You are on page 1of 62

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN

NATHANAEL DWI PUTRANTO

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan laporan tugas akhir Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Multimas Nabati Asahan adalah karya saya
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan ini.

Bogor, Juni 2016


Nathanael Dwi Putranto
NIM J3M113062
ABSTRACT
NATHANAEL DWI PUTRANTO. Management of Hazardous and Toxic Waste at
PT Multimas Nabati Asahan. Supervised by Emil Wahdi S.Si
At this time, a rapidly growing industry in terms of variety and quantity both
in Indonesia and overseas. Every Industries have a chance to generate waste which
produced by production process or maintenance equipment. Waste is residue which
resulting form an activity, forms of waste in the form of solid, liquid and gas. Among
this waste types, there are hazardous and toxic known as hazardous and toxic
waste. PT Multimas Nabati Asahan is a company engaged in the field of processing
CPO and CPKO into cooking oil and palm kernel oil. In production process and
maintenance use hazardous and toxic material, so it potentially to produce
hazardous and toxic waste which is contaminants to the environment if not
managed properly. Hazardous and toxic waste of PT Multimas Nabati Asahan are
used lubricating oil, the package of hazardous and toxic material, used light bulb,
used batteries, used filter, nickel catalysts, catridge, electronic waste, contaminates
gloves, rag, and spent bleaching earth. PT Multimas Nabati Asahan have done well
management of hazardous and toxic waste, so it doesnt contaminate the
environment.

Keyword : Hazardous waste, Toxic Waste, Management


RINGKASAN

NATHANAEL DWI PUTRANTO. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun di PT Multimas Nabati Asahan. Dibimbing oleh Emil Wahdi S,Si
Perkembangan jaman dan arus globalisasi telah mendorong industri
berkembang pesat dalam berbagai hal maupun jumlahnya secara khusus di
Indonesia maupun di luar negeri. Setiap industri mempunyai potensi untuk
menghasilkan limbah yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun
pemeliharaan. Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa padat, cair dan gas. Diantara
berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal
sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
PT Multimas Nabati Asahan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan minyak kelapa sawit. Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Multimas
Nabati Asahan dihasilkan baik dari proses produksi maupun diluar proses produksi,
sebagai penghasil Limbah B3, PT Multimas Nabati Asahan berperan sebagai
pengumpul Limbah B3 yang dihasilkannya dengan menyimpan ke dalam TPS LB3.
Limbah yang dihasilkan dari PT Multimas Nabati Asahan yaitu oli bekas, baterai
bekas, kain majun terkontaminasi LB3, bola lampu, filter oil dan oli filter, spent
katalis nickel, kemasan bahan kimia, catridge/toner tinta. Metode penyimpanan
dalam TPS Limbah B3 dilakukan dengan pengelompokkan atau segresi limbah B3
berdasarkan sifat dan karakteristiknya. Setelah 3 bulan atau 90 hari disimpan dalam
TPS LB3 selanjutnya akan diserahkan kepada pihak pengangkut dan selanjutnya
akan diberikan kepada pihak pengolah atau pemanfaat. Sedangkan bentuk
penyimpanan limbah B3 lainnya adalah dengan tumpukan limbah B3 di sebuah
lahan kosong, jenis limbah yang disimpan disini adalah spent bleaching earth,
sludge IPAL, fly ash dan bottom ash.

Kata kunci : Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pabrik kelapa sawit, Penghasil
LB3, Penyimpan LB3, TPS Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN DI PT MULTIMAS NABATI ASAHAN

NATHANAEL DWI PUTRANTO

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya
Pada
Program Diploma Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Tugas Akhir : Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT
Multimas Nabati Asahan
Nama : Nathanael Dwi Putranto
NIM : J3M113062

Disetujui oleh

Emil Wahdi S,Si


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr Dr Ir Sulistijorini MSi


Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
selama 2 bulan (9 Februari-9 April) di PT Multimas Nabati Asahan sekaligus juga
telah menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan menyajikannya
dalam bentuk tugas akhir yang berjudul Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun di PT Multimas Nabati Asahan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
berharga baik moril maupun materil dalam penulisan dan penyelesaian tugas akhir
ini, antara lain:
1. Bapak Emil Wahdi S,Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, bimbingan, krtik dan saran kepada penulis
2. Ibunda dan kakak tercinta, terima kasih untuk seluruh doa yang diberikan,
perhatian dan pengorbanan yang selalu diberikan serta cinta kasih saying
dan nasehat yang tulus
3. Bapak M. Daud Dasopang selaku pembimbing lapangan yang telah banyak
membantu penulis selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
4. Teman-teman Teknik dan Manajemen Lingkungan (TML) angkatan 50
yang telah membantu memberikan kritik serta saran.
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKL dan
membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 4
1.3 Ruang Lingkup 4
1.4 Manfaat 4
1.4.1 Bagi PT Multimas Nabati Asahan 4
1.4.2 Bagi Program Diploma Institut Pertanian Bogor 5
2 METODE KAJIAN 5
2.1 Lokasi dan Waktu PKL 5
2.2 Teknik Pengumpulan Data 5
2.2.1 Data Primer 5
2.2.2 Data Sekunder 6
3 KEADAAN UMUM PT MULTIMAS NABATI ASAHAN 6
3.1 Lokasi Perusahaan 6
3.2 Sejarah dan Perkembangan PT Multimas Nabati Asahan 6
3.3 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Inti PT Multimas Nabati Asahan 7
3.3.1 Visi 7
3.3.2 Misi 7
3.3.3 Nilai-Nilai Inti 7
3.4 Sarana dan Fasilitas Pabrik 7
3.5 Struktur Organisasi 8
3.6 Tenaga Kerja 9
3.7 Penggunaan Listrik, Air, dan Bahan Bakar 9
3.7.1 Penggunaan Energi Listrik 9
3.7.2 Penggunaan Air 10
3.7.3 Penggunaan Bahan bakar dan Oli 10
3.8 Dokumen dan Kebijakan Lingkungan 11
3.9 Penghargaan yang Diperoleh PT Multimas Nabati Asahan 13
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Identifikasi Limbah di PT Multimas Nabati Asahan 14
4.1.1 Jenis Limbah B3 di PT Multimas Nabati Asahan 16
4.1.2 Sumber Kegiatan Penghasil Limbah B3 dan Media Penyimpanannya 25
4.2 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Multimas Nabati
Asahan28
4.2.1 Penyimpanan Limbah B3 di TPS Limbah B3 31
4.2.2 Penyimpanan Limbah B3 dalam Waste Pile 33
4.2.3 Pengangkutan, Pemanfaat dan Pengolah Limbah B3 34
5 SIMPULAN DAN SARAN 36
5.1 Simpulan 36
5.2 Saran 36
6 DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 53

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data jumlah tenaga kerja PT Multimas Nabati Asahan ............................. 9


Tabel 2 Penggunaan Energi Listrik ....................................................................... 10
Tabel 3 Penggunaan Air ........................................................................................ 10
Tabel 4 Penggunaan Bahan Bakar dan Oli ............................................................ 11
Tabel 5 Data LB3 masuk di TPS LB3 tahun 2015 ................................................ 17
Tabel 6 Estimasi Timbulan Limbah B3 ................................................................. 28
Tabel 7 Data Limbah B3 keluar tahun 2015.......................................................... 34
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi PT MNA ................................................................ 8


Gambar 2 Spent Nikel katalis dan Gambar 3 Segresi LB3 .................................... 22
Gambar 4 Limbah B3 Bekas Bahan Kimia dan Gambar 5 Limbah B3 Aki dan
Lampu TL ........................................................ 22
Gambar 6 Limbah B3 Oli dan Gambar 7 Drum Penyimpan LB3 ......................... 23
Gambar 8 Tempat Sampah dan Kotak P3K dan Gambar 9 Limbah B3 Sarung
Tangan Terkontaminasi ....................................................... 23
Gambar 10 Selokan Peampung LB3 Tumpah dan Gambar 11 Ventilasi TPS LB3 ..
................................................... 24
Gambar 12 Pintu TPS LB3 dan Gambar 13 Timbangan TPS LB3 ....................... 24
Gambar 14 Lokasi TPS LB3 ................................................................................. 25
Gambar 15 Kondisi Bangunan TPS LB3 ............................................................. 33
Gambar 16 Waste Pile ........................................................................................... 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identitas Perusahaan ........................................................................... 39


Lampiran 2 Peta Lokasi dan Plant Layout PT Multimas Nabati Asahan .............. 40
Lampiran 3 Penggunaan Lahan PT Multimas Nabati Asahan .............................. 41
Lampiran 4 Kapasitas Plant/ Section..................................................................... 42
Lampiran 5 Design dan Lokasi TPS LB3 .............................................................. 43
Lampiran 6 Tempat penampungan Spent bleaching earth, sludge IPAL, fly ash
dan bottom ash ....................................................................................................... 44
Lampiran 7 Pemenuhan Kriteria TPS Limbah B3................................................. 45
Lampiran 8 Rencana tindak lanjut TPS Limbah B3 .............................................. 46
Lampiran 9 Jenis Peralatan Produksi PKS ............................................................ 48
Lampiran 10 Bahan baku dan bahan penolong ..................................................... 50
Lampiran 11 Izin TPS Limbah B3 ........................................................................ 51
Lampiran 12 Izin TPS Limbah B3 ........................................................................ 52
3

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan di bidang industri yang pesat ditandai dengan meningkatnya


jumlah tenaga kerja yang diikuti dengan meningkatnya permintaan berbagai produk
oleh konsumen. Disamping itu meningkatnya berbagai jenis industri akan
memberikan dampak negatif bagi lingkungan baik secara langsung maupun tak
langsung. Salah satu dampak yang muncul dari industri yang dapat bersifat merusak
bagi lingkungan yaitu limbah, limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi dapat berwujud gas, cair dan padat. Diantara
jenis limbah tersebut juga terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) dan
Limbah non B3.
Limbah non B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang tidak
mengandung bahan berbahaya dan beracun. Limbah B3 adalah Sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya (PP 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun). Limbah B3 juga dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki Limbah B3 tersebut yaitu korosif, flamable, infectious,
corosive, reactive, explosive, toxic, iritasi, dll.
Keanekaragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri dan
penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses
produksi dan sebagainya akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas
dari proses industri itu sendiri. Sebelum dilakukan pembuangan ke lingkungan,
limbah yang dihasilkan oleh industri harus dikelola sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan baku mutu lingkungan. Meskipun demikian, tidak semua limbah
industri merupakan limbah B3, tetapi hanya sebagian saja. Pada kenyataannya
sebagian besar limbah B3 memang berasal dari industri dan harus ditangani secara
khusus. Penanganan limbah merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan
manusia dan lingkungan. Namun pengadaan sarana pengolahan limbah masih
dianggap memberatkan bagi sebagian industri maupun instansi.
PT Multimas Nabati Asahan adalah perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan CPO dan CPKO menjadi minyak goreng dan minyak inti sawit. Dalam
proses produksinya dan pemeliharaan peralatan, PT Multimas Nabati Asahan
menggunakan bahan berbahaya dan beracun sehingga perlu pengelolaan lebih
lanjut karena akan menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun yang
berpotensi menjadi pencemar bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
4

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus, adapun tujuan tersebut sebagai berikut :

1.2.1 Tujuan Umum


a. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama dalam pendidikan
program Diploma Institut Pertanian Bogor
b. Menambah wawasan, meningkatkan dan memantapkan keterampilan
kerja sebagai bekal yang sesuai dengan Program Keahlian Teknik dan
Manajemen Lingkungan
c. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan melakukan
observasi, serta diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
permasalahan dalam dunia industri berdasarkan ilmu yang telah
dipelajari.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
PT Multimas Nabati Asahan.
b. Menguraikan proses pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun di PT Multimas Nabati Asahan
c. Mengevaluasi penaatan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Multimas Nabati Asahan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT


Multimas Nabati Asahan meliputi tata cara penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun baik dalam TPS Limbah B3 maupun Waste pile dan segresi dalam TPS
Limbah B3

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi PT Multimas Nabati Asahan


a. Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi tempat Praktik Kerja Lapang dengan Program Diploma Institut
Pertanian Bogor.
b. Perusahaan dapat mengkaji atau meninjau kembali proses pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun jika masukan atau rekomendasi yang
diberikan relevan dan bermanfaat terutama untuk kemajuan perusahaan.
5

1.4.2 Bagi Program Diploma Institut Pertanian Bogor


a. Mendekatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan
masyarakat dan dunia kerja agar pendidikan sejalan dengan tuntutan
pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang pengolahan limbah.
b. Mendapatkan masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum di
Program Diploma Institut Pertanian Bogor, media untuk menyalurkan lulusan
ke dunia kerja.

1.4.3 Bagi Mahasiswa


a. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kerja serta
kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan latihan kerja di bidang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
b. Mahasiswa dapat mempelajari proses pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun di PT Multimas Nabati Asahan.

2 METODE KAJIAN

2.1 Lokasi dan Waktu PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT Multimas


Nabati Asahan yang beralamat di jalan Access Road Dusun IV Tanjung Permai
Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Seisuka, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera
Utara dan berlangsung mulai tanggal 9 Februari 2014 sampai dengan 9 April 2014.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan mulai dari Senin sampai Jumat dari
pukul 08.00-16.45 WIB dan Hari Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB. Denah lokasi dan
plant layout dapat dilihat pada lampiran 2

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada saat praktik kerja lapangan
di PT Multimas Nabati Asahan adalah mengumpulkan data primer dan data
sekunder.

2.2.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari
sumbernya, data yang dikumpulkan diperoleh dari :
a. Praktik langsung bertujuan agar penulis dapat terlibat secara langsung
dalam kegiatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di PT
Multimas Nabati Asahan.
b. Pengamatan langsung
Melakukan pengamatan lapangan di seluruh proses pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun dan proses pengolahan TBS kelapa sawit serta
mengambil foto-foto untuk mendukung data lainnya.
c. Pengumpulan Data
6

Mengumpulkan data-data yang mencakup profil perusahaan, struktur


organisasi perusahaan, data mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun dan mengumpulkan data hasil pengumpulan limbah bahan
berbahaya dan beracun kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan.
d. Melakukan wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung dengan pembimbing lapangan dan
para teknisi yang berperan di bidang pengolahan limbah bahan berbahaya
dan beracun untuk memperoleh data dan informasi mengenai masalah yang
terjadi.

2.2.2 Data Sekunder


Data Sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan pihak lain dan tidak
secara langsung memperoleh data dari sumber aslinya. Data diperoleh dari studi
pustaka, referensi dari buku, jurnal dan internet. Data dari buku-buku panduan
perusahaan, dan buku yang berkaitan dengan pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun di PT Multimas Nabati Asahan.

3 KEADAAN UMUM PT MULTIMAS NABATI ASAHAN

3.1 Lokasi Perusahaan

PT Multimas Nabati Asahan terletak di Jl. Acces Road Dusun IV Tanjung


Permai Desa Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara Provinsi
Sumatera Utara. Berdasarkan kebijakan pemerintah pada wilayah Kawasan Industri
Kuala Tanjung. Berdasarkan kebijakan Pemerintah yang ditetapkan dalam Rencana
Umum Tata Ruang Kabupaten Batubara maka, lokasi usaha dan/ atau kegiatan
PT Multimas Nabati Asahan berada pada lokasi yang tepat menurut skala prioritas
bagian wilayah Kabupaten Batu Bara.
PT Multimas Nabati Asahan merupakan perusahaan yang terintegrasi antara
pabrik CPO/POM, pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan pabrik
minyak goreng dengan bahan baku CPO dan minyak dari inti sawit CPKO. PT
Multimas Nabati Asahan menempati area seluas 143.892 m2 dengan luas lahan
tertutup sebesar 117.131,88 m2 dan luas lahan terbuka sebesar 26.760,51 m2. Denah
dan Lokasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran 2

3.2 Sejarah dan Perkembangan PT Multimas Nabati Asahan

PT. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta berbadan
hukum perseroan terbatas dan termasuk dalam Wilmar Group. PT Multimas Nabati
Asahan terdiri dari unit pengolahan minyak sawit kasar (Dept. Refinery), unit
pengolahan inti sawit (Dept. Palm kernel Plant), dan unit pengolahan kelapa sawit
(Dept. PKS) yang dikelola secara terpisah. PT Multimas Nabati Asahan merupakan
sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbentuk Perseroan
7

Terbatas (PT) diprakasai beberapa investor Singapura dan Indonesia, mulai


beroperasi pada 9 September 1996.
Pada awalnya PT MNA hanya mendirikan satu plant (department) dengan
kapasitas 1500 ton per hari. Untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus
meningkat, pada tahun 1999 PT MNA mendirikan plant kedua dengan kapasitas
produksi 1000 ton per hari. PT MNA terdiri dari beberapa unit yaitu penghilangan
bau minyak sawit (refined deodorized palm oil), penghilangan bau dan pemucatan
olein (refined bleached deodorized olein), destilasi asam lemak sawit (palm fatty
acid destilate) dengan kualitas mutu yang sangat tinggi.
PT Multimas Nabati Asahan merupakan perusahaan yang terintegerasi
anatara pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO(PKS) dan pabrik
pengolahan minyak dari kelapa sawit CPO dan minyak inti sawit CPKO menjadi
minyak goreng dan turunannya (Refinery) serta usaha kegiatan Power Plant untuk
kebutuhan energinya sendiri. Industri ini dibawah Wilmar Group dengan status
pemodalan PMA(Singapura). Pabrik minyak goring didirikan pada tahun 1995
sedangkan pabrik CPO baru berdiri tahun 2006.

3.3 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Inti PT Multimas Nabati Asahan

3.3.1 Visi
Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri terkait dengan
pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan posisinya sebagai
pimpinan pasar di dunia melalui kemitraan dan manajemen yang baik.

3.3.2 Misi
Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi stakeholders

3.3.3 Nilai-Nilai Inti


- Professionalisme yang didasari rasa memiliki
- Kerendahan hati yang didasari kesederhanaan
- Integritas yang didasari kejujuran
- Kerja keras yang didasari sinergi tim
- Kepemimpinan yang berwawasan global

3.4 Sarana dan Fasilitas Pabrik

PT. Multimas Nabati Asahan menyediakan beberapa fasilitas yang


dibutuhkan guna meningkatkan kesejahteraan dari karyawan. Fasilitas-fasilitas
yang diberikan berupa:
1. Pemberian tunjangan hari raya serta bonus tahunan bagi seluruh karyawan.
2. Pendaftaran asuransi seperti Jamsostek dan asuransi lainnya.
3. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaaan.
4. Tersedianya sarana transportasi dan tempat tinggal untuk para karyawan.
8

3.5 Struktur Organisasi

Gambar 1 Struktur Organisasi PT MNA


9

3.6 Tenaga Kerja

PT Multimas Nabati Asahan dalam menjalankan kegiatan produksinya


membutuhkan tenaga kerja baik pegawai hingga outsourcing. Jumlah tenaga kerja
untuk klasifikasi Assisten, manager, Supervisor, Assisten supervisor dan operator
di PT Multimas Nabati Asahan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1 Data jumlah tenaga kerja PT Multimas Nabati Asahan

Jenis
Kewarganegaraan Pendidikan
Jumlah Kelamin
Klasifikasi
Pekerja (Orang)
LK PR WNI WNA SD SLTP SMA Akademi/PT

Assisten
dan 14 12 1 14 - - - 4 12
Manager

Supervisor/
Golongan 61 58 3 61 - 3 - 28 30
V

Operator
Ass- 746 720 17 746 - 21 60 618 45
Supervisor

TOTAL 821 790 21 821 - 24 60 650 87

Sumber : Dokumen PROPER PT Multimas Nabati Asahan

Operasi pabrik dalam sehari selama 24 jam dan selama satu minggu selama 7
hari kerja dengan pembagian 3 shift kerja. Untuk Shift I dimulai pukul 07.00-15.00
WIB, untuk Shift II dimulai pukul 15.00-23.00 WIB, dan untuk Shift III dimulai
pukul 23.00-07.00 WIB. Sedangkan jam kerja bagi office sendiri dimulai pukul
08.00-16.45 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.30 WIB.

3.7 Penggunaan Listrik, Air, dan Bahan Bakar

3.7.1 Penggunaan Energi Listrik


Kebutuhan energi seluruhnya dipasok sendiri oleh PT Multimas Nabati
Asahan. Pasokan energi ini berasal dari steam turbin dengan kapasitas 9.7 MW.
Uap dihasilkan dengan menggunakan boiler yang menggunakan bahan bakar non
fosil atau biomasa (seperti cangkang kelapa sawit dan tandan kosong). Penggunaan
bahan bakar ini juga merupakan upaya PT Multimas Nabati Asahan dalam
menerapkan kaidah produksi bersih (cleaner production). Sebagai energi untuk
start up dan energi cadangan digunakan genset dengan kapasitas 30 KW dan 500
10

KW. Pemakaian listrik utnuk proses produksi adalah sebesar 20 KW/Ton FFB
sehingga pemakaian listrik adalah
Tahap I : 20 KW/Ton FFB x 60 Ton FFB = 1200KW
Tahap II : 20 KW/Ton FFB x 90 Ton FFB = 1800KW
Kapasitas dan jumlah penggunaan energi listrik dan genset dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 2 Penggunaan Energi Listrik

Jenis Kapasitas
No
energy Terpasang
2012 2014
1 Listrik 16.7MW 26.4MW
2 Genset 300 KW 300 KW
500 KW 500 KW
Sumber : Dokumen PT Multimas Nabati Asahan

3.7.2 Penggunaan Air


Air bersih yang digunakan di PT MNA berasal dari air permukaan umum (air
sungai Kuala Indah). Kebutuhan ini sudah termasuk untuk kebutuhan operasional
sehari-hari. Rincian dan skema penggunaan air dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3 Penggunaan Air

Kapasitas
Jenis Kegiatan Penggunaan Keterangan
(M3/Hari)
Water
Pengolahan Minyak
2683 Treatment
Goreng (Refinery)
Plant
Water
PKS 2348.39 Treatment
Plant
Water
Domestik 250
Treatment
Kebutuhan Lainnya 360 Raw Water
Total 5631
Sumber : Dokumen PT Multimas Nabati Asahan

3.7.3 Penggunaan Bahan bakar dan Oli


Bahan bakar yang diperlukan pada operasional pabrik adalah solar yang
dipergunakan sebagi bahan bakar pada genset dan alat berat. Pelumas diperlukan
untuk memperpanjang masa pakai mesin-mesin tersebut. Solar digunakan sebagai
bahan bakar genset sedangkan oli digunakan sebagai pelumas mesin/peralatan.
Data penggunaan bahan bakar dan oli ini dapat dilihat pada tabel berikut
11

Tabel 4 Penggunaan Bahan Bakar dan Oli

Penanganan
Jenis Kebutuhan/Bulan Penggunaan Keterangan
Sisa
2011 2012

Sebagai bahan
500 380 Habis
Solar bakar -
ltr/hari ltr/hari terpakai
genset/kendaraan

Digunakan Dijual ke
Sebagai bahan sebagai supplier
40 24
Oli pelumas alat pelumas resmi yang
ltr/hari ltr/hari
berat dan genset peralatan memiliki
pabrik izin
Sebagai bahan
20 3 Habis
Pelumas pelumas -
kg/hari kg/hari terpakai
peralatan pabrik
Sumber : Dokumen PT Multimas Nabati Asahan

3.8 Dokumen dan Kebijakan Lingkungan

PT Multimas Nabati Asahan merupakan anak perusahaan dibawah pimpinan


Wilmar Group, Wilmar Group menyadari adalah merupakan sebuah nilai,
kepentingan dan kebutuhan, untuk dapat melakukan pengelolaan operasional secara
berkelanjutan dimana kebutuhan masyarakat pada masa kini dapat terpenuhi tanpa
mengorbankan kemampuan generasi penerus untuk memenuhi kebutuhannya dan
menikmati sumber daya alam yang sama seperti yang kita miliki pada saat ini.
Wilmar berkomitmen untuk meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatan
operasional secara global dalam menerapkan kebijakan ini, akan :
1. Mematuhi kewajiban lingkungan menurut hukum dan undang-undang yang
berlaku dan persyaratan-persayaratan lingkungan lainnya yang berlaku di
dalam group
2. Menerapkan dan memelihara sistem manajemen lingkungan untuk semua
kegiatan global, sesuai dengan persyaratan-persyaratan ISO 14001, juga
kriteria sertifikasi eksternal lainnya yang relevan dan sesuai dengan standar
prosedur operasional group dan juga mengikuti praktek-praktek terbaik
3. Mencapai perbaikan lingkungan yang berkesinambungan dengan tujuan dan
sasaran untuk meminimalkan dampak lingkungan
4. Meminimalkan atau mencegah pencemaran tanah, udara dan air dengan cara
pengurangan penggunaan bahan kimia, melestarikan sumber daya,
pengurangan limbah, daur ulang/penggunaan kembali dan pembuangan
limbah secara benar di setiap daerah aktivitas
5. Mencegah erosi dan degradasi tanah dengan menerapkan praktek-praktek
terbaik dalam pengelolaan pertanian
6. Meminimalkan dampak pada keanekaragaman hayati pada tiap aspek
kegiatan
12

7. Mengkomunikasikan dan mendukung penerapan Kebijakan Lingkungan ini


dengan tujuan untuk memastikan karyawan (pada semua tingkatan dan
fungsi organisasi) dan mitra usaha (termasuk supplier, kontraktor, mitra
investasi dan petani kecil) sadar akan dampak lingkungan dalam kegiatan
Wilmar serta kewajiban-kewajiban individu terhadap perihal ini
8. Mendidik dan melatih karyawan dalam bidang Lingkungan dan semua
perihal yang terkait dan mendorong partisipasi dan kerjasama untuk
meminimalkan dampak negatif dan melindungi lingkungan
9. Mendukung mitra investasi dan petani kecil untuk menggunakan dan
menerapkan prinsip-prinsip ini
10. Meninjau Kebijakan Lingkungan ini secara berkala untuk memastikan
kebijakan ini tetap relevan dan sesuai dengan kegiatan bisnis kami.

Dalam menjalankan kegiatannya, PT Multimas Nabati Asahan telah memiliki


UKL UPL dan Izin Lingkungan dalam menjalankan kegiatan dan proses
produksinya sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku dan
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan sebagai berikut :
1. ANDAL nomor : 136/ANDAL/2005 (Untuk dermaga)
2. UKL/UPL nomor : 800/0199/III/AS/UKL/UPL/2005 (PKS) dan UKL/UPL
nomor : 660.1/511/Rev.UKL-UPL/BLH/VI/2011 tanggal 21 Juni 2011
direvisi dengan UKL/UPL nomor : 660/0285/BLH/IV/2012 tanggal 17
April 2012 sehubungan dengan adanya penambahan HP Boiler Biomass 10
Ton uap/jam direvisi terakhir dan disahkan dengan Surat Pengesahan Revisi
UKL UPL nomor 660/402 tertanggal 13 November 2014 oleh Kepala
Kantor Lingkungan Hidup Batu Bara
3. Keputusan Bupati Batu Bara nomor 289/LH/2014 tentang Izin Lingkungan
PT Multimas Nabati Asahan tanggal 14 November 2014
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.225 tahun 2010 tentang Izin
Pembuangan Limbah Cair ke Laut PT Multimas Nabati Asahan tanggal 20
September 2010
5. Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahay dan Beracun
(LB3) Keputusan Bupati Batu Bara No : 658.13/890/BLH/XI/2010 tanggal
19 Juli 2010 direvisi dengan keputusan Bupati Batu Bara No. 660/97.a/TPS-
LB3/LH/II/2014 tanggal 27 Februari 2014
6. Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)
Keputusan Bupati Batu Bara Nomor 660/345/TPS-LB3/VI/2015 tanggal 18
Juni 2015
7. Sertifikasi Lingkungan : ISO 14001:2004
8. Sertifikasi Energi : ISO 50001:2011
13

3.9 Penghargaan yang Diperoleh PT Multimas Nabati Asahan

PT Multimas Nabati Asahan dalam menjalankan usahanya telah mendapat


berbagai penghargaan dan pencapaian baik di bidang lingkungan maupun dibidang
lainnya diantaranya :
1. PT Multimas Nabati Asahan mendapatkan Penghargaan Peringkat Biru
dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) untuk periode 2013 2014
2. PT Multimas Nabati Asahan mendapatkan Penghargaan Peringkat Biru
dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) untuk periode 2014 2015
3. Pada tahun 2009 PT Multimas Nabati Asahan meraih sertifikat ISO 9001
tahun 2008 tentang Manajemen Mutu
4. Pada tahun 2012 PT Multimas Nabati Asahan mendapatkan Penghargaan
Green Industri
5. Pada tahun 2014 PT Multimas Nabati Asahan meraih sertifikat ISO 14001
tahun 2004 tentang Manajemen Lingkungan
6. Pada tahun 2014 PT Multimas Nabati Asahan meraih sertifkat OHSAS 18001
tahun 2007
7. Pada tahun PT Multimas Nabati Asahan meraih sertifikat Food Safety
System Certification 22000
8. Pada tahun 2014 PT Multimas Nabati Asahan mendapatkan Penghargaan
Industri Hijau
9. Pada tahun 2015 PT Multimas Nabati Asahan mendapatkan Penghargaan
Industri Hijau
14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Limbah di PT Multimas Nabati Asahan

Berdasarkan PP 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan


Berbahaya dan Beracun, limbah B3 didefinisikan sebagai sisa suatu usaha/ kegiatan
yang mengandung B3. Sedangkan Bahan Berbahaya dan Beracun sendiri
didefinisikan sebagai zat, energi maupun komponen lainnya yang karena sifat,
jumlah dan karakteristiknya dapat membahayakan baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Berdasarkan kategori bahayanya, jenis Limbah B3 dibagi menjadi 2 yaitu
1) Kategori I
Merupakan limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap
manusia dan dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan
dan memiliki toksisitas akut
2) Kategori II
Merupakan limbah B3 yang memiliki efek tunda (delayed effect) dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta
memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis.
Sedangkan menurut sumbernya, limbah B3 dibagi menjadi 3, yaitu
1) Limbah B3 sumber spesifik
Merupakan limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara
spesifik dapat ditentukan
2) Limbah B3 sumber tidak spesifik
Limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan lainnya seperti pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan
3) Limbah B3 dari B3 kadaluarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi
spesifikasi produk yang akan dibuang dan bekas kemasan B3
Sedangkan berdasarkan sifat dan karakteristiknya Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dibagi menjadi 6 kelas yaitu
1) Mudah Meledak (Explosive E)
Limbah B3 mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan
tekanan standar yaitu 25oC atau 760 mmHg dapat meledak, atau melalui
reaksi kimia maupun fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
2) Mudah Menyala (Ignitable-I)
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah Limbah yang memiliki
salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a) Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC akan menyala jika terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg. Sifat ini dapat diketahui dengan pengujian di laboratorium.
15

b) Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperature dan


tekanan standar yaitu 25oC atau 760 mmHg mudah menyala melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan jika
menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat diketahui
secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.
3) Reaktif (Reactive R)
Limbah B3 reaktif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau
lebih sifat-sifat berikut:
a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual dapat berupa
gelembung gas, asap, dan perubahan warna.
b) Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara
langsung tanpa melalui pengujian di laboratorium.
c) Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH antara 2 dan
12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat
diketahui melalui pengujian Limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4) Infeksius (Infetious I)
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme
tersebut dalam jumlah dan keadaan yang cukup untuk menularkan penyakit
pada manusia.
Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
a) Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium yang
menggunakan organisme patogen.
b) Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas.
c) Limbah patologi yang merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang
dari proses bedah atau otopsi.
d) Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ
binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau
kontak dengan bahan yang infeksius.
e) Limbah sitotoksik yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
hidup.
5) Korosif (Corrosive C)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-
sifat berikut:
a) Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. Sifat korosif
dari limbah padat dilakukan dengan mencampurkan limbah dengan air
sesuai dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih kecil
atau sama dengan 2 untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar atau
sama dengan 12,5 untuk yang bersifat basa.
16

b) Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya


kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat
diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit.
6) Beracun (Toxic T)
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun
berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji
Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis.
a) Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
Merupakan prosedur laboratorium untuk memprediksi potensi
pelindian B3 dari suatu Limbah. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 1 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari
TCLP-A. Sedangkan limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2
jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih
kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B (Lampiran PP 101 tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah bahan berbahaya dan beracun).
b) Uji Toksikologi LD50
Merupakan uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon
antara Limbah B3 dengan kematian hewan uji yang menghasilkan 50%
respon kematian pada populasi hewan uji.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki
nilai sama dengan atau lebih kecil dari Uji ioksikologi LD50 oral 7 hari
dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg berat badan pada hewan
uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki
nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg berat badan pada hewan uji mencit dan
lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 hari dengan nilai
lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg berat badan pada hewan uji
mencit.
Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu
penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan
dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji
Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis terhadap hewan uji.
c) Sub-Kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji
toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90 hari menunjukkan
sifat racun sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap
pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon
antarindividu hewan uji, dan histopatologis.

4.1.1 Jenis Limbah B3 di PT Multimas Nabati Asahan


Limbah B3 yang ada di PT Multimas Nabati Asahan terdiri dari berbagai jenis
sifat dan karakteristik, seperti minyak pelumas bekas, sarung tangan terkontaminasi
B3 dan kain majun yang bersifat mudah terbakar. Limbah peralatan elektronik,
kemasan bekas B3, bola lampu bekas, aki bekas, baterai bekas, filter oli, katalis
nikel dan toner/catridge ada yang bersifat iritasi, korosif, beracun dan campuran.
Limbah B3 yang ada di PT Multimas Nabati Asahan dapat diidentifikasi
dengan melihat langsung ke dalam TPS Limbah B3 maupun manifest keluar masuk
17

limbah dalam log book. Data limbah B3 dalam TPS Limbah B3 dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5 Data LB3 masuk di TPS LB3 tahun 2015

Jenis Jumlah
Tanggal Max Tanggal
Limbah Sumber Limbah B3 Limbah
Masuk Penyimpanan
B3 B3
Kemasan
5/1/2015 Quality Control 28 kg 5/4/2015
Chemical
Spent
9/1/2015 HIG 72 kg 9/4/2015
Catalyst
Aki
10/1/2015 Utility 192 kg 10/4/2015
bekas
Oli bekas 12/1/2015 Utility 135 kg 12/4/2015
Kemasan
13/1/2015 Quality Control 18 kg 13/4/2015
Chemical
Oli bekas 13/1/2015 MTc 18 kg 13/4/2015
Filter Oli
13/1/2015 MTc 445 kg 13/4/2015
Bekas
Kemasan
14/1/2015 Quality Control 91 kg 14/4/2015
Chemical
Oli bekas 20/1/2015 Texturing 18 kg 20/4/2015
Kemasan
24/1/2015 Quality Control 97 kg 24/4/2015
Chemical
Bola
Lampu 24/1/2015 Utility 144 kg 24/4/2015
Bekas
Kemasan
4/2/2015 Quality Control 17 kg 4/5/2015
Chemical
Cartridge
6/2/2015 Admin GA 56 kg 6/5/2015
Bekas
Filter oli
7/2/2015 Engineering 99 kg 7/5/2015
bekas
Filter Oli
10/2/2015 Utility 99 kg 10/5/2015
Bekas
Kemasan
11/2/2015 Quality Control 1 kg 11/5/2015
Chemical
Oli bekas 22/2/2015 Engineering 216 kg 22/5/2015
Kemasan
25/2/2015 Quality Control 175 kg 25/5/2015
Chemical
Oli bekas 25/2/2015 Utility 216 kg 25/5/2015
Oli bekas 9/3/2015 Utility 25 kg 9/6/2015
Oli bekas 11/3/2015 P.K Plant 4 kg 11/6/2015
18

Bola
Lampu 17/3/2015 Utility 26 kg 17/6/2015
Bekas
Oli bekas 20/3/2015 MTc 8 kg 20/6/2015
Oli bekas 28/3/2015 Utility 208 kg 28/6/2015
Spent
29/3/2015 Store sp 1625 kg 29/6/2015
Catalyst
Oli bekas 18/4/2015 MTc 76 kg 18/7/2015
Oli bekas 20/4/2015 MTc 3 kg 20/7/2015
Kemasan
24/4/2015 Quality Control 12 kg 24/7/2015
Chemical
Kemasan
28/5/2015 Quality Control 3 kg 28/8/2015
Chemical
Kemasan
4/6/2015 Quality Control 1 kg 4/9/2015
Chemical
Kemasan
11/6/2015 Quality Control 9 kg 11/9/2015
Chemical
Kemasan
20/6/2015 Quality Control 8 kg 20/9/2015
Chemical
Oli bekas 22/6/2015 Utility 21 kg 22/9/2015
Bola
Lampu 22/6/2015 Utility 3 kg 22/9/2015
Bekas
Botol
26/6/2015 Quality Control 9 kg 26/9/2015
Kemasan
Oli bekas 26/6/2015 Control Panel 12 kg 26/9/2015
Botol
30/6/2015 Quality Control 5 kg 30/9/2015
Kemasan
Bola
Lampu 30/6/2015 Utility 67 kg 30/9/2015
Bekas
Bola
Lampu 30/6/2015 Utility 2 kg 30/9/2015
Bekas
Kemasan
6/7/2015 Quality Control 7 kg 6/10/2015
Chemical
Oli bekas 13/8/2015 MTc 200 liter 13/11/2015
Filter Oli
13/8/2015 MTc 24 pcs 13/11/2015
Bekas
Kemasan
19/8/2015 Quality Control 22 pcs 19/11/2015
Chemical
Aki
9/9/2015 WH.SF 11 paket 9/12/2015
bekas
19

Filter Oli
10/9/2015 MTc 15 pcs 10/12/2015
Bekas
Oli bekas 14/9/2015 MTc 600 liter 14/12/2015
Kemasan
17/9/2015 Quality Control 18 pcs 17/12/2015
Chemical
Kemasan
26/9/2015 Quality Control 43 pcs 26/12/2015
Chemical
Spent
28/9/2015 HIG 52 drum 28/12/2015
Catalyst
Kemasan
10/10/2015 Quality Control 27 kg 10/1/2016
Chemical
Kemasan
16/10/2015 Quality Control 17 kg 16/1/2016
Chemical
Oli bekas 16/10/2015 Store sp 5 Drum 16/1/2016
Oli bekas 16/10/2015 Store sp 105 kg 16/1/2016
Oli bekas 17/10/2015 MTc 200 liter 17/1/2016
Filter
Aki 17/10/2015 MTc 17 pcs 17/1/2016
Bekas
Oli bekas 29/10/2015 Utility 20 kg 29/1/2016
Aki/
Batrai 29/10/2015 Utility 87 kg 29/1/2016
bekas
Karung
Karbon 16/10/2015 Store sp 250 kg 16/1/2016
bekas
Kemasan 43
13/11/2015 Quality Control 13/2/2016
Chemical Botol/54kg
Bola
Lampu 13/11/2015 Engineering/Electrical 73 kg 13/2/2016
Bekas
180L/ 162
Oli bekas 13/11/2015 CPC 13/2/2016
kg
4 Drum/
Oli bekas 18/11/2015 Texturing 18/2/2016
490 kg
Bola
43 pcs/
Lampu 18/11/2015 P.K Plant 18/2/2016
6kg
Bekas
Filter Oli 12 pcs/300
25/11/2015 Engineering 25/2/2016
Bekas liter
Oli bekas 3/12/2015 Texturing 190 kg 3/3/2016
Kemasan
8/12/2015 Quality Control 28 kg 8/3/2016
Chemical
20

Tinta
Printer 17/12/2015 Admin GA 5 kg 17/3/2016
Bekas
Aki
22/12/2015 MTc 12 kg 22/3/2016
Bekas
Tinta
Printer 26/12/2015 Admin GA 1 kg 26/3/2016
Bekas
Sumber : Dokumen PT Multimas Nabati Asahan

Jika dilihat pada tabel diatas secara umum ada 11 jenis limbah bahan
berbahaya dan beracun yang ada didalam TPS LB3 PT Multimas Nabati Asahan
yaitu Minyak pelumas bekas (oli) yang berasal dari operasional alat berat, mobilitas
kendaraan serta operasional genset. Minyak pelumas bekas sendiri digolongkan
kedalam limbah bahan berbahaya dan beracun karena mengandung senyawa
Hidrokarbon, senyawa ini termasuk kedalam golongan 2 berdasarkan lampiran PP
101 tahun 2014 senyawa ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas air tanah dan
senyawa hidrokarbon ini bersifat flammable. Selain itu dalam minyak pelumas
bekas juga ditemukan senyawa logam berat seperti tembaga, besi, aluminium,
magnesium dan nikel karena digunakan untuk melumasi logam tersebut.
Kemasan B3 merupakan limbah B3 selanjutnya yang ada pada TPS LB3,
karena digunakan untuk mengemas dan terjadi kontak langsung dengan B3 maka
kemasan B3 juga dimasukkan kedalam golongan LB3 karena terdapat B3 yang
masih menempel dalam kemasan. Kemasan B3 yang terdapat di TPS yaitu botol
bekas bahan kimia yang sudah habis isinya.
Bola lampu bekas yang sudah habis masa pakainya akan dibuang dan
ditampung ke dalam TPS LB3. Bola lampu bekas berasal dari bagian peralatan
perusahaan yang sudah tidak terpakai lagi. Kandungan yang berbahaya dalam bola
lampu bekas yaitu senyawa Mercury. Senyawa mercury ini umumnya digunakan
dalam pertambangan, senyawa ini termasuk golongan 1 dan bersifat toxic dalam
lampiran PP 101 tahun 2014, yang artinya dapat langsung merusak makhluk hidup
dan lingkungan yang terkontaminasi oleh senyawa ini. Senyawa ini juga termasuk
ke dalam golongan logam berat sehingga jumlahnya di lingkungan sangat dibatasi.
Aki bekas yang terdapat pada TPS berasal dari penggunan alat berat forklift.
Aki saat masih berfungsi digunakan sebagai wadah untuk menampung asam sulfat
(H2SO4) yang merupakan bahan berbahaya dan beracun. Disamping itu didalam aki
saat digunakan juga terjadi reaksi kimia yang dapat menimbulkan senyawa logam
berat yaitu timbal (Pb). Kedua senyawa tersebut merupakan bahan berbahaya dan
beracun sehinga wadah yang digunakan untuk menahan/menampungnya
merupakan limbah B3. Kedua senyawa tersebut masuk pada golongan I yang akan
langsung berdampak bagi lingkungan. Sifat dari senyawa asam sulfat sendiri yaitu
korosif karena dapat menyebabkan iritasi sedangkan sifat dari senyawa timbal
adalah limbah B3 yang beracun.
Sama seperti aki bekas, baterai bekas yang ada pada TPS berasal dari
penggunaan alat berat forklift serta penggunaan genset. Kandungan bahan
berbahaya dan beracun dari baterai bekas berasal dari materi pembuatan baterai
sendiri yang mengandung banyak logam berat seperti mercury, Seng, Nikel,
Mangan, dsb. Logam berat yang langsung dibuang ke lingkungan akan langsung
21

mencemari dan merusak lingkungan karena sifat baterai termasuk dalam jenis
limbah B3 yang bersifat toxic.
Filter oil digunakan dalam peralatan genset, operasional kendaraan serta
kegiatan maintenance. Prinsip kerja dari filter oil sendiri yaitu menyaring kotoran
yang ada dalam oli sehingga secara langsung filter oil akan berkontak langsung
dengan oli bekas yang termasuk kedalam jenis limbah B3. Sifat oli sendiri yang
mudah terbakar sehingga digolongkan kedalam limbah B3 dan kandungan oli bekas
yang terdapat logam berat karena digunakan untuk melumasi peralatan logam.
Katalis nikel berasal dari proses hidrogenisasi yang merupakan proses
pengolahan minyak dengan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam
lemak sehingga dapat mengurangi ketidakjenuhan minyak. Nikel katalis dipilih
disbanding dengan katalis lain karena nikel lebih efisien daripada logam lainnya.
Zat berbahaya dalam katalis nikel adalah nikel yang merupakan zat anorganik dan
bersifat toxic.
Toner/Catridge berasal dari penggunaan printer dalam tiap plant. Catridge
merupakan wadah dari tinta printer, umumnya catridge terbuat dari plastik sehingga
butuh waktu lama untuk terurai sendiri di lingkungan. Sisa tinta dalam catridge
yang menyebabkan catridge digolongkan kedalam limbah B3. Kandungan dari tinta
sendiri yaitu pigmen, celupan resin, pelumas seperti sollubillizer (ion polimer lokal
yang tahan air), surfaktan yang dapat menyebabkan penurunan tekanan permukaan
dari sebuah cairan. Bahan berbahaya yang utama berasal dari pigmen warna p-
Anisidine yang dapat menyebabkan iritasi jika terjadi kontak langsung dengan
makhluk hidup.
Limbah peralatan elektronik berasal dari setiap plant. Limbah elektronik yang
ada dalam TPS limbah B3 sudah dalam keadaan rusak, namun tidak semua jenis
limbah elektronik ditampung dalam TPS limbah B3. Jenis limbah elektronik yang
ditemukan adalah AC. Kandungan B3 yang ditemukan dalam AC yaitu
Freon/Chloro Fluoro Carbon (CFC), yang merupakan salah satu penyebab
rusaknya lapisan ozon sehingga dapat menyebabkan masuknya sinar UV ke
permukaan bumi. Selain Freon, zat lain yang terdapat dalam AC bekas yaitu
karbondioksida dan ammonia. Zat ammonia digolongkan kedalam limbah B3
golongan 1 yang bersifat toxic dan flammable
Sarung tangan terkontaminasi dan kain majun yang terdapat dalam TPS LB3
berasal dari bagian pabrik kelapa sawit. Pada pabrik kelapa sawit masih
menggunakan peralatan yang masih membutuhkan tenaga manusia. Sarung tangan
dan kain majun umumnya terkontaminasi oleh oli, dimana oli sendiri juga masuk
kedalam B3 golongan 2 yang bersifat flammable.
Disamping penyimpanan dalam TPS limbah B3, terdapat metode
penyimpanan limbah B3 lainnya yaitu dengan penumpukkan limbah (waste pile) di
lahan terbuka dengan kapasitas maksimal hingga 50000 Ton. Jenis limbah yang
disimpan disini adalah spent bleaching earth yang berasal dari proses pemucatan
minyak, menurut PP 101 tahun 2014 spent bleaching earth digolongkan ke dalam
limbah B3 karena mengandung minyak hingga 20% sehingga mudah terbakar
(flammable). Jenis limbah lain yang disimpan dalam waste pile adalah fly ash dan
bottom ash yang keduanya berasal dari proses pembakaran cangkang ataupun
tandan buah kosong kelapa sawit yang digunakan sebagai pengganti batu bara
sebagai energi panas. Sludge dari IPAL juga disimpan dalam waste pile yang
22

berasal dari IPAL refinery. Gambar jenis Limbah B3 dapat dilihat pada gambar
berikut

Gambar 2 Spent Nikel katalis Gambar 3 Segresi LB3

Gambar 4 Limbah B3 Bekas Bahan Kimia Gambar 5 Limbah B3 Aki dan


Lampu TL
23

Gambar 6 Limbah B3 Oli Gambar 7 Drum Penyimpan LB3

Gambar 8 Tempat Sampah dan Kotak P3K Gambar 9 Limbah B3 Sarung


Tangan Terkontaminasi
24

Gambar 10 Selokan Peampung LB3 Tumpah Gambar 11 Ventilasi TPS LB3

Gambar 12 Pintu TPS LB3 Gambar 13 Timbangan TPS LB3


25

Gambar 14 Lokasi TPS LB3

4.1.2 Sumber Kegiatan Penghasil Limbah B3 dan Media Penyimpanannya


PT Multimas Nabati Asahan terdiri dari berbagai kegiatan dan setiap kegiatan
yang berjalan didukung oleh berbagai plant. Estimasi timbulan limbah B3 PT
Multimas Nabati Asahan Berikut adalah sumber kegiatan dan plant yang
menghasilkan limbah B3
1. Timbulan Limbah B3 dari kegiatan boiler dan maintenance dalam PKS
Jenis limbah B3 yang dihasilkan dalam kegiatan boiler yaitu fly ash dan
bottom ash yang berasal dari pembakaran biomass berupa cangkang maupun serat.
PKS akan menghasilkan serat yang nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar
biomass. Kandungan dalam fly ash dan bottom ash yang termasuk golongan LB3
(Lampiran I PP 101 tahun 2014 kode limbah nomor B409 dan B410) yaitu unsur
Cu dan Zn yang merupakan logam berat termasuk ke dalam kategori 2 dengan sifat
toxic.
Disamping menghasilkan bahan bakar biomass yang akan menghasilkan fly
ash dan bottom ash, PKS sendiri juga menghasilkan kain majun yang digunakan
untuk mengelap. Umumnya kain majun yang ada dalam TPS limbah B3 sudah
terkontaminasi oleh bahan berbahaya dan beracun berupa oli. Pada pabrik kelapa
sawit masih menggunakan peralatan yang masih membutuhkan tenaga manusia.
Sarung tangan dan kain majun umumnya terkontaminasi oleh oli, dimana oli sendiri
juga masuk kedalam B3 golongan 2 yang bersifat ignitable. Sarung tangan dan kain
majun adalah LB3 dengan jumlah timbulan yang paling sedikit yaitu sekitar 0.15
ton per tahunnya. Kemasan penyimpanannya dimasukkan kedalam karung gori.
2. Timbulan Limbah B3 dari kegiatan Laboratorium
26

Jenis limbah B3 yang dihasilkan di laboratorium diantaranya berupa sisa


senyawa kimia, kemasan bekas senyawa kimia yang sebelumnya dipergunakan
untuk menampung senyawa kimia baik yang pekat maupun tidak pekat.
Laboratorium sendiri menggunakan senyawa kimia untuk melakukan percobaan
guna mengetahui kandungan bahan tertentu baik dalam suatu produk maupun
bentuk lainnya seperti kandungan BOD dan COD dalam limbah cair.
Kemasan B3 merupakan limbah B3 selanjutnya yang ada pada TPS LB3,
karena digunakan untuk mengemas dan terjadi kontak langsung dengan B3 maka
kemasan B3 juga dimasukkan kedalam golongan LB3 karena terdapat B3 yang
masih menempel dalam kemasan. Kemasan B3 yang terdapat di TPS yaitu botol
bekas bahan kimia yang sudah habis isinya. Tidak ada kemasan untuk
menyimpannya, hanya dipisahkan dari jenis LB3 lainnya dengan menggunakan rak.
3. Timbulan Limbah B3 dari kegiatan engineering, power plant, equipment,
texturing dan PK Plant
Kegiatan engineering sendiri yang menghasilkan limbah B3 berupa
pemeliharaan alat dengan cara diberikan minyak pelumas. Nantinya minyak
pelumas bekas yang sudah tidak terpakai akan ditampung dalam TPS limbah B3.
Begitu juga dengan kegiatan di power plant, texturing dan juga PK Plant yang
menggunakan minyak pelumas sebagai bahan untuk pemeliharaan alat. Total
timbulan dapat dilihat pada tabel 6
4. Timbulan Limbah B3 dari Plant Refinery
Sludge IPAL yang masuk kedalam golongan limbah B3 berasal dari IPAL
Refinery. Sludge IPAL yang tergolong limbah B3 disebabkan adanya penambahan
bahan kimia sebagai flokulan dan koagulan. Koagulan yang digunakan pada IPAL
Refinery adalah tawas dan flokulan yang digunakan pada IPAL Refinery adalah
Nalco 8173. Penggunaan tawas dalam koagulan dapat menyebabkan terjadinya
reaksi yang menghasilkan B3 yaitu Asam Sulfat, sedangkan penambahan Nalco
8173 berfungsi sebagai pengikat floc, nalco sendiri merupakan polimer yang
mengandung unsur anionik sehingga sludge IPAL yang muncul dari Refinery
terdapat busa yang mengeras menjadi lumpur. Unsur anionic yang tergolong
kedalam B3 adalah metil. Karena menggunakan bahan B3 dalam pengolahan IPAL
dan menghasilkan produk samping berupa sludge maka sludge yang dihasilkan
tergolong ke dalam limbah B3, yang penyimpanannya dalam waste pile.
Proses hidrogenisasi yang merupakan proses pengolahan minyak dengan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak sehingga dapat
mengurangi ketidakjenuhan minyak. Nikel katalis dipilih dibanding dengan katalis
lain karena nikel lebih efisien daripada logam lainnya. (Desrina, R. 2005) Zat
berbahaya dalam katalis nikel adalah nikel yang merupakan zat anorganik dan
bersifat toxic. Katalis nikel merupakan limbah B3 dengan jumlah terbanyak kedua
setelah oli yang berada dalam TPS limbah B3. Media penyimpanan katalis nikel
adalah dengan menggunakan drum. Total timbulan dapat dilihat pada tabel 7
Bleaching yaitu suatu proses yang bertujuan untuk mengadsorb gumpalan-
gumpalan gum, mengurangi warna (karoten, klorofil), material-material lain
dengan menggunakan bleaching earth (Jurnal Stiper vol 3 tentang Refinery tahun
2015). Menurut PP 101 tahun 2014 spent bleaching earth digolongkan ke dalam
limbah B3 karena mengandung minyak hingga 20% sehingga bersifat mudah
terbakar (ignitable), spent bleaching earth sendiri masuk kategori 2 berdasarkan
27

tingkatan bahaya. Metode penyimpanan dari bleaching earth sendiri disimpan


dalam waste pile. Total timbulan dapat dilihat pada tabel 6
5. Timbulan Limbah B3 dari kegiatan Genset dan Forklift
Listrik yang dihasilkan pada PT Multimas Nabati Asahan berasal dari
pembangkit listrik yang berasal dari steam turbin kemudian disimpan dalam power
plant, namun untuk mencegah terjadinya pemadaman listrik maka perusahaan
menyediakan genset. Penggunaan genset sendiri dapat menghasilkan limbah B3
yang berupa baterai bekas. Kandungan bahan berbahaya dan beracun dari baterai
bekas berasal dari materi pembuatan baterai sendiri yang mengandung banyak
logam berat seperti Merkuri, Seng, Nikel, Mangan, dsb. Logam berat yang langsung
dibuang ke lingkungan akan langsung mencemari dan merusak lingkungan karena
sifat baterai termasuk dalam jenis limbah B3 yang bersifat toxic. Media
penyimpanan baterai bekas dalam TPS limbah B3 dengan mengelompokkan
dengan aki bekas lainnya.
Aki bekas yang terdapat pada TPS berasal dari penggunan alat berat forklift.
Aki saat masih berfungsi digunakan sebagai wadah untuk menampung asam sulfat
(H2SO4) yang merupakan bahan berbahaya dan beracun. Disamping itu didalam aki
saat digunakan juga terjadi reaksi kimia yang dapat menimbulkan senyawa logam
berat yaitu timbal (Pb). Kedua senyawa tersebut merupakan bahan berbahaya dan
beracun sehinga wadah yang digunakan untuk menahan/menampungnya
merupakan limbah B3. Kedua senyawa tersebut masuk pada golongan I yang akan
langsung berdampak bagi lingkungan. Sifat dari senyawa asam sulfat sendiri yaitu
korosif karena dapat menyebabkan iritasi sedangkan sifat dari senyawa timbal
adalah limbah B3 yang beracun. Media penyimpanan dalam TPS limbah B3 dengan
mengelompokkan sendiri dengan aki bekas lainnya dengan cara ditumpuk.
Filter oli digunakan dalam peralatan genset, operasional kendaraan serta
kegiatan maintenance. Prinsip kerja dari filter oli sendiri yaitu menyaring kotoran
yang ada dalam oli sehingga secara langsung filter oli akan berkontak langsung
dengan oli bekas yang termasuk kedalam jenis limbah B3. Sifat oli sendiri yang
mudah terbakar sehingga digolongkan kedalam limbah B3 dan kandungan oli bekas
yang terdapat logam berat karena digunakan untuk melumasi peralatan logam.
Media penyimpanan dalam TPS limbah B3 adalah dengan mengelompokkan
dengan filter oli lainnya.
Oli bekas yang dihasilkan dari bagian Genset dan Forklift berasal dari
pemeliharan alat yang digunakan untuk melumasi bagian dari mesin yang
digunakan sedangkan Filter oil berprinsip kerja sama seperti filter oli tetapi yang
disaring berupa minyak produksi. Total timbulan dapat dilihat pada tabel 6
6. Timbulan Limbah B3 dari kegiatan Utility
Bola lampu yang ada dari setiap plant berasal dari bagian utility, masa pakai
dari bola lampu TL sendiri dapat mencapai hingga 15000 jam atau sekitar 10 tahun.
Bola lampu TL bekas yang sudah habis masa pakainya akan dibuang dan ditampung
ke dalam TPS LB3. Kandungan yang berbahaya dalam bola lampu bekas yaitu
senyawa Merkuri. Senyawa merkuri ini umumnya digunakan dalam pertambangan,
senyawa ini termasuk golongan 1 dan bersifat toxic dalam lampiran PP 101 tahun
2014, yang artinya dapat langsung merusak makhluk hidup dan lingkungan yang
terkontaminasi oleh senyawa ini. Senyawa ini juga termasuk ke dalam golongan
logam berat sehingga jumlahnya di lingkungan sangat dibatasi. Tidak ada kemasan
28

untuk menyimpannya, hanya dipisahkan dari jenis LB3 lainnya dengan


menggunakan rak.
Oli bekas yang dihasilkan dari kegiatan utility berasal dari
pengangkutan/transformer. Dalam pemeliharaan alat yang digunakan untuk
kegiatan transformer menggunakan minyak pelumas yaitu oli yang akan
menghasilkan limbah B3 berupa minyak pelumas bekas. Timbulan Limbah B3
dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6 Estimasi Timbulan Limbah B3

Estimasi Konversi
Jenis Kemasan
Sumber Timbulan ke Ton
Limbah Penyimpanan
(ton/tahun) (Ton/bulan)
PKS,
Engineering,
Power Plant, Oli Drum @ 200
30 2.5
Equipment, bekas liter
Texturing,
PK plant
Genset, Baterai
2.5 Rak 0.2
Forklift bekas
Filter
Drum @ 200
Genset Oli 1.2 0.1
liter
bekas
Bola
Utility Lampu 1 Rak 0.083
Bekas
Oli
bekas,
PKS 0.15 Gori 0.0125
Kain
majun
Sumber : Dokumen PT Multimas Nabati Asahan

4.2 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Multimas


Nabati Asahan

Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencakup


pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 bertujuan
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dana tau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya
kembali. Prosedur pengelolaan limbah B3 diatur dalam PP 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang berupa :
a) Penetapan limbah B3
29

Merupakan serangkaian kegiatan menentukan limbah yang


mengandung bahan berbahaya dan beracun berdasarkan kategori, sumber,
serta sifat dan karakteristiknya
b) Pengurangan limbah B3
Merupakan kegiatan yang berupa substitusi bahan, modfikasi
proses, serta penggunaan teknologi ramah lingkungan yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah timbulan dari limbah B3
c) Penyimpanan limbah B3
Merupakan kegiatan untuk melakukan penyimpanan limbah B3
selama beberapa kurun waktu, Limbah B3 yang dihasilkan dapat disimpan
dalam berbagai wadah dan sebelumnya telah mendapat izin tertulis dari
bupati/walikota. Lokasi penyimpanan harus bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam, dapat direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Fasilitas penyimpanan limbah B3 dapat berupa bangunan,
tangka/kontainer, silo, tempat tumpukan limbah, maupun bentuk lainnya
yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam melakukan
penyimpanan juga dilakukan pengemasan, kemasan limbah B3 harus sesuai
dengan karakteristik limbah B3 yang disimpannya agar mampu mengukung
limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan, serta memiliki pentup yang
kuat dan tidak mengalami kebocoran. Kemasan limbah B3 juga diberi label
yang memuat keterangan paling sedikit berupa nama limbah B3, identitas
penghasil limbah B3, tanggal dihasilkannya limbah B3, dan tanggal
pengemasan limbah B3.
Lama waktu penyimpanan limbah B3 ditentukan berdasarkan waktu
dihasilkannya limbah B3, jumlah limbah B3 yang dihasilkan, dan kategori
limbah B3. Untuk limbah B3 yang dihasilkan 50 kg/hari atau lebih,
penyimpanan maksimal selama 90 hari. Untuk limbah B3 kategori I dan
jumlah limbah B3 yang dihasilkannya kurang dari 50 kg/hari dapat
disimpan maksimal 180 hari. Untuk limbah B3 kategori 2 dari sumber
spesifik khusus dan umum dengan berat yang dihasilkannya kurang dari 50
kg/hari lama penyimpanan maksimal 365 hari.
d) Pengumpulan limbah B3
Merupakan kegiatan penyimpanan limbah B3 dan segresi limbah
B3. Segresi limbah B3 adalah suatu kegiatan pemisahan atau
pengelompokkan limbah B3 berdasarkan sifat, wujud, karakteristik dan
bahayanya. Pengumpul limbah B3 hanya memiliki izin sebagai pengumpul
limbah B3 yang dihasilkannya sendiri dan disimpan untuk selanjutnya
diberikkan kepada pihak ke-3 yang sudah memiliki sertifikat pengolahan
limbah B3.
e) Pengangkutan limbah B3
Merupakan kegiatan memindahakn limbah B3 dari suatu lokasi ke
lokasi lain yang lebih sesuai untuk dilakukan pengolahan. Pengangkutan
limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang tertutup
untuk limbah B3 kategori I dan untuk limbah B3 kategori II dapat dilakukan
dengan alat angkut yang terbuka. Izin yang wajib dimiliki oleh
pengangkutan limbah B3 yaitu rekomendasi pengangkutan limbah B3 dan
izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3
30

f) Pemanfaatan limbah B3
Merupakan kegiatan mengambil kembali limbah B3 yang masih dapat
dimanfaatkan untuk dipergunakan kembali, jika tidak mampu
memanfaatkan sendiri dapat diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3.
Kegiatan pemanfaatan limbah B3 meliputi pemanfaatan limbah B3
sebagai substitusi bahan baku, pemanfaatan limbah B3 sebagai
substitusi sumber energi, pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan baku,
dan pemanfaatan limbah B3 sebagai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pemanfaatan limbah B3 dilarang bagi limbah B3 yang
bersifat radioaktif seperti uranium dan radium.
Pelaksanaan pemanfaatan limbah B3 diawasi dengan ketat oleh
badan lingkungan hidup, dan setiap instansi penghasil limbah B3 yang
ingin melakukan pemanfaatan terhadap limbah B3 yang dihasilkannya
perlu melakukan uji coba terlebih dahulu dengan didampingi oleh badan
lingkungan hidup untuk memperoleh izin pemanfaatan limbah B3 jika
dinilai berhasil.
g) Pengolahan limbah B3
Merupakan serangkaian kegiatan mengolah limbah B3 untuk
meminimalkan dampak limbah B3 yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan oleh penghasil limbah B3
maupun pihak ke-3 yang sudah tersertifikasi oleh badan lingkungan
hidup. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara termal,
stabilisasi/solidifikasi, dan cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Kegiatan pengolahan limbah B3 bergantung pada ketersediaan
teknologi itu sendiri dan baku mutu lingkungan hidup dengan
dilakukannya serangkaian uji coba peralatan, metode, teknologi dan
fasilitas pengolaha limbah B3.
h) Penimbunan limbah B3
Kegiatan penimbunan lebih dikenal dengan istilah landfill. Landfill
adalah metode terakhir atau pilihan terakhir pengolahan limbah B3,
yaitu limbah B3 yang sudah tidak dapat digunakan kembali. Namun
teknologi landfill juga digunakan untuk mengolah sampah atau limbah
umum seperti yang ada di bantar gerbang yang juga menggunakan
teknologi landfill dalam pengelolaan sampahnya yaitu sanitary landfill.
Landfill adalah penimbunan sampah pada suatu lubang tanah, dan ini
bukanlah metode yang berdiri sendiri. Karena dapat juga sistem
campuran, yang disebabkan oleh air mengalir, menembus tempat ini,
ketika air hujan berinfiltrasi ke permukaan landfill, dan ketika air ini
mengalir keluar dari landfill akan membawa berbagai mineral dan zat
organik dalam bentuk suspensi yang tak dapat dipisahkan.
Bentuk landfill sendiri adalah seperti trapesium terbalik, dan untuk
limbah B3 sendiri ada 3 jenis landfill yaitu landfill kelas 1, kelas 2 dan
kelas 3. Landfill kelas 1 diperuntukkan untuk jenis limbah B3 yang
masuk dalam kategori A, sedangkan landfill kelas 3 diperuntukkan
untuk limbah B3 kategori B dan untuk landfill kelas 2 diperuntukkan
untuk landfill diantara kategori A dan Kategori B.
i) Pembuangan limbah B3
31

Pembuangan limbah B3 akan menyebabkan terjadinya kontak langsung


limbah B3 dengan lingkungan, sehingga pembuangan limbah B3 perlu
mendapat izin menteri. Pembuangan dapat dilakukan pada media tanah
maupun perairan. Sebelum dilakukan pembuangan, limbah B3 wajib
dilakukan netralisasi atau penurunan kadar racun.
Berdasarkan PP 101 tahun 2014 sebagai penghasil limbah B3, maka PT
Multimas Nabati Asahan juga diharuskan untuk melakukan upaya pengelolaan
limbah B3. Upaya pengelolaan yang dimaksud dalam PP 101 tahun 2014 meliputi
penetapan limbah B3, pengurangan limbah B3, penyimpanan limbah B3,
pengumpulan limbah B3, pengangkutan limbah B3, pemanfaatan limbah B3,
pengolahan limbah B3, penimbunan limbah B3, serta pembuangan limbah B3.
Dalam kegiatan pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mengurangi bahaya pada
lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya seperti bahaya
kebakaran, bahaya iritasi, bahaya keracunan, bahaya infeksi, dsb. Dampak penting
dari limbah B3 terkait dengan konsentrasi limbah B3, jumlah limbah B3, luas
sebaran dan juga tingkat keparahan. Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh
PT multimas Nabati Asahan berdasarkan PP 101 tahun 2014 yaitu :
1. Menyimpan LB3 dari kegiatannya sendiri kedalam tempat penyimpanan
sementara (TPS) LB3 tidak lebih dari yang dipersyaratkan
2. Mempunyai izin TPS dan masih berlaku
3. TPS dilengkapi dengan peralatan/ kelengkapan lainnya misalnya : APD,
obat P3K, Housekeeping yang baik, fit/trap tumpahan, absorbent,
shower dan lain sebagainya
4. Memasang simbol dan label pada setiap kemasan LB3 sesuai jenis dan
karakteristiknya
5. Tidak membuang LB3 secara langsung ke lingkungan tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu
6. Tidak melakukan pengenceran LB3 untuk maksud menurunkan
konsentrasi zat racun dan bahaya LB3
7. Tidak melakukan pembakaran LB3
8. Menyerahkan LB3 kepada pihak ketiga yang mempunyai izin dari
Menteri Lingkungan Hidup
9. Melakukan pendataan LB3 pada neraca LB3 dan Lembar Kegiatan LB3
dan melaporkannya ke KLH Jakarta, KLH Kabupaten Batu Bara dan
BLH Provinsi Sumatera Utara

4.2.1 Penyimpanan Limbah B3 di TPS Limbah B3


Penyimpanan limbah B3 yang diatur dalam PP 101 tahun 2014 harus
memenuhi syarat lokasi penyimpanan limbah B3 yang bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam serta dapat direkayas melalui teknologi untuk perlindungan limbah
B3 tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, tempat penyimpanan dari limbah B3
sudah sesuai dengan apa yang ditentukan dalam PP 101 tahun 2014
Fasilitas penyimpanan limbah B3 di PT Multimas Nabati Asahan berupa
bangunan yang sudah melindungi limbah B3 dari hujan dan cahaya matahari,
memiliki penerangan yang baik pada malam dan siang hari, serta memiliki saluran
drainase dan bak penampung jika terjadi kebocoran. Hal ini sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku. Peralatan penanggulangan keadaan darurat pada TPS limbah
32

B3 PT Multimas Nabati Asahan berupa alat pemadam api ringan, alat pelindung
diri, kotak P3K. Hal ini sudah sesuai dengan yang diatur dalam PP 101 tahun 2014.
Kemasan yang digunakan dalam mengemas limbah B3 dalam TPS limbah B3
PT Multimas Nabati Asahan memiliki wadah yang berbeda beda. Seperti oli yang
disimpan dalam drum sedangkan catridge yang disimpan menggunakan rak. Hal ini
sudah sesuai dengan PP 101 tahun 2014 mengenai pengemasan, terbuat dari bahan
yang dapat mengemas limbah B3 sesuai dengan karakteristiknya, mampu
mengukung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan, memiliki penutup yang
baik dan tidak dalam kondisi bocor. Pemberian label dalam kemasan limbah B3
juga telah sesuai dengan PP 101 tahun 2014 yaitu mencantumkan nama limbah,
identitas penghasil, tanggal pengemasan.
Pengemasan limbah B3 dalam TPS limbah B3 dilakukan dengan
menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan yang sesuai dengan sifat limbah
B3, seperti oli dan katalis yang disimpan dalam drum sedangkan lampu TL, aki
bekas, kemasan chemical bekas yang disimpan menggunakan rak. Kemasan limbah
B3 yang digunakan mampu mengukung limbah B3 untuk tetap berada dalam
kemasan, memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan dan
kemasan harus berada pada kondisi yang baik seperti drum tempat penampungan
limbah B3 untuk oli yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan. Kemasan
limbah B3 juga diberikan identitas berupa pemberian label. Label yang ada pada
kemasan limbah B3 di TPS limbah B3 tersebut minimal berisi informasi mengenai
nama limbah B3, identitas limbah B3, tanggal dihasilkan limbah B3 dan informasi
lain yang dianggap penting. Selain pemberian label, wadah atau kemasan limbah
B3 juga ditempelkan sifat dan karakteristik limbah tersebut.
Sedangkan segresi dalam TPS limbah B3 PT Multimas Nabati Asahan sudah
dilakukan berdasarkan sifat dan karakteristik jenis limbah tersebut. Segresi
dilakukan dengan mengelompokkan limbah yang sama dan tidak melakukan
pencampuran limbah B3. Berdasarkan PP 101 tahun 2014 pengumpul limbah
dilarang untuk melakukan pemanfaatan/pengolahan limbah B3, menyerahkan
limbah B3 kepada pengumpul limbah B3 lainnya, dan melakukan pencampuran
limbah B3. Hal ini sama sekali tidak dilakukan oleh PT Multimas Nabati Asahan.
PT Multimas Nabati Asahan telah memiliki Izin Penyimpanan LB3 sesuai
dengan keputusan Bupati Batu Bara nomor : 658.1/13/890/BLH/XI2010 tangal 19
Juli 2010 masa berlaku 5 tahun direvisi dengan keputusan Batu Bara no.
660/97.a/TPS-LB3/LH/II/2014 tanggal 27 Februari 2014 sehubungan dengan
adanya perubahan jenis LB3 yang disimpan di TPS LB3 dan pindahnya tempat TPS
LB3 ke titik penataan yang baru. Limbah B3 yang disimpan meliputi oli bekas,
filter oli bekas, aki bekas, sarung tangan, kain majun, kemasan terkontaminasi, bola
lampu bekas, kemasan bahan kima, spent katalis nikel dan catridge/toner tinta,
limbah medik dan peralatan elektronik. Gambar Izin Penyimpanan Limbah B3
dapat dilihat pada lampiran 11
Gambar TPS Limbah B3 dapat dilihat pada gambar berikut
33

Gambar 15 Kondisi Bangunan TPS LB3

4.2.2 Penyimpanan Limbah B3 dalam Waste Pile


Selain memiliki Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3, PT Multimas
Nabati Asahan juga memiliki fasilitas lain yaitu berupa tumpukan limbah/waste
pile. Waste pile menyimpan 3 jenis limbah B3 yaitu Sludge IPAL Refenery, Fly ash
dan Bottom ash, dan Spent Bleaching Earth. Metode waste pile sendiri dipilih atas
rekomendasi dari badan lingkungan hidup setempat, hal tersebut juga dikarenakan
ketiga jenis limbah yang ada dalam waste pile akan mengalami penurunan kadar
B3 yang ada didalam LB3 dalam jangka waktu tertentu, sehingga nantinya dapat
langsung dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan.
Sehubungan dengan diberlakukannya PP 101 tahun 2014, yang menyatakan
bahwa Spent Bleaching Earth, Sludge IPAL, Fly ash dan Bottom Ash dikategorikan
sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun maka, PT Multimas Nabati Asahan
membangun Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun berupa Waste Pile untuk Sludge Ipal, fly ash dan bottom ash di lokasi
berbeda dengan TPS-LB3 sebelumnya. TPS-LB3 sludge IPAL, fly ash dan bottom
ash ini sudah mendapat izin dari Bupati Batu Bara nomor 660/345/TPS-
LB3/VI/2015 tanggal 18 Juni 2015. Gambar izin penyimpanan limbah B3 dalam
Waste pile dapat dilihat pada lampiran 12
Gambar waste pile dapat dilihat pada gambar berikut.
34

Gambar 16 Waste Pile

4.2.3 Pengangkutan, Pemanfaat dan Pengolah Limbah B3


Sebagai penghasil limbah B3 PT Multimas Nabati Asahan berperan menjadi
pengumpul limbah B3, sebagaimana diatur dalam PP 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang melarang pengumpul
untuk melakukan kegiatan pengolahan maupun pemanfaatan limbah B3, karena itu
PT.Multimas Nabati Asahan menjalin kerjasama dengan pihak lainnya untuk
memindahkan limbah B3 yang dihasilkannya. Data limbah B3 yang keluar dari TPS
limbah B3 untuk diangkut dan dibawa kepada pengolah atau pemanfaat dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 7 Data Limbah B3 keluar tahun 2015

Tanggal
Jenis Kapasitas Pengangkut Pengolah/Pemanfaat
Keluar
Bola Lampu PT Shali
4/8/2015 174 kg PT Wastec
Bekas Riau Lestari
PT Shali
Aki bekas 4/8/2015 199 kg PT Non Ferindo
Riau Lestari
35

PT Shali
Oli Bekas 4/8/2015 3549 kg PT Shali Riau Lestari
Riau Lestari
Filter dan
PT Shali
Saringan Hawa 4/8/2015 135 kg PT Wastec
Riau Lestari
Bekas
Kemasan
PT Shali
Bekas 4/8/2015 335 kg PT Wastec
Riau Lestari
Terkontaminasi
PT Sukses
Spent Catalysts 9/11/2015 13840 kg PT Pasadena Metric
Jagaratara

Kemasan PT Shali
10/11/2015 334 kg PT Wastec
Kimia Bekas Riau Lestari
PT Shali
Filter oli bekas 10/11/2015 173 kg PT Wastec
Riau Lestari

PT Shali
Oli bekas 10/11/2015 4750 kg PT Shali Riau Lestari
Riau Lestari

PT Shali
Aki bekas 10/11/2015 13512 kg PT Non Ferindo
Riau Lestari
PT Shali
Tinta Printer 10/11/2015 32 kg PT Wastec
Riau Lestari
Sumber : Dokumen PROPER PT Multimas Nabati Asahan

Pengangkutan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan pengelolaan untuk


memindahkan limbah B3 dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sebagai
pengumpul limbah B3, PT Multimas Nabati Asahan menjalin kerjasama dengan
pihak lainnya yaitu pengangkut dan pemanfaat/pengolah. Pengangkut limbah B3
bertugas untuk mengangkut dan mengantar limbah B3 dari penghasil kepada
pengolah dan pemanfaat. PT Multimas Nabati Asahan menjalin kerjasama dengan
PT Shali Riau Lestari atas rekomendasi dari badan lingkungan hidup di kabupaten
batu bara untuk mengangkut dan memindahkan limbah B3. Selain sebagai
pengangkut, PT Shali Riau Lestari juga berperan sebagai pemanfaat limbah B3
yaitu limbah oli bekas, sedangkan sisa limbah lainnya diangkut dan diantar kepada
pihak pemanfaat/pengolah.
Pemanfaat/Pengolah limbah B3 adalah serangkaian kegiatan untuk
memanfaatkan dengan mengolah kembali limbah B3 yang masih memiliki nilai
untuk dapat digunakan kembali. PT Multimas Nabati Asahan menjalin kerjasama
dengan PT Wastec untuk mengolah/memanfaatkan limbah bola lampu bekas, Filter
oli, Kemasan bekas terkontaminasi, Kemasan chemical, dan tinta printer.
Sedangkan dengan PT Non Ferindo untuk mengolah/memanfaatkan aki bekas serta
dengan PT Pasadena Metric untuk mengolah/memanfaatkan spent katalis.
36

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Limbah B3 yang ditimbulkan oleh PT Multimas Nabati Asahan diantaranya adalah


minyak pelumas bekas, aki bekas, baterai bekas, filter oli, kemasan chemical, bola
lampu bekas, catridge, sarung tangan terkontaminasi dan kain majun, katalis nikel,
limbah peralatan elektronik, spent bleaching earth, sludge IPAL, fly ash dan bottom
ash. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dilakukan PT
Multimas Nabati Asahan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu PP 101
tahun 2014 yaitu dengan mengumpulkan limbah B3 yang dihasilkannya untuk
kemudian disimpan serta dilakukan segresi dalam TPS limbah B3 dan kemudian
diserahkan kepada pihak ketiga yaitu pengangkut dan pemanfaat/pengolah. Hal ini
ditandai dengan tidak adanya pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari limbah
B3 dari PT Multimas Nabati Asahan.

5.2 Saran

1. Melakukan perbaikan pada bagian dari TPS limbah B3 yang rusak agar
kondisi dari TPS limbah B3 semakin baik dan sesuai dengan peraturan
perundangan serta melakukan pengawasan terhadap limbah B3 yang masuk
ke dalam TPS limbah B3 agar tidak ada material lain selain limbah B3
seperti dengan cara memasang CCTV pada TPS limbah B3
2. Terhadap timbulan katalis nikel dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan yaitu paving block, batako, maupun keramik. Serta dapat
dilakukan proses recovery untuk mengambil kembali unsur nikel yang
dinilai masih bermanfaat
3. Terhadap timbulan minyak pelumas bekas dapat digunakan kembali sebagai
bahan produksi untuk minyak pelumas maupun digunakan sebagai bahan
bakar pada industri semen
4. Melakukan pengurusan izin terkait pengolah atau pemanfaat limbah B3
kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar dapat mengolah
dan memanfaatkan limbah B3, baik untuk dimusnahkan dengan insenerator
maupun dimanfaatkan kembali dan dimasukkan ke dalam proses produksi
37

6 DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Pengaruh Bahan Berbahaya dan Beracun bagi


Lingkungan. Jakarta : ANDI
Anonim. 2007. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan. Jurnal Internasi Biodeterasi dan Biodegradasi Vol 63 : 1054-
1060
Desrina, R. 2008. Penelitian dan Kajian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas. Jurnal Lembaran
Publikasi Lemigas Vol 42 No. 3
Imam Hendargo A. Ismoyo, 2009, Panduan Tata Cara Identifikasi Limbah B3,
Jakarta: Deputi IV MENLH Bidang Pengelolaan B3.
Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Koosbandiah, Hertien Surikarti. 2011. Toksikologi Lingkungan dan Metode Uji
Hayati terhadap Limbah B3. Bandung : Rizqi Press
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1 Identitas Perusahaan


1. Nama Perusahaan : PT Multimas Nabati Asahan
2. Alamat Perusahaan : B&G Tower
Lt.9 Jl.Putri Hijau No.10 Medan
20111-Sumatera Utara
3. Nomor NPWP : 1.270.875.6-112
4. Nama Pimpinan : Ridwan Brandes
5. Telp./Fax : (061)-41027777/ Fax (061) 415
4891
6. Lokasi Pabrik
- Jalan : Acces Road
- Desa : Dusun IV Tj.Permai-Kuala Tanjung
- Kecamatan : Sei Suka
- Kabupaten : Batu Bara
- Provinsi : Sumatera Utara
Batas lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : lahan pertamina
- Sebelah Selatan : Acces Road Dusun IV Tanjung
Permai
- Sebelah Timur : PT Citra Mill
- Sebelah Barat : Lahan Pertamina
7. Izin-Izin Perusahaan
- No. Izin Usaha : 191/PMDN/1995, tanggal 13 April
1995
- Status Penanaman modal : Penanaman Modal Asing (PMA)
283/II/PMA/2008 (Persetujuan
PMA)
8. UKL/UPL No. : Surat Pengesahan
Revisi UKL UPL Nomor 660/402
tertangal 13 November 2014 oleh
Kepala Kantor Lingkungan Hidup
Batu Bara. Izin Lingkungan PT
Multimas Nabati Asahan Keputusan
Bupati Batu Bara nomor
289/LH/2014
9. Penanggung Jawab Perusahaan :
- Nama : Ridwan Brandes
- Jabatan : Business Unit Head
- Alamat : Dusun IV Tanjung Permai Desa
Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka
Kabupaten batu Bara Provinsi
Sumatera Utara
- Telepon/Fax : (0622)31111/ (0622)31461
40

Lampiran 2 Peta Lokasi dan Plant Layout PT Multimas Nabati Asahan


41

Lampiran 3 Penggunaan Lahan PT Multimas Nabati Asahan

Penggunaan Lahan
Luas Lahan
No Jenis Penggunaan 2014
2 %
1 Lahan Terbuka 293768 51.08%
PKS+IPAL+ Power
2 90015 15.65%
Plant
3 Tank Farm FG 31208 5.43%
4 WH SF, Karton FG 18076 3.14%
5 PK Plant 17876 3.11%
6 PT PAN 15650 2.72%
Refinery dan
7 Fracination 1000,1500 14601 2.54%
dan 3000
8 Jalan, Drainase 13920 2.42%
9 Parkir 12605 2.19%
10 CPKO 10080 1.75%
11 TF SF 9600 1.67%
12 Boiler 1,2 dan 3 8925 1.55%
13 Tank Farm NKB 7315 1.27%
14 Klinik, Mess operator 5719 0.99%
15 IPAL Refinery 5698 0.99%
16 Store, Engineering 3900 0.68%
17 Water Treatment 3480 0.61%
18 HIG+Gas Plant Interest 3441 0.60%
19 Texturing, CPC 3362 0.58%
Main Office, Kantin
20 2971 0.52%
Gedung Serbaguna
21 Refinery SF 1922 0.33%
22 Guest House 1008 0.18%
Total Luas Lahan 575140 100%
42

Lampiran 4 Kapasitas Plant/ Section

No Plant/Section Kapasitas Satuan


1 MNA
Refinery 5850 MT/Day
Fracination 6520 MT/Day
PK Crushing 1200 MT/Day
Consumer Pack
Filing 347 MT/Day
Bottle 33685
Jerrycan 18000
2 PKS 75 MT/Hour
3 MNA SF
Refinery 630 MT/Day
CPKO Fractination 210 MT/Day
Hydrogenetion 300 MT/Day
Texturizing 398 MT/Day
Fracination PMF 200 MT/Day
Intersterification 60 MT/Day
Flaker 20 MT/Day
H2 Plant 4560 MT/Day
N2 Plant 1700 MT/Day
4 Supporting
T.Farm & P.House
MNA+MNA SF
Non KB
Laboratory
Compressor
Weight Bridge
Power Generation
Power Plant 126636 KwH/day
Genset 4604 KwH/day
PLN 226316 KwH/day
Turbin 41392 KwH/day
Steam Generation
Cogen 1950 MT/Day
Biomass HP Boiler 440 MT/Day
Boiler Power Plant 626 MT/Day
Water Treatment
Plant
Demin 5877 MT/Day
WTP 2357 MT/Day
Dermaga A dan B 50000 DWT
43

Lampiran 5 Design dan Lokasi TPS LB3

300 CM

550 CM

400 CM

600 CM
44

Lampiran 6 Tempat penampungan Spent bleaching earth, sludge IPAL, fly ash
dan bottom ash
45

Lampiran 7 Pemenuhan Kriteria TPS Limbah B3

Ketentuan Ya Tidak Keterangan


PENGEMASAN
Pihak ke-3 memiliki izin sebagai pengelola LB3

(Pengangkut/Pengumpul/Pemanfaat/Pengolah)
Izin Pengelolaan pihak ke-3 belum habis masa

berlakunya
Pihak ke-3 memenuhi ketentuan izin yang

berlaku sesuai dengan izin yang dimiliki
Limbah B3 yang dikelola oleh pihak ke-3 sesuai

dengan yang tertera dalam izin yang dimiliki
Perpindahan/Pergerakan limbah B3 yang
dilakukan oleh pihak ke-3 dilengkapi dengan
dokumen manifest limbah B3
Penghasil memperoleh dokumen manifest limbah

B3 sesuai dengan yang dipersyaratkan yaitu :
Salinan #2: diberikan ke penghasil untuk

disampaikan ke KLH
Salinan #3: saat limbah B3 diambil oleh pihak

ke-3
Salinan #7: disampaikan saat limbah B3 telah

sampai dilokasi pihak ke-3
Untuk pengangkut limbah B3, kendaraan yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi dari KLH
Pihak ke-3 (pengangkut/pengumpul memiliki
kontrak kerjasama dengan pengolah/penimbun
akhir)
Total YA 11
Total TIDAK 0
Persentase Penaatan LB3 100%
46

Lampiran 8 Rencana tindak lanjut TPS Limbah B3

Rencana Tindak
Aspek
Lanjut
Pendataan Jenis dan Volume Limbah B3 yang
dihasilkan
Tetap melakukan
Identifikasi jenis limbah
identifikasi limbah
Tetap melakukan
Pencatatan jenis dan volume limbah B3 yang pencatatan jenis dan
dihasilkan volume limbah B3
yang dihasilkan
Tetap melakukan
pendataan dan
Pendataan pengelolaan lanjutan limbah B3
pengelolaan lanjutan
limbah B3
Tetap membuat dan
mengirimkan laporan
Pelaporan
ke pihak terkait per
triwulan
Perizinan Pengelolaan Limbah B3
Telah memiliki Izin
Penyimpanan
Sementara Limbah B3
berdasarkan
Keputusan Bupati
Kepemilikan izin PLB3 yang dipersyaratkan
Batu Bara nomor
660/97.a/TPS-
LB3/LH/II/2014
tanggal 27 Februari
2014
Memonitor agar izin
diperpanjang sebelum
Masa berlaku izin
masa berlaku 5
tahunnya berakhir
Pelaksanaan Ketentuan Izin
Pemenuhan 100%
Pemenuhan ketentuan teknis dalam izin terhadap ketentuan
teknis dalam izin
Tidak melakukan
Emisi dari kegiatan pengelolaan dan atau pengolahan dan atau
pemanfaatan limbah B3 pemanfaatan limbah
B3
47

Sesuai peraturan
Open dumping, pengelolaan tumpahan dan
berlaku dan SOP
penanganan media terkontaminasi limbah B3
tanggap darurat
Tetap melakukan
Neraca limbah B3 pencatatan limbah B3
pada neraca limbah B3
Tetap melakukan
pencatatan keluar
Lembar kegiatan limbah B3
masuk limbah B3 pada
lembar kegiatan LB3
Pengelolaan Limbah B3 oleh pihak ke-3
Tetap memastikan izin
Masa berlaku izin
masih berlaku
Tetap memastikan
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikelola jenis limbah B3 yang
dikelola sesuai izin
Tetap memastikan ada
kontrak antara
Kontrak kerjasama antara pengumpul dengan pengumpul dengan
pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun pihak pemanfaat,
pengolah atau
penimbun
Memastikan tidak
Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan terjadi pencemaran
lingkungan
48

Lampiran 9 Jenis Peralatan Produksi PKS

No Jenis alat Kapasitas Satuan Jumlah Satuan Asal


Jembatan
1 50 Ton 1 Unit Import
Timbang
Loading
2 52 Door 1 Lot Lokal
Ramp
Hydraulic
3 - - 1 Lot Import
System
Timbangan
4 40 Ton 2 Lot Lokal
Lorry
Transfer
5 20 Ton 2 Lot Lokal
Carriage
6 Lorry 10 Ton FFB 64 Unit Lokal
Geared
7 Various - 66 Unit Import
Motor
Pintu
8 2700 Mm 4 Unit Import
Sterillizer
9 Sterillizer 6 Lorry 2 Unit Lokal
10 Tippler 1 Lorry 2 Unit Lokal
11 Conveyor Various - 9 Unit Lokal
12 Elevator Various - 7 Unit Lokal
Ton
13 Thresher 30 2 Lot Lokal
FFB/Jam
14 Digester 3500 Liter 5 Unit Import
Screw Ton
15 15 5 Unit Import
Press FFB/Jam
Fan &
16 Various - 1 Lot Import
Heater
Ton
17 Depricaper 60 1 Unit Lokal
FFB/Jam
18 Cyclone Various - 3 Unit Lokal
Claybath Ton
19 30 2 Unit Lokal
Separator FFB/Jam
20 Nut Silo 40 MT 1 Unit Lokal
Kernel
21 49 MT 3 Unit Lokal
Silo Dryer
Kernel
22 200 MT 1 Unit Lokal
Storage
Oil
23 500 Ton CPO 2 Unit Lokal
Storage
49

Circular
Ton
24 Vibrating 30 3 Unit Import
FFB/Hari
Screen
Tangki
25 Minyak Various - 1 Lot Lokal
dan Air
Ton
26 Desander 60 1 Unit Import
FFB/Hari
Ton
27 Sand Trap 8 2 Unit
Liquid/Jam
Ton
28 Decanter 15 1 Unit Import
Sludge/Jam
29 Purifer 15 Ton/Jam 2 Unit Import
Vaccum
30 15 Ton/Jam 1 Unit Import
Dryer
31 Boiler 45 TSH 1 Unit Import
Water
32 Treatment 50 M3/Jam 1 Lot Lokal
Plant
Steam
33 2000 kW 2 Unit Import
Turbine
Diesel
34 Various - 2 Unit Import
Genset
Back
35 Presure 13 M3 2 Unit Lokal
Vessel
Empty
Ton
36 Bunch 30 2 Unit Import
FFB/Jam
Crusher
EB Cutter
Ton
37 & Barrel 30 33 Unit Import
FFB/Jam
Press
Pompa Air
38 dan 130 M3/Jam 1 Unit Lokal
Minyak
50

Lampiran 10 Bahan baku dan bahan penolong

Bahan TBS Steam


600
Kapasitas 36000
kg/ton
(Vol/Bulan) Ton
TBS
Bentuk Fisik Padat Cair
Tidak Tidak
Sifat Bahan
Bahaya Bahaya
Asal Bahan Lokal Lokal
Cara Langsung Langsung
Penyimpanan Olah Olah
Neraca %Produk 30% 95%
Bahan %Sisa 70% 5%
51

Lampiran 11 Izin TPS Limbah B3


52

Lampiran 12 Izin TPS Limbah B3 berupa Waste Pile


53

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nathanael Dwi Putranto, lahir di


Jakarta pada tanggal 25 Juli 1995 dari pasangan Agus Suparman
dan Adel R Kansil. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis pernah bersekolah di SD Budi Mulia Bogor, SMP Budi
Mulia Bogor, SMA Budi Mulia Bogor dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Program
Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan mengambil program keahlian Teknik dan
Manajemen Lingkungan. Selama menjadi Mahasiswa Teknik dan Manajemen Lingkungan,
penulis menjadi anggota organisasi Himalika, dan pada bulan Februari penulis
melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PT Multimas Nabati Asahan dengan judul
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT Multimas Nabati Asahan.

You might also like