You are on page 1of 14

SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (RGEC)

Disusun Oleh:

Riski Ramadhani Eka Putra

Agnes Grace Toding Datu

Maylisa Dwi Wulandari

Intan Nur Cahya

Ega Andriani

Maisha Novia Habibah

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL

2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga utama yang menjadi kepercayaan

masyarakat dalam hal mengelola dana masyarakat. Hal ini menjadikan Bank

memiliki resiko yang cukup besar. Resiko tersebut bisa bermacam macam,

mulai dari resiko pasar, resiko kredit macet, likuiditas, reputasi, hukum,

operasional dan lain sebagainya. Berbagai resiko ini dapat mempengaruhi

kesehatan Bank.

Kesehatan merupakan hal terpenting di dalam kehidupan, tak

terkecuali perbankan. Sama halnya seperti manusia, perbankan juga harus

selalu dijaga kesehatannya agar tetap bisa melayani penggunanya. Bank

yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan Bank itu sendiri, akan tetapi

pihak lain. Oleh karena itu diperlukan pemantauan dan penilaian terhadap

kesehatan Bank.

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank umum telah

ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Bank Umum

diharuskan membuat laporan yang bersifat rutin kepada Bank Indonesia

pada setiap periodenya. Laporan ini dipelajari dan dianalisis, agar diketahui

kondisi kesehatan setiap Bank tersebut. Dengan diketahui kondisi

kesehatannya, akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki

kesehatannya.
Pemberlakuan sistem untuk menilai kesehatan Bank dimulai sejak

tahun 1991, dengan nama CAMEL, yang mengenai sifat-sifat kehati-hatian

bank. Kemudian, pada tahun 2004, CAMEL berkembang menjadi

CAMELS akibat dampak dari krisis moneter 1997. Pada bulan Januari

2012, dikeluarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE BI No. 13/24/DPNP yang

mengharuskan seluruh Bank Umum, menggunakan metode RGEC.

1.2. Rumusan Masalah

Aspek apa saja yang diperlukan dalam menilai tingkat kesehatan bank?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui aspek apa saja yang diperlukan dalam menilai tingkat
kesehatan Bank.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Bank

Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan: “Bank

adalah badan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang

banyak.”

“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. “(Kasmir, 2002:03)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

bank merupakan badan usaha yang bergerak di bidang keuangan, artinya usaha

dalam bidang keuangan yang usahanya meliputi 3 kegiatan utama, yaitu

menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.

2.2. Tingkat Kesehatan Bank

Pada penetapan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Bab V Pasal 29

Ayat 2 diterangkan bahwa: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai

dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan

wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.”


Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011, tingkat kesehatan bank

didefinisikan sebagai hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang

berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif

dan kualitatif terhadap faktor-faktor profil risiko, GCG, rentabilitas, dan

permodalan.

Tingkat kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik

itu pemilik, pengelola maupun penggunanya. Tidak hanya itu, kesehatan suatu

bank juga akan mempengaruhi sistem perekonomian Negara. Untuk Bank Umum

sendiri, tingkat kesehatan bank berperan sebagai tolak ukur manajemen bank

apakah kinerja bank tersebut telah dilakukan dengan sehat atau belum. Selain itu,

tingkat kesehatan bank berfungsi untuk menentukan arah pembinaan dan

pengembangan bank tersebut.

2.3. RGEC

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem

penilaian Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko atau RGEC (Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earning, dan Capital) sebagai pengganti metode

CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, and

Sensitivity to Market Risks) yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.

Menurut Dwinanda dan Wiagustini (2014), metode RGEC menekankan pada

pentingnya kualitas dari kinerja manajemen bank itu sendiri. Metode RGEC
terdapat kriteria ditentukan oleh Bank Indonesia telah menetapkan aturan

persyaratan dimana suatu bank dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai bank yang

sehat, serta tidak berdampak buruk bagi stakeholder.


BAB III

Pembahasan

3.1. Profil Resiko (Risk Profile)

Metode yang pertama dari metode RGEC, adalah penilaian risiko yang

berpengaruh terhadap Bank. Resiko yang harus diukur adalah Risiko Pasar, Risiko

Kredit, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Strategi, Risiko Hukum,

Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.

3.1.1. Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah risiko

akibat kegagalan debitur/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban

kepada Bank. Risiko kredit dapat diukur dengan menggunakan rumus

NPL (Non Performing Loan).

𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑁𝑃𝐿 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

3.1.2. Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah risiko kerugian yang diderita bank akibat terjadinya

perubahan nilai tukar. Risiko Pasar dapat diukur dengan menggunakan IRR

(Interest Rate Risk).

𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡


𝐼𝑅𝑅 = × 100%
𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦

Risk Sensitivity Asset meliputi Sertifikat Bank Indonesia, Giro Bank Indonesia,

Penempatan pada Bank Lain, Surat berharga yang dimiliki, Kredit yang diberikan,
dan Penyertaan. Sedangkan Risk Sensitivity Liablity meliputi 12 Giro, Tabungan,

Sertifikat Deposito, Deposito Berjangka, Simpanan dari Bank Lain, Surat

Berharga yang Diterbitkan, dan Pinjaman yang Diterima.

3.1.3. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban yang sudah jatuh tempo dari

sumber pendanaan arus kas, dan/atau dariaset likuid berkualitas tinggi yang

dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐿𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

3.1.4. Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah Risiko yang diakibatkan oleh kesalahan manusia,

kegagalan system, atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional Bank.

3.1.5. Risiko Strategi

Risiko Strategi adalah risiko yang disebakan oleh kesalahan Bank dalam

mengambil keputusan serta kegagalan bank dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis.

3.1.6. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum atau

ketidakpastian dari pelaksanaan hukum. Risiko ini juga dapat timbul antara lain
karena ketiadaan peraturan perundang – undangan yang mendasari atau

kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak.

3.1.7. Risiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan

tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang

berlaku. Risiko kepatuhan juga bisa timbul karena kurangnya pemahaman atau

kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku.

3.1.8. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder

yang bersumber dari persepsi negative terhadap Bank.

3.2. GCG (Good Corporate Governance)

GCG merupakan serangkaian yang menyantumkan suatu struktur pengelolaan

perusahan. Aspek penilaian GGC yang mengacu pada ketentuan Bank

Indonesia terdiri dari:

3.2.1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris

3.2.2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi

3.2.3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite

3.2.4. Penanganan benturan kepentingan

3.2.5. Penerapan fungsi kepatuhan bank

3.2.6. Penerapan fungsi audit intern


3.2.7. Penerapan fungsi audit ekstern

3.2.8. Penerapan fungsi manajemen risiko dan pengendalian intern

3.2.9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan Debitur

Besar (large exposures)

3.2.10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan

pelaksanaan GGC dan laporan internal

3.2.11. Rencana strategis bank

3.3. Rentabilitas (Earning)

Rentabilitas adalah penilaian terhadap faktor rentabilitas (earnings). Yang dilihat

dari rentabilitas bank adalah kinerja bank dalam menghasilkan laba, kestabilan

laba, dan kemampuan dalam meningkatkan permodalan juga prospek di masa

depan.

Indikator penilaian rentabilitas adalah sebagai berikut:

3.3.1. ROA (Return On Assets)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐴 = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

3.3.2. ROE (Return On Equity)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑅𝑂𝐸 = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑖

3.3.3. NIM (Net Interest Margin)

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝑁𝐼𝑀 = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑡𝑖

3.3.4. BOPO (Beban Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional)
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑂𝑃𝑂 = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

3.4. Permodalan (Capital)

Permodalan memiliki indikator penilaian rasio kecakupan modal (CAR).

Kecukupan modal ini berfungsi untuk mengantisipasi potensi kerugian

sesuai dengan profil resiko.

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 = × 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut paparan di atas, metode penilaian tingkat kesehatan

bank - bank di Indonesia sudah tidak lagi menggunakan sistem

CAMELS, sejak tahun 2012 bank di Indonesia diharuskan menggunakan

metode RGEC sebagaiamana diatur dalam PBI No. 13/1/PBI/2011.

Metode ini didasarkan pada RGEC (Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earning, dan Capital) sebagai pengganti metode CAMELS

(Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity, and

Sensitivity to Market Risks) yang dulunya diatur dalam PBI

No.6/10/PBI/2004.

B. Saran

Bagi bank di Indonesia diharpakan untuk tetap mampu menjaga

tingkat kesehatan bank di masa yang akan datang guna memberikan

kepercayaan bagi para stakeholder.

You might also like