Professional Documents
Culture Documents
KHUTBAH PERTAMA
Marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT Zat yang telah menciptakan alam
semesta dengan segenap benda-benda langit beredar mengikuti kehendak-Nya. Atas
berkat rahmat Allah lah manusia dapat merasakan nikmatnya hidup di muka bumi
ini. Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.
Manusia pilihan Tuhan yang diutus kepada bani Adam agar menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Akal manusia sanggup memberikan penjelasan secara ilmiah bahwa peristiwa ini
terjadi pada saat matahari, bumi, dan bulan berada pada satu garis ekliptika di jagat
raya. Posisi bulan yang terhalang oleh bumi mengakibatkan sinar matahari tidak
dapat diterima oleh bulan sehingga permukaan bumi yang menghadap ke arah bulan
tidak memperoleh pantulan sinar matahari oleh bulan. Peristiwa inilah yang
dinamakan gerhana bulan. Pada saat itu manusia merasakan gelapnya malam pada
malam pertengahan bulan yang biasanya cahaya bulan menerangi permukaan bumi.
Inilah kekuasaan Allah Swt. Peristiwa gerhana bulan tidak terkait dengan kejadian-
kejadian yang dipercayai secara ghaib. Tidak pula terkait dengan mati atau hidupnya
seseorang. Rasulullah Saw telah menjelaskan di dalam sabdanya.
كسفت الشمس على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يوم مات إبراهيم فقال
الناس كسفت الشمس لموت إبراهيم فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إن
الشمس والقمر ال ينكسفان لموت أحد وال لحيا ته فإذا رأيتم فصلو وادعوهللا
“Matahari mengalami gerhana (kusuf) di zaman Rasulullah saw pada hari meninggalnya
Ibrahim. Orang-orang berkata: ‘Matahari mengalami gerhana karena meninggalnya Ibrahim’.
Maka Rasulullah saw bersabda: ‘Sesungguhnya matahari dan bulan itu tidak mengalami
gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, jika kalian melihat gerhana maka shalatlah dan
berdoalah kepada Allah’.” (HR. Bukhari, Ahmad, al-Baihaqi, Ibnu Khuzaimah dan al-
Bazzar)
خسفت الشمس على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فخرج يجر رداءه حتى
انتهى إلى المسجد وثاب الناس اليه فصلى بهم ركعتين فانجلت الشمس فقال ان
الشمس والقمر آيتان من آيات هللا وإنهما اليحسفان لموت أحد وإذا كان ذاك
فصلوا ودعوا حتى يكشف ما بكم وذاك أن ابنا للنبي صلى هللا عليه وسلم مات
يقال له إبراهيم فقال النس في ذاك
“Matahari mengalami gerhana di masa Rasulullah saw, lalu beliau saw keluar sambil menarik
kainnya hingga berhenti di masjid, sementara orang-orang berkumpul di sekitarnya. Kemudian
beliau shalat dua rakaat mengimami mereka, lalu matahari itu terang kembali. Maka beliau
saw berkata: ‘Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua tanda dari tanda-tanda
kekauasaan Allah Swt, dan keduanya itu tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang.
Jika terjadi (peristiwa) seperti itu maka shalatlah kalian dan berdoalah, hingga apa yang ada
pada kalian ditampakkan kembali’. Hal ini terjadi bertepatan dengan meninggalnya salah
seorang putra beliau saw, namanya Ibrahim, dan orang-orang memperbincangkan hal
tersebut.” (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, Ahmad dan an-Nasai)
Kedua hadits tersebut mengajarkan kepada kita bagaimana umat Islam mesti
menyikapi peristiwa gerhana matahari dan bulan. Pertama, bahwa peristiwa alam ini
terjadi atas kehendak Allah Swt. Bukan peristiwa mistik, tahayul, dan khurafat. Allah
Swt Maha Berkehendak terhadap mahluk-Nya. Artinya meyakini adanya cerita-cerita
bohong seputar gerhana merupakan perbuatan syirik yang diharamkan dalam Islam.
Kedua, sebaliknya terjadinya gerhana menunjukkan kekuasaan Allah Swt sebagai
Sang Khalik Al Mudabbir, Sang Pencipta yang Maha Pengatur. Tidak ada sesuatupun
terjadi melainkan Allah yang menghendakinya. Oleh karena itu, yang ketiga, Islam
menyuruh kita untuk mengerjakan shalat sunnah khusuf pada saat terjadinya
gerhana, memperbanyak zikir, doa, dan saling menasihati dalam kebaikan. Semua ini
adalah dalam rangka memuji kebesaran-Nya seraya memperbaiki kualitas perbuatan
kita.
َّكَّٱلتِيَّت َ ۡج ِريَّفِيَّ ۡٱلبَ ۡح َِّر َِّ ارَّ ََّو ۡٱلفُ ۡل َِّ َٱختِ َٰل
َِّ فَّٱل ۡي
َِّ لَّ ََّوٱلن َه َّ ِ تَّ ََّو ۡٱۡل َ ۡر
ۡ ضَّ ََّو ِ ِإنََّّفَِّيَّخ َۡل
َِّ قَّٱلس َٰ َم َٰ َو
َّاَّوبَث ََّ ٱّللَُّ ِمنَ َّٱلس َما ٓ َِّءَّ ِمنَّما ٓ ٖءَّفَأ َ ۡحيَاَّ ِب ِهَّ ۡٱۡل َ ۡر
َ ضَّبَعۡ دََّ َم ۡوتِ َه َّ َّاسَّ َو َمآَّأَنزَ َل ََّ ِب َماَّيَنفَ ُعَّٱلن
ٖ َضَّ َۡل ٓ َٰي
َّت َ بَّ ۡٱل ُم
َّ ِ سخ َِّرَّبَ ۡينَ َّٱلس َما ٓ َِّءَّ ََّو ۡٱۡل َ ۡر َّ َٱلر َٰي
َِّ حَِّ ََّوٱلس َحا َ اَّمنَّ ُك ِلَّ َّدَآب ٖة
ِ َّوت َصۡ ِر
ِ َّيف ِ فِي َه
١٦٤َّ َِلقَ ۡو ٖمَّيَعۡ ِقلُون
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS.al-Baqarah: 164)
َّٱّللَِّ ِإنَّيَت ِبعُونَ َّإِلَّٱلظنََّّ َو ِإ ۡنَّهُ ۡمَّ ِإل َّ َّس ِبي ِل َ ُّضل
َ َّوكَّ َعن ِ ُضَّي َّ ِ َو ِإنَّت ُ ِط ۡعَّأ َ ۡكث َ َرَّ َمنَّفِيَّ ۡٱۡل َ ۡر
َّ َّ١١٧َِّين ََّ سبِي ِل ِهۦََّّ َو ُه َوَّأ َ ۡعلَ ُمََِّّب ۡٱل ُمهۡ تَد
َ َّض ُّلَّ َعن ِ ََّ ِإنََّّ َرب َكَّ ُه َوَّأ َ ۡعلَ ُمَّ َمنَّي١١٦َّ َصون ُ يَ ۡخ ُر
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka,
dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui
tentang orang orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An’am: 116-117)
ْ َّو ِذ ْك ِر
ََّّال َح ِكي ِْم ِ يَّو ِإيا ُك ْمَّبِ َمافِ ْي ِه
َ َّم ْنَّآيَ ِة َ َِّونَفَ َعن،َ آنَّاْل َع ِظي ِْم
ِ يَّولَ ُك ْمَّفِىَّاْلقُ ْر َ ار َكَّهللاَّ ِل َ َب
َّ،اَّو ِم ْن ُك ْمَّتِالَ َوتَه ََُّو ِإنهَُّ ُه َوَّالس ِم ْي ُعَّال َع ِل ْي ُم ِ َُوتَقَب َلَّهللا
َ َّمن
KHUTBAH KEDUA