You are on page 1of 10

Studi Perubahan Kualitas Air Sungai Winongo Tahun 2003 dan 2012

Dhanny Indra Permana


dhanny.indra@yahoo.com

M. Widyastuti
m.widyastuti@geo.ugm.ac.id

Abstract
Winongo River, a river extending 43,75 kilometers which crossed Sleman regency, Yogyakarta
municipality and Bantul regency. These three regions are the most growth, including population
increase, land use conversion and amount of waste produced. The aim of this study is to discover
water quality of Winongo River from 2003 to 2012 resulting in degrading water quality.
Several test used on physics parameters, chemicals, microbiological and the organic
compound. The analysis is description of water quality parameters compared by year 2003 and 2012
also Water Quality Standards, required by Governor Act No. 20/2008.
The water quality of Winongo River increase was marked by decreasing of BOD, COD, Total
Coliforms, detergent and oil/grease from the year of 2003, while the decreasing water quality of
Winongo River had been caused by the increase of TSS, Total Sulfides, Nitrate, Phenol and pesticide.
Pollution occurred due to the excess of TSS, BOD, Total Sulfides, Nitrate, Phenol, oil/fat and
pesticides compared to Water Quality Standards.
Water quality changing of Winongo River can be known by observation. This can be useful as
an inventory planning and determining any cause(s) and impact(s) of activities toward the water
quality of Winongo River.

Keywords: Winongo, water quality, pollution, monitoring

Abstrak
Sungai Winongo dengan panjang 43,75km mengalir melintasi Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Ketiga wilayah tersebut mengalami perkembangan pesat, meliputi
pertambahan penduduk, perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya jumlah limbah yang
dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan perubahan kualitas air Sungai
Winongo dari tahun 2003 berikut parameter pencemar.
Pengujian dilakukan terhadap parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan senyawa organik.
Analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan membandingkan hasil pengukuran Sungai Winongo
pada tahun 2003 dan 2012 dengan Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air.
Meningkatnya kualitas air sungai Winongo ditandai dengan menurunnya kadar BOD, COD,
Coliform Total, deterjen dan minyak/lemak dari tahun 2003. Kualitas air sungai Winongo menurun
karena kadar TSS, sulfida total, nitrat, fenol dan pestisida meningkat. Sungai Winongo tercemar oleh
TSS, BOD, sulfida total, nitrat, fenol, minyak/lemak dan pestisida, karena kadarnya melebihi ambang
batas baku mutu air kelas II sesuai Pergub DIY No. 20/2008.
Perubahan kualitas air sungai Winongo dapat diketahui dengan melakukan pemantauan.
Pemantauan kualitas air berguna sebagai inventarisasi dan mengetahui sebab akibat suatu kegiatan
pada kualitas air sungai.

Kata kunci: Winongo, kualitas air, pencemaran, pemantauan

53
sifat fisik, kimia, biologi, senyawa
PENDAHULUAN
organik dan debit. Waktu
Kualitas air sungai dipengaruhi pengambilan sampel didasarkan pada
oleh kondisi alami sungai maupun waktu tempuh yang diperoleh dari
kegiatan manusia (Siregar, 2004). hasil bagi jarak dengan kecepatan
Perubahan kondisi kualitas air aliran. Diasumsikan sampel air yang
disebabkan oleh penggunaan lahan, diambil dari hulu sampai hilir sungai
litologi, waktu, curah hujan dan adalah sama.
aktivitas manusia yang mengakibatkan Analisis kualitas air sungai
pencemaran air sungai, baik fisik, dilakukan dengan membandingkan
kimia, maupun biologik (Martopo, hasil pada tahun 2003 dan 2012
1988 dalam Kusuma, 2005). dengan baku mutu air kelas II
Sungai Winongo menjadi berdasarkan Pergub DIY Nomor
tempat pembuangan limbah yang 20/2008 agar dapat diketahui
berasal dari rumah tangga, aktivitas perubahan kualitas airnya dan
perkotaan, industri, maupun pertanian. parameter pencemar. Hasil
Pencemaran terjadi apabila kadar ditampilkan dalam bentuk tabel,
parameter melampaui baku mutu yang keruangan dan deskriptif.
dipersyaratkan. Pencemaran air oleh
aktivitas manusia lebih besar dampak
negatifnya karena terjadi setiap hari
dan meningkat sebanding dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
bertambahnya penduduk.
Perubahan kualitas air dapat Sungai Winongo memiliki
diketahui dengan pemantauan kualitas beragam fenomena lingkungan karena
air. Oleh sebab itu, pemantauan mengalir melintasi Kabupaten Sleman,
kualitas air dapat digunakan untuk Kota Yogyakarta dan Kabupaten
menjawab permasalahan yang spesifik Bantul yang memiliki perbedaan
terkait dengan pengelolaan daerah karakteristik penggunaan lahan,
aliran sungai (Ponce, 1980 dalam sehingga berdampak pada kualitas air
Asdak, 1995). sungai.
Penelitian ini dilakukan untuk Jumlah titik sampel pada
mengetahui kondisi dan perubahan penelitian ini adalah 9 yang mewakili
kualitas air Sungai Winongo dari nagian hulu, tengah dan hilir sungai.
tahun 2003 serta parameter pencemar Hasil pengukuran parameter kualitas
sesuai Pergub DIY No. 20 Tahun air Sungai Winongo tahun 2003 dan
2008 tentang Baku Mutu Air. 2012 ditampilkan dalam Tabel 2.
Kualitas Fisik Air Sungai Winongo
METODE PENELITIAN Pengamatan dan pengukuran
Penelitian dini didasarkan pada sifat fisik air sungai dilakukan
pemantauan kualitas air Sungai terhadap warna, bau dan kadar TSS.
Winongo tahun 2003 oleh BLH. Data Dari kesembilan sampel yang diamati
primer yang dikumpulkan meliputi didapat bahwa, sampel air nomor 7
54
dan 8 berwarna keruh dan berbau. Kemampuan air untuk
Warna keruh dan bau pada sampel membersihkan pencemaran secara
nomor 7 disebabkan oleh limbah alamiah tergantung pada jumlah
rumah tangga yang dibuang langsung oksigen terlarut (Alaerts dan Santika,
ke dalam sungai. 1987). Oksigen terlarut berguna dalam
Warna keruh pada sampel proses penguraian limbah yang masuk
nomor 8 disebabkan oleh tingginya ke dalam tubuh perairan. Semakin
kadar TSS yang melebihi baku mutu. banyak limbah yang masuk
Kadar TSS tahun 2012 pada sampel menyebabkan kadar oksigen terlarut
nomor 8 meningkat yang dipengaruhi menurun. Hasil pengukuran
oleh bertambahnya debit sungai. menunjukkan kadar DO pada tahun
Semakin besar debit, maka semakin 2012 mengalami penurunan dari tahun
banyak suspensi yang dihasilkan, 2003 yang ditunjukkan pada sampel
sehingga air berwarna keruh. Bahan air nomor 2, 6, 8 dan 9. Meskipun
tersuspensi berasal dari material dasar terjadi penurunan, kadar DO air
sungai serta limbah yang tidak larut Sungai Winongo masih berada pada
dalam air. Penyebab bau amis pada ambang batas baku mutu air kelas II,
sampel nomor 8 adalah limbah yang menandakan bahwa beban
perikanan yang berasal dari keramba, pencemar belum terlampau besar.
dimana aliran sungai digunakan untuk Parameter BOD dan COD
budidaya ikan. dapat digunakan untuk menentukan
Kualitas Kimia Air Sungai Winongo beban pencemaran oleh limbah
Pengukuran parameter kimia domestik dan industri. Hasil
air Sungai Winongo meliputi: pH, pengukuran tahun 2012 menunjukkan
DO, BOD, COD, sulfida total dan menurunnya kadar BOD di seluruh
Nitrat. pH menunjukkan tingkat lokasi pengambilan sampel tahun
keasaman pada air sungai. Hasil 2003 (sampel nomor 2, 6, 7, 8 dan 9).
pengukuran pada tahun 2012 Menurunnya kadar BOD dipengaruhi
menunjukkan nilai pH menurun oleh meningkatnya debit, proses erosi
dibandingkan tahun 2003. dan sedimentasi serta adanya
Menurunnya nilai pH menandakan pengelolaan sampah dan limbah.
bahwa air Sungai Winongo cenderung Delapan dari sembilan sampel
bersifat asam. Penurunan pH juga memiliki kadar BOD di bawah baku
terjadi dari arah hulu menuju hilir. mutu, kecuali pada sampel nomor 4
Perubahan nilai pH dipengaruhi oleh yang kadarnya mencapai 4.3 mg/l.
berbagai sebab, antara lain: limbah Nilai tersebut mengindikasikan
organik, anorganik dan hujan asam tingginya bahan organik di lokasi
akibat emisi gas buang. Air sungai pengambilan sampel yang bersumber
yang terlalu asam dapat mematikan dari sisa tumbuhan berupa daun dan
makhluk hidup air yang berakibat kayu di dasar sungai.
pada proses dekomposisi dan kadar Menurunnya kadar BOD
DO. diikuti penurunan kadar COD, dimana
kedua parameter ini saling berkaitan.
55
Nilai COD pada tahun 2003 berkisar menghasilkan nitrat adalah rumah kost
antara 12-26 mg/l, turun menjadi 0.6- dan kandang ternak. Kadar nitrat
12.9 mg/l pada tahun 2012 yang tahun 2012 meningkat dan paling
menandakan kualitas air Sungai tinggi terjadi pada sampel nomor 6.
Winongo meningkat. Penurunan kadar Indikator nitrat adalah pertambahan
COD dapat disebabkan karena penduduk yang menyebabkan limbah
berkurangnya jumlah limbah organik organik manusia meningkat. Sampel
serta meningkatnya debit sungai. Air nomor 6 berada di Kecamatan
hujan yang masuk ke sungai dapat Tegalrejo yang berpenduduk 34.848
mengencerkan bahan organik jiwa pada tahun 2003, meningkat
sehingga menurunkan kadar BOD dan menjadi 41.758 jiwa pada tahun 2010
COD. (BPS, 2003 dan 2010). Peningkatan
Rerata kadar sulfida total kadar nitrat pada sampel nomor 9
sampel air sungai yang berlokasi pada melebihi baku mutu. Selain
penggunaan lahan pertanian lebih disebabkan pertambahan penduduk,
besar, yaitu 0.022 mg/l dibandingkan kadar nitrat yang terukur merupakan
dengan yang berlokasi di akumulasi dari daerah hulu dan tengah
permukiman, yaitu 0.012 mg/l. Dari sungai.
hasil tersebut, dapat diasumsikan
Kualitas Mikrobiologi Air Sungai
bahwa sulfida total banyak berasal
Winongo
dari sisa pupuk (limbah pertanian).
Nilai Coliform Total air Sungai
Kadar sulfida total pada tahun 2012
Winongo tahun 2012 berada di bawah
mengalami peningkatan, yang
baku mutu air. Sampel nomor 6, 7, 8
ditunjukkan pada sampel nomor 2, 6,
dan 9 diambil pada jam 12.42-14.27
8 dan 9, dimana nilai DO mengalami
WIB sesuai dengan kecepatan aliran
penurunan. Kadar sulfida total
airnya. Pada jam tersebut, air sungai
berbanding terbalik dengan kadar DO,
telah mengalami penyinaran, sehingga
karena sulfida terbentuk pada kondisi
Coliform Total terukur bukan dalam
kekurangan oksigen. Penurunan kadar
kondisi optimal. Bakteri berkembang
sulfida total tejadi pada sampel nomor
baik pada suhu rendah dan sinar
7, dipengaruhi oleh meningkatnya
matahari yang sedikit. Kadar fenol
kadar DO dan menurunnya debit,
yang tinggi mempengaruhi Coliform
sehingga lebih banyak sedimen yang
Total, karena bersifat disinfektan,
diendapkan. Sedimen merupakan
seperti yang terdapat dalam sampel
habitat yang sesuai bagi bakteri,
nomor 2 dan 4. Penurunan nilai
termasuk bakteri pengurai sulfat.
Coliform Total pada tahun 2012
Kadar nitrat tahun 2012
terjadi disemua sampel air dan paling
meningkat dari hulu menuju hilir.
besar terjadi pada sampel nomor 6, 7,
Sampel nomor 9 memiliki kadar nitrat
8 dan 9 yang berada di kawasan
10.10 mg/l dan melebihi baku mutu
perkotaan. Nilai Coliform Total
air kelas II. Sumber nitrat berasal dari
sampel-sampel tersebut pada tahun
kotoran manusia dan hewan. Salah
2003 adalah >10000 MPN/100ml,
satu sumber pencemar yang banyak
turun menjadi ≥2400 MPN/100ml
56
pada tahun 2012. Nilai tersebut tidak secara biologis hingga 90%,
melebihi baku mutu air kelas II, yaitu sedangkan ABS hanya sebesar 50-
5000 MPN/100ml. Masyarakat 60%. Karena sifatnya mudah terurai,
semakin sadar untuk tidak membuang deterjen jenis LAS berperan dalam
limbah rumah tangga dan peternakan menurunkan kadar deterjen terlarut
secara langsung ke dalam sungai yang dalam air sungai.
membawa dampak positif terhadap Kadar fenol pada tahun 2012
penurunan nilai Coliform Total, sesuai melebihi baku mutu dan rerata paling
dengan tujuan Prokasih yang telah tinggi terdapat di bagian hulu, yang
digalakkan di kawasan perkotaan disebabkan oleh pembusukan bahan
Yogyakarta melalui lembaga Forum organik berupa daun dan kayu, sisa
Komunikasi Winongo Asri. pakan ternak serta sisa pupuk organik.
Kadar fenol paling rendah terdapat
Senyawa Organik Air Sungai
pada sampel air nomor 8, yaitu
Winongo
≤0.0001 mg/l yang aman bagi
Senyawa organik sulit diurai
perikanan. Masyarakat di lokasi
oleh mikroorganisme, sehingga dapat
pengambilan sampel memanfaatkan
digunakan sebagai parameter kualitas
aliran sungai untuk budidaya ikan
air. Kadar deterjen tahun 2012
dengan menggunakan keramba. Pada
menurun dari hulu menuju hilir.
tahun 2003 kadar fenol pada sampel
Masyarakat di daerah hulu
air nomor 2 adalah nihil, kemudian
menggunakan sungai untuk kegiatan
meningkat menjadi 0.1052 mg/l pada
MCK yang menghasilkan limbah
tahun 2012. Kondisi ini dapat
deterjen. Kadar deterjen berkisar
dipengaruhi oleh meningkatnya
0.0261-0.074 µg/l dan berada di
penggunaan insektisida, herbisida
bawah ambang batas baku mutu, yaitu
serta fungisida dalam kegiatan
200 µg/l. Kadar deterjen tahun 2012
pertanian dan perkebunan salak.
menurun dari tahun 2003, yang
Sumber minyak/lemak berasal
menandakan kualitas air Sungai
dari limbah domestik rumah tangga,
Winongo meningkat. Menurunnya
perkotaan, bengkel, rumah makan,
kadar deterjen dapat disebabkan oleh
hotel dan binatu. Kadar minyak/lemak
perilaku masyarakat yang berangsur
paling tinggi berada di bagian tengah
meninggalkan kegiatan MCK di
sungai pada sampel air nomor 5,
sepanjang aliran sungai, terutama
sebesar 3 mg/l dan melebihi ambang
masyarakat yang tinggal di perkotaan.
batas baku mutu air kelas II, yaitu 1
Air limbah detergen termasuk polutan
mg/l. Kadar minyak/lemak pada tahun
karena didalamnya terdapat zat ABS
2012 menurun dan ditunjukkan dalam
(alkyl benzene sulphonate), yang
sampel nomor 2, 6, 7, 8 dan 9, yang
sukar diurai oleh mikroorganisme
memiliki kadar 0 mg/l. Penurunan
sehingga dapat menimbulkan
kadar minyak/lemak terjadi karena
pencemaran lingkungan. Dewasa ini,
kadar sulfida dan fenol yang tinggi
surfaktan jenis ABS telah digantikan
pada air sungai dan diperkirakan dapat
oleh linear alkyl sulphonate (LAS)
yang dapat diuraikan oleh bakteri
57
merombak minyak/lemak karena sifat dari hulu hingga hilir, yang
asamnya. disebabkan oleh timbunan sampah,
Analisis terhadap parameter pupuk organik dan sisa-sisa tumbuhan
pestisida tahun 2012 hanya dilakukan yang membusuk di dalam air. Nitrat
pada sampel nomor 5 yang sebagian menjadi pencemar di bagian hilir
besar penggunaan lahannya berupa sungai yang kadarnya menunjukkan
sawah irigasi. Nilai pestisida terjadinya pencemaran antropogenik,
(aldrin/dieldrin) sebesar <0.15 µg/l walaupun secara umum nitrat tidak
dan <0.17 µg/l yang menunjukkan berbahaya bagi organisme akuatik.
terjadinya pencemaran, karena baku Kadar minyak/lemak pada sampel
mutu air kelas II adalah nihil. Sumber nomor 5 adalah 3 mg/l dimana kadar
pencemar berasal dari perkebunan minyak/lemak lebih dari 0,3 mg/l
salak yang berada di daerah hulu, bersifat toksik terhadap ikan
karena pengambilan sampel dilakukan (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam
pada saat musim panen pertanian. Effendi, 2003).
Perkebunan salak memiliki masa Kadar pestisida organoklorin
perawatan sepanjang tahun dan di dalam air harus nihil sesuai
dimungkinkan penggunaan pestisida persyaratan baku mutu air kelas II,
pada kegiatan tersebut. karena toksisitasnya tinggi dan dapat
mencapai tubuh manusia melalui
Unsur Pencemar Air Sungai
bioakumulasi rantai makanan.
Winongo
Pencemaran air terjadi karena
jumlah limbah melebihi ambang batas
baku mutu air, sehingga air tidak
dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukkannya (Fardiaz, 1992).
Parameter yang menandakan bahwa
air Sungai Winongo tercemar adalah
TSS, BOD, sulfida total, nitrat, fenol,
minyak/lemak dan pestisida, karena
kadarnya telah melebihi baku mutu air
kelas II sesuai Pergub DIY Nomor 20
Tahun 2008.
Kadar TSS menjadi pencemar
sampel nomor 8 yang menyebabkan
air menjadi keruh dan mengurangi
estetika air. Pencemaran BOD yang
terjadi pada sampel nomor 4
menandakan banyaknya jumlah bahan
organik yang harus diurai oleh
mikrobiologi.
Sulfida Total dan fenol
mencemari Sungai Winongo mulai
58
Tabel 1. Kondisi Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Winongo
Waktu  Debit 
Titik  Wilayah  Satuan  Penggunaan  Pengambila (m3/detik) 
Lokasi  Posisi  Segmen Keterangan 
Sampel  Administrasi Bentuklahan  Lahan  n  Tahun  Tahun 
(WIB)  2003  2012 
Jembatan Pules,  432800 mT Lereng  Sawah irigasi, 
1  Kab. Sleman Hulu  08.00  ‐  0.649  Lokasi baru 
Donokerto  9154507 mU Gunungapi  kebun Salak 
Permukiman, 
Jembatan Denggung,  432800 mT  Lereng Kaki 
2  Kab. Sleman Hulu  tegalan, kebun  08.24  0.190  0.623  Lokasi BLH 
Donokerto  9154507 mU Gunungapi 
Salak 
Jembatan Krandon,  430842 mT  Lereng Kaki  Sawah irigasi, 
3  Kab. Sleman Hulu  09.58  ‐  3.094  Lokasi baru 
Pandowoharjo  9150433 mU Gunungapi  industri 
Kebun campur, 
Jembatan Denggung,  429731 mT  Dataran Fluvial 
4  Kab. Sleman Tengah  tegalan,  10.53  ‐  2.029  Lokasi baru 
Donoharjo  9146517 mU Kaki Gunungapi 
industri 
Kututegal,  429114 mT  Dataran Fluvial  Kebun campur, 
5  Kab. Sleman Tengah  12.05  ‐  9.173  Lokasi baru 
Sinduadi  9142988 mU Kaki Gunungapi  permukiman 
Permukiman 
Jembatan Jatimulyo,  428990 mT  Kota  Dataran Fluvial  14.42
6  Tengah  (padat), sawah  12.42  4.692  Lokasi BLH 
Kricak  9140378 mU Yogyakarta Kaki Gunungapi  5 
irigasi 
Jembatan Jlagran,  429043 mT  Kota  Dataran Fluvial  Permukiman 
7  Hilir  13.03  4.136  3.411  Lokasi BLH 
Bumijo  9154507 mU Yogyakarta Kaki Gunungapi  (padat) 
Permukiman 
Jembatan Tamansari,  428567 mT  Kota  Dataran Aluvial 
8  Hilir  (padat),  13.51  2.63  4.733  Lokasi BLH 
Wirobrajan  9136436 mU Yogyakarta Kaki Gunungapi 
keramba 
Jembatan Dongkelan,  428514 mT  Dataran Aluvial  Kebun, 
9  Kab. Bantul Hilir  14.27  3.8  3.491  Lokasi BLH 
Kasihan  9134610 mU Kaki Gunungapi  permukiman 
Sumber: Pengamatan Lapangan dan Hasil Analisis, 2012.

59
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Winongo

60
Tabel 2. Perbandingan Hasil Pengukuran Tahun 2003 dan 2012
No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Baku
Parameter Satuan (Lokasi Baru) (Lokasi BLH) (Lokasi Baru) (Lokasi Baru) (Lokasi Baru) (Lokasi BLH) (Lokasi BLH) (Lokasi BLH) (Lokasi BLH) Mutu
FISIKA

Warna - Agak keruh Jernih Agak keruh Jernih Agak keruh Agak keruh Keruh Keruh Agak keruh -
Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Berbau Berbau -
Tahun 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012 2003 2012
TSS mg/l - 12.9 9.2 12.6 - 30.7 - 28.5 - 37 13 25.9 6.1 28 26 54.1 21 17.2 50
KIMIA

pH - - 7.2 7.7 7.2 - 7.12 - 7.19 - 7.1 7.4 7.07 7.5 7.07 7.2 7.03 7.1 7.04 6 - 8.5
DO mg/l - 6.2 7.5 6.4 - 5.2 - 6.8 - 7.3 7.3 6.5 6.1 7.5 6.8 5.5 8.1 7.1 >5
BOD mg/l - 0.23 2.6 0.2 - 0.56 - 4.3 - 0.53 4.4 0.7 5.9 0.46 7.2 1.16 3.1 1.33 3
COD mg/l - 0.7 15 0.6 - 1.7 - 12.9 - 1.6 15 2.1 12 1.4 14 3.5 26 4.0 25
Sulfida Total mg/l - 0.016 0.009 0.021 - 0.017 - 0.021 - 0.036 0.009 0.018 0.017 0.013 0.006 0.01 0.005 0.007 0.002
Nitrat mg/l - 1.34 0.655 2.27 - 0.40 - 2.35 - 4.62 0.265 6.98 1.531 5.31 1.87 8.89 1.97 10.10 10
MIKROBIOLO
GI
MPN/
Coliform Total - ≥2400 4000 1100 - ≥2400 - 1100 - ≥2400 >10000 ≥2400 >10000 ≥2400 >10000 ≥2400 >10000 ≥2400 5000
100ml
ORGANIK
Deterjen µg/l - 0.0598 0.05 0.0524 - 0.074 - 0.0619 - 0.0261 0.042 0.0324 0.092 0.0436 0.227 0.0375 0.073 0.031 200
Fenol mg/l - 0.0915 tt 0.1052 - 0.1087 - 0.0963 - 0.1232 tt 0.0419 tt 0.0137 0.001 ≤0.0001 0.001 0.066 0.001
Minyak/Lemak mg/l - 0 1 0 - 0 - 1 - 3 7 0 51 0 48 0 64 0 1
Pestisida (aldrin <0.15
µg/l - - tt - - - - - - tt - tt - tt - tt - Nihil
dieldrin) <0.17

Sumber: BLH, 2003, Pengamatan Lapangan dan Hasil Analisis Laboratorium, 2012.
Keterangan:
Baku Mutu Air Kelas II menurut Pergub DIY No. 20 Tahun 2008
: Melebihi Ambang Batas Baku Mutu Air Kelas II

61
Gubernur DIY Nomor 20
KESIMPULAN
Tahun 2008. Yogyakarta.
Meningkatnya kualitas air Asdak, C. (1995). Hidrologi dan
Sungai Winongo ditandai dengan Pengelolaan Daerah Aliran
menurunnya kadar BOD, COD, Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Coliform Total, deterjen dan Mada University Press.
minyak/lemak. Parameter kualitas air Badan Pusat Statistik. (2003).
yang konsentrasinya meningkat adalah Kabupaten Bantul Dalam
TSS, sulfida total, nitrat, fenol dan Angka 2003. Yogyakarta: BPS
pestisida yang menyebabkan kualitas Kabupaten Bantul.
air Sungai Winongo menurun. Badan Pusat Statistik. (2010).
Sungai Winongo mengalami Kabupaten Bantul Dalam
pencemaran oleh TSS, BOD, sulfida Angka 2010. Yogyakarta: BPS
total, nitrat, fenol, minyak/lemak dan Kabupaten Bantul.
pestisida (aldrin/dieldrin), karena Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas
konsentrasinya melebihi ambang batas Air: Bagi Pengelolaan Sumber
baku mutu kualitas air kelas II Daya dan Lingkungan
menurut Pergub DIY No. 20 Tahun Perairan. Yogyakarta:
2008. Kanisius.
Pengelolaan daerah aliran Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan
sungai termasuk kualitas air Polusi Udara. Bogor: ITB
didalamnya harus dilakukan secara Press.
terpadu meliputi bagian hulu, tengah Kusuma, E. M. (2005). Kajian
dan hilir sungai tanpa terhambat oleh Perubahan Kualitas Air Sungai
batas-batas administrasi. Code Setelah Melewati
Guna mengetahui Kawasan Perkotaan Tahun
perkembangan kualitas air suatu 2005. Skripsi. Yogyakarta:
tempat dilakukan dengan pemantauan Fakultas Geografi UGM.
secara rutin, sebagai salah satu usaha Siregar, M. R. T., Djadjadiningrat, A.,
pengelolaan daerah aliran sungai. Hiskia, Syamsi, D., Idayanti,
Pemantauan kualitas air dapat juga N., Widyarani. (2004). Road
berguna sebagai inventarisasi dan Map Teknologi: Pemantauan
menentukan sebab akibat suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
kegiatan tertentu pada kualitas air. dan Pengolahan Limbah.
Jakarta: LIPI Press.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. dan Santika, S. S. (1987).
Metode Penelitian Air.
Surabaya: Usaha Nasional.
Anonim. (2008). Baku Mutu Air
Propinsi DIY. Peraturan

62

You might also like