Professional Documents
Culture Documents
Peran OJK Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Peran OJK Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Priyo Hartono/DPB1-BI
Sekilas Perkembangan
Perbankan Syariah Nasional
2
Peran OJK dalam Perbankan Syariah
Sekilas Perkembangan
Agenda Perbankan Syariah Nasional
3
Indikator Perkembangan Perbankan Syariah
Indonesia (Q1-2014)
(Rp. Milyar )
Total Aset
66,090 97,519 145,467 195,018 242,276 240.915 244.196
Growth Aset 33.37% 47.56% 49.17% 34.06% 24.23% -0.56% 1.36%
Pembiayaan Yang
Diberikan 46,886 68,181 102,655 147,505 184,121 184.964 188.063
Growth PYD 22.74% 45.42% 50.56% 43.69% 24.82% 0.46% 1.68%
4
Penggunaan Produk Bank Syariah (BUS dan UUS)
5
Perkembangan Outreach Perbankan Syariah
6
Permasalahan Yang Dihadapi Bank Syariah
7
Peran OJK dalam Perbankan Syariah
8
Perbedaan Karakteristrik Lembaga Keuangan
Syariah dan Lembaga Keuangan Konvensional
9
KEDUDUKAN FATWA DSN MUI
SEBAGAI DASAR PENETAPAN HUKUM ISLAM DALAM AKAD SYARIAH
Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah sejak awal dibangun dengan filosofi ekonomis syariah dan
perundang-undangan khusus, memiliki kekhasan dalam sistem operasionalnya berimplikasi
sejumlah perbedaan sistem pengaturan, pengawasan, tata kelola (GCG), berbagai standar dan
infastruktur sistem yang berbeda (termasuk infrastruktur hukum)
Legal dan Sharia Framework menjadi salah satu aspek penting mendorong pengembangan keuangan
dan perbankan syariah berkelanjutan, terutama untuk:
Memberikan kepastian hukum terhadap kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
Memberikan perlindungan hukum kepada nasabah
Secara lebih luas, memberikan keyakinan terhadap sistem keuangan syariah (terlebih dalam
konteks dual system)
Isu mengenai hukum dan infrastrukturnya untuk lembaga keuangan dan perbankan syariah masih
menjadi area yang perlu terus dikembangkan di Indonesia, sebagai misal:
Indonesia yang menganut azas civil law mengalami sejumlah problem dibanding negara yang
menganut common law yang dinilai lebih favorable bagi inovasi produk keuangan termasuk
produk syariah.
Konsep financial trust sulit diterapkan dalam konteks civil law, namun negara bisa
memberikan fleksibilitas/pengecualian, mis.: UU SBSN
11
Struktur Pengawasan Bank Syariah
Hadirnya norma syariah dalam perbankan syariah akan mengurangi moral hazard.
Tambahan lini pengawasan oleh DPS akan semakin menjaga prudential bank syariah.
Pasal 55
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama;
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain
Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.
Penjelasan
Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi
Akad adalah upaya sebagai berikut:
a. Musyawarah;
b. mediasi perbankan;
c. Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain;
d. Melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
Penyelesaian Sengketa
(Menurut UU Perbankan Syariah)
Parkatek umumnya sebelum tahun 2012, pelaku industri lebih memilih pengadilan negeri atau
arbitrase dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah dibandingkan pengadilan agama
Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, pada Pasal 49 disebutkan: Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. Perkawinan;
b. Waris; c. Wasiat; d. Hibah; e.Wakaf; f. Zakat; g. Infaq; h. Shadaqah; dan i. Ekonomi Syariah.
Putusan Pembatalan MK Nomor 93/PUU-X/2012 atas pasal 55 ayat (2) UU th 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:
Putusan pembatalan tersebut hanya untuk pembatalan terkait dengan Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
dimana dalam penjelasan tersebut terdapat unsur penyelesaian sengketa dilakukan di lingkungan Peradilan Umum. Sedangkan pada pasal 55 ayat (1), Penyelesaian
sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.. Jika penjelasan Pasal 55 ayat (2) tetap diberlakukan, maka seakan-akan dalam
penyelesaian sengketa tersebut dibuka peluang untuk dilakukan di dalam lingkungan peradilan umum, sehingga Kewenangan Mutlak (Kompetensi Absolut) dari pengadilan
agama seperti yang tercantum dalam UU no. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan juga tertuang dalam Pasal 55 ayat (1) UU No.21 Tahun 2008 akan terjadi
kontradiksif, dengan penjelasan pasal 55 ayat (2) UU No.21 Tahun 2008, yaitu adanya unsur Peradilan Umum.
Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah
15
Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah
Walaupun terdapat aturan pada UU No. 3 tahun 2006 terkait penyelesaian perkara ekonomi
syariah di Pengadilan Agama, tetapi pada umumnya penyelesaian perkara ekonomi syariah
yang terjadi di Perbankan Syariah dilakukan di Pengadilan Negeri dan Badan Arbitrase. Hal ini
dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat persepsi sebagian masyarakat terhadap Pengadilan Agama yang hanya
mengurus perkara terkait dengan Perkawinan, Waris, Wasiat, dan lainnya yang terkait
dengan orang-orang yang beragama Islam (tidak termasuk Ekonomi Syariah).
2. Sengketa di Perbankan Syariah tidak semuanya antara nasabah yang beragama Islam,
tetapi terdapat nasabah non-Islam yang bersengketa dengan Bank Syariah, sehingga
pilihan forum Pengadilan Negeri dan Arbitrase menjadi pilihan yang lebih utama.
3. Perbankan Syariah dan Nasabah yang bersengketa cenderung memilih Pengadilan Negeri
dan Badan Arbitrase, karena dianggap lebih terbiasa dalam menangani sengketa yang
terkait dengan dunia bisnis.
4. Adanya celah hukum yaitu adanya ketentuan yang memungkinkan penyelesaian sengketa
terkait dengan transaksi ekonomi syariah dilakukan di luar Pengadilan Agama, yaitu:
a. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 55 Ayat 2 dan penjelasannya;
dan
b. UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 59 ayat 3.
16
Peran OJK dalam Perbankan Syariah
17
Otoritas Jasa Keuangan
menyelenggarakan sistem
pengaturan & pengawasan yang
Fungsi terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan
Konsumen
Melindungi
Transisi
Otoritas Jasa Keuangan
Pengawasan Perbankan
masih berada di BI
2015
31 Des 2013 Pengaturan dan
Pengawasan LKM
Pengaturan dan
31 Des 2012 Pengawasan
Pengaturan dan Perbankan beralih
Pengawasan Pasar ke OJK
22 Nov 2011 Modal & IKNB
beralih ke OJK Catatan:
UU OJK disahkan Transisi dari BI dan Bapepam-LK ke OJK
(Masa Transisi) meliputi transisi kewenangan, SDM,
dokumen dan penggunaan kekayaan
Pengawasan Pasar Modal dan IKNB Selama masa transisi, BI dan Bapepam LK
masih berada di Bapepam-LK tetap melaksanakan kewenangannnya
Kewenangan
Otoritas Jasa Keuangan
Wewenang Pengawasan Wewenang Pengaturan
melakukan pengawasan dan menetapkan peraturan
perlindungan Konsumen sektor pelaksanaan UU OJK;
Perbankan, Pasar Modal & IKNB menetapkan peraturan
memberikan dan/atau mencabut perundang-undangan di sektor
izin usaha; pengesahan; jasa keuangan;
persetujuan atau penetapan menetapkan peraturan mengenai
pembubaran. pengawasan;
memberikan perintah tertulis kpd menetapkan peraturan mengenai
LJK & menunjuk Pengelola tata cara penetapan perintah
Statuter. tertulis
menetapkan sanksi administratif
RUANG LINGKUP REGULASI DAN STANDAR SYARIAH
PADA LEMBAGA KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
Lembaga Keuangan
& Perbankan Syariah
Aspek Keuangan
Aspek Hukum Islam/ Syariah
No Maisir
Undang- Fatwa
Azas Manajemen Lembaga
Keuangan yg Sehat Undang DSN-MUI No Gharar
No Dzalim
No Haram
KEHATI-HATIAN
PENILAIAN KUALITAS ASSET
PEMBENTUKAN CADANGAN PENGHAPUSAN (PPAP)