You are on page 1of 14

SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

DESAIN TAMAN DENGAN KONSEP HEALING GARDEN


PADA AREA NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA (RSJ) Dr.
RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Garden Design With ABSTRACT
The Concept of Healing Pressure from modern environment that many can lead to mental disorder.
Garden in The Drug The mental disorders exist because it exceeds the individual psychological
Mental Hospital Area Dr. endurance. One healing efforts undertaken by the Mental Hospital is making
Radjiman the garden is good to motivate patients. However, in general the design of
Wediodiningrat Lawang the garden is still monotonous and can only be enjoyed visually. Should the
patient require the involvement of the experience of space, so it is necessary
to reorder function better room like gardening area or play area. The purpose
Irawan Setyabudi of this research is to create a healing garden design that can treat patients
Staf Pengajar Universitas with mental disorders in the area of drug. The case study is applied to the
Tribhuwana Tunggadewi area of drugs at the Mental Hospital Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Email : This is because garden have not potentially on healing in people with mental
isetyabudi.st@gmail.com disorders by drugs. The research method is qualitative with a three-pronged
approach, namely the science of architecture, agriculture, and health
Wahidyanti Rahayu sciences. Architectural approaches that achieved with the design process
Hastutiningtyas begins with reviewing social issues, led to the idea-concept to realize the
Staf Pengajar Universitas plans to get the site plan. Agricultural science approach to the choice of
Tribhuwana Tunggadewi plants and processing, and health sciences approach to evaluate the existing
design to patient involvement. Targets are resolved in this study is to
Balqis Nailufar examine the problems in the garden psychiatric hospital by producing a draft
Staf Pengajar Universitas in the form of working drawings garden. The conclusion of this study is the
Tribhuwana Tunggadewi concept of eco-friendly garden design according to user needs a mental
hospital with the concept of healing gardens or garden or healing garden
Nuraini therapies that can improve the patient's recovery
Staf Pengajar Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Keywords: mental disorders, design, and garden.

PENDAHULUAN merupakan bangunan yang sangat kompleks


jika digali unsur-unsurnya secara arsitektural,
Kondisi lingkungan modern yang tidak sehat
mulai eksterior maupun interiornya yang
seperti asap kendaraan bermotor, suara dan
melibatkan bidang arsitektur sebagai pihak
cahaya berlebih dapat menyebabkan stres
yang mengakomodasi fungsi dan kebutuhan,
dan depresi bagi manusia. Terlebih lagi ada
dan bidang kesehatan sebagai pihak yang
permasalahan yang bersifat individu. Jika
diwadahi. Bangunan rumah sakit yang telah
semua permasalahan tersebut melebihi
dirancang seharusnya memberikan motivasi
kemampuan manusia, akan lebih cepat
untuk pasien agar sehat. Salah satu bagian
menyebabkan gangguan kejiwaaan.
yang patut mendapat perhatian adalah
Penyakit psikologis tersebut mampu dirawat
rancangan eksterior sebuah rumah sakit,
dan dipulihkan dalam fasilitas rumah sakit
dalam hal ini adalah Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
khusus kejiwaan. Bangunan rumah sakit
Unsur eksterior seperti fasade atau tampak

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 105


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

bangunan maupun ruang terbuka adalah METODE


bagian dari desain arsitektur. Fasade rumah
Lokasi dan Waktu Percobaan
sakit tidak serta merta monoton sehingga
memberikan kesan kekakuan. Begitupula Metode penulisan pada penelitian ini adalah
ruang terbuka hijau atau taman. Taman yang deskriptif. Menurut Nasution (2004) penelitian
dirancang seharusnya juga memberikan deskriptif adalah memberikan deskripsi
motivasi bagi para pasien. Taman memiliki tentang gambaran yang lebih luas tentang
unsur hardscape (unsur terbangun) dan situasi atau fenomena. Penelitian ini
softscape (tanaman) sebagai tempat merupakan alur penelitian desain dalam
rehabilitasi serta terapi bagi para penderita arsitektur.
gangguan jiwa. Menurut Pramukanto (2008), Penelitian berlangsung selama 1 tahun. Pada
taman yang didesain berupa lingkungan yang hitungan triwulan pertama merupakan
didominasi unsur tanaman, bersifat tidak tahapan untuk indentifikasi permasalahan,
kompleks dan berpola alami menjadi media survey lokasi sampai menemukan ide awal,
terapi bagi penderita depresi. Taman terapi pada triwulan kedua merupakan tahapan
ini umumnya dengan konsep healing garden analisis yang berkaitan dengan lokasi.
dan menggunakan tanaman hortikultura Selanjutnya adalah desain awal taman rumah
sebagai sarana bermain dan berkebun (Putri, sakit sampai pada pengembangan desainnya
N.P., Astawa, N.G, dan Utami, NWF, 2013). pada triwulan ketiga, dan terakhir penulisan
Melihat ragam masalah yang sudah laporan akhir dan publikasi ilmiah terdapat
diungkapkan dalam identifikasi dan batasan pada triwulan akhir.
masalah, dapat diperoleh permasalahan
Metode berpikir penelitian dengan deduktif-
utama yang dikaji lebih lanjut. Berikut adalah
induktif yaitu menjabarkan bahasan umum
rumusan masalahnya Bagaimana
sampai bahasan khusus atau
merancang taman dengan konsep healing
menghubungkan antara lapangan dengan
garden pada area napza di RSJ Dr.
teori. Jenis penelitannya merupakan
Radjiman Wediodiningrat Lawang?. Tujuan
penelitian yang bersifat kualitatif, karena
dari penelitian ini adalah merancang taman
banyak melibatkan proses menggambar dan
dengan konsep healing garden pada area
komunikasi dengan pengguna.
napza di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang. Metode

Metode pelaksanaan penelitian


menggunakan alur berpikir arsitektur. yang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 106


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

diawali dari kajian atas permasalahan taman landscaping dan autocad. Gambar yang
eksisting, diikuti ide awal berupa sketsa, dihasilkan adalah site plan.
pengumpulan data (inventarisasi/observasi), Jika desain awal sudah sesuai maka akan
analisis kebutuhan dan analisis tapak yang diteruskan pada desain akhir atau
mengacu pada peraturan-peraturan, proses pengembangan desain yang meliputi gambar
wawancara, konsep desain, dan siteplan, rencana-rencana, detail, dan
development design plan (pengembangan konstruksi.
desain) yang disesuaikan kebutuhan.
Kriteria desain berupa taman dengan konsep
Metode analisis data dicapai setelah data healing garden dinyatakan oleh Marcus dan
primer dan sekunder didapatkan pada Barnes (2008) adalah sebagai berikut (a)
tahapan inventarisasi. Analisis dengan Pola bentukan menggunakan arsitektur
mengolah hasil wawancara dengan organik, berpola melingkar dan tidak kaku, (b)
pengguna tentang kebutuhan ruang yang Menciptakan komunikasi antara pengguna
perlu diwadahi yaitu aktivitas pengguna dan dengan elemen desain, (c) Kemudahan
fungsi ruangan. Analisis data secara spasial aksesbilitas, (d) Menggunakan material
dengan bantuan gambar site plan berupa alami, (e) Adanya pembagian zona ruang
pembagian zona ruang. Analisis yang berupa yang jelas baik bersifat privat ataupun publik
rasionalistik menurut peneliti yaitu analisis (f) Memakai material softscape dengan
tapak. Analisis tapak dengan banyak tanaman dengan jenis aneka warna,
membandingkan kondisi eksisting dan aromatik, ataupun bisa dimasukkan dalam
rencana tentang hidrologi, topografi, tata pot (tanaman hortikultura). Adapun kriteria
hijau, potensi, visual, sirkulasi, fungsi lainnya yang disebutkan oleh Stigsdotter dan
bangunan. Analisis data ini diperkuat dengan Grahn (2002) dalam Putri, et al (2013) adalah
studi preseden atau mencari unsur kesamaan (a) Mempertimbangkan pengguna utama dan
dengan rancangan sejenis. tingkat kekuatan mentalnya, (b)Menstimulasi
Wujud hasil analisis ini adalah sketsa konsep panca indera, (c) Menciptakan komunikasi
dan aplikasi komponen desain sebagai tahap antara pengguna dan elemen desain, (d)
awal dari desain. Hasil ini perlu di-feedback Akomodasi kemudahan ketercapaian akses,
dengan pengguna, agar rancangan sesuai (e) Adanya kesempatan untuk mencari ruang
dengan yang diharapkan. Peralatan yang privasi, (f) Kesempatan pengguna untuk
digunakan adalah gambar sketsa dan mendukung proses sosialisasi, (g) Adanya
modelling komputer grafis yang ruang untuk pergerakan fisik, (h) Taman
menggunakan software sketchup, realtime bersifat alami, (i) Menyediakan jarak

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 107


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

penglihatan taman yang jelas, (j) jenazah, pemeliharaan sarana rumah sakit,
Menyediakan kenyamanan fisiologis, (k) dan penunjang medis lainnya. (c)
Menyediakan ketenangan dan keakraban, (l) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
Menyediakan desain yang jelas dan tidak keperawatan. (d) Menyelenggarakan
abstrak. pelayanan rujukan. (e) Menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan. (f)
HASIL DAN PEMBAHASAN Menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan. (g) Menyelenggarakan
Kondisi Umum Rumah Sakit Jiwa Dr.
administrasi umum dan keuangan.
Radjiman Wediodiningrat Lawang
Kondisi Tapak
Mengutip dari profil Rumah Sakit Jiwa Dr.
Secara umum, data BPS Kecamatan
Radjiman Wediodiningrat (RSJ Lawang)
Lawang Dalam Angka (2015), Kabupaten
(2012) merupakan institusi pelayanan
Malang yang menunjukkan lokasi RSJ Dr.
kesehatan jiwa secara paripurna yang
Radjiman Wediodiningrat, berada pada
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
sebuah kawasan yang terletak di bagian
jalan, dan gawat darurat dengan fungsi : (a)
tengah selatan wilayah propinsi Jawa Timur.
Menyelenggarakan pelayanan medis yang
Berbatasan dengan enam kabupaten dan
meliputi rawat jalan, rawat inap, rawat
Samudera Indonesia Gambar 1.
darurat, perawatan intensif dan kegiatan

Area ruang
terbuka
Area
permukiman

Arah
Malang/Surabaya
Area
Area permukiman
permukiman

Gambar 1 Lokasi RSJ Lawang terhadap lingkungan sekitarnya


Sumber : googlemaps (2016)

medis lain. (b) Pelayanan penunjang medis Posisi koordinat Kabupaten Malang terletak
dan non medis yang meliputi radiologi, antara 112o17, 10.90 Bujur Timur dan
farmasi, gizi, rehabilitasi, pemulasaraan 122o57, 00.00 Bujur Timur dan ntara 7o44,

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 108


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

55.11 Lintang Selatan dan 8o26, 35.45 menunjukkan bahwa lokasi direncanakan
Lintang Selatan. Posisi koordinat Kecamatan berada di area sekitar Ruang Napza atau
Lawang adalah 112,6740 Bujur Timur sampai Gedung Dahlia. Alasannya adalah ruang
112, 7288 Bujur Timur dan 7.8781 Lintang napza masih baru berkembang yang awalnya
Selatan sampai 7.8184 Lintang Selatan. hanya dua ruang namun kondisi sekarang
Adapun batasan lokasi RSJ Lawang adalah menjadi satu bangunan. Menurut informasi
sebagai berikut : dari pembimbing, lebih spesifik ruangnya
dibutuhkan di area napza pasien laki-laki
a. Sebelah utara : lahan terbuka
karena membutuhan banyak aktivitas
b. Sebelah timur : area permukiman
daripada pasien perempuan. Adapun
c. Sebelah barat : area permukiman
kegiatan yang dilakukan adalah bermain voli,
d. Sebelah selatan : STIKES dan area
dan bercocok tanam cabe. Taman healing
permukiman.
garden memiliki konsep yaitu melibatkan
Hasil survey dan konsultasi pada Gambar 2
pasien ke dalam taman dalam aktivitas yang

Gambar 2 Area sekitar Ruang Napza atau Gedung Dahlia

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 109


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

ringan, seperti menyiram bunga. usernya adalah staff dan perawat RSJ dan
aktivitas luar ruangangan yang umumnya
Analisis Aktivitas, Fungsi, Dan Kebutuhan
digunakan oleh pasien sebagai salah satu
Ruang
tempat sarana dalam pengobatan. Analisis
Analisis aktivitas, fungsi dan kebutuhan ruang aktivitas fungsi dan kebutuhan ruangan
dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang berada pada Tabel 1 dan Gambar 3.

Tabel 1. Analisis Aktivitas Fungsi dan Kebutuhan Ruangan


No Waktu Ruang Aktivitas User
Aktivitas Dalam Ruangan
1 07.00-12.00 Aktivitas Gedung Depan dan Duduk , menonton TV, Pasien
Belakang dan menunggu waktu
pengecekan medis
2 Sepanjang Gedung Walet Perawatan Rehabilitasi Pasien
waktu Laki-laki
3 Sepanjang Gedung Dahlia Perawatan Rehabilitasi Pasien
waktu Perempuan
4 07.00-16.00 Ruang Administrasi Melakukan pekerjaan staff dan
administrasi perawat
RSJ
Aktivitas Luar Ruangan
5 07.00-12.00 Pos Satpam Dalam Duduk di area pos Pasien
6 07.00-12.00 Belakang Gedung bercocok tanam dan Pasien
memancing,
7 07.00-12.00 Lapangan Voli Bermain Voli Pasien
8 Sepanjang Luar Rungan Berkunjung atau Hanya keluarga
waktu Melintas pasien dan
pengunjung
RSJ
lainnya

berlangsung pada kondisi kawasan. Konsep Dasar Taman dan Site Plan
Perancangan tapak perlu melakukan
Pada penelitian Desain Taman
identifikasi karakteristik aktivitas yang
Menggunakan Konsep Healing Garden
kemudian dilanjutkan analisis aktivitas. Untuk
sebagai Sarana Penyembuhan Penderita
melakukan analisis aktivitas maka diperlukan
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr.
suatu analisis yang bertujuan untuk
Radjiman Wediodiningrat Lawang telah
menentukan kebutuhan ruang berdasarkan
dijelaskan bahwa konsep dasarnya adalah
fungsi ruang yang sesuai dengan
taman berkonsep Healing Garden atau taman
karakteristik aktivitas yang telah diidentifikasi.
untuk membantu proses penyembuhan atau
Analisis aktivitas fungsi dan kebutuhan ruang disebut juga dengan taman terapeutik.
pada perancangan ini dibedakan menjadi Sebagai penunjang aktivitas rumah sakit jiwa,
aktivitas dalam ruangan yang umumnya taman harus mengandung unsur-unsur yang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 110


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

secara tidak langsung memberi stimulus aktif adalah ruangan yang memberikan
untuk membantu proses penyembuhan kesempatan bagi pasien untuk melakukan
pasien, selain itu berpengaruh positif untuk aktivitas gerak aktif, bersosialisasi (interaksi
staf rumah sakit maupun keluarga pasien. sosial) atau berkebun untuk terapi,
Kesan alami juga terlihat pada bentukan sedangkan area aktivitas pasif merupakan
lanskap, sirkulasi di tapak dan setiap material ruang untuk menikmati hijauan dan aktivitas
yang digunakan. bersantai. Area aktivitas pasif bersifat lebih
Konsep tata ruang melanjutkan dari zonasi personal karena diperuntukkan bagi pasien
ruang yang telah dijelaskan sebelumnya. yang ingin menyendiri untuk mendapatkan
yang dihubungkan dengan konsep dasar ketenangan diri (meditasi), yang didukung
yaitu healing garden atau taman penyembuh. oleh fasilitas perorangan seperti ukuran
Ruangan dibagi menjadi dua macam yaitu tempat duduk untuk satu orang. Rencana
area aktivitas aktif dan pasif. Area aktivitas ruang dan aktivitas dapat dilihat pada Tabel

Gambar 3 Analisis pelaku, aktivitas dan kebutuhan ruang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 111


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

2. burung secara alami. Pembagian ruang


Tabel 2. Rencana Ruang Dan Aktivitas

No Ruang Subruang Aktivitas Fasilitas


1 Penerima - Ruang batas - Melihat papan informasi - Papan informasi
sebelum taman
2 Interaksi sosial - Taman bunga - Duduk-duduk - Gazebo
- Ruang santai - Berbincang - Bangku taman
- Tempat sampah
- Pedestrian dengan
Pergola
- Melihat-lihat tanaman - Papan nama tanaman
3 Terapi - Taman - Menanam sayuran dalam - Petak lahan pertanian
hortikultura pot - Planter box
- Menyiram tanaman - Green house
- Memetik buah - Petak lahan untuk bunga
- Melihat bermacam-macam
-Taman bunga bunga dan merasakan -Pedestrian dengan batu
aromanya koral
- Berjalan di atas batu kasar - lapangan volly
-Terapi kaki - Bermain volly - Kolam untuk memancing
- Memancing - Meja gambar
- Olahraga
- Kolam air - Menggambar
-Ruang seni
mini
4 Meditasi - Peristirahatan - Duduk-duduk untuk - Tempat duduk sendiri
perorangan - Petak lahan untuk bunga
- Taman bunga - Bersantai - Air mancur
- Kolam air
- Fitur air - Melihat dan mendengarkan - Sclupture
air gemricik
Selain dua macam ruang yang dibedakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
atas aktivitasnya, ruang dikelompokkan lagi
Rencana sirkulasi pada tapak diorientasikan
menjadi ruang yang bersifat umum, yaitu
untuk pejalan kaki saja, karena selain luas
ruang penerima (gazebo luar di dekat area
tapaknya hanya boleh dijangkau oleh pelaku
masuk), ruang interaksi sosial (ruang santai,
juga tidak memungkinkan masuknya
taman bunga), ruang terapi (taman
kendaraan yang telah diparkir di bangunan
hortikultura), ruang meditasi (taman bunga,
parkir. Sirkulasi untuk manusia dibedakan
area air mancur dan sclupture). Jadi dalam
menjadi dua macam yaitu primer dan
area taman napza ini terdapat zona ruang
sekunder. Sirkulasi primer menghubungkan
taman berjumlah 4 macam. Sebenarnya
jalan masuk dan jalan keluar, sedangkan
nuansa alami juga bisa dihadirkan dengan
sirkulasi sekunder menghubungkan setiap
kicauan burung selain elemen visual warna
area pada tapak. Konsep sirkulasi dibuat
warni bunga dan gemericik air, tetapi dalam
memutar namun tidak menyulitkan (pola
rumah sakit tidak diperbolehkan untuk
sederhana) yang memaksa pasien untuk
memelihara hewan, sehingga area taman
berjalan lebih jauh sebagai salah satu bentuk
bunga sebisa mungkin mendatangkan
terapi bagi pasien (Gambar 5).

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 112


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

Gambar 4 Gambar Konsep Ruang Spasial

Gambar 5 Gambar Konsep Sirkulasi

Sebagai upaya mewujudkan ide tentang peneduh, estetika, aromaterapi, penutup


green hospital tentu dalam mengolah tata tanah dan tanaman hortikultura. Adapun
hijau disesuaikan dengan konsep yang sudah sebagai masukan pada analisis persepsional,
disebutkan sebelumnya yaitu healing garden tanaman yang dibutuhkan adalah tanaman
dengan menentukan terlebih dahulu jenis rindang (namun tidak menutupi seluruh area
tanamannya yang aman dan nyaman bagi tapak), tanaman yang tidak terpengaruh
pasien. Secara umum vegetasi dibedakan musim, tanaman pengusir nyamuk, tidak
menjadi tanaman pengarah, pembatas, mengundang ular, sedangkan tanaman inti

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 113


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

yang harus ada untuk sarana terapi adalah


tanaman hortikultura. Adapun konsep tata
hijau pada kajian ini dapat dilihat pada Tabel
3. Selain itu untuk spesifikasi nama tanaman
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan penggabungan konsep ruang ,
sirkulasi dan vegetasi maka dihasilkan
siteplan pada Gambar 6.

Tabel 3. Konsep Tata Hijau

No Ruang Fungsi Tanaman Fungsi Spesifik


1 Penerima a. Estetika a. Pembentuk ciri khas, warna bunga menarik
b. tanaman b. Pembatas pedestrian dan area taman (semak)
pembatas
2 Interaksi a. Estetika a. Memberikan kesan warna warni oleh bunga
sosial b. tanaman peneduh b. Memberikan naungan oleh kombinasi pohon rendah
dan tinggi
3 Terapi a. Estetika a. Memberikan kesan warna warni oleh bunga
b. tanaman b. Memberikan aroma wewangian yang menyegarkan
aromaterapi c. Memberikan sarana terapi menanam dan merawat
c. tanaman tanaman sayur dan buah
hortikultura
4 Meditasi a. Estetika a. Memberikan kesan warna warni oleh bunga
b. tanaman b. Memberikan aroma wewangian yang menyegarkan
aromaterapi c. Memberikan naungan oleh kombinasi pohon rendah
c. tanaman peneduh dan tinggi

Gambar 6 Site Plan


JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 114
SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

Tabel 4. Jenis tanaman yang digunakan

a. Tanaman Peneduh
Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Jumlah
1 Flamboyan Delonix regia Peneduh di area interaksi 3-5 pohon, diameter
8meter
2 Ketapang Terminalia cattapa Peneduh di area meditasi 3 pohon, diameter 3meter
3 Jakaranda Jacaranda Peneduh di area interaksi 3 pohon, diameter 3meter
filicifolia
4 Liang liu Salix babylonica Peneduh di area kolam air 1 pohon, diameter 2 meter
(Willow)
5 Pinus Pinus merkusii Peneduh di area interaksi 3 pohon, diameter 2meter
6 Tabebuya Tabebuia rosea Peneduh di area interaksi 4 pohon, diameter 2meter
b. Tanaman Pembatas
1 Penitian Acalipa simaea Pembatas antara Sepanjang pedestrian (area
pedestrian dan area taman jalan kaki)
c. Tanaman Pengarah
1 Palem raja Roystonea regia Pengarah jalur pejalan kaki 25 pohon, diameter 1.5
meter
d. Tanaman Estetika
1 Krisan Chrysanthemum sp Tanaman berbunga 50 pohon
2 Anggrek Dendrobium sp Tanaman memperindah 25 tanaman
3 Teratai putih Nymphaea alba Tanaman memperindah 50 tanaman
4 Drasena Dracaena sp Tanaman memperindah 10 pohon
5 Alamanda Allamanda Tanaman pergola 100 tanaman
cathartica
6 Beras kutah Aglaonema sp. Tanaman dalam pot 25 tanaman
7 Anyelir Dianthus Tanaman dalam pot 50 tanaman
caryophyllus
8 Arairut Marantha Tanaman memperindah 25 tanaman
arundinacea
9 Bambu Bambusa vulgaris Tanaman memperindah, 5 tanaman
kuning letak di sudut rumah
10 Begonia Begonia rex Tanaman berbunga 50 tanaman

11 Bunga kana Canna indica Tanaman berbunga 80 tanaman


12 Bunga Gomphrena Tanaman berbunga 100 tanaman
kancing globosa
13 Bunga pukul Mirabillis jalapa Tanaman berbunga 25 tanaman
empat
14 Bugenvil Bougainvillea Tanaman berbunga 25 tanaman
spectabilis
15 Dilem Colleus sp Tanaman berbunga 25 tanaman
16 Hanjuang Cordylin sp Tanaman berbunga 25 tanaman
e. Tanaman Penutup Tanah (Groundcover)
1 Rumput Axonopus Penutup tanah Seluas area taman
patean compressus
2 Bunga cantik Portulacca Variasi dari penutup tanah Beberapa area tertentu dari
manis grandiflora hook rumput taman
f. Tanaman Aromaterapi
1 Lavender Lavandula Memberikan aroma wangi Seluas area terapi
angustifolia

2 Melati Jasminum sambac Memberikan aroma wangi 10 pohon


(I.) W.ait
3 Pandanwangi Pandanus Memberikan aroma wangi 10 pohon

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 115


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

Gambar 4.32. Gambar ilustrasi tampak

Tampak Timur

Gambar 7 Tampak kawasan

Gambar 9 Zona interaksi sosial

Tampak Utara

Gambar 7 Tampak kawasan

Gambar 8 Zona penerima

Gambar 9 Zona interaksi sosial

Gambar 8 Zona penerima

Gambar 8 Zona terapi (kiri) dan zona meditasi (kanan)

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 116


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

SIMPULAN Kania, R. 2010. Evaluasi Taman Rumah


Sakit Sebagai Healing Garden (Studi Kasus
Perancangan taman dengan konsep healing
: Santosa Bandung International Hospital).
garden pada area napza di RSJ Dr.
[skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur
Radjiman Wediodiningrat Lawang diwujudkan
Lanskap Fakultas Pertanian Institut
dengan menggabungkan konsep tata ruang,
Pertanian. www.repository.ipb.ac.id (diakses
konsep sirkulasi dan konsep tata hijau. Pada
10 November 2014).
konsep tata ruang dengan konsep dasar
healing garden ruang dibagi menjadi ativitas Marcus, C. C., Barnes, M. 2008. Healing
aktif dan pasif. Pada konsep sirkulasi pada Gardens: Therapeutic Benefits and Design
tapak diorientasikan untuk pejalan kaki saja, Recommendations. Di dalam: Kreitzer MJ.
Sirkulasi untuk manusia dibedakan menjadi Healing by Design: Healing Garden and
dua macam yaitu primer dan sekunder Therapeutic Landscapes. InformeDesign :
dengan konsep umum pada sirkulasi ini Implications. 2 (10): 1-6.
dibuat memutar namun tidak menyulitkan
Marcus, C. C. 2000. Garden and Health.
(pola sederhana). Sedangkan konsep tata
International Academy for Design and
hijau berisi tentang pembagian vegetasi
Health. 61-69.
menjadi tanaman pengarah, pembatas,
peneduh, estetika, aromaterapi, penutup Moore R. C. 1996. Compact Nature The
tanah dan tanaman hortikultura. Role of Playing and Learning Gardens on
Childrens Lives. J. Therap. Hort. 3: 1-5.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 2004. Metode Research
BPS Kabupaten Lawang. 2015. Kecamatan
(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.
Lawang dalam Angka.
http://www.malangkab.bps.go.id (diakses 30 Larson, J., Kreitzer, M. J. 2007. Healing by
Juni 2016) design : Healing Garden and Therapeutic
Breckenridge, M. B. 2006. Horticultural Landscapes. InformeDesign University of
Therapy Is Different. Knight Ridder/Tribune. Minnesota : Implications. 2 (10) : 1-6.
http://www.ohio.com (diakses 11 November http://www.informedesign.umn.edu (diakses
2014). 8 Januari 2015).

Hakim, R. 2012. Komponen Perancangan Putri, N.P., Astawa, N.G, Utami, N.W.F.
Arsitektur Lansekap : Prinsip-Unsur dan 2013. Perancangan Taman Terapi
Aplikasi Desain. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hortikultura Bagi Penderita Gangguan Jiwa
pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. E-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 117


SETYABUDI, HASTUTININGTYAS, NAILUFAR, NURAINI

Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(4),


Oktober 2013.

RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. 2012.


Sejarah Berdirinya RSJ Lawang.
http://rsjlawang.com/profil.html (diakses 30
Juni 2016).

Spriggs N.G., Wiesen, A. 2002. The


Therapeutic Garden: A Collaboration Of
Professions. Therap. Gard. Des. 3(1): 1-5.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOLUME 8 NOMOR 2 2016 118

You might also like