You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No.

1, April 2014

POTENSI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER INFUSUM DAUN DURIAN (Durio zibethinus)


TERHADAP KELULUSHIDUPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA TRANSPORTASI
IKAN HIDUP SISTEM KERING

THE SECONDARY METABOLITES POTENTIAL OF INFUSUM DURIANS (Durio zibethinus)


LEAVES EFFECT TO SURVIVAL RATE OF NILA (Oreochromis niloticus) ON THE LIVEFISH
DRY TRANSPORT SYSTEM

Muhammad Sholihul Abid, Endang Dewi Masithah dan Prayogo

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Nila (Oreochromis niloticus) is one of the leading commodity and each year will always be
increased in both local and export markets. Its in line and will continue to grow due to the tendency of
shifting market demand for commodities is of the dead form of fish (frozen) or other processed into a
form of life, especially for the needs of breeders on commodity stocks. One of the latest post-harvest
technologies that can be applied in the handling of live fish is a fish transport system in the dry media
without use of water as a medium of transport with the use of anesthesia using plants that naturally
contain active compounds that have the potential as a anesthesia drugs.
This study aimed to determine the length of time different fish living on the transportation system
with particular concentration infusum dried leaves of durian (Durio zibethinus) effect on the survival rate
of nila (O. niloticus). Methods of this study is an experiment with three replications with different
concentration intervals. It consisted of a preliminary study to determine the potential infusum durian
leaves as anesthesia and primary research material as a form of media applications on the system dry.
This study was conducted at the Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine Airlangga University.
The results showed that the effective concentration of durian leaves infusum used to transport
test was 4100 ppm with an average induction time is 40 minutes and recovery time is 48 minutes. Durian
leaves infusum use in nila with 4100 ppm concentration able to achieve the level of survival and long
transportation times in a row 100%, 0 h, 88.89%; 2 h, 22.22%; 4 h, 0%; 6 h, and 0%, 8 h on media
packaging live fish without water.

Keywords : Nila, Leaves Durian Infusum, Survival rate

Pendahuluan ekonomis pada hasil produksi budidaya ikan


Ikan nila merupakan salah satu (Dobsikova,2009).
komoditas unggulan dan tiap tahunnya akan Salah satu teknologi transportasi ikan hidup
selalu meningkat baik pada pasar lokal maupun adalah sistem kering yakni tanpa menggunakan
ekspor (Kementrian Kelautan dan Perikanan media air sebagai media pengangkutan. Pada
(KKP), 2012). Peningkatan ini sejalan dan akan sistem ini, ikan dibuat dalam kondisi pingsan
terus bertambah akibat terjadinya (anestesi) sehingga mampu mencapai tingkat
kecenderungan pergeseran permintaan pasar kelulushidupan yang tinggi diluar media air.
untuk komoditas perikanan yaitu dari bentuk Anestesi ikan sendiri merupakan suatu tindakan
mati (beku) atau olahan lain ke bentuk hidup yang membuat kondisi dimana tubuh ikan
terutama untuk kebutuhan stok indukan pada kehilangan kemampuan untuk merasa karena
komoditas unggulan (Dobsikova,2009). aktifitas respirasi dan metabolisme rendah,
Penanganan dalam sistem transportasi sehingga ikan akan mengalami perubahan
diperlukan untuk menjaga tingkat secara fisiologis dari keadaan sadar menjadi
kelulushidupan ikan tetap tinggi sampai tempat pingsan (Sufianto, 2008).
tujuan. Stres dan aktivitas fisik selama proses Penggunaan bahan anestesi berupa zat anestesi
transportasi ikan dapat menyebabkan hilangnya yang diberikan pada biotaumumnya bekerja
kualitas produk, seperti mengurangi kesegaran melalui impuls syaraf dengan menghambat
ikan, pelunakan tekstur otot dan menurunkan pengiriman ion natrium melalui gerbang ion
kualitas hasil fillet. Akibat yang dapat natrium selektif pada membran syaraf sehingga
ditimbulkan dari stres akan berdampak menurunkan tingkat metabolisme (Stoskopf,

93
Potensi Senyawa Metabolit Sekunder......

1993). Bahan anestesi alami umumnya dengan konsentrasi optimal pada aplikasi
merupakan bahan kimia organik hasil metabolit transportasi sistem kering.
sekunder yang terkandung dalam kebanyakan Uji Nilai Kisaran Konsentrasi Ambang dan
tanaman tingkat tinggi yang digunakan antara Perlakuan
lain senyawa metabolit sekunder seperti saponin Tahap ini dilakukan untuk memperoleh
dan rotenone (Kritzon, 2003).De Padua dkk. konsentrasi ambang atas dan ambang bawah
(1978) dalam Brown (1997) dari hasil bahan anestetik infusum daun durian.
penelitiannya pada Durio zibethinus Konsentrasi ambang adalah konsentrasi yang
menyebutkan adanya kandungan tanin, saponin, menyebabkan 95% populasi hewan uji hidup
lemak, kalsium oksalat, dan asam format dalam dalam waktu 48 jam (ambang bawah) dan
daun dan batang durian kandungan saponin konsentrasi yang menyebabkan hewan uji mati
terdeteksi melimpah pada daun durian yang dalam waktu 24 jam (ambang atas). Pada
berpotensi sebagai bahan anestesi. penentuan konsentrasi ambang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk derajat konsentrasi infusum daun durian (bahan
mengetahui lama waktu yang berbeda pada uji) yaitu 500 ppm, 1000 ppm, 2500 ppm,5000
transportasi ikan hidup sistem kering dengan ppm, 7500 ppm, 10000 ppm dan 0 ppmsebagai
konsentrasi tertentu infusum daun durian (Durio kontrol.
zibethinus) berpengaruh pada tingkat Setiap konsentrasi merupakan perlakuan yang
kelulushidupan ikan nila (Oreochromis diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan
niloticus). Selanjutnya, dari penelitian ini pada jam ke- 24 dan 48, dihitung mulai bahan
diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah uji dimasukkan dalam wadah uji, setiap wadah
terhadap mahasiswa, pembudidaya ikan percobaan dimasukkan 3 ekor ikan nila kedalam
nila(Oreochromis niloticus) dan masyarakat 10 liter. Selama percobaan ikan nila tidak diberi
pada umumnya tentang efektifitas pemberian pakan dan air media tidak diaerasi. Ikan nila
infusum daun durian (Durio zibethinus)sebagai yang mati pada setiap perlakuan dicatat dan
bahan anestesi pada simulasi transportasi ikan dikeluarkan dari wadah percobaan. Dosis
nila(Oreochromis niloticus). Selain itu, untuk perlakuan pada uji daya anestetik infusum daun
mengetahui konsentrasi pemberian infusum durian ditentukan dalam interval logaritmik
daun durian (Durio zibethinus)yang optimal yang diperoleh dengan rumus menurut
sebagai bahan anestesi ikan. APHA(2005):

Materi dan Metode Log = k( Log ) (1)


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas = = = = = (2)
Airlangga Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli-Agustus 2013. Materi penelitian Keterangan :
meliputi peralatan dan bahan penelitian. N = konsentrasi ambang atas
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini n = konsentrasi ambang bawah
antara lain thermometer, stop watch, styrofoam, k = jumlah konsentrasi yang diuji
pisau, blender (homogenizer), timbangan a = konsentrasi terkecil dalam deret yang
analitik, botol 1 liter, aquarium, aerator, kain ditentukan
kasa dan kain blacu.Bahan yang digunakan Melalui persamaan (1) dapat dihitung nilai
meliputi aqua-demineral, serbuk gergaji, es konsentrasi terkecil. Selanjutnya dapat dihitung
batu, daun durian segar yang diperoleh dari berturut-turut konsentrasi b, c, d dan e dengan
beberapa petani durian di Desa Kesiman, menggunakan persamaan (2).
Kecamatan Pandaan, dan ikan nila ukuran 200- Pengujian Daya Anestesi
300 gram/ekor yang didapat di UPT Umbulan, Penentuan daya anestesi infusum daun durian
Pasuruan. dinyatakan dengan nilai EC-100 (Effective
Materi penelitian terdiri dari penelitian Concentration), yaitu waktu yang diperlukan
pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian untuk memingsankan 100% hewan uji pada
pendahuluan meliputi pembuatan infusum, uji masing-masing konsentrasi perlakuan.
nilai kisaran,dan uji efektifitas daya Perlakuan yang diberikan ada 6 dengan 3 kali
anestesiinfusum yang dinyatakan dengan ulangan pada 3 ekor ikan nila dalam 10 liter air
Effective Concentration (EC-100) menurut untuk setiap wadah uji. Selama percobaan
metode ujibiologis American Public Health hewan uji dipuasakan dan air media tidak
Association (APHA) (2005). Selanjutnya, diaerasi. Ikan nila yang pingsan ditunjukkan
Penelitian utama adalah percobaan perlakuan dengan keadaan diam atau tenang, posisi tubuh
tetap stabil di dasar media air, operkulum dan

94
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

mulut bergerak lamban, bila disentuh tidak Penyadaran dilakukan dengan memasukkan
banyak memberikan perlawanan. Pengamatan ikan ke aquarium yang cukup aerasi, suhu
dilakukan setiap saat dan dicatat secara akuarium penyadaran disesuaikan dengan
akumulatif pada menit ke-0, 15, 30, 45 dan 60. habitat ikan nila 26o-28oC. Presentase
Setelah semua ikan nila pingsan, dipindahkan kelulushidupan dihitung dengan rumus :
ke dalam media air bersih yang beraerasi untuk
mengetahui waktu pulih sadar. % Ikan hidup =
Pengamatan Parameter Kualitas Air Media Uji x 100% (1)
Pengamatan kualitas air dilakukan sebelum
perlakuan dan setelah pemberian infusum
selama proses anestesi pada uji pendahuluan. Analisis Data
Parameter yang diukur adalah DO, pH, salinitas Parameter yang diamati pada penelitian utama
dan suhu. adalah tingkat kelulushidupan yang diamati
Penelitian Utama melalui jumlah presentase jumlah ikan yang
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui hidup ketika penyegaran dibanding jumlah ikan
ketahanan ikan nila di dalammedia bukan air setelah pembongkaran. Analisis data yang
setelah diimotilisasikan dengan infusum daun digunakan pada metode eksperimental atau
durian. Konsentrasi infusum yang digunakan percobaan pada penelitian utama dianalisa
diperoleh dari hasil pengujian pendahuluan menggunakan uji anava 1 faktor.
sebelumnya pada konsentrasi yang
menyebabkan ikan pingsan 100% dalam waktu Hasil dan Pembahasan
tertentu. Ikan nila pingsan dikemas dalam media Penentuan daya anestesi infusum daun
serbuk gergaji dingin dengan suhu awal 14oC durian menggunakan metode uji nilai kisaran
dan dilakukan pra transportasi ikan selama 0, 2, berdasarkan standard metode uji toksisitas
4, 6 dan 8 jam. APHA (2005), untuk mengetahui aktivitas
Pengemasan dilakukan sebagai berikut: bahan anestesi yang digunakan dengan
kedalam dasar kemasan kotak styrofoam memperoleh konsentrasi ambang atas dan
diletakkan hancuran es yang telah dibungkus ambang bawah. Berdasarkan Tabel 1 dapat
kantong plastik secara merata, kemudian serbuk diketahui nilai ambang atas pada konsentrasi
gergaji dingin diletakkan diatas es dengan 5000 ppm sedangkan ambang bawah pada
ketebalan 7 cm secara merata. Ikan yang telah konsentrasi 1000 ppm. Kemudian dari data
pingsan terlebih dahulu dibungkus kain blacu ambang atas dan bawah pada uji nilai kisaran
kemudian dimasukkan kedalam serbuk gergaji melalui perhitungan pada persamaan 1 dan
dengan posisi tegak, setelah itu ditambahkan persamaan 2 dengan rumus logaritmik uji
serbuk gergaji diatasnya, kotak ditutup rapat konsentrasi ambang didapat interval konsentrasi
dan direkatkan dengan lakban, suhu diamati yang digunakan untuk uji efektivitas infusum
dengan memasukkan termometer pada lubang daun durian dengan deret konsentrasi 1300
yang telah dimodifikasi pada kotak styrofoam. ppm, 1700 ppm, 2300 ppm, 3100 ppm, 4100
Kemasan dibongkar selama waktu kemas 0, 2, ppm, dan 5100 ppm.
4, 6 dan 8 jam, kemudian ikan disadarkan.

Tabel 1. Hasil uji nilai kisaran proses anestesi ikan nila


Letal 24 jam Letal 48 jam
Konsentrasi
Ulangan ke- Mort. Konsentrasi Ulangan ke - Mort.
(ppm) Jml Jml
1 2 3 (%) (ppm) 1 2 3 (%)
0 0/3 0/3 0/3 0/9 0 0 0/3 0/3 0/3 0/9 0
500 0/3 0/3 0/3 0/9 0 500 0/3 0/3 0/3 0/9 0
1000 0/3 0/3 0/3 0/9 0 1000 0/3 0/3 0/3 0/9 0
2500 0/3 3/3 3/3 6/9 66,67 2500 3/3 3/3 3/3 9/9 100
5000 3/3 3/3 3/3 9/9 100 5000 3/3 3/3 3/3 9/9 100
7500 3/3 3/3 3/3 9/9 100 7500 3/3 3/3 3/3 9/9 100
10000 3/3 3/3 3/3 9/9 100 10000 3/3 3/3 3/3 9/9 100

95
Potensi Senyawa Metabolit Sekunder......

Tabel 2. Lama waktu pingsan dan sadar ikan nila selama proses anestesi dengan konsentrasi berbeda
Pingsan (menit) Sadar (menit)
Konsentrasi (ppm)
Perlakuan Ulangan ke - Ulangan ke -
dalam 10 L air
1 2 3 1 2 3
Xcontrol 0 - - - - - -
X1 1300 - - - - - -
X2 1700 - - - - - -
X3 2300 - - - - - -
X4 3100 52 58 47 30 35 42
X5 4100 45 40 46 49 55 40
X6 5100 25 37 35 112 73 82
Keterangan : (-) waktu induksi > 60 menit atau ikan belum terindikasi pingsan.

200
waktu (menit)

150
100
50
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

konsentrasi (PPM)

lama waktu pingsan lama waktu sadar


Gambar 1. Grafik persamaan linier waktu pingsan dan sadar pada konsentrasi tertentu (Excel versi
2013). waktu pingsan waktu sadar
Linear (waktuinfusum
pingsan) Linear
daun durianyang (waktu
terserap sadar)
dalam jangka
Hasil pengamatan pada Tabel 2 untuk uji waktu tertentu.
efektivitas infusum daun durian sebagai bahan Belum adanya respon ikan selama proses
anestesi menggunakan metode Effective anestesi diduga karena terdapat kandungan
concentration (EC-100)menunjukkan bahwa senyawa aktif saponin dari hasil metabolit
penggunaan konsentrasi uji 1300 ppm, 1700 sekunder infusum daun durian belum
ppm, dan 2300 ppm masih belum terlihat mempengaruhi keseimbangan fungsi syaraf dan
adanya respon. Hal ini ditandai pada aktivitas jaringan otak ikan nila, meskipun tidak menutup
ikan nila yang tetap normal selama proses kemungkinan adanya zat aktif yang masuk
anastesi berlangsung.Pada konsentrasi yang kedalam tubuh melalui insang dan difusi
lebih tinggi yakni 3100 ppm, 4100 ppm, dan membran (Pramono, 2002). Senyawa saponin
5100 ppm terjadi perubahan tingkah laku ikan mampu mempengaruhi keseimbangan kationik
nila ditandai dengan pergerakan operkulum tertentu didalam otak dan terganggunya sistem
melambat yang diikuti lemahnya respon ikan syaraf akibat interaksinya dengan sel darah
terhadap rangsangan dari luar, dan hilangnya merah yang menyebabkan hemolisis sel
keseimbangan selama proses anestesi dilakukan. sehingga berkurangnya jumlah oksigen yang
Pada Tabel2 terlihat perbedaan waktu pingsan berperan sebagai sumber energi pada aktivitas
pada berbagai konsentrasi uji, adanya perbedaan sel (Seeman, 1967).
konsentrasi menyebabkan perbedaan jumlah Interaksi infusum daun durian pada proses
hewan uji yang pingsan dan waktu tercapainya anestesi ikan nila terlihat pada respon ikan yang
pingsan juga berbeda (Sukarsa, 2005). Hal ini menurun dan gerak operkulum yang melambat
diduga bahwa semakin tingginya konsentrasi menurunkan tingkat respirasi ikan. Penurunan
bahan uji maka semakin tinggi konsentrasi laju respirasi akan mengganggu proses
metabolisme ikan, ketika tingkat metabolisme

96
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

ikan rendah hal ini akan menyebabkan ikan Uji statistik waktu pingsan maupun
tidak mampu untuk menanggapi respon dari luar konsentrasi dengan waktu sadar dapat dilihat
akibat penurunan mekanisme kerja otak bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F
menurun akibat kekurangan oksigen dan dapat tabel pada selang kepercayaan 95% (F tabel =
melumpuhkan sistem syaraf motorik ikan (Hu, 5,59) menjelaskan terdapat perbedaan yang
2001). nyata antar tiap perlakuan pada uji EC-100.
Penentuan konsentrasi efektif yang digunakan Selanjutnya untuk analisa regresi linier didapat
pada transportasi kering menggunakan metode persamaan regresi linier untuk lama waktu
EC-100 dan analisa regresi linier untuk pingsan yakni y = 83,7-0,01x, dengan y sebagai
menggambarkan hubungan antara lama waktu lama waktu pingsan dan x sebagai konsentrasi
pingsan dengan konsentrasi.Hasil analisa yang digunakan. Sedangkan untuk lama waktu
didapatkan persamaan linier dari hasil sadar digambarkan pada persamaan linier y = -
pengamatan pada konsentrasi 3100 ppm, 4100 51,7+0,027x, dengan y sebagai lama waktu
ppm, dan 5100 ppm yang mampu pingsan dan x sebagai konsentrasi yang
memingsankan 100% populasi ikan nila. digunakan.
Persamaan regresi yang lain adalah proses Batas interpolasi antara konsentrasi 3100
sebaliknya dari ketidaksadaran akibat hingga 5100 pada Gambar 1 menunjukkan
pembiusan yakni ikan berada dalamkeadaan rentang pengambilan data variabel bebas untuk
siuman (sadar) setelah dipindahkan dari air yang prediksi, sehingga prediksi hanya boleh
mengandung bahan uji kedalam airtanpa dilakukan bila suatu nilai yang digunakan
perlakuan bahan uji yang diaerasi. sebagai input untuk variabel x berada dalam
Model analisis varian pengaruh pemberian rentang tersebut (Kurniawan, 2008).
konsentrasi infusum daun durian sebagai bahan Parameter Kualitas Air Selama Proses
anestesi menggunakan program SPSS versi 16 Anestesi
dengan analisa regresi linier, hal ini dilakukan Hasil pengamatan pada media percobaan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sebelum penambahan bahan anastesi yakni pH
yang signifikan antar perlakuan dengan 7, suhu 28oC, salinitas 1,00, DO 6 mg/l, dan
konsentrasi yang berbeda.Garis linier pada setelah penambahan bahan anestesi pH 7, suhu
Gambar 1 didapat dengan memasukkan rumus 30oC, salinitas 1,00, DO 6 mg/l. Kualitas air
regresi linier pada waktu pingsan dan waktu sebelum dan setelah ditambahkan bahan
sadar beserta data hasil pengamatan EC-100 anastesi tidak banyak mengalami perubahan dan
menggunakan software Excel versi 2013 masih pada batas kelayakan media untuk ikan
sehingga terlihat konsentrasi optimal yang nila. Hal ini menunjukkan bahwa diduga
dipakai pada pengujian utama percobaan senyawa aktif saponin yang terkandung dalam
transportasi kering ikan nila adalah pada bahan anastesi infusum daun durian mampu
konsentrasi 4100 ppm, dengan interval antara mempengaruhi ikan nila selama proses
waktu pingsan dan waktu sadar yang optimal pembiusan, bukan karena penurunan kualitas
pada nilai percobaan EC-100. air.

Tabel 3. Kelulushidupan ikan nila pada tranportasi ikan hidup sistem kering
Jumlah
Waktu Kelulushidupan rata -
Ulangan ikan hidup Kelulushidupan (%)
Transpotasi (jam) rata (%)
(ekor)
1 3/3 100
0 2 3/3 100 100
3 3/3 100
1 3/3 100
2 2 3/3 100 88,89
3 2/3 66,67
1 0/3 0
4 2 0/3 0 22,22
3 2/3 66,67
1 0/3 0
6 2 0/3 0 0
3 0/3 0
1 0/3 0
8 2 0/3 0 0
3 0/3 0

97
Potensi Senyawa Metabolit Sekunder......

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji signifikan = 0,00 (P<0,01).Kesimpulan dari uji
transportasi kering pada ikan nila menggunakan BNT dan uji Duncan terjadi penurunan tingkat
infusum daun durian pada waktu kemas 0, 2, 4, kelulushidupan ikan nila pada uji coba
6, dan 8 jam yang terdapat pada Tabel3, transportasi kering yang sangat nyata (P<0,01)
diperoleh nilai kelulushidupan tertinggi pada dari jam ke- 0 sampai dengan jam ke- 8, hal ini
waktu kemas 2 jam dengan rata-rata dapat dilihat dari nila signifikan pada Uji BNT
kelulushidupan sebesar 88,89% sedangkan pada yaitu 0,00 (P<0,01) dan subset pada uji Duncan
waktu 4 jam hanya mencapai tingkat dimana terletak pada subset yang berbeda.
kelulushidupan dengan rata-rata sebesar 22,22%
dan untuk kelulushidupan terendah pada waktu Kesimpulan
6 dan 8 jam adalah 0%.Hasil analisa statistik Hasil dari penelitian pengamatan lama waktu
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang berbeda pada aplikasi transportasi ikan
dengan tiga kali ulangan pada program SPSS hidup sistem kering komoditas ikan nila dengan
versi 16, dapat dikatakan dengan selang penggunaan bahan anestesi infusum daun durian
kepercayaan 95% perlakuan pemberian pada tingkat kelulushidupan ikan nila dengan
konsentrasi infusum daun durian sebesar 4100 konsentrasi 4100 ppm dapat disimpulakan
ppm pada waktu yang berbeda memberikan tingkat kelulushidupan tertinggi 88,89% pada
pengaruh yang sangat nyata terhadap waktu pengemasan selama 2 jam, kemudian
kelulushidupan ikan nila (Fhitung > Ftabel). 22,22% selama waktu kemas 4 jam, dan tingkat
Secara umum semakin lama waktu kemas yang kelulushidupan terendah sebesar 0% pada waktu
dilakukan maka akan semakin menurun tingkat kemas 6 dan 8 jam. Semakin lama waktu
kelulushidupan ikan nila. Hal ini diduga karena pengemasan maka semakin kecil tingkat
pengaruh senyawa aktif dari bahan anestesi kelulushidupan ikan nila pada transportasi ikan
semakin berkurang akibat metabolisme hidup sistem kering dengan bahan anestesi
meningkat dan kondisi kemasan selama infusum daun durian.
percobaan transportasi berlangsung. Menurut Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai
Wibowo (1993) ketika bahan pembius mulai indentifikasi senyawa aktif yang terkandung
berkurang, ikan berangsur-angsur pulih dalam daun durian, dan isolasi senyawa
kesadarannya ditandai dengan pergerakan sapogenin yang terkandung didalamnya yang
operkulum yang mulai meningkat dan respon berpotensi lebih besar sebagai bahan
terhadap rangsangan luar tinggi. Ikan yang pulih anestesi.Secara aplikasi perlu dilakukan uji coba
sadar metabolismenya meningkat dan lapangan sehingga didapat paket teknologi
kebutuhan oksigen untuk respirasi juga akan penanganan dan transportasi komoditi perikanan
meningkat, jika kebutuhan oksigen sedikit ikan hidup untuk melengkapi komponen aplikasi
akan berangsur lemas dan kemudian akan transportasi ikan hidup sistem kering.
terjadi kematian.
Proses penyadaran ikan dilakukan pada media Daftar Pustaka
air yang telah diaerasi dengan suhu yang telah American Public Health Association (APHA).
disesuaikan dengan habitat ikan nila. Respon 2005. Standard Method for
ikan sadar pada umumnya ditandai dengan Examination of Water and Wastewater.
gerakan operkulum yang meningkat serta posisi 21stEdition. Amer. Public Health Asc.
ikan yang kembali stabil dan gerak sirip ikan New York. p 8-10 8 - 151.
yang kembali normal. Rata- rata ikan sadar pada Brown, M. J. 1997. Durio ~ A Bibliographic
menit ke-35 meskipun kondisi ikan masih Review. International Plant Genetic
terlihat lemah. Menurut Hunn dan Allen (1974) Resource Institute. India. 196 p.
kondisi ini dimungkinkan karena sirkulasi darah Dobsikova R, Svobodova Z, Blahova J, Modra
mulai stabil seiring berpindahnya bahan H, and Velisek J. 2009. The Effect
pembius dari aliran darah ke lingkungan melalui ofTransport on Biochemical and
insang, sebab jalur pemasukan dan pengeluaran Haetological Indices of Common
bahan aktif anestesi pada ikan sebagian besar Carp(Cyprinus carpio L.). Journal of
melalui insang. AnimalScience. p. 510-518.
Kesimpulan dari hasil analisa data Hu, H. 2001. Mechanisms of Anesthetic Action:
mengunakan software SPSS 16 adalah lama Oxygen Pathway Perturbation
waktu transportasi berpengaruh sangat nyata Hypothesis. Departement of Pathology
(P<0,01), terhadap tingkat kelulushidupan (SR) The Mount Sinai Medical Centre. New
ikan nila pada sistem transportasi kering, hal ini York. 17 p.
dapat dilihat dari nilai Fhitunglebih besar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Ftabel (lihat tabel F(0,01) db 4; 10) atau nilai 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja

98
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014

KKP-2011. Kementerian Kelautan dan Stoskopf, M.K. 1993. Fish Medicine. W.B
Perikanan Republik Indonesia. Jakarta. Saunder s Company. Mexico. Hal. 79 -
86 hal. 112.
Kritzon, C. 2003. Fishing With Poison. Bull. Sufianto. 2008. Uji Transportasi Ikan Mas Koki
The Bulletin Of Primitive Technology. (Carrasius auratus L.) Hidup Sistem
School Of North America. America. 25 Kering Dengan Perlakuan Suhu dan
p. Penurunan Konsentrasi Oksigen. Tesis.
Kurniawan, D. 2008. Regresi Linier. R- Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Foundation for Statistical Computing. Pertanian Bogor. Bogor. 119 hal.
Vienna, Austria. 17 hal. Wibowo, S. 1993. Penerapan Teknologi
Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak Penanganan dan Transportasi Ikan
Caulerpa racemosa Sebagai Bahan Hidup di Indonesia. Sub Balai
Pembius pada Pra Transportasi Ikan Penelitian Perikanan Laut Slipi.
Nila (Oreochromis niloticus) Hidup. Jakarta. 9 hal.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 50 hal.
Seeman, P. 1967. Transient Holes in The
Erythrocyte Membrane During
Hypotonic Hemolysis and Stable in
The Membrane After Lysis by Saponin
and Lysolechitin. Departement of
Pharmacology. Cambridge University.
England. 16 p.

99

You might also like