You are on page 1of 8

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 7 No. 2 Februari 2015

UNJUK KERJA ALAT PENGERING GULA SEMUT DUA BELAS SUSUN


MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LPG

Susanto Johanes1, Sukartono, G.2, Soeadgihardo S.3

12,3
Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Masuk: 11 Desember 2014, revisi masuk: 12 Januari 2015, diterima: 28 Januari 2015

ABSTRACT
Modified dryer is used as an alternative methodfor drying the production of
coconut sugars (gula semut / gula merah) or coconutcrystal sugars for farmers or micro
entrepreneurs, especially when production is increased or in the rainyseason. This study
aims to determine the performance of drier gula semut own design, with LPG fuel.
Construction drier consists of a framework to support stainless steel pans as the
container of sugars, measuring 78 cm x 74 cm x 4 cm, which is composed of twelve level,
with a gap distance of 5 cm. The pans arranged vertically, so that the bottom of the pan
gets hot either by radiation, conduction, and convection by the flow of hot air that is
exhaled by the blower, while the pans that is above it also will get heat by conduction and
convection by hot air which flows through it. The tests of dryers are conducted in two
methods: with load and without load. The weather conditions are dry bulb temperature of
30°C and 27°C wet bulb. In the no-loaded testing, to achieve a working temperature of
the drying chamber at 60 °C, it takes approximately 40 minutes. While testing with load is
drying 8 kg / pan and 10 kg / pan sugars. On this burden, to reduce the water content of
about 6% to between 2-3%, required 5.5-7 hoursdrying time, and required the
consumption of fuel (LPG) between 1.15 to 1.35 kg. The rate of the average water
content decreasedis 0.66% per hour, and the total efficiency of the dryer (ηT) is 23%.
Keywords: Gula semut, water content, dryer.

INTISARI
Alat pengering hasil rekayasa digunakan sebagai cara alternatif untuk mengatasi
kesulitan pengeringan produksi gula semut (gula kelapa/merah) atau gula kristal bagi
para petani atau pengusaha mikro, terutama ketika produksi meningkat atau saat musim
hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja alat pengering gula semut
rancangan sendiri, dengan bahan bakar LPG. Konstruksi alat pengering terdiri dari
kerangka untuk menopang pan-pan stainless steelsebagai wadah gula semut, berukuran
78 cm x 74 cm x 4 cm, yang disusun dua belas tingkat, dengan jarak celah 5cm. Pan-pan
disusun secara vertikal, sehingga pan yang paling bawah mendapat panas baik secara
radiasi, konduksi, dan konveksi oleh aliran udara panas yang dihembuskan oleh blower,
sedangkan pan-pan yang berada di atasnya akan mendapatkan panas secara konduksi
dan konveksi oleh udara panas yang mengalir melintasinya. Pengujian alat pengering
dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa dan dengan beban. Pada saat pengujian, kondisi
cuaca bertemperatur bola kering 30oC dan bola basah 27oC.Pada pengujian tanpa
beban,untuk mencapai temperatur kerja ruang pengering sebesar 60 oC, diperlukan
waktu lebih kurang 40 menit.Sedangkan pengujian dengan beban yaitu mengeringkan
8kg/pan dan 10kg/pan gula semut. Pada beban tersebut, untuk menurunkan kadar air
dari sekitar 6% menjadi antara2–3%, diperlukan waktu pengeringan selama 5,5–7jam,
dengan memerlukan konsumsi bahan bakar (LPG) antara 1,15–1,35kg. Laju penurunan
kadar air rata-rata gula semut sebesar 0,66% setiap jam, serta efisiensi total alat
pengering (ηT) sebesar 23 %.
Kata kunci: Gula semut, kadar air, alat pengering.

1
s.johanes@ugm.ac.id,
2
gregsukartono@ugm.ac.id,
3
soeadgihardo@ugm.ac.id 171
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

PENDAHULUAN bentuknya menarik; Nilai ekonominya


Gula semut merupakan salah lebih tinggi; Memiliki aroma khas;
satu komoditi perdagangan yang mem- Bentuknya kering dan tidak lembek.
punyai peluang untuk dikembangkan Gula kristal bersifat higroskopis,
guna meningkatkan penghasilan petani sehingga kadar airnya mudah meningkat
maupun pengusaha mikro serta devisa dengan menyerap uap air dari lingkung-
negara. Kesulitan pengeringan produksi an sekitarnya. Untuk melindungi produk
gula semut oleh para petani atau peng- gula agar tak lembab serta bebas dari
usaha mikro sering dialami, terutama pencemaran lingkungan maka diperlukan
ketika musim hujan tiba. Selama ini, sa- pengemas atau pembungkus. Selain itu
tu-satunya proses pengeringan produksi untuk melindungi produk agar tak mudah
gula semut yang kebanyakan mereka bereaksi dengan udara maka diperlukan
lakukan, adalah dengan penjemuran. pengemas hampa udara (Hambali,E.,
Pemanfaatan nira siwalan/kelapa 1990). Salah satu jenis pengemas yang
sebagai bahan pemanis dalam bentuk sering digunakan adalah plastik. Peng-
produk gula merah, dengan kadar air gunaan plastik ini karena sifat-sifatnya
yang relatif tinggi yaitu sekitar 9–11%, yang dipandang menguntungkan, missal-
mempunyai kendala dalam hal daya nya mudah dibentuk, mempunyai adapta-
simpan yang relatif pendek. si yang tinggi terhadap produk, tidak
Sampai saat ini, Indonesia masih korosif dan mudah dalam penanganan-
mengimpor gula pasir, bahkan dari tahun nya (Syarief, R.,dkk., 1989).
ke tahun kapasitasnya meningkat. Menu- Dengan menggunakan alat
rut Bulog rata-rata peningkatan konsumsi pengering gula semut, yang mengapli-
gula tersebut mendekati 5%, sedang kasikan proses kerja otomasi pada
kemampuan produksi dalam negeri ha- sistem kontrolnya, berbahan bakar LPG
nya 3,58% per tahun, sehingga memberi- (Liquified Petroleum Gas)yang harganya
kan peluang bagi pengusaha gula merah terjangkau, susunan pan bertingkat, se-
untuk memenuhi kekurangan tersebut hingga kompak & praktis, menggunakan
(Santoso, 1993). udara pemanas multi lintas, kapasitas
Keunggulan gula merah kristal kecil antara 100-150kg yang disesuaikan
antara lain mempunyai umur simpan kondisi petani dan pengusaha mikro,
relatif lebih lama, yaitu berkisar antara 5 pelat pemanas bersirip berfungsi untuk
–7 bulan, karena kadar airnya relatif lebih mempercepat proses penyerapan kalor
rendah yaitu 2,5–3,0%. Hasil penelitian oleh udara pemanas, serta pengaturan
tentang kristalisasi nira siwalan, dipero- temperatur udara pemanas sesuai ke-
leh produk gula siwalan kristal dengan butuhan agar tak over heat, sebagai
kandungan air 2,85% (Wedowati dan pengaman bagi alat dan produk, maka
Rahayuningsih, 2006). Selain itu, keung- pengguna alat pengering ini diuntungkan
gulan gula merah bentuk kristal yang secara ekonomis, keamanan terjaga dan
kecil akan memudahkan penggunaannya. kemudahan dalam pengoperasian alat-
Disamping itu, gula merah kristal dapat nya.
dibuat dalam berbagai macam rasa yaitu Dengan sistem tersebut di atas,
jahe, temu lawak, kencur dan lainnya, maka pemanfaatan kalor menjadi optimal.
sehingga apabila digunakan untuk Disamping itu, tak diperlukan lagi tenaga
minuman, akan memberikan rasa khas tambahan serta lahan yang cukup luas
yang alami (Soetanto, 1998). untuk penjemuran. Higienitas produk ju-
Sumber lain menunjukkan bahwa ga lebih terjamin, karena terhindar dari
gula semut memiliki beberapa kelebihan pencemaran lingkungan, sebagai akibat
dibandingkan dengan gula hasil cetak kontak langsung yang lama dengan uda-
tempurung kelapa (PDII-LIPI, 2000), di- ra bebas, pada saat proses penjemuran.
ataranya adalah: Atas dasar berbagai alasan di
Dapat disimpan dalam waktu atas, maka pada penelitian ini dibuat
kurang lebih dua tahun tanpa mengalami prototipe pengering gula semut yang
perubahan setelah dikeringkan dan kompak, susunan pan bertingkat, ber-
dibungkus rapat; Mudah larut dan kapasitas kecil, dengan bahan bakar

172
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

LPG, berdampak polusi sangat sedikit, kakao modifikasi BPTP Sultra. Proses
untuk diuji unjuk kerjanya. Perpindahan pengeringan menggunakan panas hasil
kalor radiasi oleh plat stainless steel dan arang kayu yang memanasi biji-biji kakao
aluminium yang dipanaskan oleh gas yang berada di atasnya sebanyak tiga
hasil pembakaran bahan bakar LPG di- tingkat.
manfaatkan untuk memanaskan pan-pan, Menurut Fudholi, A. dkk (2009),
dan dikombinasi dengan kalor konveksi di dalam reviewnya dikatakan bahwa
udara yang dipanaskan oleh plat dan pengeringan untuk produk pertanian dan
sirip-sirip stainless steel. kelautan adalah salah satu aplikasi yang
Sementara gula semut yang di- paling menarik dan hemat energi deng-
panaskan ditebarkan merata di atas pan- an menggunakan energi surya. Berbagai
pan, yang selanjutnya pan-pan tersebut jenis pengering surya telah dirancang
disusun sebanyak 12 (dua belas) tingkat. dan dikembangkan di berbagai belahan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mem- dunia. Pada dasarnya ada empat macam
pelajari unjuk kerja alat pengering gula alat-alat pengering surya tersebut, yaitu
semut, kapasitas maksimum 150kg, ran- pengering sinar matahari langsung, tak
cangan sendiri, dengan dua belas tingkat langsung, model gabungan dan tipe hi-
susunan pan-pan, menggunakan bahan brid. Pada alat pengering gula semut
bakar LPG. Dengan rancangan ini yang dirancang ini, perpindahan kalor
harapannya adalah dapat memanfaatkan berlangsung secara radiasi dari gas hasil
semaksimal mungkin kalor hasil pemba- pembakaran gas LPG menuju ke plat
karan bahan bakar LPG. stainless steel. Kemudian platstainless
Alat-alat pengering produk per- steel berfungsi sebagai radiator yang
tainan pada umumnya bertujuan mengu- memancarkan kalor radiasi ke pan bagi-
rangi kadar air yang terkandung di dalam an bawah, sehingga gula semut terpana-
produk tersebut. Metode pengeringan si secara konduksi oleh pan. Disamping
yang dilakukan ada kalanya berbeda, itu, gula semut juga dipanaskan secara
namun ada yang sama atau hampir konveksi oleh udara panas akibat
sama satu dengan lainnya. Perlakuan- pemanasan udara tersebut oleh plat dan
perlakuan khusus seperti misalnya pro- sirip-sirip stainless steel.
duk-produk yang sensitif terhadap tinggi- Kalor total yang dipergunakan
nya temperatur pengeringan, dilakukan pada proses pengeringan gula semut ini,
untuk melindungi produk tersebut agar terdiri dari: 1)kalor yang digunakan untuk
tak terjadi perubahan sifatnya. Selain itu, memanaskan gula semut dari temperatur
ada juga perlakuan khusus lainnya yaitu atmosfer ke temperatur yang diinginkan,
produk tak boleh kontak langsung deng- 2)kalor yang digunakan untuk memanas-
an logam. Adapun beberapa penelitian kan kandungan air yang ada dalam gula
tentang alat-alat pengering tersebut, di- semut,3)kalor yang digunakan untuk
uriakan sebagaiberikut. menguapkan (kalor laten) kandungan air
Menurut penelitian Seprianto, yang ada dalam gula semut, 4)kalor yang
D.,dkk.,(2010),pengeringan bunga Rosel- keluar melalui ventilasi/cerobong gas
la, menggunakan rancang bangun mesin buang, 5)kebocoran kalor melalui dinding
pengering ciptaannya, yang kemudian alat pengering gula semut dan kerugian
disumbangkan kepada mitranya. Mesin kalor radiasi & terbuang ke udara sekitar.
tersebut bekerja menggunakan pemanas Adapun untuk menentukan unjuk kerja
listrik dengan daya 440watt, arus 2 Am- alat pengering gula kristal tersebut di
pere, tegangan 220volt. Hasil pengujian atas, melalui perhitungan secara berta-
pengeringan bunga Rosella yang dilaku- hap sebagai berikut.
kan adalah dengan kecepatan aliran Besarnya kalor total yang
udara 1,2m/det, temperatur pengeringan digunakan pada proses pengeringan gula
55oC, serta lama pengeringan selama 14 semut adalah sebagai berikut :
jam, menghasilkan kekeringan bunga
tersebut secara sempurna. ........... (1)
Penelitian Ruku, S., dkk. (2005),
tentang penggunaan alat pengering biji dimana
QD= kalor (energi) untuk pemanasan gula

173
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

semut basah, (k Joule) QB=kalor hasil pembakaran bahan bakar


QL= kalor (energi) yang hilang, (k Joule). (k Joule).
Kalor untuk pemanasan gula Perpindahan kalor pada gula
semut basah (QD), terdiri dari beberapa semut yang berada pada pan merupakan
komponen energi dan dinyatakan gabungan antara konduksi dan konveksi,
sebagai berikut : yang sebagian besar dalam arah berla-
wanan. Semakin besar kapasitas gula
...... (2)
semut (dalam satuan kg) yang dikering-
dimana,
kan, maka ketebalan lapisan perpindah-
QS= kalor pemanasan gula semut, (k
an kalor konduksi semakin besar,
Joule), QW = kalor pemanasan air yang
sehingga untuk menghasilkan temperatur
terkandung pada gula semut, (k Joule),
rata-rata gula semut yang sama besar,
QEW= kalor penguapan air gula semut, (k
diperlukan pengaturan kapasitas bahan
Joule). Kalor pemanasan gula semut
bakar yang berbeda. Semakin tebal
dinyatakan dengan persamaan berikut :
lapisan gula semut pada pan, akan
) ....... (3) mengakibatkan laju pengeluaran kan-
dungan uap air yang semakin sulit.
Semakin tinggi kecepatan aliran udara
dimana,
pemanas akan mempercepat pengusiran
WSf= berat gula semut basah setelah
kandungan air dalam gula semut, tetapi
produksi, (kg), cpS= panas jenis gula
kalor yang terbuang semakin besar pula,
semut, (k Joule/kg.oC),Td= temperatur
sehingga perlu diatur kecepatan udara
gula semut kering, (oC), Tf= temperatur
pemanas yang tepat. Untuk memperoleh
gula semut awal (basah), (oC).
standar operasi alat pengering gula ini,
Kalor pemanasan air gula semut
maka diperlukan pengaturan kapasitas
dinyatakan dengan persamaan berikut :
gula semut, pengaturan konsumsi bahan
)...... (4) bakar serta lama waktu operasi yang
berbeda-beda guna memperoleh gula
semut dengan tingkat kekeringan tertentu.
Dimana,
Wwf=berat kandungan air pada gula
METODE
semut, (kg), cpw = panas jenis air, (k
Sebagai bahan yang dikeringkan
Joule/kg.oC). Kalor penguapan air gula
adalah gula semut yang masih basah,
semut dinyatakan dengan persamaan
dengan kadar air sekitar 6%, hasil
berikut :
produksi langsung para petani atau
................ (5) produksi sendiri. Alat pengering yang
dibuat adalah dengan ukuran pan 78 cm
dimana, x 74 cm x 4 cm, dan pan tersusun 12
∆Ww= berat air yang terbuang selama (dua belas) tingkat. Diagram alir proses
pengeringan, (kg),=Wwf-Wwe. Wwe=berat pengeringan gula semut yang digunakan,
air dalam gula semut saat akhir (setelah ditunjukkan seperti pada Gambar 1.
pengeringan), (kg), hfg=kalor laten peng-
uapan (k Joule/kg).
Sedangkan kalor (energi) yang
hilang (QL), diantaranya terdiri dari laju
aliran kalor melalui dinding, laju aliran
kalor melalui ventilasi, laju aliran kalor
hasil pembakaran yang terbuang ke
lingkungan. Efisiensi total pengeringan
gula semut dinyatakan sebagai berikut :

. (6) Gambar 1. Diagram Alir Proses Penge-


dimana, ringan Gula Semut

174
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

Pada Gambar 2 adalah sketsa yang diperlukan. Pengambilan sampel


alat pengering gula semut yang gula semut dilakukan pada waktu sebe-
digunakan pada penelittian ini. lum dan setelah pengeringan berlang-
Spesifikasi alat pengering yang sung 4; 5; 6; 7 dan 8 jam (tergantung
digu-nakan pada penelitian ini adalah: kapasitas), diambil pada tingkat pan posi-
Bahan bakar LPG, Kapasitas kecil antara si bawah; tengah dan atas (A, B dan C).
100– 150kg, Jumlah tingkat12 pan, Untuk mengetahui kadar air yang terkan-
Mengguna-kan udara pemana satu lintas dung dalam gula semut, maka setiap
dan dengan atau tanpa sirkulasi, Pelat sampel gula semut diambil sebanyak 15
pema-nas tanpa sirip (dilepas), gram (sama dengan W1), selanjutnya
dikeringkan menggunakan oven selama
satu jam pada temperatur 110oC, hingga
beratnya menjadi W2, agar kandungan
air hilang/kering, untuk kemudian dipa-
kai sebagai dasar perhitungan.

PEMBAHASAN
Pada ujicoba alat tanpa beban
menunjukkan bahwa temperatur ruang
pengering gula semut sebesar 60oC dica-
pai selama lebih kurang 40 menit. Pada
percobaan perdana ini, kondisi alat tanpa
dilengkapi sirip-sirip pemanas, serta tan-
pa sirkulasi udara pemanas dan meng-
gunakan blower 2” dengan kecepatan
penuh (bukaan damper penuh).
Pada pengujian alat dengan be-
ban, dilakukan pengeringan gula semut
sebanyak dua variasi kapasitas, yaitu 8
kg/pan dan 10kg/pan, atau total berat
Gambar 2. Sketsa Alat Pengering Gula
masing-masing sebesar 96kg dan 120kg.
Semut
Data hasil penelitian untuk salah
satu variasi kapasitas pengeringan gula
Proses penelitian dimulai dengan
semut, yaitu 8 kg/pan,disajikan pada
melakukan pengujian alat pengering gula
Tabel 1 sampai dengan Tabel 5berikutini.
semut tanpa beban dan selanjutnya
Kondisi udara lingkungan saat dilakukan
dengan beban. Pada penelitian dengan
pengambilan data, menunjukkan bahwa
pembebanan, variasi yang dilakukan
temperatur bola kering rerata sebesar
adalah banyaknya gula semut (kg per
30oC dan temperatur bola basah adalah
tingkat). Lama pengeringan gula semut
sebesar 26 oC. Sedangkan data hasil
3–8 jam, hingga dicapai tingkat keke-
penelitian untuk kapasitas 10 kg/pan, tak
ringan lebih kurang antara 2,5–3,0%.
ditampilkan pada naskah ini.
Selanjutnya diukur seberapa besar kon-
sumsi bahan bakar LPG yang diguna-
Tabel 1. Kadar air pada gula semut awal
kannya.
(sebeum pengeringan), untuk kapasitas
Proses pengeringan dimulai de-
pengeringan 8 kg/Pan.
ngan menghidupkan burner dengan set-
ting bukaan trotel gas sesuai dengan W1 W2 W1-W2 Kadar air
temperatur pengeringan yang diinginkan No (g) (g) (g) (%)
yaitu antara 55–60oC.
A 15 14,13 0,87 6,16
Besaran-besaran yang diamati
pada percobaan ini adalah temperatur B 15 14,15 0,85 6,01
pengeringan, temperatur dan tingkat ke- C 15 14,15 0,85 6,01
lembaban udara lingkungan, kandungan
air pada gula semut saat awal dan akhir
setelah pengeringan, serta konsumsi gas

175
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

Tabel 2. Kadar air pada gula semut sete- pengalaman yaitu petani pembuat gula
lah pengeringan 4 jam, untuk kapasitas dan pengusaha mikro, dengan cara
pengeringan 8 kg/Pan. mengamati atau melakukan penilaian
secara fisual terhadap tingkat kekeringan
W1 W2 W1-W2 Kadar air sampel gula semut hasil pengeringan
No (g) (g) (g) (%) tersebut. Proses ini perlu dilakukan untuk
A 15 14,32 0,68 4,75 memperoleh standar waktu operasional
B 15 14,35 0,65 4,53 terhadap alat pengering baru,
C 15 14,33 0,67 4,68 Untuk pengeringan gula semut
dengan kapasitas 8 kg setiap pan (lo-
Nilai kandungan air pada gula yang) atau berat total sebesar 96 kg,
semut saat awal dan akhir pengeringan, diperlukan waktu 7jam serta konsumsi
diperoleh dengan cara perhitungan mun- LPG sebesar 1,15kg, menghasilkan gula
dur, yaitu setelah sampel gula semut ha- semut dengan kandungan air rerata
sil akhir pengeringan dikeringkan kembali 1,58%. Sedangkan untuk pengeringan
menggunakan oven pada temperatur 110 gula semut dengan kapasitas 10kg setiap
o
C selama 60 menit, dan diasumsi seba- pan atau berat totalsebesar 120kg, diper-
gai gula semut kering. lukan waktu 8jam serta konsumsi LPG
sebesar 1,35kg, dan menghasilkan gula
Tabel 2. Kadar air pada gula semut sete- semut dengan kandungan air rerata
lah pengeringan 5 jam, untuk kapasitas 1,85%.
pengeringan 8 kg/Pan. Grafik perubahan kadar air
terkandung pada gula semut, selama
W1 W2 W1-W2 Kadar air proses pengeringan dapat dilihat pada
No (g) (g) (g) (%) Gambar 3.
A 15 14,44 0,56 3,88
B 15 14,49 0,51 3,,52
C 15 14,45 0,55 3,81

Tabel 2. Kadar air pada gula semut sete-


lah pengeringan 6 jam, untuk kapasitas
pengeringan 8 kg/Pan.

W1 W2 W1-W2 Kadar air


No (g) (g) (g) (%)
A 15 14,63 0,37 2,53
B 15 14,60 0,40 2,74
C 15 14,64 0,36 2,46 Gambar 3. kadar air terkandung pada
gula semut
Tabel 2. Kadar air pada gula semut sete-
lah pengeringan 7 jam, untuk kapasitas Gambar 3, menunjukkan grafik
pengeringan 8 kg/Pan. penurunan kadar air pada gula semut se-
lama proses pengeringan.Masing-masing
W1 W2 W1-W2 Kadar air
sampel gula semutdiambil setiap 15
No (g) (g) (g) (%)
gram pada posisi A (pan bawah), B (pan
A 15 14,79 0,21 1,42 tengah) dan C (pan atas), setelah proses
B 15 14,76 0,24 1,63 pengeringan berlansung 4 jam pertama,
C 15 14,75 0,25 1,69 serta kenaikan satu jam berikutnya, sam-
pai proses pengeringan dihentikan. Hasil-
Untuk memperoleh tingkat keke- nya menunjukkan bahwa tidak ada per-
ringan (kadar air) gula semut tertentu, bedaan kadar air pada gula semut yang
atau sesuai keinginan pasar (berkisar signifikan diantara sampel A, B dan C.
1,5%), lama proses pengeringan dilaku- Pada kesempatan ini, Tim peneli-
kan dengan trial and error. Dalam hal ini ti mencoba untuk membuat alat penge-
peneliti dibantu oleh orang yang ber- ring produk pertanian yang berbeda

176
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

dengan para peneliti sebelumnya, maka dibandingkan dengan kalor hasil pem-
alat pengering dibuat bertingkat, seperti bakaran bahan bakar LPG terpakai.
halnya penelitian yang dilakukan oleh
(Ruku, S. dkk). Pemasangan beberapa
jenis rumpun sirip-sirip pemanas pada KESIMPULAN
alat pengering dengan sirkulasi udara Kesimpulan yang diperoleh dari
pemanas, merupakan ciri khusus yang hasil penelitian adalaah sebagai berikut:
akan diuji pada rangkaian panjang tahap- Pada kondisi tanpa beban, ruang peng-
tahap penelitian berkelanjutan ini. Hal ini ering mencapai temperatur kerja 60 oC,
bertujuan untuk mengetahui sebe-rapa diperlukan waktu lebih kurang 40 menit,
besar peningkatan penyerapan kalor dengan kondisi udara sekitarpada
konveksi oleh udara, agar modus temperatur bola kering 30 oC,
perpindahan kalor radiasi berkurang, se- Lama waktu pengeringan gula
hingga pemanasan lebih merata. semut dengan kapasitas antara 8 kg/pan
Sedangkan sirkulasi udara di- dan 10 kg/pan, untuk menurunkan kadar
lakukan dengan tujuan pemanfaatan ka- air dari sekitar 6% menjadi antara 2– 3%,
lor semaksimal mungkin. Udara pemanas adalah selama 5,5–7jam, dengan me-
tidak langsung dibuang, tetapi dipanas- merlukan konsumsi bahan bakar (LPG)
kan lagi untuk digunakan lagi memanas- antara 1,1–1,6kg,
kan gula semut, hingga mendekati jenuh, Laju penurunan kadar airrata-
baru selanjutnya udara tersebut dibuang. rata gula semut sebesar 0,66% setiap
Penggunaan bahan bakar LPG dengan jam, dan efisiensi total rerata alat penge-
pertimbangan agar ruangan tetap bersih, ring. (ηT) sebesar 23 %.
karena yang ditangani ada-lah komoditi
pangan, serta harganya masih terjang-
kau oleh pengguna alat. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini, menunjukkan saat Fudholi, A., Sopian, K., Ruslan,M.H.,
mendekati akhir proses pengeringan, Alghoul, M.A., Sulaiman, M..Y.,
gula semut yang berada pada pan ter- 2009, Review of solar dryer for
bawah yang berdekatan dengan burner agricultural and marine products,
atau kompor, cenderung mengalami Solar Energy Research Institute,
pengerasan, terutama pada bagian dasar Universiti Kebangsaan Malaysia,
pan. Hal ini mengindikasikan bahwa mo- 43600 Bangi Selangor Malaysia,
dus perpindahan kalor radiasi dan kon- Hambali, E., 1990. Pengantar Pengema-
duksi lebih dominan dibanding konveksi. san. Laboratorium Pengemas-an,
Kejadian ini didukung oleh kenyataan Jurusan Teknologi Industri Perta-
bahwa kecepatan aliran udara pemanas nian, Institut Pertanian Bogor.
ini cukup kecil, sehingga pengusiran uap PDII–LIPI, 2000, Gula semut, http://www.
air yang terlepas dari gula semut menjadi dekindo.com/contect//teknologi/,
lambat. Disamping alasan tersebut, pada 15 April 2013,
tahap awal, sirip-sirip pemanas stainless Santoso, H.B., 1993. Pembuatan Gula
steelrumpun pertama, berjumlah tujuh Kelapa. Kanisius Yogyakarta.
buah, dengan masing-masing luas 9 cm Seprianto, D. & Widagdo, T., 2010, Ran-
x35cm, dan berbagai jenis rumpun-rum- cang lPembudidayaan Bunga
pun sirip lainnya, yang akan digunakan Rosella, Laporan Kegiatan Vucer,
pada percobaan (penelitian) berikutnya, Jurusan Teknik Mesin Politeknik
tidak terpasang(dilepas) dari alat penge- Negeri Sriwijaya, Palembang.
ring tersebut, serta tanpa sirkulasi udara. Soetanto, N.E., 1998. Membuat Gula
Perhitungan efisiensi total rerata Kelapa Kristal. Kanisius Yogya-
pengeringangula semut menggunakan karta.
alat pengering ini, diperoleh sebesar 23%. Syarief, R., S. Santausa dan St. Isyana,
Nilai iniberdasarkan pada persamaan (6), B., 1989. Teknologi Pengemasan
yang meliputi kebutuhan kalor untuk Pangan. Laboratorium Rekayasa
pemanasangula semut dan air yang ter- Proses Pangan, Pusat Antar Uni-
kandung, serta kalor laten penguapan air,

177
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 2 Februari 2015

versitas Pangan dan Gizi. Institut


Pertanian Bogor, Bogor.
Wedowati, E.R. dan T. Rahayuningsih,
2006. Kristalisasi Nira Siwalan
(Borassus Flabellifer Linn) Seba-
gai Alternatif Bahan Pemanis
Alami. Jurusan Teknologi Perta-
nian, Fakultas Pertanian, Univer-
sitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Surabaya.

178

You might also like