Professional Documents
Culture Documents
Abstract Rapid urban growth has caused an increase of infrastructure and building construction projects in
recent years in terms of project scale and number. Many of which certainly involve the construction of deep
foundation, including pile foundation. In particularly densely populated urban areas, the need for more
environmentally friendly pile driving equipment, such as hydraulic static pile driver (HSPD), is therefore
inevitable. The aim of this study is to give a problem solving about HSPD productivity using analytical
model. The objective of this study is to produce curves model of HSPD productivity. An analytical model has
been designed utilizing 252 data of point piling from the four projects and simulation, i.e. size of driven piles,
piling depth, and cycle time. The result of model is nomogram of HSPD productivity against piling depth for
3 driven pile size such as equilateral triangle 32 cm, square 25 cm, and square 30 cm. The model average
validity is 96.07% and deviation standard is 2.32%. The sensitivity value 95.154% for equilateral triangle 32
cm, 9.376 for square 25 cm, and 94.298% for square 30 cm of driven pile.
1. Pendahuluan
Tiang pancang telah digunakan sebagai kecil (misalnya bujursangkar 20 cm),
pondasi bangunan gedung, jembatan, dan sedangkan HSPD mempunyai kapasitas tekan
struktur lainnya sejak jaman dahulu. Berbagai 40 ton 1.200 ton dan mampu memancangkan
teknologi pemancangan terus dikembangkan. tiang berukuran lebih besar (misalnya
Pemukul jatuh (drop hammer) merupakan bujursangkar 20 cm 60 cm) [6]. HSPD
teknik pemancangan tiang tertua menggunakan digunakan untuk memasukkan tiang ke dalam
tenaga manusia yang terus dikembangkan tanah dengan menggabungkan teknik
hingga menggunakan tenaga diesel (diesel menggenggam dan mendorong atau menarik.
hammers) pada tahun 1930-an. Pemukul getar Alat ini menggenggam dan mendorong tiang ke
(vibratory hammers) dan pemukul hidrolik bawah. Selanjutnya pada akhir dorongan, tiang
(hydraulic hammers) merupakan teknik dilepaskan dan penggenggam (grip) meluncur
pemancangan lainnya yang dikembangkan ke atas untuk memulai proses mendorong
setelah pemukul diesel [1], sedangkan teknologi berikutnya. HSPD dapat pula digunakan untuk
press-in hydraulic pile drivers muncul beberapa menarik tiang yang terlanjur dipancangkan.
puluh tahun terakhir. HSPD mulai digunakan di Indonesia
Tiang pancang dimasukkan ke dalam sekitar 2007 dan makin sering digunakan akhir-
tanah melalui beberapa metode yaitu: pukulan, akhir ini khususnya di perkotaan. Hal ini dapat
getaran, dan penekanan [2]. Metode pukulan diprediksi dari banyaknya proyek konstruksi di
menggunakan alat drop hammer, single/double- perkotaan khususnya di Pulau Jawa sebesar
acting hammer, dan diesel hammer. Metode 46,31% pada 2010 [7] dan masih banyak lagi
getaran menggunakan alat vibratory hammer proyek konstruksi yang akan diselesaikan pada
[2, 3, 4]. Metode penekanan menggunakan alat 2013 2017 [8, 9, 10]. Proyek-proyek
hydraulic presses dengan sistem jack-in [3] atau konstruksi gedung dan infrastruktur terus
press-in hydraulic pile drivers [5]. meningkat seiring dengan perkembangan
Jack-in hydraulic pile drivers terdiri dari daerah perkotaan. Rata-rata proyek tersebut
2 tipe yaitu hydraulic crawler pile driver dan menggunakan pondasi tiang pancang sebagai
hydraulic static pile driver (HSPD). Hydraulic desain pondasinya. Realisasi pekerjaan pondasi
crawler pile driver mempunyai kapasitas tekan tiang pancang memerlukan proses
kecil dan untuk memancangkan tiang berukuran pemancangan menggunakan alat pancang
tertentu. Pada daerah perkotaan yang padat
* Corresponding author. Email: ylnt_jk@yahoo.com penduduk, pelaksanaan pemancangan
Published online at http://Jemis.ub.ac.id
Copyright 2016 JTI UB Publishing. All Rights Reserved
memerlukan alat yang ramah lingkungan seperti
hydraulic static pile driver (HSPD) agar
DOI: 175
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
DOI: 176
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
aplikatif yang dapat digunakan pada pekerjaan terbatas pada: kelompok tiang pancang dalam
pemancangan berikutnya, karena pekerjaan satu pile cap pada proyek bangunan gedung
pemancangan berikutnya dimungkinkan bertingkat menengah, alat HSPD seri ZYC
memiliki kondisi lapangan yang berbeda., 120B-B, tiang pancang beton bujursangkar
memberikan gambaran nilai produktivitas alat ukuran kecil dan segitiga dengan panjang 6 m
pancang yang berbeda-beda. Hal ini karena dan 8 m hasil pabrikasi, dan kedalaman
adanya perbedaan kondisi lapangan sehingga pemancangan 6 24 m.
hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk
kondisi lapangan yang lain. Oleh karena itu, 2. Metodologi
diperlukan bentuk produktivitas alat yang Terdapat banyak variabel yang
aplikatif yang dapat digunakan pada pekerjaan mempengaruhi produktivitas HSPD pada tanah
pemancangan berikutnya. berlanau namun tidak mungkin
Faktor-faktor penting produktivitas dipertimbangkan semuanya dalam satu
HSPD yang tersirat pada perilaku tanah di penelitian. Penelitian ini hanya konsentrasi
dalam tanah [2], yaitu: jenis tanah, ukuran tiang pada variabel utama, yaitu: ukuran tiang
pancang, kedalaman pemancangan, dan waktu pancang, kedalaman pemancangan, dan waktu
siklus. Jenis tanah menyebabkan perbedaan siklus yang ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-
kapasitas daya dukung dan gesekan tanah. masing variabel utama terdiri dari beberapa
Ukuran tiang pancang meliputi penampang dan parameter yang diprediksi akan memberikan
panjang tiang pancang yang tergantung pada perbedaan hasil.
beban konstruksi dan kedalaman pemancangan.
Kedalaman pemancangan dapat berbeda-beda Tabel 1. Parameter Variabel Utama
sesuai perencanaan. Waktu siklus pemancangan Variabel Utama Parameter
berkaitan dengan banyaknya aktivitas Ukuran Penam
pemancangan yang tergantung pada panjang tiang pang 32x32x32 25x25 30x30
tiang pancang dan kedalaman pemancangan. pancang Panjang
600 800
(cm)
Semua faktor tersebut sangat mempengaruhi
Kedalaman
produktivitas HSPD. pemancangan (m)
6 12 18 24
Bervariasinya faktor-faktor produktivitas Waktu siklus Tertentu dan tidak tentu
tersebut tidak mudah untuk diselesaikan secara
sederhana sehingga diperlukan pemodelan Waktu siklus merupakan kumpulan
untuk mendapatkan bentuk produktivitas yang waktu dari awal hingga akhir aktivitas yang
aplikatif. Melalui pemodelan produktivitas diperlukan untuk proses pemancangan.
pemancangan akan diperoleh model Aktivitas pemancangan terdiri dari tahap-tahap
produktivitas alat HSPD yang dapat mengetahui yang ditentukan secara detail seperti
produktivitas pada kedalaman yang tidak diteliti ditunjukkan pada Gambar 1 dengan urutan
dan dapat memprediksi efek perubahannya bila aktivitas sebagai berikut: (a) menyiapkan tiang
dilakukan perubahan pada masukannya. pancang; (b) menekan tiang pancang ke-1; (c)
Pemodelan analitis sebagai salah satu cara mengelas sambungan ke-1; (d) menekan tiang
untuk membuat model nomogram produktivitas pancang ke-2; (e) mengelas sambungan ke-2;
HSPD. Proses pemancangan terdiri dari (f) menekan tiang pancang ke-3; (g)
beberapa aktivitas dengan durasi waktu tertentu memindahkan alat menuju titik pancang
sehingga dapat digunakan metode analitis untuk berikutnya. Waktu aktivitas (a), aktivitas (c),
memodelkan produktivitas. dan aktivitas (f) tidak terjadi perbedaan yang
Rumusan masalah penelitian ini adalah signifikan sehingga dikatakan sebagai waktu
bagaimana model nomogram produktivitas tertentu, sedang waktu aktivitas (b), (d), dan (f)
HSPD. Maksud penelitian ini adalah untuk merupakan waktu paling bervariasi karena
memberikan solusi masalah tentang tergantung pada ukuran penampang tiang
produktivitas HSPD menggunakan model pancang, dan kedalaman pemancangan
analitis. Tujuan penelitian yang ingin dicapai sehingga disebut dengan waktu tidak tentu.
adalah menghasilkan model nomogram Data waktu siklus pada semua kombinasi
produktivitas HSPD. Manfaat hasil penelitian yaitu 12 kelompok data, dibagi menjadi 2
bagi praktisi untuk merencanakan dan estimasi bagian yaitu 70% untuk pemodelan dan 30%
waktu pengunaan HSPD pada proyek untuk validasi model. Data pemodelan
konstruksi. Lingkup permasalahan penelitian ini
DOI: 177
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
dikoreksi dengan nilai performance rating (PR) diperlukan oleh mesin HSPD sehingga hanya
sehingga diperoleh waktu siklus normal. menyiapkan tiang pancang pertama yang
Prediksi nilai PR mengacu pada tabel diperhitungkan sebagai waktu aktivitas mesin
Westinghouse Performance Rating yang crane yang meliputi 4 sub-aktivitas: (a)
ditunjukkan pada Tabel 2. Durasi waktu siklus mengikat tiang pancang, (b) mengangkat tiang
pemancangan diestimasi dari nilai rata-rata pancang, (c) memutar lengan crane, dan (d)
statistik kumpulan data berdistribusi normal. menurunkan tiang pancang. Dengan demikian
Salah satu metode pemodelan waktu menyiapkan tiang pancang dapat
produktivitas yaitu metode perhitungan analitis dihitung dengan Persamaan (1) yang
[22]. Metode analitis menggunakan rumusan dimodifikasi dari [23].
konvensional melalui perhitungan secara Wsiap = aj=1 wj (Pers. 1)
manual. Desain umum model analitis akan di mana:
diaplikasikan untuk jenis tanah berlanau dengan wsiap = waktu menyiapkan tiang pancang
ukuran penampang, dan kedalaman
wj = waktu sub-aktivitas j
pemancangan yang berbeda. Langkah-langkah
a = banyaknya sub-aktivitas maksimum
berikut dipertimbangkan dalam desain umum
j = sub-aktivitas
model analitis.
Tabel 2. Westinghouse Performance Rating
KECAKAPAN USAHA
+ 0,15 A1 Super + 0,13 A1 Super
+ 0,13 A2 + 0,12 A2
+ 0,11 B1 Baik + 0,10 B1 Baik
+ 0,08 B2 sekali + 0,08 B2 sekali
( a ) Menyiapkan TP ( b ) Menekan TP 1 + 0,06 C1 Baik + 0,05 C1 Baik
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
0,00 D Rata-rata 0,00 D Rata-rata
- 0,05 E1 Sedang - 0,04 E1 Sedang
- 0,10 E2 - 0,08 E2
- 0,16 F1 Buruk - 0,12 F1 Buruk
- 0,22 F2 - 0,17 F2
KONDISI KONSISTENSI
( c ) Mengelas sambungan 1 ( d ) Menekan TP 2 + 0,06 A Ideal + 0,04 A Ideal
+ 0,04 B Baik + 0,03 B Baik
sekali sekali
+ 0,02 C Baik + 0,01 C Baik
0,00 D Rata-rata 0,00 D Rata-rata
- 0,03 E Sedang - 0,02 E Sedang
- 0,07 F Buruk - 0,04 F Buruk
Westinghouse Company dalam [24]
( e ) Mengelas sambungan 2 ( f ) Menekan TP 3
2.2 Waktu Aktivitas Mesin Las
Mesin las melakukan pekerjaan mengelas
sambungan tiang pancang menggunakan las
ikat pada sudut-sudut sisi sambungan. Waktu
aktivitas mesin las terdiri dari 4 sub-aktivitas,
yaitu: (a) mengikat kutup negatif pada
sambungan tiang, (b) mengelas ikat pada sudut-
( g ) Memindahkan alat
sudut 2 sisi sambungan, (c) pindah posisi
Gambar 1. Tahap Pemancangan
pengelasan, (d) mengelas ikat pada sudut yang
lain. Analog dengan Persamaan (1) maka waktu
2.1 Waktu Aktivitas Mesin Crane
pengelasan sambungan tiang pancang dapat
Aktivitas mesin crane adalah
dihitung dengan Persamaan (2).
menyiapkan tiang pancang pertama, kedua,
ketiga, dan ruyung. Aktivitas menyiapkan tiang Wlas = aj=1 wj (Pers.2)
pancang kedua, ketiga, dan ruyung dilakukan di mana:
bersamaan waktu dengan waktu tekan yang wlas = waktu las sambungan tiang pancang
DOI: 178
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
Waktu pengelasan dapat bernilai nol menurunkan kaki luar dan menaikkan kaki
bila pemancangan tanpa sambungan, bernilai 1 dalam, dan (d) menggerakkan maju roda kaki
x wlas bila menggunakan 1 sambungan, dan hidrolis. Sub-aktivitas tersebut dilakukan secara
bernilai 2 x wlas bila menggunakan 2 berulang-ulang dalam beberapa tahap hingga
sambungan.Paragraf dimulai dengan pemberian alat siap pada titik pancang berikutnya.
spasi inden 1 cm untuk baris pertama, dan antar Waktu menekan tiang pancang (wtekan)
paragraf tanpa diberi jarak 1 baris spasi. dapat dihitung dengan Persamaan (3) dan waktu
pindah alat ke titik pancang berikutnya (wpindah)
2.3 Waktu Aktivitas Mesin HSPD dengan Persamaan (4) yang dimodifikasi dari
Mesin HSPD melakukan aktivitas [23].
menekan tiang pancang dan memindahkan alat Wtekan = bl=1 aj=1 wlj (Pers.3)
ke titik pancang berikutnya. Aktivitas menekan
wpindah = ef=1 aj=1 wfj (Pers.4)
tiang pancang terdiri dari 4 sub-aktivitas yaitu:
(a) menjepit tiang pancang dengan grip, (b) di mana:
menekan tiang pancang, (c) melonggarkan wfj = waktu sub-aktivitas j pada tahap f
jepitan grip, dan (d) menaikkan posisi grip. wlj = waktu sub-aktivitas j pada segmen l
Sub-aktivitas tersebut dilakukan secara a = banyaknya sub-aktivitas maksimum
berulang-ulang hingga seluruh panjang tiang b = banyaknya segmen maksimum
pancang masuk ke dalam tanah. e = banyaknya tahap maksimum
Kedalaman pemancangan (L) dibagi f = tahap
menjadi segmen-segmen kecil dengan j = sub-aktivitas
kedalaman yang sama (li) untuk memudahkan l = segmen
perhitungan waktu siklus, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2. Waktu tekan di awal dan akhir 2.4 Menentukan Waktu Siklus
kedalaman berbeda, oleh karena itu kedalaman Waktu siklus aktivitas pemancangan (ws)
pemancangan dibagi menjadi segmen-segmen merupakan penjumlahan waktu menyiapkan
kecil agar perbedaan waktu antara bagian atas tiang pancang (wsiap), waktu pengelasan
dan bawah segmen menjadi kecil. Dengan sambungan tiang (wlas), waktu tekan tiang
demikian diasumsikan bahwa waktu tekan tiap pancang (wtekan), dan waktu pindah alat ke titik
segmen tidak berubah sehingga dapat pancang berikutnya (wpindah), yang diusulkan
digunakan waktu tekan rata-rata pada titik dihitung dengan Persamaan (5).
tengah masing-masing segmen yang mewakili
Ws = wsiap + wtekan + s. wlas + wpindah
seluruh kedalaman segmen.
(Pers.5)
di mana:
Ws = waktu siklus aktivitas pemancangan
s = banyaknya sambungan las = 0, 1, 2
DOI: 179
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
harus dibagi dengan ws sehingga menghasilkan komposisi 6,25% - 13,04% lempung, 50% -
banyaknya titik pancang yang dapat 81,25% lanau, dan 11,11% - 41,67% pasir.
dipancangkan tiap jam. Komposisi tersebut digunakan untuk simulasi
Hasil ini mempertimbangkan waktu konsistensi tanah pada kedalaman
produktif 60 menit/jam, hal ini tidak realistis. pemancangan yang tidak diteliti yaitu 6 m dan
Hasil ini hanya mempertimbangkan faktor 18 m. Simulasi waktu tekan mengacu pada
kuantitatif pada produktivitas dan mengabaikan konsep gaya-gaya pada pemancangan dan sifat-
faktor kualitatif, seperti: efisiensi operator, sifat segitiga sebangun. Simulasi waktu tekan
kondisi cuaca, kondisi lokasi kerja, manajemen dilakukan untuk berbagai ukuran penampang
pekerjaan, masalah mesin, dll. Oleh karena itu, tiang pancang pada keempat kedalaman
faktor kualitatif harus dipertimbangkan dalam pamancangan sehingga terpenuhi seluruh
model dengan faktor koreksi (FK) untuk kebutuhan data yaitu 12 kelompok data.
mendapatkan estimasi produktivitas aktual [23]. Kelompok data sebanyak 70% digunakan
FK merujuk pada Tabel 3 dan Tabel 4 sehingga untuk pemodelan dan 30% untuk validasi
estimasi produktivitas aktual diusulkan dengan model. Komponen waktu siklus dalam
Persamaan (6). Persamaan (5) sebanyak 70% dikoreksi dengan
60 PR sehingga diperoleh waktu normal. PR
= FK (Pers.6)
ws diprediksi peneliti berdasar pengamatan
di mana: pengamatan kinerja pekerja dan operator, nilai
EP = produktivitas estimasi (titik/jam) PR ditunjukkan pada Tabel 5. Uji Kolmogorov-
FK = faktor koreksi Smirnov menunjukkan data berdistribusi
normal sehingga nilai rata-ratanya dapat
Tabel 3. Efisiensi Kerja
mewakili kelompok data.
Kondisi Pemeliharaan Mesin
Operasi Baik Baik Seda Buruk Buruk
Alat Tabel 5. PR Operator dan Pekerja HSPD
sekali ng sekali
Kriteria wsiap, wtekan, wpindah wlas
Baik 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
sekali Kecakapan 0,03 -0,10
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60 Usaha -0,08 -0,08
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54 Kondisi -0,03 -0,03
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45 Konsistensi -0,04 -0,04
Buruk 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32 Jumlah -0,12 -0,25
sekali PR 0,88 0,75
Sumber: Rochmanhadi [27]
3.2 Estimasi Produktivitas HSPD
Tabel 4. Efisiensi Operator Model analitis yang ditunjukkan dengan
Keterampilan Operator Efisiensi Operator Persamaan (6) telah diterapkan pada 70% data
Baik sekali 1,00 dan nilai FK tertentu untuk estimasi
Rata-rata 0,75 produktivitas HSPD. FK diusulkan berdasar
Buruk 0,60 kondisi yang diobservasi sebesar (0,83 x 1,00)
Sumber: Caterpillar [28] yang diestimasi menggunakan Tabel 3 pada
kondisi operasi alat dan pemeliharaan mesin
3. Hasil dan Pembahasan baik sekali (0,83) dan Tabel 4 pada
3.1 Data Model keterampilan operator baik sekali (1,00).
Data observasi lapangan meliputi: data Produktivitas HSPD pada tanah lanau
sondir, data tiang pancang, data kedalaman ditentukan dengan mempertimbangkan
pemancangan, dan data waktu aktivitas variabel-variabel yang berbeda, yaitu ukuran
pemancangan. Data dikumpulkan melalui penampang tiang pancang, kedalaman
observasi lapangan dari 4 proyek bangunan pemancangan, banyaknya tiang pancang tiap
gedung di Semarang dan Gresik pada titik pancang (BTP), dan waktu aktivitas
pemancangan tiang pancang 32 cm untuk pemancangan. Hasil model yang dibangun
kedalaman pemancangan 9 m, 12 m, 16 m, dan ditunjukkan pada Gambar 3. Nomogram hasil
30 cm untuk kedalaman pemancangan 24 m. model menggambarkan estimasi produktivitas
Data sondir diplot dalam grafik aktual HSPD pada tanah lanau dalam satuan
klasifikasi tanah yang diberikan oleh [29] titik/jam untuk 3 ukuran penampang tiang
sehingga diperoleh jenis tanah lanau dengan pancang (32x32x32 cm, 25x25 cm, 30x30
DOI: 180
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
cm) pada kedalaman pemancangan 6 24 m data. Kumpulan data validasi dibagi dalam 4
menggunakan panjang tiang pancang 6 m kelompok kedalaman pemancangan, yaitu 6 m,
(untuk kedalaman pemancangan 6, 12, dan 18 12 m, 18 m, dan 24 m. Tiap kelompok data
m) dan 8 m (untuk kedalaman pemancangan 24 dikategorikan menurut ukuran penampang tiang
m) serta sambungan las ikat. pancang, yaitu 32x32x32 cm, 25x25 cm, dan
Nomogram berbentuk melengkung 30x30 cm. Produktivitas model analitis
disebabkan oleh perbedaan waktu pengelasan diaplikasikan pada tiap kategori itu.
yang mempengaruhi produktivitas pada Nilai validasi (NV) diperoleh dengan
masing-masing kedalaman pemancangan. Pada membandingkan produktivitas estimasi hasil
kedalaman 6 m tidak terdapat waktu pengelasan model (EP) dengan produktivitas aktual (AP)
sedang pada kedalaman 12 m terdapat 1 x yang ditunjukkan dengan Persamaan (7). Jika
waktu pengelasan dan pada kedalaman 24 m produktivitas estimasi hasil model menyediakan
terdapat 2 x waktu pengelasan. Adanya waktu angka-angka yang dekat dengan produktivitas
pengelasan ini mengakibatkan penurunan aktual yang dihitung dari kumpulan data
produktivitas yang tajam antara kedalaman 6 m validasi, maka model valid dan dapat digunakan
dan 12 m sedangkan penambahan waktu untuk mewakili produktivitas HSPD secara
pengelasan menunjukkan penurunan praktis.
produktivitas lebih kecil seperti terlihat antara EP
= (Pers.7)
kedalaman 12 m dan 18 m. Pada kedalaman 18 AP
m dan 24 m menggunakan banyaknya waktu NV telah dihitung untuk tiap data
pengelasan yang sama sehingga penurunan validasi dengan hasil yang ditunjukkan pada
produktivitasnya hanya dipengaruhi oleh Tabel 6. Nilai validasi terendah pada 25x25
perbedaan waktu tekan. Perbedaan ukuran kedalaman 6 m yaitu 0,930. Hal ini
penampang tiang pancang mempengaruhi mengindikasikan bahwa model mempunyai
besarnya produktivitas, makin luas 93% kecocokan. NV telah menjadi desain untuk
penampangnya maka produktivitas makin kecil. memeriksa derajat kecocokan model yang
didesain. Angka NV pada Tabel 6 menunjukkan
bahwa 100% output model mempunyai
kecocokan lebih dari 90%. Hal ini
mengekspresikan kecocokan yang bagus dan
dapat diterima.
aktual pada kumpulan data validasi yaitu 30% = 100% {1 }+1 (Pers.8)
DOI: 181
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
di mana:
R = persentase sensitivitas model FK
= (Pers.9)
c = rata-rata mutlak penyimpangan 0,83
m = jumlah model yang diuji = 1
Analisis sensitivitas dilakukan dengan 2) Bila dikehendaki satuan produktivitas
merubah masukan model yaitu panjang tiang dalam m/jam maka hasil model dikalikan
pancang sehingga menghasilkan produktivitas dengan kedalaman pemancangan.
terapan (PT). Panjang tiang pancang dalam uji 3) Bila dikehendaki produktivitas dalam sehari
sensitivitas adalah 6 m untuk kedalaman 6 m, 4 maka hasil model dikalikan dengan jumlah
m untuk kedalaman 12 m, 6 m dan 4 m untuk jam kerja harian.
kedalaman 18 m, dan 6 m untuk kedalaman 24 Hasil metode analitis ini dapat digunakan
m. Hasil analisis sensitivitas ditunjukkan pada dengan persyaratan sebagai berikut:
Tabel 7 dan Gambar 4. Tabel 7 menunjukkan 1) Pemancangan menggunakan HSPD ZYC
nilai sensitivitas model terendah 94,298% dan 120B-B. Jenis alat pancang lainnya
model produktivitas terapan pada Gambar 4 mempunyai tahap pemancangan yang
menunjukkan pola yang sama. Hal ini berbeda sehingga langkah-langkah
mengekspresikan keakuratan yang bagus dan desainnya juga berbeda.
dapat diterima. 2) Data deterministik. Metode analitis bersifat
tertentu sehingga diperlukan data
Tabel 7. Nilai Sensitivitas Model deterministik. Penggunaan data stokastik
Kedalam Penyimpangan akan mempersulit perhitungan karena
an (m) c32x32x32 c25x25 c30x30 banyaknya kombinasi peluang penggunaan
6 0,000 0,000 0,000 data.
12 0,197 0,172 0,181 3) Mengukur wsiap, wtekan, wlas, dan wpindah.
18 0,099 0,103 0,126 Mengukur masing-masing waktu aktivitas
24 0,082 0,086 0,135 dapat memperkecil kesalahan dibandingkan
crata-rata 0,095 0,090 0,111 dengan mengukur waktu siklus secara
R 95,154 95,376 94,298 langsung. Masing-masing aktivitas dapat
diamati dan mudah diberikan koreksi
apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan
kesalahan pengamatan.
4) Pemancangan dalam 1 pile cap.
Pemancangan dalam 1 pile cap
memerlukan wpindah yang relatif sama
dibandingkan antar pile caps.
4. Kesimpulan
Sebuah model nomogram telah didesain
untuk mengestimasi produktivitas HSPD
menggunakan teknik konvensional (analitis).
Hasil produktivitas HSPD dapat dirangkum
dalam Tabel 8.
DOI: 182
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
100% output model mempunyai NV lebih dari Januari 2013 Pk. 18.23 WIB.
90% sehingga model valid dan akurat dengan
[7] Badan Pusat Statistik (BPS). (2012), Data
rata-rata NV sebesar 96,07% dan standar
Runtun Statistik Konstruksi 1990 2010,
deviasi 2,32%. Analisis sensitivitas output
Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
model menunjukkan nilai sensitivitas sebesar
95,154% untuk tiang pancang segitiga sama sisi [8] Citradata. (2013a), Proyek Hotel di
32 cm; 95,376% untuk tiang pancang Indonesia Tahun 2010 2012,
bujursangkar 25 cm; dan 94,298% untuk tiang http://citradataconstruction.com/data/psr/d
pancang bujursangkar 30 cm. Dengan demikian ata_22.pdf, diakses pada hari Minggu, 28
model nomogram produktivitas HSPD April 2013 Pk. 24.04 WIB.
merupakan model yang valid dan akurat untuk [9] Citradata. (2013b), Analisa
merencanakan dan estimasi waktu pengunaan Perkembangan Proyek Superblok di
HSPD pada proyek konstruksi Indonesia Tahun 2000 2012,
Bentuk matematika model analitis pada http://citradataconstruction.com/data/psr/d
Persamaan (6) dan hasil model yang diperoleh ata_23.pdf, diakses pada hari Minggu, 28
dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi, April 2013 Pk. 24.02 WIB.
misalnya: penggunaan FK dapat diubah sesuai
kondisi faktor kualitatif produktivitas yang akan [10] Citradata. (2013c), Analisa
direncanakan sehingga diperoleh model Perkembangan Proyek Apartemen Tahun
nomogram tersendiri dan satuan produktivitas 2003 2012,
dapat diubah sesuai kebutuhan. Metode analitis http://citradataconstruction.com/data/psr/d
ini dapat digunakan dengan persyaratan sebagai ata_24.pdf, diakses pada hari Minggu, 28
berikut: pemancangan menggunakan HSPD April 2013 Pk. 24.00 WIB.
ZYC 120B-B, data deterministik, mengukur [11] White, D.; Finlay, T.; Bolton, M.; and
wsiap, wtekan, wlas, dan wpindah, dan pemancangan Bearss, G. (2002), Press-in Piling:
dalam 1 pile cap. Ground Vibration and Noise During Pile
Installation, ASCE Special Publication
Daftar Pustaka Vol. 116, pp. 363 371.
[1] Fellenius, B. H. (2009), Basics of
Foundation Design, Electronic Edition, [12] BPP (Berdikari Pondasi Perkasa). (2009),
www.Fellenius.net. Pile Jacking,
http://www.ptbppid.com/services.html,
[2] Bowles, J. E. (1996), Foundation Analysis diakses pada hari Sabtu, 28 April 2012 Pk.
and Design, Fifth Edition. The McGraw- 10.02 WIB.
Hill Companies, Inc., Singapore.
[13] Tan, S. M. and Ling, C. H. (2001), The
[3] PDCA (Pile Driving Contractors Use of High Capacity Hydraulic Injection
Association). (2003), Driven Piles are Piles for Buildings in Limes-Stone Ex-Tin
Tested Piles, Mining Sites in Kuala Lumpur,
http://www.piledrivers.org/files/uploads/27 Proceeding, 14th SEAGC, Hong Kong.
2d1300-0887-4849-bdb0-044b9ff8859.pdf,
diakses pada hari Sabtu, 14 April 2012 Pk. [14] Deeks, A. D., White, D. J. and Bolton, M.
12.08 WIB. D. (2005), A Comparison of Jacked,
Driven and Bored Piles in Sand, ICSMGE
[4] U.S. Army Corps of Engineers. (2004), Osaka, Vol. 2, pp. 2103 2106.
Pile Driving Equipment, Department of
The Army, Washington, DC 20314-1000. [15] Chan, R. K. S. (2006), Foundation Design
and Construction, Geo Publication No.1.
[5] Peurifoy, R. L.; Schexnayder, C. J.; and
Shapira, A. (2006), Construction Planning, [16] Pertiwi, D. (2006), Korelasi Daya
Equipment, and Methods, Seventh Edition, Dukung Pondasi Tiang Pancang Dengan
McGraw-Hill, New York. Menggunakan Data-Data Sondir dan Jack
in Pile, Jurnal Aksial, Vol. 8, No.1, Hal.
[6] Tianwei. (2013), ZYC Series Hydraulic 36 42.
Static Pile Driver,
http://tianweiengineering.itrademarket.com [17] Hwang, S., Liu, L. Y. (2010),
/1711337/, diakses pada hari Senin, 14 Contemporaneous Time Series and
Forecasting Methodologies for Predicting
DOI: 183
JEMIS VOL. 4 NO. 2 TAHUN 2016 e-ISSN 2477-6025
DOI: 184