You are on page 1of 12

Gangguan Mekanisme Kontraksi Otot di Tungkai Bawah ( Betis )

Penyusun:

Kelompok F2

1. Haswinanti Wilda (102012443)


2. Stefanus Hendra Ria (102013067)
3. Windy Tovania Adriastuty Chan (102013134)
4. Anisa Aulia Reffida (102013553)
5. Grevaldo Austen (102014015)
6. Tika Ayu Hasta Riani (102014070)
7. Florensia Merlin Liem (102014141)
8. Ferdy Bahasuan (102014160)
9. Vina Cyrilla (102014214)

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510


Telp.(021) 56942061. Fax (021) 5631731

Page | 1
Abstract
The muscles can be contraction and relaxation because of the availability of
energy from energy systems. Through muscle contraction, the human body is
capable to working like a machine. In other words, muscle is the engine of
converting chemical energy into mechanical energy, which is manifested in a
work or physical activity. Skeletal muscle / skeletal composed by a collection of
fibers (cells) striped muscle (muscle fiber), has a lot located on the edge of the
core. Wall or cell membrane called sarkolemma have the ability to conduct
impulses (action potentials) all these directions along the walls including the
continued delivery of transverse tubules. Cytoplasm containing sarcoplasmic
muscle fibers or contractile structures (a cytoskeleton) which lead to the main
function is the function of skeletal muscle contraction. Muscle fatigue limit
muscle performance. Muscle fatigue can cause muscle spasms or muscle cramps.

Keywords :skelet muscle, muscle contraction, fatigue

Abstrak
Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi karena tersedianya energi dari sistem
energi.Melalui kontraksi otot, tubuh manusia mampu melakukan kerja seperti
mesin. Dengan kata lain, otot merupakan mesin pengubah energi kimia menjadi
energi mekanik, yang terwujud dalam suatu kerja atau aktivitas fisik. Otot
rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel) otot bergaris (muscle fiber),
mempunyai banyak inti yang terletak di tepi.Dinding atau membran sel disebut
sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls (potensial aksi)
kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran sepanjang dinding tubulus
transversalis.Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma mengandung struktur
kontraktil (suatu cytoskeleton) yang berperanan terhadap fungsi utama otot
rangka yaitu fungsi kontraksi.Kelelahan otot membatasi kinerja otot.Kelelahan
otot dapat menyebabkan kejang otot atau kram otot.

Kata Kunci :otot skelet, kontraksi otot, kelelahan

Page | 2
Pendahuluan

Kontraksi otot sangat diperlukan oleh manusia untuk beraktifitas. Tapi,


kontraksi otot pun harus diiringi oleh relaksasi agar tidak terjadi kejang otot dan
membuat otot tidak dapat berkontraksi lagi

Tujuan penulisan makalah ini adalahuntuk memberikan informasi kepada


pembaca tentang gangguan mekanisme kontraksi otot yang bekerja pada tubuh
manusia.

Area yang dibahas pada makalah ini meliputi ekstremitas inferior regio cruris,
mekanisme & biokimia kontraksi otot, mekanisme jalannya impuls dari saraf
pusat motorik hingga ke otot, mekanisme terjadinya kram otot, peran &
mekanisme kalsium dalam kontraksi otot

Isi

Makroskopis

Ekstremitas Inferior

Gaya berjalan tegak dan menggunakan dua kaki (bipedal) tidak hanya
berpengaruh terhadap perkembangan intelektual dan sosiokultural manusia
tetapi juga menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap anatomi
manusia. Pada manusia, ekstremitas bawah merupakan organ lokomosi dan
penunjang.1

Ekstremitas bawah berotasi ke arah ventral.Dengan demikian, pada


manusia, otot ekstensor paha dan tungkai bawah terletak di sisi anterior.Sendi
ekstremitas bebas, seperti sendi pinggul, lutut dan pergelangan kaki,
ditunjang oleh ligamen-ligamen yang stabil. Sendi-sendi ini memastikan
terjadinya keseimbangan sewaktu berdiri dan mengistirahatkan kelompok
otot di pantat, lutut, dan betis yang berperan untuk menunjang postur tubuh.1

Regio Cruris ( Bagian Betis )

Struktur Otot

Page | 3
Gambar 1.Otot-otot fascia posterior tungkai bawah2

Gambar 2. Otot-otot fascia anterior dan fascia lateral tungkai bawah3

Tabel 1. Otot-otot fascia posterior tungkai bawah1,4

Nama otot Origo Insertio Fungsi


Kelompok Superficial
M.Gastrocnemius. Caput laterale dari Melalui tendo cal- Plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan
condylus lateralis caneus ke facies kaki dan fleksi articulatio genus
femoris dan caput posterior calcaneus
medial dari
proximal condylus
medialis
M. Plantaris Crista supracon- Facies posterior Plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan
dylars femoris calcaneus kaki dan fleksi articulatio genus
lateralis

Page | 4
M. Soleus Corpus tibiae dan Melalui tendo cal- Secara bersama-sama dengan m. gastroc-
fibulae caneus ke facies nemius dan m. plantaris berfungsi sebagai
posterior calcaneus plantar fleksor yang kuat sendi pergelangan
kaki; memberikan tenaga untuk gerak maju
pada waktu berjalan dan berlari
Kelompok Profunda
M. Popliteus Facies lateralis Facies posterior Fleksi tungkai pada articulatio genus;
condylus lateralis corpus tibiae di atas membuka articulatio genus dengan rotasi
femoris linea musculi solei lateral femur pada tibia dan mengendur kan
ligamenta sendi
M. Flexor digitorum Facies posterior Basis phalanges Fleksi phalanges distal empat jari kaki
longus corpus tibiae distal empat jari kaki lateral (II s/d V); plantar fleksi kaki pada
lateral sendi pergelangan kaki; menyokong arcus
longitudinalis medialis dan lateralis kaki
M. Flexor hallucis Facies posterior Basis phalanges Fleksi phalanges distal ibu jari; plantar fleksi
longus corpus fibulae distal ibujari kaki kaki pada sendi pergelangan kaki;
menyokong arcus longitudinalis medialis
kaki
M. Tibialis posterior Facies posterior Tuberositas ossis Plantar fleksi kaki pa- da sendi pergelang-
cor- pus tibiae dan naviculare dan . an kaki; inversio kaki pada articulatio
fibulae dan mem- tulang-tulang di subtalaris dan arti- culatio tarso trans-
brana interossea dekatnya versus; menyokong articulatio longitudinalis
medialis kaki.

Tabel 2. Otot-otot fascia anterior tungkai bawah1,4

Nama otot Origo Insertio Fungsi


M. Tibialis anterior Facies lateralis corpus Cuneiforme mediale Ekstensi kaki pada sendi pergelangan
tibia dan membrana dan basis os kaki, inversi kaki pada articulatio
interossea metatarsale 1 subtalaris dan articulatio
tarsotransversus mempertahankan
arcus longitudilais medialis kaki
M. Extensor digitorum Facies anterior corpus Expansi extensor Ekstensi jari jari kaki ekstensi kaki
longus fibula keempat jari kaki pada sendi pergelangan kaki
yang lateral
M. Peroneus tertius Facies anterior corpus Basis metatarsale 5 Ekstensi jari kaki pada sendi
fibula pergelangan kaki eversi kaki pada

Page | 5
articulatio subtalaris dan articulatio
tarso transversus
M. Extensor hallucis Facies anterior corpus Basis phalanges Ekstensi ibu jari kai
longus fibula distal ibbu jari kaki
M. Ekstensor digitorum calcaneum Oleh empat tendo Ekstensi jari
brevis ke phalanx proximal
ibu jari kaki dan
tendo tendo
extensor panjang
jari kaki 2,3 dan 4

Tabel 3. Otot-otot fascia lateral tungkai bawah1,4

Nama otot Origo Insertio Fungsi

M. peroneus lo- Facies lateralis Basis ossis meta- Plantar fleksi kaki pada articulatio talocruralis
ngus corpus fibulae tarsal I dan cu- dan eversi kaki pada articulatio subtalaris dan
neiforme mediate articulatio tarso transversus; menyokong arcus
longitudinalis lateralis dan arcus transversus
kaki
M. peroneus bre- Facies lateralis Basis ossis meta- Plantar fleksi kaki pada articulatio talocruralis
vis corpus fibulae tarsal V dan eversi kaki pada articulatio subtalaris dan
articulatio tarso transversus; menyokong arcus
longitudinalis lateralis

Fisiologis

Peran & Mekanisme Kalsium dalam Kontraksi Otot

Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di


dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila kadar kalsium kurang dari normal,
otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat
menimbulkan kejang.5

Peran : Mengaktifkan jembatan silang,

Page | 6
Mekanisme : Serat otot tereksitasi dan Ca2+ dilepaskan, Ca yang
dilepaskan berikatan dengan troponin, menarik kompleks troponin-
tropomiosin ke samping sehingga tempat pengikatan jembatan silang
terpajan.6

Otot Somatik

Sistem saraf somatik adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung
jawab untuk gerakan tubuh secara sadar dan untuk merasakan rangsangan
eksternal.Semua panca indera dikendalikan oleh sistem ini. Sistem saraf
somatik adalah sub-bagian dari sistem saraf perifer.7

Sistem saraf somatik menginervasi semua organ sensorik, termasuk mata,


telinga, lidah, dan kulit, serta semua otot rangka (otot somatik), dan otot-otot
yang melekat pada tulang dan digunakan untuk gerakan sadar. Dalam
gerakan, sistem saraf somatik membawa impuls dari otak ke otot yang akan
dipindahkan, sedangkan kapasitas sensorik, Sistem saraf somatik membawa
impuls dari organ sensorik ke otak. Oleh karena itu ada dua bagian, atau
anggota badan, dari sistem saraf somatik yaitu, aferen dan eferen. Aferen,
atau sensorik, neuron yang membawa impuls dari organ indra ke dalam
sistem saraf pusat, sedangkan eferen, atau motorik, neuron yang membawa
impuls dari sistem saraf pusat ke otot.7

Saraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka (otot
somatik) sebagai organ efektor.melalui proses komunikasi secara biolistrik
di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmitor di hubungkan saraf-
otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan maupun jenis kontraksi
oto rangka (otot somatik) dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun
sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses
pengendalian kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelengarakan
berbagai sikap dan gerakan tubuh.8

Mekanisme jalannya Impuls dari Saraf Pusat Motorik sampai ke Otot

Untuk menggerakkan otot diperlukan rangsangan dari saraf


pusat.Rangsangan dari saraf pusat ini bisa disebabkan karena adanya
informasi yang diterima dari lingkungan sekitar, contohnya suhu, cahaya,

Page | 7
kelembapan, tekanan udara, dan lain-lain.Alat yang menerima rangsangan
itu disebut reseptor, yang terbagi menjadi 2, yaitu reseptor saraf dan bukan
saraf.Reseptor saraf struktur paling sederhananya berupa ujung dendrit dari
suatu sel saraf tanpa selubung myelin yang dapat ditemukan pada reseptor
nyeri atau nosiseptor. Struktur reseptor yang lebih rumit dapat ditemukan
dalam organ pendengaran pada vertebrata (sel rambut) dan pada organ
reseptor penglihatan (sel batang dan kerucut), reseptor ini merupakan
reseptor khusus dan bukan reseptor saraf.9

Pada sistem saraf, reseptor biasanya berhubungan dengan saraf


sensorik, sedangkan efektor berhubungan erat dengan saraf motorik.
Reseptor bertugas sebagai pengubah energi (transduser) untuk mengubah
energi dari suatu bentuk tertentu menjadi bentuk energi yang lain. Pada
saat sampai di reseptor, semua energi dalam bentuk apapun akan segera
diubah menjadi energi listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada
perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi. Potensial aksi
yang cukup kuat akan dijalarkan kebagian lainnya, hingga ke sel aferen.7
Dari sel aferen akan dibawa ke sumsum tulang belakang melalui akson,
lalu naik ke medulla oblongata dan akhirnya dikirimkan ke otak.
Informasi ini akan dicerna dan rangsangan balasan akan dikirimkan
kembali dari otak melewati akson atau serabut saraf yang ada di sumsum
tulang belakang ke sel saraf aferen dan akhirnya impuls dihantarkan
kepada efektor, yang berupa respon.10

Mekanisme & Biokimia Kontraksi Otot

Otot mempunyai ciri melakukan kontraktilitas untuk menegang dan


memendek, eksitabilitas untuk merespon stimulasi dari impuls saraf,
ekstensibilitas untuk meregang melebihi panjang otot saat relaks,
elastisitas untuk dapat kembali keukurannya semula setelah berkontraksi
atau merengang.4

Kontraksi otot dipacu oleh datangnya impuls saraf yang membuat


potensial aksi di sinaps sel saraf, jika mencapai firing level akan

Page | 8
menyebabkan pelepasan asetilkolin. Asetilkolin merangsang pelepasan
ion kalsium (Ca2+) oleh retikulum sarkoplasma di otot. Kemudian
konsentrasi Ca2+ yang meningkat di serat otot diikat oleh troponin C, yang
ada pada F aktin juga terdapat 2 troponin lain; troponin T mengikat
tropomiosin, dan troponin I yang berguna untuk menghambat aktivitas F-
aktin dengan miosin. Troponin C + Ca2+ menyebabkan afinitas yang
tinggi pada F-aktin, hal ini memungkinkan terjadi ikatan antara F-aktin
dengan kepala miosin + ATP.F-aktin yang menempel pada kepala miosin
mempercepat kerja ATPase untuk menguraikan ATP menjadi ADP + Pi +
energi, dan terjadi ikatan aktomiosin. Kemudian ADP + Pi + energi
terlepas dari kepala miosin menyebabkan terjadinya kontraksi.9,11

Setelah kontraksi harus ada relaksasi untuk mengembalikan keposisi


semula. Jika tidak ada rangsangan lagi, Ca2+ akan dilepaskan dari troponin
C dan dipompakan kembali masuk kedalam retikulum sarkoplasma,
menyebabkan afinitas F-aktin rendah dan terjadi penempelan kembali
ATP pada kepala miosin. Troponin I mulai bekerja untuk
mengistirahatkan otot, F-aktin terlepas dari kepala miosin dan terjadi
relaksasi.9

Mekanisme terjadinya Kram Otot

Meskipun satu potensial aksi di sebuah serat otot hanya menghasilkan


kedutan, namun dapat dihasilkan kontraksi dengan durasi lebih lama dan
tegangan lebih besar oleh stimulasi berulang serat otot.Jika serat otot telah
melemas sempurna sebelum potensial aksi berikutnya timbul maka akan
terbentuk kedutan kedua dengan kekuatan sama seperti yang
pertama.Setiap kali akan terjadi proses eksitasi kontraksi yang sama dan
menghasilkan respons kedutan yang identik.Namun jika serat otot
dirangsang kedua kalinya sebelum serat tersebut mengalami relaksasi
sempurna dari kedutan pertama maka potensial aksi kedua menyebabkan
respons kontraksi kedua, yang ditambahkan diatas kedutan
pertama.Kedua kedutan dari dua potensial aksi dijumlahkan untuk
menghasilkan tegangan serat yang lebih besar daripada yang dihasilkan
oleh satu potensial aksi.6

Page | 9
Penjumlahan kedutan hanya dapat terjadi karena durasi potensial aksi
(1 sampai 2 mdet) jauh lebih singkat daripada durasi kedutan yang
ditimbulkannya (100 mdet).Setelah terbentuk satu potensial aksi akan
timbul periode refrakter singkat saat tidak dapat terjadi potensial aksi
berikutnya.Karena itu penjumlahan potensial aksi tidak dapat terjadi pada
periode ini.Membran harus kembali ke potensial istirahatnya dan pulih
dari periode refrakter sebelum potensial aksi berikutnya dapat
terjadi.Namun karena potensial aksi dan periode refrakter telah selesai
jauh sebelum kedutan otot yang ditimbulkannya berakhir maka serat otot
dapat dirangsang kembali selagi sebagian aktivitas kontraksi masih
berlangsung, untuk menghasilkan penjumlahan respons mekanis.Jika
serat otot dirangsang sedemikian cepat sehingga serat tersebut sama sekali
tidak mendapat kesempatan untuk melemas di antara rangsangan maka
timbul kontraksi menetap dengan kekuatan maksimal yang dikenal
sebagai tetanus.6

Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan keadaan yang


dikenal sebagai kelelahan otot.Penyelidikan para atlet telah menunjukkan
bahwa kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan
kecepatan pengurangan glikogen otot.12

Sel otot dapat menyimpan glukosa dalam jumlah terbatas dalam bentuk
glikogen tetapi glikolisis anaerob cepat menguras simpanan glikogen otot
ini.Kedua ketika produk akhir glikolisis anaerob, asam piruvat, tidak
dapat diproses lebih lanjut oleh jalur fosforilasi oksidatif, molekul ini
diubah menjadi asam laktat.Akumulasi asam laktat diperkirakan berperan
menimbulkan nyeri otot yang dirasakan ketika seseorang melakukan
olahraga intens. Selain itu asam laktat yang diserap oleh darah
menimbulkan asidosis metabolik yang menyertai olahraga
intens.Terkurasnya cadangan energi dan turunnya pH otot akibat
akumulasi asam laktan berperan dalam munculnya kelelahan otot.6

Page | 10
Kesimpulan

Gangguan yang terjadi pada mekanisme kontraksi otot dapat menyebabkan


otot tidak dapat relaksasi sehingga akan terjadi tonus atau kejang otot dan akhir
dari kejang otot itu akan membuat otot tidak dapat berkontraksi secara sempurna
dikarenakan kelelahan otot yang disebabkan oleh kinerja yang melewati batas
kemampuan.

Daftar Pustaka

1. Pendit BU, Sugiharto L. Sobotta: atlas anatomi manusia. Diterjemahkan dari


Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas der anatomie des menschen. Jakarta:
EGC; 2010.h.244
2. Netter FH. Atlas of human anatomy. 4th ed.US: Saunders;2006.h.144-46
3. Sugiarto B, Ester M. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Ed-2.
Diterjemahkan dari Gibson J. Modern physiology and anatomy for nurses. 2nd
ed. Jakarta: EGC;2004.h.92
4. Sloane E. Editor: Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:
EGC; 2004.h.119-20
5. Pebriani DAA, Sistem Otot. 16 Desember 2012, diunduh dari :
https://blog.ub.ac.id/dewaqua/2012/12/16/sistem-otot/ 29 Maret 2015
6. Pendit BU, Mahode AA, Ramadhani D. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.
Ed-8. Diterjemahkan dari Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th
ed. Jakarta: EGC; 2014.h.283-300
7. Fungsi B. Pengertian Sistem Saraf Somatik. 2 Desember 2014, diunduh dari :
http://fungsi.web.id/2014/12/pengertian-sistem-saraf-somatik.html 29 Maret
2015
8. Rizkiawaty A. Sistem Saraf Motorik. 17 Maret 2010, diunduh dari :
https://www.addiansyah.com/2010/03/17/sistem-saraf-motorik/ 29 Maret 2015
9. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Edisi ke-10. Yogyakarta: Kanisius; 2010.h.86-105
10. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2006.h.277
11. Ferdinand F, Ariebowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo; 2009.h.66
12. Guyton,Hall.Buku ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi ke-
11.Jakarta:EGC;2007.h.76 84

Page | 11
Page | 12

You might also like