You are on page 1of 7

Jurnal Agrotek Lestari Volume 6 No.

2 Oktober 2020 P-ISSN : 2477-4790


PP : 46 - 52 E-ISSN : 2721-8945

PEMANFAATAN KULIT JERUK SIAM SEBAGAI PESTISIDA ALAMI


UTILIZATION OF SIAM ORANGE SKIN AS A NATURAL PESTICIDE

Kiki Kristiandi1* dan Asti Febrina1

1
Politeknik Negeri Sambas, Jl. Raya Sejangkung, 79642

*)
Email Korespondensi: kikikristiandi@gmail.com

Abstract
Sambas is one of district lying in West Kalimantan with their agricultural commodities is orange
siam. Agricultural products orange siam obtained by Kabupaten Sambas in the year 2016-2018
experienced a significant increase at 24.983.600 kg .This research intended to capitalize on the
orange peel siam as a pesticide natural and analyze the type of ingredient in the pesticides. A
kind of an orange constituting a variety which has been adopted known and cultivated. West
Kalimantan especially Sambas becoming an area of with a monthly granite production of orange
siam more or less 9 %. This study was conducted in the Laboratory Agrobisinis Polytechnic
State Sambas. The sample purposively technique. The approach that was undertaken is pure
experimental. Sample testing was conducted qualitatively and ethanol and given the 10 %, 20 %,
30 %, 40 % and 50 % and em4 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml and 50 ml research shows that the
tannin and the positive sulphur at all treatment given in orange peel he has pesticide natural, the
flavonoid positive is in having the treatment, 10 % 20 %, 30 %, 40 % and 50 % and control, not
containing positive flavonoid and saponin there are no positive in all the treatment. Alkaloid
treatment to found only in control and 50 %.Conclusion in the research are the positive a
pesticide natural using orange peel so as to be used natural to pesticides.

Keywords: Citrus Siam, Natural Pesticides.


menjadi wilayah dengan tingkat produksi
PENDAHULUAN jeruk siamnya kurang lebih 9%.
Sambas merupakan salah satu Kementan (2015) menjelaskan
kabupaten yang berada di Kalimantan produksi jeruk siam di Indonesia dari 2010-
Barat dengan komoditi pertaniannya 2014 di dominasi oleh Sumatera Utara,
adalah jeruk siam. Hasil pertanian jeruk Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali dan
siam yang didapat oleh kabupaten sambas Kalimantan Selatan. Kontribusi produksi
pada tahun 2016-2018 mengalami terbesar untuk jeruk siam di Indonesia
peningkatan signifikan yaitu sebesar berasal dari Provinsi Sumatera Utara yaitu
24.983.600 kg (Kementan, 2019; BPS, sebesar 29, 82%, diikuti oleh Jawa Timur
2019). Jeruk siam merupakan buah (23, 89%), Kalimantan Barat (9, 04%), Bali
penghasil vitamin C dengan kandungan (6,64%) dan Kalimantan Selatan (6,56%).
20-60 mg/ 100 ml (Marti et al, 2009). Jenis Sisanya sebesar 24, 05% merupakan
jeruk ini merupakan varietas yang sudah kontribusi produksi dari provinsi lainnya.
banyak dikenal dan dibudidayakan. Hal ini didukung pula oleh (FAO, 1998;
Kalimantan barat khususnya sambas Milind, 2012; Balitbang, 2016)
46
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

menjelaskan tanaman jeruk siam adalah KI, HgCl2, Kloroform. Sedangkan untuk
komoditas buah unggulan nasional karena alat yang digunakan dalam rendam kulit
memiliki nilai ekonomi tinggi, adaptasinya jeruk siam adalah: alamunium foil, kertas
sangat luas, populer dan digemari hampir saring whatman, corong, gelas-gelas kimia,
seluruh lapisan masyarakat, dan nilai termometer, pH meter, termometer dan
impornya cenderung meningkat.Jeruk siam kondensor. Bahan yang digunakan dalam
merupakan salah satu jenis jeruk yang penelitian ini adalah kulit jeruk siam. Kulit
banyak dikembangkan di Indonesia karena Jeruk Siam adalah salah satu sampah
produksinya tinggi dan potensi yang cukup organik yang jarang termanfaatkan secara
besar untuk dikembangkan. Sekitar 70-80% maksimal dan mengingat bahwa Sambas
jeruk yang dikembangkan di Indonesia merupakan salah satu komiditi utamanya
adalah jeruk siam dan sisanya berkisar 20 – adalah Jeruk Siam. Hasil pertanian yang
30% adalah jeruk keprok (Qomariah, 2013). dihasilkan menjadi permasalahan pada saat
Namun pemanfaatan jeruk siam cenderung musimnya. Proses dalam pengolahan limbah
lebih mengandalkan pada sari dan buahnya organik kulit Jeruk Siam adalah dengan
saja, tetapi untuk pemanfaatan kulit dan mengupas dan dilakukan perbusan yang
bagian lain cenderung dijadikan limbah. selanjutnya di berikan 6 perlakuan.
Devy et al (2010), menunjukan bahwa Perlakuan yang diberikan dengan diberikan
tanaman jeruk mengandung metabolit penambahan etanol dan em4 pada setiap
sekunder, flavonoid, karotenoid dan rebusan kulit jeruk siam. Adapun perlakuan
limonoid yang banyak terdapat dalam daun, yang diberikan adalah kontrol, 10 % etanol
kulit buah, biji dan bulir (pulp). dan 10 ml em4, 20 % etanol dan 20 em4, 30
Sejalan dengan penelitian yang % etanol dan 30 % em4, 40 % etanol dan 40
dilakukan Pracaya (2010) yang menjelaskan ml em4, 50 % etanol dan EM4.
bahwa kulit jeruk mengandung vitamin C
yang lebih banyak dibandingkan didalam Pelaksanaan
buahnya. Peranan Pestisida dalam upaya Penelitian ini dilaksanakan di
penyelamatan produksi pertanian dari Labatorium Agrobisinis Politeknik Negeri
gangguan hama dan penyakit tanaman Sambas. teknik pengambilan sampel secara
masih sangat besar, terutama apabila telah purposive. Pemilihan jeruk siam dipilih
melebihi ambang batas pengendalian atau berdasarkan banyaknya hasil pertanian yang
ambang batas ekonomi. Namun demikian, dihasilkan di Kota Sambas. Jeruk siam
mengingat pestisida juga mempunyai resiko diperoleh langsung dari pasar setempat.
terhadap keselamatan manusia dan Waktu penelitian berlangsung pada bulan
lingkungan maka Pemerintah berkewajiban Februari 2020 – Agustus 2020.
dalam mengatur pengadaan, peredaran dan
penggunaan Pestisida agar dapat Teknik Pengumpulan Data
dimanfaatkan secara bijaksana (Entianopa Pengambilan data primer dilakukan
dan Santoso, 2016). dengan mendatangi penjual jeruk siam yang
berada di lokasi pasar setempat. Berat
METODE PENELITIAN sampel yang akan diambil adalah sebanyak
Bahan dan Alat 10 kg. Setelah dilakukan penimbangan
Bahan yang digunakan dalam selanjutnya jeruk siam tersebut dibersihkan
penelitian ini antara lain : Kulit jeruk siam, dengan mencuci memakai air mengalir dan
etanol 70 %, aquadest, NaOH 40 %, mensortasi kembali jeruk siam. Jeruk siam
Plumbum asetat, FeCl3 1 %, Mg, HCl pekat, yang telah disortasi kemudian dikupas dan
47
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

kulitnya dipisahkan dari buah, serabut, sari Kemudian ke dalam larutan KI tersebut
dan biji buah jeruk siam. Kulit yang didapat ditambahkan 0,271 g HgCl2 sampai
kemudian ditimbang kembali untuk larutApabila adanya endapan putih pada
mengetahui berat yang didapat dari hasil ekstrak tersebut maka manunjukan adanya
penimbangan sebelumnya, sehingga alkaloid.
medapatkan berat primer yang 3) Uji Flavonoid
sesungguhnya. Pemeriksaan senyawa flavonoid dilakukan
Prosedur dalam penelitian ini terbagi dengan cara menambahkan 1 g serbuk Mg
menjadi beberapa tahapan: dan 10 ml HCl pekat ke dalam ekstrak
1) Perendaman Jeruk Siam kental. Perubahan warna larutan menjadi
Jeruk siam yang telah dipisahkan dan bersisa kuning menandakan adanya senyawa
kulit jeruk siamnya, kemudian dilakukan flavonoid.
perendaman selama satu malam dengan 4) Uji Saponin
menggunakan penambahan larutan etanol. Sebanyak 1 ml ekstrak sampel dipanaskan
Larutan etanol yang digunakan sebanyak selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5
70% yang selanjutnya dilakukan menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang
pengadukan dengan satu arah, hal ini lebih 1 cm dan tetap stabil setelah didiamkan
dilakukan dikarenakan agar tidak terjadi selama 15 menit menunjukkan adanya
kerusakan kandungan yang terdapat di saponin.
dalam jeruk siam tersbut. Jeruk siam yang 5) Uji tanin
sudah dilarutkan dengan menggunakan Pemeriksaan senyawa tanin dilakukan
etanol, kemudian ditutup rapat dengan dengan cara menambahkan 5 tetes FeCl3 1%
menggunakan almunium foil. Bahan baku (b/v) ke dalam ekstrak kental sebanyak 1 ml.
yang digunakan dalam perendaman adalah Perubahan warna larutan menjadi biru tua
sebanyak 100 gram kulit jeruk siam yang atau hitam kehijauan yang terbentuk
terbagi menjadi tiga bagian. Penutupan menunjukkan adanya tanin.
wadah ini bertujuan agar pelarut yang 6) Uji Sulfur
digunakan tidak menguap. Pemeriksaan senyawa sulfur dilakukan
2) Uji Alkaloid dengan cara menambahkan 1 mL NaOH 40
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk % dan larutan plumbum asetat ke dalam 1
mengetahui keberadaan adanya alkaloid. ml larutan ekstrak kental lalu diamati.
Cara untuk melihat adanya alkaloid adalah
dengan melakukakn penambahan kloroform HASIL DAN PEMBAHASAN
dan beberapa tetes pereaksi kedalam 1 ml Hasil uji kandungan fitokimia kulit
ekstrak. Pereaksi mayer terbuat dari satu g jeruk siam diperlihatkan pada Tabel 1.
KI yang dilarutkan dalam 20 ml aquades.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kulit Jeruk Siam Kandungan Pestisida Alami
UJI
Perlakuan
Alkoloid Flavonoid Saponin Tanin Sulfur
Kontrol + - - + +
10 % - + - + +
20 % - + - + +
30 % - + - + +
40 % - + - + +
50% + + - + +
Ket : - = negatif
+ = positif
48
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

Uji Alkaloid alami. Terbentuknya warna hijau kehitaman


Alkaloid merupakan golongan kimia tersebut disebabkan karena adanya
yang hampir terdapat pada berbagai jenis penambahan FeCl3. Reaksi ini terjadi karena
tumbuhan dan buahan. Alkaloid terbagi adanya ion Fe3+ membentuk senyawa
menjadi yang menguntungkan dan yang kommpleks (Suryanita et al, 2019). Uji
tidak menguntungkan. Alkaloid yang Flovonoid memiliki fungsi untuk tumbuhan
menguntung yaitu dapat membantu adalah pengaturan tumbuh, pengaturan
pertumbuhan tumbuhan sedangkan untuk fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus,
alkaloid yang tidak menguntungkan adalah dan kerja terhadap serangga (Robinson,
yang dapat merusak pada tumbuhan 1995), selain itu pula flavonoid
tersebut. Pada Tabel 1 diketahui bahwa meningkatkan resistensi tanaman terhadap
alkaloid terdapat pada kontrol dan perlakuan radiasi UV. Cara kerja flavonoid sebagai
50% dimana hasil pengujian yang dilakukan antifeedant dan sebagai pestisida adalah
menunjukan reaksi positif. Sedangkan untuk dengan menghambat reseptor perasa pada
perlakuan 10 %, 20 %, 30 % dan 40 % tidak daerah mulut larva yang akan
ditemukan adanya kandungan alkaloid. Hal mengakibatkan gagal mendapatkan stimulus
ini dikarenakan pengujian yang dilakukan rasa sehingga larva tidak mampu mengenali
adalah kualitatif sehingga perlu adanya makanan yang ada di sekitarnya. Aktivitas
pengamatan yang terus menerus dengan makan yang pada larva menyebab energi
memberikan pengulangan dalam setiap kali untuk perkembangan larva menjadi
pengujian. Alkaloid pada tanaman berfungsi berkurang sehingga pertumbuhan juga
sebagai racun yang dapat melindunginya terhambat (Tjoktopranoto et al, 2010).
dari serangga dan herbivora, faktor pengatur
pertumbuhan, dan senyawa simpanan yang Uji Saponin
mampu menyuplai nitrogen dan unsur-unsur Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis
lain yang diperlukan tanaman (Robinson, yang dilakukan pada kulit jeruk siam tidak
1995; Wink, 2008). terdapat kandungan saponin. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Uji Flovonoid Mulyani et al (2013), yang menunjukan
Tabel 1 menunjukan bahwa terdapat bahwa tidak terdapatnya kandungan saponin
kandungan flavonoid pada kulit jeruk siam pada kulit jeruk Sambal. Hasil pengujian
yang telah dijadikan pestisida alami. yang dilakukannya adala dnegan ekstrak
Perlakuan yang memiliki kandungan metanol dan etil asetat pada kulit jeruk
flavonoid adalah 10 %, 20 %, 30 %, 40 % sambasl. Kandungan saponin pada pestisida
dan 50 %, sedangkan untuk perlakuan memiliki peran yang baik yaitu dapat
kontrol tidak ditemukan. Hal ini sejalan mengganggunya pertumbuhan larva yang
dengan Sen et al, 2013 yang menjelaskan akan merusak pertumbuhan suatu tanaman.
bahwa flavonoid, fenol dan tanin merupakan Saponin adalah senyawa terpenoid yang
kelompok senyawa fenolik terbesa dan juga berfungsi sebagai pengikat sterol bebas dan
memiliki kemampuan antioksidan. Lapisan kasus pada serangga adalah dapat
yang dimiliki oleh jeruk siam adalah menurunkan dan mengganggu proses
kandungan tanin. Pada idetifkasi tanin perkembangan dan pertumbuhan dari
menggunakan pereaksi besi klorida, hasil serangga (Maheswari et al., 2018).
yang didapatkan adalah terbentuknya warna
hijau kehitaman pada pembuatan pestisida
49
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

Uji Tanin hara didalam tanah dan klorofil sert


Tanin merupakan senyawa molekul meningkatkat tumbuhan tersebut terhadap
yang dihasilkan oleh tanaman dan berperan jamur. Sulfur merupakan salah satu senyawa
sebagai penolak nutrisi dan penghambat yang termasuk dalam senyawa sekunder
enzim sehingga mengakibatkan rendahnya yang dapat membantu pertumbuhan tanaman
hidrolisis pati dan menurunkan respon menjadi lebih baik.
terhadap gula darah hewat. Zat aktif tanin ini
menjadi senyawa yang daapt digunakan KESIMPULAN
sebagai insektisida nabati (Wulanda et al, Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
2017). Berdasarkan pengujian dengan bahan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
baku utama adalah kulit jeruk bahwa adanya sebagai berikut:
kandungan tanin pada semua perlakuan dan 1. Adanya kandungan positif alkaloid pada
hal ini mengidikasikan bahwa kulit jeruk perlakuan kontrol dan perlakuan 50%
sebagai pestisida alami dapat menjadi 2. Adanya kandungan posifi flavonoid pada
sebuah alternatif dalam mematikan hama perlakuan 10 %, 20 %, 30 %, 40 % dan
yang terdapat dalam tumbuhan. Mardiana 50% sedangkan untuk kontrol tidak
(2009) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat kandungan flavonoid, hal ini
bahwa senyawa fenolik merupakan terjadi karena untuk kontrol tidak
polimerasi polifenol sederhana. Senyawa ini diberikannya tambahan etanol dan em4.
ditemukan hampir didalam dua grup, yakni 3. Adanya kandungan positif tanin dan
tanin yang dapat dipecah dan pengembunan sulfur pada semua perlakuan hal ini
dalam bentuk padat. Selain itu, penggunaan dikarenakan bahwa dalam kulit jeruk
senyawa tanin dapat menyebabkan siam sebagai pestisida alami sudah
terjadinya penyerapan air pada tubuh memiliki kandungan dari bahan bakunya
organisme sehingga dapat mematikan langsung.
organisme, karena tubuh organisme
kekurangan air. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
Uji Sulfur kepada Politeknik Negeri Sambas yang
Tabel 1 menunjukan terdapat telah membiaya penelitian ini melalui
kandungan sulfur dalam kulit jeruk siam program penelitian internal DIPA
sebagai pestisida alami. Sulfur merupakan POLTESA berdasarkan surat keputusan
senyawa kimia yang aman untuk digunakan nomor 25-KP/P3M-POLTESA/PM/2020
oleh manusia maupun hewan, sehingga
apabila dijadikan jadi sebuah pestisida tidak DAFTAR PUSTAKA
akan mengganggu lingkungan. Balittas BPS [Badan Pusat Statistik]. 2019. Statistik
(2011), menjelaskan bahwa penggunaan pertanian tanaman hortikultura
sulfur sebagai alternatif pestisida dapat kabupaten Sambas 2019.
mengedalikan hama tungau pada tanaman https//sambaskab.bps.go.id/ [diakses 7
jarak pagar. Muhammad et al, 2003; Februari 2020].
Punomo et al, 2004; Wihardjaka dan Entianopa & Santoso E. 2016. Faktor Yang
Poniman, 2015) menjelaskan bahwa manfaat Berhubungan Dengan Paparan
yang didapat dari penggunaan sulfur adalah Pestisida Pada Pekerja Chemis
sebagai aktivator, kofaktor dan regulator (Penyemprotan). Journal Endurance
enzim, selain itu pula kandungan sulfur 1(2) June 2016 (88-93) Kopertis
dapat membantu dalam pembentukan zat Wilayah. DOI :
50
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

http://dx.doi.org/10.22216/jen.v1i2.98 terhadap Pertumbuhan dan Hasil


5 Bawang Merah pada Tanah Inseptisol.
FAO [Food and Agriculture Organization]. J. Hort. 13920:95-104.
1998. Carbohydrates in Human Mulyani W, Nora I & Gusrizal. 2013.
Nutrition: Rome Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-
Purnomo J., Tuherkih E., Wigena P I G., Heksana, Etil Asetat Dan Metanol
Sutedi E. 2004. Pengaruh Pemupukan Kulit Buah Jeruk Sambal (Citrus
Nitrogen dan Belerang Terhadap Microcarpa Bunge). JKK, volume 2
Produksi dan Kualitas Tanaman Pakan (2), halaman 90-94. ISSN 2303-1077
di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pracaya. 2000. Jeruk Manis, Varietas,
Seminar Nasional Teknologi Budidaya dan Pascapanen. Penebar
Peternakan dan Veteriner Swadaya. Jakarta.
Kementan [Kementerian Pertanian]. 2019. Qomariah R, Hasbianto A, Lesmayati S &
Outlook Komoditas Pertanian Hasan H. 2013. Kajian prapanen jeruk
Subsektor Hortikultura. Pusan Data siam (Citrus suhuiensis Tan) untuk
dan Sistem Informasi Pertanian 2019. ekspor. Seminar Nasional Inovasi
ISSN 1907 – 1507 Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian
Kementan [Kementerian Pertanian]. 2015. Teknologi Pertanian Kalimantan
Outlook Komoditas Pertanian Selatan (ID): hlm 417-430.
Subsektor Hortikultura. Pusan Data Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
dan Sistem Informasi Pertanian 2015. Tumbuhan Tinggi, Bandung: penerbit
ISSN 1907 – 150 ITB, hal 283, 285.
Maheswari PP, Wijaya I N, Sritamin M. Subiyakto. 2011. Pestisida Alami Sulfur
2018. Uji Efektivitas Beberapa Jenis Ampuh Mengendalikan Hama Tungau
Ekstrak Daun Tanaman terhadap Pada Tanaman Jarak Pagar. Warta
Perkembangan Ulat Daun Kubis Penelitian dan Pengembangan
(Plutella xylostella L.) di Pertanian. Volume 33: Nomor 2.
Laboratorium. E-Jurnal Suryanita, Aliyah, Djabir YY, Wahyudin E,
Agroekoteknologi Tropika ISSN: Rahman L., Yulianty R. 2019.
2301-6515 Vol. 7, No. 3, Juli 2018 Identifikasi Senyawa Kimia Dan Uji
Mardiana, Lina. 2009. Mencegah dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Mengobati Kanker pada Wanita Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima
dengan Tanaman Obat. Jakarta: Merr.) F 2019; 23(1):16-20 Original
Penebar Swadaya. Article Majalah Farmasi dan
Marti N, Mena P, Canopas JA, Micol V & Farmakologi (p-ISSN 1410-7031).
Saura D. 2009. Vitamin C and The Tjokropranoto R, Evacuasiany E, Saputro N.
Role. Natural Product A. 2010. Efektivitas Infusa Herba
Communications, Vol. 4. No 5 677 – Beluntas (Plucea indica L.) sebagai
700. Larvasida terhadap Larva Nyamuk
Milind P, Dev C. 2012. Orange: Range Of Aedes sp., Medika Planta, 2, 75-80.
Benefits. International research journal Wihardjaka A, dan Poniman. 2015.
of pharmacy. www.irjponline.com. Kontribusi Hara Sulfur terhadap
ISSN 2230 – 8407 [artikel]. Produktivitas Padi dan Emisi Gas
Muhammad H., Sabiham S, Rachim A, Rumah Kaca di Lahan Sawah
Adijuwana H. 2003. Pengaruh (Contribution of Sulfur to Rice
Pemberian Sulfur dan Blotong Productivity and Atmospheric
51
Kristiandi dan Febrina / J. Agari 6(2): 46 - 52

Greenhouse Gases in Lowland). Iptek Wulanda SS, Renika A, Indra VH, Zulvika
Tanaman Pangan VOL. 10 NO. 1 KW, Nanang A. 2017. Potensi Tannin
Wink, M. 2008. Ecological Roles of Pada Ramuan Nginang Sebagai
Alkaloids. Wink, M. (Eds.)Modern Insektisida Nabati Yang Ramah
Alkaloids, Structure, Isolation Lingkungan. Bioeksperimen Volume 3
Synthesis and Biology,Wiley, Jerman: No.2, (September 2017) ISSN 2460-
Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. 1365 (1)
KgaA

52

You might also like