
a. Baik, jika responden mendapatkan
ya, dan skor 0 untuk jawaban tidak.
skor 21-30.
Skor tertinggi yang bisa diperoleh
b. Cukup, jika responden
responden adalah 5 dan yang paling
mendapatkan skor 11-20.
rendah adalah 0 sehingga dapat
c. Kurang, jika responden
dikategorikan menjadi:
mendapatkan skor 0-10.
a. Ya, jika responden mendapatkan
2. Sikap
skor 3-5.
Sikap diukur dari 15 pernyataan
dengan lima alternatif pilihan

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 5
b. Tidak, jika responden berpendidikan rendah sebanyak 12
mendapatkan skor 0-2. akseptor (52,2%) memilih tubektomi
sebagai alat kontrasepsi. Secara
HASIL DAN PEMBAHASAN statistik terbukti tidak ada hubungan
yang bermakna dari pendidikan ibu
Adapun hasil pemeriksaan yang dengan pemakaian tubektomi
dilakukan adalah sebagai berikut: (p=0,498).

Tabel 1. Hubungan Umur dengan Pemakaian Tabel 3. Hubungan Paritas dengan Pemakaian
Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita PUS
PUS di RSUD Dr. Pirngadi Medan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012
Tahun 2012 Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian Kontrasepsi Paritas Tubektomi Non Tubektomi Jumlah
Umur Tubektomi Non Tubektomi Jumlah n % n % n %
n % n % n %
Anak < 3 6 26,1 17 73,9 23 100,0
25-35 tahun 34 64,2 19 35,8 53 100,0 Anak 3 44 69,8 19 30,2 63 100,0
>35 tahun 16 48,5 17 51,5 33 100,0
= 13,254 dan p = 0,001
= 2,051 dan p = 0,152
Menunjukkan hasil analisis
Menunjukkan hasil analisis hubungan paritas dengan pemakaian
hubungan antara umur ibu dengan kontrasepsi tubektomi pada wanita
pemakaian kontrasepsi tubektomi PUS ditemukan sebanyak 6 akseptor
pada wanita PUS ditemukan (26,1%) yang berparitas rendah
sebanyak 34 akseptor (64,2%) yang (anak < 3) yaitu memilih tubektomi
berumur 25-35 tahun memilih sebagai alat kontrasepsi, sedangkan
tubektomi sebagai alat kontrasepsi, ibu yang berparitas tinggi sebanyak
sedangkan ibu yang berumur lebih 44 akseptor (69,8%) memilih
dari 35 tahun sebanyak 16 akseptor tubektomi sebagai alat kontrasepsi.
(48,5%) memilih tubektomi sebagai Secara statistik terbukti ada
alat kontrasepsi. Secara statistik hubungan yang bermakna dari
terbukti tidak ada hubungan yang paritas ibu dengan pemakaian
bermakna antara umur ibu dengan tubektomi (p=0,001).
pemakaian tubektomi (p=0,152).
Tabel 4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemakaian
Tabel 2. Hubungan Pedidikan dengan Pemakaian Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita PUS
Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita PUS di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012 Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian Kontrasepsi Pekerjaan Tubektomi Non Tubektomi Jumlah
Pendidikan Tubektomi Non Tubektomi Jumlah n % n % n %
n % n % n %
Bekerja 15 46,9 17 53,1 32 100,0
Tinggi 38 60,3 25 39,7 63 100,0 Tidak Bekerja 35 64,8 19 35,2 54 100,0
Rendah 12 52,2 11 47,8 23 100,0
= 2,657 dan p = 0,103
= 0,459 dan p = 0,498
Menunjukkan hasil analisis
Menunjukkan hasil analisis hubungan pekerjaan dengan
hubungan tingkat pendidikan ibu pemakaian kontrasepsi tubektomi
dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita PUS ditemukan
tubektomi pada wanita PUS sebanyak 15 akseptor (46,9%) yang
ditemukan sebanyak 38 akseptor bekerja memilih tubektomi sebagai
(60,3%) yang berpendidikan tinggi alat kontrasepsi, sedangkan ibu
yaitu tamatan SLTA dan perguruan yang tidak bekerja sebanyak 35
tinggi memilih tubektomi sebagai akseptor (64,8%) memilih
alat kontrasepsi, sedangkan ibu yang

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 6
tubektomi sebagai alat kontrasepsi. kontrasepsi. Secara statistik terbukti
Secara statistik terbukti tidak ada ada hubungan yang bermakna dari
hubungan yang bermakna dari sikap ibu dengan pemakaian
pekerjaan ibu dengan pemakaian tubektomi (p=0,016).
tubektomi (p=0,103).
Tabel 7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Pemakaian Kontrasepsi Tubektomi pada
Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian
Wanita PUS di RSUD Dr. Pirngadi
Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita PUS
Medan Tahun 2012
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012
Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian Kontrasepsi
Dukungan Tubektomi Non Tubektomi Jumlah
Pengetahuan Tubektomi Non Tubektomi Jumlah
keluarga n % n % n %
n % n % n %
Baik 29 58,0 21 42,0 50 100,0
Mendukung 25 83,3 5 16,7 30 100,0
Cukup 19 63,3 11 36,7 30 100,0
Tidak Mendukung 25 44,6 31 55,4 56 100,0
Kurang 2 33,3 4 66,7 6 100,0

= 12,016 dan p = 0,001


( = 1,850 dan p = 0,397
Menunjukkan hasil analisis
Menunjukkan hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan
hubungan pengetahuan dengan pemakaian kontrasepsi tubektomi
pemakaian kontrasepsi tubektomi pada wanita PUS ditemukan
pada wanita PUS ditemukan sebanyak 25 akseptor (83,3%) yang
sebanyak 29 akseptor (58,0%) yang mendapat dukungan keluarga yaitu
berpengetahuan baik yaitu memilih memilih tubektomi sebagai alat
tubektomi sebagai alat kontrasepsi, kontrasepsi, sedangkan ibu yang
sedangkan ibu yang berpengetahuan tidak mendapatkan dukungan
kurang sebanyak 2 akseptor (33,3%) keluarga sebanyak 25 akseptor
memilih tubektomi sebagai alat (44,6%) memilih tubektomi sebagai
kontrasepsi. Secara statistik terbukti alat kontrasepsi. Secara statistik
tidak ada hubungan yang bermakna terbukti ada hubungan yang
dari pengetahuan ibu dengan bermakna dari dukungan keluarga
pemakaian tubektomi (p=0,397). dengan pemakaian tubektomi
Tabel 6. Hubungan Sikap dengan Pemakaian
(p=0,001).
Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita
PUS di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tabel 8. Hubungan Budaya (Kepercayaan) dengan
Tahun 2012 Pemakaian Kontrasepsi Tubektomi pada
Pemakaian Kontrasepsi Wanita PUS di RSUD Dr. Pirngadi
Sikap Tubektomi Non Tubektomi Jumlah Medan Tahun 2012
n % n % n % Pemakaian Kontrasepsi
Baik 29 74,4 10 25,6 39 100,0 Budaya Tubektomi Non Tubektomi Jumlah
Cukup 16 42,1 22 57,9 38 100,0 n % n % n %
Kurang 5 55,6 4 44,4 9 100,0
Ya 23 56,1 18 43,9 41 100,0
( = 8,255 dan p = 0,016 Tidak 27 60,0 18 40,0 45 100,0

Menunjukkan hasil analisis = 0,134 dan p = 0,714


hubungan sikap dengan pemakaian Menunjukkan hasil analisis
kontrasepsi tubektomi pada wanita hubungan budaya (kepercayaan)
PUS ditemukan sebanyak 29 dengan pemakaian kontrasepsi
akseptor (74,4%) yang memiliki tubektomi pada wanita PUS
sikap baik yaitu memilih tubektomi ditemukan sebanyak 23 akseptor
sebagai alat kontrasepsi, sedangkan (56,1%) yang memiliki budaya
ibu yang memiliki sikap kurang (kepercayaan) yaitu memilih
sebanyak 5 akseptor (55,6%) tubektomi sebagai alat kontrasepsi,
memilih tubektomi sebagai alat sedangkan ibu yang tidak memiliki

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 7
budaya (kepercayaan) sebanyak 27 yang bekerja sebesar 32
akseptor (60,0%) memilih tubektomi responden (37,2%).
sebagai alat kontrasepsi. Secara 5. Tidak ada hubungan antara
statistik terbukti tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemakaian
yang bermakna dari budaya kontrasepsi tubektomi pada
(kepercayaan) ibu dengan pemakaian wanita PUS, dimana responden
tubektomi (p=0,714). yang berpengetahuan baik lebih
memilih tubektomi sebesar 50
KESIMPULAN DAN SARAN responden (58,1%), dibanding
dengan yang berpengetahuan
Adapun kesimpulan dari kurang sebesar 6 responden
penelitian ini adalah sebagai berikut: (7,0%).
1. Tidak ada hubungan antara umur 6. Ada hubungan antara sikap
dengan pemakaian kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi
tubektomi pada wanita PUS, tubektomi pada wanita PUS,
dimana pada umur 25-35 tahun dimana responden yang memiliki
lebih memilih tubektomi sebesar sikap baik lebih memilih
53 responden (61,6%) dibanding tubektomi sebesar 39 responden
dengan responden yang berumur (45,3%), dibanding dengan yang
> 35 tahun sebesar 33 responden sikap kurang baik sebesar 9
(38,4%). responden (10,5%).
2. Tidak ada hubungan antara 7. Ada hubungan antara dukungan
pendidikan dengan pemakaian keluarga dengan pemakaian
kontrasepsi tubektomi pada kontrasepsi tubektomi pada
wanita PUS, dimana pada wanita PUS, dimana akseptor
pendidikan rendah (SD-SMP) yang mendapat dukungan
lebih memilih tubektomi sebesar keluarga lebih memilih
63 responden (73,3%) dibanding tubektomi sebesar 56 responden
yang berpendidikan tinggi (65,1%), dibanding dengan yang
(SMA-Perguruan Tinggi) sebesar tidak mendapatkan dukungan
23 responden (26,7%). keluarga sebesar 30 responden
3. Ada hubungan antara paritas (34,9%).
dengan pemakaian kontrasepsi 8. Tidak ada hubungan antara
tubektomi pada wanita PUS, budaya (kepercayaan) dengan
dimana responden dengan jumlah pemakaian kontrasepsi tubektomi
anak yang 3 orang lebih pada wanita PUS, dimana
memilih tubektomi sebesar 63 akseptor yang tidak memiliki
responden (73,3%), dibanding budaya (kepercayaan) lebih
dengan responden yang memiliki memilih tubektomi sebesar 45
anak < 3 orang sebesar 23 responden (52,3%), dibanding
responden (26,7%). yang memiliki budaya
4. Tidak ada hubungan antara (kepercayaan) sebesar 41
pekerjaan ibu dengan pemakaian responden (47,7%).
kontrasepsi tubektomi pada Adapun saran dari penelitian ini
wanita PUS, dimana responden adalah:
yang tidak bekerja lebih banyak 1. Meningkatkan kerja sama dengan
memilih tubektomi sebesar 54 BkkbN agar lebih proaktif dalam
responden (62,8%), dibanding memberikan penyuluhan dan

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 8
promosi kepada masyarakat Penerbit Sagung Seto,
terutama wanita PUS agar Jakarta.
mereka lebih memahami manfaat
program KB dan mengubah Hidayat AAA. 2010. Metode
paradigma terhadap nilai Penelitian Kebidanan dan
(kepercayaan) yang ada di Teknik Analisis Data.
masyarakat. Penerbit Salemba Medika,
2. Meningkatkan kualitas dan Jakarta.
kuantitas pelayanan kontrasepsi
yang dapat dijangkau oleh Lusiana E. 2012. Langit Biru. http:
seluruh lapisan masyarakatuntuk //ernalusiana.blogspot.com/
mengoptimalkan dan 2012/01/ kata-kata
mengembangkan potensi yang
mutiara_29. html . Diakses
telah ada di masyarakat untuk
memberikan fasilitas dan 28 Oktober 2012.
dukungan pelaksanaan program
Manuaba I.B.G. 2006. Ilmu
KB sehingga diharapkan potensi
Kebidanan, Penyakit
masyarakat menjadi berkembang
Kandungan, dan
dan mandiri.
Keluarga Berencana
3. Perlu adanya penelitian lebih
untuk Pendidikan Bidan.
lanjut dan mendalam untuk
Penerbit EGC, Jakarta.
mengetahui faktor-faktor lain
yang memengaruhi wanita PUS
Meilani N, dkk. 2010. Pelayanan
menjadi akseptor KB.
Keluarga Berencana.
Penerbit Fitramaya,
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2008.
Muhammad M. 2011. 10 Negara
Akseptor Baru Menurut
dengan Jumlah Penduduk
Alat Kontrasepsi yang
http://dasawarta.blog.spot.c
Dipakai Tahun 2008
om/2011/05/.html. Diakses
Sumatera Utara.
14 september 2012.
http://sumut.bkkbn.go.id/ol
d/ download/data. Diakses
Sarwono P. 2005. Ilmu Kandungan.
16 Februari 2012.
Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono
Badan Pusat Statistik. 2010. 12 &
Prawirohardjo, Jakarta.
wilayah = Sumatera
Utara.http://Sp2010.bps.go
Suyono H. 2011. BkkbN dan
.id/index.php/site? id=.
Masalah Kependudukan.
Diakses 3 September 2012.
http://www.bkkbn.go.id/pro
f. Diakses 2 September
Ghazali MV, dkk. 1995. Studi Cross
2012.
Sectional. dalam Dasar-
Wahyudi A. 2013. Jumlah
Dasar Metodologi
Penduduk Indonesia
Penelitian Klinis, Editor
2013. http://www.
Sastroasmoro & Ismael S.
ariwahyudi.web.id/2013/03/
jumlah- penduduk

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 9
indonesia-2013/. Diakses
13 September 2012.

Wahyuni W. 2002. PeranSuami


Pada Istri dalam
Pemilihan Alat
Kontrasepsidi Desa
Kepatihantulangan
Sidoarjo.http://www.digili
b.itb.ac.id/gdl.php?mod=br
owse&op=read&id=jiptum
m-gdl-S1-2002-winarti-
441-2002. Diakses 13
september 2012.

Wirosuhardjo K. 2004. Dasar-Dasar


Demografi. Penerbit
Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia,
Jakarta.

Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi | Volume 2 | Nomor 3 | Juni 2013 | 10

You might also like