You are on page 1of 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HAND

HYGIENE DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN


HAND HYGIENE PADA PESERTA PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

Anietya Widyanita, Ekorini Listiowati1


1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT
Prevention and Control Program (PPI) including hospital accreditation assessment. One of the standard
phase is hand hygiene. The hands of health care are often contact with the patient and his environment, thus
becoming the most common transmission of HAIs. Hand hygiene can reduce HAIs if done with appropriate
recommendation. This study was conducted to determine the relationship between the level of knowledge of
hand hygiene and hand hygiene compliance implementation. This study was observational analytic with cross
sectional approach. Subjects were participants of educational programs in the medical profession with a total
sampling technique. Instrument research using questionnaires and observation sheet. Analyzed with descriptive
statistics, the average level of knowledge and implementation of hand hygiene compliance in respondents is less.
Analysis distribution of respondents by sex, male totaled 17 people and female totaled 14 people, distribution of
respondents according to the level of knowledge, less value totaled 29 people (93.5%) and enough value totaled
2 people (6.5%), distribution of respondents according to the level of compliance, less value totaled 26 people
(83.9%) and good value totaled 5 people (16.1%). Analysis using a correlation test, 0.599 correlation value, where
p<0.005, positively related. This study shows that there is a positive relationship between the level of knowledge of
hand hygiene and hand hygiene compliance implementation. The average level of knowledge has less value. The
average rate of hand hygiene compliance implementation has less value.

Keywords: Knowledge level of hand hygiene-Implementation of hand hygiene compliance

PENDAHULUAN Di Indonesia HAIs mencapai 15,74 %


Infeksi nosokomial atau yang saat ini lebih jauh di atas negara maju yang berkisar 4,8-
dikenal dengan Health-care Associated Infection 15,5% (Firmansyah, T.A. 2007). Di rumah sakit
(HAIs)adalah penyebab paling penting mortalitas Yogyakarta insidensi terjadi HAIs secara umum
dan morbiditas pasien di rumah sakit. Di rumah sebesar 5,9% (Marwoto A., Kusnanto H., Handono
sakit yang memiliki program pencegahan dan D. 2007). Sedangkan kejadian infeksi nosokomial
pengendalian infeksi, tingkat infeksi berkurang yang terjadi di RS PKU Muhammadiyah
mendekati 32%. Banyak penyebab dari HAIs, Yogyakarta, berdasarkan suatu penelitian
salah satunya terkait dengan proses dan sistem didapatkan angka kejadian ISK sebanyak 20%
kesehatan, seperti perilaku profesional yang dari 30 pasien. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
terlibat. Tangan dari petugas kesehatan adalah salah satu HAIs yang paling sering terjadi yaitu
pembawa mikroorganisme paling umum dari satu sekitar 40% dari seluruh HAIs yang dapat terjadi
pasien ke pasien lain dan dari lingkungan yang di rumah sakit setiap tahunnya (Arisandy. 2013).
tercemar kepada pasien. Hand hygienemerupakan Salah satu program keselamatan pasien di
ukuran yang paling penting dalam tindakan RS PKU Muhammadiyah adalah Pelaksanaan
pencegahankarena lebih efektif dan biaya rendah, Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
diperkirakan dengan melaksanakan hand hygiene (PPI). PPI dulu diawali dengan nama panitia infeksi
dampak pengurangan terhadap HAIs adalah 50% nosokomial dengan target meliputi pasien, petugas,
(Madrazo M. 2009). dan lingkungan rumah sakit. Tahun 2007 panitia

Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014 7


infeksi nosokomial berubah menjadi PPI dengan Yogyakarta saat pengambilan data, dan yang
sasaran target lebih luas meliputi pasien, petugas tidak mengembalikan kuesioner, dikeluarkan dari
medis, lingkungan rumah sakit, pengunjung, sampel penelitian.
praktikan atau mahasiswa, dan masyarakat sekitar. Sebagai variabel bebas adalah pengetahuan
Kegiatan yang telah dilaksanakan PPI RS PKU hand hygiene sedang variabel tergantung adalah
Muhammadiyah adalah mencuci tangan. Kegiatan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene. Alat
ini dilakukan selama triwulan bulan maret, april, pengumpulan data dalam penelitian dengan
mei tahun 2012 dan ditemukan angka kepatuhan menggunakan lembar kuesioner dan observasi.
hand hygiene dengan nilai 73 (< 75 = kepatuhan Penelitian ini telah dilakukan di RS PKU
minimal) (Arana, Tim PPI. 2012). Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juni
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai dengan Oktober 2013. Sampel merupakan
oleh Meila Supeni didapatkan hubungan antara seluruh peserta program pendidikan profesi
kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan dokter yang berada di RS PKU Muhammadiyah
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi nosokomial Yogyakarta yang ada saat pengambilan data
dengan nilai korelasi 0,327 (Supeni, Meila. 2010). berlangsung.
Hand hygiene adalah tindakan yang biasa di Pelaksanaannya di awali dengan menemui
lakukan oleh masyarakat dan memiliki manfaat peserta program pendidikan profesi dokter
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya kemudian menjelaskan tujuan penelitian yang
HAIs. Studi ini bertujuan untuk mengetahui akan dilakukan. Setelah itu responden diberikan
hubungan tingkat pengetahuan hand hygiene
lembar kuesioner yang di halaman pertama
dengan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada
lembar tersebut terdapat lembar informed
peserta program pendidikan profesi dokter di RS
consent. Jika lembar informed consent tersebut
PKU Muhammadiyah.
telah diisi lengkap dan disetujui, maka penelitian
BAHAN DAN CARA dilanjutkan dengan observasi pelaksanaan hand
Penelitian ini adalah penelitian analitik hygiene hingga data yang diperlukan pada lembar
observational dengan pendekatan cross sectional. observasi terpenuhi.
Populasi dalam penelitian adalah peserta program
HASIL PENELITIAN
pendidikan profesi dokter UMY yang berada di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah Hasil penilaian dan pengamatan
31 orang. Sampel menggunakan total sampling rata-rata tingkat pengetahuan dan tingkat
karena populasi dari penelitian ini relatif kecil. kepatuhanpelaksanaan hand hygiene pada peserta
Sebagai kriteria inklusi adalah bersedia program pendidikan profesi dokterdiperlihatkan
menjadi responden dan merupakan peserta pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tampak bahwarata-
program pendidikan profesi dokter UMY yang rata tingkat pengetahuan peserta program
belajar di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. pendidikan profesi dokter menyatakan kurang
Peserta program pendidikan profesi dokter yang danrata-rata tingkat kepatuhan pelaksanaan hand
cuti, tidak berada di RS PKU Muhammadiyah hygienemenyatakan kurang.

Tabel 1. Statistik Deskriptif


Variabel N Min Max Mean Keputusan
Tingkat pengetahuan (X) 31 1 2 1,06 Kurang
Kepatuhan pelaksanaan (Y) 31 1 3 1,32 Kurang

Tabel 2 merupakan tabel frekuensi jenis adalah 31 peserta, dengan jenis kelamin laki-
kelamin. Dapat diketahui bahwa total peserta laki ada 17 orang dengan prosentase 54,8% dan
program pendidikan profesi dokter di RS PKU jenis kelamin perempuan ada 14 orangdengan
Muhammadiyah Yogyakarta sebagai responden prosentase 45,2%.

8 Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014


Tabel 2.Distribusi Responden Menurut Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 17 54.8 54.8 54.8
Perempuan 14 45.2 45.2 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 3 merupakan tabel frekuensi jawaban menjawab dengan nilai akhir kurang sebanyak
untuk variabel tingkat pengetahuanhand hygiene. 29 orang dengan prosentase 93,5% dan jawaban
Diketahui dari analisis kuesioner jawaban responden dengan nilai akhir cukup sebanyak 2
peserta program pendidikan profesi dokter yang orang dengan prosentase 6,5%.

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat pengetahuan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 29 93.5 93.5 93.5
Cukup 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 4 merupakan tabel frekuensi jawaban sebanyak 26 orang prosentasenya adalah 83,9%,
untuk variabel tingkat kepatuhan pelaksanaan hand dan pada observasi tingkat kepatuhan pelaksanaan
hygiene. Dapat diketahui bahwa pada obeservasi hand hygiene di dapatkan responden dengan nilai
tingkat kepatuhan pelaksanaan hand hygiene akhir baik sebanyak 5 orang prosentasenya adalah
didapatkan responden dengan nilai akhir kurang 16,1%.

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepatuhan pelaksanaan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 26 83.9 83.9 83.9
Cukup 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0

Tabel 5 merupakan tabel korelasi. prosentasenya adalah 54,8% dan jenis kelamin
Dari output dapat disimpulkan bahwa tingkat perempuan berjumlah 14 orangprosentasenya
pengetahuan hand hygienememiliki hubungan adalah 45,2%. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
korelasi ganda yang sedang terhadap tingkat faktor beberapa di antaranya adalah pengetahuan,
kepatuhan pelaksanaanhand hygienedengan nilai kebiasaan setiap individu, dan fasilitas untuk
interpretasi hasil koesien korelasi ganda adalah melaksanakan hand hgyiene (Atti, D.C., Ciliento,
0,599. Sedang nilai signikansi sebesar 0,000, G., Pomponi, M., Raponi, M., Rinaldi, S.,
dapat disimpulkan ada hubungan yang signikan Tozzi, E.A. 2011). Fasilitas yang digunakan
antara tingkat pengetahuan hand hygiene dengan untuk melakukan hand hygiene di RS PKU
kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada peserta Muhammadiyah sudah tersedia meliputi tempat
program pendidikan profesi dokter di RS PKU mencuci tangan dan ALC yang sangat mudah
Muhammadiyah Yogyakarta. untuk diakses. Kondisi ini sangat mendukung
untuk peserta program pendidikan profesi dokter
PEMBAHASAN taat terhadap hand hygiene.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- Hal ini juga didukung oleh penelitian
rata tingkat pengetahuan responden kurang dengan observasi lainnya yang dilakukan oleh Atrika
skala 1,06 dan tingkat kepatuhan pelaksanaan (2011) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan
hand hygiene kurang dengan skala 1,32. Total hand hygiene pada residen 21,22%, perawat
responden pada penelitian berjumlah 31 peserta 31,31% dan peserta program pendidikan dokter
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang (coass) 21,69% (Atrika. 2011). Penelitian lain

Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014 9


dilakukan pada 200 orang pekerja kesehatan hand hygiene dapat menggangu hubungan baik
mengungkapkan bahwa 89% menyadari mencuci dengan pasien, memiliki anggapan resiko rendah
tangan adalah pencegahan infeksi yang penting, untuk mendapatkan infeksi dari pasien, lupa untuk
tetapi kepatuhan dalam pelaksanaan mencuci mencuci tangan, tidak ada contoh dari atasan atau
tangan di antara pekerja kesehatan berkisar 16 % seseorang yang lebih senior, meragukan hasil dari
dan 81% (Garber, S.J, Gross, M., & Slonim, D.A. pelaksanaan hand hygiene, tidak setuju dengan
2010). Suatu studi mengungkapkan pelaksanaan rekomendasi (Motacki, K., Kapoian, T., Omara,
hand hygiene meningkat setelah intensive B.H. 2010).
promosi hand hygiene, tetapi 6 bulan kemudian Hasil analisis hubungan antara kepatuhan
pelaksanaan hand hygiene menurun pada level melakukan hand hygiene dan tingkat pengetahuan
awal sebelum dilaksanakannya program tersebut. didapatkan p=0,000, berarti ada hubungan
Waktu adalah kunci yang menjadi faktor penting antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
penghambat pelaksanaan hand hygiene (Wilson, pelaksanaan hand hygiene. Sedangkan interpretasi
J. 2006). hasil koesien korelasi ganda antara Tingkat
Kondisi saat dilakukan observasi, peserta pengetahuan hand hygienedengan kepatuhan
program pendidikan profesi dokter mengabaikan pelaksanaanhand hygienememiliki hubungan
mencuci tangan mereka setelah mereka kontak sedang dengan nilai korelasi ganda 0,599.
dengan pasien resiko rendah seperti melakukan Hasil observasi di ruangan didapatkan
pemeriksaan tekanan darah dan membantu kepatuhan responden dalam melakukan 6 tahap
pemeriksaan berat badan. Selain itu peserta pelaksanaan hand hygiene sudah baik, tetapi untuk
program pendidikan dokter juga mengabaikan pelaksanaan hand hygiene pada 3 waktu yang
mencuci tangan setelah memegang peralatan yang harus dilaksanakannya hand hygiene mengacu
berkaitan dengan lingkungan disekitar pasien pada WHO seperti sebelum kontak dengan pasien,
salah satunya adalah catatan medis pasien. Tidak setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak
berkontak dengan pasien bukan berarti hand dengan lingkungan masih didapatkan kelalaian.
hygiene tidak perlu dilakukan. Tangan dapat Sedangkan untuk tindakan sebelum kontak asepsis
terkontaminasi karena sejumlah benda dalam dan kontak cairan tubuh tidak dapat dinilai, karena
beberapa kasus, dan membahayakan pasien pada saat observasi dilakukan peneliti tidak
maupun tenaga kesehatan. Benda yang dimaksud melihat pelaksanaan kondisi tersebut. Pada saat
seperti pakaian pasien, handuk pasien, tempat tidur observasi ditemukan, 14 peserta melaksanakan
pasien, dan catatan klinis (Porche, A.R. 2008). hand hygiene sebelum kontak dengan pasien,
Hasil analisis terhadap pengetahuan 17 peserta melaksanakan hand hygiene setelah
responden tentang hand hygiene melalui kontak pasien, dan 21 peserta melaksanakan hand
kuesioner didapatkan bahwa sebanyak 29 orang hygiene setelah kontak dengan lingkungan. Pada
dengan prosentase 93,5% pengetahuannya masih saat dilakukannya observasi seluruh responden
kurang dan jawaban cukup sebanyak 2 orang melakukan prosedure alternative cuci tangan
dengan prosentase 6,5%. Dari analisa hasil dengan alkohol based hand rub dan dari hasil
jawaban peserta program pendidikan profesi observasi penelitian ditemukan bahwa waktu
dokter masih banyak yang kategori tingkat yang digunakan oleh peserta program pendidikan
pengetahuannya kurang. Melihat dari beberapa profesi dokter dalam melakukan hand hgyiene
jawaban pertanyaan di kuesioner kemungkinan berupa prosedure alternative cuci tangan belum
peserta program pendidikan profesi dokter masih sesuai dengan waktu yang direkomendasikan yaitu
kurang mendapatkan informasi tentang hand berkisar 20-30 detik. Namun dalam penelitian
hygiene seperti dari buku, artikel atau jurnal. Hasil ini peneliti tidak menunjukkan waktu yang di
observasi juga terlihat hal ini dipengaruhi oleh gunakan oleh masing-masing peserta program
kesibukkan peserta program pendidikan profesi pendidikan dokter. Sedangkan dalam pelaksanaan
dokter. Faktor yang mengakibatkan ketidakpatuhan 6 langkah hand hygiene, dari 31 responden ada
dalam melaksanakan hand hygiene adalah 1 responden yang tidak melaksanakan 6 langkah
aktivitas yang terlalu sibuk, pasien yang banyak, hand hygiene sesuai dengan rekomendasi dari
mementingkan pasien terlebih dahulu, panduan WHO. Faktor kurangnya pengetahuan juga ikut
dan pengetahuan hand hygiene tidak memadai, mempengaruhi ketaatan petugas dalam melakukan

10 Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014


hand hygiene. Selain itu faktor banyaknya pasien mempelajari secara tepat prosedur pelaksanaan
dalam waktu yang bersamaan dan aktivitas yang hand hygiene dan pada saat kapan hand hygiene
banyak merupakan faktor yang mempengaruhi dilakukan. Program edukasi perlu dilakukan untuk
masih rendahnya tingkat kepatuhan pelaksanaan memberikan penjelasan pentingnya pelaksanaan
hand hygiene. Hal ini sangat penting bahwa hand hygiene dan memberikan panduan yang jelas
seluruh petugas pelayanan kesehatan harus pada situasi apa hand hygiene harus dilakukan.
mempelajari secara tepat prosedur pelaksanaan Dalam penyempurnaan pelaksanaan hand hygiene
hand hygiene dan pada saat kapan hand hygiene pendekatan multimodal harus dilakukan untuk
dilakukan. Program edukasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan yaitu kebiasaan dari
memberikan penjelasan pentingnya pelaksanaan setiap individu, suasana dari institusi, kendala yang
hand hygiene dan memberikan panduan yang jelas terdapat dilingkungan, penggunaan poster untuk
pada situasi apa hand hygiene harus dilakukan mempromosikan hand hygiene, dan manejemen
(Wilson, J. 2006). Namun, untuk meningkatkan pendukung yang kuat untuk program rumah sakit
kepatuhan pelaksanaan hand hygiene ada 3 (Wilson, J. 2006).
hal yang perlu di ketahui sepenuhnya yaitu
pengetahuan, kebiasaan setiap individu, dan KESIMPULAN
fasilitas untuk melaksanakan hand hgyiene. 1. Tingkat pengetahuan hand hygiene memiliki
Dari beberapa hal yang harus diketahui oleh hubungan yang sedang terhadap kepatuhan
peserta program pendidikan profesi dokter, maka pelaksanaanhand hygiene(nilai korelasi
jika dihubungkan dengan kondisi lingkungan dan 0,599). Sedang nilai signikansi sebesar 0,000,
fasilitas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta karena kurang dari 0,05 maka disimpulkan
pada saat observasi dilakukan peneliti melihat ada hubungan yang signikan antara tingkat
pelaksanaan hand washing yang dilakukan oleh pengetahuan hand hygiene dengan kepatuhan
perawat sebagai contoh dari pelaksanaan hand pelaksanaan hand hygiene.
hygiene di lingkungan rumah sakit. Sedangkan 2. Rata-rata tingkat pengetahuan hand hygiene
pada saat observasi di poliklinik dapat ditemukan peserta program pendidikan profesi dokter
fasilitas untuk melaksanakan hand hygiene yaitu yang berjumlah 31 peserta adalah 1,06.
alkohol based hand rub yang berada di depan Rentang skala untuk penilaian hasil responden
ruang poli tersebut dan juga terdapat ruangan 1,06 adalah kurang.
yang memiliki fasilitas wastafel. Sedangkan 3. Rata-rata tingkat kepatuhan pelaksanaan hand
pada saat observasi di bangsal yaitu bangsal ibnu hygiene peserta program pendidikan profesi
sina dan marwah dapat di temukan fasilitas hand dokter yang berjumlah 31 peserta adalah 1,32.
hygiene yaitu wastafel untuk pelaksanaan hand Rentang skala untuk penilaian hasil responden
washing dan juga dapat ditemukan alkohol based 1,32 adalah kurang.
hand rub yang berada di depan bangsal. Secara SARAN
umum di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1. Sebaiknya untuk meningkatan pengetahuan
dapat di temukan dengan mudah fasilitas hand peserta program pendidikan profesi dokter
hygiene khususnya untuk pelaksanaan alkohol sebelum praktek di rumah sakit yang
based hand rub. Di RS PKU Muhammadiyah berhubungan dengan hand hygiene, peserta
Yogyakarta juga dapat ditemukan spanduk hand dapat diberikan kuliah khusus untuk membahas
hygiene dan prosedure pelaksanaan hand hygiene pentingnya pelaksanaan hand hygiene. Kuliah
yang terdapat didekat wastafel. Hal ini penting tambahan tersebut untuk memberikan informasi
untuk mendukung kepatuhan pelaksanaan hand manfaat dan dampak dari pelaksanaan hand
hygiene di lingkungan rumah sakit. Motivasi hygiene yang penting untuk peserta dan juga
untuk patuh dalam melaksanakan hand hygiene lingkungan rumah sakit.
ketika berada dalam ruangan atau aktivitas masih 2. Di rumah sakit dalam upaya untuk meningkatkan
kurang terutama untuk tindakan yang beresiko kepatuhan pelaksanaan hand hygiene
rendah, meskipun untuk sarana palaksanaan khususnya bagi peserta program pendidikan
hand hygiene sudah tersedia di ruangan yang profesi dokter sebaiknya dapat diberikan
sama dan mudah di akses. Hal ini sangat penting promosi yang berlangsung secara berkala.
bahwa seluruh petugas pelayanan kesehatan harus

Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014 11


Promosi ini bertujuan untuk menunjukkan Atti, D.C., Ciliento, G., Pomponi, M., Raponi, M.,
cara pelaksanaan hand hygiene yang tepat dan Rinaldi, S., Tozzi, E.A. 2011. Healthcare
lebih memotivasi peserta melaksanakan hand Workers and Parents Perceptions of
hygiene. Sehingga dengan kegiatan promosi Measures for Improving Adherence to
Hand-Hygiene. BMC Public Health, 11:466,
yang berulang akan membuat peserta program
1471-2458
pendidikan profesi dokter terbiasa melakukan
Firmansyah, T.A. 2007. Pemeriksaan Bakteri Total
hand hygiene.
Udara Dan Kuman Staphyilococcus Aureus
3. Setelah mendapatkan kuliah tambahan dan
Dalam Ruang Operasi Di Rumah Sakit
promosi, sebaiknya dilaksanakan evaluasi Umum Daerah Kota Semarang. Karya Tulis
berkala. Tujuan dari evaluasi berkala untuk Imiah strata satu, Universitas Diponogoro
melakukan penilaian apakah terdapat Garber, S.J, Gross, M., & Slonim, D.A. 2010. Avoiding
peningkatan pengetahuan dan kepatuhan Common Nursing Errors. USA: Lippincott
terhadap pelaksanaan hand hygiene pada Williams & Wilkins. pp. 247
peserta program pendidikan dokter. Madrazo M. 2009. Effectiveness of a training
4. Penelitian yang akan dilakukan selanjutnya programme to improve hand hygiene
sebaiknya dapat melakukan penelitian compliance in primary healthcare. BMC
berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat Public Health., 9:469, 1471-2458
meningkatkan kepatuhan pelaksanaan hand Marwoto A., Kusnanto H., Handono D. 2007. Analisis
hygiene pada peserta program pendidikan Kinerja Perawat Dalam Pengendalian
profesi dokter. Infeksi Nosokomial Di IRNA I RSUP DR.
Sardjito. KMPK Universitas Gadjah Mada
DAFTAR PUSTAKA Motacki, K., Kapoian, T., Omara, B.H. 2010. An
Arana, Tim PPI. 2012. Pencegahan Dan Pengendalian Ilustrated Guide To Infection Control. New
Infeksi. (online), (http://www.rspkujogja. York: Springer Publishing Company
com/, diakses 4 April 2013).
Porche, A.R. 2008. Hand Hygiene: Toolkit For
Arisandy. 2013. Hubungan lamanya kateter terpasang Implementing The Nation Patient Safety
dengan kejadian infeksi saluran kemih pada Goal. USA: The Joint Commission on
pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Accreditation of Healthcare Organizations
Daerah Ulin Banjarmasin Tahun. (online) Supeni, Meila. 2010. Hubungan Antara Perilaku Cuci
Karya Tulis Imiah strata satu. Tangan Perawat Dengan Pertumbuhan
Atrika. 2011. Perbedaan Angka Kepatuhan Cuci Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial.
Tangan Petugas Kesehatan di RSUP DR. Karya Tulis Imiah strata satu, Universitas
KARIADI Studi di Bangsal Bedah, Anak, Muhammadiyah Yogyakarta.
Interna, dan ICU.Karya Tulis Imiah strata
Wilson, J. 2006. Infection Control In Clinical Practice.
satu, Universitas Diponogoro
Elsevier Health Sciences

12 Biomedika, Volume 6 Nomor 1, Februari 2014

You might also like