You are on page 1of 7

AGROINTEK Volume 10, No.

1 Maret 2016 41

KUALITAS LIMBAH CAIR EKSTRAKSI SAGU (METROXYLON SP.)


MENGGUNAKAN ALAT PENYARING SISTEM BERLAPIS PADA
BEBERAPA WAKTU PENYIMPANAN

Sarman Oktovianus Gultom, Paulus Payung, Jefri Yawan


Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Papua
Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari, email : sarmangultom@yahoo.com

ABSTRACT

In order to produce sago starch, sago bar had to be crushed and extracted using
water to separate starch from other compounds. In the sago processing, a lot of water was used
to extract sago starch and finally was discarded as liquid waste. In this study, the quality of
sago liquid waste, before and after applying a layer-based filter containing: coir, charcoal,
gravel and sand, was measured. The study was designed with a different time of storage of the
Sago liquid waste, namely 0,1,2,3,4, and 5 day of storage. Each day the liquid waste was filterd
using layer-based filter, and then the quality of the liquid waste was compared. The parameters
measured were total suspended solids, total dissolved solids, final pH, and physical parameters
such as smell and color. The results of this study showed that quality decrese of sago liquid
waste accurs during 5 days of storage as indicated by increasing the total suspended solids (up
to 1400 mg/L) and the dissolved solids (up to 2000 mg/L), decresing the pH value (down to 5)
and arising unpleasant smells. Furthermore, the use of the layer-based filter was effective
enough to restore the quality of the sago liquid water by decreasing the total solids,
neutralizing the pH value and reducing the unpleasant smell.

Keyword: Sago, liquid waste, layer-based filter, quality

demikian pati sagu dapat dipisahkan dari


PENDAHULUAN komponen lainnya (Haryanto & Siswari,
Sagu (Metroxylon sp.) 2004)
merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang Dari keseluruhan tahapan
penyebarannya meliputi Melanesia Barat pengolahan sagu, proses ekstraksi menjadi
sampai India Timur dan dari Mindanao Utara sangat penting karena proses ini akan
sampai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara mempengaruhi rendemen pati sagu yang
bagaian selatan. Tanaman sagu tumbuh secara dihasilkan. Proses ekstraksi biasanya
alami terutama di daerah dataran atau rawa dilakukan di dekat sumber air seperti
dengan sumber air yang melimpah (Limbong, pinggiran sungai ataupun anak sungai karena
2007) membutuhkan air yang banyak hingga
Di Papua, sagu dijadikan mencapai 20.000 liter/ton sagu (Banu et al,
sebagai salah satu makanan lokal yang banyak 2006). Pada proses ekstraksi, limbah yang
dikonsumsi oleh masyarakat karena dihasilkan dapat berbentuk padat maupun cair.
ketersediaannya yang cukup banyak dan Limbah padat pada proses ekstraksi berupa
tersebar luas hampir di seluruh wilayah ampas serat sisa perasan, sedangkan limbah
(Haryanto & Pangloli, 1992). Flach (1997) cair berupa air yang digunakan pada proses
juga melaporkan bahwa sekitar 45% dari ekstraksi. Menurut Bujang & Ahmad (2000),
seluruh areal sagu di dunia terdapat di Papua. untuk menghasilkan 1 Kg tepung sagu akan
Pada umumnya proses pengolahan batang dihasilkan sekitar 20 Liter air limbah.
sagu menjadi pati sagu dilakukan dengan cara Pada umumnya limbah cair yang
mengekstraksi pati yang terkandung di dalam dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut hanya
empulur sagu dengan bantuan air. Dengan
42 Kualitas Limbah cair...(Sarman, dkk)

dibuang begitu. Limbah cair ekstraksi sagu bahan yang digunakan sebagai media
diduga masih mengandung padatan berupa penyaring adalah pasir, kerikil, arang dan
pati dan ampas serat hasil ekstraksi yang jika serabut kelapa. sedangkan bahan-bahan untuk
dibuang begitu saja secara terus menerus ke membuat alat penyaring air sistem berlapis
sungai atau lahan akan menurunkan kualitas adalah tripleks, kayu lat, kain/kawat has.
perairan dan memberikan dampak negatif Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
terhadap lingkungan. adalah wadah berkapasitas 26 Liter, kran,
Melihat kondisi tersebut, maka pompa vakum, kompor listrik, oven,
perlu untuk dilakukan tindakan awal (pre- timbangan analitik, pH meter, autoclave,
treatment) terhadap limbah cair ekstraksi sagu laminar air flow, inkubator, penghitung sel
sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan (cell counter) dan peralatan gelas untuk
limbah cair hasil ekstraksi sagu juga dapat analisis.
diduga memiliki potensi untuk
Pelaksanaan Penelitian
dimanfaatkannya kembali (recycle) sebagai
air ekstraksi pati sagu. Penerapan alat Perancangan dan pembuatan alat penyaring
penyaring sistem berlapis umumnya Alat penyaring sistem berlapis ini
diaplikasikan untuk penjernihan air bersih dan terdiri dari satu buah wadah plastik
terbukti efektif dalam mengurangi total berkapasitas 26 Liter yang bagian dalamnya
padatan yang terkandung di dalamnya. Pada tersusun atas beberpa lapisan. Adapun Comment [P1]: Adakah riset
penelitian ini, Kkualitas limbah cair sagu pada susunan lapisan pada alat penyaring ini (dari sebelumnya dari peneliti lain yang
menangani limbah sagu? Kelebihan
beberapa waktu penyimpanan diuji pada lapisan teratas hingga lapisan terbawah) penelitian ini bedanya dan keunggulannya
penelitian ini. Selanjutnya, pembuatan dan adalah sebagai berikut: serabut kelapa (5 cm), apa? Sehingga memperkuat tulisan
pengujian alat penyaring sistem berlapis akan arang tempurung kelapa (5 cm), kerikil (5
dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya cm), pasir (10 cm), dan serabut kelapa (5 cm).
terhadap kualitas limbah cair yang dihasilkan Desain alat penyaring sistem berlapis yang
dari proses ekstraksi sagu. digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
METODE
Bahan dan alat
Bahan utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sagu. Bahan-
Limbah cair ekstraksi sagu
sebelum penyaringan

5 cm Serabut kelapa

5 cm Arang
5 cm Kerikil

10 cm Pasir

Serabut kelapa
5 cm Limbah cair ekstraksi
sagu setelah penyaringan

Gambar 1. Desain Alat Penyaring Air Sistem Berlapis


S
AGROINTEK Volume 10, No.1 Maret 2016 43

Pengujian kualitas limbah cair ekstraksi


sagu sebelum disaring
Pengujian kualitas limbah cair
dilakukan setelah proses ekstraksi sebelum
dilakukan penyaringan. Limbah cair hasil
proses ekstraksi ditampung pada sebuah
wadah lalu disimpan pada suhu ruang dengan Keterangan :
waktu penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. A = Berat tetap kertas saring + residu (g)
Pengujian kualitas limbah dilakukan setiap B = Berat kertas saring kosong (g)
harinya. a = Volume sampel (ml)

Pengujian kualitas limbah cair ekstraksi Analisis Padatan Terlarut


sagu setelah disaring Analisis padatan terlarut dilakukan
Limbah cair ekstraksi sagu dengan menggunakan acuan SNI 06-6989.27-
dilewatkan pada alat penyaring sistem 2005. Sampel limbah ekstraksi sagu dikocok
berlapis yang telah dibuat. Lama waktu hingga homogen dan dipipet sebanyak 50 mL
penyaringan berkisar 15-20 menit hingga dan dilakukan penyaringan menggunakan
seluruh limbah cair tersebut melewati lapisan corong gelas dan kertas saring. Sampel yang
yang tersusun pada alat penyaring. Limbah lolos dari kertas saring dituang ke dalam
cair yang telah melewati alat penyaring cawan allumunium. Selanjutnya, cawan yang
tersebut kemudian dianalisis. Pengujian alat berisi sampel tersebut diuapkan dan Comment [P2]: Berapa lama waktu
dilakukan terhadap limbah cair ekstraksi sagu dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC penyaringannya?

yang dibiarkan pada suhu ruang dengan waktu sampai semua air menguap. Setelah itu cawan
penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 hari. dikeluarkan dari oven menggunakan penjepit
cawan untuk didinginkan dalam desikator dan
Parameter yang diamati ditimbang segera dengan neraca analitik
Parameter yang digunakan adalah hingga diperoleh berat konstan. Padatan
parameter fisik dan kimia yaitu padatan terlarut dihitung dengan persamaan berikut :
tersuspensi, padatan terlarut, suhu, warna, bau
dan pH dari limbah cair ekstraksi sagu
sebelum dan sesudah disaring selama 5 hari
penyimpanan.
Prosedur Analisis

Analisis Padatan Tersuspensi Keterangan :


Analisis padatan tersuspensi C = Berat tetap cawan + Residu (g)
dilakukan dengan mengacu pada SNI 06- D = Berat cawan kosong (g)
6989.3-2004. Sampel limbah cair ekstraksi a = Volume sampel (ml)
sagu dikocok hingga homogen dan dipipet
Pengukuran Suhu
sebanyak 50 mL dan dilakukan penyaringan
Pengukuran Suhu dilakukan dengan
menggunakan corong gelas dan kertas saring
menggunakan acuan SNI 06-6989.23-2005.
yang telah diketahui beratnnya. Kemudian
Sampel limbah ekstraksi sagu dimasukan
kertas saring diambil dengan hati-hati dan
dalam gelas erlenmeyer, masukkan
diletakkan di atas cawan untuk dipanaskan
termometer yang bersih dan kering kedalam
didalam oven dengan suhu 105oC selama 1
gelas erlenmeyer yang berisi contoh sampel,
jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator
biarkan selama 5 menit, baca dan catat suhu
dan timbang segera dengan neraca analitik
yang tertera pada termometer.
hingga diperoleh berat konstan. Padatan
tersuspensi dihitung dengan persamaan Pengujian Warna dan Bau
berikut : Pengujian warna dan bau dilakukan
dengan menggunakan acuan SNI 06-6989.25-
2005. Pengujian warna dan bau limbah cair
ekstraksi sagu dilakukan berdasarkan
44 Kualitas Limbah cair...(Sarman, dkk)

pengindraan manusia (organoleptik). Sampel dilakukan penyaringan dengan menggunakan


limbah cair sebelum dan sesudah penyaringan alat penyaring sistem berlapis, terlihat bahwa
dimasukan ke dalam erlenmeyer dan diamati konsentrasi padatan tersuspensi mengalami
perbandingan warnanya secara visual. penurunan. Rata-rata efektifitas penurunan
Pengujian bau limbah cair ekstraksi sagu konsentrasi padatan tersuspensi yaitu sebesar
dilakukan dengan cara sampel dimasukan ke 60%. Meskipun telah dilakukan penyaringan,
dalam sebuah botol tertutup ( ½ hingga ¾ ), data pada hari ke-4 menunjukkan bahwa
botol berisi sampel kemudian dikocok dengan konsentrasi padatan tersuspensi pada limbah
kuat kemudian tutup botol dibuka dan bau cair ekstraksi sagu telah mencapai 457 mg/L.
dari sampel dibaui melalui mulut botol. Konsentrasi tersebut telah melampaui strandar
baku mutu limbah cair yang telah ditentukan,
yaitu sebesar 400 mg/L (keputusan Menteri
Pengukuran pH Negara Lingkungan Hidup no: kep-
Pengukuran pH dilakukan dengan 51/menlh/10/1995). Hasil tersebut
menggunakan acuan SNI 06-6989.11-2004. mengindikasikan bahwa penyaringan limbah
Sampel limbah cair ekstraksi sagu cair ekstraksi sagu hanya efektif dilakukan
dimasukkan pada gelas kimia, kalibrasi alat pada limbah cair yang telah tersimpan hingga
pH meter, bilas elektroda dengan aquadest, 3 hari.
keringkan dengan tissue, masukkan elektroda Penurunan konsentrasi padatan
ke gelas kimia yang berisi sampel limbah cair tersuspensi terjadi karena media penyaring
ekstrasi sagu dan baca skala yang ditunjukkan (arang, pasir dan kerikil) bekerja dengan baik
pH meter jika angkanya sudah konstan. sesuai fungsinya masing-masing. Arang
tempurung kelapa mengandung karbon dan
bersifat lunak apabila kontak dengan air yang
akan disaring sehingga permukaan arang lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN mudah mengadsorpsi zat-zat yang akan
Padatan Terlarut dihilangkan termasuk padatan tersuspensi.
Hasil pengamatan padatan Adsorpsi yang terjadi diduga diakibatkan
tersuspensi sebelum dan sesudah penyaringan karena adanya medan gaya pada permukaan
selama 5 hari penyimpanan dapat dilihat pada adsorben (karbon) yang menarik molekul-
Gambar 2. Hasil pengamatan menunjukkan molekul adsorban (limbah cair). Pada proses
bahwa semakin lama limbah cair ekstraksi ini, partikel atau molekul bahan pencemar
sagu disimpan, maka konsentrasi padatan dalam limbah cair akan menempel pada
yang tersuspensi pada limbah cair tersebut permukaan karbon yang disebabkan adanya
juga semakin tinggi. Hal ini diduga perbedaan muatan yang lemah (gaya Van der
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah Waals) diantara keduanya sehingga
jasad renik dalam limbah cair selama membentuk suatu lapisan tipis partikel-
penyimpanan di ruang terbuka. Setelah partikel halus pada permukaan karbon.

2000
tersuspensi

1500
Padatan

(mg/L)

Sebelum
1000 penyaringa
n
500
0
0 Waktu
1 penyimpanan
2 3 4
(Hari) 5

Gambar 2. Padatan Tersuspensi Limbah Cair Ekstraksi Sagu Sebelum dan Sesudah Penyaringan
Selama 5 Hari Penyimpanan.
AGROINTEK Volume 10, No.1 Maret 2016 45

Hidup no: kep-51/menlh/10/1995). Hasil Comment [P3]: Bisa dipanjangkan tdk


Padatan Terlarut disingkat?
tersebut mengindikasikan bahwa penyaringan
Hasil pengamatan padatan
limbah cair ekstraksi sagu hanya efektif
terlarut sebelum dan sesudah penyaringan
dilakukan pada limbah cair yang telah
pada 5 hari penyimpanan dapat dilihat pada
tersimpan hingga 2 hari.
Gambar 3. Limbah cair ekstraksi sagu
Seperti halnya pada padatan
sebelum penyaringan mengandung padatan
tersuspensi, penurunan nilai padatan terlarut
terlarut yang tinggi, namun setelah dilakukan
terjadi karena media penyaring (arang, pasir
penyaringan dengan menggunakan alat
dan kerikil) bekerja dengan baik sesuai
penyaring air sistem berlapis mengalami
fungsinya masing-masing. Arang tempurung
penurunan. Rata-rata efektifitas penurunan
kelapa diduga dapat mengadsorpsi komponen-
konsentrasi padatan terlarut yaitu sebesar
komponen yang larut dalam air karena adanya
82%. Limbah cair ekstraksi sagu setelah
perbedaan muatan antara permukaan karbon
penyaringan menunjukkan bahwa konsentrasi
dan bahan yang diserap. Hal ini didukung oleh
padatan terlarut pada hari ke-3 telah mencapai
Wijaya (2008) yang melaporkan bahwa
4620 mg/L. Konsentrasi tersebut telah
karbon aktif dapat mengadsorpsi molekul
melampaui strandar baku mutu limbah cair
bahan pencemar hingga tercapai kondisi
yang telah ditentukan, yaitu sebesar 4000
setimbang.
mg/L (keputusan Menteri Negara Lingkungan

30000
25000
Padatan terlarut (mg/L)

20000 Sebelum
penyaringan
15000
10000 Sesudah
5000 penyaringan

0
0 1 2 3 4 5
Waktu penyimpanan (Hari)

Gambar 3. Padatan Terlarut Limbah Cair Ekstraksi Sagu Sebelum dan Sesudah Penyaringan
Selama 5 Hari Penyimpanan.

8
7
6
5 Sebelum
Penyaringan
pH

4
3
2 Sesudah
1 Penyaringan
0
0 1 2 3 4 5
Waktu Penyimpanan (hari)

Gambar 4. Nilai pH Limbah Cair Ekstraksi Sagu Sebelum dan Sesudah Penyaringan Selama 5
Hari Penyimpanan.
46 Kualitas Limbah cair...(Sarman, dkk)

Bau
pH
Bau merupakan petunjuk adanya
pH adalah istilah yang
pembusukan air limbah. Penyebab adanya bau
digunakan untuk menyataan intensitas
pada air limbah karena adanya bahan volatil,
keadaan asam atau basa sesuatu larutan.
gas terlarut dan hasil samping dari
Dalam penyediaan air, pH merupakan satu
pembusukan bahan organik. Bau yang
faktor yang harus dipertimbangkan mengingat
dihasilkan oleh air limbah pada umumnya
bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
berupa gas yang dihasilkan dari peruraian zat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang
organik yang terkandung dalam air limbah,
akan dilakukan, misalnya dalam melakukan
seperti hidrogen sulfida (H2S) (Sihaloho,
koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air
2008). Pengujian bau pada limbah cair
dan dalam pencegahan korosi (Suhartana,
ekstraksi sagu dilakukan secara organoleptik
2006). Hasil pengamatan pH sebelum dan
seperti yang tersaji pada Tabel 1.
sesudah penyaringan pada 5 hari
Limbah cair ekstraksi sagu mulai
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4.
berbau pada penyimpanan hari ke-1. Menurut
Hasil pengukuran nilai pH
Suhenry (1993), adanya perubahan bau pada
limbah cair sagu sebelum dilakukan
limbah cair dapat disebabkan karena adanya
penyaringan menunjukkan bahwa selama 5
bahan-bahan kimia yang terlarut atau
hari penyimpanan limbah cair sagu
tersuspensi serta terdapatnya ganggang,
mengalami penurunan pH singga mencapai
plankton, ataupun hewan air yang sudah mati
5,0 pada hari ke-5. Penurunan pH terjadi
atau membusuk. Pada penyimpanan hari ke-2
karena pada awal perombakan, sejumlah
hingga hari ke-5, pengujian bau limbah cair
mikroorganisme tertentu akan mengubah
sebelum disaring menunjukkan adanya
sampah organik menjadi asam organik (Khori,
perubahan bau menjadi bau asam kuat dan
2010). Namun Ssetelah dilakukan Comment [P4]: Kata sambung bolehkah
sedikit bau busuk. Hal ini terjadi karena di awal kalimat
penyaringan, peningkatan pH limbah cair
adanya proses penguraian senyawa organik
sagu terjadi. Peningkatan pH sesudah
oleh mikroorganisme pada limbah cair
penyaringan diduga karena pengaruh
tersebut. Namun, sSetelah dilakukan Comment [P5]: Mohon dikonfirmasi
penggunaan arang yang kaya akan ion C pada redaksi bolehkah kata sambung di
penyaringan, bau asam tersebut telah
mampu mengikat ion H yang terkandung pada awal kalimat
berkurang dan baunya kembali menjadi
limbah cair sehingga pH kembali stabil.
normal khas sagu.

Tabel 1. Bau Limbah Cair Ekstraksi Sagu Sebelum dan Sesudah Penyaringan
Waktu penyimpanan (Hari) Sebelum Penyaringan Sesudah Penyaringan
0 Tidak bau Tidak bau
1 Bau Tidak bau
2 Sangat bau Agak bau
3 Sangat bau Agak bau
4 Sangat bau Agak bau
5 Sangat bau Agak bau

Tabel 2. Warna Limbah Cair Ekstraksi Sagu Sebelum dan Sesudah Penyaringan
Waktu penyimpanan (Hari) Warna Sebelum Penyaringan Warna Sesudah Penyaringan
0 Coklat kemerahan Kuning bening
1 Coklat kemerahan Kuning bening
2 Coklat kemerahan Kuning bening
3 Coklat kemerahan Kuning bening
4 Coklat kemerahan Kuning bening
5 Coklat kemerahan Kuning bening
AGROINTEK Volume 10, No.1 Maret 2016 47

Prosiding Internasional Sago Seminar:


Warna
1-8.
Hasil pengamatan warna pada
Flach M. 1997. Sago palm: Metroxylon sagu
limbah cair ekstraksi sagu dilakukan secara
Rottb. Sago palm: Metroxylon sagu
secara visual seperti yang tersaji pada Tabel 2.
Rottb.
Limbah cair ekstraksi sagu setelah proses
Haryanto B dan Siswari E. 2004. Pengaruh
ekstraksi berwarna coklat kemerahan, bahkan
Usaha Pengolahan Skala Kecil
hingga hari ke-5 penyimpanan. Namun,
Terhadap Baku Anak Air Sungai. Studi
setelah dilakukan penyaringan, warna limbah
Kasus Industri Pengolahan Sagu di
cair tersebut terlihat lebih bening kekuningan.
Kelurahan Cibuluh, Kota Bogor. J.
Warna coklat kemerahan pada limbah cair
Tek.Ling.P3TL-BPPT.5. (3): 221-226
ekstraksi sagu sebelum penyaringan diduga
Haryanto B dan Pangloli P. 1992. Potensi dan
disebabkan karena terjadi reaksi browning
Pemanfaatan Sagu. Kanisius.
pada komponen-komponen organik dalam
Yogyakarta.
limbah cair sagu. Limbah cair tersebut diduga Comment [P6]: Salah ejaan
Limbongan 2007. Morfologi Beberapa Jenis
masih mengandung subtrat senyawa fenolik
Sagu Potensial di Papua. Jurnal
yang teroksidasi oleh enzim fenol oksidase
Litbang Pertanian, Vol. 36: 16-19.
(Winarno, 1997).
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1995. Comment [P9]: Ejaan salah
Perubahan warna pada air
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
disebabkan adanya zat padat terlarut atau zat
Industri.
padat tersuspensi. Jenie & Rahayu (1993)
Silvana S. 2009. Perencanaan Sistem
menyatakan bahwa padatan tersuspensi
Pengolahan Limbah Cair Tahu PT. AS
mempengaruhi kekeruhan dan warna air.
Tanah Baru Depok. FKMI, UI.
Perubahan warna sesudah penyaringan
Standar Nasional Indonesia. 2004. Air dan Air
disebabkan karena menurunnya nilai zat padat
Limbah-Bagian 11: Cara Uji Derajat
terlarut dan zat padat tersuspensi yang
Keasaman (pH) dengan Menggunakan
menyebabkan limbah ekstraksi sagu menjadi
Alat pH Meter. 06-6989.11-2004.
lebih jernih.
Standar Nasional Indonesia. 2004. Air dan Air
Limbah-Bagian 3 : Cara Uji Padatan
KESIMPULAN
Penurunan kualitas limbah cair Tersuspensi Total (Total Suspended
ekstraksi sagu terjadi selama 5 hari Solid, TSS) Secara Grafimetri. 06-
penyimpanan yang ditunjukkan dengan 6989.3-2004.
meningkatnya total padatan tersuspensi dan Standar Nasional Indonesia. 2005. Air dan Air
padatan terlarut, penurunan nilai pH serta Limbah-Bagian 24 : Cara Uji Suhu
timbulnya bau kurang sedap yang dengan Termometer. 06-6989.23-2005.
mengindikasikan terjadinya penguraian bahan Standar Nasional Indonesia. 2005. Air dan Air
organik oleh mikroorganisme. Dari hasil Limbah-Bagian 24: Cara Uji Warna
penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa Secara Perbandingan Visual. 06- Comment [P7]: Kalimat yang diblok
pPenggunaan alat penyaring sistem berlapis 6989.24-2005. tidak diperlukan

cukup efektif mengembalikan kualitas limbah Standar Nasional Indonesia. 2005. Air dan Air
cair dengan menurunkan total padatan, Limbah-Bagian 27: Cara Uji Kadar
Menetralkan menetralkan nilai pH serta Padatan Terlarut Total Secara Comment [P8]: Tulisan huruf kecil
mengurangi warna keruh pada limbah cair. Gravimetri. 06-6989.27-2005.
Suhartana. 2006. Pemanfaatan Tempurung
DAFTAR PUSTAKA Kelapa Sebagai Bahan Baku Arang
Banu J RSK and DB. 2006. Treatment of Aktif dan Aplikasinya untuk
Sagu Wastewater Using Hybrid Penjernihan Air Sumur di Desa Belor
Anaerobic Reactor. Water Qual, Res. J, Kecamatan Ngaringan Kabupaten
1(41): 56-62. Grobongan. Jurnal Fisika. Vol. 9, No.
Bujang K and Ahmad FB. 2000. Country 3. 2006 : 151-156.
Report of Malaysia; Production and Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Utilization of Sago Starch in Malaysia. Penerbit PT. Gramedia pustaka Utama,
Jakarta 1997.

You might also like