You are on page 1of 11

Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.

,
Sri, A., Eka, I.S.)
PENGARUH KONSENTRASI AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN
PENGHANCUR TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E UNTUK ANJING

Komang Ayu Mariyani, Cok. Istri Sri Arisanti, Eka Indra Setyawan
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

ABSTRAK

Corn starch is widely used as excipient in the manufacture of tablets. Native corn starch that
have a bad flowability were modificated into pregelatinized corn starch to increase it flowability. The
aim of this research was to know the effect of the use of pregelatinized corn starch as disintegrant on
the physical properties of Vitamin E tablets for dogs with direct compression method.
Pregelatinized corn starch is made by heating the suspenssion of starch at 550 C for 10 minutes
and then dried. Pregelatinized corn starch is used as a disintegrants of vitamin E tablets for dog
which made by direct compression with three variation of pregelatinized corn starch concentration,
that is 5%; 7.5%; and 10%. Quality of resulting tablet are known through the hardness test, friability
test, and disintegrating time test. The result from the research will be analysed by One-way ANOVA
method.
The result showed that the use of pregelatinized corn starch as disintegrant at concentration 5%;
7.5%; and 10% with direct compression method do not give an effect to physical properties of the
tablets and do not meet the requirements of a good tablet.

Key words: corn starch, pregelatinized starch, disintegrant.

PENDAHULUAN granulasi seperti vitamin E. Dalam proses


Anjing merupakan salah satu hewan pembuatan tablet, selain bahan aktif juga
peliharaan yang paling populer dan istimewa dibutuhkan beberapa bahan tambahan. Tablet
bagi manusia. Banyak orang yang menjadikan yang berkualitas harus memiliki syarat
anjing sebagai hewan kesayangannya karena diantaranya yaitu harus cukup kuat terhadap
jinak dan mudah dilatih. Oleh karena itu bagi gangguan fisik atau mekanik tetapi harus
para pencinta anjing sangatlah penting untuk memenuhi syarat waktu hancur yang telah
menjaga penampilan anjing mereka agar tetap ditentukan yaitu untuk tablet anjing berkisat
menarik salah satunya dengan memberikan antara 15-30 menit (Beitz dkk., 2006. Untuk
tablet vitamin E. Tablet vitamin E berfungsi memenuhi syarat waktu hancur yang telah
untuk memperlancar dan meningkatkan ditentukan maka diperlukan bahan
peredaran darah pada kulit anjing sehingga penghancur.
dapat memperindah bulu anjing (Cohen, Bahan penghancur ditambahkan untuk
2007). memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet
Tablet adalah sediaan padat yang ketika terjadi kontak dengan cairan saluran
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan pencernaan (Voigt, 1995). Diantara beberapa
atau tanpa zat tambahan (Anief, 2006). Bentuk bahan penghancur, amilum merupakan salah
sediaan tablet banyak diminati karena praktis satu bahan penghancur yang paling sering
dan mudah diberikan pada anjing. Pada proses digunakan karena murah dan mudah didapat.
pembuatan tablet, dikenal tiga metode antara Kemampuan amilum sebagai bahan
lain metode granulasi kering, granulasi basah, penghancur dipengaruhi oleh amilosa dalam
dan kempa langsung. Pada penelitian ini amilum (Jufri, 2006). Hal ini dikarenakan
dipilih metode kempa langsung karena amilosa mampu menyerap air sehingga
dibandingkan dengan metode lainnya seperti mempengaruhi proses pengembangan amilum
metode granulasi, metode kempa langsung (Jufri, 2006). Sehingga, tablet yang kontak
lebih menguntungkan karena akan menghemat dengan cairan saluran pencernaan
waktu, peralatan maupun energi yang mengembang dan menyebabkan tablet menjadi
digunakan. Selain itu metode kempa langsung pecah dan hancur (Jufri, dkk., 2006).
sesuai untuk bahan obat yang bersifat sensitif Salah satu amilum yang dapat digunakan
terhadap kelembaban dan panas, yang sebagai bahan penghancur yaitu amilum
stabilitasnya terganggu akibat metode jagung. Amilum jagung mudah diperoleh dan

39
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
harganya terjangkau. Amilum jagung bertingkat no. 20, 40, 60, dan 80
mengandung 28% amilosa dan 72% (Electromagnetic Sieve Shaker EMS-8), alat
amilopektin (Wicaksono, 2008). Amilum uji kompaktibilitas (Electrolab Tap density
jagung berupa serbuk halus, memiliki luas tester EDT-1020).
permukaan yang besar. Amilum alami bersifat Bahan-bahan yang digunakan dalam
adhesif sehingga sifat alirnya kurang baik penelitan ini antara lain: vitamin E, gelatin,
(Ben, dkk., 2007). Oleh karena itu diperlukan amilum jagung, laktosa, magnesium stearat,
modifikasi untuk kelemahan dari amilum dan aquadest.
jagung alami tersebut. Salah satu cara
modifikasi amilum yaitu pregelatinasi. METODE
Amilum pregelatin adalah amilum yang A. Uji Identifikasi Bahan
dibuat dengan pemanasan suspensi amilum Uji identifikasi bahan dilakukan dengan
pada suhu gelatinasinya, kemudian melihat ketersediaan Certificated of Analytic
dikeringkan. Amilum pregelatin terdiri dari (CoA) pada bahan baku serta uji terhadap
gabungan butir amilum utuh dan amilum yang kemasan dengan mengamati apakah kemasan
mengalami pemecahan yang membentuk masih baik atau telah
ukuran yang lebih besar sehingga memiliki mengalami kerusakan. Untuk amilum
daya alir dan kompresibilitas yang baik dilakukan uji organoleptis meliputi warna,
(Juheini, dkk., 2004). Menurut Alebiowu dan bau, dan rasa dan dibandingkan dengan
Itiola (2003), untuk bahan penghancur tablet pemerian yang tertera pada Farmakope
digunakan amilum pregelatin parsial yaitu Indonesia.
dengan memanaskan suspensi amilum
dibawah suhu gelatinasinya yaitu pada suhu B. Pembuatan Amilum Jagung Pregelatin
55oC selama 10 menit. Suhu gelatinasi amilum 100 g amilum jagung disuspensikan dengan
jagung 65oC dan dicapai gelatinasi sempurna 100 ml aquadest kemudian dipanaskan 55oC
selama 22 menit (Richana dan Sunarni, 2005). dengan pengadukan selama 10 menit.
Amilum pregelatinasi sempurna lebih bersifat Kemudian dikeringkan pada oven 60oC selama
sebagai pengikat. 48 jam, dan diayak dengan ayakan 20 mesh.
Berdasarkan uraian di atas dilakukan
penelitian pengaruh variasi konsentrasi C. Uji Pendahuluan Amilum
amilum jagung pregelatin sebagai bahan Uji pendahuluan ini dilakukan pada amilum
penghancur pada formula tablet sehingga jagung alami dan amilum jagung pregelatinasi.
didapatkan tablet dengan sifat fisik yang baik. Uji tersebut meliputi:
Penggunaan amilum pregelatin sebagai 1. Uji organoleptik
penghancur dalam sediaan tablet yaitu pada Amilum ditimbang sebanyak 1 gram,
rentang konsentrasi 5 10%, dari rentang kemudian diamati bentuk, warna, bau dan rasa
tersebut diambil tiga konsentrasi yaitu 5%, amilum (Depkes RI, 1995).
7,5%, dan 10% 2. Uji mikroskopik
(Rowe, dkk., 2006). Ditimbang amilum sebanyak 100 mg dan
diletakkan pada gelas objek. Selanjutnya
ALAT DAN BAHAN ditambahkan 2 tetes aquadest, lalu diamati
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian bentuk hilus, lamela dari amilum jagung di
ini antara lain: oven, timbangan (adam aFP- bawah mikroskop dengan perbesaran 400x
360L), mesin pencetak tablet (single punch (Depkes RI, 1995).
model UK FA-ITB-CIT 1.0 SB), mesin uji 3. Uji makroskopik
kekerasan (Erweka tipe TBH 225 Series), Ditimbang amilum sebanyak 100 gram
mesin uji waktu hancur (Erweka tipe ZT x20), kemudian dilakukan pengayakan bertingkat
mesin uji kerapuhan (Erweka tipe TA/TAR), dengan mesh no. 20, 40, 60, dan 80. Ukuran
stopwatch, seperangkat alat pengukur kehalusan amilum dapat dilihat melalui no
kecepatan alir dan sudut diam, pengayak, mesh dari ayakan bertingkat tersebut.
thermometer, mikroskop (Yazumi xsp-12), 4. Penetapan susut pengeringan
pH-meter (Oakton pH 510 series), heater Amilum ditimbang sebanyak 1 gram dan
(Corning PC-420D), seperangkat alat dimasukkan dalam botol timbang dangkal
pengukur kecepatan alir dan sudut diam, alat bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan
uji distribusi ukuran partikel dengan mesh pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah

40
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
ditara. Amilum dimasukkan ke dalam botol ukuran partikel granul dengan berat granul
timbang tersebut dan botol timbang ditimbang yang tertambat pada masing-masing ayakan.
beserta isinya. Lalu dimasukkan kedalam c. Waktu alir dan sudut diam
oven, sumbat dibuka dan dibiarkan sumbat ini Sebanyak 100 gram granul ditimbang
di dalam oven. Dikeringkan pada suhu 105oC kemudian dimasukkan ke dalam corong gelas
hingga bobot tetap (Depkes RI, 1995). yang ujung bawahnya ditahan penyekat dan
5. Pengukuran pH diratakan.
Dicampurkan 5 gram amilum dengan 25 ml air d. Bobot jenis granul
bebas CO2 selama 1 menit dan didiamkan Bobot jenis granul yang diuji adalah bobot
selama 15 menit. Kemudian diukur dengan pH jenis nyata dan bobot jenis mampat.
meter. Amilum memiliki pH sekitar 5,5-6,5 1. Bobot jenis nyata
untuk amilum jagung alami, dan 4,5-7 untuk Sebanyak 100 gram (W) serbuk zat uji yang
amilum jagung pregelatinasi (Rowe, dkk., telah dikeringkan ditimbang dan dimasukkan
2006). ke dalam gelas ukur 200 mL.
2. Bobot jenis mampat
D. Uji Sifat Fisik Amilum Sebanyak 100 gram (W) serbuk zat uji yang
Uji sifat fisik amilum ini dilakukan pada telah dikeringkan ditimbang dan dimasukkan
amilum jagung alami dan amilum jagung ke dalam gelas ukur 200 mL. Kemudian
pregelatinasi. Uji tersebut meliputi: dilakukan pengetukan hingga volumenya
a. Uji kelembaban granul konstan.
Ditimbang 5 gram amilum kemudian e. Kompaktibilitas granul
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050C Persen kompaktibilitas dihitung berdasarkan
selama 15 menit. Kandungan lembab yang data yang diperoleh dari pengukuran bobot
baik adalah 1-5% (Voigt, 1995). jenis nyata dan bobot jenis mampat.
b. Distribusi ukuran partikel granul
100 gram granul ditimbang dan diayak secara E. Pencetakan Tablet
bertingkat mulai dari mesh 20, 30, 50, 60, 80, Vitamin E dicampur dengan gelatin,
100 dengan laju perputaran menunjuk angka laktosa, amilum jagung pregelatinasi, dan
10 selama 15 menit. Kemudian hasil dari magnesium stearat hingga terbentuk campuran
masing-masing mesh ditimbang dan persentase yang homogen. Campuran kemudian dikempa.
fines dihitung. Kemudian fraksi pada setiap Mesin dijalankan dengan ukuran die yang
ayakan ditimbang dan dihitung persentasenya menghasilkan bobot 1 tablet sebesar 500 mg.
kemudian dibuat kurva hubungan antara

41
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
F. Uji Sifat Fisik Tablet
Uji sifat fisik tablet ini dilakukan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
amilum jagung alami dan amilum jagung
pregelatinasi. Uji tersebut meliputi: A. Uji Pendahuluan Amilum
a. Penampilan tablet
Dilakukan pengamatan terhadap ukuran, 1. Uji organoleptik
bentuk, permukaan, warna, dan cacat fisik dari Uji organoleptik bertujuan untuk
tablet. memastikan bahwa benar bahan yang
b. Keseragaman bobot digunakan adalah amilum dilihat dari ciri-ciri
Sejumlah 20 tablet ditimbang dan dihutung fisiknya. Uji organoleptik yang dilakukan
bobot rata-ratanya. Kemudian tablet ditimbang meliputi warna, bau dan rasa amilum, sehingga
satu per satu dan dibandingkan dengan bobot dapat disesuaikan dengan ketentuan
rata-ratanya. Farmakope Indonesia edisi IV.
c. Uji kekerasan tablet Hasil uji organoleptik menunjukkan
Tablet diletakkan pada landasan mesin uji amilum jagung alami dan pregelatin berwarna
kekerasan Erweka tipe TBH 225 Series dan putih, tidak berbau dan tidak berasa, hal ini
dilihat pada tekanan berapa (Kp) tablet pecah. sesuai dengan ketentuan Farmakope Indonesia
d. Uji kerapuhan tablet IV (1995).
Sejumlah 13 tablet ditimbang dan dimasukkan
ke dalam friabilator Erweka tipe TA/TAR. 2.Uji mikroskopik
Alat dijalankan selama 4 menit dengan Uji mikroskopik dilakukan untuk
kecepatan 25 rpm. Kemudian tablet mengetahui bentuk hilus dan lamella amilum
dikeluarkan dari alat, dibersihkan dari debu di bawah mikroskop. Pada uji mikroskopik,
dan ditimbang dengan seksama. Persentase amilum jagung alami memiliki bentuk bulat
bobot yang hilang dihitung. Selanjutnya dan bersudut, tidak memiliki lamella, dan
ditentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang memiliki hilus yang terletak di tengah, hal ini
telah dilakukan. sesuai dengan Farmakope Indonesia IV.
e. Uji waktu hancur Amilum jagung pregelatinasi memiliki bentuk
Pada masing-masing tabung dari keranjang dan letak hilus yang sama dengan amilum
dimasukkan 1 tablet dan kemudian diberi jagung alami serta tidak memiliki lamella,
cakram pada tiap tabung. Sebagai media hanya saja amilum pregelatinasi memiliki
digunakan air bersuhu 37 2C. Kemudian susunan yang berbeda yaitu bergerombol serta
alat Erweka tipe ZT x20 dijalankan sampai memiliki ukuran yang lebih besar. Bentuknya
seluruh tablet dalam keranjang hancur atau yang sama kemungkinan diakibatkan oleh
tidak memiliki inti yang jelas dan waktunya amilum mengalami proses gelatinasi yang
dicatat. tidak sempurna, atau mengalami pregelatinasi
parsial. Amilum pregelatinasi parsial
G. Metode Pengolahan Data mengandung 80 % amilum yang tidak
Untuk menentukan sifat karakteristik fisik termodifikasi (Rowe, dkk., 2006). Ukuran
tablet dari ketiga formulasi dilakukan dengan partikelnya yang lebih besar dibandingkan
metode ANOVA (Analysis of Variance) One- amilum alami kemungkinan diakibatkan oleh
Way dengan derajat kepercayaan 95%. Jika mengembangnya amilum pada proses
pada hasil ANOVA One-Way menunjukkan gelatinasi. Sedangkan susunannya yang
bahwa konsentrasi amilum jagung pregelatin bergerombol kemungkinan dikarenakan pada
memberikan pengaruh yang berbeda pada pembuatan amilum jagung pregelatin, ibentuk
masing-masing sifat fisik tablet (Sig.< ); = granul-granul yang memiliki ukuran
5% (0,05), maka dilanjutkan dengan uji LSD makroskopik partikel yang lebih besar
(Least Significant Difference) untuk sehingga menyebabkan granul-granul
memperjelas perbedaan masing-masing amilumnya berkumpul dan terikat.
konsentrasi amilum jagung pregelatin.

42
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)

itu juga amilum jagung pregelatinasi memiliki


3. Uji makroskopik susunan yang bergerombol.
Uji makroskopik dilakukan untuk
mengetahui ukuran amilum. Pada uji 4. Susut pengeringan
makroskopik, dilakukan pengujian dengan Pengujian susut pengeringan bertujuan
pengayakan bertingkat, dimana hasil pengujian untuk menetapkan jumlah semua jenis bahan
makroskopik dari amilum jagung alami dan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi
amilum jagung pregelatin sebagai berikut: tertentu (Depkes RI, 1995). Pengujian susut
pengeringan dilakukan pada amilum jagung
alami dan amilum jagung pregelatin. Rata-rata
susut pengeringan amilum jagung alami dan
amilum jagung pregelatin berturut-turut adalah
(10,17 0,29)% dan (7,67 0,58)%.
Amilum jagung alami dan amilum
jagung pregelatinasi memenuhi ketentuan
susut pengeringan untuk amilum yang terdapat
dalam Farmakope Indonesia. Susut
pengeringan amilum tidak diperbolehkan lebih
dari 15 % (b/b) (Depkes RI, 1995).
Pada hasil uji t terdapat perbedaan
Pada Tabel 2, amilum alami jagung secara signifikan antara susut pengeringan amilum
makroskopik tergolong serbuk sangat halus jagung alami dengan amilum jagung
(Very fine powder) karena mampu melewati pregelatin. Hasil susut pengeringan pada tabel
seluruhnya pada ayakanmesh no. 80. Hal ini diatas, menunjukan bahwa amilum jagung
sesuai pada Farmakope Indonesia IV (1995) pregelatin memiliki nilai persentase susut
yang menyatakan bahwa amilum berbentuk pengeringan yang lebih rendah dari amilum
serbuk sangat halus. Sedangkan amilum jagung alami. Hal ini kemungkinan
jagung pregelatin tergolong kedalam serbuk diakibatkan pada saat pembuatan amilum
kasar (Coarse powder) karena amilum jagung jagung pregelatinasi dilakukan pengeringan
pregelatin seluruhnya terayak pada ayakan yang mengakibatkan terjadinya penguapan air.
mesh no. 20 dan tidak lebih dari 40 % amilum
yang terayak pada ayakan mesh no 60. 5. Pengukuran pH
Penggolongan serbuk di atas berdasarkan Tujuan dari uji ini adalah untuk
dengan penggolongan serbuk obat-obatan yang mengetahui apakah pH amilum memenuhi
berasal dari tumbuhan atau hewan yang persyaratan. Rentang pH yang telah
ditetapkan oleh Ansel (2005). Amilum jagung dipersyaratkan tersebut berpengaruh terhadap
pregelatinasi memiliki ukuran partikel yang kestabilan amilum pada saat penyimpanan.
lebih besar dari amilum jagung alami Rata-rata pengukuran pH amilum jagung alami
kemungkinan karena pada saat proses dan amilum jagung pregelatinasi berturut-turut
gelatinasi terjadi pengembangan amilum adalah (5,71 0, 03) dan (5,54 0,01). Dari
akibat adanya air dan pemanasan yang hasil pengukuran pH diatas, amilum jagung
mengakibatkan ukurannya lebih besar. Selain alami dan amilum jagung pregelatinasi

43
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
memenuhi rentang yang dipersyaratkan oleh keseragaman bobot tablet (Fudholi, 1983).
Rowe, dkk. (2006), yaitu 5,5-6,5 untuk Berikut ini adalah nilai rata-rata amilum
amilum jagung alami, dan 4,5-7 untuk amilum jagung alami yang tertambat pada masing-
jagung pregelatinasi. masing ayakan:
Pada hasil uji t didapatkan perbedaan yang
signifikan antara pH amilum jagung alami dan
pregelatin. pH amilum jagung pregelatin lebih
rendah dari amilum jagung alami.

B. Uji Sifat Fisik Amilum


1. Uji kelembaban amilum
Tujuan pengujian kelembaban amilum
adalah untuk mengetahui kandungan lembab
dalam amilum. Berikut adalah nilai rata-rata
kelembaban amilum.

Amilum jagung alami tidak memenuhi


persyaratan sedangkan amilum jagung
pregelatinasi memenuhi persyaratan. Syarat
kelembaban yang baik adalah 1%-5%
(Lachman, dkk., 2008).
Pada hasil uji t menunjukkan perbedaan
signifikan antara kelembaban amilum jagung
alami dan pregelatin. Kelembaban amilum
jagung pregelatinasi lebih rendah dari amilum
jagung alami. Hal ini kemungkinan disebabkan
pada proses pembuatan amilum pregelatinasi Pada gambar 2, terlihat bahwa seluruh amilum
dilakukan pengeringan yang menyebabkan melewati ayakan 80 mesh. Sedangkan pada
terjadinya penguapan air sehingga kandungan amilum jagung pregelatinasi distribusi ukuran
lembabnya lebih rendah. partikelnya terpusat pada ayakan mesh 40
Kelembaban yang dimiliki amilum tidak yaitu sebanyak 77,01%. Amilum jagung alami
diperbolehkan terlalu tinggi ataupun terlalu menunjukkan distribusi ukuran partikel yang
rendah. Kelembaban yang terlalu tinggi akan lebih sempit dibandingkan dengan amilum
menyebabkan bahan melekat pada permukaan jagung pregelatinasi karena amilum jagung
die dan punch. Sedangkan kelembaban yang alami seluruhnya memiliki
terlalu rendah akan menyebabkan tablet ukuran partikel yang seragam yaitu lebih kecil
menjadi rapuh. Selain itu, kelembaban yang dari 180 m.
tinggi dapat menyebabkan amilum mudah Amilum alami seluruhnya melewati
ditumbuhi oleh jamur dan bakteri, karena ayakan 80 mesh dan merupakan fines.
air merupakan media pertumbuhan jamur dan Persentase fines amilum alami yaitu 98,19%
bakteri (Lieberman, 1989). sedangkan amilum jagung pregelatinasi
2. Distribusi ukuran partikel memiliki persentase fines yaitu 7,18 %. Fines
Distribusi ukuran partikel diperlukan untuk memperbaiki pengisian
mempengaruhi kemampuan alir dari amilum. amilum ke dalam mesin. Akan tetapi jumlah
Distribusi ukuran yang luas mengakibatkan fines yang berlebihan dapat menyebabkan sifat
aliran yang tidak seragam ke dalam ruang aliran amilum menjadi buruk (Lachman dkk.,
kompresi sehingga dapat mempengaruhi 2008). Fines juga mempengaruhi
kompaktibilitas. Campuran dengan jumlah

44
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
fines yang lebih banyak akan memiliki semakin baik daya aliran serbuk tersebut
kompaktibilitas yang lebih besar (Siregar, (Voigt, 1995). Sifat alir juga dipengaruhi oleh
2008). Semakin meningkatnya fines kelembaban. Semakin tinggi kelembabannya
kompaktibilitasnya akan meningkat. maka sifat
Persentase fines yang diperbolehkan berkisar alirnya akan semakin buruk. Kecepatan alir
10%-20% (Jenkins, 1957). (Lachman dkk., yang tinggi juga dihasilkan melalui
2008). pengeringan serbuk dan peniadaan partikel
yang berukuran <10 m (Voigt, 1995).
3. Uji sifat alir
Sifat alir amilum dapat diketahui dengan cara 4. Uji kompaktibilitas
mengukur waktu alir dan sudut diam Uji kompaktibilitas amilum dilakukan dengan
(Lachman dkk., 2008). Waktu alir dan sudut menghitung bobot jenis nyata dan bobot jenis
diam merupakan parameter yang digunakan mampat amilum.
untuk menentukan kecepatan alir serta waktu
yang diperlukan suatu bahan untuk mengalir
(Voigt, 1995). Berikut adalah tabel nilai rata-
rata waktu alir dan sudut diam amilum.

Nilai kompaktibilitas kurang dari 18%


biasanya memberikan sifat alir yang baik,
namun kompaktibilitas (18-23)% masih
diperbolehkan karena dalam rentang cukup
mengalir sedangakan kompaktibilitas lebih
dari 38% menunjukkan kemampuan alir yang
buruk (Aulton, 2002).
Dari kedua amilum tersebut, amilum
Amilum jagung alami memiliki sifat alir alami memiliki kompaktibilitas sangat buruk,
yang sangat buruk, sedangkan amilum jagung sehingga tidak akan mampu untuk mengalir,
pregelatinasi memiliki sifat alir yang sangat sedangkan amilum jagung pregelatinasi
baik yaitu memiliki waktu alir lebih besar dari memiliki kompaktibilitas yang cukup baik
10 gram/detik (Aulton, 1988). Pada amilum karena berbentuk granul, sehingga mampu
jagung alami tidak terbentuk sudut, karena untuk mengalir. Dari hasil uji t didapatkan
tidak mampu mengalir pada corong. perbedaan bermakna antara kompaktibilitas
Sedangkan amilum jagung pregelatinasi amilum alami dengan pregelatin. Nilai
memiliki sudut diam yang cukup mampu kompaktibilitas tergantung dari bagaimana
mengalir karena sudut diam yang terbentuk kemampuam amilum memampat secara lebih
memasuki rentang 300 400 (Aulton, 1988). rapat. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah fines
Amilum jagung alami tidak mampu yang terdapat dalam serbuk. Campuran dengan
mengalir, karena ukuran partikel yang kecil jumlah fines yang lebih banyak akan memiliki
yaitu <180 m, kohesivitas antar partikelnya kompaktibilitas yang lebih besar (Siregar,
meningkat sehingga sulit untuk mengalir 2008).
(Voigt, 1995). Selain itu amilum jagung alami Semakin meningkatnya fines
terdiri dari banyak fines. Sedangkan amilum kompaktibilitasnya akan meningkat karena
jagung pregelatinasi memiliki sifat alir yang penurunan volume granul ketika dimampatkan
sangat baik. Hal ini disebabkan karena ukuran akan lebih besar karena banyaknya
partikel amilum jagung pregelatinasi lebih pengurangan rongga-rongga granul oleh
besaryaitu >850 m. Aliran serbuk dapat adanya kandungan fines (Gordon, dkk., 1989).
dipengaruhi oleh ukuran partikel melalui gaya
kohesi diantara partikel (Voigt, 1995). C. Uji Sifat Fisik Tablet
Semakin kecil ukuran partikel maka akan Amilum yang telah dilakukan uji sifat fisik
mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut dan memenuhi persyaratan, selanjutnya
diam yang terbentuk semakin besar (Candra, diformulasikan sebagai bahan penghancur
2008). Semakin datar kerucut yang dihasilkan, dalam pembuatan tablet vitamin E untuk
artinya sudut kemiringan semakin kecil, anjing. Uji evaluasi tablet meliputi penampilan

45
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
fisik tablet, keseragaman bobot tablet, Uji penampilan fisik tablet diamati dengan
kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan uji melihat bentuk, warna, bau, diameter, dan
waktu hancur tablet. ketebalan tablet yang dihasilkan.
1. Uji Penampilan Fisik Tablet Uji penampilan fisik tablet dilakukan
Penampilan fisik tablet sangat penting secara visual. Seperti yang terlihat pada tabel
untuk mengontrol keseragaman antara bahan 6, tablet yang dihasilkan memiliki bentuk bulat
pada tablet yang satu dengan tablet yang pipih berdiameter 12 mm dengan warna putih
lainnya (Lachman, dkk., 1994). kekuningan dengan bercak cokelat dan tidak
berbau. Bentuk permukaan tablet adalah bulat
pipih, halus, dan tidak mengalami capping.

Dari gambar 2, terlihat bahwa Tablet dari Indonesia. Hasil evaluasi tablet menurut
ketiga formula memiliki bentuk tampilan fisik Farmakope Indonesia Edisi III untuk ukuran
yang sama. Diameter dan ketebalan dari ketiga tablet kecuali dinyatakan lain yaitu diameter
formula tablet tersebut memenuhi persyaratan tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang
menurut Farmakope dari 1 1/3 kali tebal tablet. Sedangkan menurut
Siregar (1992), tebal tablet pada umumnya

46
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
tidak lebih dari 50 % diameter tablet. bahan obat untuk mencapai tujuan terapi yang
Sedangkan warna yang diberikan kurang diharapkan (Lieberman, dkk., 1989).
menarik karena terjadinya mottling yaitu 3. Uji Kekerasan Tablet
keadaan dimana distribusi warna tablet tidak Kekerasan tablet mencerminkan
merata. Hal ini dikarenakan berbedanya warna ketahanan tablet agar dapat bertahan terhadap
obat dengan warna bahan penambah lainnya. berbagai guncangan mekanik pada saat
Warna vitamin E yaitu kuning sedangkan pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan
bahan tambahan yang lain seperti laktosa, sebelum digunakan (Lachman, dkk., 2008).
amilum, dan Mg stearat berwarna putih. Cara
mengatasinya yaitu dengan pemberian zat
warna, memperkecil ukuran partikel, atau
mengganti sistem pengikat (Lachman, dkk.,
1994). Pengikat yang digunakan yaitu gelatin
yang memiliki warna kecokelatan. Gelatin
Dari hasil tersebut bahwa ketiga konsentrasi
lebih efektif digunakan dalam bentuk larutan
tidak memenuhi persyaratan kekerasan yang
pada pembuatan granul dibandingkan dalam
baik. Kekerasan tablet yang baik yaitu antara 4
bentuk kering pada formula kempa langsung.
kp-8 kp (Lachman dkk., 2008). Hal ini dapat
Larutan pengikat berwarna tertentu dapat
disebabkan antara bahan obat dengan bahan
terbagi merata pada granul (Lachman, dkk.,
tambahan lainnya memiliki ukuran partikel
1994). Penggunaan gelatin dalam bentuk
yang tidak seragam. Amilum jagung
kering pada metode kempa langsung dapat
pregelatinasi distribusi ukuran partikelnya
menyebabkan mottling karena warnanya tidak
terpusat pada ayakan 40 mesh dan vitamin E
terdistribusi merata dan ukuran partikelnya
terpusat pada ayakan 60 mesh, sedangkan
yang besar.
laktosa memiliki ukuran partikel 100 mesh.
2. Uji Keseragaman Bobot
Ukuran partikel yang seragam dapat mengisi
Keseragaman bobot merupakan suatu
ruang cetak dengan baik dan maksimal.
tolak ukur untuk memastikan bahwa tablet
Kekerasan dipengaruhi oleh ukuran partikel
mengandung sejumlah obat yang tepat. Bobot
dan adanya fines. Ukuran partikel yang besar
tablet dapat diatur untuk mengontrol kualitas
menyebabkan ruang antar granulnya akan
granul dan berkaitan dengan dosis zat aktif.
semakin besar dan dapat terisi oleh udara
Penyimpangan dari bobot tablet akan
sehingga pada saat pengempaan terjadi
mempengaruhi takaran atau dosis dari bahan
penurunan kekuatan ikatan antargranul.
obat (Lachman, dkk., 2008).
Sedangkan adanya jumlah fines yang banyak
Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet
dapat menyebabkan tablet rapuh karena
menunjukkan bahwa ketiga formula tablet
tersusun dari serbuk yang sangat halus
memenuhi ketentuan Farmakope Indonesia
sehingga kekerasannya rendah
Edisi III (Depkes RI, 1979), yaitu tidak boleh
(Hadisoewignyo dan Fuhdoli, 2007).
lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang
Pada uji kekerasan tablet dengan uji One
dari bobot rata lebih besar dari 5% dan tidak
way-ANOVA tidak terdapat perbedaan
ada satu tablet pun yang bobotnya
bermakna antara formula I, formula II dan
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
formula III. Oleh karena itu maka tidak
10%.
dilanjutkan dengan uji LSD.
Pada uji keseragaman bobot tablet dengan
uji One way-ANOVA menunjukkan tidak
4. Uji Kerapuhan Tablet
terdapat perbedaan bermakna terhadap
Ratarata kerapuhan tablet vitamin E
keseragaman bobot antara formula I, formula
untuk anjing dengan amilum jagung pregelatin
II dan formula III.
sebagai penghancur yaitu ditunjukan oleh tabel
Hasil keseragaman bobot ditentukan oleh
9.
sifat alir bahan dan homogenitas dari
campuran. Bahan yang mengalir baik akan
dapat mengisi ruang cetak secara
terusmenerus, konstan dan maksimal sehingga
tablet yang dihasilkan dapat memenuhi
keseragaman bobot yang baik. Keseragaman
bobot mempengaruhi takaran atau dosis dari

47
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
Dari hasil tersebut bahwa formula III lama. Amilum jagung pregelatin mempunyai
memenuhi persyaratan kerapuhan yang baik. kemampuan untuk menyerap air sehingga air
Sedangkan formula I dan II tidak memenuhi akan mudah masuk ke dalam tablet dan
persyaratan. Persyaratan kerapuhan yang baik semakin cepat waktu yang diperlukan tablet
yaitu tidak boleh lebih dari 1% (Lachman untuk hancur (Lachman dkk., 2008). Sehingga
dkk., 2008). Hal ini disebabkan karena kurang semakin besar konsentrasi yang diberikan
kompaknya tablet. Hal ini dapat disebabkan maka waktu hancurnya akan semakin cepat.
oleh tidak seragamnya ukuran serbuk, jumlah
fines, dan rendahnya kerja bahan pengikat KESIMPULAN
(Voight, dkk., 1995). Bahan pengikat yang 1. Amilum jagung pregelatinasi sebagai
dipergunakan yaitu gelatin yang merupakan penghancur tabletvitamin E untuk anjing
salah satu gum alam. Bahan ini lebih efektif pada konsentrasi 5 %; 7,5 %; dan 10 %
jika digunakan dalam bentuk larutan pada dengan menggunakan metode kempa
pembuatan granul dibandingkan dalam bentuk langsung tidak memberikan pengaruh
kering ke formula pencetakan langsung terhadap sifat fisik tablet.
(Lachman, dkk., 1994). 2. Variasi konsentrasi amilum jagung
Pada hasil uji kerapuhan tablet dengan pregelatinasi 5 %; 7,5 %; dan 10 % sebagai
uji One way-ANOVA tidak terdapat penghancur tablet vitamin E untuk anjing
perbedaan bermakna antara formula I, dengan metode kempa langsung tidak dapat
formula II dan formula III. Oleh karena itu menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang
maka tidak dilanjutkan dengan uji LSD. baik.
5. Uji Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur tablet merupakan waktu DAFTAR PUSTAKA
yang diperlukan untuk hancurnya tablet Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat.
menjadi partikel - partikel penyusunnya dan Yogyakarta: Gadjah Mada University
melepaskan obatnya. Press.

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta : UI-
Press.

Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutic The


Science of Dosage Form Design.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa ketiga Hongkong : ELBS.
konsentrasi tidak memenuhi persyaratan waktu
hancur tablet untuk anjing yaitu antara 15-30 Ben, E.S., Zulianis dan A. Halim. Studi Awal
menit. Hal ini dapat disebabkan karena kurang Pemisahan Amilosa dan Amilopektin Pati
kompaknya tablet. Singkong dengan Fraksi Butanol-Air.
Pada hasil uji waktu hancur tablet dengan Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,
uji One way-ANOVA didapatkan perbedaan Vol.12, No.1.(2007)
yang bermakna antara formula I, formula II
dan formula III. Oleh karena itu maka Candra, D. 2008. Pengaruh Variasi
dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui Konsentrasi Asam Tartrat terhadap Sifat
perbedaan bermakna tersebut. Fisik dan Respon Rasa Tablet Evervescent
Pada hasil uji LSD waktu hancur tablet Ekstrak Tanaman Ceplukan (Physalis
vitamin E untuk anjing pada formula I, angulata L.). Surakarta: Universitas
formula II, dan formula III (lampiran 22) dapat Muhammadiyah. Hal. 2-19
dilihat bahwa waktu hancur pada formula I
menunjukkan perbedaan bermakna dengan Cohen, J. 2007. Vitamin E and Hair. (serial
formula yang lainnya. Hal ini dapat online), (cited 2009 oct, 14). Available
dikarenakan formula I mengandung amilum from: http//www.contentking.eu
jagung pregelatinasi sebagai penghancur
dengan konsentrasi yang paling sedikit yaitu 5 Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia.
% sehingga waktu hancurnya menjadi lebih Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

48
Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur (Ayu, M.,
Sri, A., Eka, I.S.)
Lieberman, H. A. Lachman, L. Schwartz, J. B
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi (eds). 1989. Pharmaceutical Dosage Form
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan : Tablets, Volume 1.2nd edition. The
Republik Indonesia. United States of American: Marcel Dekker,
Inc. Hal: 132, 148-150.
Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi
dalam Kompresi Direk. Jakarta : Kongres Rowe, C.R., P.J. Shekey, and P.J. Weller.
XI ISFI. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. Fifth Edition. London :
Hadisoewignyo, L. dan A. Fuhdoli. 2007. Pharmaceutical Press.
Studi Pelepasan In Vitro Ibuprofen dari
Matriks Xanthan Gum yang Siregar, C. 1992. Granulation
Dikombinasikan dengan Crosslinking Characterization Methods and
Agent. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Significance. Proceedings, Seminar
Universitas Gadjah Mada. Validasi di Industri Farmasi sebagai
Pendukung Pelaksanaan CPOB. Bandung :
Juheini, Iskandarsyah, Animar J.A., dan Jenny. Jurusan Farmasi FMIPA ITB.
Pengaruh Kandungan Pati Singkong
Terpregelatinasi Terhadap Karakteristik Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
Fisik Tablet Lepas Terkontrol Teofilin. Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.1, University Press.
No.1.(2004) 21-26
Wicaksono, A. 2008. Suksinilasi Pati
Lachman, C.L, Lierberman H.A., J.L Kanig Singkong Pregelatinisasi sebagai
(eds). 2008. Teori dan Praktek Farmasi Penghancur dan Pengikat pada Tablet
Industri, edisi 2 (Terjemahan). Jakarta: UI Amoxicillin. Jakarta: FMIPA Universitas
press. Indonesia.

49

You might also like