You are on page 1of 9

81 Pengaruh Penggunaan...

(Gultom dkk)

PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS MEDIA FILTRASI


TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR EKSTRAKSI SAGU
Sarman Oktovianus Gultom1*, Trhessya N. Mess1, Isak Silamba1
1
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua
Email: sarmangultom82@gmail.com

ABSTRACT
Sago is a carbohydrate-producing plant that is widely found in Papua. The main product
of sago plant processing is sago starch which in the extraction process is carried out with
the help of water media. Water that has been used in the extraction process of sago starch
is generally only disposed of as waste that is not useful, even potentially polluting the
environment. Therefore, to improve the quality of liquid waste, filtration needs to be
carried out. This study aims to see the effect of several types of filtration media on the
quality of sago extraction wastewater. In this study three types of filtration media were
used, namely sand (P), coconut fiber (S) and coconut shell charcoal (A) and a
combination of sand and coconut fiber (PS), sand and coconut shell charcoal (PA),
coconut fibers and charcoal coconut shell (SA). The parameters of the quality of the sago
extraction wastewater were observed in total suspended solids (TSS), total dissolved
solids (TDS), pH, temperature, odor, and color. The results showed that coconut shell
charcoal filtration media was better than the other two types in decreasing TSS and TDS
by 17% and 24% respectively. However, if the filtration media was combined, it will
produce a better quality of wastewater compared to a single filtration medium (without
combination) for all observation parameters. An increase in pH and odorless happened
for the wastewater after filtration in all treatments

Keywords: filtration, filtration media, wastewater, sago, extraction

PENDAHULUAN ekstraksi. Proses ekstraksi dimaksudkan


untuk mengeluarkan pati sagu dari empulur
Sagu (Metroxylon) merupakan
batang sagu dengan bantuan media air.
sumber alam kaya karbohidrat yang
Umumnya pengolahan sagu dilakukan
banyak tersebar di Indonesia khususnya di
dekat sumber air seperti di pinggiran
wilayah Papua. Sebanyak 1.128 juta Ha
sungai ataupun anak sungai (Haryanto &
sagu tumbuh di Indonesia atau sebanyak
Siswari 2004).
50% tanaman sagu dunia, dan 90% dari
jumlah tersebut berkembang di wilayah Haryanto dan Siswari (2004) juga
Papua dan Maluku (Flach 1983, Lakuy & menjelaskan bahwa pada proses
Limbongan 2003, Limbongan 2007). Bagi pengolahan sagu, selain pati sebagai
masyarakat Papua, tanaman sagu produk utama yang dihasilkan, juga
dimanfaatkan untuk menghasilkan pati dihasilkan berbagai limbah berupa kulit
sagu sebagai bahan utama pembuatan batang sagu, residu empelur sagu berserat
berbagai jenis makanan tradisional seperti (ampas), dan air limbah hasil ekstraksi
papeda, sagu bakar, dan lainnya. Secara sagu. Limbah pada dasarnya merupakan
tradisional pengolahan tananam sagu untuk suatu bahan yang terbuang atau dibuang
menghasilkan pati harus melalui beberapa dari suatu sumber hasil aktifitas manusia
tahapan antara lain penebangan batang maupun proses-proses alam yang tidak
sagu, pembersihan, penokokan dan atau belum mempunyai nilai ekonomis.
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 82

Pada umum, proses pengolahan sagu organik. Salah satu metode pengelolaan
yang dilakukan secara tradisional limbah cair sagu adalah metode filtrasi.
membutuhkan air yang sangat banyak, Pada umumnya proses filtrasi
yaitu sekitar 21 liter per kilogram empulur digunakan untuk melakukan penjernihan
sagu, yang bertujuan untuk memisahkan air. Media filtrasi yang umum digunakan
pati sagu dari empulurnya, terutama pada pada proses penjernihan air tersebut adalah
proses ekstraksi (Tumbel 2014). Oleh pasir, serabut kelapa dan arang tempurung
sebab itu, kegiatan pengolahan sagu pada kelapa. Ketiga media filtrasi tersebut
umumnya dilakukan di sekitar sungai atau diduga memiliki pengaruh terhadapa
perairan sehingga mudah untuk dilakukan kualitas limbah cair ekstraksi sagu. Oleh
kegiatan ekstraksi pati sagu. Pada proses sebab itu, pada penelitian ini, ketiga media
ekstraksi ini, air yang telah digunakan filtrasi tersebut akan dicobakan untuk
umumnya dibuang ke sungai sekitar tempat mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas
proses ekstraksi dilakukan sebagai limbah. limbah cair ekstraksi sagu.
Hasil penelitian Kusuma, et al. (2012)
menyatakan bahwa limbah cair dari proses BAHAN DAN METODE
ekstraksi sagu dapat menyebabkan
kandungan oksigen terlarut di dalam air Penelitian ini dilaksanakan di
menjadi rendah bahkan habis sama sekali Laboratorium Teknologi Pertanian
dengan beban organik sebesar 10,4kg Universitas Papua. Bahan utama yang
COD/m3 hari. Berdasarkan studi yang diperlukan untuk penelitian ini adalah
dilakukan oleh Phang, et al. (2000), pada limbah cair hasil ekstraksi sagu serta tiga
skala industri, limbah cair sagu biasanya jenis media filtrasi, yaitu serabut kelapa,
dibuang ke sungai sebanyak 10-22 ton per arang tempurung kelapa dan pasir.
hari. Limbah cair sagu yang dihasilkan Peralatan yang digunakan yaitu jerigen
memiliki kandungan organik yang tinggi plastik berkapasitas 5 liter, kran, kain,
dengan rasio karbon: nitrogen sebesar 105 pompa vakum, Kompor listrik, pH meter,
: 0,12. Jika limbah cair ini dibuang ke cawan almunium, autoclave, cell counter,
perairan, maka akan terjadinya timbangan analitik, oven, inkubator dan
pembusukan pada permukaan air, peralatan gelas untuk analisis.
akibatnya akan menghambat kontak antara Penelitian ini menggunakan
air dan udara bebas sekitarnya yang akan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7
mempengaruhi kehidupan biota di perairan perlakuan media filtrasi. Pengulangan
tersebut (Ahmad 1992, Awg-Adeni et al. dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-
2010) masing pengulangan (Tabel 1).
Pengolahan limbah cair hasil
ekstraksi pati sagu tersebut perlu dilakukan
perlakuan penduluan, khususnya
pengurangan padatan yang terkandung
dalam limbah cair, sebelum dialirkan ke
sungai atau perairan sekitar tempat
pengolahan. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimal dampak negatif ditimbulkan
terhadap lingkungan sekitar, seperti
terjadinya pembusukan ataupun polusi bau
yang disebabkan oleh penguraian bahan
83 Pengaruh Penggunaan...(Gultom dkk)

Tabel 1. Perlakuan Media Filtrasi


Media filtrasi Simbol Total ketebalan
Pasir P 5 cm
Serabut kelapa S 5 cm
Arang tempurung kelapa A 5 cm
Pasir + Serabut kelapa PS 10 cm
Pasir + Arang tempurung kelapa PA 10 cm
Serabut kelapa + Arang tempurung kelapa SA 10 cm
Ket: ketebalan masing-masing media 5 cm

Tahapan penelitian pengaruh jenis media filtrasi terhadap


1. Persiapan Sampel Limbah Cair kualitas limbah cair yang dihasilkan.
4. Variabel Pengamatan
Pohon sagu yang telah berusia panen Padatan Tersuspensi
ditebang dan dibersihkan dari pelepah dan
Pengukuran padatan tersuspensi
kulitnya hingga diperoleh empulur yang
menggunakan metode gravimetri SNI 06-
telah bersih. Empulur tersebut kemudiaan
6989.3-2004 (BSN 2004). Sampel dikocok
diparut menggunakan mesin parut sagu
hingga homogen dan dipipet sebanyak 50
hingga menghasilkan parutan empulur
ml lalu disaring menggunakan kertas
sagu. Parutan empulur sagu tersebut
saring yang sudah dikeringkan dengan
kemudian diperas dengan bantuan air
bantuan pompa vakum. Setelah itu, kertas
hingga mengasilkan campuran air dan pati
saring yang telah mengandung padatan
sagu yang dilewatkan pada kain saring.
tersebut keringkan dalam oven pada suhu
Campuran air dan pati sagu biarkan selama
105 OC selama 1 jam kemudian didingikan
1 malam hingga seluruh pati sagu
dalam desikator lalu ditimbang hingga
mengendap. Air pada campuran tersebut
konstan. Padatan tersuspensi dihitung
kemudian dipisahkan dari endapan pati
dengan menggunakan rumus:
sagu untuk kemudian digunakan sebagai
(A - B)´1.000.000
bahan penelitian yang akan disaring pada Total Padatan Tersuspensi = (mg / L)
beberap media filtrasi. a
2. Persiapan Media Filtrasi dimana:
Wadah filtrasi limbah cair ekstraksi A = Berat tetap kertas saring + residu (g)
sagu dibuat dengan menggunakan jerigen B = Berat kertas saring kosong (g)
plastik dengan kapasitas 5 liter. Pada a = Volume sampel (ml)
bagian bawah wadah dibuat lubang kecil
Padatan Terlarut
yang telah diberi kran untuk pengeluaran
limbah cair yang telah melalui media Pengukuran padatan terlarut
filtrasi. Bagian dalam wadah jerigen diisi didasarkan pada SNI 06-6989.27-2005
dengan media filtrasi sesuai dengan (BSN 2005). Sampel limbah ekstraksi sagu
perlakuan pada Tabel 1. dikocok hingga homogen dan dipipet
3. Pengujian Kualitas Limbah Cair sebanyak 50 mL dan dilakukan filtrasi
menggunakan kertas saring. Sampel yang
Kualitas limbah cair hasil ekstraksi
lolos dari kertas saring dituang ke dalam
pati sagu diuji sebelum dan sesudah difilter
cawan allumunium. Selanjutnya, cawan
pada beberapa media filtrasi. Hal ini
yang berisi sampel tersebut diuapkan dan
dilakukan untuk melihat seberapa besar
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 84

sampai semua air menguap. Setelah itu, Pengaruh total padatan tersuspensi lebih
cawan dikeluarkan dari oven nyata dibandingkan dengan padatan
menggunakan penjepit cawan untuk terlarut. Padatan tersuspensi
didinginkan dalam desikator dan mempengaruhi kekeruhan dan warna air.
ditimbang segera dengan neraca analitik Apabila terjadi pengendapan dan
hingga diperoleh berat konstan. Total pembusukan zat-zat tersebut di badan air
Padatan Terlarut dihitung dengan penerima, maka air buangan akan
persamaan berikut : mengurangi nilai guna perairan tersebut
(X -Y )´1.000.000 (Jenie & Rahayu 1993). Hasil pengamatan
Total Padatan Terlarut = (mg / L) padatan tersuspensi sebelum filtrasi dan
a
sesudah filtrasi dengan perlakuan media
dimana:
filtrasi ditunjukkan pada Gambar 1.
X = Berat tetap cawan + Residu (g)
Y = Berat cawan kosong (g) Efektifitas penurunan padatan
a = Volume sampel (ml) tersuspensi yaitu berkisar antara 8-17 %.
Media filtrasi arang terlihat lebih efektif
pH dalam menurunkan nilai total padatan
Pengukuran pH mengacu pada SNI tersuspensi dibanding dengan kedua media
06-6989.11-2004 (BSN 2004). Sampel lainnya. Efektifitas penurunan pada media
dimasukkan pada gelas kimia lalu pH arang (perlakuan A) sebesar 17%. Hal ini
diukur menggunakan alat pH meter yang diduga disebabkan karena arang
tekah dikalibrasi. tempurung kelapa mengandung karbon
yang dapat berfungsi sebagai adsorben,
Warna dan Bau sehingga permukaan arang lebih menyerap
Pengujian warna dan bau limbah zat-zat yang akan dihilangkan termasuk
cair ekstraksi sagu dilakukan berdasarkan padatan tersuspensi (Atyani et al. 2014).
penginderaan manusia mengacu pada SNI Limbah cair ekstraksi sagu yang diberi
06-6989.25-2005 (BSN 2005). Sampel perlakuan media kombinasi terlihat lebih
limbah cair sebelum dan sesudah filtrasi efektif dibanding media filtrasi tanpa
dimasukan ke dalam erlenmeyer dan kombinasi. Perlakuan kombinasi media
diamati perbandingan warnanya secara filtrasi (PS, PA dan SA) terlihat lebih baik
visual. Pengujian bau limbah cair ekstraksi dalam menurunkan nilai total padatan
sagu dilakukan dengan cara sampel tersuspensi jika dibandingkan dengan
dimasukan ke dalam sebuah botol tertutup media filtrasi tanpa kombinasi. Nilai
(setengah), botol berisi sampel kemudian padatan tersuspensi sebelum filtrasi yaitu
dikocok dengan kuat dan tutup botol 168 mg/L namun setelah diberi perlakuan
dibuka dan aroma/bau dari sampel dibaui kombinasi media filtrasi (PS, PA, SA) nilai
melalui mulut botol. padatan tersuspensi berkisar antara 86-96
5. Analisis Data mg/L dengan efektifitas penurunannya
Data yang diperoleh disajikan dalam berkisar 43-49%. Perlakuan PA terlihat
bentuk grafik dan tabel serta dianalisis lebih efektif dibanding perlakuan PS dan
secara deskriptif. SA. Selain arang sebagai penyerap, pasir
juga diduga dapat menyerap padatan
HASIL DAN PEMBAHASAN tersuspensi dalam limbah cair ekstraksi
Total Padatan Tersuspensi sagu. Utami (2013) menyatakan bahwa
bahan pencemar dalam limbah cair akan
Padatan tersuspensi merupakan bertumbukan dan terserap kedalam
padatan melayang dalam cairan limbah. partikel-partikel pasir.
85 Pengaruh Penggunaan...(Gultom dkk)

200
180
160
140

TSS (mg/L)
120
100
80
60
40
20
0
Sebelum P S A PS PA SA
filtrasi
Perlakuan

Gambar 1. Total Padatan Tersuspensi (mg/L) Sebelum dan Sesudah Filtrasi


Total Padatan Terlarut komponen yang terlarut dalam limbah cair
karena adanya perbedaan muatan antara
Padatan terlarut merupakan
permukaan karbon dan bahan yang diserap.
padatan yang terdapat dalam filtrat yang
diperoleh setelah penghilangan padatan Limbah cair ekstraksi sagu yang diberi
tersuspensi. Padatan ini mewakili garam- perlakuan media kombinasi terlihat lebih
garam dalam larutan, termasuk garam- efektif dibanding media filtrasi tanpa
garam mineral dari penyediaan air. Padatan kombinasi. Limbah cair ekstraksi sagu
terlarut ini penting terutama apabila limbah yang disaring dengan kombinasi media
cair akan digunakan kembali setelah filtrasi yaitu perlakuan PS, PA dan SA
pengolahan, padatan terlarut merupakan terlihat lebih efektif dalam menurunkan
parameter dari jumlah material yang nilai total padatan terlarut dibandingkan
dilarutkan dalam air (Siwardi & Putra dengan tanpa kombinasi. Nilai total
2014). Hasil pengamatan penurunan nilai padatan terlarut limbah cair ekstraksi sagu
total padatan terlarut sebelum dan sesudah pada perlakuan PA yaitu 26,3% terlihat
filtrasi pada media filtrasi dapat dilihat lebih efektif jika dibandingkan dengan
pada Gambar 2. perlakuan PS dan SA. Selain arang, pasir
juga memiliki peranan yang penting dalam
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai
menurunkan konsentrasi total padatan
total padatan terlarut sebelum filtrasi yaitu
terlarut. Susilawaty et al. (2007)
8472 mg/L namun setelah diberi perlakuan
melaporkan bahwa pasir merupakan
P, S dan A nilai TDS limbah cair ekstraksi
tempat tumbuh dan hidupnya
sagu berkisar antara 6429-6578 mg/L
mikrooganisme yang akan membantu
dengan efektifitas penurunan berkisar
proses penurunan kandungan pencemar
antara 22-24%. Media arang terlihat lebih
dengan memakan zat-zat organik yang
efektif dibanding kedua media lainnya
terkandung pada air limbah pada saat air
yaitu 24%. Arang tempurung kelapa
limbah melewati pasir penyaring.
diduga dapat menyerap komponen-
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 86

10000
9000
8000
7000

TDS (mg/L)
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Sebelum P S A PS PA SA
filtrasi
Perlakuan

Gambar 2. Total Padatan Terlarut (mg/L) Sebelum dan Sesudah Filtrasi


pH 6,4-6,5. Peningkatan pH sesudah filtrasi
diduga karena pengaruh penggunaan arang
pH adalah istilah yang digunakan yang mampu mengadsorpsi padatan yang
untuk menyatakan intensitas keadaan asam ada pada limbah, baik yang tersuspensi
atau basa sesuatu larutan. Dalam maupun yang terlarut serta senyawa
penyediaan air, pH merupakan satu faktor organik yang dapat terurai pada limbah cair
yang harus dipertimbangkan mengingat ekstraksi sagu. Peningkatan pH
bahwa derajat keasaman dari air akan dikarenakan pada saat proses filtrasi, air
sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang mengalir melalui media filtrasi
yang akan dilakukan, misalnya dalam mengalami tumbukan atau benturan antar
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, molekul air yang mengakibatkan
pelunakan air dan dalam pencegahan terjadinya gelembung-gelembung udara
korosi (Suhartana 2006). Hasil pengamatan (air melepaskan ion O) sehingga terjadi
pH limbah cair hasil ekstraksi sagu reaksi ion yang mengakibatkan air
sebelum dan sesudah difiltrasi terlihat pada kelebihan ion H+ sehingga pH air
Tabel 2. meningkat.
Pengamatan menunjukkan bahwa
derajat keasaman (pH) limbah cair
ekstraksi sagu sebelum perlakuan adalah
5,9 dan setelah diberi perlakuaan
mengunakan media filtrasi P, S, A nilai pH
meningkat berkisar 6,1-6,3. Media tanpa
kombinasi yaitu media arang terlihat lebih
efektif dibanding kedua media lainnya.
Limbah cair ekstraksi sagu yang
disaring dengan media kombinasi
(perlakuan PS, PA dan SA) terlihat lebih
efektif dalam meningkatkan pH limbah
cair dibanding media tanpa kombinasi.
Setelah filtrasi terlihat bahwa nilai pH
mengalami peningkatan hingga berkisar
87 Pengaruh Penggunaan...(Gultom dkk)

Tabel 2. Hasil Pengukuran pH Limbah Cair Esktraksi Sagu


pH
Perlakuan Sebelum Sesudah
St. Deviasi
filtrasi filtrasi
P 5.9 6.2 0,001
S 5.9 6.1 0,002
A 5.9 6.3 0,001
PS 5.9 6.4 0,002
PA 5.9 6.5 0,072
SA 5.9 6.4 0,002

Bau pasir, serabut dan arang tempurung kelapa


dapat menghilangkan bau pada limbah cair
Bau merupakan petunjuk adanya ekstraksi sagu. Penghilangan bau diduga
pembusukan air limbah. Penyebab adanya terjadi karena media filtrasi dapat
bau pada air limbah karena adanya bahan mengurangi bahan padatan tersuspensi dan
volatile, gas terlarut dan hasil samping dari terlarut yang memberikan bau khas sagu.
pembusukan bahan organik. Hasil Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada
pengujian bau pada limbah cair ekstraksi umumnya berupa gas yang dihasilkan dari
sagu sebelum dan sesudah filtrasi tersaji peruraian zat organik yang terkandung
pada Tabel 4. dalam air limbah, seperti hidrogen sulfida
Limbah cair ekstraksi sagu sebelum (H2S). Bau air yang berubah berarti ada
diberi perlakuan memiliki bau khas sagu pencemaran. Bau disebabkan adanya
dari proses penguraian senyawa organik. bahan-bahan kimia yang terlarut atau
Namun setelah dilakukan filtrasi pada tersuspensi dan terdapatnya ganggang,
seluruh media filtrasi, maka limbah plankton, hewan air yang sudah mati atau
ekstrasi sagu menjadi tidak berbau. Hal ini membusuk (Santoso 2010).
menunjukkan bahwa media filtrasi berupa
Tabel 3. Hasil Pengujian Bau Limbah Cair Esktraksi Sagu
Bau
Perlakuan Sesudah
Sebelum filtrasi filtrasi
P Bau khas sagu Tidak berbau
S Bau khas sagu Tidak berbau
A Bau khas sagu Tidak berbau
PS Bau khas sagu Tidak berbau
PA Bau khas sagu Tidak berbau
SA Bau khas sagu Tidak berbau

Warna S, dan A) terlihat bahwa warna yang


dihasilkan relatif tidak berbeda dari warna
Hasil pengujian warna pada limbah sebelum difiltrasi. Namun pada perlakuan
cair ekstraksi sagu sebelum dan sesudah media filtrasi yang dikombinasikan (PS,
filtrasi terlihat pada Tabel 4. Limbah cair PA, SA), warna limbah cair ekstraksi sagu
yang dihasilkan dari proses ekstraksi pati menjadi kuning bening.
sagu memiliki warna coklat kemerahan.
Setelah difiltarasi pada media tunggal (P,
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 88

Limbah cair ekstraksi sagu sebelum tersuspensi yang menyebabkan limbah


filtrasi berwarna coklat kemerahan diduga ekstraksi sagu menjadi lebih kuning
karena terjadi reaksi pencoklatan. Reaksi bening. Arang yang berasal dari tempurung
pencoklatan terjadi karena limbah cair kelapa mempunyai kualitas sebagai
ekstraksi sagu diduga masih mengandung adsorben yang baik hal ini ditandai dengan
senyawa fenolik yang teroksidasi. Menurut banyaknya pori-pori yang ada dalam
Winarno (1997), proses pencoklatan terjadi arangnya. Keberadaan pori tersebut sangat
karena enzim fenol oksidase dan oksigen bermanfaat untuk menyerap suspended
yang berhubungan dengan substrat solid dan senyawa organik yang terikut
senyawa fenolik. Perubahan warna sesudah dalam air sehingga impuritas yang
filtrasi disebabkan karena menurunnya menyebabkan warna keruh dapat tertahan
nilai zat padat terlarut dan zat padat dalam arang kelapa (Ayatni et al. 2014).
Tabel 4. Hasil Pengujian Warna Limbah Cair Esktraksi Sagu
Bau
Perlakuan Sesudah
Sebelum filtrasi Filtrasi
P Coklat kemerahan Coklat kemerahan
S Coklat kemerahan Coklat kemerahan
A Coklat kemerahan Coklat kemerahan
PS Coklat kemerahan Kuning bening
PA Coklat kemerahan Kuning bening
SA Coklat kemerahan Kuning bening

KESIMPULAN Lakuy, H., & Limbongan, J. 2003.


Beberapa hasil kajian dan teknologi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
yang diperlukan untuk
penelitian ini, maka dapat disimpulkan
pengembangan sagu di Provinsi
bahwa media filtrasi pasir, serabut kelapa
Papua . Seminar Nasional Sagu.
dan arang tempurung kelapa efektif dalam
Manado: Balai Penelitian Tanaman
menurunkan nilai padatan tersuspensi
Kelapa dan Palma Lain .
dengan nilai efektifitas berturut-turut yaitu
Limbongan, J. 2007. Morfologi Beberapa
11%, 8% dan 17%. Efektifitas penurunan
Jenis Sagu Potensial di Papua. Jurnal
padatan terlarut yaitu 23%, 22% dan 24%.
Litbang Pertanian. 26 (1): 16-24.
pH meningkat menjadi 6,2, 6,1 dan 6,3 dan
Haryanto, B., & Siswari, E. 2004.
limbah cair esktrasi sagu menjadi tidak
Pengaruh Usaha Pengolahan Sagu
berbau. Namun jika dilakukan kombinasi
Skala Kecil Terhadap Baku Mutu Air
media filtrasi, maka kualitas limbah cair
Anak Sungai (Studi Kasus Industri
ekstraksi sagu yang dihasilkan lebih baik.
Pengolahan Sagu di Kelurahan
Hal ini terlihat dengan lebih tingginya
Cibuluh, Kota Bogor). J. Tek. Ling.
efektifitas penurunan nilai padatan
P3TL-BPPT. 5 (3): 221-226.
tersuspensi dan terlarut, warna limbah cair
Tumbel, N. 2014. Uji Kinerja Alat
menjadi kuning bening dan tidak berbau.
Pengolah Sagu Baruk (Arenga
Microcarpa). Jurnal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Industri. 6 (1): 43-54.
Flach, M. 1983. Sago Palm Domestication,
Kusuma, Y. L., Ahmad, A., & Yelmida.
Explantation, and Production. FAG
2012. Efisiensi Penyisihan Chemical
Plant Production and Protection
Oxygen Demand (COD) Limbah
Paper , 85.
89 Pengaruh Penggunaan...(Gultom dkk)

Cair Pabrik Sagu Menggunakan Jenie, B., & Rahayu, W. 1993. Penanganan
Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada limbah industri pangan. Yogyakarta:
Kondisi Tunak Dengan Variabel Kanisius.
Laju Pembebanan Organik. Ayatni, F., Damajanti, N., & Hamad, A.
Prosiding SNTK TOPI : 170-175. 2014. Pemanfaatan Arang Dari
Phang, S. M., Miah, M. S., Yeoh, B. G., & Limbah Tempurung Kelapa Sebagai
Hashim, M. A. 2000. Spirulina Variasi Material Dalam Sand
Cultivation in Digested Sago Starch Filtration Untuk Penjernihan Air
Factory Wastewater. Journal of Sumur Di Kelurahan Tegalkamu
Applied Phycology. 12: 395-400. lyan Cilacap . Seminar Nasional
Ahmad, A. 1992. Kinerja Bioreaktor Hasil - Hasil Penelitian dan
Unggun Fluidisasi Anaerobik Dua Pengabdian LPPM UMP : 113-118.
Tahap Dalam Mengolah Limbah Utami, A. R. 2013. Pengolahan Limbah
Cair Industri Minyak Kelapa Sawit. Cair Laundry Dengan Menggunakan
Laporan Magang: Institut Biosand Filter dan Activated Carbon.
Teknologi Bandung Jurnal Teknik Sipil Untan. 13 (1): 59-
Awg-Adeni, D. S., Abd-Aziz, S., Bujang, 71.
K., & Hassan, M. A. 2010. Siwardi, & Putra, A. 2014. Pengaruh
Bioconversion of sago residue into Konsentrasi Arang Ampas Tebu
value added products. African Terhadap Daya Serapnya Pada
Journal of Biotechnology. 9 (14): Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal
2016-2021. Fisika Unand. 3 (3): 128-134.
BSN. 2005. SNI 06-6989.27-2005:Air dan Susilawaty, A., Djaffar, M. H., & Daud, A.
air limbah – Bagian 27: Cara uji 2007. Efektivitas sistem saringan
kadar padatan terlarut total secara multimedia dalam menurunkan TSS,
gravimetri. Jakarta: Badan BOD, NH3-N, PO4 dan total
Standardisasi Nasional. coliform pada limbah cair rumah
BSN. 2004. SNI 06-6989.3-2004: Air dan tangga. Jurnal Sains dan Teknologi.
air limbah- Bagian 3: Cara uji 7 (1): 45-56.
padatan tersuspensi total (Total Suhartana. 2006. Pemanfaatan Tempurung
Suspended Solid, TSS) secara Kelapa Sebagai Bahan Baku Arang
gravimetri. Jakarta: Badan Aktif dan Aplikasinya Untuk
Standardisasi Nasional. Penjernihan Air Sumur di Desa Belor
BSN. 2004. SNI 06-6989.11-2004:Air dan Kecamatan Ngaringan Kabupaten
air limbah – Bagian 11: Cara uji Grobogan. Berkala Fisika. 9 (3):
derajat keasaman (pH) Bagian 11: 151-156.
Cara uji derajat keasaman (pH) Santoso, B. 2010. Proses Pengolahan Air
dengan menggunakan alat pH meter Buangan Industri Tapioka. Jurnal
dengan menggunakan alat pH meter. Ilmiah Teknologi & Rekayasa, 15
Jakarta: Badan Standardisasi (3): 213-220.
Nasional. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan Gizi
BSN. 2005. SNI 06-6989.24-2005: Air dan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia
air limbah – Bagian 24 : Cara uji Pustaka Utama.
warna secara perbandingan visual.
Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.

You might also like