You are on page 1of 7

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN

PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR MINUM MENGGUNAKAN


PROSES KOAGULASI ULTRAFILTRASI

Riny Afrima Sari 1, Jhon Armedi Pinem 2 , Syarfi Daud 2


1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
rinyafrima@gmail.com

ABSTRACT

The availability of drinking water which complies the standard requirements of drinking water quality
is getting hard to find, it makes the handling of brackish water is needed, so the kelor seed which an
be used as natural coagulation is needed. Besides, the development of membrane technology
nowadays grows rapidly. It can be used to process the brackish water more effective compared with
conventional way. One of the used membrane technology is ultrafiltration membrane (UF). This
UHVHDUFK LV GRQH WR ILQG RXW RI WKH NHORU VHHG¶V SHUIRUPDQFe as coagulation and ultrafiltration
membrane in processing brackish water to be good drinking water in separatig color parameter,
chloride, hardness, organic essence, TDS, pH, iron, mangan, nitrate, chopper, zinc, and sulphate. This
research procedure is divided into three stages which are; the first stage is bio coagulation making, the
second stage is coagulation-floculation, and the third is filtration using ultrafiltration membrane. The
UHVHDUFK¶V UHVXOW VKRZV WKH FRORU LVRODWLRQ FKORULGH NHVDGDKDQ Rrganic essence, TDS, pH, iron,
PDQJDQ QLWUDWH FKRSSHU ]LQF DQG VXOSKDWH RI EUDFNLVK ZDWHU ZKLFK KDV EHHQ DGGHG ZLWK NHORU VHHG¶V
powder effectively occurs in 350ppm and 2bar pressure can isolate 98,763%, chloride 84,303%,
kesadahan 48,989%, organic essence 89,862%, TDS 44,204% pH sebesar 16,867%, iron 91,64%,
mangan 89,77%, nitrate 36,58%, chopper 55, 833%, zinc 54,518% and sulphate decreasing to
ZKHUH WKLV UHVXOW KDV IXOILOOHG WKH GULQNLQJ ZDWHU¶V VWDQGDUG TXDOLW\ EDVHG RQ WKH UXOHV RI
health ministry 2010.

Keywords: Kelor seed (moringa oleifera), Brackish water, Ultrafiltration membrane.

1. Pendahuluan oleifera) yang berfungsi sebagai koagulan


Wilayah pesisir pantai dan pulau- atau bahan pengumpal (Kusnaedi, 2002).
pulau kecil di tengah lautan lepas Biji kelor dapat digunakan sebagai
merupakan daerah-daerah yang sangat koagulan alami karena kandungan protein
miskin akan sumber air tawar, sehingga biji kelor (poli-elektrolit kationik) atau
mengalami masalah pemenuhan kebutuhan protein larut dapat menyebabkan koagulasi
air minum (Idaman, 2003). Sumber air (Pritchard, 2010) yang mampu
masyarakat pesisir, yang berasal dari mengadsorbsi dan menetralisir partikel-
sungai dan mata air, dapat bercampur partikel koloid dalam air (Sutherland
dengan air laut yang menyebabkan dalam Rambe, 2009).
kandungan garam sumber air meningkat, Pengolahan air payau menjadi air
sehingga menjadikan air tersebut asin (air minum juga dapat diolah menggunakan
payau) (Lisa, 2008). teknologi membran ultrafiltrasi.
Pengolahan air payau menjadi air Ultrafiltrasi (UF) merupakan proses
minum dapat dilakukan dengan membran dengan gaya dorong (driving
memanfaatkan biji kelor (moringa force) tekanan untuk memisahkan partikel,

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


1
mikroorganisme, molekul-molekul besar kering. Awalnya, biji kelor yang diperoleh
(large molecule) dan droplets emulsi. dijemur sampai cukup kering dan
Media penyaringan (filter medium) kemudian diblender sampai halus. Bubuk
merupakan membran macropores dengan
biji kelor yang telah terbentuk disaring
kemampuan untuk memisahkan partikel
yang berukuran antara 0,0001- P menggunakan ayakan 60 mesh dan 100
Membran ini beroperasi pada tekanan mesh untuk mendapatkan ukuran bubuk
antara 1-5bar dengan batasan permeabilitas biji kelor (100t bubuk biji kelor d60)
adalah 10-50l/m2.jam.bar (Mulder,1996). mesh. Bubuk koagulan yang diperoleh
Dalam pengolahan air payau menjadi air kemudian disisihkan dan disimpan untuk
minum pada penelitian ini ada beberapa
dipergunakan pada proses penangan air
parameter yang perlu diperhatikan untuk
mengukur seperti warna, klorida, payau. Setiap biji kelor tersebut
kesadahan, zat organik, TDS, pH, besi, ditambahkan aquades 1ml dan diaduk
mangan, nitrat, tembaga, seng dan sulfat. hingga menjadi pasta.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk 2.2.2. Koagulasi-flokulasi
mengetahui kinerja biji kelor sebagai Air payau yang diambil terlebih
koagulan dan membran ultrafiltrasi dalam
dahulu diuji kadar warna, klorida,
pengolahan air payau menjadi air minum
dalam menyisihkan parameter warna, kesadahan, zat organik, TDS dan pH.
klorida, kesadahan, zat organik, TDS pH, Setelah kondisi awal air payau diperoleh,
besi, mangan, nitrat, tembaga, seng dan maka dilanjukan dengan proses
sulfat berdasarkan berdasarkan peraturan penanganan awal menggunakan koagulan
Menteri Kesehatan RI No. 492/ MenKes/
biji kelor dengan variasi 250mg/l air
PER/ IV/ 2010.
payau, 350mg/l air payau, dan 450mg/l air
2. Bahan dan Metode payau. Masing ± masing sampel akan
2.1 Bahan dan Alat dilakukan pengadukan cepat selama 2
Bahan-bahan yang digunakan dalam menit dengan kecepatan pengadukan
penelitian ini adalah adalah air payau, biji 200rpm dan dilanjutkan dengan
kelor sebagai koagulan, membran UF, dan
pengadukan lambat selama 5 menit dengan
aquadest. Peralatan yang digunakan adalah
satu unit modul membran ultrafiltrasi kecepatan pengadukan 60rpm. Setelah
berbahan dasar polisulfon dengan diameter proses koagulasi dan flokulasi selesai
pori 0,001 P GDQ luas permukaan larutan kemudian didiamkan selama 15
membran 0,36m2. Pressure gauge, pompa menit. Sampel air payau yang telah
diafragma, motor pengaduk yang dilakukan proses koagulasi-flokulasi akan
dilengkapi dengan batang pengaduk dan membentuk 2 lapisan, lapisan atas berupa
padle, gelas piala 2000ml, gelas piala
100ml, kertas saring, timbangan analitik, air yang berwarna bening sedangkan
corong, gelas ukur 100ml, pH meter, TDS lapisan bawah berupa air keruh yang berisi
meter, ayakan 60 dan 100 mesh, botol endapan/flok. Kemudian air payau
sampel 1000ml, dan stopwatch. dipisahkan dari endapan/flok
menggunakan kertas saring. Sampel yang
2.2 Prosedur Penelitian telah melewati proses koagulasi-flukulasi
2.2.1 Pembuatan Biokoagulan Moringa
dianalisa kembali untuk mengetahui kadar
Oleifera
warna, klorida, kesadahan, zat organik,
Biokoagulan yang akan
TDS dan pH.
dipergunakan adalah bubuk biji kelor

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


2
kadar warna, klorida, kesadahan, zat
2.2.3. Filtrasi Menggunakan Membran organik, TDS dan pH pada masing-masing
Ultrafiltrasi tekanan. Rangkaian alat yang digunakan
Air payau dengan massa koagulan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
biji kelor yang paling efektif menurunkan
kadar warna, klorida, kesadahan, zat
organik, TDS dan pH yang hampir Membran
Ultrafiltrasi

mendekati baku mutu air minum akan


dialirkan ke membran sesuai dengan
variabel tekanan 1bar, 1,5bar dan 2bar. Retentat Permeat

ml Umpan
Dalam satu kali percobaan, setiap 3000
2700
2400
2100
1800 ml

pengambilan 50ml volume permeat, 1500


1200
900
600 2
3
4
100
90
80
70
300 1 5
60
50

dicatat waktu untuk mengukur fluks 100

Gelas piala umpan air payau Pompa Diafragma


Bar 40
30
20
10
Hasil koagulasi flokulasi Control Valve Pressure Gauge
Gelas Ukur Permeat
permeatnya dalam 3 menit sekali selama
Gambar 2.2 Rangkaian Alat Membran
60 menit pada masing-masing variabel.
Ultrafiltrasi
Retentat yang dihasilkan direcycle kembali
ke membran ultrafiltrasi. Tekanan operasi 3. Hasil dan Pembahasan
diatur dengan menggunakan katup 3.1 Pengaruh Massa Biji Kelor pada
pengatur tekanan. Pengambilan sampel Proses Koagulasi-Flokulasi terhadap
untuk analisa dihentikan setelah operasi Pengolahan Air Payau menjadi Air
mencapai keadaan tunak. Permeat yang Minum
dihasilkan ditampung kemudian dianalisa
Tabel 3.1 Hasil Analisa Air Payau Sebelum dan Sesudah Proses Koagulasi-flokulasi
Sebelum Penambahan Setelah Penambahan Koagulan Biji
Satua *Air
No Parameter Koagulan Biji Kelor Kelor
n minum
(Air Payau) 250 mg 350 mg 450 mg
1 Warna TCU 15 699 200 61 158
2 Klorida mg/l 250 1.478 565 403 452
3 Kesadahan mg/l 500 841 662 604 632
4 Zat organik mg/l 10 89,175 70,59 52,013 58,207
5 TDS mg/l 500 880 742 581 627
6 pH - 6,5-8,5 8,3 7,6 7,3 7,3
7 Besi mg/l 0,3 3,35 2,65 0,97 1,24
8 Mangan mg/l 0,4 2 1,84 1,03 1,42
9 Nitrat mg/l 50 41 33 26 29
10 Tembaga mg/l 2 1,2 0,83 0,53 0,42
11 Seng mg/l 3 3,32 3,02 2,16 2,63
12 Sulfat mg/l 250 1277 1012 657 816
Sumber: Data ditampilkan dari Hasil Uji UPT Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau (2015) & Laboratorium
Pemisahan dan Pemurnian Teknik Kimia Universitas Riau
*Baku mutu air minum berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MenKes/ PER/ IV/ 2010.

Hasil analisa yang ditampilkan pada proses koagulasi-flokulasi dengan


Tabel 3.1 menunjukkan bahwa terjadi menggunakan koagulan biji kelor.
penurunan kadar warna, klorida, kesadahan, Massa koagulan biji kelor 350mg
zat organik, TDS, pH, besi, mangan, nitrat, dengan waktu pengendapan selama 15
tembaga, seng dan sulfat setelah dilakukan menit mampu menurunkan parameter air
payau terbaik dibandingkan massa biji

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


3
kelor 250mg dan 450mg. Pada penelitian mengendap ke dasar gelas piala dan
Sri (2010), konsentrasi maksimum membentuk dua lapisan, yaitu pada lapisan
koagulan biji kelor dalam menyisihkan atas berupa air payau jernih dan lapisan
beban pencemar didapatkan pada massa bawah berupa endapan flok yang
250mg dan waktu pengendapan 10 menit mengendap pada dasar gelas piala.
menggunakan air gambut. Pada penelitian Endapan flok kemudian dipisahkan dari air
Rusdi dkk (2014) konsentrasi maksimum payau dengan bantuan kertas saring. Hal
dalam me-removal di dapatkan pada ini yang membuat kadar polutan di dalam
konsentrasi 200ppm dan waktu air payau setelah proses koagulasi-
pengendapan 12 menit menggunakan air flokulasi lebih kecil dari pada sebelum
waduk krenceng, sehingga konsentrasi proses koagulasi-flokulasi (Rizal, 2013).
maksimum biji kelor untuk masing-masing Namun banyak parameter dengan
bahan baku yang diumpankan berbeda- penambahan koagulan biji kelor pada
beda. Hal ini disebabkan apabila proses koagulasi-flokulasi belum
konsentrasi koagulan maksimum telah memenuhi syarat baku mutu air minum
tercapai, maka larutan akan stabil dan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/
mampu membentuk flok yang padat. MenKes/ PER/ IV/ 2010. Air payau yang
Konsentrasi koagulan yang berlebihan telah melalui proses koagulasi-flokulai
maupun yang kurang dapat menurunkan pada massa koagulan biji kelor 350mg
efisiensi penyisihan padatan. Massa selanjutnya akan dilewatkan ke dalam
koagulan yang melebihi konsentrasi membran ultrafiltrasi untuk diproses lebih
koagulan maksimum tidak lagi lanjut.
memperbesar ukuran flok, karena flok
sudah berada pada kondisi jenuh. 3.2 Pengaruh Tekanan Membran
Efektifitas koagulasi-flokulasi karena Ultafiltrasi terhadap Kualitas
Flok-flok yang berukuran besar akan Warna, Klorida, Zat Organik,
terurai kembali menjadi partikel-partikel Kesadahan, TDS, dan pH Air
kecil yang sulit mengendap (Rizal, 2013). Payau
Ketika pembentukan flok sudah
maksimal, flok-flok tersebut akan
Tabel 3.2 Hasil Analisa Air Payau Sebelum dan Sesudah Proses Koagulasi-Flokulasi serta
yang telah Melewati Membran Ultrafiltrasi
Hasil Analisa
Setelah Penambahan Koagulan Biji Kelor
Sebelum
Satua *Air dan Tekanan Pemompaan
No Parameter Penambahan
n minum 350 mg
Koagulan Biji
(tanpa 1 bar 1,5 bar 2 bar
Kelor (Air Payau)
membran
1 Warna TCU 15 699 61 25 17,8 8,64
2 Klorida mg/l 250 1.478 403 349 257 232
3 Kesadahan mg/l 500 841 604 575 541 429
4 Zat organik mg/l 10 89,175 52,013 39,25 16,47 9,04
5 TDS mg/l 500 880 581 563 511 491
6 pH - 6,5-8,5 8,3 7,3 7,2 7,1 6,9
7 Besi mg/l 0,3 3,35 0,97 0,72 0,55 0,28
8 Mangan mg/ 0,4 2,15 1,03 0,69 0,47 0,22
9 Seng mg/ 3 3,32 2,16 2,15 1,77 1,51
10 Sulfat mg/ 250 1277 657 521 344 222
Sumber: Data ditampilkan dari Hasil Uji UPT Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau (2015) & Laboratorium
Pemisahan dan Pemurnian Teknik Kimia Universitas Riau
*Baku mutu air minum berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MenKes/ PER/ IV/ 2010.

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


4
Hasil analisa yang ditampilkan pada sulfat yang paling tinggi dibandingkan
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa terjadi dengan tekanan 1bar dan 1,5bar. Semakin
penurunan kadar warna, klorida, tinggi tekanan pemompaan yang diberikan
kesadahan, zat organik, TDS pH, besi, semakin tinggi kadar pencemar yang
mangan, seng dan sulfat setelah dilewatkan disisihkan.
ke dalam membran ultrafiltrasi. Hal ini Kinerja dari membran ultrafiltrasi
disebabkan karena membran ultrafiltrasi dari umpan air payau proses koagulasi-
memiliki pori yang berukuran 1-100nm flokulasi menggunakan massa koagulan
dan medium filter membran ultrafiltrasi biji kelor 350mg dalam menurunkan
memiliki kemampuan untuk memisahkan parameter warna, klorida, kesadahan, zat
partikel yang berukuran antara 0,001- organik, TDS pH, besi, mangan, dan sulfat
0,2 P 0XOGHU VHKLQJJD PHPEUDQ dapat dilihat dari koefisien rejeksi. Nilai
ultrafiltrasi mampu menahan partikel- koefisien rejeksi diperoleh dari selisih
partikel dan mikroorganisme berukuran antara warna, klorida, kesadahan, zat
kecil yang tidak dapat disisihkan pada saat organik, TDS pH, besi, mangan, dan sulfat
proses koagulasi-flokulasi. sebelum dan sesudah dilewatkan kedalam
Tekanan 2bar menghasilkan membran ultrafiltrasi. Koefisien rejeksi
persentase penurunan beban pencemar membran ultrafiltrasi dapat dilihat pada
pada parameter warna, klorida, kesadahan, Tabel 3.3.
zat organik, TDS, pH, besi, mangan dan

Tabel 3.3 Persentase Kualitas Parameter dalam Air Payau dengan Menggunakan Membran
Ultrafiltrasi
No Parameter Koefisien rejeksi (%)
1bar 1,5 bar 2 bar
1 Warna 59,016% 70,819% 85,836%
2 Klorida 13,399% 36,228% 42,431%
3 Kesadahan 4,801% 10,430% 28,973%
4 Zat Organik 24,538% 68,334% 82,619%
5 TDS 3,089% 12,048% 15,490%
6 pH 1,369% 5,479% 5,479%
7 Besi 25,773% 43,299% 71,134%
8 Mangan 33,009% 54,369% 78,640%
9 Sulfat 20,70% 47,641% 66,210%

Dari Tabel 3.3 dapat diketahui Semakin besar tekanan yang


bahwa tekanan 2bar menghasilkan diberikan pada membran ultrafiltrasi maka
persentase penurunan beban pencemar semakin meningkat koefisen rejeksi
yang paling tinggi dibandingkan dengan membran ultrafiltrasi tersebut terhadap
tekanan 1bar dan 1,5bar. Pada tekanan parameter pencemar. Hal ini disebabkan
2bar membran ultrafiltrasi telah mampu karena semakin besar tekanan, maka debit
memenuhi syarat kualitar air minum air payau yang melewati membran akan
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ semakin meningkat dan semakin banyak
MenKes/ PER/ IV/ 2010 pada parameter mikroorganisme, partikel-partikel serta
warna, klorida, kesadahan, zat organik, zat-zat organik yang tertahan pada
TDS, pH, besi, mangan dan sulfat. Dengan membran ultrafiltrasi (Pinem dkk, 2014)
penurunan signifikan terjadi pada warna sehingga permeat yang dihasilkan lebih
yang mencapai 85,836% jernih.

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


5
3.3 Pengaruh Tekanan Pemompaan pemompaan pada membran ultrafiltrasi
terhadap Fluks Membran berpengaruh terhadap fluks yang
Ultrafiltrasi dihasilkan (Pinem dkk, 2014). Pengaruh
Fluks merupakan volume permeat perubahan tekanan terhadap fluks yang
yang melewati satuan luas membran dalam dihasilkan akan disajikan pada Gambar
waktu tertentu dengan adanya gaya dorong 3.23 berdasarkan hasil perhitungan fluks
dalam hal ini berupa tekanan (driving rata-rata.
force) (Mulder,1996). Perubahan tekanan
48
Fluks (L/m2.jam)

46
44
42
40
1 1.5 2
Tekanan (bar)

Gambar 3.23 Pengaruh Tekanan Pemompaan terhadap Fluks Membran Ultrafiltrasi


berbanding lurus dengan tekanan
Dari Gambar 3.23 dapat diketahui pemompaan. Hal ini disebabkan semakin
bahwa terjadinya perbedaan fluks yang tinggi tekanan, maka semakin cepat air
dihasilkan pada masing-masing tekanan payau yang mengalir melewati membran
pemompaan membran ultrafiltrasi. Fluks ultrafiltrasi.
paling tinggi didapatkan pada tekanan 2bar
yaitu sebesar 47,01 l/m2jam. Hal ini sesuai 3.4 Pengaruh Waktu Operasi
dengan penelitian yang dilakukan (Pinem terhadap Fluks Membran
dkk, 2014) bahwa semakin besar tekanan Ultrafiltrasi.
pemompaan, semakin tinggi nilai fluks
yang dihasilkan. Dengan kata lain fluks

50
Fluks (L/m2.jam)

48
46 1 bar
44 1,5 bar
42 2 bar
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (s)

Gambar 3.24 Pengaruh Waktu Operasi terhadap Fluks Membran Ultrafiltrasi

Dari Gambar 3.24 dapat dilihat bahwa memperkecil pori-pori membran dan
nilai fluks untuk masing-masing tekanan berakibat menurunnya debit air yang
membran ultrafiltrasi cenderung menurun melewati membran (Pinem dkk, 2014).
seiring waktu. Hal ini disebabkan karena Pada tekanan 2bar terjadi
semakin lama waktu operasi membran, penurunan fluks yang lebih stabil
maka semakin banyak mikroorganisme dibandingkan tekanan 1bar dan 1,5bar. Hal
dan zat organik yang terakumulasi dan ini disebabkan karena air payau yang
menempel pada pori membran sehingga dialirkan ke dalam membran ultrafiltrasi

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


6
diawali pada tekanan 1bar dan dilanjutkan Sintetis. Journal Penelitian Student
pada tekanan 1,5bar dan terakhir pada Grant Universitas Riau.
tekanan 2bar. Tekanan 1bar memberikan
waktu masing-masing 57 menit untuk Mulder, M. (1996). Basic Principles of
mencapai waktu konstan, sedangkan Membrane Technology, 2nd edition.
tekanan 5bar dan 2bar memberikan waktu Kluwer academic publisher,
54 menit untuk mencapai keadaan konstan. Hetherland.
Hal ini disebabkan semakin tinggi tekanan, Peraturan Menteri Negara Republik
maka semakin cepat air payau yang Indonesia Nomor 492-MENKES-
mengalir melewati membran ultrafiltrasi. PER-IV. (2010). Persyaratan
Kualitas Air Minum.
4. Kesimpulan Pinem, J.A., M.S. Ginting., dan M.
Proses koagulasi-flokulasi Peratenta. (2014). Pengolahan Air
berlangsung efektif pada massa koagulan Lindi TPA Muara Fajar Dengan
350mg. Kualitas untuk parameter nitrat, Ultrafiltrasi. Jurnal Teknobiologi, 5,
tembaga dan seng sudah memenuhi baku 1, 43-46.
mutu air minum dengan penambahan biji Pritchard, M.T., Craven, T., Mkandawire,
kelor pada massa 350mg, sedangkan untuk $6 (GPRQVRQ - * 2¶1HLOO
parameter warna, klorida, kesadahan, zat (2010). A Study of the Parameters
organik, TDS, pH, besi, mangan, dan Affecting the Effectiveness of
sulfat belum memenuhi baku mutu air Moringa Oleifera In Drinking Water
minum. Tekanan pemompaan berlangsung Purification. Journal Physics and
efektif pada tekanan pemompaan 2bar. Chemistry of the Earth, 791-797.
Parameter yang telah melewati membran Rambe, M. A. (2009). Pemanfaatan Biji
sudah memenuhi baku mutu air minum Kelor Sebagai Koagulan Alternatif
berdasarkan permenkes 2010. Nilai fluks Dalam Proses Penjernihan Limbah
terbesar dihasilkan pada tekanan Cair Industri Tekstil. Tesis.
pemompaan 2bar yaitu 47,04072l/m2.jam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Semakin besar tekanan pemompaan yang Rizal, Y., dan Pinem, J.A. (2013).
diberikan semakin tinggi nilai fluks yang Pengaruh Konsentrasi Koagulan
didapatkan. Akan tetapi, berbanding pada Penyisihan BOD5, COD dan
terbalik dengan waktu operasi. Semakin TSS Air Lindi TPA Sentajo dengan
lama waktu operasi yang didapatkan Menggunakan Kombinasi
semakin kecil nilai fluks yang dihasilkan. Koagulasi-Flokulasi dan
Ultrafiltrasi. Skripsi. UNRI.
Daftar Pustaka Rusdi, T.B., Purnomo, S., Rian, P. (2014).
Pengaruh Konsentrasi dan Waktu
Idaman, N.S. (2003). Aplikasi Teknologi Pengendapan Biji Kelor terhadap
Osmosis Balik untuk Memenuhi pH, Kekeruhan dan Warna Air
Kebutuhan Air Minum di Kawasan Waduk Krenceng. Universitas
Pesisir Atau Pulau Terpencil. Jurnal Tirtayasa. Banten. Jurnal Integrasi
Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4(2), 15-34. Proses.
Kusnaedi. (2002). Mengolah Air Gambut Sri, R.I. (2010). Pengaruh Massa Biji
dan Air Kotor untuk Air Minum. Kelor (Moringa Oleifera) Dan
Cetakan Kesembilan, PT. Penebar Waktu Pengendapan Pada
Swadaya. Jakarta. Pengolahan Air Gambut. Jurnal
Lisa, M. (2008). Kinerja Membran Sains dan Teknologi.
Reverse Osmosis terhaap Rejeksi
Kandungan Garam Air Payau

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016


7

You might also like