You are on page 1of 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

TINGKAT STRES KLIEN PASCA STROKE


DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
IDAYATI DWI AGUSTINI
080201121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2010
THE RELATION BETWEEN THE FAMILY SUPPORT AND THE STRESS
LEVEL OF PASCA-STROKE CLIENT AT PKU MUHAMMADIYAH
HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Idayati Dwi Agustini, Sugiyanto

ABSTRACT

Background of Study: Any acute attack of stroke might cause death


within a short time. Of all disease, stroke appears to be the biggest cause
for any physical defect. In addition, pasca-stroke clients, especially those
who suffer from permanent defect as the remaining symptoms of any
stroke attack, will experience different level of stress. The provision of
the family support becomes one of the causes for level differentiation of
stress. Research Findings: The research found value was 0.640 with
the significant level (p) 0.000. It was assumed that there was a strong
relation between the family support and the stress level of pasca-stroke
client at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta. Advice: The
family is expected to give all pasca-stroke clients the maximum support
and adequate information about the disease in order to decrease the stress
level of the client.

Key words: family support, stress level

Meningkatnya usia harapan hidup otak. Gangguan ini dapat disebabkan


manusia pola penyakit didalam oleh iskhemia yaitu berkurang /
masyarakat pun berubah. Penyakit terhentinya aliran darah pada sebagian
yang dahulu jarang dijumpai, kini otak, dan perdarahan karena pecahnya
justru menjadi sering terjadi, seperti pembuluh darah otak. Hal ini dapat
misalnya stroke, dimensia, parkinson menimbulkan penurunan fungsi bahasa,
dan lain-lain. Padahal dengan semakin komunikasi, penginderaan, persepsi,
meningkatnya harapan hidup, mestinya gerakan, seksual, gangguan perilaku
tidak hanya umur panjang, tetapi juga dan memori (Luckmann & Sorensen,
kualitas hidup semakin baik. Sehingga 1993 dalam Hariyati, 2004). Serangan
di usianya yang lanjut para lansia stroke yang akut dapat
masih tetap bisa mandiri, sehat menyebabkan kematian dalam waktu
mentalnya dan mampu singkat. Selain itu stroke merupakan
mempertahankan harga diri, tidak penyebab cacat badan terbesar dari
mengalami banyak hambatan fisik dan seluruh penyakit. Masalah yang paling
mampu mengatasinya serta puas sering dialami penderita pasca serangan
dengan hidup, berikut keadaannya. stroke adalah kelumpuhan pada
Untuk itu perlu diupayakan agar sebagian tubuh, terjadi kekakuan dan
penyakit jangan sampai merusak atau mengalami gangguan komunikasi
harapan itu (Laksmiasanti, 1999 dalam yang dapat mengganggu kegiatan
Hasan, 2009). sehari-hari klien. Hal ini menimbulkan
Stroke merupakan gangguan banyak problem psikiatrik dengan
peredaran darah otak yang akibat penurunan produktivitas kerja
mengakibatkan terganggunya fungsi atau sumberdaya manusia yang pada
akhirnya dapat mennjadi bebann sosial pada 1033 klien passca stroke lamanya
baik baagi keluaarganya maupun m stres hinggga depresii pada dua per tiga
masyarakaat dan negarra pada umuumnya. klien adaalah sekurrang-kurang gnya 7-8
Klien penderrita pasca stroke, bulan billa tidak diobbati, dan seelama 6-
khususnyaa yang mengalami
m cacat 24 bulaan didapatkkan menin ngkatnya
permanen sebagai akibat
a gejaala sisa serangan ulang sertaa beratnya stress dan
akan menngalami tinngkat stress yang depresi dibanding
d kuurun waktu lainnya.
berbeda. Diantara
D peenyebab perrbedaan Keadaan stres dann depresi ini i akan
tingkat stres
s adalaah ada tiidaknya mempenggaruhi kualiitas hidup.
dukungan dari pihak keeluarga, Peenelitian inni bertujuan untuk
bagaimanaa merekaa tidak hanya diketahuiinya huubungan antara
menerimaa keadaannnya, tetapi juga dukungann keluarga ddengan ting gkat stres
membantuu memenuhii kebutuhannnya. pada klieen pasca sstroke di RS R PKU
Maasalah p
psikologis yang Muhamm madiyah Yoggyakarta.
muncul paada klien paasca stroke disertai Peenelitian ini meerupakan
dengan caacat permannen salah satunya penelitiann jenis non ekssperimen
adalah sttres yang berhubungaan erat menggunnakan m
metode deskriptif
d
dengan kuualitas hidupp klien. Strees yang korelasi dengan peendekatan waktu
tidak tertaangani dann dikelola dengan cross seectional. R Responden dalam
baik jelass akan menurunkan kualitas k penelitiann ini adalahh pasien yaang telah
hidup dann memperbuuruk kondisi serta terdiagnoosis stroke selama sattu bulan
dapat menngarah padaa keinginann untuk yang di RS PKU U Muhamm madiyah
bunuh dirii. Yogyakarta berjumlaah 37 orang g.
Gaangguan em mosional, teerutama D
Data dikuumpulkan dengan
cemas, sttres dan depresi
d merrupakan menggunnakan innstrumen berupa
masalah yang
y umum m dijumpaai pada kuesionerr. Metode Pengumpullan data
klien paasca strokee. Tidak jarang yang akaan dilakukaan dalam peenelitian
dijumpai masalah laain, yaitu: pikiran ini adalahh dengan seecara langsu ung/ data
yang kaku, t
tidak fleeksibel, primer. Metode Pengolahaan Data
ketergantuungan padaa orang lainn, tidak Penelitiann meliputi Editing, Coding,
sabar, muudah tersinnggung, im mpulsif, dan T
Tabulating. Analisaa data
kurang memahami
m masalah, tidak menggunnakan Kendaal Tau ()
sensitif terhadap perasaan atau
pendapat orang lainn, persepsii sosial Karakterristik Respponden Pen
nelitian
yang buruuk, sesekalii dijumpai pikiran Karakteriistik Respoonden Berd
dasarkan
bunuh diri
d dan waham paranoid Jenis Kellamin
(Lumbantoobing, 20033).
Strres dan depresi sering L
dijumpai, baik pada masa
m akut maupun
m 16 P
pada masaa kronik. Melihat
M munndurnya (43,2%)
21
mobilitas, kekuatann fisik, keesulitan
%)
(56,8%
kerja, kemampuan
k kognitif akan
mencetuskkan muncuulnya stres atau
bahkan deepresi. Bannyak klien menilai
harga dirrinya darri sudut pandang
p
kemampuaan aktiviitasnya. Ditaksir D
sekitar 26%-60% klien stroke
menunjukkkan gejala klinis stres hingga Gambarr 4.1. Karaktteristik Responden
depresi. Robinson
R d
dkk, 1993 dalam Berdasarkan JJenis Kelam min
Lumbantoobing ( 20003) mendaapatkan
Karakterisstik Responnden Berdaasarkan nelitian
Hasil Pen
Umur Dukungaan Keluargga
5 <50 12 2 b
(13,5%) tahun (32,4% (5,4%) c
13 )
(35,1%)
( 23
199 (62,2%
(51,4
4%) )

Gambbar 4.4. Dukkungan Keluuarga


Gambar 4.2.
4 Karakteeristik Respponden Terhhadap Klienn Pasca Stro
oke
Berdasarkaan Umur
Tingkat Stres
Karakterisstik Responnden Berdaasarkan 1 ring
Pekerjaan (2,7%) an
4 IR
RT
(10,8%) 23
10 PENSIUN (62,2%
12 (27%) A
AN )
(32,4%) 13
5 (35,1%
(13,5%) )
6
(16,2%%) Gambar 4.5 Tingkaat Stres Klieen Pasca
Gambar 4.3.
4 Karakteeristik Respponden Strooke
B
Berdasarkan Pekerjaan

Hubungan Dukungaan Keluargga Dengan Tingkat Sttres Pada K Klien Pasca a Stroke
Di RS PKKU Muham mmadiyah Yogyakarta
Y a
Tabel 4.1.
Tabulasii Silang Huubungan Duukungan Keeluarga Denngan Tingkaat Stres Pad
da Klien
Pasca Strroke Di RS PKU Muhaammadiyah h Yogyakartta

No. Tingkat strres Ringan


n Sedang Berat Total
Dukungaan
f % f % f % f %
Keluargaa
1. Buruk 1 2,77 0 0 1 2,77 2 5,4
4
2. Cukup 0 0 21 56,8 2 5,44 23 62,,2
3. Baik 0 0 2 5,4 10 27 12 32,,4
Jumlah 1 2,77 23 62,22 13 35,,1 37 1000
Sumber : data
d primer 2010
Tabel 4.1. memperlihatkan siap memberikan pertolongan dan
bahwa sebagian besar responden bantuan jika diperlukan. Klien dengan
mendapatkan dukungan keluarga cukup dukungan yang baik akan memberikan
dan mengalami stres sedang yaitu 21 koping yang positif.
orang (56,8%) sedangkan responden
yang paling sedikit mendapatkan Responden/ klien yang sebagian
dukungan keluarga buruk dan besar mendapat dukungan cukup dari
mengalami stres ringan dan berat yaitu keluarganya selama menjalani
masing-masing satu orang (2,7%). perawatan, tidak akan terbebani dengan
penyakit yang dideritanya. Hal ini
Hasil uji statistik Kendall Tau disebabkan karena adanya perhatian
memperlihatkan nilai sebesar 0,640 dari keluarganya, sehingga responden
dengan taraf signifikansi (p) sebesar tidak merasa sendirian. Dukungan yang
0,000 dapat disimpulkan tidak ada diberikan keluarga responden dapat
hubungan antara kedua variabel dan berupa dukungan moril maupun
jika p lebih kecil atau sama dengan material sehingga responden merasa
0,05 maka dapat disimpulkan ada terkurangi bebannya dalam menjalani
hubungan antara kedua variabel. Hasil perawatan. Tetapi sisi lain, sebenarnya
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai responden yang mendapat dukungan
p lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) cukup dari keluarga menunjukkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada bahwa keluarga kurang maksimal
hubungan antara kedua variabel. dalam memberikan dukungan sosial
yaitu sebagian keluarga hanya
memberikan aksi sugesti yang umum
Pembahasan pada responden tanpa memberikan
Dukungan keluarga umpan balik responsif, guna
Gambar 4.4. memperlihatkan penyelesaian permasalahan yang
bahwa sebagian besar responden dihadapi responden
mendapatkan dukungan cukup dari (Setyaningrum,2009). Hal ini sesuai
keluarganya yaitu 23 orang (62,2%) dengan teori menurut Cohen dan Syme,
sedangkan respoden yang paling sedikit 1985 dalam Nurkhayati (2005), baik,
mendapatkan dukungan keluarga cukup dan buruknya dukungan sosial
buruk yaitu sebanyak dua orang yang diberikan keluarga kepada pasien
(5,4%). Sisanya adalah sebanyak 12 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
orang (32,4 %) responden mendapat antara lain pemberi dukungan sosial,
dukungan baik. jenis dukungan, penerima dukungan,
permasalahan yang dihadapi, waktu
Responden/klien yang
pemberian dukungan, serta lama
mendapat dukungan baik
pemberian dukungan dan kapasitasnya.
menunjukkan keluarga menyadari
bahwa klien sangat membutuhkan Adanya dukungan sosial
kehadiran keluarga. Keluarga sebagai keluarga yang cukup dapat dipengaruhi
orang terdekat bagi klien yang selalu karena pemberi dukungan berasal dari
siap memberikan dukungan berupa sumber yang berbeda, jenis dukungan
informasi, perhatian, bantuan nyata dan kurang sesuai dengan situasi yang ada,
pujian bagi klien. Friedman, 1998 kurangnya kemampuan penerima
dalam Handayani (2008) mengatakan dukungan untuk mencari dan
keluarga berfungsi sebagai system yang mempertahankan dukungan sosial,
mendukung bagi anggotanya dan waktu pemberian dukungan dan
anggota keluarga memandang bahwa kapasitasnya. Menurut Johnson dan
orang yang bersifat mendukung, selalu Johnson, 2002 dalam Kuntjoro, (2002),
dukungan keluarga dapat bermanfaat Responden/ klien yang
untuk meningkatkan kesejahteraan mengalami stres berat ini terjadi karena
psikologis dan penyesuaian diri dengan klien menerima dukungan yang buruk
memberikan rasa memiliki, dari keluarganya. Menurut Smet (1994)
memperjelas identitas, menambah dalam Handayani (2008), dukungan
harga diri serta dapat mengurangi sosial dapat mempengaruhi kesehatan
stress. individu dan individu itu sendiri
terhadap efek negatif dari stress yang
Dalam penelitian ini didapatkan berat. Dukungan sosial berfungsi lebih
dua orang (5,4%) responden yang efektif melindungi klien apabila
mendapatkan dukungan buruk dari mengalami stress yang berat. Selain
keluarganya, walaupun yang satu orang itu responden/ klien yang mengalami
mengalami stres ringan. Responden/ stress berat mengalami kecacatan fisik
klien yang mendapatkan dukungan lebih kompleks dari pada yang lain
buruk dari keluarganya lebih yaitu mengalami gangguan bicara dan
merasakan beban berat dalam kelumpuhan anggota gerak. Sehingga
menjalani perawatan. Responden akan sangat mengganggu dalam
merasa hidup sendiri, mengurus berkomunikasi dan pemenuhan
semuanya sendirian, tanpa ada keluarga kebutuhannya karena sangat tergantung
yang mau membantunya. Menurut orang lain/ keluarganya. Secara fisik
Johnson dan Johnson, 2002 dalam stres dapat mengancam homeostasis
Kuntjoro (2002), dukungan keluarga seseorang dan secara emosional dapat
dapat bermanfaat untuk meningkatkan menimbulkan perasaan negatif atau
kesejahteraan psikologis dan dapat perasaan non konstruktif tentang
mengurangi stress. Tidak adanya seseorang (Kozier, 1995 dalam
dukungan keluarga membuat Handayani, 2008) Selain itu juga
responden lebih cepat mengalami stres pekerjaan responden/ klien
dan frustasi yang dapat berakibat pada kebanyakan adalah swasta (32,4%).
kematian. Dan hal ini sesuai dengan Dengan adanya kelemahan pada
hasil penelitian Lubis, 2006 dalam dirinya oleh karena kecacatan yang
Setyaningrum (2009) bahwa dialami, ditakutan klien sudah tidak
ketidaksesuaian pemberian dukungan mampu lagi bekerja sehingga tidak lagi
sosial dapat mengakibatkan klien dapat memenuhi kebutuhan
mengalami stress tambahan yang keluarganya. Hal ini juga sesuai dengan
terakumulasi ke dalam stress yang telah penelitian yang dilakukan oleh
dialaminya. Maka dari itu klien Nugraeni, (2002) bahwa penderita
membutuhkan dukungan yang sesuai pasca stroke pada usia produktif
dengan situasi yang ada dari keluarga mengalami depresi lebih banyak (67%)
sebagai sumber dukungan utama. daripada usia non produktif (0%).
Tingkat stres Responden/klien mengalami
Hasil penelitian ini stres sedang (stres tingkat III-stres
menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat IV) dapat terlihat dari gejala-
responden mengalami stres sedang gejala yang timbul antara lain keletihan
yaitu 23 orang (62,2%) sedangkan semakin nampak disertai dengan
responden yang paling sedikit gejala-gejala: gangguan usus lebih
mengalami stres ringan dan stress berat terasa (sakit perut, mules, sering ingin
yaitu masing masing satu orang (2,7%) kebelakang), otot-otot merasa lebih
sebagaimana diperlihatkan gambar 4.5. tegang, perasaan tegang lebih
meningkat, gangguan tidur (sukar tidur,
sering terbangun, susah untuk tidur
kembali, bangun terlalu pagi), badan selalu memenuhi kebutuhan hidupnya.
terasa mau pingsan. Tahap selanjutnya Klien sendiri mempunyai pekerjaan
gejalanya sudah menunjukan keadaan tetap yang cukup jika hanya untuk
yang lebih buruk, biasanya untuk dapat mencukupi kebutuhannya sendiri.
bertahan sepanjang hari terasa sangat Karena selama ini klien sudah terbiasa
sulit serta kegiatan yang semula hidup sendiri, hanya ditemani oleh
menyenangkan kini terasa sangat sulit. seorang pembantu. Menurut Soewardi
Kehilangan kemampuan untuk (2003) salah satu faktor yang
menanggapi pergaulan sosial dan mempengaruhi tingkat stres seseorang
kegiatan rutin lain terasa berat. adalah finansial. Semakin tinggi tingkat
Memulai tidur yang semakin sulit, finansial yang dimiliki maka semakin
sering mimpi yang tidak ringan stres yang dialami. Kebetulan
menyenangkan dan seringkali cacat fisik yang dialaminya pun tidak
terbangun dini hari. Klien juga terlalu berat. Sehingga klien masih
mengalami kemampuan konsentrasi mampu memenuhi kebutuhan sehari-
menurun tajam, perasaan takut yang harinya. Bisa juga karena klien
tidak dapat dijelaskan, sesuai mempunyai sikap menerima apa
pernyataan Hawari, 2004. adanya, pikiran yang semeleh, sesuai
tradisi orang Jawa pada umumnya atau
Responden/klien yang sebagian klien menyadari bahwa keadaan ini
besar mengalami stres sedang dalam diterima sebagai cobaan dari Tuhan
menghadapi perawatan dapat Yang Maha Kuasa.
disebabkan karena usia responden yang
belum terlalu tua. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur antara 51-60 tahun Hubungan Dukungan Keluarga
yaitu 19 orang (51,4%) sebagaimana Dengan Tingkat Stres Pada Klien
diperlihatkan gambar 4.2. Usia 51-60 Pasca Stroke Di RS PKU
tahun, bagi laki-laki merupakan usia Muhammadiyah Yogyakarta
yang masih bisa produktif untuk Sebagian besar responden
mencukupi kebutuhan keluarga. mendapatkan dukungan keluarga
Dengan adanya penyakit stroke yang cukup dan mengalami stres sedang
dideritanya menyebabkan responden yaitu 21 orang (56,8%) sedangkan
tidak dapat memenuhi kewajibannya responden yang paling sedikit
untuk mencukupi kebutuhan mendapatkan dukungan keluarga buruk
keluarganya secara maksimal. Menurut dan mengalami stres ringan dan berat
Soewardi (2003) klien yang berusia yaitu masing-masing satu orang (2,7%)
muda mempunyai tingkat stres yang seperti yang diperlihatkan dalam Tabel
lebih berat dibanding klien yang 4.1.
berusia lanjut. Hal ini juga sesuai
Responden/klien yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh
mendapatkan dukungan cukup dari
Nugraeni, (2002) bahwa penderita
keluarganya dan mengalami stres
pasca stroke pada usia produktif
sedang dapat disebabkan karena
mengalami depresi lebih banyak (67%)
pengaruh finansial. Menurut Soewardi
daripada usia non produktif (0%).
(2003) seseorang dengan penghasilan
Dalam penelitian ini, respoden/ rendah mengalami stres lebih tinggi
klien yang mengalami stres ringan ada daripada klien yang mempunyai
satu orang, secara finansial sudah penghasilan lebih tinggi. Hasil
terpenuhi kebutuhannya walaupun penelitian ini menunjukkan bahwa
keluarga tidak ada disampingnya tetapi sebagian besar responden bekerja
sebagai karyawan swasta yaitu 12 memberikan penguatan satu sama lain
orang (32,4%) sebagaimana dengan kemampuan menciptakan
diperlihatkan gambar 4.3. Sebagai suasana saling memiliki dengan sikap,
karyawan swasta, kehidupan responden tindakan dan penerimaan keluarga
secara finansial sangat tergantung pada terhadap penderita yang sakit. Hal ini
kemampuannya dalam bekerja di bertentangan dengan pendapat yang di
perusahaan tempatnya bekerja. Jika kemukakan Friedman bahwa salah satu
dirinya dinilai tidak lagi produktif, fungsi keluarga adalah memberikan
sewaktu-waktu dapat dikeluarkan dari keperawatan anggotanya yang sakit
pekerjaannya. Hal tersebut atau yang tidak dapat membantu
mempengaruhi responden ketika dirinya sendiri karena cacat atau
mengalami stroke yang mengakibatkan usianya yang terlalu muda/tua. Juga
sebagian anggota tubuhnya tidak dapat menurut Setyawati dan Darmawan
berfungsi sebagimana mestinya. (2007) bahwa keluarga berfungsi
sebagai perawat/pemeliharaan
Pada Tabel 4.1. juga kesehatan yaitu adalah berfungsi untuk
diperlihatkan bahwa ada responden mempertahankan keadaan kesehatan
yang mendapatkan dukungan keluarga anggota keluarga agar tetap memiliki
yang buruk dan mengalami stres ringan produktivitas tinggi.
dan stres berat yaitu masing-masing
satu orang (2,7%). Responden yang Hasil uji statistik Kendall Tau
mendapatkan dukungan keluarga yang memperlihatkan nilai sebesar 0,640
buruk namun mengalami stres ringan dengan taraf signifikansi (p) sebesar
disebabkan karena responden tidak 0,000 sehingga dapat disimpulkan
mempunyai keluarga yang berdekatan bahwa ada hubungan yang kuat dan
tempat tinggal, sehingga responden signifikan antara dukungan keluarga
terbiasa hidup sendiri. Selain itu dengan tingkat stres pada klien pasca
responden telah bekerja sebagai PNS stroke di RS PKU Muhammadiyah
sebagaimana diperlihatkan gambar 4.3. Yogyakarta.
yang menyebutkan bahwa terdapat lima
orang (13,5%) yang bekerja sebagai Stres yang dialami responden
PNS. Pekerjaan responden sebagai dipengaruhi karena adanya dukungan
PNS, sedikit banyak meringankan keluarga. Hal ini diterjadi karena
beban responden dalam pemenuhan responden menyadari bahwa dirinya
kebutuhan finansial selama perawatan. masih mempunyai tanggung jawab
Menurut Soewardi (2003) salah satu terhadap keluarga, sementara
faktor yang mempengaruhi tingkat stres kemampuannya sangat terbatas yang
seseorang adalah finansial. Semakin disebabkan oleh penyakit stroke yang
tinggi tingkat finansial yang dimiliki dialaminya.
maka semakin ringan stres yang
Hasil penelitian ini sesuai
dialami.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Responden/klien yang Susanti (2007) tentang Dukungan
mendapatkan dukungan keluarga yang Keluarga Dan Tingkat Stres Pada Klien
buruk dan mengalami stres berat Hemodialisa Di RS PKU
disebabkan karena responden merasa Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dari
tidak dipedulikan oleh keluarganya penelitian ini adalah ada hubungan
sehingga semakin menambah beban yang bermakna antara dukungan
hidupnya. Menurut Friedman, 1998 keluarga (pasangan) dengan tingkat
dalam Susanti (2007), dukungan sosial stres klien gagal ginjal kronik.
keluarga kemampuan anggota keluarga
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan Handayani, R. (2008). Hubungan
Ada hubungan yang kuat dan Dukungan Keluarga Dengan
signifikan antara dukungan keluarga Tingkat Stres Pada Klien
dengan tingkat stres pada pada klien Hemodialisa Di RS PKU
pasca stroke di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Muhammadiyah Yogyakarta dengan p= Skripsi. PSIK. FK UMY . Tidak
0,000. dipublikasikan.

Saran Hariyati,S.T.dkk.(2004). Pengaruh


Berdasarkan hasil penelitian Manajemen Stres Terhadap
dan pembahasan dapat diberikan saran Kesiapan Pasien Stroke Dan
kepada: 1) Bagi Responden, agar dapat Keluarga Dalam
meningkatkan motivasi dan semangat Merencanakan Perilaku Adaptif
hidup yang tinggi serta meningkatkan Pasca Perawatan Di Rumah
pengetahuan tentang stroke sehingga Sakit. Jurnal keperawatan Vol 8
diharapkan dapat menurunkan tingkat No 2 September 2004. Jakarta.
stress; 2) Bagi Keluarga Responden,
agar dapat memberikan informasi dan Hasan, M.N.(2009). Lebih Berakibat
dukungan sosial yang maksimal, Fatal: Hindari Serangan Stroke
karena dapat menyumbangkan aksi Ulang (11 Januari 2009)
sugesti yang khusus pada klien; 3) Bagi Kedaulatan Rakyat Yogyakarta,
Peneliti Selanjutnya, agar dapat hal 8.
melanjutkan penelitian dengan
menggali informasi lebih dalam tentang Kuntjoro,Z.S. (2002). Dukungan Sosial
faktor-faktor yang mempengaruhi Pada Ibu Menyusui dalam
tingkat stres seperti penghasilan www. E- psikologi. diakses
keluarga; 4) Bagi Perawat, agar tanggal 12 Januari 2010.
mempertahankan bahkan lebih
meningkatkan pendidikan dan Setyaningrum, D.(2009). Hubungan
pengawasan serta motivasi untuk Dukungan sosial Keluarga
keluarga agar selalu memberikan Dengan Kepatuhan Menjalani
dukungan sosial kepada klien pasca Terapi Hemodialisa Pada
stroke sehingga diharapkan klien tidak Pasien Gagal ginjal Kronik Di
mengalami stress; 5) Bagi RS PKU Unit Hemodialisa RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, agar Muhammadiyah Yogyakarta.
diharapkan dapat meningkatkan Skripsi. PSIK STIKES
pelayanan kepada klien dan Aisyiyah. Yogyakarta. Tidak
keluarganya dengan memberikan dipublikasikan.
motivasi kepada penderita stroke
sehingga tidak mengalami stres yang Setiawati,S. Darmawan, A,C.(2008).
dapat mengganggu kehidupannya. Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga. Trans
Info Media. Jakarta.
Soewadi.(2003). Pendekatan Psikiatrik Ginjal Kronik Di Unit
Penderita Gagal Ginjal. Materi Hemodialisa RS PKU
Pendidikan Dan Pelatihan Muhammadiyah Yogyakarta.
Perawat Ginjal Intensif RS Dr. Skripsi. PSIK FK UMY.
Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta. Tidak
dipublikasikan.

Susanti, D.(2007). Dukungan


Keluarga(Pasangan) Dan
Tingkat Stres Pada Klien Gagal

You might also like