Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study was executed to analyze the water quality of Riam Kanan River, especially at
Awang Bangkal village, Karang Intan District, Banjar County. The analysis using the
purposive sampling method was done at four stations; at a station before any activities
involved in the river and surroundings, at after the presence of aquaculture activities, at after
the presence of some settlements, and at after some activities of coral sand mining and
aquaculture. The incite and laboratory analysis result for 13 parameters of the fourth stations
showed that there were 3 parameters (BOD, COD, and DO) at Station I-III and 5 parameters
(TSS, BOD, COD, DO and oil/fat) at Station IV which have exceeded the first grade water
quality standard according to PPRI No. 82 2001 and the decree of South Kalimantan
Governor No.05 2007. Based on the status of water quality standard, it can be determined
that the Riam Kanan River, especially Awang Bangkal Village, Karang Intan District, Banjar
County was included in moderate- contaminated, whereas at the station after the coral sand
mining was heavy contaminated. It can be concluded that in general, the Riam Kanan River,
especially Awang Bangkal Village, Karang Intan District, Banjar County was unfit to be used
as drinking water.
kualitas air di Sungai Riam Kanan apakah Penelitian bersifat descriptive research
telah sesuai dengan ketetapan Peraturan yang menggambarkan kondisi terkini
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 5 kualitas air dari aspek fisika dan kimia
Tahun 2007 tentang Peruntukkan Baku perairan.
Mutu Air Sungai serta Peraturan Metode penentuan stasiun pengambilan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang sampel dilakukan dengan cara purposive
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian sampling yaitu penentuan stasiun dilakukan
Pencemaran Air. dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah
Metode Penelitian penelitian. Kondisi yang dominan pada
lokasi penelitian adalah yang diduga dapat
Penelitian ini di fokuskan pada perairan memberikan kontribusi terhadap kualitas air
sungai sekitar Desa Awang Bangkal sungai.
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Pengukuran dan pengambilan sampel
Provinsi Kalimantan Selatan. Waktu yang air yang dilakukan dengan pengamatan dan
dilakukan untuk penelitian ini sekitar lima pengukuran langsung di lapangan (in situ)
bulan yang meliputi masa persiapan, dan di laboratorium (ex situ). Pengukuran
pelaksanan penelitian, pengolahan data dan dan pengambilan sampel air dilakukan
laporan. dengan frekuensi atau interval waktu setiap
Pengumpulan data dilakukan dengan dua minggu sekali dalam periode tiga kali
menggunakan metode survai. Metode ini ulangan.
dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta Parameter pengukuran secara in situ
dari gejala-gejala yang ada dan mencari dan laboratorium ditentukan sesuai pada
keterangan-keterangan secara faktual. Tabel 1.
Pengambilan sampel air berdasarkan 1) Pada sungai dengan debit kurang dari 5
metode pengambilan analisa contoh air m3/det, sampel air diambil pada satu
sesuai dengan SNI 06 2421 1991 titik ditengah sungai pada 0,5 x
(Standar Nasional Indonesia, 1991) dengan kedalaman sungai.
ketentuan sebagai berikut : 2) Pada sungai dengan debit kurang dari 5
- 150 m3/det, sampel air diambil pada
Lestari FW, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 88-92 90
dua titik, masing-masing pada jarak 1/3 Tabel 2. Penentuan sistem nilai untuk
dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x menentukan Status Mutu Air
kedalaman sungai. Jumlah Parameter
Nilai
3) Pada sungai dengan debit lebih dari 150 contoh Fisika Kimia Biologi
m3/det, sampel air diambil minimum < 10 Maksimum -1 -2 -3
pada enam titik, masing-masing pada Minimum -1 -2 -3
jarak , , dan 3/4 lebar /sungai pada Rata-rata -3 -6 -9
0,2 x kedalaman sungai dan 0,8 x > 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
kedalaman sungai.
Rata-rata -6 -12 -18
Hasil uji kualitas air sungai secara in
situ maupun uji di laboratorium yang
Semua skor dari seluruh parameter yang
pemanfaatannya lebih banyak digunakan
dianalisis dijumlahkan. Berdasarkan
oleh penduduk untuk keperluan domestik
jumlah tersebut maka US-EPA (United
(rumah tangga) seperti mandi, cuci dan
States-Environmental Protection Agency)
kakus. Berdasrkan pemanfaatan tersebut
mengklasifikan mutu air dalam 4 kelas atau
maka tingkat kelayakan kualitas perairan
kriteria tentang mutu/tingkat pencemaran
tersebut sesuai dengan Baku Mutu Air
air dengan ketetapan seperti tercantum pada
Kelas I (air yang peruntukkannya
Tabel 3.
digunakan sebagai air baku air minum)
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Tabel 3. Klasifikasi Mutu / Tingkat
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pencemaran Air
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Tingkat
Pencemaran Air serta Peraturan Gubernur Skor Klas/Mutu air
Pencemaran
Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2007 0 Kelas A : Baik Tidak tercemar/
tentang Peruntukkan Baku Mutu Air Sekali memenuhi Baku
Sungai. Ketetapan ini semua mengacu pada Mutu
kadar maksimum kualitas air yang -1 s/d -10 Kelas B : Baik Tercemar Ringan
diperbolehkan. -11 s/d - Kelas C : Sedang Tercemar Sedang
Sedangkan status mutu perairan 31
ditetapkan dengan Metode Storet > -31 Kelas D : Buruk Tercemar Berat
berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Hasil dan Pembahasan
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
Air. Metode ini adalah membandingkan Hasil analisis kualitas air Sungai Riam
antara data kualitas air dengan baku mutu Kanan khususnya Desa awing Bangkal
air yang disesuaikan dengan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
peruntukkannya. Status mutu airnya adalah sebagaimana tercantum pada Tabel
ditentukan dari jumlah skor dari setiap 4.
parameter yang diamati. Untuk parameter
yang tidak melebihi bakumutu diberi skor
0. Penentuan system nilai untuk parameter
yang melebihi bakumutu dengan metode ini
tersaji pada Tabel 2.
91 Lestari FW, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 88-92
Data pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan tercemar ringan, sedangkan pada stasiun II,
bahwa parameter yang melampaui baku III dan IV tercemar sedang. Kadar COD
mutu air yaitu parameter fisika adalah TSS, rata-rata pada keempat stasiun sudah
kadar TSS rata-rata pada Stasiun IV telah melampaui baku mutu air dan dapat
melampaui baku mutu air dan dapat dikatakan perairan tersebut sudah tercemar
dikatakan bahwa perairan tersebut telah hal ini didukung dengan pernyataan Effendi
tercemar. Menurut Fardiaz (1992) semakin (2003) bahwa nilai COD pada perairan
tinggi nilai TSS maka semakin tinggi pula yang tidak tercemar biasanva kurang dari
tingkat pencemaran suatu perairan. 20 mg/L, sedangkan pada perairan yang
Sedangkan parameter kimia air yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/L.
melampaui baku mutu air yaitu kadar BOD Kadar DO pada keempat stasiun lebih
rata-rata pada stasiun I tergolong dalam kecil dari kriteria baku mutu yang
Lestari FW, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 88-92 92