You are on page 1of 10

1

STUDI EKSTRAKSI PATI BERDASARKAN KETINGGIAN BATANG POHON


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis)1)
Study of Starch Extraction Base on High of the Palm Trunk (Elaeis Guineensis))

Fitra Ariansyah2), Amran Laga3) dan Meta Mahendradatta3)

ABSTRACT

Starch is an important substance in the world of commerce and industry, especially in


developing countries around the world. Starch is used in textiles, food processing,
pharmaceutical products, paper and polymer industries. Starch can be obtained by extracting
from oil palm trunk. The general objective of this research is to produce a good quality of
starch from palm trunk rejuvenation which are not utilized optimally, to find out how high of
the stem which has the highest concentration of starch, as well as to determine the best
extraction method between the soaking in water or in sodium bisulfite solution. Palm trunk
contains starch that can be obtained by performing the extraction, which contained the
highest starch yield on the shaft of oil in the 1 meter from the top of the stem with a yield of
3.3%. Starch flour has a better white color through the extraction process is carried out with
a solution of sodium bisulfite 0.5%.
Keywords : Palm, starch extraction

I. PENDAHULUAN 2001. iKelapa sawit yang pertama kali


ditanam dalam skala besar di Indonesia
1. Latar Belakang pada tahun 1978, seharusnya telah
Pati merupakan zat yang penting dalam mengakhiri masa produktifnya. Rata-rata
dunia perdagangan dan industri terutama luas areal peremajaan selama kurun waktu
pada negara berkembang di seluruh dunia. tahun 2001 2005 mencapai 32.155
Pati tersebut dimanfaatkan dalam industri ha/tahun. Limbah padat berupa batang atau
tekstil, pengolahan pangan, produk-produk kayu sawit dan pelepah kelapa sawit akan
farmasi, kertas, dan industri polimer. Pati dihasilkan masing-masing sebesar
dapat diperoleh dengan cara mengekstrak 2.257.281 ton dan 514.480 ton per tahun,
dari bagian beberapa tanaman seperti akar, pada kurun waktu tahun 2006 2010 ada
umbi, batang dan biji-bijian. kenaikan di dalam areal tanaman kelapa
Indonesia merupakan daerah yang sawit yang diremajakan yaitu rata-rata
cukup potensial sebagai penghasil pati setiap tahunnya seluas 89.965 ha. Pada
seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar dan kurun waktu tersebut batang dan pelepah
lain sebagainya karena tanaman tersebut hasil peremajaan akan mencapai berturut-
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di turut 6.315.543 ton dan 1.439.440 ton per
samping itu ada upaya baru untuk tahun. Sebagai limbah selulosa,
menghasilkan pati dari batang kelapa sawit. pemanfaatan kedua limbah padat tersebut
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik perlu mendapatkan perhatian. Hal ini
yang dipaparkan oleh Guritno (2003), areal mengingat bahwa cara-cara yang telah
perkebunan kelapa sawit tumbuh dengan dilakukan sekarang ini yaitu dengan cara
laju sekitar 11% per tahun, mulai dari 1.126 bakar akan mencemari udara dan juga
juta ha pada tahun 1991 kemudian adanya pelarangan sesuai dengan aturan
mencapai sekitar 3.584 juta ha pada tahun yang tertuang di dalam Rencana Undang-

1) Makalah Merupakan bagian dari skripsi pada Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas
2) Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas,
3) Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas
2

Undang Perkebunan. Membiarkan batang perendaman dalam larutan natrium


dan iipelepah hasil peremajaan dapat bisulfit.
menimbulkan masalah bagi tanaman kelapa Kegunaan dari penelitian ini adalah
sawit baru yaitu dijadikan sebagai sarang sebagai suatu ide gagasan untuk
serangga dan tikus. Hasil evaluasi sifat fisik memanfaatkan pati yang terdapat di dalam
dan kimia batang dan pelepah kelapa sawit batang kelapa sawit sebagai limbah padat
menunjukkan bahwa kedua limbah tersebut perkebunan, serta sebagai referensi untuk
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku mengetahui sumber pati terbanyak pada
industri berbasis serat seperti industri pulp bagian batang sawit.
dan kertas, industri pati, serta industri
perkayuan. Pemanfaatan limbah limbah
padat ini tentunya akan memberikan II. METODOLOGI PENELITIAN
keuntungan tambahan bagi perkebunan
kelapa sawit. Berdasarkan pembahasan 1. Waktu dan Tempat
tersebut penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari hingga April 2011. Penelitian ini
2. Rumusan Masalah
terbagi dua tahap yaitu tahap preparasi
Kebutuhan tentang pati meningkat
bahan dilakukan di kebun percontohan
seiring dengan berkembangnya industri
Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, dan
baik itu peruntukan pangan dan nonpangan.
tahap selanjutnya di Laboratorium Kimia
Di samping itu limbah batang sawit yang
Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan,
tidak termanfaatkan menjadi salah satu
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
masalah yang membutuhkan perhatian
Jurusan Teknologi Pertanian, serta
untuk memanfaatkannya menjadi suatu
Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit
produk yang lebih bernilai ekonomis.
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Ditunjang dengan potensi kandungan pati
Hasanuddin, Makassar.
dalam batang kelapa sawit cukup besar
sebagai tanaman palma kedua yang
kandungan patinya cukup tinggi setelah 2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah alat
pohon sagu. Oleh karena itu, rumusan
pemotong pohon, mesin penggiling, ember,
masalah pada penelitian ini adalah
kain saring, dan grender. Peralatan analisa
melakukan ekstraksi pati dari batang kelapa
yang digunakan antara lain Oven, Tanur,
sawit. Kemudian dilakukan perbandingan
Viskometer, Biuret, desikator,
berdasarkan ketinggian sumber pada batang
spektrofotometer, penangas air, pipet
sawit untuk medapatkan sumber pati
volume, pipet mikro, kertas saring,
terbanyak.
timbangan kasar, timbangan analitis,
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian pinggan datar, cawan porselin, lumpang
Tujuan umum dari penelitian ini alu, cawan petri, labu ukur, erlemeyer, dan
adalah: peralatan gelas lainnya.
1. Untuk menghasilkan pati yang bermutu Bahan baku yang digunakan dalam
baik yang bersumber dari batang sawit penelitian ini adalah batang kelapa sawit
hasil peremajaan yang tidak yang berasal dari peremajaan kebun sawit.
termanfaatkan secara maksimal. Bahan kimia analisa yang digunakan untuk
2. Untuk mengetahui pada ketinggian penelitian ini yaitu Natrium Bisulfit,
berapa pada batang sawit memiliki aquadest, etanol 95%, H2SO4 0,325 N,
konsentrasi pati yang terbanyak. NaOH 1 N, asam asetat 1 M, larutan
3. Untuk mengetahui metode ekstraksi iodium, dan BaSO4, serta alumunium foil
yang terbaik antara metode
perendaman dalam air atau metode
3

3. Prosedur Penelitian 2. Metode ekstraksi yang dilakukan yaitu


Penelitian ini terdiri dua tahap, yaitu perendaman dengan air bersih dan
preparasi bahan dan ekstraksi pati kelapa perendaman dengan larutan natrium
sawit. bisulfit dengan konsentrasi 5%.

3.1 Preparasi Bahan 5. Parameter Pengamatan


Perlakuan pertama yang dilakukan Parameter pengamatan pada penelitian
adalah dengan memotong batang kelapa ini yaitu kadar air, kadar abu, kadar serat
sawit mulai dari tempat pelepah teratas kasar, kadar amilosa, kadar pati, bentuk dan
pada batang kelapa sawit dan diambil ukuran granula pati, derajat putih,
bentuk kepingan setebal sekitar 10-15 cm, viskositas, rendemen dan suhu gelatinisasi.
kemudian 1 meter berikutnya dengan
perlakuan yang sama, hingga diperoleh 5.1. Kadar Air (Sudarmadji et al., 1997)
sekitar 8 kepingan. Kemudian yang a. Cawan kosong dikeringkan dalam oven
dilakukan adalah memisahkan kulit keras selama 15 menit.
dan empulurnya. Empulur tersebut diserut b. Ditimbang 2 gr sampel yang sudah
hingga jadi serbuk kayu yang siap untuk dihomogenkan dalam cawan.
diekstrak patinya. c. Dimasukkan dalam cawan kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 3
3.2 Ekstraksi Pati Kelapa Sawit. jam.
Serbuk kayu yang diperoleh kemudian d. Cawan didinginkan 3-5 menit. Setelah
digiling dengan dua perlakuan yaitu dingin bahan ditimbang kembali.
perlakuan I dengan menambahkan air dan e. Bahan dikeringkan kembali ke dalam
perlakuan II dengan menambahkan larutan oven 30 menit sampai diperoleh
Natrium Bisulfit konsentrasi 0,5%, berat yang tetap.
selanjutnya diperas kemudian disaring f. Bahan didinginkan kemudian
dengan kain saring. Ampasnya dibuang ditimbang sampai diperoleh berat yang
sedangkan air yang mengandung pati tetap.
diendapkan selama 12 jam, kemudian g. Dihitung kadar air dengan rumus :
dihasilkan pati basah. Pati basah tersebut
dicuci dengan dengan air suling, kemudian Kadar Air = ((A B)/A) x 100%
diendapkan selama 12 jam kemudian pati
basah tersebut dikeringkan dengan oven A = Berat sampel awal
pada suhu 500 C dalam waktu sekitar 30 B = Berat sampel akhir
jam sampai diperoleh tepung pati kering.
5.2. Kadar Abu (AOAC, 1995)
4. Desain Penelitian Sampel sejumlah 2g dimasukkan ke
Penelitian ini dilakukan dengan desain dalam cawan porselin kering yang telah
sebagai berikut: diketahui beratnya (yang terlebih dulu
1. Penentuan bagian pada batang kelapa dibakar dalam tanur dan didinginkan dalam
sawit yang akan diekstrak patinya desikator). Kemudian sampel dimasukkan
berdasarkan tingkat ketinggiannya, kedalam tanur dengan suhunya 6000 C
yaitu dimulai dari tingkat ketinggian sampai terbentuk abu yang bewarna abu-
puncak pada pucuk batang tepat di abu. Sampel yang telah berbentuk abu
bawah pelepah terbawah pohon sawit, didinginkan dalam desikator dan
kemudian 1 meter berikutnya hingga selanjutnya ditimbang beratnya hingga
pada bagian dasar atau terbawah pada mencapai berat tetap. Kadar abu dihitung
batang kelapa sawit. dengan rumus sebagai berikut.
4

Kadar abu = Bobot abu (g) x 100 % dengan memplot absorbansi contoh pada
Bobot sampel (g) kurva standar.
Penetapan kurva standar dilakukan
5.3. Kadar Serat Kasar (AOAC, 1995) dengan cara 40 mg amilosa, kemudian
Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dimasukkan kedalam tabung reaksi,
dalam labu Erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml
ditambahkan 50 ml H2SO4 0,325 N. NaOH 1 N. Selanjutnya campuran tersebut
Hidrolisis dengan Hot Plate selama 30 dipanaskan dalam air mendidih selama 10
menit pada suhu 1000 C. Setelah itu sampel menit (sampai terbentuk gel), kemudian
ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 didinginkan. Setelah dingin, masing-masing
ml, kemudian dihidrolisis selama 30 menit. dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml
Sampel disaring dengan kertas saring dan volumenya ditetapkan sampai tanda
Whatman No. 41 yang telah dikeringkan tera dengan akuades. Selanjutnya masing-
dan diketahui bobotnya. Kertas saring masing dipipet sebanyak 1,2,3,4 dan 5 ml,
tersebut dicuci berturut-turut dengan air dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,
panas. Kertas saring dikeringkan dalam masing-masing ditambah asam asetat 1 N
oven suhu 1050 C selama tiga jam, sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 ml dan
pengeringan dilanjutkan sampai bobot ditambahkan masing-masing 2 ml larutan
tetap. Kemudian dihitung dengan rumus: iodium. Volume larutan ditempatkan
sampai tanda tera dengan air, dan
Serat kasar = ((A-B)/C) x 100% didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya
intensitas warna yang terbentuk diukur
A = bobot kertas saring dan serat absorbansinya menggunakan
B = bobot kertas saring Spektrophotometer pada panjang
C = bobot sampel awal gelombang 625 nm untuk amilosa. Kurva
standar dibuat dengan memplot konsentrasi
5.4. Kadar Amilosa (Apriyantono et al., amilosa terhadap absorbansinya, dimana
1989). konsentrasi sebagai absis dan
Analisis kandungan amilosa dan absorbansinya sebagai ordinat.
amilopektin dalam sampel dilakukan
dengan menggunakan metoda yang 5.5. Analisa Kadar Pati (Laga, 2001)
dikembangkan oleh IRRI (1974) sebanyak Dibuat pereaksi iod menggunakan 0,1
100 mg contoh ditimbang, dimasukkan ke gr Iod yang dicampurkan dengan 2 gr KI,
dalam tabung reaksi, kemudian yang diencerkan hingga 50 ml. Buat kurva
ditambahkan 1 ml ethanol 95 % dan 9 ml standar dengan menggunakan Soluble
NaOH 1 N. Selanjutnya dipanaskan dalam starch pada kisaran 0,01 % sampai
air mendidih selama 10 menit dengan 0,1 %. Pipet masing-masing 1 ml ke
(sampai terbentuk gel), setelah itu dalam tabung reaksi, panaskan hingga suhu
didinginkan. Seluruh gel kemudian 80 0C (pati menjadi larut) setelah
dipindahkan kedalam labu takar 100 ml, didinginkan tambahkan 0,1 ml larutan Iod
kemudian ditambahkan dengan 1 ml asam (0,2 g Iod dan 2 g KI dalam 100 ml air),
asetat 1 N dan 2 ml larutan iodium. kemudian tambahkan aquadest masing-
Volumenya ditetapkan sampai tanda tera masing 3 ml. selanjutnya ukur intensitas
dengan air, dikocok dan didiamkan 20 warnanya pada spektrofotometer dengan
menit. Selanjutnya warna yang terbentuk panjang gelombang 610 nm.
diukur absorbansinya menggunakan Penetapan contoh dilakukan dengan
spectrophotometer UV-VIS 200 S pada mengambil contoh 1 ml yang telah
panjang gelombang 625 nm untuk amilosa. diencerkan, panaskan hingga suhu 80 0C (di
Penetapan kadar amilosa contoh dilakukan atas titik gelatinisasi maksimum), dinginkan
5

lalu tambahkan dengan larutan Iod 0,1 ml kelapa sawit memiliki karakter yang
kemudian tambhakn aquadest 3 ml. ukur spesial. Kandungan airnya tinggi 1,5
intensitas warnanya pada spektrofotometer sampai 2,5 kali dari bobot keringnya, serta
dengan panjang gelombang 610 nm. data memiliki kandungan selulosa dan lignin
yang diperoleh diplot pada persamaan yang rendah dan kandungan yang larut
kurva standar. dalam air dan NaOH yang tinggi dibanding
kayu karet dan ampas tebu (Tomimura,
5.6. Bentuk dan Ukuran Granula pati, 1992).
Metode Mikroskop (AOAC, 1995) Pati batang kelapa sawit tersimpan
Bentuk granula dapat dilihat dibawah dalam sel-sel parenkim dari jaringan
mikroskop yaitu, mikroskop mikroskop vaskular kasar yang mengandung persentasi
cahaya (Olympus model BHB, Nippon lignin yang tinggi. Ekstraksi pati dari sel ini
Kogaku, Jepang) yang dilengkapi dengan tergolong sulit karena struktur dan
kamera (Olympus model C-35A) dengan kandungan komposisi selnya menghalangi
cara sebagai berikut : proses penghancuran jaringan vaskular dan
Untuk pengamatan dibawah mikroskop sel parenkim (Azemi et al., 1999).
cahaya yaitu suspense pati disiapkan
dengan mencampur butir pati dengan air 1. Preparasi Bahan
destilasi, kemudian ditambahkan larutan iod Batang kelapa sawit yang dijadikan
untuk menambah daya kontras. Suspensi ini bahan penelitian ekstraksi pati berasal dari
diteteskan di atas gelas objek dan kemudian kebun Dinas Pertanian Kabupaten Gowa,
ditutup dengan gelas penutup. Objek diuji Propinsi Sulawesi Selatan hasil peremajan
di bawah mikroskop. kebun percomtohan yang telah berusia 25
tahun. Dipilih pohon kelapa sawit yang
5.7. Derajat Putih (AOAC, 1995) memiliki ketinggian sekitar 8 sampai 9
Derajat putih diukur dengan meter. Proses penebangan di kebun Dinas
pengamatan secara organoleptik dengan Pertanian Gowa ini dapat dilihat pada
standar warna putih (BaSO4 = 100 %). Gambar 01.

5.8. Analisa Viskositas (AOAC, 1995)


Pengukuran viskositas dilakukan
dengan menggunakan viscometer. Sampel
diambil sekitar 3 gram kemudian
disuspensikan dengan 35 ml aquadest
diaduk rata dan didiamkan selama 15-30
menit. Kemudian diukur viskositasnya.
Viskositas sampel langsung dapat diketahui
dengan membaca oleh alat tersebut. Gambar 01. Proses Penebangan Pohon Kelapa
Sawit.
C. Pengolahan Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini Perlakuan pertama yang dilakukan
diolah dengan menggunakan cara deskriptif adalah dengan memotong batang kelapa
kuantitatif terhadap parameter pengamatan. sawit mulai dari bagian batang di pelepah
teratas pada batang kelapa sawit dan
diambil berbentuk kepingan dengan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ketebalan sekitar 10-20 cm, kemudian pada
bagian berjarak 1 meter berikutnya dengan
Kelapa sawit adalah tanaman
perlakuan yang sama, begitu seterusnya
monokotil dan batangnya mengandung
sampai bagian dasar batang, hingga
jaringan vaskular dan parenkim. Batang
6

diperoleh 8 kepingan. Seperti pada gambar yaitu kadar air, kadar abu, kadar serat kasar,
02. Kemudian perlakuan yang dilakukan kadar amilosa, kadar pati, bentuk dan
adalah memisahkan bagian kulit keras ukuran granula pati, derajat putih, analisa
dengan bagian empulurnya. Bagian viskositas, rendemen dan suhu gelatinisasi.
empulur tersebut kemudian dijadikan
serbuk dengan menggunakan alat pemotong 3. Rendemen
batang hingga menjadi serbuk yang siap Rendemen merupakan perbandingan
untuk diekstraksi patinya. berat produk yang diperoleh terhadap berat
bahan baku yang digunakan. Perhitungan
rendemen dilakukan berdasarkan berat
kering bahan. Rendemen tepung
menyatakan nilai efisiensi dari proses
pengolahan sehingga dapat diketahui
jumlah tepung yang dihasilkan dari bahan
dasar awalnya (Anonim, 2011b).
Hasil pengukuran rendemen dari hasil
ekstraksi tepung pati dari bahan batang
kelapa sawit dari berbagai tingkat
Gambar 02. Kepingan Batang Kelapa Sawit yang ketinggian dapat dilihat pada Gambar 03.
Telah dipisahkan antara Kulit keras dan Empulurnya

2. Ekstraksi Pati Batang Kelapa Sawit 4


Rendemen (%)

Serbuk kayu yang diperoleh kemudian 3


digiling lagi untuk memperhalusnya. 2 3.32
Kemudian dilakuan ekstraksi dengan dua 1 2.131.49
perlakuan yaitu perlakuan I dengan 0.84 0.690.370.480.46
0
menambahkan air bersih dan perlakuan II
0 1 2 3 4 5 6 7
yaitu dengan menambahkan larutan
Natrium Bisulfit 0,5%, dimana penambahan Tingkat Ketinggian Sumber Pati pada
pelarut tersebut menggunakan Batang (meter)
perbandingan 1 : 2, yaitu bahan serbuk
empulur sebanyak 1 kilogram ditambahkan Gambar 03. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang
2 liter pelarutnya. Proses selanjutnya adalah Pohon Kelapa Sawit (Dari Atas ke Bawah) terhadap
Rendemen Pati yang Diperoleh.
diperas kemudian disaring dengan kain
saring. Ampasnya kasar dibuang sedangkan
Hasil pengukuran rendemen pati yang
air yang mengandung pati diendapkan
diperoleh dari ekstraksi batang kelapa sawit
selama 12 jam, kemudian didapatkan pati
diketahui bahwa rendemen pati terbanyak
basah.
terdapat pada bagian batang sawit berjarak
Pati basah yang didapatkan tersebut
1 meter dari pelepah teratas dengan
masih bercampur dengan bahan lain seperti
rendemen 3,32%, berikutnya yaitu pada
kotoran halus, sehingga perlu dicuci dengan
bagian batang sawit berjarak 2 meter
dengan air bersih kembali. Setelah itu
yaitu 2,13%, berikutnya yaitu pada bagian
diendapkan kembali selama 12 jam,
berjarak 3 meter yaitu 1,49%, berikutnya
kemudian dipisahkan antara endapan
pada bagian tertinggi yaitu 0,84%,
dengan air. Pati yang diperoleh tersebut lalu
kemudian berturut-turut yaitu pada
dikeringkan dengan blowwer pada suhu 500
ketinggian 4 meter, 6 meter dan 7 meter
C selama waktu 30 jam.
dari puncak batang dengan persentase
Tepung pati yang didapatkan kemudian
rendemen yaitu 0,69%, 0,48%, dan 0,46%.
dianalisa terhadap parameter pengamatan
Dan rendemen terendah adalah pada bagian
7

5 meter dari puncak batang dengan Gambar 04.


persentase rendemen yaitu hanya 0,37%. Gambar 04 hasil analisa kadar pati
Berdasarkan data hasil perhitungan pada tepung pati hasil ekstraksi dari batang
rendemen hasil ekstraksi pati dari batang kelapa sawit dari berbagai perlakuan di atas
pohon kelapa sawit dapat diketahui pada menunjukkan bahwa kandungan pati yang
bagian 1 meter hingga 3 meter dari pelepah tertinggi terdapat pada tepung pati dari
teratas memiliki kandungan pati yang ketinggian 1 meter dari puncak yaitu 12,3
tertinggi, dan dengan demikian diketahui %, kemudian kandungan pati tertinggi
pula bahwa semakin ke bawah pada batang berikutnya pada tepung pati bersumber dari
sawit maka semakin rendah pula rendemen ketinggian 2 meter dari puncak yaitu 10,54
pati yang terkandung di dalamnya. Hal ini %, kemudian dari ketinggian 3 meter dari
sesuai dengan pernyataan Guritno (2003), puncak 10,4 %, kemudian ketinggian 4
bahwa semakin ke atas arah meninggi meter dari puncak yaitu 6,48 %, berikutnya
batang sawit dan semakin ke dalam arah pada ketinggian puncak dengan 3,87 %, dan
diameter lingkar batang sawit kadar air dan berikutnya berturut-turut adalah ketinggian
kadar parenkim semakin tinggi, sedangkan 5 meter, 6 meter dan 7 meter dari puncak
kerapatannya menurun sehingga patinya dengan konsentrasi masing-masing yaitu
lebih mudah terekstrak. 2,77 %, 1,96 % dan 1,35 %.
Hasil analisa kadar pati tersebut
4. Kadar Pati menunjukkan bahwa kandungan pati murni
Tepung pati yang diperoleh dari hasil terbanyak terdapat pada bagian batang
ekstraksi batang kelapa sawit dari berbagai sawit yang berjarak 1 meter hingga 3 meter
tingkat ketinggian yaitu dari ketinggian dari puncak. Hasil analisa kadar pati juga
puncak kemudian satu meter berikutnya dan menunjukkan bahwa semakin ke bawah
seterusnya sampai ketinggian dasar pada pada batang sawit maka semakin rendah
jarak 8 meter dari ketinggian puncak pula kadar patinya.Hal ini sesuai dengan
kemudian dianalisa kadar patinya. pernyataan Guritno dan Darnoko (2003),
Analisa kadar pati ini dilakukan untuk bahwa batang sawit bagian atas mempunyai
mengetahui konsentrasi pati murni yang struktur serat kurang padat dibandingkan
terkandung di dalam tepung pati yang dengan bagian bawah batang sawit.
dihasilkan dari ekstraksi pada batang kelapa Semakin ke atas arah meninggi batang
sawit yang telah dilakukan. Hasil analisa sawit dan semakin ke dalam arah diameter
kadar pati dari tepung pati hasil ekstraksi lingkar batang sawit kadar air dan kadar
batang kelapa sawit dapat dilihat pada parenkim semakin tinggi, sedangkan

14

12

10
Kkadar Pati (%)

6 12.3
10.54 10.4
4 6.84
2 3.87
2.77 1.96 1.35
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Ketinggian Sumber Pati pada Batang (meter)

Gambar 04. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang Pohon Kelapa Sawit (Dari Atas ke Bawah) terhadap
Kadar Pati dari Tepung Pati yang Diperoleh
8

kerapatannya menurun. Hal tersebut Gambar hasil analisa kadar amilosa di


didukung pula pendapat Azemi et al., atas menunjukkan bahwa pada pati dari
(1999), bahwa pati batang kelapa sawit bagian puncak terdapat kandungan amilosa
tersimpan dalam sel-sel parenkim dari terendah yaitu 1,26%, pada pati dari bagian
jaringan vaskular kasar yang mengandung tengah batang kelapa sawit terdapat
persentasi lignin yang tinggi. Ekstraksi pati kandungan amilosanya yang tertinggi
dari sel ini tergolong sulit karena struktur yaitu 3,7%, dan pada pati dari bagian
dan kandungan komposisi selnya terbawah batang kelapa sawit terkandung
menghalangi proses penghancuran jaringan amilosa dengan konsentrasi 2,67%.
vaskular dan sel parenkim. Pati murni pada dasarnya tersusun atas
amilosa dan amilopektin. Dari pati murni
5. Kadar Amilosa pada ketinggian puncak yaitu 3,87% yang
Pati tersusun paling sedikit oleh tiga kemudian diukur amilosanya terkandung
komponen utama yaitu amilosa, 1,26%, hal ini menunjukkan perbandingan
amilopektin dan bahan antara seperti lipid amilosa dari pati murni adalah sebesar
dan protein (Pomeranz, 1976). Amilosa 32,56%. Pati murni pada ketinggian 3 meter
mempunyai struktur lurus yang dominan dari puncak yaitu 10,4% yang kemudian
dengan ikatan alfa-(1,4)-D-glukosa, diukur amilosanya terkandung 3,70%, hal
sedangkan amilopektin mempunyai titik ini menunjukkan perbandingan amilosa dari
percabangan dengan ikatan cabang alfa-(1- pati murni yaitu sebesar 35,57%.
6)-D-glukosa. Sedangkan pati murni pada ketinggian 7
Analisa kadar amilosa dilakukan meter dari puncak atau dasar batang kelapa
bertujuan untuk mengetahui kandungan sawit sebesar 1,35% yang kemudian diukur
amilosa pada pati kelapa sawit. Analisa amilosanya terkandung 1,12%, hal ini
kadar amilosa dilakukan pada tiga sampel menunjukkan perbandingan amilosa dari
yang diambil sebagai refresentatif bagian pati murni adalah sebesar 82,96%.
batang sawit, antara lain pati dari bagian
batang ketinggian teratas, pati dari batang 6. Viskositas
bagian tengah, dan pati dari ketinggian Tepung pati yang diperoleh dari hasil
dasar dari batang kelapa sawit. Hasil ekstraksi batang kelapa sawit kemudian
analisa kadar amilosa pada pati dari batang dianalisa tingkat viskositasnya. Analisa
kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 05. tingkat viskositas dilakukan dengan
melarutkan pati ke dalam air untuk
3.69 membentuk larutan pati yang berbetuk gel.
4 Konsentrasi yang digunakan adalah 10%.
3.5 Di mana 10 gram pati dilarutkan dalam air
Kadar Amilosa (%)

3 hingga 100 ml dan dibiarkan tergelatinisasi


2.5 sempurna. Hasil analisa tingkat viskositas
2 1.26 1.12
dari pati batang kelapa sawit dapat kita lihat
1.5
1
pada Gambar 06.
0.5 Hasil analisa viskositas dari tepung
0 pati diketahui bahwa pati yang diperoleh
0 Ketinggian
3 Sumber Pati7pada dari ketinggian puncak atau pada ketinggian
Tingkat
Batang (meter) 0 meter memiliki tingkat viskositas yang
paling tinggi yaitu 42000 Cp, kemudian
Gambar 05. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang pada pati yang diperoleh dari ketinggian 2
Pohon Kelapa Sawit (Dari Tiga Sampel yaitu Bagian meter dari puncak memiliki viskositas
Teratas, Tengah dan Terbawah) terhadap Kadar terendah dengan nilai yaitu 9000 Cp, dan
Amilosa pada Tepung Pati yang Diperoleh.
9

pada pati yang diperoleh dari ketinggian 3 Berdasarkan hasil yang diperoleh,
meter dengan tingkat viskositas 38000 Cp. maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Batang kelapa sawit memiliki
kandungan pati yang dapat diperoleh
60000 dengan melakukan ekstraksi, di mana
hasil terbaik adalah pati pada bagian
Viskositas (Cp)

40000 batang sawit di bagian 1 meter dari


puncak batang dengan rendemen pati
20000 42000 38000 tertinggi yaitu 3,3% dan kadar patinya
9000
juga tertingi yaitu 12,3%.
0 2. Tepung pati memiliki warna putih
0 Ketinggian
3 Sumber 7Pati pada yang lebih baik melalui proses
Tingkat
ekstraksi yang dilakukan dengan
panambahan larutan Natrium Bisulfit
Gambar 06. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang
Pohon Kelapa Sawit (Dari Tiga Sampel yaitu Bagian 0,5%.
Teratas, Tengah dan Terbawah) terhadap Viskositas
dari Tepung Pati yang Diperoleh. 2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitiaan
7. Kadar Air lanjutan dengan menitikberatkan pada
Kadar air merupakan banyaknya air pemanfaatan pati hasil ektraksi dari batang
yang terkandung dalam bahan yang kelapa sawit, baik itu produk pangan
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga ataupun produk lainnya seperti dekstrin
salah satu karakteristik yang sangat penting atau produk lainnya.
pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan
citarasa pada bahan pangan. Kadar air DAFTAR PUSTAKA
dalam bahan pangan ikut menentukan
A. M. Normah, M.N. Mohd. Azemi, M.H.
kesegaran dan daya awet bahan pangan
Simatopang dan A. Manan Dos, 1994.
tersebut, kadar air yang tinggi
Extraction and Caracterisation Of
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang,
Oil Palm Strach, In Proceeding of
dan khamir untuk berkembang biak,
The Third National Seminar,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
Utilation of Palm Tree and Other
pangan (Winarno, 1997).
Palms. pp 211-219.
Analisa kadar air pada pati
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis
kadar air setelah proses pengeringan dan
of The Association of Official
mengetahui efektifitas suhu pengeringan
Analytical Chemists. Washington :
500C selama 30 jam pada pati basah
AOAC.
menjadi pati kering. Hasil analisa kadar air
tersebut dapat dilihat pada Gambar 07.
Anonim, 2010. Bioteknologi dengan
Menggunakan Mikroorganisme.
Gambar 07. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang http://www.syiham.co.cc/2010/02/biot
Pohon Kelapa Sawit (Dari Atas ke Bawah) terhadap eknologi-dengan menggun akan_2610
Kadar Air dari Tepung Pati yang Diperoleh. .html. Diakses tanggal 22 Oktober
2010. Makassar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Anonim, 2011a. Analisa Proksimat.


http://www.scribd.com/doc/18185685/
1. Kesimpulan
10

ANALISIS-PROKSIMAT. Diakses Lies Suprapti ,Ir. M., 2011. Teknologi


tanggal 2 Januari 2011. Makassar. Pengolahan Pangan: Manisan Kering
Jambu Mete. Gramedia: Jakarta.
Anonim, 2011b. Wikipedia. 2009. Physical
properties.http://id.wikipedia.org/wiki/ Lubis, A.U. Guritno P. & Darnoko,
physical properties. Diakses tanggal 1 Prospectsof Oil Palm Strach, In
Desember 2008. Makassar. Proceeding of The Third National
Seminar, Utilation of Palm Tree and
Apriyantono, Anton.,Dedi Fardiaz, Ni luh Other Palms, 1994, pp 62-69.
Puspitasari, Sedarnawati, dan Slamet
Budiyanto, 1989. Analisa Pangan. Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1992.
Departemen Pendidikan dan Metode Kimia, Biokimia dan Biologi
Kebudayaan Direktorat Jenderal dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Olahan. Petunjuk Laboratorium.
Universitas Pangan dan Gizi Institut Bogor: PAU Institut Pertanian Bogor.
Pertanian Bogor, Bogor.
Ridwansyah, 2006. Pemanfaatan Pati
Azemi M, Noor M, Dos AMM, Islam MD, Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku
Mymensingh, Mehat NA. 1999. Dekstrin (tesis). Program Pasca
Physico-Chemical Properties of Oil Sarjana, Intittut Pertanian Bogor,
Palm Trunk Starch. Starch/Starke 51 : Bogor.
293 301.
Sudarmadji, S., Haryono dan suhardi, 1997.
Batles, W. 1982. Chemical Change in Prosedur Analisa Untuk Bahan
Food by The Maillard Reaction. Food Makanan dan Pertanian. Penerbit
Chemistry. Angkasa. Bandung.

Chilmijati N. 1999. Karakterisasi Pati Susila RW. 2003. Peta perencanaan dan
Garut dan Pemanfaatannya sebagai Peluang Investasi pada Regenerasi
Sumber Bahan Baku Glukosa Cair Perkebunan Kelapa Sawit di
(tesis). Bogor : Pasca Sarjana, Institut Indonesia. Seminar Nasional :
Pertanian Bogor. Mengantisipasi Regenerasi Pertama
Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Ginting S. 1995. Sifat-Sifat Pasta Pati 9 10 April 2003. Bali : max havelaar
Batang Kelapa Sawit dalam Bentuk indonesiafoundation.
Derivat Asetat dan Derivat berikatan
Silang Fosfat pada berbagai pH Smith PS. 1982. Starch Derivatives and
(tesis). Program Pascasarjana, Their Use in Foods. Di dalam : Food
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Carbohydrates. Lineback DR, Inglet
GE, editor. Wesport, Connecticut :
Guritno P, Darnoko D. 2003. Teknologi AVI Publ. Co. Inc.
Pemanfaatan Limbah Dari
Peremajaan Perkebunan Kelapa Swinkels JJM. 1985. Sources of Starch, its
Sawit. Seminar Nasional : Chemistry and Physics. Di dalam :
Mengantisipasi Regenerasi Pertama Starch Conversion Technology. Van
Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Beynum GMA, Roels A, editor. New
9 10 April 2003. Bali : max havelaar York : Marcel Dekker Inc.
indonesiafoundation.

You might also like