You are on page 1of 6

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK

HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN PAJAK DAERAH


(Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang)
Sofia Dwi Yuliani
Kadarisman Hidayat
Topowijono
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
sofiadwiyuliani@yahoo.co.id

ABSTRACT

Malang city with all these consider Malang city as a city of travel, city of student, and city of industry which
written on Tri Bina Cita Kota Malang. The position of Malang city can be seen from the amount of travel
destination, education institution, and many kinds of industry which located in Malang city. This condition
pulls the citizen outside Malang who come to Malang for living a while or stay in Malang. This things
causes to the increase of hotel and restaurant services usage which increase the local tax income especially
hotel and restaurant tax.This research include to kind of descriptive research with quantitative approach.
This research located on Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. The purpose of this research is to
describe the rate of growth and contribution of hotel and restaurant tax revenue and the efforts which done
to increase the hotel and restaurant tax revenue. The result of this research shows that the average of
growth rate of hotel and restaurant tax revenue in 2009-2013 reaches 25,73%, the growth rate of local tax
income in 2009-2013 reaches 50,27%, and the average of contribution of hotel and restaurant tax revenue
toward local tax income in 2009-2013 reaches 21,22% with sufficient criteria. The efforts which done by
Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang to increase the hotel and restaurant tax revenue through
intensification and extensification and also applying online tax program.
Keywords : Hotel Tax, Restaurant Tax, Local Tax, Rate of Growth, Contribution.

PENDAHULUAN Otonomi daerah diharapkan mampu menjadi


Indonesia adalah negara berkembang yang jawaban untuk menyelesaikan permasalahan
memiliki keanekaragaman agama, bahasa, seni pembangunan yang tidak merata, atau setidaknya
budaya, suku bangsa, dan sumber daya alam yang dapat meminimalisir tingkat ketimpangan yang
melimpah. Keunggulan-keunggulan tersebut terjadi. Otonomi daerah adalah kewenangan setiap
merupakan modal dasar bagi Indonesia dalam daerah otonom untuk mengatur kepentingan
melaksanakan pembangunan di berbagai bidang daerahnya secara mandiri, sedangkan yang dimaksud
kehidupan. Melihat perkembangannya saat ini, dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
pembangunan yang dilaksanakan belum berjalan di dalam suatu wilayah yang berwenang mengatur
secara optimal. Pembangunan antar daerah masih kepentingan masyarakat setempat secara mandiri
belum merata. Hal ini terjadi akibat banyak hal, tanpa bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
salah satunya dikarenakan tingkat ketergantungan Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan
pemerintah daerah kepada bantuan finansial dari otonomi daerah adalah meningkatkan perkembangan
pemerintah pusat masih tinggi, melampaui daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan mutu
pendapatan asli daerahnya. Inilah yang dinamakan pelayanan kepada masyarakat, menciptakan
dengan ketimpangan fiskal vertikal tinggi menurut kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing
Shah (1994: 53) dalam Hamid (2005:2). daerah dalam proses pertumbuhan.
Ketimpangan tersebut harus segera diatasi agar tidak Pemerintah daerah dalam rangka merealisasikan
terjadi kesenjangan dan permasalahan sosial yang pelaksanaan otonomi daerah memerlukan dana yang
lebih mengkhawatirkan. tidak sedikit. Dana tersebut bersumber dari

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
pendapatan daerah antara lain pendapatan asli Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan
daerah, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain. mengukur laju pertumbuhan dan kontribusi pajak
Berdasarkan hal tersebut, setiap daerah dituntut hotel dan pajak restoran terhadap pajak daerah.
untuk mengembangkan sumber ekonomi yang ada di Peneliti juga ingin mengetahui upaya-upaya yang
daerah dengan tujuan agar pendapatan daerah dapat dilakukan Dispenda untuk meningkatkan
menutup seluruh biaya yang diperlukan untuk penerimaan pajak hotel dan pajak restoran.
pengeluaran rumah tangga daerah. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan,
Malang merupakan salah satu kota yang diberi maka peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut
hak otonomi daerah untuk mengatur rumah dalam jurnal ilmiah yang berjudul Analisis Laju
tangganya sendiri guna melaksanakan pembangunan. Pertumbuhan dan Kontribusi Penerimaan Pajak
Pemerintah dan warga Kota Malang diharapkan Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan
mampu mengelola dan memaksimalkan potensi Pajak Daerah.
sumber ekonomi yang ada untuk kelangsungan dan
kemajuan Kota Malang. Apabila potensi sumber TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi di Kota Malang dikembangkan dan Pajak Daerah
ditingkatkan, maka dapat meningkatkan citra daerah Pajak daerah di Indonesia diatur dalam UU
dan mampu memaksimalkan pendapatan daerah. Nomor 28 Tahun 2009. Menurut Siahaan (2013 : 70)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
Kota Malang adalah dengan memaksimalkan yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
Pajak daerah adalah iuran yang wajib dibayar ke dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
kas daerah oleh setiap wajib pajak daerah tanpa dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-
mendapat imbalan secara individual dari pemerintah besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah ada dua
daerah. Upaya pemerintah Kota Malang dalam jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
memaksimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor,
didukung oleh keunggulan yang dimiliki Kota bahan bakar kendaraan bermotor, rokok, air
Malang. Malang merupakan kota wisata, dan yang permukaan, dan bea balik nama kendaraan bermotor,
menjadi unggulan Kota Malang adalah wisata alam, sedangkan pajak kabupaten/kota terdiri dari pajak
wisata sejarah dan wisata kuliner. Wisatawan hotel, restoran, reklame, hiburan, mineral bukan
domestik maupun wisatawan mancanegara banyak logam dan batuan, penerangan jalan, parkir, air
yang melakukan kunjungan wisata ke Malang. tanah, sarang burung walet, bumi dan bangunan
Malang juga merupakan salah satu kota pelajar yang perdesaan perkotaan, dan bea perolehan hak atas
ada di Indonesia. Keadaan ini dilihat dari banyaknya tanah dan bangunan.
sekolah, pondok pesantren, dan universitas baik Pajak Hotel
swasta maupun negeri di Malang sehingga terdapat Pajak hotel di kota Malang diatur dalam Perda
ratusan ribu pelajar dan mahasiswa yang berasal dari Nomor 16 Tahun 2010 Bab III. Pajak hotel adalah
dalam dan dari luar Malang yang tinggal di Malang pajak atas jasa penginapan dan fasilitas lain yang
untuk melaksanakan pendidikannya. disediakan hotel. Pajak hotel dikenakan tarif 10%
Semakin berkembangnya Kota Malang sebagai untuk setiap pembayaran yang dilakukan oleh tamu
salah satu kota wisata dan kota pelajar membuat hotel, kecuali untuk rumah kos dikenakan tarif 5%.
daya tarik Kota Malang semakin terlihat jelas. Pajak Restoran
Penggunaan jasa perhotelan dan jasa restoran akan Pajak restoran di kota Malang diatur dalam Perda
semakin meningkat yang berdampak pada Nomor 16 Tahun 2010 Bab IV. Pajak restoran
peningkatan pajak daerah khususnya dari pajak hotel adalah pajak atas penjualan makanan/minuman dan
dan pajak restoran. Berdasarkan hal tersebut, peneliti jasa lain yang disediakan restoran, kecuali restoran
melakukan penelitian terkait dengan pajak hotel dan dengan omzet dibawah 5 juta rupiah per bulan.
pajak restoran. Penelitian dilakukan di Dinas Dikenakan tarif 5% untuk restoran yang beromzet 5-
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Malang. 15 juta rupiah per bulan dan 10% untuk restoran
Tempat ini dipilih karena Dispenda merupakan beromzet diatas 15 juta rupiah per bulan.
instansi yang mengelola langsung penerimaan pajak
daerah khususnya pajak hotel dan pajak restoran. METODOLOGI

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 5 40,10%-50% Baik
deskriptif-kuantitatif. Menurut Azwar (2012 : 6), 6 >50% Sangat Baik
penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang Sumber : Leksmana, 2013.
melakukan analisis hanya sampai pada taraf
deskripsi, yakni melakukan analisis dan menyajikan HASIL DAN PEMBAHASAN
fakta secara sistematis sehingga lebih mudah Laju Pertumbuhan
dipahami dan ditarik kesimpulan. Data yang 1. Jumlah Hotel dan Restoran
digunakan adalah data sekunder dengan jenis data Jumlah hotel dan restoran yang tercatat pada
berkala yang bersumber dari laporan realisasi Dispenda didasarkan pada jumlah wajib pajak hotel
pendapatan daerah kota Malang tahun 2009-2013. dan restoran yang menyetor dan melaporkan pajak.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Berdasarkan hal tersebut, data jumlah hotel dan
analisis laju pertumbuhan dan kontribusi. restoran setiap tahunnya tidak sama, dapat
Perhitungan laju pertumbuhan dan kontribusi meningkat atau menurun seiring dengan peningkatan
menggunakan rumus berikut (Halim, 2004 : 163). atau penurunan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
menyetor dan melaporkan pajak. Jumlah hotel yang
HR n HR (n1) ada di Malang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
GHR = x 100% Tabel 2. Jumlah Hotel di Kota Malang Tahun
HR (n1)
2009-2013

LTn LT(n1)
GLT = x 100%
LT(n1)

Keterangan :
GHR : Pertumbuhan pajak hotel restoran per tahun.
HRn : Penerimaan pajak hotel restoran tahun
tertentu. Sumber : Data Diolah
HR(n-1) : Penerimaan pajak hotel restoran tahun Jumlah hotel yang tercatat meliputi hotel bintang
sebelumnya. dan non bintang. Hotel bintang terdiri atas hotel
GLT : Pertumbuhan pajak daerah per tahun. bintang 2, bintang 3, dan bintang 4. Hotel non
LTn : Pendapatan pajak daerah tahun tertentu. bintang terdiri atas motel, losmen, rumah
LT(n-1) : Pendapatan pajak daerah tahun sebelumnya. penginapan, hotel melati, pesanggrahan, wisma
pariwisata, dan rumah kos. Jumlah hotel paling
HR
C= x 100% banyak ada pada tahun 2013 yaitu 111 hotel dengan
LT komposisi 23 hotel bintang dan 88 hotel non bintang,
sedangkan jumlah hotel paling sedikit ada pada
Keterangan : tahun 2009 yaitu 33 hotel dengan komposisi 10 hotel
C : Kontribusi pajak hotel restoran terhadap bintang dan 23 hotel non bintang. Rata-rata
pajak daerah. persentase pertumbuhan jumlah hotel di Malang
HR : Penerimaan pajak hotel restoran. tahun 2009-2013 mencapai 58,53%.
LT : Pendapatan pajak daerah. Tabel 3. Jumlah Restoran di Kota Malang Tahun
Kriteria nilai kontribusi dapat dilihat pada tabel 1 2009-2013
dibawah ini.
Tabel 1. Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Hotel
dan Pajak Restoran
No Persentase Kontribusi Kriteria
1 0-10% Sangat Kurang
2 10,10%-20% Kurang
3 20,10%-30% Cukup
4 30,10%-40% Sedang

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Berdasarkan tabel 5 diketahui rata-rata persentase
pertumbuhan pajak daerah di Malang tahun 2009-
Sumber : Data Diolah 2013 sebesar 50,27%. Perbandingan pajak hotel dan
Jumlah restoran yang tercatat diklasifikasikan ke restoran dengan pajak daerah dapat dilihat pada
dalam tiga jenis yaitu restoran, rumah makan, dan gambar 1.
cafe. Berdasarkan tabel 3 diketahui jumlah restoran
paling banyak ada pada tahun 2011 yaitu 567
restoran dengan komposisi 141 restoran, 343 rumah
makan, dan 83 cafe, sedangkan jumlah restoran
paling sedikit ada pada tahun 2009 dengan
komposisi 111 restoran, 235 rumah makan, dan 42
cafe. Rata-rata persentase pertumbuhan jumlah
restoran di Malang tahun 2009-2013 mencapai
9,55%.
2. Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran
Perhitungan laju pertumbuhan penerimaan pajak
hotel dan pajak restoran bertujuan untuk mengetahui
perkembangan pajak hotel dan pajak restoran dari
tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penerimaan pajak
hotel dan restoran dapat dilihat pada tabel 4 di Gambar 1. Laju Pertumbuhan Pajak Hotel dan
bawah ini. Restoran Terhadap Pajak Daerah Kota Malang
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Pajak Hotel dan Tahun 2009-2013
Restoran Kota Malang Tahun 2009-2013 Sumber : Data Diolah
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa
peningkatan maupun penurunan penerimaan pajak
hotel dan restoran tidak selalu diikuti dengan
peningkatan maupun penurunan pendapatan pajak
daerah secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan
proporsi penerimaan pajak hotel dan restoran
terhadap pendapatan pajak daerah tidak terlalu besar
jika dibandingkan dengan komponen pajak daerah
lainnya (pajak hiburan, reklame, penerangan jalan,
parkir, air tanah, BPHTB, dan PBB Perkotaan)
Sumber : Data Diolah sehingga pergerakan yang terjadi pada penerimaan
Berdasarkan tabel 4 diketahui rata-rata persentase pajak hotel dan restoran tidak memberikan pengaruh
pertumbuhan pajak hotel dan restoran di Malang yang signifikan terhadap pendapatan pajak daerah.
tahun 2009-2013 sebesar 25,73%. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
3. Pendapatan Pajak Daerah kenaikan atau penuruan penerimaan pajak hotel dan
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Pendapatan Pajak restoran terhadap pendapatan pajak daerah di Kota
Daerah Kota Malang Tahun 2009-2013 Malang. Faktor-faktor tersebut antara lain
ditetapkannya suatu kebijakan mengenai
penambahan objek pemungutan pajak daerah,
adanya usaha-usaha penghindaran pajak baik secara
aktif maupun pasif yang dilakukan oleh wajib pajak,
banyaknya objek pajak yang tidak dilaporkan oleh
wajib pajak maupun objek pajak yang terlepas dari
pengawasan pihak fiskus karena proporsi antara
jumlah wajib pajak dan jumlah fiskus yang tidak
seimbang sehingga menyebabkan potential loss,
adanya hotel dan restoran yang tutup usaha karena
Sumber : Data Diolah sepi pengunjung sehingga mempengaruhi

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
penerimaan pajak hotel maupun restoran, letak bulan Oktober 2013 dan Malang merupakan kota
kantor Dispenda yang jauh dari pusat kota sehingga pertama di Jawa Timur yang menerapkan program
menghambat wajib pajak dalam memenuhi ini. Tidak semua hotel dan restoran dapat
kewajiban perpajakannya, dan faktor lainnya. menggunakan program electronic tax, hanya hotel
Kontribusi dan restoran yang kegiatan operasionalnya sudah ter-
Perhitungan kontribusi bertujuan untuk computerize dan memiliki rekening BRI yang bisa
mengetahui besarnya sumbangan yang diberikan menggunakannya. Program electronic tax bekerja
oleh penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap secara online, dimana pencatatan transaksi dan
pendapatan total pajak daerah. pembayaran pajak dilakukan secara online. Data
Tabel 6. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran transaksi direkam melalui perangkat BRI dengan
Terhadap Pajak Daerah Kota Malang sistem Store and Forward. Keuntungan yang didapat
Tahun 2009-2013 dari program ini antara lain memudahkan wajib
pajak karena wajib pajak tidak perlu menghitung
besaran pajak melainkan akan terhitung secara
otomatis sehingga meminimalisir tingkat kebocoran
pajak, selain itu dapat mengurangi tindak korupsi
karena wajib pajak tidak bertemu dengan pihak
fiskus sehingga tidak terjadi suatu kesepakatan untuk
melakukan kecurangan diantara kedua belah pihak.
Lebih jelasnya tentang alur penerimaan pajak hotel
dan restoran melalui program electronic tax dapat
dilihat pada gambar 2.

Sumber : Data Diolah


Berdasarkan tabel 6 diketahui rata-rata kontribusi
pajak hotel dan restoran terhadap pajak daerah
sebesar 21,22% yang termasuk ke dalam kriteria
cukup. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan
pajak daerah sebesar 21,22% berasal dari pajak hotel
dan restoran, sisanya berasal dari pajak hiburan,
reklame, air tanah, parkir, penerangan jalan,
BPHTB, dan PBB Perkotaan.
Upaya Peningkatan Pajak Hotel dan Restoran
Dispenda melakukan beberapa upaya untuk
meningkatkan penerimaan pajak hotel dan restoran
yaitu melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya
ekstensifikasi dilakukan dengan cara mendata
potensi baru dan sosialisasi ke masyarakat Gambar 2. Alur Penerimaan Pajak Hotel dan
khususnya wajib pajak hotel dan restoran melalui Restoran Melalui Program Electronic Tax
media massa seperti koran, pemasangan iklan pada Sumber : Dispenda Kota Malang
videotron, dan pemilihan putra-putri gatra pajak, Keterangan :
sedangkan intensifikasi dilakukan melalui pendataan 1) Data transaksi pada tempat usaha wajib pajak
potensi harian usaha wajib pajak hotel dan restoran direkam dan dikirim ke server BRI.
yaitu pemantauan mulai buka sampai tutup usaha 2) Server BRI akan memproses data transaksi dan
seharian, perhitungan potensi ulang, pemeriksaan nominalnya untuk menghitung besaran pajak
pajak dan khusus untuk mekanisme pelaporan dan yang terutang, kemudian menyambungkannya ke
pembayaran pajak, diterapkan program electronic Dewan Pimpinan Pusat Pemkot Malang (host to
tax. host).
Program electronic tax diterapkan oleh Pemkot 3) Dewan Pimpinan Pusat Pemkot Malang dapat
Malang dengan menggandeng BRI sebagai mitra mengakses dan melakukan monitoring terhadap
kerjasama. Program electronic tax diluncurkan pada transaksi usaha dan rekening wajib pajak hotel

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
restoran yang terjadi setiap saat melalui CMS Hamid, Edy Suandi. 2005. Ekonomi Indonesia.
BRI (Cash Management System). Yogyakarta : UII Press.
4) BRI akan melakukan pendebitan rekening milik
wajib pajak atas kuasa wajib pajak (autodebit) Leksmana, Adria Vinnetta. 2013. Kontibusi Pajak
setiap tanggal 1-15 untuk tagihan pajak bulan Hotel dan Pajak Restoran Terhadap
sebelumnya, kemudian surat setoran pajak akan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.
ter-create secara otomatis setelah proses
Siahaan, Marihot Pahala. 2013. Pajak Daerah &
autodebit selesai dilakukan.
Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo
5) Surat pemberitahuan pajak daerah dilaporkan
Persada.
oleh wajib pajak hotel restoran secara paperless
melalui CMS BRI setiap tanggal 16-20.
CMS adalah aplikasi perbankan yang
memungkin wajib pajak melakukan aktivitas
pembayaran pajak atau aktivitas lain yang
berhubungan dengan bank seperti transfer atau
aktivitas internet banking.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Rata-rata pertumbuhan jumlah hotel, jumlah
restoran, penerimaan pajak hotel restoran, dan
pendapatan pajak daerah kota Malang tahun 2009-
2013 berturut-turut 58,53%, 9,55%, 25,73%, dan
50,27% dengan nilai kontribusi pajak hotel restoran
terhadap pajak daerah sebesar 21,22%. Upaya yang
dilakukan Dispenda dalam meningkatkan pajak hotel
restoran dilakukan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi.
Saran
Bagi Dispenda lebih menggalakkan kegiatan
sosialisasi maupun edukasi kepada masyarakat luas
khususnya para wajib pajak mengenai pentingnya
pajak agar kesadaran membayar pajak semakin
meningkat, selain itu Dispenda diharapkan dapat
meningkatkan sumber daya manusia aparatur
melalui kegiatan diklat maupun studi banding
dengan instansi luar daerah kota Malang.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah.
Anonim. 2010. Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pajak
Daerah Kota Malang.
Azwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah
Edisi Revisi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Bunga Rampai.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 1 No. 1 2015| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

You might also like