You are on page 1of 12

Pre Treatment Air Gambut Dengan Lempung Cengar Dan Penyisihan

Zat Organik Dan Kekeruhan Dengan Membran Ultrafiltrasi Sistem Aliran


Cross-Flow

Revi Lasmita1, Syarfi Daud2, Jecky Asmura3


1
Mahasiswa Program Studi Tekni Lingkungan, 2Dosen Jurusan Teknik
Lingkungan, 3Dosen Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Email : lasmita.revi@yahoo.co.id

ABSTRACT

Water is an environment element that is needed to support all human life. Peat
water is containing a Natural Organic matter (NOM) that make it brown, taste and
smelling. Peat water quality not suitable with water quality standards Permenkes
No. 416/MENKES/PER/IX/1990. One of the peat water treatment methods used
in this study is pre treatment of coagulation-flocculation and ultrafiltration
membrane. This study aims to determine the removal efficiency of organic matter
and turbidity in the pre treatment of coagulation-flocculation using coagulants
Cengar Clay, coagulants Cengar Clay to decrease organic matter and turbidity,
determine the performance of membrane for flux and rejection of organic matter
and turbidity with and without pre treatment of coagulation-flocculation,
determine decrease of organic matter and turbidity in peat water treatment using
ultrafiltration membrane with pre treatment of coagulation-flocculation. The
highest removal efficiency in coagulation-flocculation for organic matter
parameter and turbidity obtained at a dose of 100 ml with a variation efficiency
value of 47,733% dan 70,484%. The highest flux ultrafiltration membrane with
and without pre treatment of coagulation-flocculation obtained at a pressure of 1,5
bar. Rejection coefficient organic matter and high turbidity ultrafiltration
membrane without pre treatment is obtained at a pressure of 0,5 bar respectively
by 20,6% dan 96,9%. Rejection coefficient organic matter and high turbidity
ultrafiltration membrane with pre treatment is obtained at a pressure of 0,5 bar
respectively by 92% dan 100%. Decrease in organic matter and turbidity with the
pre treatment of coagulation-floccultion and ultrafiltration membrane from 118,5
mg/l KMnO4 to 9,640 mg/l KMnO4 and 31 NTU to 0 NTU.

Keywords: Cengar Clay, Coagulation-Flocculation, Peat Water, Ultrafiltration


Membrane.

PENDAHULUAN industri maka kebutuhan akan air


Air merupakan salah satu bersih terus meningkat. Peningkatan
unsur lingkungan yang sangat kebutuhan air bersih jika tidak
dibutuhkan untuk mendukung semua diimbangi dengan sumber
aktivitas manusia. Sejalan dengan produktivitas air, maka akan
pertumbuhan penduduk dan sektor menimbulkan krisis air bersih.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 1


Pengolahan air merupakan upaya METODELOGI PENELITIAN
untuk mendapatkan air bersih dan Alat dan Bahan
sehat sesuai dengan standar mutu air Peralatan yang digunakan
bersih ditetapkan berdasarkan dalam penelitian ini adalah satu unit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor modul membran ultrafiltrasi
416/MENKES/PER/IX/1990. berbahan polysulfon, dengan
Salah satu sumber daya air konfigurasi kapiler, diameter pori
yang besar di Indonesia berasal dari 30.000 MWCO, diameter modul 5,08
lahan gambut yaitu dengan luas ±26 cm, dan panjang modul 32,5 cm
juta Ha. Potensi gambut di Sumatera dilengkapi dengan pompa jenis
diperkirakan 6,29 juta Ha dan diafragma dan dua pressure gauge
provinsi Riau memiliki lahan gambut yang dipasang pada aliran inlet dan
seluas 4,3 juta Ha, dengan daerah outlet, tangki influent dan tangki
penyebaran Bengkalis (2.336.239 effluent, turbidity meter, jar test, labu
Ha), Indragiri Hulu (93.200 Ha), ukur, beaker glass, gelas ukur, buret,
Indragiri Hilir (983.623 Ha), timbangan analitik, pH meter, kertas
Pekanbaru (8.464 Ha) dan Kampar saring whatman42, dan stopwatch,
(881.323 Ha), ketebalan gambut di oven, lumpang kayu, magnetic
Provinsi Riau sekitar 3-10 meter stirrer.
[Balitbang Riau dalam Pinem, 2010]. Bahan yang digunakan pada
Air gambut memiliki warna merah penelitian ini adalah air gambut yang
kecoklatan, mengandung garam berasal dari Desa Kampung Pinang,
mineral yang tinggi, tingkat Kecamatan Perhentian Raja,
kesadahan rendah, mengandung zat Kabupaten Kampar, Tanah Lempung
organik yang cukup tinggi, rasa asam yang berasal dari Desa Cengar,
(pH 2-5) [Kusnaedi, 2006]. Kecamatan Kuantan Mudik,
Membran ultrafiltrasi Kabupaten Kuantan Singingi,
merupakan proses pemisahan untuk aquadest, H2SO4, Kalium
menghilangkan berbagai zat dengan Permanganat, Asam Oksalat.
berat molekul tinggi, aneka koloid,
mikroba sampai padatan tersuspensi Variabel Penelitian
dan air [Janeta dan Yayok, 2010]. Variabel Tetap
Kemampuan teknologi membran Waktu untuk pengoperasian
tersebut dapat diaplikasikan untuk membran selama 100 menit,
mengolah air gambut dengan pre pengadukan cepat (koagulasi)
treatment yaitu koagulasi dan dengan kecepatan 120 rpm selama 1
flokulasi agar bisa dimanfaatkan menit, pengadukan lambat (flokulasi)
dengan baik. dengan kecepatan 40 rpm selama 20
Lempung merupakan mineral menit.
yang banyak terdapat di lapisan
kerak bumi yang mengandung oksida Variabel Berubah
SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 tinggi. a. Variasikan dosis koagulan Tanah
Kandungan oksida Al dan Fe Lempung sebesar 100 ml, 150 ml
menyebabkan lempung alam juga dan 200 ml dalam 1000 ml sampel
berpotensi sebagai sumber koagulan. air gambut.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 2


b. Tekanan umpan sebesar 0,5 bar, 1 Pengolahan Air Gambut dengan
bar dan 1,5 bar. Membran Ultrafiltrasi Tanpa pre
treatment Koagulasi-Flokulasi
Parameter Air gambut sebanyak 20 liter
Zat Organik dan Kekeruhan. dipompakan dengan menggunakan
pompa diafragma ke membran
Prosedur Penelitian ultrafiltrasi dengan perlakuan
Persiapan Tanah Lempung tekanan (0,5 bar, 1 bar dan 1,5 bar).
Sampel tanah lempung Umpan masuk ke membran dan
diambil dari Desa Cengar, melewati pori membran dengan
Kecamatan Kuantan Mudik, aliran crossflow. Air dengan
Kabupaten Kuantan Singingi. konsentrasi rendah akan lolos
Pengambilan sampel tanah lempung melewati pori membran dan mengalir
dilakukan pada dua titik dengan jarak ke wadah permeat (effluent
±100 meter dari pinggiran sungai. membran), sedangkan rentetan
Sampel tersebut kemudian kembali menuju wadah bak umpan.
dipersiapkan sehingga dapat Percobaan dilakukan selama 100
diekstraksi dengan asam sulfat. menit dan setiap 5 menit sekali
Lempung yang digunakan adalah dicatat volume permeat untuk
lempung yang telah dikalsinasi pada penentuan fluksnya. Selanjutnya
suhu 600ºC selama 1 jam dengan permeat yang telah tertampung
ukuran partikel lempung 100 mesh. diambil dan dianalisa.
Lempung sebanyak 5,4 gram
diekstraksi dengan 10 ml larutan 0,4 Pengolahan Air Gambut dengan
mol H2SO4. Pengadukan dilakukan Koagulasi-Flokulasi
dengan menggunakan magnetic Perlakuan pertama, di dalam
stirrer pada kecepatan 700 rpm pada beaker glass 1000 ml dimasukkan
suhu 100ºC selama 1 jam. Setelah 1000 ml sampel air gambut.
proses ekstraksi, campuran disaring Tambahkan koagulan Tanah
dengan whatman42. Filtrat yang Lempung sebesar 100 ml. Proses
didapatkan merupakan koagulan cair koagulasi-flokulasi dilakukan
yang akan dikoagulasikan dengan menggunakan jar test dengan
sampel air gambut. mengatur kecepatan pengadukan.
Proses koagulasi (pengadukan cepat)
Persiapan Sampel Air Gambut dengan kecepatan 120 rpm selama 1
Sampel air gambut diambil menit. Proses flokulasi (pengadukan
dari Desa Kampung Pinang, lambat) dilakukan dengan kecepatan
Kecamatan Perhentian Raja, 40 rpm selama 20 menit. Setelah
Kabupaten Kampar. Analisa awal proses koagulasi dan flokulasi
dilakukan terhadap parameter pH, zat selesai, sampel dibiarkan sampai
organik dan kekeruhan. terbentuk endapan selama 30 menit,
kemudian dilakukan pemisahan
antara filtrat dan endapan yang
terbentuk. Perlakuan kedua dan
ketiga dilakukan dengan variasi dosis
koagulan 150 ml dan 200 ml. Hasil

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 3


olahan koagulasi-flokulasi dari Tabel 1 Hasil Uji Kualitas Air
masing-masing variasi kemudian Gambut
dianalisa zat organik dan kekeruhan Parameter Satuan Hasil Baku
untuk ditentukan dosis terbaik yang Analisa Mutu
akan digunakan untuk air umpan Ph - 4,5 6,5-9
pada proses pengolahan Zat mg/L 118,5 10
menggunakan membran ultrafiltrasi. Organik KmnO4
Kekeruhan NTU 31 5
Pengolahan Air Gambut
*)
Menggunakan pre treatment PermenkesNo.416/MENKES/PER/IX/1990
Koagulasi-Flokulasi dan Membran Berdasarkan Tabel 1 hasil uji
Ultrafiltrasi kualitas air gambut untuk parameter
Air gambut yang telah pH, zat organik dan kekeruhan tidak
melalui proses pre treatment memenuhi baku mutu sesuai dengan
koagulasi-flokulasi dengan dosis Permenkes
Tanah Lempung 100 ml dipompakan No.416/MENKES/PER/IX/1990, pH
dengan menggunakan pompa yang diizinkan sebesar 6,5-9
diafragma ke membran ultrafiltrasi sedangkan nilai pH pada air gambut
dengan perlakuan tekanan (0,5 bar, 1 sebesar 4,5. Nilai zat organik yang
bar dan 1,5 bar). Setelah itu air diizinkan adalah 10 mg/L KMnO4
masuk ke membran dan melewati sedangkan nilai zat organik pada air
pori membran dengan aliran gambut 118,5 mg/L KMnO4. Nilai
crossflow. Air dengan konsentrasi kekeruhan yang diizinkan adalah 5
rendah akan lolos melewati pori NTU sedangkan nilai kekeruhan
membran dan mengalir ke wadah pada air gambut 31 NTU. Perlu
permeat (effluent membran), dilakukan pengolahan lebih lanjut
sedangkan rentetan kembali menuju agar air gambut tersebut memenuhi
wadah bak umpan. Percobaan standar baku mutu air bersih yang
dilakukan selama 100 menit dan ditetapkan.
setiap 5 menit sekali dicatat volume
permeat untuk penentuan fluksnya. Pengaruh Koagulan Tanah
Selanjutnya permeat yang telah Lempung pada Proses Koagulasi-
tertampung diambil dan dianalisa. Flokulasi Terhadap Efisiensi
Penyisihan Warna, Zat Organik,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan Kekeruhan.
Hasil Uji Kualitas Air Gambut Efisiensi penyisihan warna,
Untuk Parameter Warna, Zat zat organik dan kekeruhan pada
Organik Dan Kekeruhan variasi dosis koagulan tanah lempung
Hasil uji kualitas air gambut hasil pengolahan koagulasi-flokulasi
untuk parameter pH, zat organik dan dapat dilihat pada Tabel 2.
kekeruhan dapat dilihat pada Tabel 1.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 4


Tabel 2 Hasil Analisa Efisiensi Penyisihan pada Pengolahan Koagulasi-Flokulasi
Dosis Koagulan Parameter Satuan Sebelum Setelah Efisien Baku
Tanah Lempung Koagulasi- Koagulasi- si (%) Mutu Air
(ml) Flokulasi Flokulasi Bersih *)

100 Zat mg/l 118,5 61,936 47,733 10


Organik KMnO4

Kekeruhan NTU 31 9,15 70,484 5


Zat mg/l 118,5 64,464 45,6 10
150 Organik KMnO4
Kekeruhan NTU 31 15,66 49,484 5
200 Zat mg/l 118,5 65,728 44,533 10
Organik KMnO4
Kekeruhan NTU 31 29,89 3,581 5
*)
PermenkesNo.416/MENKES/PER/IX/1990 ke dalam larutan koloid ini
Berdasarkan Tabel 2 efisiensi ditambahkan suatu zat koagulan yang
penyisihan tertinggi untuk parameter bermuatan positif maka akan terjadi
zat organik dan kekeruhan tarik menarik dan terjadi gumpalan,
didapatkan pada dosis 100 ml, untuk mendapatkan koagulasi-
dengan penurunan masing-masing flokulasi yang sempurna, dilakukan
untuk parameter zat organik dan percobaan mencari jumlah koagulan
kekeruhan sebesar 47,730% dan optimum pada tanah lempung.
70,484%. Efisiensi penyisihan pada Penelitian Hevi [2014],
variasi dosis 150 ml untuk masing- menggunakan dosis tanah lempung
masing parameter zat organik dan 30 ml dalam 300 ml sampel. Pada
kekeruhan sebesar 45,6% dan proses koagulasi-flokulasi penelitian
49,484%. Efisiensi penyisihan pada ini didapatkan dosis terbaik tanah
variasi dosis 200 ml untuk masing- lempung pada 100 ml, penurunan
masing parameter zat organik dan ketiga parameter pada dosis koagulan
kekeruhan sebesar 44,533% dan tanah lempung 100 ml belum
3,581%. Pada variasi dosis koagulan mencapai baku mutu air bersih yang
tanah lempung 150 ml dan 200 ml telah ditetapkan, hal ini dikarenakan
efisiensi penyisihan zat organik dan pada proses koagulasi-flokulasi tidak
kekeruhan lebih rendah semua partikel koloid mengalami
dibandingkan pada variasi dosis 100 destabilisasi. Pada proses koagulasi-
ml, hal ini dikarenakan terjadinya flokulasi terjadi pembentukan ikatan
kelebihan dosis sehingga antara ion positif dari koagulan
menyebabkan terjadinya kekeruhan, dengan ion negatif dari partikel,
kekeruhan yang terjadi berbentuk seperti :
koloid sehingga air gambut setelah Al+3 + 3OH- Al(OH)3
ditambah dengan variasi dosis tanah
lempung 150 ml dan 200 ml berubah Pengolahan Air Gambut Membran
menjadi larutan yang tinggi Ultrafiltrasi Tanpa dan dengan pre
kandungan partikel tersuspensi treatment Koagulasi-Flokulasi.
(koloid). Menurut Rahvina [1993], Pengolahan air gambut
bahwa koloid pada air gambut dengan membran ultrafiltrasi
bermuatan negatif, sehingga apabila

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 5


dilakukan dengan tiga variasi Fluks yang dihasilkan dipengaruhi
tekanan yaitu 0,5 bar, 1 bar dan 1,5 oleh waktu dan tekanan. Pengamatan
bar. Waktu pengoperasian membran fluks membran ultrafiltrasi dilakukan
selama 100 menit. Kinerja membran setiap 5 menit dengan waktu operasi
dilihat dengan menghitung fluks dan selama 100 menit. Fluks tanpa pre
rejeksi pada setiap tekanan. treatment koagulasi-flokulasi dan
fluks dengan pre treatment
Fluks Membran Ultrafiltrasi koagulasi-flokulasi dapat dilihat pada
Tanpa dan Dengan pre treatment Gambar 1 dan Gambar 2.
Koagulasi-Flokulasi
14
Fluks (ml/menit.cm²)

12
10
8
Tekanan 0,5 bar
6
4 Tekanan 1 bar
2 Tekanan 1,5 bar
0
0 50 100
Waktu (menit)

Gambar 1 Karakteristik Fluks Tanpa pre treatment Koagulasi-Flokulasi Berbagai


Tekanan dan Waktu
14
Fluks (ml/menit.cm²)

12
10
8
Tekanan 0,5 bar
6
Tekanan 1 bar
4
2 Tekanan 1,5 bar
0
0 50 100
Waktu (menit)

Gambar 2 Karakteristik Fluks Dengan pre treatment Koagulasi-Flokulasi


Berbagai Tekanan dan Waktu
Gambar 1 menunjukkan terjadi karena material yang terdapat
bahwa nilai fluks untuk masing- didalam umpan berkumpul pada
masing tekanan membran ultrafiltrasi permukaan membran dan
mengalami penurunan selama waktu membentuk lapisan [Syarfi dan
pengoperasian membran. Penurunan Syamsu, 2007]. Peristiwa fouling
fluks ini terjadi karena semakin lama terjadi karena tersumbatnya pori-pori
waktu pengoperasian membran maka membran akibat proses pemisahan
akan terbentuk polarisasi konsentrasi zat yang mengakibatkan kemampuan
dan fouling. Polarisasi konsentrasi membran untuk penyaringan

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 6


semakin berkurang [Mulder, 1996]. ml/menit.cm2, pada tekanan 1 bar
Lapisan ini semakin lama semakin dihasilkan fluks rata-rata sebesar
menebal sehingga terhalangnya air 10,958 ml/menit.cm2 dan pada
umpan melewati membran dan tekanan 0,5 bar dihasilkan fluks rata-
mengurangi fluks membran. rata sebesar 10,475 ml/menit.cm2.
Gambar 2 menunjukkan Nilai fluks dengan pre treatment
bahwa fluks membran ultrafiltrasi koagulasi-flokulasi meningkat
dengan pre treatment koagulasi- dibandingkan tanpa pre treatment
flokulasi lebih besar daripada fluks koagulasi-flokulasi. Nilai rata-rata
membran ultrafiltrasi tanpa pre fluks tertinggi yang dihasilkan
treatment koagulasi-flokulasi. Hal ini dengan pre treatment koagulasi-
disebabkan karena penambahan flokulasi didapat pada tekanan 1,5
koagulan Tanah Lempung Cengar bar yaitu sebesar 13,295
pada pre treatment koagulasi- ml/menit.cm2, pada tekanan 1 bar
flokulasi telah menyisihkan partikel- dihasilkan fluks rata-rata sebesar
partikel koloid yang terdapat didalam 12,069 ml/menit.cm2 dan pada
air gambut, sehingga hasil tekanan 0,5 bar dihasilkan fluks
pengolahan yang diperoleh akan sebesar 11,308 ml/menit.cm2. Hal ini
lebih jernih. pre treatment juga akan disebabkan karena semakin besar
mengurangi gejala polarisasi dan tekanan, maka gaya dorong yang
konsentrasi yaitu terkumpulnya dihasilkan akan semakin besar. Gaya
koloid dan partikel pada permukaan dorong yang semakin besar
membran yang akan membentuk menyebabkan jumlah massa yang
lapisan cake, hal ini menyebabkan melewati membran semakin besar
fluks yang diperoleh dari air umpan sehingga fluks yang dihasilkan akan
dengan pengolahan pendahuluan meningkat [Shadili, 2013].
menghasilkan fluks yang lebih besar
[Notodarmojo dan Anne, 2004]. Rejeksi Zat Organik dan
Berdasarkan Gambar 1 dan 2 Kekeruhan Membran Ultrafiltrasi
menunjukkan bahwa semakin besar Parameter yang digunakan
tekanan akan menghasilkan fluks untuk perselektivitas membran
yang lebih besar. Nilai fluks rata-rata adalah koefisien rejeksi. Rejeksi zat
tertinggi yang dihasilkan tanpa organik dan kekeruhan tanpa dan
pengolahan pendahuluan koagulasi- dengan pre treatment koagulasi-
flokulasi didapat pada tekanan 1,5 flokulasi dapat dilihat pada Gambar
bar yaitu sebesar 12,039 3 dan 4.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 7


100
90
Fluks (ml/menit.cm²)
80
70
60 Zat Organik
50 Membran Ultrafiltrasi
40 Tanpa Pre Treatmen
30 Zat Organik
20 Membran Ultrafiltrasi
10 Dengan Pre Treatmen
0
0 0,5 1 1,5
Waktu (menit)

Gambar 3 Koefisien Rejeksi untuk Zat Organik pada Berbagai Tekanan


Gambar 3 menunjukkan organik dengan pre treatment
bahwa koefisien rejeksi zat organik koagulasi-flokulasi mengalami
tanpa pre treatment koagulasi- peningkatan yaitu pada tekanan 0,5
flokulasi pada tekanan 0,5 bar bar sebesar 92 %, pada tekanan 1 bar
sebesar 46 %, pada tekanan 1 bar sebesar 77 %, dan pada tekanan 1,5
sebesar 37 %, dan pada tekanan 1,5 bar koefisien rejeksi zat organik
bar koefisien rejeksi zat organik sebesar 67 %.
sebesar 32 %. Koefisien rejeksi zat
100
99
Koefisien Rejeksi (%)

98 Kekeruhan
97 Membran
Ultrafiltrasi Tanpa
96 Pre Treatment
95 Kekeruhan
Membran
94
Ultrafiltrasi Dengan
93 Pre Treatment
0 0,5 1 1,5
Tekanan (bar)

Gambar 4 Koefisien Rejeksi untuk Kekeruhan pada Berbagai Tekanan


Gambar 5 menunjukkan peningkatan yaitu pada tekanan 0,5
bahwa koefisien rejeksi kekeruhan bar sebesar 100 %, pada tekanan 1
tanpa pre treatment koagulasi- bar sebesar 97,9 %, dan pada tekanan
flokulasi pada tekanan 0,5 bar 1,5 bar koefisien rejeksi kekeruhan
sebesar 96,9 %, pada tekanan 1 bar sebesar 97,8 %.
sebesar 95,6 %, dan pada tekanan 1,5 Berdasarkan Gambar 3 dan 4
bar koefisien rejeksi kekeruhan pre treatment menyebabkan rejeksi
sebesar 93,8 %. Koefisien rejeksi warna, zat organik dan kekeruhan
kekeruhan dengan pre treatment membran ultrafiltrasi mengalami
koagulasi-flokulasi mengalami peningkatan untuk masing-masing

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 8


tekanan. Rejeksi tertinggi didapat tersisihkan, sedangkan membran
pada tekanan 0,5 bar, hal ini berfungsi untuk memisahkan zat-zat
disebabkan pada tekanan 0,5 bar tersuspensi yang belum sempat
aliran umpan yang melewati terpisahkan oleh proses pre treatment
membran kecepatannya rendah dan koagulasi-flokulasi.
fluida lebih stabil sehingga
kontaminan mempunyai kesempatan KESIMPULAN
untuk tersaring lebih besar 1. Efisiensi penyisihan tertinggi pada
sedangkan tekanan 1,5 bar semakin pengolahan koagulasi-flokulasi
cepat umpan mengalir melewati untuk parameter zat organik dan
membran, maka semakin sedikit kekeruhan didapatkan pada variasi
kesempatan zat kontaminan yang dosis 100 ml dengan nilai efisiensi
tersaring oleh membran tersebut, sebesar 47,733% dan 70,484%
kemungkinan adanya deformasi pada dan penurunan zat organik dari
membran akibat semakin besar 118,5 mg/l KMnO4 menjadi
tekanan juga dapat menurunkan 61,936 mg/l KMnO4, kekeruhan
koefisien rejeksi. Pelebaran pori akan dari 31 NTU menjadi 9,15 NTU
menurunkan kemampuan membran 2. Fluks tertinggi membran
untuk menahan partikel yang ultrafiltrasi tanpa pre treatment
terdapat pada air umpan sehingga koagulasi-flokulasi yaitu pada
nilai koefisien rejeksi membran pada tekanan 1,5 bar dengan nilai rata-
tekanan yang besar akan menurun rata fluks sebesar 12,039
[Notodarmojo dan Anne, 2004]. ml/menit.cm2. Koefisien rejeksi
Penelitian Zella [2015], zat organik dan kekeruhan
didapatkan tingkat koefisien rejeksi tertinggi didapat pada tekanan 0,5
warna, zat organik dan kekeruhan bar masing-masing sebesar 20,6
tertinggi pada pengolahan % dan 96,9 %.
pendahuluan dan membran 3. Fluks tertinggi dengan pre
ultrafiltrasi pada tekanan 0,5 bar treatment koagulasi-flokulasi dan
masing-masing sebesar 98,72%, membran ultrafiltrasi yaitu pada
92,54% dan 100%. Pada penelitian tekanan pada tekanan 1,5 bar
ini didapatkan tingkat koefisien dengan nilai rata-rata fluks
rejeksi zat organik dan kekeruhan sebesar 13,295 ml/cm2.menit.
tertinggi pada pre treatment dan Koefisien rejeksi zat organik dan
membran ultrafiltrasi pada tekanan kekeruhan tertinggi didapat pada
0,5 bar masing-masing sebesar 92% tekanan 0,5 bar masing-masing
dan 100%. pre treatment koagulasi- sebesar 92 % dan 100 %.
flokulasi dapat menyisihkan koloid 4. Penurunan zat organik dengan pre
dan partikel-partikel penyebab treatment koagulasi-flokulasi
tingginya nilai warna, zat organik dengan koagulan Tanah Lempung
dan kekeruhan yang terdapat pada air Cengar dosis sebesar 100 ml dan
gambut. Pre treatment ini akan membran ultrafiltrasi dari 118,5
menurunkan beban kerja mg/l KMnO4 menjadi 9,640 mg/l
penyaringan membran karena air KMnO4 dan kekeruhan dari 31
yang diumpankan lebih jernih akibat NTU menjadi 0 NTU.
sebagian pengotor (berupa flok) telah

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 9


DAFTAR PUSTAKA Sipil Lingkungan Institut
Agustina. (2010). Penggunaan Pertanian Bogor.
Teknologi Membran Pada Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air.
Pengolahan Air Limbah Yogyakarta: Kanisius.
Industri Kelapa Sawit. Hamid, A, Muhdarina, dan Amri,
Workshop Teknologi T.A. (2014). Efektifitas
Industri Kimia. Lempung Cengar Sebagai
Al-Layla, M.A. (1980). Water Supply Koagulan Cair Dalam
Engineering Design. Penjernihan Air Gambut.
Michigan: Ann Arbor Fakultas Matematika dan
Science, Publisher Inc. Ilmu Pengetahuan Alam
Ashari. (2012). Variasi Ketebalan Universitas Riau.
Lapisan dan Ukuran Hanum. (2009). Pengolahan Limbah
Butiran Media Penyaringan Cair Kelapa Sawit Dari
Biosan Filter Untuk Unit Deoiling Ponds
Pengolahan Air Gambut. Menggunakan membran
Tugas Akhir. Teknik Sipil Mikrofiltrasi. Tesis.
Universitas Riau, Universitas Sumatera Utara.
Pekanbaru. Janeta dan Yayok. (2010).
Asmadi. (2011). Teknologi Pengolahan Air Saluran
Penyediaan Air Minum. Pemutusan Terusan Kebon
Yogyakarta: Gosyen Agung Sebagai Air Bersih
Publishing. Dengan Teknologi
Baker. (2004). Membran Technologi Membran Ultrafiltrasi.
& Application. California. Jurnal Teknik Lingkungan.
Darmayanto. (2009). Penggunaan Janhom. (2007). Teknologi
Serbuk Tulang Ayam Penyediaan Air Minum,
Sebagai Penurunan Yogyakarta: Gosyen
Intensitas Warna Air Publishing.
Gambut. Tesis. Teknik Joko. (2010). Unit Produksi Dalam
Kimia Universitas Sumatera Sistem Penyediaan Air
Utara. Minum, Yogyakarta: Graha
Darnas, Y, Irsyad, M, dan Ilmu.
Suprihanto. (2013). Kusnaedi. (2006). Mengolah Air
Ekstraksi Aluminium Dari Gambut & Air Kotor Untuk
Tanah Lempung Gambut Air Minum, Jakarta: Penebar
Sebagai Koagulan Cair. Swadaya.
Jurusan Teknik Lingkungan Lilis dan Hartono, 2006. Pengolahan
Institut Teknologi Bandung. Limbah Pembersih Rumah
Desviani. (2012). Evaluasi Tangga Secara Koagulasi.
Pemberian Dosis Koagulan Skripsi. Jurusan Kimia
Aluminium Sulfat Cair dan Program Sarjana Universitas
Bubuk Pada Sistem Dosing Indonesia: Jakarta.
Koagulan di Instalasi PT. Mahmud dan Notodarmojo, S.
Krakatau. Skripsi. Teknik (2007). Pengolahan air
gambut melalui proses

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 10


hibrid adsorpsi-ultrafiltrasi Processes. Institute Fur
menggunakan tanah Verfahrenstechnik RWTH
lempung gambut sebagai Aachen, West Germany.
adsorben. Makalah pada Reynold, T.D. (1996). Unit
Seminar Nasional Penelitian Operation and Processes in
Lingkungan di Perguruan Environmental Engineering.
Tinggi 2007. Universitas Brooks/Cole Engineering
Indonesia, 20 Juni 2007. Division. Monterey.
Muhdarina. (2011). Pencirian California.
Lempung Cengar Asli dan Riska, Z. (2015). Penyisihan Warna,
Berpilar Serta Sifat Zat Organik dan Kekeruhan
Penyerapannya Terhadap Pada Air Gambut Dengan
Logam Berat. Tesis. Kombinasi Proses
Fakultas Kejuruteraan dan Koagulasi-Flokulasi
Alam Bina UKM, Bangi. Menggunakan Koagulan
Mulder. (1996). Basic Principles Of Aluminanium Chloride
Membran Technologi. (PAC) dan Membran
Noor. (2010). Lahan Gambut: Ultrafiltrasi. Program Studi
Pengembangan, Konservasi Teknik Lingkungan
dan Perubahan Iklim. Universitas Riau.
Yogyakarta. Rizal. (2013). Pengaruh Konsentrasi
Notodarmojo. (2004). Penurunan Zat Koagulan Pada Penyisihan
Organik dan Kekeruhan BOD5, COD dan TSS Air
Menggunakan Teknologi Lindi TPA Sentajo Dengan
Membran Ultrafiltrasi Kombinasi Koagulasi-
Dengan Sistem Aliran Flokulasi & Membran
Dead-End. Institut Ultrafiltrasi. Tugas Akhir.
Teknologi Bandung. Teknik Kimia UR.
Pansu. (2006). HandbookOf Soil Sutrisno Hevi, Muhdarina dan Amri,
Analysis. France: Springer. T.A. (2014). Pengolahan
Pramuhardini. (2012). Penentuan Air Gambut Dengan
Jenis dan Dosis Optimum Koagulan Cair Hasil
Koagulan Kimia Pada Air Ekstraksi Lempung Alam
Gambut Dengan Desa Cengar Menggunakan
Menggunakan Biosand Larutan H2SO4. Fakultas
Filter. Tugas Akhir. Teknik Matematika dan Ilmu
Sipil Universitas Riau. Pengetahuan Alam
Rahadi dan Edwan. (2010). Kualitas Universitas Riau.
Air Pada Proses Syahroni Reza, Muhdarina dan
Pengolahan Air Minum Di Linggawati Amilia. (2014).
Instalasi Pengolahan Air Pengolahan Air Gambut
Minum Lippo Cikarang. Menggunakan Koagulan
Jurnal. Teknik Lingkungan Cair Dari Lempung Alam
ITB. Cengar. Fakultas
Rautenbach, R dan Albrecht, R. Matematika dan Ilmu
(1931). Membrane

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 11


Pengetahuan Alam
Universitas Riau.
Syarfi dan Syamsu, H. (2007).
Rejeksi Zat Organik Air
Gambut Dengan Membran
Ultrafiltrasi. Jurnal Sains
dan Teknologi 6(1) 1-4.
Trckova. (2003). Peat Asa A Feed
Supllement For Animals.
Check Republic: Veterinary
Research Brno.
Wang, L.K, Yung, T.H & Nazih,
K.S. (2006). Advanced
Physicochemical Treatment
Processes. New Jersey :
Huamana Press.

Jom FTEKNIK Vol 3 No.2 Oktober 2016 12

You might also like