Professional Documents
Culture Documents
INFO Manado 3.2.2013-5.diah Irawati PDF
INFO Manado 3.2.2013-5.diah Irawati PDF
ABSTRACT
Indonesia is an archipelagic country where two-thirds of its territory is ocean. Coral
reefs are one of the potential water resources are abundant in Indonesia, because
the ecology of coral reefs can only grow in tropical regions. Indonesia is ranked top
2
for the breadth and richness of coral reef species. More than 75,000 km or 14% of
the total area of the world's coral reefs. Coral reefs serveas a place to live different
kinds of marine life; its existence was very sensitive to changes. Damage to coral
reefs will have an impact on marine life due to the inter dependence with one
another. Damage to coral reefs detected in 93 countries from 109 countries that
have a wealth of coral reefs, including in Indonesia. The damage mostly caused by
human activities such as tourism activities that exceed the carrying capacity of the
region, the use off is hpoison, pollution and sedimentation even harvesting of coral
reefs on a large scale. Top reven the continuing damage done needed coral reef
management activities. Management is essentially done in the form of controlling
human action to utilize wisely coral reefs. The concepts of Marine Protected Areas
(MPA) is an effort to protect coral reefs in the context of the structure, function and
integrates ecosystems and maintain biodiversity at all tropic levels in the
ecosystem.
Keywords : coral reef, ecosystem, biota, ocean, conservation
ABSTRAK
Indonesia adalah negara kepulauan dimana dua per tiga wilayahnya merupakan
lautan. Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang
melimpah di Indonesia, karena secara ekologi terumbu karang hanya dapat tumbuh
di wilayah beriklim tropis. Indonesia menempati peringkat teratas untuk luas dan
2
kekayaan jenis terumbu karang. Lebih dari 75.000 km atau sebesar 14% dari luas
147
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
total terumbu karang dunia. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat hidup
berbagai jenis biota laut, keberadaannya pun sangat peka terhadap perubahan.
Kerusakan pada terumbu karang akan menimbulkan dampak pada kehidupan
bawah laut karena adanya saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Kerusakan terumbu karang terdeteksi di 93 negara dari 109 negera yang memiliki
kekayaan terumbu karang termasuk di Indonesia. Kerusakan yang terjadi sebagian
besar diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti kegiatan wisata yang melebihi
daya dukung kawasan, adanya penggunaan racun ikan, polusi dan sedimentasi
bahkan pemanenan terumbu karang secara besar-besaran. Untuk mencegah
semakin berlanjutnya kerusakan yang terjadi, diperlukan sebuah kegiatan
pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan pada hakekatnya dilakukan dalam
bentuk pengontrolan terhadap tindakan manusia untuk memanfaatkan terumbu
karang secara bijaksana. Konsep Kawasan Konservasi Laut (KKL) merupakan salah
satu usaha untuk melindungi terumbu karang dalam konteks struktur, fungsi dan
integritas ekosistem serta mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua
tingkatan trofik dalam ekosistem.
Kata kunci : terumbu karang, ekosistem, biota, laut, konservasi
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga
wilayahnya adalah lautan. Selain diberikan gelar sebagai negara bahari,
posisinya yang strategis yaitu di wilayah tropis menjadikan Indonesia juga
dikenalsebagai negara yang kaya akan keragaman hayati. Hamparan laut
yang sangat luas merupakan potensi sekaligus tantangan bagi bangsa
Indonesia untuk dapat mengembangkan sumberdaya perairannya.
Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya perairan yang
sangat melimpah di Indonesia. Sebagai penghuni ekosistem laut, terumbu
karang indonesia menempati peringkat teratas dunia untuk luas dan
kekayaan jenisnya. Lebih dari 75.000 km2 atau sebesar 14% dari luas total
terumbu karang dunia (Dahuri, 2003). Terumbu karang merupakan
ekosistem yang sangat peka dan sensitif. Jangankan dirusak, hanya diambil
sebuah pun keutuhannya akan terganggu hal ini disebabkan oleh adanya
saling ketergantungan antara ribuan makhluk yang ada di dalam terumbu
karang tersebut. Proses terciptanya pun tidak mudah, dibutuhkan waktu
148
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
149
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
150
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
material dan non material yang timbul akibat rusaknya terumbu karang
yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak bagi
kehidupan manusia.
Usaha konservasi yang dapat memberikan perlindungan, pengawetan
serta pemanfaatan sumberdaya alam yang ada secara lestari sangat
diperlukan dalam hal ini. Keterpaduan masyarakat dengan pihak-pihak
terkait harus dapat diciptakan agar usaha tersebut dapat tercapai.
Kepedulian masyarakat dunia terhadap terumbu karang telah ditunjukkan
dengan terselenggaranya CTI (Coral Triangle Initiative) Summit yaitu
pertemuan Internasional negara Filipina, Indonesia, Papua Nugini, Malaysia,
Timor Leste dan Kepulauan Solomon di Manado Sulawesi Utara pada tahun
2008. Pertemuan ini merupakan sebuah dedikasi upaya kemitraan antar
pemerintah dari negara-negara tersebut untuk mempromosikan laut yang
sehat serta membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya laut
melalui penciptaan dan penguatan Kawasan Perlindungan Laut (Marine
Protected Area). Selain itu, kemitraan ini dibangun juga untuk
mempromosikan manajemen bentang laut pada skala besar, meningkatkan
perikanan, adaptasi terhadap perubahan iklim serta pemulihan spesies
terancam punah (Conservation International, 2008). Makalah ini
merupakan hasil ulasan dari berbagai sumber yang dirangkum dengan
tujuan untuk memberikan informasi tentang morfologi, habitat, manfaat
terumbu karang serta tantangan dan upaya konservasinya di Indonesia.
151
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
152
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
153
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada
di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Gambar 2
memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh
dunia.
154
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
sekitar Pulau Sulawesi, Laut Flores dan Banda. Sebaran karang di pantai
timur Sumatera, sepanjang Pantai Utara Jawa, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan yang dibatasi oleh tingginya sedimentasi. Tumbuh dan
berkembang baik di wilayah Sulawesi khususnya Sulawesi Utara oleh karena
adanya arus lintas Indonesia yang mengalir sepanjang tahun dari Laut
Pasifik dan Laut Hindia (Suharsono, 1996 dalam Adriman, 2012).
Keterangan Gambar :
1. Skeleton
2. Septa
3. Mouth
4. Tentacle
5. Coral cup
6. Bagian yang berwarna merah disebut
endodermis
155
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
pesat pada kedalaman antara 2-15 meter dan cahaya menjadi faktor utama
yang memengaruhi distribusi vertikalnya. Karang pembentuk terumbu ini
hanya dapat tumbuh baik pada daerah-daerah tertentu seperti pada pulau-
pulau yang sedikit mengalami sedimentasi atau di sebelah timur dari benua
yang umumnya tidak terpengaruh oleh arus dingin.
Hardianto et al. (1998) dalam Adriman (2012) menjelaskan keberadaan
terumbu karang ditandai oleh menonjolnya jenis biota yang hidup di
dalamnya, diperkirakan sekitar 0,2% dari luas samudera atau 70,8%
permukaan bumi. Sebagian besar terumbu karang tumbuh di perairan
tropis yang jernih dan agak dangkal yaitu kedalaman kurang dari 40 meter
pada rentang isothermal 20 oC dengan ketersediaan nutrisi rendah.
156
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
157
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
lapisan yang sangat dalam, sehingga binatang karang juga dapat hidup
pada perairan yang cukup dalam.
3. Salinitas. Hewan karang peka terhadap perubahan salinitas (kadar
garam), sehingga pada perairan yang tidak banyak mengalami
perubahan salinitas atau relatif stabil saja karang bisa hidup normal.
o
Salinitas optimal untuk kehidupan terumbu karang antara 32 35 /oo,
sehingga jarang ditemukan pada daerah muara sungai besar, bercurah
hujan tinggi atau perairan dengan kadar garam tinggi (hipersalin).
4. Kejernihan air. Kejernihan air ini sangat erat kaitannya dengan intensitas
cahaya matahari, agar cahaya dapat mencapai dasar perairan, syarat
kejernihan air diperlukan. Bila terdapat benda-benda yang larut atau
melayang di laut akan mengganggu masuknya cahaya matahari. Pasir
dan lumpur bisa menutupi polip dan akhirnya mematikan hewan karang
ini.
5. Pergerakan Air. Ombak dan arus turut berperan dalam pertumbuhan
karang. Ombak dan arus membawa oksigen dan bahan makanan; oleh
karena karang batu yang hidup menetap di dasar dan tidak berpindah
tempat maka karang batu ini hanya dapat mengandalkan bahan
makanan yang dibawa oleh arus. Di samping itu arus atau ombak dapat
membersihkan polip dari kotoran-kotoran yang menempel atau masuk
kedalamnya. Kedalaman 3 10 meter merupakan lingkungan yang
menguntungkan bagi hewan karang untuk hidup.
6. Sedimentasi.Sedimentasi merupakan masalah yang umum terjadi di
wilayah tropis, pengembangan di daerah pantai serta aktivitas-aktivitas
lainnya seperti pengerukan, pertambangan, pengeboran minyak,
pembukaan hutan, aktivitas pertanian dapat membebaskan sedimen ke
perairan pantai atau ke terumbu karang melalui runoff. Disamping
sedimen yang disebabkan oleh aktivitas di atas, ada pula sedimen yang
dikenal dengan carbonate sediment yaitu sedimen yang berasal dari
erosi karang-karang, baik secara fisik maupun biologis (bioerosion).
Bioerosi biasanya dilakukan oleh hewan-hewan laut seperti bulu babi,
ikan, bintang laut dan sebagainya.
158
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
159
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
160
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
161
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau alga ridge. Akhirnya zona
windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal.
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona
ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit
daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup
lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya
kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor
gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar
(Anonim, 2007). Zonasi terumbu karang diilustrasikan dalam Gambar 9.
162
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
163
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
10-15% dari total produksi. Hasil penelitian Husni (2001) tentang nilai
ekonomi terumbu karang untuk perikanan di kawasan Gili Indah Kabupaten
Lombok Barat NTB adalah sekitar 611,34 kg/ha/tahun dengan nilai Rp.
48.731.275/ha/tahun, sedangkan nilai ekonomi pariwisata bahari sekitar
Rp. 69.117.180,36. Selanjutnya Wawo (2000) melaporkan bahwa nilai
ekonomi total terumbu karang di Pulau Nusa Laut Maluku adalah Rp.
4.265.174/ha/tahun. Selanjutnya Dahuri (1999) dalam Adriman (2012)
melaporkan bahwa nilai ekonomi terumbu karang di Kawasan Barelang dan
Bintan mencapai Rp. 1.614.637.864,-/ha/tahun.
Fringing reef juga merupakan pelindung pantai yang sangat penting
dari terpaan gelombang, sehingga stabilitas pantai bisa tetap terjaga. Hiew
dan Lim (1998) dalam Kusumastanto (2000), menyatakan bahwa nilai
manfaat terumbu karang per hektar per tahun sebagai pencegah erosi
pantai adalah sebesar US$ 34.871,75 atau dengan asumsi US$ 1 setara
dengan Rp. 9.500,- maka nilai fungsi tidak langsung terumbu karang sebagai
pencegah erosi adalah sebesar Rp. 331.281.625/ha/tahun. Di samping itu
nilai keindahan, kekayaan biologi sebagai bagian dari suksesi alam dalam
menjaga kelangsungan kehidupan dalam perannya sebagai sumber plasma
nutfah, membuat terumbu karang menjadi kawasan ekosistem pesisir yang
sangat penting dari berbagai aspek (Garces, 1992 dalam Adriman, 2012).
Sementara itu, Ruitenbeek (2001) dalam Partini (2009), menyatakan bahwa
nilai fungsi tidak langsung terumbu karang sebagai penyedia biodiversity
adalah sebesar US$ 15/ha/tahun atau sekitar Rp. 142.500,-.
164
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
1. Pemanfaatan Ekstraktif
Pemanfaatan ekstraktif meliputi kegunaan konsumtif seperti
penangkapan biota laut yang dijadikan konsumsi pangan maupun kegunaan
ornamental, seperti penangkapan ikan hias, kerang dan sebagainya.
165
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
166
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
167
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
168
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
169
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
170
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
V. PENUTUP
1. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat
tinggi. Beragam jenis terumbu karang tersebar di pulau-pulau di
Indonesia dengan berbagai manfaat dan nilai ekonomi maupun ekologi.
2. Laju kerusakan terumbu karang di Indonesia saat ini semakin
mengkhawatirkan. Aktivitas manusia seperti penggunaan racun ikan dan
dinamit menjadi permasalahan utama penyebab rusaknya terumbu
karang.
3. Penetapan Kawasan Konservasi Laut (KKL) diharapkan menjadi salah
satu upaya yang cukup efektif dalam menjaga dan melindungi
kelestarian terumbu karang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Adriman. 2012. Desain Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Secara
Berkelajutan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Bintan Timur Kepulauan
Riau. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ambalika, I. 2010. Kerusakan ekosistem terumbu karang Di Pulau Bangka akibat
penambangan timah lepas pantai (kapal isap). http://www.ubb.ac.id
(diakses tanggal 27 April 2013).
Anonim, 2007. Ekosistem terumbu karang. www.ipb.ac.id (diakses tanggal 28 April
2013).
Anonim, 2011. Pengaruh pencemaran lingkungan terhadap terumbu karang.
http://dinatropika.wordpress.com/2011/01/17/pengaruh-pencemaran-
lingkungan-terhadap-terumbu-karang/#more-384 (diakses tanggal 26 April
2013).
Arifin, T. 2008. Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu
Karang Di Selat Lembeh Kota Bitung. [Disertasi]. Bogor : Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Burke L, Selig, E, Spalding M. 2002. Reef at Risk in Southest Asia. World Resources
Institute (WRI), Washongton, DC.
Conservation Indonesia. 2008. Inisiatif segitiga terumbu karang.
http://www.conservation.org/global/indonesia/aktivitas_lapangan/bentang
_laut/cti/pages/inisiatif_segitiga_terumbu_karang.aspx (diakses tanggal 26
April 2013).
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
171
INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013
172
Potensi Terumbu Karang Indonesia
Diah Irawati Dwi Arini
173