You are on page 1of 16

JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol.

06, Nomor 02, Juni 2017

STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SUNGAI GUDE PLOSO DI


KABUPATEN JOMBANG

LILIK PURWATI
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang

ABSTRACT

The aims of this research were to analyze the water quality condition of Gude Ploso river with physical
(temperature, TSS, TDS), chemical (pH, DO, BOD, COD, Nitrate and Phosphate), and microbiology (coliform
total bacteria) indicators; to analyze the water quality status of Gude Ploso river; and to formulate a pollution control
strategy in Gude Ploso river water with SWOT analysis. The length of the Gude Ploso river for the experiment
location was 5,110 km. River water sampling was conducted at 4 monitoring points (TP1, TP2, TP3, TP4). The
sampling was conducted in June 2016.
The analysis results found that the water quality condition of the Gude Ploso river has decreased. It was shown
by the existence of parameters (temperature, DO, BOD, COD, Phosphate, and coliform total bacteria) in the water,
which exceeded the criteria of water quality classification II according to Perda Provinsi Jawa Timur No. 2 year
2008. The temperature parameter was found at the monitoring point 2, the DO and COD parameters were found
at the monitoring point 2, 3, and 4, the BOD parameter was found at the monitoring point 1, 2, 3, and 4, the
phosphate parameter was found at monitoring point 3 and 4, and the coliform total bacteria parameter was found at
the monitoring point 2 and 3. The highest value of BOD, COD, and temperature parameters was at monitoring
point 2. Based on water quality status assessment with Pollution Index method, Gude Ploso river’s water quality
indicated that there was a decrease in quality from upstream to downstream area, which is categorized as lightly
polluted in all the monitoring points based on the criteria of water quality classification II according to Perda Provinsi
Jawa Timur No. 2 year 2008.
Key words : pollution control, pollution index, water quality, water quality status

PENDAHULUAN ketingkat tertentu yang menyebabkan air


Perkembangan pembangunan dan tidak dapat berfungsi sesuai dengan
aktivitas manusia seperti industri, pertanian peruntukannya. Pencemaran air terjadi pada
dan pemukiman memberikan kontribusi sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut
cukup besar terhadap pencemaran dan air tanah. Fenomena baru yang terjadi
lingkungan. Disamping memberikan dampak akibat pencemaran air adalah meningkatnya
positif bagi masyarakat aktivitas tersebut juga konsumsi air mineral dalam kemasan yang
menimbulkan dampak negatif bagi terjadi baik di kota besar maupun desa
lingkungan. Pembangunan yang terpencil karena sumber mata air untuk
menitikberatkan pada pemanfaatan sumber memenuhi kebutuhan air minum tidak lagi
daya alam akan menyebabkan tekanan pada bebas dari pencemaran sehingga dari segi
lingkungan. Kegiatan pembangunan dalam kesehatan tidak terjamin aman untuk
rangka meningkatkan kesejahteraan manusia dikonsumsi (Keraf, 2010).
akan menimbulkan dampak terhadap Air merupakan salah satu kebutuhan
perubahan beberapa komponen lingkungan, hidup yang paling penting. Tanpa air berbagai
namun besarnya perubahan tersebut proses kehidupan tidak dapat berlangsung.
tergantung pada tingkat dan intensitas Meskipun air merupakan sumber daya alam
pembangunan yang dilaksanakan yang dapat diperbaharui oleh alam sendiri
(Yuliastuti,2011). tapi kenyataan menunjukkan bahwa
Salah satu potensi pencemaran yang ketersediaan air tanah tidak bertambah.
dapat terjadi sebagai dampak adanya kegiatan Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan
pembangunan tersebut adalah pencemaran harus dilakukan secara bijaksana dengan
air. Berdasarkan PP Nomor 82 tahun 2001 memperhitungkan kepentingan generasi
pencemaran air adalah masuk/dimasukkanya sekarang dan generasi mendatang (Nugroho,
makhluk hidup, zat, energi dan/atau 2008 dalam Azwar Ali, dkk,2013).
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan Lingkungan perairan seperti daerah
manusia sehingga kualitasnya turun sampai perairan sungai merupakan salah satu

104
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

lingkungan yang paling sering terkena Tambak Beras dan Dam Tembelang. Selain
dampak pencemaran karena hampir semua itu digunakan juga sebagai tempat
limbah dibuang ke lingkungan perairan. pembuangan sampah dan air limbah dari
Banyaknya lokasi pemukiman yang berada di aktivitas rumah tangga seperti MCK dan
sekitar bantaran sungai dan adanya industri limbah industri.
merupakan suatu permasalahan yang Pemanfaatan sungai Gude Ploso
memerlukan upaya tersendiri untuk sebagai tempat pembuangan air limbah oleh
mengatasinya. Terlebih lagi terjadinya masyarakat menyebabkan terjadinya
pencemaran air sungai yang ditimbulkan oleh penurunan kualitas air sungai. Aktivitas
warga dan industri seperti pembuangan industri yang berada di sepanjang sungai
limbah rumah tangga, sampah dan limbah Gude Ploso dan lokasinya yang berada di
cair yang di buang langsung ke sungai daerah pemukiman menyebabkan potensi
(Pratiwi,dkk,2012). pencemaran di sungai Gude Ploso.
Sungai sebagai sumber air merupakan Sungai di katakan terjadi penurunan
salah satu sumber daya alam yang mempunyai kualitas air, jika air tersebut tidak dapat
fungsi serbaguna bagi kehidupan dan digunakan sesuai dengan status mutu air
penghidupan manusia. Berdasarkan secara normal. Status mutu air adalah tingkat
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
tentang Sungai, sungai adalah alur atau cemar atau kondisi baik pada suatu sumber
wadah air alami dan/atau buatan berupa air dalam waktu tertentu dengan
jaringan pengaliran air beserta air di membandingkan dengan baku mutu air yang
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, di tetapkan. Penentuan status mutu air dapat
dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis dilakukan salah satunya dengan Metode
sempadan. Fungsi sungai yaitu sebagai Indeks Pencemaran. Indeks Pencemaran
sumber air minum,sarana transportasi, (Pollution Index) digunakan untuk menentukan
sumber irigasi, perikanan dan lain sebagainya. tingkat pencemaran relatif terhadap
Aktivitas manusia inilah yang menyebabkan parameter kualitas air yang di izinkan (KLH,
sungai menjadi rentan terhadap pencemaran 2003).
air. Begitu pula pertumbuhan industri dapat Berdasarkan latar belakang
menyebabkan dampak penurunan kualitas permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
lingkungan. Sungai sebagai badan air ini adalah mengkaji kondisi kualitas air sungai
penerima air limbah industri menjadi salah dan status mutu air sungai Gude Ploso di
satu yang rentan terhadap pencemaran Kabupaten Jombang berdasarkan Perda
(Rahmawati,2011). Provinsi Jatim Nomor 2 Tahun 2008, serta
Sungai Gude Ploso merupakan saluran merumuskan strategi pengendalian
sekunder dengan panjang 5,110 Km yang pencemaran air sungai Gude Ploso sebagai
melintasi Kecamatan Jombang dan upaya pelestarian sumber air permukaan
Kecamatan Tembelang. Sungai Gude Ploso
bermuara ke Sungai Ngotok Ringkanal yang METODA PENELITIAN
merupakan anak sungai Brantas. Sungai Penelitian ini dilakukan di Sungai
Ngotok Ringkanal mempunyai panjang Gude Ploso dengan panjang 5,110 Km yang
27,846 Km. Sungai Gude Ploso di melintasi Kecamatan Jombang dan
Kecamatan Jombang, secara administrasi Kecamatan Tembelang. Sebagai titik awal
melewati Desa Jombang dan Desa penelitian ditetapkan di hulu sungai Gude
Sambongdukuh. Sedangkan di Kecamatan Ploso yang merupakan perpecahan dari
Tembelang, secara administrasi melewati sungai Gude yang berlokasi di Desa Pulo
Desa Mojokrapak dan Desa Tembelang. Kecamatan Jombang dan hilir sungai berada
Sungai Gude Ploso mendapat aliran air secara di wilayah Kecamatan Tembelang sebelum
kontinyu dari Waduk Siman dan Kali Konto mengalir ke sungai Ngotok Ringkanal.
sehingga bukan termasuk sungai musiman. Penelitian dilakukan pada Bulan Juni 2016.
Sungai Gude Ploso dimanfaatkan oleh Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal
masyarakat yang berada di sekitar sungai 23 Juni 2016.
sebagai sumber air untuk pertanian dengan 2 Teknik Pengumpulan Data
dam untuk membendung air, yaitu Dam Pengumpulan data dilakukan untuk

105
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

memperoleh data sebagai bahan masukan Ploso dan Gude Denanyar di desa
bagi tahapan analisis. Teknik pengumpulan Pulo Lor Kecamatan Jombang.
data dilakukan dengan observasi, Interview, 2. Titik Pantau II : pada tengah sungai
dokumentasi dan gabungan dari ketiganya. Gude Ploso setelah outlet industri PG.
1. Data Primer, di dapatkan dari : Djombang Baru di Desa Jombang
a. Observasi lapangan dan pengukuran Kecamatan Jombang.
kualitas air sungai dilakukan untuk 3. Titik Pantau III : pada tengah sungai
mengamati secara langsung aktivitas- Gude Ploso yakni DAM Tambakberas
aktivitas masyarakat, petani dan desa Tambakberas Kecamatan
industri dan menganalisis kondisi Tembelang.
wilayah penelitian meliputi 4. Titik Pantau IV : pada hilir sungai
pengukuran dan pencatatan debit air. Gude Ploso yakni sebelum masuk
Pengambilan sampel untuk sungai Ngotok Ringkanal desa
pengukuran kualitas air sungai yang Tembelang Kecamatan Tembelang.
meliputi kondisi fisik, kimia dan Parameter yang diukur
mikrobiologi yang dilakukan di 4 titik a. Berdasarkan karakteristik limbah yang
lokasi pengambilan sampel air sungai. dibuang ke sungai yang mana berasal
Pengambilan sampel air sungai dari industri, pertanian dan
dimasing-masing titik pengambilan pemukiman , maka parameter air
sampel dilakukan secara grab sample sungai yang diukur dalam penelitian ini
(pengambilan sesaat). adalah suhu, TSS,TDS, pH, DO,
b. Wawancara dilakukan untuk BOD,COD,Nitrat, phosphat dan
memperoleh informasi tentang Total Coli.
kebijakan pengendalian pencemaran b. Penanganan sampel
air sungai di Kabupaten Jombang serta Pengambilan sampel air sungai
untuk melengkapi data-data yang tidak mengunakan alat water sampler sesuai
bisa diperoleh dari data primer dan dengan SNI 6989.59:2008. Sampel air
sekunder. Kegiatanwawancara untuk setiap titik sampling
dilakukan di instansi terkait dan atau ditempatkan dalam botol dari bahan
masyarakat. Poli Propilen (PP) dengan volume 2,5
2. Data Sekunder didapatkan dengan liter. Sampel tidak dilakukan
mengumpulkan informasi berupa literatur, pengawetan secara kimia karena
laporan, peta, peraturan dll yang berasal langsung dikirim ke laboratorium
dari sumber resmi dari instansi terkait Pusat Jasa Tirta (PJT) Mojokerto.
seperti Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pengawetan hanya dilakukan dalam
PU Pengairan dan dari hasil pustaka, box sampling yang dilengkapi dengan
media internet dan dari hasil penelitian icecooler. Pada waktu pengambilan
terdahulu. sampel dilakukan pengukuran untuk
Lokasi pengambilan sampel air parameter lapangan yaitu pH, suhu,
sungai ditentukan dengan menggunakan DO dan debit air sungai.
“sample survey method” yaitu metode survey Metode analisis sampel
dengan membagi daerah penelitian menjadi Sampel air sungai yang telah diambil
stasiun-stasiun titik pantau yang diharapkan dilakukan analisa di laboratorium
dapat mewakili populasi penelitian. dengan metode yang sesuai dengan
Penentuan titik pengambilan sampel air SNI sebagaimana tabel berikut :
sungai dilakukan berdasarkan pertimbangan
kemudahan akses, biaya dan waktu sehingga
ditentukan titik-titik yang dianggap mewakili
kualitas air sungai Gude Ploso.
Titik-titik tersebut adalah :
1. Titik Pantau I : pada sebelah hulu
sungai yang merupakan perpecahan
sungai Gude menjadi sungai Gude

106
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

Tabel 1. Metode analisa di laboratorium pengendalian pencemaran air sungai Gude


N Paramet Satuan Metode Analisa Ploso.
o. er Rancangan penelitian yang dilakukan
1. pH Mg/L QI/LKA/08 sebagai berikut : 1) studi literatur berkaitan
(Elektrometri) dengan topik penelitian; 2) orientasi
2. Suhu 0C QI/LKA/12 lapangan; 3) menentukan lokasi penelitian; 4)
(Termometri) menentukan titik pengambilan sampel
3. TSS Mg/L APHA.2540D,2 penelitian; 5) pengumpulan data primer dan
005 sekunder; 6) menganalisis data.
4. TDS Mg/L APHA.Ed.21.2 Teknik analisis data yang digunakan :
540 C,2005 Analisa data adalah proses telaah dan
5. DO Mg/L QI/LKA/02 pencarian makna dari data yang diperoleh
(Elektrometri) untuk menemukan jawaban dari masalah
6. BOD Mg/L APHA.2510 B,- penelitian. Analisis data yang dilakukan
1998 meliputi analisis kualitas air, identifikasi
7. COD Mg/L QI/LKA/19 kualitas air sungai dan analisis strategi
(Spektrofotome pengendalian pencemaran air sungai.
tri) a.Analisis kualitas air
8. Nitrat Mg/L QI/LKA/65 1. Data hasil pengujian kualitas air
9. Phosph Mg/L SNI 19-2483- sungai yang meliputi parameter fisika, kimia
at 1991 dan biologi dibandingkan dengan baku mutu
yang telah ditetapkan. Baku mutu kualitas air
10. Total MPM/1 QI/LKA/08
colifor 00 mL (Tabung sungai yang digunakan mengacu pada Perda
m Ganda) Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Sumber : Laboratorium PJT Mojokerto
Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur.
2. Menentukan status mutu air dengan
METODE PENELITIAN
Indeks Pencemaran (IP). Penentuan status
Penelitian dilaksanakan
mutu air Sungai Gude Ploso dilakukan
mengunakan pendekatan deskriptif
dengan perhitungan indeks pencemaran
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) dalam
(IP)/pollution index dengan menggunakan
Agustiningsih (2012) penelitian ini
persamaan :
merupakan penelitian deskriptif metode
kombinasi model atau desain sequential
explanatory. Metode penelitian kombinasi
model atau desain sequential explanatory
adalah metode penelitian kombinasi yang
menggabungkan pendekatan kuantitatif dan
Keterangan :
kualitatif secara berurutan, dimana pada
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air
tahap pertama penelitian dilakukan dengan
yang dicantumkan dalam baku mutu
menggunakan metode kuantitatif dan pada
peruntukan air (j)
tahap kedua dilakukan dengan metode
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air
kualitatif. Metode kuantitatif untuk
hasil survei
memperoleh data kuantitatif yang terukur dan
IPj = Indeks encemaran bagi peruntukan (j)
metode kualitatif berfungsi untuk
(Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum
membuktikan, memperdalam, mempertegas
(Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata
data kuantitatif yang telah diperoleh
Hasil perhitungan indeks
sebelumnya. Metoda deskriptif dengan
pencemaran kemudian dianalisis tingkat
pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
ketercemarannya untuk menentukan status
digunakan untuk menggambarkan kondisi
mutu air sesuai Keputusan Menteri
kualitas air sungai dan status mutu air sungai
Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003
Gude Ploso serta gambaran aktivitas-aktivitas
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
yang menimbulkan pencemaran di Sungai
Air.
Gude Ploso dan menemukan strategi

107
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

3. Melakukan analisis dengan metode Sungai Gude Ploso merupakan


SWOT untuk merumuskan strategi saluran sekunder dengan panjang 5,110 Km
pengendalian pencemaran air Sungai Gude yang melintasi Kecamatan Jombang dan
Ploso Kecamatan Tembelang. Peta sungai Gude
Gude Ploso dapat dilihat pada gambar
HASIL DAN PEMBAHASAN berikut :

Gambar 1. Peta Sungai Gude


Ploso Di Kabupaten Jombang

108
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

Kondisi Debit Sungai Gude Ploso


Debit merupakan jumlah air yang Tabel 2. Pengukuran Debit Air Sungai
mengalir melewati suatu penampang Gude Ploso
melintang sungai per satuan waktu. Titik
Pengukuran debit air sungai Gude Ploso Pengambilan
dilakukan dengan pertimbangan kemudahan Sampel Q (m3/s) Q (m3/hari)
akses lokasi sungai. Hasil pengukuran TP I 3.2072 277098.9851
kecepatan aliran dan debit air sungai Gude TP II 0.4151 35866.9645
Ploso di 4 titik lokasi pengambilan sampel TP III 0.6707 57950.0270
yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2016 TP IV 0.4191 36212.7070
disajikan pada tabel sebagai berikut: Sumber : Data Primer, 2016
Dari tabel debit air sungai Gude sungai (TP1, TP2, TP3 dan TP4). Lokasi
Ploso tersebut di atas menunjukkan bahwa pengambilan sampel tersebut adalah sebagai
pada bagian hulu sungai debit air sangat berikut :
besar dibandingkan ke arah hilir. Besar 1. Titik Pantau I (TP1)
kecilnya debit air sungai akan berpengaruh Lokasi berada pada koordinat
terhadap konsentrasi bahan pencemar dalam 07o32.486’ LS dan 112o13.288’ BT.
air. Pada air sungai yang mempunyai debit 2. Titik Pantau II (TP 2)
besar maka konsentrasi bahan pencemaran Lokasi berada pada koordinat
akan menurun karena terjadi pengenceran. 07o32.241’ LS dan 112o13.786’ BT.
Sebaliknya pada air sungai dengan debit kecil 3. Titik Pantau III (TP 3)
maka konsentrasi bahan pencemaran dalam Pengambilan sampel air pada titik
air akan tinggi. pantau 3 pada koordinat 07o30.936’ LS
Kondisi Kualitas Air Sungai Gude Ploso dan 112o13.989’ BT.
Untuk mengetahui pengaruh 4. Titik Pantau IV (TP 4)
aktivitas industri dan aktivitas kegiatan Pengambilan sampel air pada titik
masyarakat terhadap kualitas air sungai Gude pantau 4 pada koordinat 07o29.270’ LS
Ploso ruas antara hulu dan hilir dibagi dan 112o13.829’ BT.
menjadi 4 titik pengambilan sampel air

109
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

Sungai Gude Ploso merupakan sungai yang peruntukannya berlaku kriteria mutu air
belum ditentukan jenis kelas sungainya kelas II yaitu Air yang peruntukkannya dapat
meskipun selama ini di Badan Lingkungan digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
Hidup Kabupaten Jombang untuk sungai air, pembudiayaan ikan air tawar,
tersebut di masukkan ke kelas IV karena peternakan, air untuk mengairi pertanaman
peruntukannya dapat digunakan untuk dan atau peruntukkan lain yang sama dengan
mengairi pertanaman dan atau peruntukkan kegunaan tersebut.
lain yang sama dengan kegunaan tersebut, Data hasil pengukuran kualitas air
akan tetapi belum ada dasar hukum yang sungai yang dilaksanakan pada tanggal 23
jelas atau Perda yang mengatur kelas air di Juni 2016 ditunjukkan pada tabel 3 berikut:
Kabupaten Jombang. Menurut PP No. 82
Tahun 2001 yang belum ditetapkan

Parameter Fisika pantau 4 menunjukkan suhu air berkisar


Parameter fisika yang diukur dan antara 27,7-35,1oC.Suhu tertinggi di titik
diamati di lokasi penelitian adalah suhu, pantau 2 yaitu 35,1 oC. Kondisi suhu
padatan tersuspensi (TSS) dan padatan tersebut berada sedikit di atas ambang batas
terlarut (TDS). baku mutu air menurut Perda Provinsi Jatim
Baku Hasil Pengujian
Mutu TP1 TP2 TP3 TP4
No. Parameter Satuan Keterangan
Kelas
II
1 Temperatur oC TP 1, 3,4 memenuhi
kelas II
Dev 3 27,7 35,1 31,8 30,7
TP 2 tidak
memenuhi
2 pH - TP1,2,3,4
6-9 7,73 6,97 6,86 6,94
memenuhi kelas II
3 Oksigen mg TP 1 memenuhi
terlarut O2/L 4 5,72 2,22 2,49 0,70 TP 2,3,4 tidak
(DO) memenuhi
4 BOD mg /L TP 1,2,3,4 tidak
3 5,48 19,67 15,50 8,54
memenuhi
5 COD mg /L TP 1 memenuhi
25 18,06 48,51 37,34 29,15 TP 2,3,4 tidak
memenuhi
6 Zat mg /L TP 1,2,3,4
tersuspensi 50 43,0 34,0 31,0 15,0 memenuhi kelas II
(TSS)
7 Zat padat mg /L TP 1,2,3,4
terlarut 1000 204,0 304,0 320,0 296,0 memenuhi kelas II
(TDS)
8 Nitrat mg /L TP 1,2,3,4
10 1,107 0,826 0,751 0,460
(NO3-N) memenuhi kelas II
9 Phospat mg /L TP 1,2 memenuhi
Total (PO4- 0,2 0,151 0,105 0,284 0,274 TP 3,4 tidak
P) memenuhi
10 Total Coli MPN TP 1, 4 memenuhi
5000 90 11000 11000 4600 TP 2,3 tidak
memenuhi
Temperatur/ Suhu No. 2 Tahun 2008, dimana baku mutu air
Hasil pengukuran suhu air sungai kelas II mensyaratkan bahwa temperatur air
Gude Ploso dari titik pantau 1 sampai titik sungai memiliki beda deviasi 3oC dari

110
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

kondisi temperatur alamiah lingkungan Perda Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008,
sekitarnya. Tinggi rendah suhu air sungai dimana baku mutu air kelas II mensyaratkan
dipengaruhi oleh suhu udara di sekitarnya. bahwa padatan tersuspensi dalam air sungai
Disamping itu intensitas paparan sinar maksimal 50 mg/l.
matahari yang masuk ke badan air serta Padatan tersuspensi merupakan
kerapatan vegetasi di sekitar bantaran air padatan yang dapat menyebabkan kekeruhan
juga akan mempengaruhi suhu air sungai. dalam air, tidak terlarut dan tidak dapat
Intensitas sinar matahari dipengaruhi oleh mengendap langsung (Fardiaz, 1992).
penutupan awan, musim, serta waktu dalam Pengukuran TSS dilakukan pada bulan Juni
hari. Semakin banyak intensitas sinar 2016. Kondisi air sungai Gude Ploso pada
matahari yang mengenai badan air maka saat pengambilan sampel sedikit keruh
akan membuat suhu air sungai semakin karena sudah bercampur dengan limbah cair
tinggi. Begitu pula semakin banyak dan maupun sampah domestik, akan tetapi nilai
semakin rapat vegetasi di sekitar bantaran air TSS di sungai Gude Ploso masih dibawah
maka akan membuat suhu udara sekitar baku mutu yang dipersyaratkan.
menjadi lebih rendah sehingga suhu air Kandungan padatan tersuspensi
sungai juga semakin rendah. Lokasi berkorelasi positif dengan kekeruhan.
pengukuran sampel merupakan daerah Semakin tinggi padatan tersuspensi dalam air
terbuka yang terkena sinar matahari secara maka air akan semakin keruh. Kekeruhan
langsung meskipun bantaran sungai sudah pada sungai disebabkan oleh padatan
banyak vegetasinya tetapi sinar matahari tersuspensi berupa lapisan permukaan tanah
masih bisa masuk ke sungai. Pengukuran yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan
suhu dari mulai titik 1 sampai dengan titik 4 (Effendi, 2003).
dilakukan pada pagi menjelang siang hari Total Dissolved Solid (TDS)
pukul 09.15 – 10.40 WIB. Pada saat Hasil pengukuran padatan terlarut
pengukuran suhu, cuaca sangat terik dan air sungai Gude Ploso dari titik pantau 1
keadaan langit cerah tanpa awan sehingga sampai titik pantau 4 menunjukkan TDS
intensitas matahari yang masuk ke badan air berkisar antara 296-320 mg/l. Parameter
cukup tinggi ditambah dengan adanya padatan terlarut tersebut masih berada dalam
buangan limbah cair berupa air bekas ambang batas baku mutu air menurut Perda
pendingin kondensor dari PG. Djombang Provinsi Jatim No. 2 Tahun 2008, dimana
Baru. Peningkatan suhu akan menyebabkan baku mutu air kelas II mensyaratkan bahwa
peningkatan kecepatan metabolisme dan padatan tersuspensi dalam air sungai
respirasi organisme air sehingga maksimal 1000 mg/l.
mengakibatkan peningkatan konsumsi Pengukuran TDS dilakukan pada
oksigen. Peningkatan suhu juga bulan Juni 2016. Penyebab utama terjadinya
menyebabkan terjadinya peningkatan TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion
dekomposisi bahan organik oleh mikroba yang umum di jumpai di perairan seperti
sehingga kadar BOD dalam air juga akan sodium,kalsium, magnesium, bikarbonat,
meningkat. Kisaran suhu optimum bagi sulfat dan klorida. Sebagai contoh air
pertumbuhan fitoplankton di perairan buangan sering mengandung molekul sabun,
berkisar 20oC - 30oC (Effendi, 2003). Hal ini detergen, surfaktan yang larut air, misalnya
menunjukkan bahwa kondisi suhu air sungai pada air buangan rumah tangga dan industri.
Gude Ploso di titik pantau II dan III dapat Seperti halnya Sungai Gude Ploso yang
mengganggu pertumbuhan fitoplankton dijadikan sebagai tempat buangan limbah
karena suhu optimum untuk pertumbuhan rumah tangga dan industri sehingga nilai
telah terlampaui. TDS lumayan besar tetapi masih berada di
Total Suspended Solid (TSS) bawah baku mutu.
Hasil pengukuran padatan Parameter Kimia
tersuspensi air sungai Gude Ploso dari titik Derajat Keasaman (pH)
pantau 1 sampai titik pantau 4 menunjukkan Hasil pengukuran pH air sungai
TSS berkisar antara 15-43 mg/l. Parameter Gude Ploso menunjukkan pH air dari titik
padatan tersuspensi tersebut masih berada pantau1 sampai titik pantau 4 berada pada
dalam ambang batas baku mutu air menurut kondisi normal yaitu mempunyai nilai pH

111
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

6,86-7,73. Parameter derajat keasaman pencemarannya rendah dan bisa


tersebut masih berada dalam ambang batas dikategorikan sebagai perairan yang baik,
baku mutu air sungai kelas I sampai dengan maka kadar oksigen terlarutnya (DO) > 5
kelas IV menurut Perda Provinsi Jatim No. 2 ppm.
Tahun 2008 yang mensyaratkan pH air
berkisar antara 6 – 9 untuk kelas II. Hal ini Biochemical Oxygen Demand (BOD)
menunjukkan bahwa masuknya air limbah Berdasarkan hasil pengukuran BOD
industri maupun domestik ke dalam aliran air sungai Gude Ploso dari titik pantau 1
air Sungai Gude Ploso tidak terlalu sampai dengan titik pantau 4 menunjukkan
berpengaruh terhadap perubahan pH air. nilai BOD berkisar antara 5,48-19,67 mg/l.
Derajat keasaman (pH) air Konsentrasi BOD di semua titik pantau
menunjukkan keberadaan ion hidrogen di telah melampaui nilai ambang batas mutu air
dalam air. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sungai kelas II, sedangkan jika dibandingkan
bersifat asam. Menurut Yuliastuti 2011 dengan baku mutu air sungai kelas IV untuk
peningkatan nilai derajad keasaman atau pH titik pantau 1 dan 4 masih memenuhi baku
dipengaruhi oleh limbah organik maupun mutu. Kondisi tingginya nilai BOD di titik 2
anorganik yang di buang ke sungai. Sebagian dan 3 berkaitan dengan aktivitas industri dan
besar biota akuatik sensitif terhadap masyarakat yang menggunakan air sungai
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar Gude Ploso sebagai tempat pembuangan
7 – 8.5 (Effendi, 2003). Merujuk pada limbah industri maupun domestik. Potensi
pendapat tersebut maka pH air sungai Gude pencemaran air yang berasal dari industri di
Ploso masih dapat mendukung kehidupan titik pantau 2 berasal dari PG. Djombang
biota air sehingga mengindikasikan bahwa Baru, sedangkan potensi pencemaran
biota air dapat hidup dengan baik. industri di titik pantau 3 berasal dari industri
PG. Djombang Baru dan rumah potong
ayam. Aktivitas tersebut menyebabkan
Oksigen Terlarut (DO) peningkatan bahan organik dalam air sungai.
Hasil pengukuran oksigen terlarut Nilai BOD tertinggi ditunjukkan di titik 2
(DO) air sungai Gude Ploso di titik pantau 1 yaitu lokasi pengambilan sampel setelah
sampai dengan titik pantau 4 berkisar 0,7 – industri PG. Djombang Baru. Hal ini
5,72 mg O2/L. Nilai DO di titik pantau 1 disebabkan aktivitas industri yang
masih memenuhi kriteria mutu air sungai membuang air limbahnya ke sungai yang
kelas II sebesar 5,72 mg/l. Sedangkan di titik menyumbang beban pencemaran bahan
pantau 2,3 dan 4 tidak memenuhi kriteria organik ke sungai.
mutu air kelas II yang mana ambang batas Perairan yang memiliki nilai BOD
untuk nilai DO 4 mg/l, akan tetapi jika di lebih dari 10 mg/liter dianggap telah
gunakan kriteria kelas IV masih memenuhi mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
baku mutu. Baku mutu kadar oksigen Nilai BOD dalam air sungai dari hulu ke hilir
terlarut yang dicantumkan merupakan angka menunjukkan bahwa Sungai Gude Ploso
batas minimum. telah mengalami pencemaran terutama di
Di perairan tawar, kadar oksigen daerah tengah. Tingkat pencemaran air
terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu sungai Gude Ploso di daerah tengah
0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC (Effendi tergolong tinggi dan termasuk kategori
2003). Konsentrasi oksigen terlarut minimal perairan yang buruk. Hal ini merujuk pada
untuk kehidupan biota tidak boleh kurang pendapat Salmin (2005) bahwa suatu
dari 6 ppm (Fardiaz,1992). Berdasarkan perairan yang tingkat pencemarannya rendah
kadar oksigen terlarut dalam air, kondisi dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang
kualitas air sungai Gude Ploso sudah tidak baik, maka kadar oksigen biokimianya
dapat digunakan untuk mendukung (BOD) berkisar 0 - 10 ppm.
kehidupan biota air (> 6 mg/l). Sedangkan Chemical Oxygen Demand (COD)
tingkat pencemaran air sungai Gude Ploso COD menunjukkan jumlah oksigen
berada pada tingkat pencemaran tinggi yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
merujuk pada pendapat Salmin (2005) organik secara kimiawi, baik yang dapat
bahwa suatu perairan yang tingkat didegradasi secara biologis (biodegradable)

112
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

maupun yang sukar didegradasi secara 0,1 mg/liter. Menurut Davis dan Cornwell
biologis (non biodegradable). Hasil pengukuran (1992) pada perairan yang menerima
parameter COD air sungai Gude Ploso di limpasan air dari daerah pertanian yang
titik pantau 1 sampai dengan titik pantau 4 banyak mengandung pupuk, kadar nitrat
menunjukkan nilai COD berkisar antara dapat mencapai 1000 mg/liter. Casali et al
18,06-48,51 mg/l. Tingginya konsentrasi (2010) juga menyatakan bahwa dampak dari
COD berkaitan dengan keberadaan bahan kegiatan pertanian akan menghasilkan
organik dalam air. Konsentrasi COD limpasan, sedimen nitrat dan fosfat.
tertinggi berada di titik pantau 2 setelah Hasil pengukuran kandungan nitrat
industri PG. Djombang Baru kemudian titik dalam air sungai Gude Ploso tergolong
pantau 3 setelah industri Rumah Potong cukup rendah meskipun sudah tidak berada
Ayam. Hal ini berkaitan dengan aktivitas pada kondisi alami ( > 0,1 mg/liter).
industri dan masyarakat yang menggunakan Namun, kandungan nitrat dalam air sungai
air sungai Gude Ploso sebagai tempat Gude Ploso sedikit menunjukkan adanya
pembuangan air limbah. Aktivitas masukan buangan dari kegiatan pertanian
masyarakat tersebut menyebabkan yang mengandung pupuk. Hal ini
peningkatan bahan organik dalam air sungai. disebabkan sedikitnya limpasan air yang
Konsentrasi COD di titik pantau 1 masih berasal dari daerah pertanian karena
memenuhi baku mutu air sungai kelas II, pengambilan sampel dilakukan pada bulan
sedangkan di titik pantau 2,3 dan 4 telah Juni yang sebenarnya sudah musim kemarau,
melebihi baku mutu air sungai Kelas II. Hal akan tetapi masih sering turun hujan.
ini disebabkan aktivitas industri yang Menurut Zainudin et al (2009) bahwa kadar
membuang air limbahnya ke sungai yang nitrat akibat penggunaan pupuk di areal
mengandung bahan organik. Industri yang pertanian akan masuk ke sumber air
berada di sepanjang sungai Gude Ploso yang bersamaan dengan limpasan aliran air hujan.
sudah dilengkapi dengan IPAL hanya PG. Kondisi ini yang menyebabkan kandungan
Djombang Baru dan Rumah Potong Ayam, nitrat dalam air sungai Gude Ploso sedikit
yang lainnya belum melakukan pengelolaan masih menunjukkan adanya masukan dari
air limbahnya. lahan pertanian yang mengandung pupuk.
Menurut Effendi (2003) keberadaan Phosphat
bahan organik dalam air dapat berasal dari Hasil pengukuran kadar phospat
alam atau aktivitas rumah tangga dan (PO4-P) dalam air sungai Gude Ploso
industri. Nilai COD pada perairan yang tidak menunjukkan bahwa konsentrasi phospat
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/liter, dari titik pantau 1 sampai titik pantau 4
serta perairan yang memiliki COD tinggi berkisar antara 0,105-0,284 mg/liter.
tidak diinginkan bagi kegiatan perikanan dan Konsentrasi phospat tersebut untuk titik
pertanian (Effendi, 2003). Berdasarkan pantau 1 dan 2 masih memenuhi baku mutu
konsentrasi COD dalam air sungai Gude air sungai kelas II, sedangkan titik pantau 3
Ploso di titik pengambilan sampel 2, 3 dan 4 dan 4 tidak memenuhi baku mutu air sungai
> 20 mg/l mengindikasikan bahwa sungai kelas II. Menurut Effendi (2003) kadar
Gude Ploso telah mengalami pencemaran. fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan
Nitrat air minum adalah 0,2 mg/l dalam bentuk
Nitrat (NO3) merupakan bentuk Phospat (PO4). Kadar fosfor total pada
utama nitrogen di perairan alami dan perairan alami jarang melebihi 1 mg/liter
merupakan nutrient bagi pertumbuhan (Effendi, 2003).
tanaman dan algae (Effendi, 2003). Hasil Berdasarkan hasil pengukuran
pengukuran kadar nitrat (NO3-N) dalam air kandungan phospat dalam air sungai maka
sungai Gude Ploso menunjukkan bahwa mengindikasikan bahwa air sungai Gude
konsentrasi nitrat dari titik pantau 1 sampai Ploso banyak mengandung phospat
titik pantau 4 berkisar 0,46-1,107 mg/liter. terutama di titik 3 dan 4. Limpasan daerah
Konsentrasi nitrat tersebut masih memenuhi pertanian yang menggunakan pupuk dan
kriteria mutu air sungai kelas II. Menurut insektisida memberikan kontribusi terhadap
Effendi (2003) kadar nitrat-nitrogen pada kadar fosfor dalam perairan. Menurut Peavy,
perairan alami hampir tidak pernah lebih dari et al (1985), phospat di perairan berasal dari

113
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

deterjen dalam limbah cair dan pestisida Status Mutu Air Dengan Metode Indeks
serta insektisida dari lahan pertanian. Casali Pencemaran
et al (2010) juga menyatakan bahwa dampak Status mutu air adalah tingkat
dari kegiatan pertanian akan menghasilkan kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
limpasan, sedimen nitrat dan fosfat. cemar atau kondisi baik pada suatu sumber
Konsentrasi phospat dalam air sungai Gude air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
Ploso tergolong cukup tinggi serta parameter-parameter tertentu dan metode
menunjukkan adanya buangan dari daerah tertentu dalam waktu tertentu dengan
pertanian yang mengandung pupuk. Hal ini membandingkan dengan baku mutu air yang
kemungkinan disebabkan pengambilan ditetapkan. Indeks pencemaran merupakan
sampel air sungai dilakukan pada bulan Juni salah satu metoda yang digunakan untuk
yang sebenarnya musim kemarau tetapi menentukan status mutu air suatu sumber
masih sering turun hujan sehingga ada air. Indeks pencemaran (Pollution Index)
limpasan air yang berasal dari daerah digunakan untuk menentukan tingkat
pertanian. Menurut Zainudin et al (2009), pencemaran terhadap parameter kualitas air
menyatakan bahwa nutrient atau bahan yang diizinkan (Nemerow, 1974). Indeks ini
pencemar akibat penggunaan pupuk di areal dapat digunakan untuk suatu peruntukan
pertanian akan masuk ke sumber air kemudian dapat dikembangkan untuk
bersamaan dengan limpasan aliran air hujan. beberapa peruntukkan untuk seluruh sumber
Parameter Mikrobiologi air maupun sebagian dari sungai.
Total Coliform Perhitungan Indeks Pencemaran
Hasil pengukuran bakteri total coliform air sungai Gude Ploso pada penelitian ini
sungai Gude Ploso menunjukkan bahwa dilakukan di 4 titik lokasi pengambilan
jumlah bakteri total coliform per 100 ml air sampel dengan menggunakan 10 parameter
sungai berkisar antara 90-11000 sel. yaitu suhu, TDS, TSS, pH, DO, BOD,COD,
Parameter bakteri total coliform di sungai Total fosfat sebagai P, Nitrat dan Bakteri
Gude Ploso di lokasi titik pantau 2 dan 3 Total Coliform. Baku mutu yang digunakan
telah melebihi kriteria mutu air kelas II. mengacu kriteria mutu air pada Perda
Jumlah bakteri total coliform tertinggi Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2008.
ditunjukkan di titik pantau 2 dan 3 yaitu Perhitungan Indeks Pencemaran sesuai
11000 sel. Kondisi ini berkaitan dengan dengan Kepmen LH No. 115 tahun 2003
aktivitas masyarakat di wilayah tersebut yang tentang Pedoman Penentuan Status Mutu
menggunakan air sungai Gude Ploso sebagai Air. Hasil perhitungan indeks pencemaran di
tempat pembuangan limbah domestik 4 titik lokasi pengambilan sampel disajikan
masyarakat sekitar bantaran sungai yang pada tabel dan gambar berikut :
mana dititik pantau 2 dan 3 berbatasan Tabel 4. Perhitungan Indeks Pencemaran
langsung dengan pemukiman. Hal ini sejalan Sungai Gude Ploso
dengan penelitian Atmojo et al (2003) yang Titik
menyatakan bahwa eksistensi bakteri total No. Pengambilan Kelas II
coliform tertinggi ditemukan di perairan Sampel Nilai Kriteria
Banjir Kanal Timur, Semarang yang berasal
dari aktivitas domestik. Selain itu, (Chapra,
1997) menyatakan bahwa kelompok bakteri 1. Titik pantau I 1,4031 cemar ringan
coliform merupakan salah satu indikator 2. Titik Pantau II 4,7525 cemar ringan
adanya kontaminan limbah domestik dalam 3. Titik Pantau III 3,7672 cemar ringan
perairan. 4. Titik Pantau IV 2,1095 cemar ringan

Sumber : Data primer, 2016


Dari hasil perhitungan indeks pencemaran paling buruk terjadi di titik pantau 2 yaitu
tersebut di atas menunjukkan berlokasi di depan PG. Djombang Baru
bahwa telah terjadi penurunan kualitas air setelah outlet keluaran limbah cair PG.
sungai Gude Ploso dari kondisi baik ke Djombang Baru dengan kondisi mutu air
kondisi cemar ringan berdasarkan kriteria sungai telah tercemar ringan dengan nilai
mutu air kelas II. Kualitas air sungai yang indeks pencemaran tertinggi yaitu 4,7525.

114
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

Nilai indeks pencemaran dari hulu titik PG. Djombang Baru sehingga menyebabkan
pantau 1 ke titik pantau 2 dan 3 cenderung peningkatan bahan organik dalam air sungai.
mengalami peningkatan, akan tetapi Dibandingkan baku mutu air sungai kelas II,
menurun di titik pantau 4. Hal ini parameter yang menyebabkan terjadinya
menunjukkan bahwa kondisi kualitas air pencemaran adalah kandungan BOD, COD,
sungai Gude Ploso berkaitan dengan phospat dan bakteri total coliform yang telah
aktivitas masyarakat dan industri di melebihi ambang batas yang ditentukan.
sekitarnya. Pada titik pengambilan sampel 4 Sedangkan Dibandingkan baku mutu air
nilai indeks pencemaran justru menurun bila sungai kelas IV parameter yang telah
dibandingkan nilai indeks pencemaran pada melebihi ambang batas adalah parameter
titik pantau 2 dan 3. Hal tersebut mungkin BOD dan total coliform untuk titik pantau 2
saja terjadi mengingat sungai mempunyai dan 3.
kemampuan memulihkan dirinya sendiri (self Dari hasil perhitungan indeks
purification) dari bahan pencemar, dimana pencemaran terhadap air sungai Gude Ploso
kandungan bahan organik mengalami dari 4 lokasi titik pengambilan sampel
penurunan yang ditunjukkan dengan nilai tersebut serta berdasarkan Perda Provinsi
BOD yang menurun bila dibandingkan titik Jatim No.2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
pantau 2 dan 3. Nilai BOD tertinggi pada Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
titik pantau 2 kemudian di titik pantau 3 dan Air, maka kualitas air sungai pada titik
4 menurun. pantau 1 sampai dengan titik pantau 4 sudah
Kemampuan self purification sungai tidak memenuhi mutu air sungai kelas II
terjadi karena penambahan konsentrasi atau dapat digunakan untuk kegiatan
oksigen terlarut dalam air yang berasal dari prasarana/sarana rekreasi air,
udara. Kandungan oksigen di dalam air akan pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
menerima tambahan akibat turbulensi air untuk mengairi pertanaman, dan atau
sehingga berlangsung perpindahan (difusi) peruntukan lain yang mempersyaratkan
oksigen dari udara ke air yang disebut mutu air yang sama dengan kegunaan
proses reaerasi. Proses reaerasi dinyatakan tersebut.
dengan konstanta reaerasi yang tergantung
pada kedalaman aliran, kecepatan aliran, Pengendalian Pencemaran Air Sungai
kemiringan tepi sungai, dan kekasaran dasar Gude Ploso
sungai (KepMenLH 110/2003). Di titik Pengendalian pencemaran air
pantau 3 lokasi pengambilan setelah Dam merupakan upaya pencegahan dan
Tambakberas yang airnya di bendung untuk penanggulangan pencemaran air serta
irigasi persawahan dan di titik pantau 4 pemulihan kualitas air untuk menjamin air
setelah melewati Dam Tembelang. Hal ini agar sesuai dengan baku mutu air atau
dikarenakan reaerasi berhubungan dengan peruntukannya serta dapat bermanfaat
faktor‐faktor fisika dalam air, difusi oksigen secara berkelanjutan. Demikian juga
dari atmosfer, dan struktur buatan seperti kebijakan pengendalian pencemaran sungai
jembatan, bendung, waduk dan sebagainya. Gude Ploso di Kabupaten Jombang
Keberadaan dam/bendung sebagai struktur diharapkan mampu mencegah terjadinya
buatan tersebut meningkatkan turbulensi air pencemaran air sehingga air sungai Gude
sungai sehingga meningkatkan pertukaran Ploso dapat terjaga kualitasnya serta
oksigen dari udara ke dalam air. Proses bermanfaat sesuai dengan peruntukannya.
reaerasi akan diiringi dengan penurunan Berdasarkan hasil pengukuran dan
konsentrasi bahan organik karena telah pengamatan di daerah penelitian, maka
mengalami dekomposisi. dilakukan analisis terhadap masing-masing
Pada titik pantau 2 dan 3 terjadi indikator analisis SWOT untuk
kenaikan nilai indeks pencemaran bila mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
dibandingkan pada titik 1 dan 4. Kondisi ini peluang dan ancaman yang dihadapi dalam
berkaitan dengan aktivitas industri dan upaya pengendalian pencemaran sungai
masyarakat di sepanjang ruas titik pantau 2 Gude Ploso. Dalam pengendalian
dan 3. Pada titik pantau 2 ini terdapat pencemaran air, setiap indikator memiliki
aktivitas pembuangan limbah cair industri klasifikasi yang berbeda.

115
JURNAL REVITALISASI Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 06, Nomor 02, Juni 2017

Tabel 5. Analisis Upaya Pengendalian Pencemaran Air di Sungai Gude Ploso Kabupaten
Jombang
Unsur/ Aspek Indikator
Pengendalian
Pencemaran
Air Sungai
Kondisi sungai 1. Secara umum kondisi kualitas air sungai Gude Ploso
Gude Ploso tidak memenuhi kriteria air kelas II karena pada semua
titik nilai parameter BOD melebihi baku mutu
2. Status mutu air sungai Gude Ploso tercemar ringan di
semua titik pantau
Peran 1. Adanya Forum Santri Jogo Kali
Masyarakat 2. Masyarakat masih membuang sampah di sungai Gude
Ploso
3. Pengetahuan dalam pengelolaan limbah masih kurang
4. Kurangnya kesadaran mentaati peraturan yang berlaku
Peran Industri 1. Dari tujuh industri yang berada di sepanjang sungai
Gude Ploso, hanya dua industri yang sudah dilengkapi
IPAL dan Ijin Pembuangan Limbah Cair
2. Dari ketujuh industri empat diantaranya sudah memiliki
dokumen pengelolaan lingkungan
3. Ada industri yang air limbahnya belum memenuhi baku
mutu
4. Ada industri yang sudah mengikuti program proper
Peran 1. Adanya peraturan daerah mengenai ijin pembuangan
Pemerintah limbah cair dan Perda pengelolaan sampah
2. Adanya kegiatan pembinaan dan pengawasan industri
oleh BLH dan instansi terkait
3. Adanya kegiatan pemantauan kualitas air sungai secara
periodik untuk parameter kunci yang dilakukan oleh
BLH Kab. Jombang
4. Adanya pusat pengaduan kasus pencemaran lingkungan
di instansi lingkungan hidup (BLH Kabupaten
Jombang)
5. Koordinasi antar instansi dalam pengendalian
pencemaran air sungai sudah dilaksanakan tetapi belum
maksimal
6. Pemberian ijin industri sudah berdasarkan RTRW tapi
belum berdasarkan daya tampung dan daya dukung
sungai
7. Belum ada penetapan kelas sungai di Kabupaten
Jombang
8. Sudah dilakukan inventarisasi dan identifikasi sumber
pencemar di sepanjang sungai Gude Ploso

116
Berdasarkan hasil analisis SWOT, menurut Perda Provinsi Jawa Timur No.
maka strategi utama atau prioritas kebijakan 2 Tahun 2008.
untuk mencegah terjadinya pencemaran air 3. Strategi pengendalian pencemaran air di
dan penurunan kualitas air sehingga air Sungai Gude Ploso Kabupaten Jombang
sungai dapat dimanfaatkan sesuai dengan dapat dilakukan dengan melakukan kajian
peruntukannya serta berkelanjutan sebagai teknis penetapan kelas air dan
berikut: menetapkan daya tampung beban
1. Kajian teknis tentang penetapan kelas air pencemaran air yang digunakan sebagai
dan menetapkan daya tampung beban dasar pemberian izin; peningkatan
pencemaran air yang digunakan sebagai frekuensi kegiatan pembinaan,
dasar pemberian izin. pengawasan dan pemantauan industri;
2. Peningkatan frekuensi kegiatan meningkatkan pengelolaan limbah dengan
pembinaan, pengawasan dan pemantauan pembuatan IPAL; adanya sanksi
kegiatan industri penegakan hukum maupun local reward
3. Meningkatkan pengelolaan limbah kepada industri dalam pengelolaan
dengan pembuatan IPAL lingkungan; meningkatkan inventarisasi
4. Adanya sanksi penegakan hukum dan identifikasi sumber pencemar sesuai
maupun local rewards kepada industri dengan Permen LH No. 1 tahun 2010;
dalam pengelolaan lingkungan peningkatan peran serta aktif masyarakat
5. Meningkatkan inventarisasi dan melalui Forum Peduli Lingkungan
identifikasi sumber pencemar air (Forum Santri Jogo Kali) dalam kegiatan
6. Peningkatan peran serta aktif masyarakat pengendalian pencemaran air.
melalui Forum Santri Jogo Kali dalam
kegiatan pengendalian pencemaran air.
SARAN
1. Penelitian ini dapat dijadikan referensi
KESIMPULAN DAN SARAN mengenai kualitas air di Sungai Gude
Ploso Kabupaten Jombang
KESIMPULAN 2. Berdasarkan analisis kebijakan
1. Kondisi Kualitas air sungai Gude Ploso pengendalian pencemaran air Sungai
berdasarkan uji parameter diketahui Gude Ploso maka Rekomendasi yang
bahwa kondisi kualitas air sungai dapat diajukan kepada Pemerintah
mengalami penurunan kualitas yang Daerah Kabupaten Jombang adalah
ditunjukkan adanya parameter (suhu, DO, sebagai berikut :
BOD,COD, phosphat dan bakteri Total a. Perlunya kajian teknis penetapan kelas
coliform) yang melebihi kriteria mutu air air dan menetapkan daya tampung
kelas II menurut Perda Provinsi Jawa beban pencemaran air yang digunakan
Timur No. 2 Tahun 2008. Parameter sebagai dasar pemberian izin
suhu dititik pantau 2, parameter DO dan b. Peningkatan frekuensi kegiatan
COD di titik pantau 2,3 dan 4, parameter pembinaan, pengawasan dan
BOD di titik pantau 1,2,3,dan 4, pemantauan industri
parameter phosphat di titik pantau 3 dan c. Meningkatkan pengelolaan limbah
4 serta parameter bakteri Total coliform dengan pembuatan IPAL
di titik pantau 2 dan 3. Nilai parameter d. Adanya sanksi penegakan hukum
BOD, COD dan suhu tertinggi berada di maupun local reward kepada industri
titik pantau 2. dalam pengelolaan lingkungan
2. Kualitas air sungai Gude Ploso e. Meningkatkan inventarisasi dan
berdasarkan penilaian status mutu air identifikasi sumber pencemar sesuai
dengan metode Indeks Pencemaran dengan Permen LH No. 1 tahun 2010
mengindikasikan bahwa telah terjadi f. Peningkatan peran serta aktif masyarakat
penurunan kualitas di daerah hulu sampai melalui Forum Peduli Lingkungan
hilir sungai Gude Ploso yaitu tercemar (Santri Jogo Kali) dalam kegiatan
ringan untuk semua titik pantau pengendalian pencemaran air.
berdasarkan kriteria mutu air kelas II

117
DAFTAR PUSTAKA Chapra, S. C.1997. Surface Water Quality
Modelling, McGraw-Hill, Singapore
Agustiningsih,Dyah. 2011. Kajian Kualitas Davis, M. L. and D. A. Cornwell. 1992.
Air Sungai BlukarKabupaten Kendal Introduction to Environmental
Dalam Upaya Pengendalian Engineering. Second Edition. Mc-
Pencemaran Air Sungai. Tesis. Graw-Hill. Inc, New York
Universitas Diponegoro. Semarang. Dewantara, Soni, Jhonny MTS dan
Agustiningsih, Dyah., S.B. Sasongko, dan Winardi.2014. Kajian Beban
Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Pencemaran Saluran Drainase (Parit)
Dan Strategi Pengendalian Terhadap Bagian Hilir Sungai Kapuas
Pencemaran Air Sungai Blukar Di Kelurahan Sungai Jawi Luar
Kabupaten Kendal.Jurnal Kecamatan Pontianak Barat.
PRESIPITASI Vol. 9 No. 2, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
September 2012. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air :
Agustira,Riyanda, dkk.2013. Kajian Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam
Karakteristik Kimia Air, Fisik Air dan dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta :
Debit Sungai Pada Kawasan DAS Penerbit Kanisius.
Padang Akibat Pembuangan Limbah Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara.
Tapioka. Jurnal Online Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Agroekoteknologi. Fadil, Muhammad Syakri.2011. Kajian
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Beberapa Aspek Parameter Fisik
Daerah Aliran Sungai. Gajahmada Kimia Air dan Aspek Fisiologis Ikan
University Press. Yogyakarta. Yang Ditemukan Pada Aliran Buangan
Atmojo, T. Yuni. Bachtiar, T. Radjasa, O.K. Pabrik Karet Di Sungai Batang Arau.
Sabdono, A. 2003. Kandungan Program Pascasarjana Fakultas
Koprostanol dan Bakteri Coliform Biologi. Universitas Andalas.
pada Lingkungan Perairan Sungai, Ginting, P. 1992. Mencegah Dan
Muara dan Pantai di Banjir Kanal Mengendalikan Pencemaran Industri.
Timur, Semarang pada Monsun Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Timur. Jurnal Ilmu Kelautan, Vol Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan
9,No. 1. Lingkungan dan Limbah Industri.
Azwar, Ali., Soemarno, dan M. Bandung : Yrama Widya.
Purnomo.2013. Kajian Kualit As Air Jombang Dalam Angka Kabupaten Jombang
Dan St A Tus Mutu Air Sungai Metro Tahun 2015
Di Kecama T An Sukun Kota Malang. Keputusan Menteri Negara lingkungan
Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 2, Hidup Nomor 110 Tahun 2003
Agustus 2013. tentang
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Jombang. 2015. Laporan Pemantauan Pencemaran Air pada Sumber Air.
Kualitas Air Sungai Periode Bulan Juli- Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Desember Tahun 2015. Hidup Nomor 115 Tahun 2003
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tentang Pedoman Penentuan Status
Jombang, 2015. Laporan Pemantauan Mutu Air.
Kualitas Air Sungai Periode Bulan Keraf, A. Sonny. 2010. Krisis Dan
Januari- Juni Tahun 2015. Bencana Lingkungan Hidup
Casali, J.R. Gimenez, J. Diez, J. Alvarez- Global. Yogyakarta : Penerbit
Mozos, J. D. V. de Lersundi, M. Goni, Kanisius.
M.A. Campo, Y. Chahor, R. Gastesi, J. Latif, Muh.Ali Akbar.2012.Studi Kuantitas
Lopez. 2010. Sediment production and dan Kualitas Air Sungai Tallo Sebagai
water quality of watersheds with Sumber Air Baku. Jurnal Penelitian
contrasting land use in Navarre Jurusan Sipil Fakultas Teknik Sipil
(Spain). Agricultural Water Universitas Hasanudin. Makassar.
Management 97. Metcalf & Eddy Inc.2003. Wastewater
Engineering,Treatment and Reuse.

118
Fourth Edition. Mc-Graw-Hill. Inc, Rahmawati, Deazy. 2011. Pengaruh Aktivitas
New York. Industri terhadap kualitas air sungai
Mulyanto, H.R.2007. Sungai, Fungsi dan Diwak Kabupaten Semarang dalam
Sifat-sifatnya. Graha Ilmu, Yogyakarta Upaya Pengendalian pencemaran Air
Muhajir,MS.2013. Penurunan Limbah Cair Sungai. Tesis. Universitas Diponegoro.
BOD dan COD pada Industri Tahu Semarang
Menggunakan Tanaman Cattail Rahman,A dan Lisa W. Khairoh.2012.
(Thypha Angustifolia) Dengan Sistem Penentuan Tingkat Pencemaran
Constructed Wetland. Fakultas Sungai Desa Awang Bangkal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Berdasarkan Nutrition Valuecoeficient
Alam. Universitas Negeri Semarang. dengan Menggunakan Ikan Nila
Mahyudin, Soemarno, dan T.B. Prayogo. (Oreochromis Niloticus Linn) sebagai
2015. Analisis Kualitas Air Dan Bio indikator. Jurnal Ekosains.Vol.IV.
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan
Sungai Metro di Kota Kepanjen Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Kabupaten Malang. J-PAL, Vol. 6, No. Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
2, 2015. Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Nemerow, N. L. 1974. Scientific Stream Oseana.Volume XXX.
Pollution Analysis. Scripta Book Co Sugiarto. 2005. Dasar-Dasar Pengelolaan Air
Washington DC. Limbah. UI-Press. Jakarta.
Peavy, Howard. S, D. R. Rowe, G. SNI 6989.59 : 2008 Metoda Pengambilan
Tchobanoglous. 1985. Environmental Contoh Air Limbah
Engineering. Mc-Graw Hill Silvia, D.2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai
International Editions. Ciliwung Di Provinsi Daerah Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Ibukota Jakarta Tahun 2000-2010.
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pengelolaan Kualitas Air dan Universitas Indonesia.
Pengendalian Pencemaran Air. Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.
2011 tentang Sungai Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air :
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sumber, Dampak dan
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Penanggulangannya. Makalah
Laksana Pengendalian Pencemaran Pengantar ke falsafah Sains. Bogor :
Air. Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Yuliastuti, Etik. 2011. Kajian Kualitas Air
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Sungai Ngringo dalam Upaya
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Tesis.
Pengendalian Pencemaran Air Universitas Diponegoro. Semarang
Pratiwi,Yuli,dkk.2012. Uji Toksisitas Limbah Zainudin, Z. Zulkifli, A. R., and J. Jaapar.
Cair Laundry Sebelum dan Sesudah 2009. Agricultural Non-Point Source
Diolah Dengan Tawas dan Karbon Pollution Modeling In sg. Bertam,
Aktif Terhadap Bioindikator Cameron Highlands Using Qual2e.
(Cyprinuscarpio L). Prosiding Seminar The Malaysian Journal of Analytical
Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi Sciences. Vol 13. No.2
(SNAST) Periode III. Yogyakarta, 3
November 2012.
Rangkuti, Freddy. 2010. Analisis SWOT :
Teknik membedah Kasus Bisnis.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced
Scorecard. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama

119

You might also like