You are on page 1of 14

PENCEMARAN AIR SUNGAI KLINTER KECAMATAN KERTOSONO,

KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BADAN AIR PENERIMA LIMBAH


CAIR INDUSTRI KERTAS TAHUN 2014

Ahmad Musafak, Sunaryo, Hery Koesmantoro.

Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya


Alamat e-mail : Musafakahmad@ymail.com

ABSTRACT

The paper industry in the production process uses water to do the


washing, soaking and processing of raw materials. In the production
process the paper industry in addition to producing finished goods namely
paper, also produce residual waste liquid waste that results. The Klinter
River is located in Kecamatan Kertosono, Nganjuk each day receive a
liquid waste from the paper industry both in rainy season and dry season.
The purpose of this research is to know the Klinter River water pollution
into water bodies recipients of liquid waste from the paper industry by
means of laboratory screening and comparing it with government
regulation of the Republic of Indonesia Number 82 in 2001.
This study reviewed the nature of the research include a descriptive
research is a type of research conducted with the main objective to create
a description of a situation objectively. Data collection is done by means of
Klinter river water sampling, shipping to the laboratory and examination in
the laboratory. Samples taken at the point before the 3 outlets, while
mixing and after outlet. Samples taken 3 days in a row (3 times) with the
number of sample 9. Data obtained in the form of numbers (table) and
analyzed.
Laboratory examination results showed that at the point of sampling
before the outlet quality parameters under conditions baku, at the point of
mixing parameters increased significantly resulting in parameters of BOD,
COD and TSS beyond raw quality, but at that point after the outlet
parameters decline naturally because sefl purification. Quality used is raw
PP RI No. 82 of 2001 On the management of water quality and Pollution
Control.
For it is recommended to people to join the environmental
conditions as well as maintaining surveillance on the disposal of waste
paper mills. The company is expected to make an effort to increase
wastewater treatment wastewater does not make the river water polluted
and also need to pay attention to the impact of the smell evoked so as not
to interfere with the life of a community around the river Klinter.

Keywords : pH, BOD, COD, TSS, Pb

1
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
ABSTRAK

Industri kertas dalam proses produksinya menggunakan air untuk


melakukan pencucian, perendaman dan pengolahan bahan baku. Dalam proses
produksinya industri kertas selain menghasilkan barang jadi yaitu kertas, juga
menghasilkan sisa hasil buangan yaitu limbah cair. Sungai Klinter yang terletak di
Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk setiap harinya menerima limbah cair
dari industri kertas baik pada musim penghujan maupun kemarau. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pencemaran air Sungai Klinter yang
menjadi badan air penerima limbah cair dari industri kertas dengan cara
pemeriksaan laboratorium dan membandingkannya dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001.
Penelitian ini ditinjau dari sifat dasar penelitian termasuk jenis penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat suatu deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pengambilan sampel air Sungai Klinter, pengiriman
ke laboratorium dan pemeriksaan di laboratorium. Sampel diambil di 3 titik yaitu
sebelum outlet, saat pencampuran dan setelah outlet. Sampel diambil 3 hari
berturut-turut (3 kali) dengan jumlah sampel 9. Data yang diperoleh berupa angka
(tabel) dan dianalisis.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pada titik
pengambilan sampel sebelum outlet kondisi parameter dibawah baku mutu, pada
titik pencampuran parameter mengalami kenaikan yang signifikan sehingga
mengakibatkan parameter BOD, COD dan TSS melebihi baku mutu, namun pada
titik setelah outlet parameter mengalami penurunan secara alami karena sefl
purification. Baku mutu yang digunakan adalah PP RI No. 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.
Untuk itu disarankan kepada masyarakat agar ikut menjaga kondisi
lingkungan serta melakukan pengawasan terhadap pembuangan limbah pabrik
kertas. Untuk pihak perusahaan diharapkan melakukan upaya peningkatan
pengolahan air limbah agar air buangan tidak membuat air sungai tercemar dan
juga perlu memperhatikan dampak bau yang ditimbulkan agar tidak mengganggu
kehidupan masyarakat sekitar Sungai Klinter.

Daftar bacaan : 22 buku (1982-2012)


Klasifikasi :-

2
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
PENDAHULUAN
Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup dan
kehidupan manusia, dan dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur
utama. Kebutuhan akan air selalu meningkat dari waktu kewaktu, bukan
saja karena meningkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,
melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan
air (Silalahi, 1996).
Limbah cair hasil aktifitas industri banyak didominasi oleh kandungan-
kandungan pencemar organik dan zat-zat toksik. Apabila Limbah Cair ini
dibuang ke lingkungan atau badan air penerima tanpa melalui proses
yang benar, akan sangat membahayakan lingkungan, yaitu terjadinya
pencemaran organik yang mengakibatkan terjadinya penurunan
konsentrasi oksigen dalam perairan sampai mendekati nol, atau yang
sering disebut dengan kondisi an-aerobik atau septick. Kondisi septick
sebuah badan air umumnya ditandai dengan adanya kekeruhan air yang
berwarna keabu-abu kehitaman dan timbulnya bau yang menyengat.
Timbulnya bau ini akibat dari proses pembentukan asam-asam organik
dalam suasana an-aerobik (Purwanto, 2004).
Sungai Klinter yang terletak di Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk
setiap harinya menerima limbah cair dari pabrik kertas baik pada musim
penghujan maupun kemarau. Karena letaknya berada di sekitar daerah
pemukiman masyarakat serta memotong jalan raya, maka dampak limbah
cair sangat mengganggu masyarakat yang tinggal di daerah sekitar aliran
sungai pada khususnya dan para pengguna jalan pada umumnya. Limbah
cair yang dibuang ke sungai Klinter menyebabkan air sungai terlihat
keruh, warna keabu-abuan, serta menimbulkan bau tidak sedap yang
menyengat hidung. Diduga sungai Klinter tersebut mengalami
pencemaran dan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar
sungai Klinter. Berdasarkan hal tersebut di atas serta dengan
pertimbangan kondisi badan air yang selalu berubah-ubah setiap waktu,
maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pencemaran

3
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
Air Sungai Klinter Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk Sebagai
Badan Air Penerima Limbah Cair Industri Kertas Tahun 2014”
Tujuan Penelitian
1. Mengukur kualitas air sungai Klinter sebelum outlet Limbah cair industri
kertas ditinjau dari parameter pH, BOD, COD, TSS dan Timbal (Pb)
2. Mengukur kualitas air sungai Klinter saat pencampuran dengan limbah
cair industri kertas ditinjau dari parameter pH, BOD, COD, TSS dan
Timbal (Pb)
3. Mengukur kualitas air sungai Klinter setelah outlet Limbah cair industri
kertas ditinjau dari parameter pH, BOD, COD, TSS dan Timbal (Pb)
4. Membandingkan hasil pemeriksaan dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dalam segi waktu
termasuk dalam penelitian crosss sectional.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Sungai Klinter yang belum tercemar dan
sudah tercemar limbah cair Industri Kertas di wilayah Desa Nglawak,
Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk.
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah air sungai yang belum tercamar
dan sudah tercemar limbah cair industri kertas.
Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari : 1) Pengambilan sampel air sungai ; 2)
pemeriksaan laboratorium.
Teknik Analisis Data
Analisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan
laboratorium dengan standart baku mutu yang ditentukan.

4
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
HASIL PENELITIAN
Tabel IV.1
Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Klinter Sebelum Outlet Pabrik
Kertas Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk.

Standart Hasil
No Parameter Satuan Baku
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Mutu
1 pH - 5-9 7,0 6,5 7,0
2 BOD mg/l 12 4,7 6,5 6,4
3 COD mg/l 100 9,9 14,9 14,9
4 TSS mg/l 400 16 18 17
5 Pb mg/l 1 0,0 0,0 0,0

Tabel IV.2
Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Klinter Saat Pencampuran Air
Sungai Dengan Outlet Limbah Cair Pabrik Kertas Kecamatan
Kertosono Kabupaten Nganjuk.

Standart Hasil
No Parameter Satuan Baku
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Mutu
1 pH - 5-9 8,0 7,5 8,0
2 BOD mg/l 12 35,8 33,5 35,1
3 COD mg/l 100 103,9 121,3 118,8
4 TSS mg/l 400 502 498 501
5 Pb mg/l 1 0,0 0,0 0,0

Tabel IV.3
Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai Klinter Setelah Outlet Limbah
Cair Pabrik Kertas Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk.

Standart Hasil
No Parameter Satuan Baku
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Mutu
1 pH - 5-9 7,5 7,0 7,5
2 BOD mg/l 12 28,7 20,8 24,5
3 COD mg/l 100 59,4 61,9 62,4
4 TSS mg/l 400 308 286 310
5 Pb mg/l 1 0,0 0,0 0,0

5
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
Tabel IV.4
Hasil Perhitungan Perubahan Kenaikan Parameter Saat
Pencampuran Pada Hari 1 (pertama).
Nilai
No Parameter Satuan Sebelum Saat Naik %
Outlet Pencampuran
1 pH - 7,0 8,0 1,0 6,7
2 BOD mg/l 4,7 35,8 31,1 661,7
3 COD mg/l 9,9 103,9 94 949,5
4 TSS mg/l 16 502 486 3037,5
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.5
Hasil Perhitungan Penurunan Parameter Pada Titik Pengambilan
Sampel Setelah Outlet Pada Hari 1 (pertama).
Nilai
No Parameter Satuan Saat Setelah Turun %
Pencampuran Outlet
1 pH - 8,0 7,5 0,5 6,3
2 BOD mg/l 35,8 28,7 7,1 19,8
3 COD mg/l 103,9 59,4 44.5 42,8
4 TSS mg/l 502 308 194 38,7
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.6
Hasil Perhitungan Perubahan Kenaikan Parameter Saat
Pencampuran Pada Hari 2 (Kedua).
Nilai
No Parameter Satuan Sebelum Saat Naik %
Outlet Pencampuran
1 pH - 6,5 7,5 1,0 7,1
2 BOD mg/l 6,5 33,5 27 415,4
3 COD mg/l 14,9 121,3 106,4 714,1
4 TSS mg/l 18 498 480 2666,7
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.7
Hasil Perhitungan Penurunan Parameter Pada Titik Pengambilan
Sampel Setelah Outlet Pada Hari 2 (kedua).
Nilai
No Parameter Satuan Saat Setelah Turun %
Pencampuran Outlet
1 pH - 7,5 7,0 0,5 6,7
2 BOD mg/l 33,5 20,8 12,1 36,1
3 COD mg/l 121,3 61,9 59,4 47

6
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
4 TSS mg/l 498 286 212 42,6
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.8
Hasil Perhitungan Perubahan Kenaikan Parameter Saat
Pencampuran Pada Hari 3 (Ketiga).
Nilai
No Parameter Satuan Sebelum Saat Naik %
Outlet Pencampuran
1 pH - 7,0 8,0 1,0 6,7
2 BOD mg/l 6,4 35,1 28,7 448,4
3 COD mg/l 14,9 118,8 103,9 697,3
4 TSS mg/l 17 501 484 2847,1
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.9
Hasil Perhitungan Penurunan Parameter Pada Titik Pengambilan
Sampel Setelah Outlet Pada Hari 3 (ketiga).
Nilai
No Parameter Satuan Saat Setelah Turun %
Pencampuran Outlet
1 pH - 8,0 7,5 0,5 6,3
2 BOD mg/l 35,1 24,5 10,6 30,2
3 COD mg/l 118,8 62,4 56,4 47,5
4 TSS mg/l 501 310 191 38,1
5 Pb mg/l 0,0 0,0 0,0 0

Tabel IV.10
Hasil Rekapitulasi Parameter Pada Setiap Titik
Nilai
No Parameter Satuan Sebelum Saat Setelah
outlet Pencampuran Outlet
1 pH - 6,8 7,8 7,3
2 BOD mg/l 5,8 34,8 24,6
3 COD mg/l 13,2 114,6 61,2
4 TSS mg/l 17 500,3 301,3
5 Pb mg/l 0 0 0

Analisa :
1. Berdasarkan tabel IV.10 diatas diketahui bahwa sebelum outlet
semua parameter yang diperiksa masih dalam standart baku mutu.

7
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
2. Berdasarkan tabel IV.10 diatas diketahui bahwa pada saat
pencampuran parameter mengalami kenaikan.
3. Berdasarkan tabel IV.10 diatas diketahui bahwa setelah outlet
parameter mengalami penurunan kembali.

PEMBAHASAN

1. pH
Berdasarkan hasil pengukuran parameter pH sungai Klinter
sebelum outlet, saat pencampuran dan setelah outlet pabrik kertas,
Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk ditemukan bahwa pH air
sungai Klinter mengalami kenaikan pada titik pencampuran dan
mengalami penurunan pada titik setelah outlet namun pH air sungai
Klinter masih normal karena masih berada dalam standart baku mutu
yang ditentukan untuk badan air kelas IV yang berkisar antara 5-9
(Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran).
2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Berdasarkan hasil pengukuran BOD sungai Klinter ditemukan
bahwa pada titik sebelum outlet nilai BOD masih dibawah standart yang
ditentukan. Nilai rata-rata dari pemeriksaan tersebut adalah 5,8 mg/l,
pada mengalami kenaikan saat pencampuran nilai BOD rata-rata
menjadi 34,8 mg/l, pada titik setelah outlet nilai BOD mengalami
penurunan dan nilai rata-ratanya menjadi 24,6 mg/l. Sementara baku
mutu untuk badan air kelas IV adalah 12 mg/l (Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran).
Sesuai dengan peruntukan kelas badan air, Sungai Klinter
masuk ke badan air kelas IV yaitu air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Jika
dilihat dari hasil penelitian, BOD pada titik sebelum outlet masih di

8
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
bawah standart baku mutu sehingga masih layak digunakan sesuai
peruntukkannya.
Terjadinya perubahan kenaikan nilai BOD pada titik
pencampuran dapat menghambat proses pembusukan/ penghancuran
secara aerobik dari benda-benda organik dalam air dan selanjutnya
tidak dapat dipakai sebagai suplay makanan bagi bakteri-bakteri dan
energinya ditampilkan oleh adanya peristiwa oksidasi. (Soeparman dan
Suparmin, 2002).
Namun, pada titik setelah outlet terjadi penurunan nilai BOD
walaupun BOD masih tinggi dan berada di atas baku mutu. Penurunan
secara alami ini sesuai dengan teori yang disampaikan Udin Djabu
tahun 1991 bahwa makin lama badan air (sungai) akan mengalami self
purification di dalam perjalannya karena faktor-faktor pengenceran,
suhu, kecepatan aliran, angin, kemampuan absorbsi, kemampuan
fotosintesa dan lain-lain.
3. COD (Chemical Oxygen demand)
Berdasarkan hasil pengukuran COD sungai Klinter sebelum
outlet, saat pencampuran dan setelah outlet limbah cair pabrik kertas
Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Ditemukan bahwa nilai
COD rata-rata adalah 13,2 mg/l, pada titik pencampuran nilai COD rata-
ratanya naik menjadi 114,6 mg/l, namun COD pada titik setelah outlet
mengalami penurunan dan nilai rata-ratanya adalah 61,2 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa COD air sungai klinter sebelum melewati outlet
masih normal karena masih berada dibawah standart baku mutu yang
ditentukan untuk badan air kelas IV yang berkisar antara 100 mg/l
(Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran). Sesuai dengan
peruntukan kelas badan air Sungai Klinter masuk ke badan air kelas IV
yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut. Jika dilihat dari hasil penelitian,

9
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
COD pada titik sebelum outlet masih di bawah standart baku mutu
sehingga masih layak digunakan sesuai peruntukkannya.
Terjadinya perubahan kenaikan nilai COD pada titik
pencampuran dapat menghambat proses oksidasi secara kimiawi zat –
zat organik yang ada di dalam air, dimana pengoksidasian digunakan
sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat–zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut didalam air. (Didik Sugeng Purwanto :
2004).
Namun, pada pada titik setelah outlet terjadi penurunan nilai
COD dan membuat COD berada di bawah standart baku mutu.
Meskipun belum kembali normal seperti yang ada di titik sebelum
outlet. Penurunan secara alami ini sesuai dengan teori yang
disampaikan Udin Djabu tahun 1991 bahwa makin lama badan air
(sungai) akan mengalami self purification di dalam perjalannya karena
faktor-faktor pengenceran, suhu, kecepatan aliran, angin, kemampuan
absorbsi, kemampuan fotosintesa dan lain-lain.
4. TSS (Total Suspended Solid)
Berdasarkan hasil pengukuran TSS sungai Klinter di titik sebelum
outlet ditemukan bahwa nilai TSS rata-rata adalah 17 mg/l, kemudian
pada titik pencampuran mengalami kenaikan dan nilai rata-ratanya
menjadi 500,3 mg/l, Namun pada titik setelah outlet TSS mengalami
penurunan nilai rata-ratanya adalah 301,3 mg/l. Hal ini menunjukkan
bahwa COD air sungai klinter sebelum melewati outlet masih normal
karena masih berada dibawah standart baku mutu yang ditentukan
untuk badan air kelas IV yang berkisar antara 400 mg/l. (Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran).
Terjadinya kenaikan nilai TSS pada titik pencampuran merupakan
dampak dari penambahan air buangan pabrik kertas. Hal ini dapat

10
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
mengakibatkan zat padat dalam air akan meningkatkan kadar
kekeruhan air, sehingga penetrasi sinar matahari tidak akan terjadi
pada seluruh bagian kedalaman air yang mengganggu proses
fotosintesa algae, yang sebenarnya juga mempunyai kontribusi akan
keberadaan konsentrasi oksigen dalam perairan. Dengan kata lain
bahwa, bila zat padat tinggi, maka kekeruhan meningkat, kemungkinan
besar konsentrasi oksigen dalam air menjadi rendah. (Didik Sugeng
tahun 2004).
Namun, pada titik setelah outlet TSS mengalami penurunan
secara alami. Penurunan dengan jarak pendek ini dapat mengakibatkan
terjadinya pendangkalan sungai serta menurunkan kandungan oksigen
dalam air sebab TSS merupakan partikel-partikel zat padat yang
mengapung dan tersuspensi dalam zat cair. Pada badan air Total
Suspended Solids sebagian besar terdiri dari senyawa organik yang
mengalami proses dekomposisi yang memerlukan oksigen sehingga
menurunkan oksigen terlarut di dalam air. (SPPH Surabaya, 1982).
5. Pb
Berdasarkan hasil pengukuran kandungan Pb sungai Klinter
sebelum outlet, saat pencampuran maupun titik pengambilan sampel
setelah outlet limbah cair pabrik kertas Kecamatan Kertosono,
Kabupaten Nganjuk tidak ditemukan kandungan logam berat Pb.
Sehingga air sungai tidak akan memicu terjadinya penyakit yang
diakibatkan oleh logam berat Pb (timbal).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1. Hasil pengukuran kualitas air sungai Klinter sebelum outlet
menunjukkan bahwa parameter pH, BOD, COD, TSS dan Timbal
(Pb) masih dalam keadaan normal atau masih di bawah standart
baku mutu yang ditentukan.

11
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
2. Hasil pengukuran kualitas air sungai Klinter saat pencampuran
menunjukkan bahwa parameter pH, BOD, COD, dan TSS mengalami
kenaikan. Kenaikan nilai parameter ini membuat BOD, COD dan
TSS melebihi standart baku mutu yang ditentukan.
3. Hasil pengukuran kualitas air sungai Klinter setelah outlet
menunjukkan bahwa parameter pH, COD, dan TSS mengalami
penurunan dari angka yang ditunjukkan pada pengukuran saat
pencampuran dan penurunan nilai ini mengakibatkan ke empat
parameter berada di bawah standart baku mutu yang ditentukan,
kecuali untuk parameter BOD yang masih di atas standart baku mutu
yang ditentukan.
4. Hasil rekapitulasi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pada titik
sebelum outlet semua parameter yang diperiksa masih dibawah
standart baku mutu. Pada titik saat pencampuran hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa semua parameter mengalami kenaikan kecuali
parameter Pb. Dan pada titik setelah outlet hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai pada parameter COD
dan TSS sehingga berada dibawah baku mutu. Namun parameter
BOD masih tinggi dan di atas standart baku mutu yang ditentukan.

Saran
1. Bagi masyarakat
a. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar aliran air sungai
Klinter dan menggunakan air sungai untuk pengairan sawahnya
sebaiknya juga membantu mengawasi dan menjaga kebersihan
sungai Klinter.
b. Jangan membuang sampah di sungai sehingga mengotori sungai,
membuat aliran sungai menjadi tidak lancar dan dapat menjadi
sumber penyakit.
2. Bagi instansi terkait

12
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
Untuk pihak yang berwenang dan terkait dengan pengawasan serta
pengendalian pencemaran (BLH Nganjuk) sebaiknya lebih rutin
melakukan kegiatan monitoring terhadap lingkungan sekitar sungai
Klinter untuk mencegah terjadinya pencemaran yang dapat memicu
timbulnya penyakit.
3. Bagi pabrik kertas
Untuk pihak pabrik kertas diharapkan melakukan peningkatan
pengolahan air limbahnya sehingga air buangan yang dibuang ke
sungai Klinter tidak akan merubah kondisi airnya yang nantinya akan
dapat memicu timbulnya penyakit. Pihak pabrik kertas juga harus
menanggulangi masalah bau yang ditimbulkan oleh air buangan
yang sangat mengganggu masyarakat sekitar dalam kehidupan
sehari-harinya.

RUJUKAN

Anonymous, Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2000


tentang Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur.
Anonymous, PerMen LH. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Anonymous, Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air
Anonymous, Peraturan Pemerintah RI nomer 82 tahun 2001, Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran. Bapedal.

Anonymous, Pusat Pelatihan Bidang Air Bersih dan Penyehatan


Lingkungan Pemukiman, Pengujian Kualitas Air Limbah, Bekasi.

Anonymous, Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun


2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri atau Kegiatan
Usaha Lainnya di Jawa Timur.

Anonymous, SPPH, 1982. Air Limbah, Surabaya.

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Andi Offset.

13
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014
Arya. Wardhana Wisnu, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.
Yogyakarta : Andi Offset
Djabu, Udin, et al, 1990/1991. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja
dan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Pusdiknakes Depkes R.I.

Fardias, Srikandi, 1992. Polusi Air & Udara. Bogor : Kanisus.

Harley, Bajang, 2005. Studi Tentang Pencemaran Sungai Tawang Kota


Madiun Sebagai Badan Air Penerima Limbah Cair Industri Gula.
Jurusan Kesling Kampus Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Hidayanti, F. 2005. Studi Tentang Efektifitas Pengolahan Air Limbah Cair
Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah di Pabrik Kertas CV. Setia
Kawan Tulungagung. Diploma, Politeknik Kesehatan Depkes
Surabaya.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta :


Rineka Cipta.
Marsono, Bowo Joko, Teknik Pengolahan Air Limbah secara Biologis,
Media Informasi Alumni Teknik Lingkungan, ITS Surabaya.
Purwanto, D. S. 2004. Pengelolaan Limbah Cair, Surabaya, Duatujuh.

Sigit.G., Sunaryo and Santi.S., 2012. Pedoman Praktek Laboratorium


Prodi DIII Kesling Kampus Magetan. Magetan.
Silalahi, D. 1996. Pengaturan Hukum Sumber Daya Air Dan Lingkungan
Hidup Di Indonesia, Bandung, Alumni.
Sosrodarsono.S., Masateru.T., 2008. Perbaikan dan Pengaturan Sungai.
Jakarta : Pt. Pradnya Paramita

Sugiharto 1987. Dasar - Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta, UI-Press.

Suparmin, Soeparman, 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta :


EGC
Wicaksono.D.F., Bambang.R. dan Liliya.D.S., 2013. Evaluasi Tingkat
Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai
Klinter kabupaten Nganjuk.

14
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI KESLING MAGETAN
TAHUN 2014

You might also like