You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No.

1, April 2009

RESPON DAYA CERNA DAN RESPIRASI BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) PASCA
TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides)
SEBAGAI BAHAN ANTIMETABOLIK

DIGESTIBILITY RESPONSE AND RESPIRATION POST TRANSPORTATION WITH


BANDOTAN (Ageratum conyzoides) LEAF AS ANTIMETABOLIC OF COMMON CARP
(Cyprinus carpio)FRY

Laksmi Sulmartini2, Dewi Nurul Chotimah1, Wahju Tjahjaningsih1, Thomas V. Widiyatno2 dan
Juni Triastuti2
1
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya, 60115 Telp. 031-5992785

Abstract

Common carp (Cyprinus carpio) is fish with high metabolism during transportation caused fish
stress and could due to impare condition of fry fish and also lead to mortality post transpotation. As effort
to minimize high metabolism during transportation was use bandotan leaf as nature antimetabolic so that
we need to know how far bandotan effect to condition by digestibility and respiration of common carp fry
during post transportation critical periode.
The aim of this study was to know condition of common carp fry for 3 days post transportation
by digestibility and respiration with bandotan leaf. This study used Complete Random Design. The
treatment were A (water 0,5 l) B (bandotan leaf water dose 3,25 g/l) dan C (bandotan leaf water dose 4,5
g/l), each treatment with 6 replications. Primary parameter were digestibility (%) and respiration (time).
Secondary parameter were mortality (%), and water quality (disolve oxygen, temperature, ammonia and
pH).
The result show that bandotan leaf was significantly influenced (p<0,05) to digestibility common
carp (Cyprinus carpio) fry at 48 hour post transportion. Bandotan leaf significantly influenced (p<0,05) to
respiration common carp (Cyprinus carpio) fry for 72 hour post transportion. Dose of bandotan leaf was
4,5 g/l could used to common carp fry transportation without mortality that was caused by change of
digestibility and respiration response.

Key words : Cyprinus carpio, bandotan leaf, digestibility, respiration.

Pendahuluan metabolisme ikan, namun tidak terjadi


Salah satu kendala dalam transportasi akumulasi residu dalam tubuh ikan karena
ikan mas adalah sifat ikan mas yang memiliki mudah dikeluarkan kembali.
metabolisme tinggi (Susanto dan Rochdianto, Transportasi akan membuat ikan menjadi
1997). Tingginya metabolisme ikan mas stres dan berakibat pada penurunan kondisi
mengakibatkan ikan menjadi stres selama fisiologis bahkan kematian. Terjadinya
transportasi. Metabolisme yang tinggi selama kematian tidak hanya terjadi saat transportasi
transportasi dapat diminimalkan dengan akan tetapi juga terjadi pada pasca transportasi,
menggunakan metode imotilisasi. Imotilisasi sehingga kehidupan ikan beberapa hari pasca
dapat dilakukan dengan menggunakan suhu transportasi merupakan masa kritis bagi benih
rendah atau senyawa metabolik kimia maupun yang telah diangkut. Adanya kendala tersebut
alami (Soedibya dan Pramono, 2006). diperlukan upaya untuk mengetahui seberapa
Bahan antimetabolik alami yang dapat jauh pengaruh yang ditimbulkan terhadap
digunakan adalah tanaman bandotan (Ageratum kondisi ikan selama masa kritis pasca
conyzoides). Bandotan merupakan tanaman obat transportasi sehingga dapat diperoleh kondisi
yang mengandung minyak atsiri dan saponin ikan yang sama seperti sebelum ditranspotasi.
(Kardono, 2003). Penggunaan daun bandotan Kondisi benih ikan mas dapat dilihat dari
selama transportasi berguna untuk mengurangi perubahan respon fisiologis tubuh ikan melalui
stres dan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan daya cerna dan juga respirasi.

79
Respon Daya Cerna Dan Respirasi......

Informasi mengenai masa pulih benih ditentukan. Pembuatan bahan yaitu melakukan
ikan mas pasca transportasi agar dapat pencampuran daun yang telah ditimbang dengan
melakukan metabolisme secara normal masih air sebanyak 1 liter, kemudian bahan tersebut
belum tersedia, sehingga diperlukan penelitian diblender dan disaring. Hasil saringan tersebut
mengenai daya cerna dan respirasi ikan mas yang digunakan sebagai bahan penelitian.
pasca transportasi dengan menggunakan daun Setiap perlakuan menggunakan kantong
bandotan. plastik yang diisi dengan 0,5 liter air daun
Penelitian ini bertujuan untuk bandotan dan 3 ekor benih ikan mas. Volume
mengetahui kondisi benih ikan mas beberapa air dan kepadatan ikan yang digunakan yaitu ¼
hari pasca transportasi dengan mengamati dari volume air dan kepadatan ikan dalam
respon fisiologis yaitu daya cerna ikan terhadap penelitian Arindra (2007). Media yang telah
makanan dan kemampuan respirasi ikan. dipersiapkan dilakukan pengukuran terhadap
Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah kualitas air yaitu oksigen terlarut, suhu,
memberikan informasi tambahan bagi para amoniak dan pH, kemudian baru diberi oksigen
petani ikan mengenai respon fisiologis tubuh 2/3 bagian. Selanjutnya kantong plastik
ikan pasca transportasi dan cara dimasukkan ke dalam styrofoam yang telah
mengantisipasinya, dan sebagai informasi diberi es untuk menjaga kestabilan suhu agar
tambahan bagi pembudidaya ikan mengenai tetap 24 °C. Selanjutnya dilakukan simulasi
waktu pemberian pakan yang tepat terhadap transportasi dengan membiarkan selama 24 jam
ikan pada saat pasca transportasi. dengan dilakukan penggoyangan selama 20
menit setiap 2 jam. Setelah dilakukan
Materi dan Metode Penelitian transportasi, ikan dipindahkan ke dalam bak
Penelitian dilakukan di Laboratorium yang berisi air segar.
Pendidikan Perikanan Fakultas Kedokteran Perlakuan yang digunakan adalah dosis
Hewan Universitas Airlangga pada 04 Februari daun bandotan yang berbeda, yaitu A (0,5 l air
sampai dengan 04 Maret 2008. tanpa daun bandotan), B (0,5 l air daun
Materi penelitian yang digunakan terdiri bandotan dosis 3,25 g/l) dan C (0,5 l air daun
dari alat dan bahan penelitian. Alat yang bandotan dosis 4,5 g/l) Masing-masing
digunakan pada penelitian ini meliputi: bak, perlakuan memiliki 6 ulangan. Perhitungan
baki, stopwatch, timbangan biasa, timbangan respirasi pasca transportasi dengan menghitung
analitik, hand tally counter, section set, banyaknya operkulum membuka dan menutup.
saringan, blender, tabung oksigen, titrasi DO, Perhitungan membuka dan menutupnya
termometer, kertas pH, amoniak test-kit, operkulum dilakukan dengan menggunakan cara
kantong plastik ukuran diameter 0,2 m, sampling pada tiap-tiap satuan percobaan dan
styrofoam, pipet, kertas saring, selang aerasi dan masing-masing dilakukan setiap 3 menit selama
batu aerasi. Bahan penelitian yang digunakan 30 menit setiap 4 jam selama 3 hari (Sulmartiwi
adalah benih ikan mas yang berukuran 8 cm dkk., 2006).
sebanyak 54 ekor, daun bandotan yang tua, air Sebelum dilakukan perhitungan daya
dan pakan bentuk pelet untuk benih ikan mas. cerna ikan perlu dilakukan penimbangan benih
Rancangan penelitian yang digunakan ikan mas. Pemberian pakan dilakukan pada saat
adalah Rancangan Acak Lengkap 30 menit pasca transportasi. Pemberian pakan
(Kusriningrum, 1990). Variabel yang diamati berupa pelet dengan total pakan 3% dari
adalah daya cerna dan respirasi benih ikan mas biomass dilakukan setiap pagi dan sore hari
pasca transportasi. pasca transportasi. Pengambilan feses ikan
Persiapan yang dilakukan yaitu seleksi dilakukan setiap selang waktu 3 jam setelah
benih, aklimatisasi dan pemberokan. Setelah itu waktu pemberian pakan sampai feses terakhir
dilakukan persiapan media transportasi dengan dengan menggunakan pipet dan
penambahan air daun bandotan sebanyak 0,5 mengumpulkannya di atas kertas saring
liter ke dalam kantong plastik. Bahan yang (Sulmartiwi dkk., 2006). Selama waktu tersebut
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan juga dilakukan pengukuran terhadap kualitas
pada penelitian Arindra (2007) yaitu daun air. Feses yang terkumpul kemudian ditimbang
bandotan yang berwarna hijau tua karena dengan timbangan analitik. Perhitungan daya
komposisi bahan lebih banyak. Daun yang telah cerna (digestibility) menurut Rankin and Jensen
dipilih kemudian ditimbang sesuai dosis yang (1993) menggunakan rumus sebagai berikut:

80
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

Tabel 1. Rata-rata daya cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) selama 72 jam pada beberapa
perlakuan yang berbeda
Rata-Rata Daya Cerna (%)
Pasca Transportasi
Perlakuan Awal 24 jam 48 jam 72 jam
A (0 g/l) (kontrol) 86,5 83,7 86,97 a 89,22
B (3,25 g/l) 86,5 84,75 84,86 b 88,25
C (4,5 g/l) 86,5 84,47 84,95 b 87,89
Keterangan : superskrip yang berbeda pada satu kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata (p<0,05). Data diolah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pada tiap
harinya.

Daya cerna (%) = BTM – BTF x 100% dan C (4,5 g/l) tidak berpengaruh nyata
BTM (p>0,05) terhadap daya cerna benih ikan mas
dimana : BTM = Berat total makanan (Cyprinus carpio) pada 72 jam pasca
BTF = Berat total feses transportasi.
Perubahan daya cerna pada 24 jam
Parameter utama dalam penelitian ini perlakuan A (0 g/l) berkisar antara 67,11-
adalah daya cerna dan respirasi pada tiap 94,93%, sedangkan pada perlakuan B (3,25 g/l)
perlakuan. Daya cerna dapat diketahui dari daya cerna berkisar antara 76,89-92,53% dan
banyaknya pengeluaran feses benih ikan mas pada perlakuan C (4,5 g/l) berkisar antara 59,11-
dimana semakin banyak feses yang dikeluarkan 94,13% dimana daya cerna pada semua
maka daya cerna semakin rendah, demikian pula perlakuan mengalami penurunan pada jam ke-9
sebaliknya. Respirasi adalah banyaknya dan jam ke-24. Perubahan daya cerna pada 48
membuka dan menutup operkulum pada benih jam perlakuan A (0 g/l) berkisar antara 78,67-
ikan mas. Parameter penunjang terdiri dari 94,93%, sedangkan pada perlakuan B (3,25 g/l)
tingkat mortalitas dan parameter kualitas air daya cerna berkisar antara 72-90,67% dan pada
yang meliputi oksigen terlarut, suhu, amoniak perlakuan C (4,5 g/l) berkisar antara 72,8-
dan pH yang diukur sebelum dan sesudah 91,47% dimana daya cerna pada semua
perlakuan. perlakuan mengalami peningkatan pada jam ke-
Analisis penelitian ini menggunakan uji 9, jam ke-15 dan jam ke-21. Perubahan daya
ANOVA (Analysys of Variance) dan cerna pada 72 jam perlakuan A (0 g/l) berkisar
dilanjutkan dengan uji berganda Duncan untuk antara 77,87-94,67%, sedangkan pada perlakuan
mengetahui respon daya cerna dan respirasi B (3,25 g/l) daya cerna berkisar antara 70,93-
benih ikan mas. Data yang dianalisis untuk daya 93,87% dan pada perlakuan C (4,5 g/l) berkisar
cerna dan respirasi benih ikan mas adalah rata- antara 77,07-93,6% dimana daya cerna pada
rata persentase daya cerna dan rata-rata perlakuan A (0 g/l) dan B (3,25 g/l) mengalami
banyaknya membuka dan menutup operkulum penurunan yang drastis pada jam ke-21,
setiap 24 jam selama 3 hari pada setiap sedangkan pada perlakuan C (4,5 g/l)
perlakuan. mengalami penurunan yang bertahap dan lebih
stabil mulai dari jam ke-3 hingga jam ke-24.
Hasil dan Pembahasan Peningkatan dan penurunan daya cerna benih
Daya cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) ikan mas (Cyprinus carpio) pasca transportasi
Data yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
dianalisis secara statistik. Data hasil analisis
disajikan pada Tabel 1. Data menunjukkan Respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio)
perlakuan A (0 g/l), B (3,25 g/l) dan C (4,5 g/l) Data yang diperoleh selama penelitian
tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap daya dianalisis secara statistik. Data hasil analisis
cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada 24 disajikan pada Tabel 2. Hasil menunjukkan
jam pasca transportasi. Perlakuan A (0 g/l), B perlakuan dengan pemberian dosis yang berbeda
(3,25 g/l) dan C (4,5 g/l) berpengaruh nyata berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap respirasi
(p<0,05) terhadap daya cerna benih ikan mas benih ikan mas (Cyprinus carpio) baik pada 24
(Cyprinus carpio) pada 48 jam pasca jam, 48 jam maupun 72 jam pasca transportasi.
transportasi. Perlakuan A (0 g/l), B (3,25 g/l)

81
Respon Daya Cerna Dan Respirasi......

Gambar 1. Grafik perubahan daya cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada tiap-tiap
perlakuan selama 3 hari pengamatan pasca transportasi

Gambar 2 menunjukkan peningkatan dan transportasi berkisar antara 227,67-256,17 bit/3


penurunan respirasi benih ikan mas (Cyprinus menit, sedangkan pada perlakuan B (3,25 g/l)
carpio) pasca transportasi pada perlakuan A (0 respirasi berkisar antara 185,67-219,67 bit/3
g/l), B (3,25 g/l) dan C (4,5 g/l). Perubahan menit dan pada perlakuan C berkisar antara
respirasi perlakuan A (0 g/l) pada 24 jam pasca 179,67-215,67 bit/3 menit. Perubahan respirasi
transportasi berkisar antara 239,67-305,5 bit/3 perlakuan A (0 g/l) pada 72 jam pasca
menit, sedangkan pada perlakuan B (3,25 g/l) transportasi berkisar antara 209,17-229,67 bit/3
respirasi berkisar antara 153,17-187,33 bit/3 menit, sedangkan pada perlakuan B (3,25 g/l)
menit dan pada perlakuan C (4,5 g/l) berkisar respirasi berkisar antara 205,33-218,17 bit/3
antara 121,5-188,33 bit/3 menit. Perubahan menit dan pada perlakuan C (4,5 g/l) berkisar
respirasi perlakuan A (0 g/l) pada 48 jam pasca antara 206,17-216,33 bit/3 menit. Perubahan
Tabel 2. Rata-rata respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) selama 72 jam pada perlakuan yang
berbeda
Rata-Rata Respirasi (bit/3 menit)
Pasca Transportasi
Perlakuan Awal 24 jam 48 jam 72 jam
A (0 g/l) (kontrol) 213 276,68 a 241,85 a 218,48 a
B (3,25 g/l) 213 174,53 b 204,77 b 209,91 c
c
C (4,5 g/l) 213 159,02 204,18 b 212,99 b
Keterangan : superskrip yang berbeda pada satu kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata (p<0,05). Data diolah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pada tiap
harinya.

82
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

Gambar 2. Grafik perubahan respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada tiap-
tiap perlakuan selama 3 hari pengamatan pasca transportasi

respirasi pada perlakuan A (0 g/l) cenderung sebelum ditransportasi, ikan mengalami


menurun selama 72 jam pasca transportasi, pemberokan sehingga metabolisme ikan tidak
namun sebaliknya respirasi cenderung meingkat terlalu tinggi sehingga ikan masih memiliki
pada perlakuan B (3,25 g/l) dan C (4,5 g/l). energi yang cukup untuk melakukan aktivitas
normal pada pasca transportasi. Fujaya (2004)
Kualitas air menyatakan, adanya pemberokan sebelum
Kualitas air yang diukur selama transportasi menyebabkan penurunan kerja dari
penelitian adalah suhu, oksigen terlarut, pH dan otot polos, sehingga mempengaruhi sistem
amoniak. Suhu air berkisar antara 23-27°C, pH pencernaan.
berkisar antara 7-8, amoniak berkisar antara 0- Perlakuan dengan penambahan daun
0,09 mg/l dan oksigen terlarut berkisar antara bandotan berpengaruh terhadap daya cerna
5,2-6,9 mg/l. benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada 48 jam
pasca transportasi. Hal ini terjadi karena ikan
Tingkat mortalitas yang telah ditransportasi mendapat pengaruh
Tingkat mortalitas pada penelitian ini dari daun bandotan untuk dapat menekan
adalah 0 %, hal ini berarti dalam penelitian ini metabolisme agar ikan tidak stres, sehingga
tidak terjadi kematian ikan sampai akhir pada pasca transportasi peningkatan daya cerna
pengamatan. tidak terlalu tinggi dan lebih stabil. Arindra
(2007) menyatakan, khasiat daun bandotan
Perlakuan tanpa daun bandotan maupun memberikan pengaruh menenangkan sehingga
dengan penambahan daun bandotan tidak mengurangi ekskresi produk metabolik ke
berpengaruh terhadap daya cerna benih ikan dalam air.
mas (Cyprinus carpio) pada 24 jam pasca Perlakuan tanpa daun bandotan maupun
transportasi. Hal ini terjadi karena pada saat dengan penambahan daun bandotan tidak

83
Respon Daya Cerna Dan Respirasi......

berpengaruh terhadap daya cerna benih ikan selama 72 jam pasca transportasi. Secara umum
mas (Cyprinus carpio) pada 72 jam pasca sifat dari bahan antimetabolik yang terdapat
transportasi. Hal ini terjadi karena ikan sudah dalam daun bandotan memberikan tekanan pada
mulai pulih sehingga ikan membutuhkan energi sistem syaraf pusat sehingga memberikan efek
untuk kembali melakukan aktivitas secara stabilisasi pada akson dan selanjutnya stabilisasi
normal seperti sebelum ditransportasi. pada membran sinaptik. Stabilisasi ini dilakukan
Zonneveld et al. (1991) menyatakan, kebutuhan dengan memblok pelepasan transmitter
energi pada ikan harus dapat dipenuhi dengan sehingga rangsangan tidak dapat diberikan pada
memberikan makanan. Makanan yang dimakan akson lain dan akhirnya ikan akan diam
oleh ikan akan masuk secara perlahan ke dalam walaupun sebenarnya masih hidup. Keadaan
lambung, zat-zat makanan yang sudah dicerna tersebut menyebabkan hampir semua organ
kemudian diserap oleh usus, dan sisa makanan akan mengalami relaksasi sehingga aktivitas
yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan metabolisme menjadi rendah dan kebutuhan
melalui anus (Fujaya, 2002). Waktu pulih oksigen menjadi berkurang (Ross and Ross,
sepenuhnya dapat terjadi selama beberapa menit 1999).
bahkan beberapa hari tergantung spesies dan Perlakuan tanpa daun bandotan
bahan antimetabolik yang digunakan (Ross and menunjukkan rata-rata respirasi tertinggi baik
Ross, 1999). pada 24 jam, 48 jam maupun 72 jam pasca
Menurut Kardono dkk. (2003), daun transportasi. Perlakuan dengan penambahan
bandotan mempunyai efek spasmolitik dan daun bandotan dosis 4,5 g/l menunjukkan rata-
analgesik serta memberikan pengaruh relaksasi rata respirasi terendah pada 24 jam pasca
pada otot polos. Daun bandotan merupakan transportasi. Perlakuan dengan penambahan
salah satu tanaman yang mengandung minyak daun bandotan dosis 3,25 g/l dan 4,5 g/l
atsiri yang dapat mencegah pengeluaran asam menunjukkan rata-rata respirasi terendah pada
lambung yang berlebihan dan mengurangi 48 jam pasca transportasi. Perlakuan dengan
gerakan peristaltik usus sehingga dapat penambahan daun bandotan dosis 3,25 g/l
menekan laju metabolisme (Harijati, 1989). Hal menunjukkan rata-rata respirasi terendah pada
tersebut ditunjukkan pada 48 jam pasca 72 jam pasca transportasi (Tabel 2). Zonneveld
transportasi dengan persentase daya cerna et al. (1991) menyatakan perbedaan aktivitas
tertinggi pada perlakuan tanpa daun bandotan ikan menyebabkan perbedaan konsumsi
dan daya cerna terendah pada perlakuan dengan oksigen. Hal ini berarti pemberian daun
penambahan daun bandotan dosis 3,25 g/l dan bandotan dapat menurunkan laju metabolisme
4,5 g/l (Tabel 1). ikan sehingga aktivitas ikan menurun.
Daya cerna pada 72 jam pasca Penurunan aktivitas ikan menyebabkan
transportasi pada semua perlakuan meningkat, kebutuhan oksigen menjadi berkurang. Semakin
akan tetapi perlakuan tanpa daun bandotan sedikit oksigen yang dibutuhkan maka semakin
kenaikan daya cerna lebih besar daripada sedikit pula operkulum membuka dan menutup.
dengan penambahan daun bandotan. Hal ini Peningkatan dan penurunan respirasi
dikarenakan pada perlakuan tanpa daun benih ikan mas (Cyprinus carpio) pasca
bandotan, penggunaan energi berlebih pada saat transportasi pada perlakuan penambahan daun
ditransportasi karena metabolisme tidak ditekan bandotan dosis 3,25 g/l dan 4,5 g/l dapat terjadi
sehingga pada saat kondisi berubah, karena secara perlahan pengaruh dari bahan
metabolisme ikan meningkat. Energi yang antimetabolik mulai menghilang sehingga ikan
dibutuhkan ikan dapat diperoleh dari nutrisi mulai sadar dan melakukan aktivitas. Ross and
yang terdapat pada pakan. Phillips (1969) Ross (1983) dalam Ross and Ross (1999)
menyatakan, nutrisi menyediakan bahan-bahan menyatakan, pemberian bahan antimetabolik
yang diperlukan tubuh untuk pemeliharaan sedikit menurunkan konsumsi oksigen selama
kehidupan terutama untuk metabolisme. penanganan, tetapi secara perlahan akan
Ross and Ross (1999) menyatakan meningkat, dan akan meningkat lebih banyak
respirasi dapat diukur melalui gerakan pada saat masa pulih.
pembukaan dan penutupan yang teratur dari Irianto (2005) menyatakan bahwa stres
operkulum ikan. Ikan yang mengalami stres, pada ikan menyebabkan respirasi dan
gerakan membuka dan menutupnya operkulum metabolisme meningkat. Peningkatan
dapat meningkat. Hal tersebut ditunjukkan pada metabolisme menyebabkan hipoksia pada ikan.
perlakuan tanpa daun bandotan maupun Hipoksia adalah kondisi dimana terjadi
perlakuan dengan penambahan daun bandotan kekurangan oksigen pada jaringan tubuh.
dosis 3,25 g/l dan 4,5 g/l berpengaruh terhadap Hipoksia dapat menyebabkan hormon
respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) katekolamin merangsang peningkatan membuka

84
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, April 2009

dan menutupnya operkulum dan meningkatnya Kualitas air pada saat sebelum
gerakan peristaltik usus pada ikan (Ross and transportasi secara umum memiliki kondisi
Ross, 1999). Hal ini ditunjukkan pada perlakuan yang optimal untuk transportasi benih ikan mas
tanpa daun bandotan, respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio). Oksigen terlarut (DO) pada
(Cyprinus carpio) meningkat melebihi kondisi saat sebelum ditransportasi adalah 6,9 mg/l,
normal sebelum transportasi pada 24 jam pasca sedangkan saat pasca transportasi berkisar
transportasi, kemudian mengalami penurunan antara 5,2-6,8 mg/l dan pada akhir pengamatan
selama 72 jam pengamatan, tetapi respirasi berada pada kisaran 6,1-6,9 mg/l. Hal ini sesuai
masih lebih tinggi dari kondisi normal sebelum dengan pendapat Junianto (2003), yang
transportasi (Gambar 2). Begitu pula dengan mengatakan kandungan oksigen terlarut dalam
daya cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) air untuk keperluan transportasi harus lebih dari
pada 24 jam pasca transportasi yang juga 2 ppm. Suhu air pada saat sebelum
mengalami fluktuasi dan rata-ratanya cenderung ditransportasi adalah 27C, sedangkan nilai
meningkat hingga jam ke-72 (Gambar 1). suhu air pada pasca transportasi menurun
Berbeda dengan perlakuan dengan penambahan menjadi 23-25C karena selama transportasi
daun bandotan dosis 3,25 g/l) dan 4,5 g/l dilakukan pemberian es ke dalam styrofoam
dimana respirasi benih ikan mas (Cyprinus sebagai upaya agar suhu tetap rendah. Menurut
carpio) pada 24 jam pasca transportasi berada di Ross and Ross (1999), selama transportasi
bawah kondisi respirasi normal sebelum sebaiknya suhu yang tinggi dihindari untuk
transportasi dan meningkat pada 48 jam dan 72 mencegah terjadinya kematian.
jam walaupun masih tetap di bawah kondisi
respirasi normal sebelum transportasi (Gambar Kesimpulan
2), sedangkan untuk daya cerna benih ikan mas Terdapat respon daya cerna pada 48 jam
(Cyprinus carpio) perlakuan dengan pasca transportasi yang berpengaruh terhadap
penambahan daun bandotan dosis 3,25 g/l dan kondisi benih ikan mas (Cyprinus carpio)
4,5 g/l tetap mengalami fluktuasi hingga jam ke- selama 72 jam pasca transportasi dengan
72 (Gambar 1). Pada 48 jam dan 72 jam, menggunakan daun bandotan.
persentase daya cerna lebih kecil dibandingkan Respon respirasi yang berpengaruh
perlakuan tanpa daun bandotan (Tabel 1). Hal terhadap kondisi benih ikan mas (Cyprinus
ini menunjukkan bahwa pengaruh daun carpio) selama 72 jam pasca transportasi
bandotan sudah mulai berkurang pada pasca dengan menggunakan daun bandotan.
transportasi sehingga ikan sudah mulai pulih Penggunaan daun bandotan dengan dosis
dan mempengaruhi respon daya cerna dan 4,5 g/l selama transportasi dapat digunakan
respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio). untuk menekan metabolisme benih ikan mas
Ross and Ross (1999) menyatakan masa pulih (Cyprinus carpio), namun masih perlu diteliti
berhubungan dengan pengeluaran bahan lebih lanjut mengenai cara penggunaan daun
antimetabolik dan kembali ke tahap normal. bandotan yang lebih praktis dan efisien dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rangka mengembangkan penggunaan daun
pemberian daun bandotan efektif digunakan bandotan untuk transportasi jarak jauh.
untuk memperbaiki kondisi hidup benih ikan
mas (Cyprinus carpio) melalui respon daya Daftar Pustaka
cerna dan respirasi pasca transportasi. Hal ini Angka, S. L., I. Mokoginta, H. Hamid. 1990.
ditunjukkan dengan tidak adanya kematian ikan Anatomi dan Histologi Banding
pada pasca transportasi. Berdasarkan hal ini Beberapa Ikan Air Tawar Yang
maka daun bandotan yang digunakan dalam Dibudidayakan di Indonesia. Departemen
penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
transportasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) Jenderal Pendidikan Tinggi. Institut
sebagai bahan antimetabolik. Daun bandotan Pertanian Bogor. Bogor. hal. 146.
yang dapat memberikan hasil terbaik Arindra, D. 2007. Penggunaan Daun Bandotan
berdasarkan penelitian ini adalah perlakuan (Ageratum conyzoides) Sebagai Bahan
dengan penambahan daun bandotan dosis 4,5 Antimetabolik Alami Untuk Menekan
g/l. Hal ini dikarenakan bahwa pada perlakuan Konsumsi Oksigen Ikan Mas (Cyprinus
dengan penambahan daun bandotan dosis 4,5 g/l carpio) Selama Transportasi. Skripsi.
menunjukkan daya cerna dan respirasi benih Fakultas Kedoteran Hewan. Universitas
ikan mas (Cyprinus carpio) yang lebih stabil Airlangga. Surabaya. 39 hal.
pada pasca transportasi, sehingga secara efektif Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar
dapat digunakan untuk menekan metabolisme Pengembangan Teknik Perikanan.
ikan pada saat transportasi. Proyek Peningkatan Penelitian

85
Respon Daya Cerna Dan Respirasi......

Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Soedibya, P., H. dan T. B. Pramono. 2006.


Pendidikan Tinggi Departemen Kajian Fisiologis Ikan Bawal (Colosoma
Pendidikan Nasional. hal. 112-139. sp.) Dengan Suhu Rendah : Dasar
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Transportasi Ikan.
Pengembangan Teknik Perikanan. Makalah Seminar Nasional. Revitalisasi
Rineka Cipta. Jakarta. hal. 114-115: 124. Usaha Perikanan Dalam Rangka
Harijati, A.M. 1989. Diktat Kuliah Makanan Peningkatan Kualitas dan Kesehatan
Ikan. Universitas Brawijaya. Malang. 52 Produk Dengan Penerapan Pola Efisiensi
hal. dan Hemat Bahan Bakar Minyak (BBM).
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Airlangga. Surabaya. 2 hal.
Gadjah Mada University Press. Sulmartiwi, L., H. Suprapto, E. D. Masithah.
Yogyakarta. Hal. 16-38: 95-101. 2006. Buku Penuntun Praktikum :
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Fisiologi Hewan Air. Program Studi S1
Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 93-111. Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran
Kardono, L. dan Artanti, N. 2003. Selected Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Indonesian Medical Plants Monographs hal. 12.
and Description. Garsindo. Jakarta. hal. Susanto, H. dan Rochdianto, A. 1997. Budidaya
42-44. Ikan Mas di Kolam Air Deras. Penebar
Kusriningrum. 1990. Dasar Perancangan Swadaya. Jakarta. hal 8-9: 118-128.
Percobaan dan Rancangan Acak Zonneveld, N., E. A. Huismann dan J. H. Boon.
Lengkap. Universitas Airlangga. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Surabaya. Hal. 53-70. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 317
Rankin, J. C. and F. B. Jensen. 1993. Fish hal.
Ecophysiology. St Edmundsbury Press.
Suffolk. p.
Ross, L. G. and B. Ross. 1999. Anaesthetic and
Sedative Techniques for Aquatic
Animals. Blackwell Science. London.
159 p.

86

You might also like