You are on page 1of 10

ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015

ANALISIS PERTUMBUHAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL


DI BERBAGAI PROVINSI DI PULAU JAWA

Agung Riyardi1), Bambang Setiaji2), Maulidyah Indra Hasmarini3), Triyono4) dan Eni Setyowati5)
1,2,3,4,5
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
email: Agung.Riyardi@ums.ac.id

Abstract
The objective of this research is forming the industrial growth accounting for textile and textile
industries in Java province and to estimate the total factor productivity. The expectation is to
support its development as the leading industry into structural transformation level. Fixed
effect panel data regression equation is employed to model the industrial growth accounting.
The data is since 2001until 2011 and the industries are textile and textile product industries in
Java Island. The result shows that the fixed effect with specification panel data regression
equation can be used as the industrial growth accounting equation model. The result also
shows that industries are not benefited from their total factor productivities that indicating the
industries do not have a commitment to the technological progress.

Key words: Industrial Growth Accounting, Total Factor Productivity, Textile and textile
product industries

1. PENDAHULUAN keadilan dan kesejahteraan ekonomi di


Indonesia.
Kementerian Koordinator Perekonomian
Kenyataannya, permasalahan yang
(2011: 77-79) mengemukakan bahwa salah
dihadapi industri tekstil dan produk tekstil
satu industri unggulan di koridor Pulau Jawa
sangat kompleks. Permasalahan tersebut
adalah industri tekstil dan produk tekstil.
meliputi kebijakan industri yang tidak benar,
Disebutkan bahwa industri tekstil menyerap
deindustrialisasi, inefisiensi teknis dan biaya
1,3 juta tenaga kerja. Selain itu, industri
dalam penggunaan berbagai input digunakan,
tekstil dan produk tekstil menyumbang
nilai total factor productivity yang rendah
devisa dan produksi nasional. Industri
dan kemajuan teknologi yang lambat.
produk tekstil misalnya, pada tahun 2007
Berbagai permasalahan tersebut menghambat
menyumbang produksi nasional sebesar Rp
peran industri tekstil dan produk tekstil.
90 triliun. Keunggulan industri tekstil dan
Berbagai penelitian telah berusaha
produk tekstil di koridor pulau Jawa harus
menganalisis permasalahan yang dihadapi
dapat digunakan untuk mempercepat dan
industri tekstil dan produk tekstil. Namun
memperluas pembangunan ekonomi
demikian, belum ada penelitian yang
sedemikian rupa kemandirian, kemajuan,
mengkaji permasalahan pertumbuhan
keadilan dan kesejahteraan di Indonesia
industri tekstil dan produk tekstil di pulau
dapat diraih.
Jawa. Padahal penelitian ini sangat penting
Industri tekstil dan produk tekstil harus
karena menghasilkan analisis tentang total
ditingkatkan pada level transformasi
factor productivity dan kemajuan teknologi
ekonomi dari level business as usual.
yang mendukung industri tekstil dan produk
Keunggulan industri tekstil dan produk
tekstil sebagai industri unggulan yang
tekstil harus menyebabkan pertumbuhan
beroperasi pada level transformasi struktural.
jumlah produksi, dan didukung oleh
Oleh karena itu, penelitian tentang
pertumbuhan pemilikan produksi dan
pertumbuhan industri tekstil dan produk
pendapatan. Harapannya beberapa tahun
tekstil ini dilakukan. Tujuan yang ingin
mendatang industri tekstil dan produk tekstil
dicapai adalah menganalisis berbagai faktor
juga berkontribusi langsung pada
yang mempengaruhi pertumbuhan industri
pertumbuhan, kemandirian, kemajuan,
tekstil dan produk tekstil di berbagai provinsi

16
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

di Pulau dan menganalisis total fator Industrialisasi adalah bagian penting dari
productivitynya. perekonomian.

2. KAJIAN LITERATUR Definisi Industri Tekstil dan Produk


Tekstil
Industrialisasi dalam Perspektif Islam Industri tekstil dan produk tekstil adalah
Industrialisasi dalam perspektif Islam industri yang menghasilkan berbagai serat,
adalah industrialisasi yang berlandaskan benang, kain, pakaian jadi tekstil, pakaian
ajaran agama Islam. Industrialisasi jadi rajutan, barang jadi tekstil dan barang
dilakukan untuk menghasilkan barang jadi rajutan. Industri tersebut telah diberi
industri yang sesuai standar. Hal ini kode KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha
disebabkan berbagai ayat dalam Al Quran Indonesia). Tabel 1 menunjukan industri
yang merupakan sumber ajaran Islam serat, benang, kain, pakaian jadi rajutan,
memerintahkan yang demikian itu. Sebagai barang jadi tekstil dan barang jadi rajutan
contoh, salah satu pengertian dari Al Quran memiliki kode KLUI dimulai dengan angka
surat Al Anfaal ayat 60 adalah penyiapan 17, sedangkan industri pakaian jadi tekstil
alat-alat perang canggih sedemikian hingga memiliki kode KLUI dimulai dengan angka
mampu menggentarkan musuh. Contoh lain, 18. Berdasarkan KLUI tersebut industri
Al Quran surat Al Hadiid ayat 25 yang tekstil adalah industri dengan nomor KLUI
mengandung perintah untuk memanfaatkan 17 dan industri produk tekstil adalah industri
besi sebaik-baiknya Semua itu menunjukkan dengan nomor KLUI 18.
bahwa industrialisasi dalam perspektif Islam
bertujuan menghasilkan produk dengan Industrialisasi, Deindustrialisasi dan
standar tertentu. Reindustrialisasi
Industrialisasi dalam perspektif Islam Industrialisasi, deindustrialisasi dan
dimulai dengan industrialisasi sektor hulu reindustrialisasi adalah berbagai tahapan
yang menghasilkan berbagai mesin dan yang terjadi di sektor industri Indonesia.
peralatan hingga industrialisasi sektor hilir Menurut Kustanto dkk (2012) tahapan
sedemikian hingga kebutuhan pokok di tersebut terkait krisis ekonomi dan moneter
tengah masyarakat terpenuhi dengan mudah. Indonesia tahun 1997. Tahapan
Sebagai contoh industrialisasi sektor hulu industrialisasi terjadi sebelum 1997 di mana
menghasilkan mesin dan peralatan yang terjadi modernisasi ekonomi dalam bentuk
dibutuhkan pada industrialisasi sektor hilir sektor industri menjadi sektor unggulan,
untuk memproduksi traktor yang akan dijual mengalahkan dominasi sektor pertanian,
kepada petani yang menanam padi dan tahapan deindustrialisasi terjadi sejak krisis
menghasilkan beras sebagai kebutuhan ekonomi dan moneter Indonesia tahun 1997,
pokok individual. Contoh lain, dan tahapan reindustrialisasi terjadi ketika
industrialisasi sektor hulu menghasilkan ada usaha-usaha pemulihan dari
mesin dan peralatan yang dibutuhkan pada deindustrialisasi menuju industrialisasi.
industrialisasi sektor hilir untuk Tahapan sektor industri yang terjadi di
memproduksi alat utama sistem persenjataan Indonesia menunjukkan bahwa industrialisasi
(alutsista) yang akan digunakan tentara untuk tidak selamanya membawa kesuksesan.
menjaga keamanan rakyat sebagai kebutuhan Industrialisasi mengalami suatu
pokok bersama. kegagalan karena tiga alasan. Yang pertama
Industrialisasi dalam perspektif Islam adalah industrialisasi tidak memiliki
menjadi penggerak perekonomian. kemampuan transformasi struktural, yaitu
Industrialisasi sektor hulu menyerap berbagai kemampuan menguatkan sektor selain sektor
sumber daya sektor primer yang ada di industri. Yang kedua adalah industrialisasi
tengah masyarakat. Adapun industrialisasi berbentuk modernisasi ekonomi yang
sektor hilir menyediakan barang-barang yang menguatkan sektor industri, namun
menjadi kebutuhan masyarakat. melemahkan sektor lainnya. Hakim (2011)
mengemukakan bahwa industrialisasi

17
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015

seharusnya tidak sekadar modernisasi industrialisasi membiarkan dan tidak dapat


ekonomi, namun transformasi struktural. Jika mencegah kapitalisme, penjajahan dan
yang terjadi adalah modernisasi ekonomi dan kerusakan lingkungan yang merupakan sisi
atau tidak menyebabkan transformasi negatif dari revolusi industri pada waktu
struktural, maka industrialisasi telah lampau (Saleh, 2008).
mengalami kegagalan. Yang ketiga adalah

Tabel 1. Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dan Nomor Klui


Industri Hasil industri dan nomor KLUI
Cotton Ramie Abaca Jute Raw Silk
Serat
17111 17111 17111 17111 17112
Spun Yarn
Tekstil Benang
17112
Kain
Kain
17112 17301
Pakaian jadi tekstil
Pakaian jadi tekstil
18101 18102
Pakaian jadi rajutan
Pakaian jadi rajutan
Produk 17302
Tekstil Barang jadi tekstil
Barang jadi tekstil
17211 s/d 172199
Barang jadi rajutan
Barang jadi rajutan
17303

Deindustrialisasi membuka ‟wajah‟ asli menengarai deindustrialisasi sebagai


industrialisasi di Indonesia. Penampakan perbuatan kolonialisme seperti yang
industrialisasi sebelum tahun 1997, dilakukan Inggris ketika menjajah India
khususnya masa keemasan sektor industri dengan mengganti industri di India dengan
tahun 1984 – 1997, di mana sektor industri industri yang mendukung kepentingan
dominan, ternyata bukan penampakan kolonialisme Inggris.
transformasi struktural dan pencegahan
Reindustrialisasi adalah usaha untuk
terhadap keberadaan kapitalisme, penjajahan
membangkitkan sektor industri menjadi
(tidak langsung) dan kerusakan lingkungan.
sektor unggulan. Reindustrialisasi dilakukan
Sektor industri bukan sektor dominan.
dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah
Hanya saja deindustrialisasi yang terjadi menjadikan sektor industri menjadi sektor
di Indonesia berbeda dengan deindustrialisasi unggulan. Bentuk kedua adalah menghalangi
dalam pengertian Corden dan Neary (1982) dominasi kapitalisme, penjajahan tidak
dan Eng (2007). Deindustrialisasi di langsung dan kerusakan lingkungan.
Indonesia terlihat dalam bentuk downsizing Reindustrialisasi seperti ini mengembalikan
industri atau relokasi industri di Indonesia ke industri pada bentuk aslinya, yaitu
luar negeri, sedangkan Corden dan Neary pendukung revolusi industri yang sudah
(1982) menengarai deindustrialisasi sebagai dihilangkan sisi negatifnya dan transformasi
Dutch Desease, yaitu penurunan jumlah dan struktural.
ketidakbersediaan tenaga kerja bekerja pada
suatu industri karena industri tersebut sudah
tidak memiliki daya saing, dan Eng (2007)

18
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Tehnik Menghitung Total Factor Selain mengenai pengertian TFP,


Productivity pembahasan juga mengarah pada bentuk riel
TFP dan cara menghitung koefisien TFP,
Total factor productivity (TFP) dapat
yaitu koefisien A. Bentuk riel TFP adalah
diterjemahkan menjadi produktivitas input
kemajuan teknologi, efisiensi skala dan
secara bersama-sama. Yang dimaksudkan
efisiensi teknis. Jika mengasumsikan bahwa
dengan TFP adalah ‟sesuatu‟ yang menurut
satuan pembahasan seperti perusahaan,
Mustika (2012), disimbolkan dengan A
industri atau perekonomian dalam keadaan
dalam fungsi produksi Y= Af(K,L), di mana
efisien secara skala dan teknis, maka TFP
Y adalah output produksi, K adalah input
ditentukan oleh kemajuan teknologi. Namun,
barang modal dan L adalah input jumlah
jika mengasumsikan bahwa satuan
tenaga kerja. Jadi, TFP adalah produktivitas
pembahasan seperti perusahaan, industri atau
berbagai factor, yaitu produktivitas berbagai
perekonomian dalam keadaan tidak atau
input seperti barang modal dan tenaga kerja,
sangat efisien secara skala dan teknis, maka
secara bersama-sama dalam menghasilkan
TFP ditentukan oleh kemajuan teknologi,
output.
efisiensi skala dan efisiensi teknis.
Total factor productivity menjadi bahan Berdasarkan perbedaan asumsi tersebut,
pembahasan disebabkan adanya asumsi terjadi perbedaan pengertian tentang bentuk
bahwa dalam produksi jangka panjang, riel TFP. Sebagian menyatakan TFP terdapat
jumlah output akan meningkat terus tanpa pada kemajuan teknologi, namun sebagian
mengikuti hukum the law of deminishing lain menyatakan tidak hanya kemajuan
return yang hanya terjadi pada produksi teknologi.
jangka pendek. Berkaitan asumsi itu, muncul
Lipsey dan Carlaw (2000) telah
pertanyaan mengenai penyebab peningkatan
‟memetakan‟ berbagai perbedaan pendapat
output dalam produksi jangka panjang.
tentang pengertian TFP. Terdapat pada
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah
simbol A pada fungsi produksi, namun
bukan peningkatan masing-masing input,
pengertian TFP bukan hanya technological
sebab peningkatan masing-masing input
progress dan technical change. Total factor
mengikuti hukum the law of deminishing
productivity adalah segala produktivitas
return, namun jawaban terhadap pertanyaan
seluruh input dalam mewujudkan
tersebut adalah peningkatan input secara
pertumbuhan produksi.
bersama-sama. Jadi, peningkatan terus
output dalam jangka panjang disebabkan Terdapat tiga cara menghitung total
peningkatan input secara bersama-sama. factor productivity (TFP). Cara pertama
Total factor productivity adalah sesuatu yang adalah melalui persamaan pertumbuhan
menyebabkan seluruh input dapat terus ekonomi (growth accounting equation), cara
meningkatkan outputnya. kedua melalui metode dekomposisi dan cara
ketiga melalui indeksasi.
Karakteristik TFP ada dua. Pertama,
karakteristik sebagai ukuran produktivitas Berkaitan dengan cara pertama,
bagi seluruh input dalam menghasilkan Dornbusch, dkk (2001:48) menyatakan
output. Kedua, karakteristik sebagai bahwa persamaan pertumbuhan ekonomi
koefisien A jika fungsi produksi berasal dari fungsi produksi agregat
digambarkan secara matematis. Karakteristik (aggregate production function)
sebagai suatu koefisien, menunjukkan bahwa sebagaimana persamaan 1. Manipulasi
TFP bukan suatu variabel, seperti jumlah matematis fungsi produksi agregat
barang modal atau jumlah tenaga kerja, dan menyebabkan terbentuknya persamaan
tidak memiliki suatu besaran atau satuan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, dapat
tertentu. Berdasarkan karakteristik itu, jelas diukur berbagai sumber pertumbuhan
bahwa TFP bukan termasuk input, namun ekonomi berupa input, modal manusia
ukuran produktivitas seluruh input untuk (human capital) dan total factor productivity.
menghasilkan output.

19
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015

Bentuk fungsi produksi agregat dan modal manusia berupa pendidikan dasar
persamaan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 sampai 5%, sedangkan pendidikan
menengah mempengaruhi dari 10 sampai
23%. Bloom, dkk (2004) mengamati tingkat
Q=Af(K, L) (1)
kesehatan sebagai bagian dari modal manusia
di 104 negara. Pertumbuhan ekonomi di
Di mana Q adalah output, A adalah total
berbagai negara tersebut secara stokastik
factor productivity, K adalah modal dan L
dipengaruhi oleh modal manusia yang
adalah tenaga kerja.
memiliki tingkat kesehatan yang baik.
Ozyurt (2009) telah menganalisis TFP di
DLnQ= DLnA + DθkK + DθlL (2)
Cina sejak 1952 hingga 2005 menggunakan
persamaan pertumbuhan ekonomi stokastik.
Di mana D menunjukan pertumbuhan, θ
Sejak tahun 1990an, TFP di Cina semakin
adalah persentase pangsa masing-masing
meningkat. Hal ini terkait dengan semakin
input terhadap output, Ln adalah logaritma
terbukanya perekonomian Cina bagi luar
natural
Cina. Adapun Mustika (2012), yang
mengasumsikan fungsi produksi agregat
Berdasarkan persamaan tersebut, total
sebagai persamaan pertumbuhan ekonomi
factor productivity (TFP) dapat dihitung
stokastik menemukan angka TFP Indonesia
menggunakan teknik Solow Residual,
antara 1990 sampai 2008 di bawah 1% dan
sebagai berikut
menduga bahwa krisis ekonomi menjadi
penyebab turunnya TFP Indonesia.
TFP= DLnA = DLnQ – (DθkK +DθlL) (3)
Eng (2009) menganalisis TFP Indonesia
Persamaan tersebut juga dapat sejak tahun 1970 hingga 2007. Hasil
digunakan untuk menganalisis pertumbuhan Perhitungan terhadap pertumbuhan TFP
TFP. Cara menghitung pertumbuhan TFP secara deterministik selama waktu itu
sama dengan cara menghitung TFP, hanya menunjukkan angka -0.2%. Disimpulkan
saja persamaan pertumbuhan ekonomi yang bahwa selama kurun waktu itu Indonesia
dibentuk adalah pada posisi first-difference. tidak pernah menikmati kemajuan teknologi.
Persamaan pertumbuhan ekonomi telah Triajie (2006) menganalisis TFP industri
diaplikasikan untuk menganalisis makanan di Indonesia. Industri makanan
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Indonesia cepat pulih dari krisis. Faktor
Dornbusch dkk (2011:49-51) mengemukakan penyebabnya adalah ketersediaan bahan
bahwa aplikasi pertumbuhan ekonomi telah baku. Total factor productivity (TFP) tidak
dilakukan oleh Robert Solow dengan Solow terlalu berpengaruh.
Residualnya dan Mankiw, Romer dan Weil
Yuda (2011) menganalisis TFP secara
yang mengembangkan pemikiran Solow
stokastik industri manufaktur di Jawa Tengah
dengan memasukkan unsur human capital.
sejak tahun 2004 hingga tahun 2008.
Senhadji (2000) menganalisis persamaan
Ternyata TFP tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi yang bersifat stokastik
output industri manufaktur di Jawa Tengah.
di 88 negara untuk menghitung TFP dan
Disimpulkan bahwa penguasaan teknologi
pertumbuhannya sejak tahun 1960 sampai
pada industri manufaktur di Jawa Tengah
dengan 1994 dengan memperhatikan
rendah.
perbedaan teknologi setiap negara.
Persamaan yang diestimasi Berkaitan dengan cara kedua, Margono
mempertimbangkan aspek human capital. dan Sharma (2004) telah menghitung TFP
Bairam dan Kulkolkarn (2001) yang industri Indonesia sejak tahun 1993 sampai
menganalisis hubungan stokastik antara 2003 melalui faktor-faktor pembentuknya
pertumbuhan ekonomi dengan modal berupa kemajuan teknologi, komponen skala
manusia menemukan bahwa pertumbuhan dan efisiensi teknis. Cara menghitung seperti
ekonomi di Asia Timur dipengaruhi oleh ini disebut dengan dekomposisi TFP.

20
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Hasilnya adalah bahwa pertumbuhan TFP DLnQ= DLnA + DθkK +DθlL+


Industri utama Indonesia, yaitu industri
DθbbmBBM +DθmM+ DθelEL (4)
makanan, tekstil, metal product dan kimia
Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh
kemajuan teknologi dan secara positif oleh Di mana Q adalah output, A adalah total
efisiensi teknis. factor productivity, K adalah modal, L adalah
Suyanto (2012) telah mengukur TFP tenaga kerja, BBM adalah bahan bakar
perusahaan manufaktur Indonesia sejak tahun minyak, M adalah bahan baku dan EL adalah
1988 hingga tahun 2000. Diketahui bahwa enerji listrik, D menunjukan pertumbuhan, θ
pertumbuhan TFP perusahaan manufaktur adalah persentase pangsa masing-masing
sebesar 3,51%. Pertumbuhan TFP tersebut input terhadap output, dan Ln adalah
disumbang oleh faktor kemajuan teknologi. logaritma natural.
Diketahui pula bahwa faktor penanaman 3. METODE PENELITIAN
modal asing PMA mempengaruhi TFP
perusahaan manufaktur Indonesia. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kuantitatif. Data-
Berkaitan dengan cara ketiga, indeksasi data berupa angka dikumpulkan, diolah dan
TFP, adalah menghitung TFP secara diuji untuk membentuk model persamaan
langsung. Indeksasi TFP menurut Maulana pertumbuhan industri, dan digunakan untuk
(2004) dilakukan dengan cara membagi menghitung TFP. Metode penelitian ini
indeks ouput dengan indeks input. Indeks diharapkan menjadi „jalan‟ dalam mencapai
output dan indeks input diperoleh melalui
tujuan penelitian.
tehnik indeks Tornqvist-Theil yang
merupakan indeks berantai terhadap masing- Model Persamaan Industri
masing output dan input berdasarkan output Model persamaan industri dalam
dan input yang dianggap sebagai dasar penelitian ini adalah model persamaan
penetapan indeks. Aplikasi dari indeksasi ini regresi data panel industri tekstil dan produk
menunjukan bahwa TFP tidak signifikan tekstil se jawa sejak tahun 2000 sampai 2011
mempengaruhi produksi padi Indonesia sejak berupa
1980 hingga 2001.
DLnQit= DlnAit+ DθkKit+ DlLit +
Juarno dkk (2011) telah menganalisis
DθbbmBBMit + DθmMit+
TFP tambak udang di Indonesia. Setelah
DθelELit+ εit
melakukan indeksasi terhadap TFP tambak
(5)
udang, dilakukan analisis terhadap berbagai
Di mana Q adalah output, A adalah total
faktor yang mempengaruhi TFP tambak
factor productivity, K adalah modal, L adalah
udang. TFP tambak udang dibentuk oleh
tenaga kerja, BBM adalah bahan bakar
TFP input daripada TFP output. Input yang
minyak, M adalah bahan baku dan EL adalah
mempengaruhi TFP tambak udang adalah
enerji listrik, D menunjukan pertumbuhan, θ
benih, intensifikasi dan tingkat pendidikan
adalah persentase pangsa masing-masing
pengelola tambak.
input terhadap output, Ln adalah logaritma
Penelitian ini mengembangkan natural, i adalah data cross section tekstil
persamaan pertumbuhan ekonomi menjadi dan produk tekstil, t adalah tahun sejak 2000
persamaan pertumbuhan industri. hingga 2011, ε adalah residu dari persamaan
Pengembangan tersebut berupa regresi data panel.
memfokuskan pada level industri dan Model 5 memiliki dua asumsi mendasar.
menambah jumlah variabel. Pengembangan Pertama adalah asumsi fungsi produksi yang
ini mengikuti apa yang telah dilakukan oleh menjadi dasar bagi model 5 adalah fungsi
Triajie (2006) dan Yuda (2011). Bentuk produksi Cobb-Douglas. Asumsi ini
persamaan pertumbuhan industri biasanya mudah terlihat pada variabel output,
TFP dan variabel input. Namun, dalam
penelitian ini asumsi tidak terlihat pada

21
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015

semua variabel input, sebab variabel yang 3. Menyusun berdasar jenis industri dan
digunakan adalah variabel pertumbuhan tahun, data pertumbuhan pangsa input
pangsa input bukan jumlah fisik atau nilai dan pertumbuhan Ln output.
input sebagai pendekatan terhadap varibael 4. Membentuk model persamaan regresi
fisik input. Kedua adalah asumsi pasar input panel data.
adalah pasar persaingan sempurna di mana
Variabel dan Variabel Operasional
harga input sama dengan marginal
productivity input tersebut. Asumsi ini Variabel dalam penelitian ini berjumlah
menyebabkan koefisien input berbentuk 23. Variabel dapat dikategorikan sebagai
elastisitas. variabel pendukung dan pembentuk
persamaan regresi. Variabel persamaan
Langkah-langkah dalam Mengolah Data regresi dapat dipilah menjadi variabel
untuk Membentuk Model Persamaan dependen dan independen. Tabel 2
Industri menunjukkan variabel pembentuk model
Setelah data terkumpul, terdapat persamaan regresi bersama variabel
beberapa langah untuk mengolah data. operasional dan perinciannya. Variabel
Langkah-langkah tersebut menyebabkan independen adalah pertumbuhan pangsa
model persamaan industri terbentuk. tenaga kerja, pertumbuhan pangsa BBM,
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut pertumbuhan pangsa enerji listrik,
1. Menyusun berdasar jenis industri dan pertumbuhan pangsa bahan baku dan
tahun, data nilai input tenaga kerja, penolong dan Pertumbuhan pangsa modal.
bahan bakar minyak, listrik, bahan baku, Adapun variabel dependen adalah variabel
modal dan output dalam suatu tabel. pertumbuhan nilai output. Adapun seluruh
Nilai input diperoleh dari harga masing- variabel, baik variabel pendukung maupun
masing input dikalikan jumlah masing- pembentuk persamaan regresi tidak
masing input. Nilai output diperoleh dari ditunjukan karena keterbatasan tempat.
harga output dikalikan jumlah output. Data yang diperlukan adalah data
Harga input adalah harga keseimbangan jumlah tenaga kerja, jumlah BBM bensin dan
dalam pasar persaingan sempurna solar, jumlah tenaga listrik, jumlah bahan
sehingga menunjukan marginal baku dan penolong, jumlah modal, upah
productivity masing-masing input. tenaga kerja, harga BBM bensin dan solar,
2. Menyusun berdasar jenis industri dan harga listrik, harga bahan baku dan penolong,
tahun, data pangsa input tenaga kerja, harga modal dan harga output dari industri
bahan bakar minyak, listrik, bahan baku, tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa selain
dan pangsa modal dan Ln output dalam provinsi Banten sejak tahun 2000 hingga
suatu tabel. Data pangsa input diperoleh tahun 2011. Data berasal dari Badan Pusat
dari rasio dalam prosentase masing- Statistik (BPS).Metode penelitian
masing input dengan Ln output. menjelaskan rancangan kegiatan, ruang
Digunakannya data input dalam lingkup atau objek, bahan dan alat utama,
prosentase dan data output dalam bentuk tempat, teknik pengumpulan data, definisi
Ln dengan tujuan menghasilkan operasional variabel penelitian, dan teknik
koefisien input yang berbentuk elastisitas analisis.
sebagaimana dalam fungsi produksi
Cobb-Douglas.

22
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Tabel 2. Variabel Dan Variabel Operasional Digunakan


Simbol dalam
Variabel Penelitian Variabel Operasional Satuan
persamaan regresi
Pertumbuhan pangsa Persentase Persen (%) DθTK
tenaga kerja Pertumbuhan pangsa
tenaga kerja
Pertumbuhan pangsa Persentase Persen (%) DθBBM
BBM Pertumbuhan pangsa
BBM
Pertumbuhan pangsa Persentase Persen (%) DθEL
enerji listrik Pertumbuhan pangsa
enerji listrik
Pertumbuhan pangsa Persentase Persen (%) DθM
bahan baku dan Pertumbuhan pangsa
penolong bahan baku dan
penolong
Pertumbuhan pangsa Persentase Persen (%) DθK
modal Pertumbuhan pangsa
modal
Pertumbuhan nilai Persentase Persen (%) DLnQ
output pertumbuhan nilai
output

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Persamaan pertumbuhan industri tekstil
dan produk tekstil di pulau Jawa adalah
sebagai berikut:

Qit= -0.172 + Ait - 0.034Lit + 0.06BBMit+ 0.006ELit - 0.008Mit + 0.0006Kit + e 6)


s.e. (0.198) (0.010) (0.003) (0.004) (0.015) (0.001)
t (-0.89) (-3.55)* (1.82)** (1.55) (-0.54) (0.583)
R2= 0.63
Keterangan: * signifikan pada α= 1%, ** signifikan pada α= 10%

Persamaan 6 adalah model persamaan tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa
pertumbuhan industri tekstil dan produk dilakukan berdasarkan persamaan 6.
tekstil di pulau Jawa panel data fixed effect
Nilai Total factor productivity industri
dengan effect specification. Persamaan 6
tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa
kurang begitu dapat menjelaskan
sebesar -1.83%. Nilai total factor
pertumbuhan industri tekstil dan produk
productivity tersebut diperoleh dari
tekstil di pulau Jawa. Hal ini disebabkan
memasukan rata-rata data setiap variabel ke
nilai R2 hanya 0.63, hanya ada dua variabel
dalam persamaan 6. Selanjutnya
yang signifikan dan tiga tanda negatif pada
mengurangkan Qit dari C dan seluruh nilai
variabel. Namun demikian, persamaan ini
variabel independen diperoleh nagka TFP
dapat digunakan sebab model persamaan
tersebut.
yang lain, yaitu model fixed effect tanpa
effect specification dan model pooled least Nilai TFP industri tekstil dan produk
square memberikan hasil yang lebih buruk. tekstil di pulau Jawa yang negatif
Oleh karena itu, analisis terhadap industri menunjukkan bahwa industri tekstil dan

23
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015

produk tekstil di pulau Jawa tidak menikmati yang berpindah ke luar negeri bukan hanya
kemajuan teknologi. Hal ini dapat berpindah dalam arti perpindahan fisik
dimengerti sebab sejak krisis ekonomi 1997, industri, namun juga perpindahan kemajuan
perekonomian Indonesia masih menjalani teknologi. Industri PMDN yang bersifat
recovery yang cukup lama dan berdampak padat karya mengalami permasalahan
pada deindustrialisasi yang dialami industri kualitas SDM yang rendah yang selanjutnya
di Indonesia, termasuk deindustrialisasi yang kurang memperhatikan kemajuan teknologi.
dialami industri tekstil dan produk tekstil di Pertumbuhan produksi industri tekstil dan
pulau Jawa. produk tekstil di pulau Jawa tidak disebabkan
oleh TFP.
Deindustrialisasi berupa relokasi
industri yang bersifat PMA (penanaman Industri tekstil dan produk tekstil di
modal asing) ke luar negara Indonesia pulau Jawa harus dikembangkan.
menjadi penyebab industri tekstil dan produk Pengembangan tersebut sedemikian rupa
tekstil tidak menikmati kemajuan teknologi. sehingga industri dapat menikmati kemajuan
Hal ini karena industri yang bersifat PMA teknologi. Harapannya, industri tersebut
datang dengan membawa kemajuan mendukung percepatan dan perluasan
teknologi. Padahal, relokasi ke luar negara pembangunan ekonomi di Indonesia dan
bukan hanya perpindahan gedung dan mendukung pencapaian visi tahun 2025,
bangunan industri, namun juga relokasi Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang
kemajuan teknologi. Oleh karena itu, ketika Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.
industri tekstil dan produk tekstil di pulau Pengembangan kemajuan teknologi industri
Jawa mengalami deindustrialisasi berupa tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa dapat
relokasi industri PMA ke luar negara, dilakukan dengan memberi peluang PMA
otomatis industri tersebut tidak lagi yang berkomitmen pada kemajuan teknologi
menikmati kemajuan teknologi. industri Indonesia. Selain itu, dengan
mendorong industri PMDN untuk mengatasi
Industri yang bersifat PMDN
permasalahan kualitas rendah SDM industri.
(penanaman modal dalam negeri) tidak
memiliki kontribusi pada kemajuan REFERENSI
teknologi. Hal ini disebabkan industri tekstil
Corden, M.W. dan Jean P. (1982). “Booming
dan produk tekstil di pulau Jawa yang
Sector and De-industrialization in a
bersifat PMDN lebih berpola padat karya
Small Open Economy.” The Economist,
yang mengandalkan produktifitas fisik tenaga
Vol. 92, No. 368. Halaman 825-848.
kerja. Lagi pula, industri ini mengalami
permasalahan kualitas sumber daya manusia Dornbusch, R, Stanley F. dan Richard S..
yang rendah yang menghambat pembaharuan (2001). Macroeconomics. McGraw-Hill:
dalam barang modal dan penggunaan Boston.
teknologi. Dengan demikian, secara tidak Hakim, A. (2009). “Industrialisasi di
langsung industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia: Menuju Kemitraan yang
pulau Jawa yang bersifat PMDN Islami”. Jurnal Hukum Islam. Vol 11,
berpengaruh terhadap rendahnya TFP. No 1: April 2009.
5. SIMPULAN Juarno, O., Rina O., Akhmad F. dan Nunung
Persamaan pertumbuhan industri tekstil N. (2011). “Kinerja Produktivitas dan
dan produk tekstil di pulau Jawa telah Faktor Yang Berpengaruh terhadap
mengkonfirmasi nilai negatif koefisien total Total Faktor Produktivity (TFP)
factor productivity yang bermakna industri Tambak Udang Indonesia”. J. Sosek KP
tidak menikmati kemajuan teknologi. Vol. 6 No. 2, Tahun 2011. Halaman
Penyebab industri tidak menikmati kemajuan 149 – 168.
teknologi adalah industri PMA yang Kementerian Koordinator Bidang
berpindah ke luar negeri dan industri PMDN Perekonomian. (2011). “Masterplan
yang bersifat padat karya. Industri PMA

24
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Percepatan dan Perluasan Senhadji, A. (2000). "Sources of Economic


Pembangunan Indonesia”. Jakarta: Growth: An Extensive Growth
Kementerian Koordinator Bidang Accounting Exercise". IMF Staff Paper
Perekonomian. Volume 47 Nomor 1.
Kustanto, H, Rina O., Bonar M.S. dan Suyanto. (2012). “Pertumbuhan
Muhammad F. (2012). Produktivitas Perusahaan Manufaktur
“Reindustrialisasi dan Dampaknya Indonesia dan Penanaman Modal Asing:
terhadap Ekonomi Makro dan Kinerja Penerapan Metode Dekomposisi”.
Sektor Industri Indonesia”. Jurnal Riset Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume
Industri Vol. VI No. 1, 2012. Halaman 13, Nomor 1, Juni 2012, halaman 162 –
97-115. 181.
Maulana, M.. (2004). Peranan Luas Tanah, Utama, P.Y. (2011). Analisis Produktivitas
Intensitas Pertanaman, dan produktivitas Industri Pengolahan di Jawa Tengah
sebagai Sumber Pertumbuhan Padi (Pendekatan Total Faktor Productivity).
Sawah di Indonesia 1980-2001. Jurnal Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Agro Ekonomi Volume 22 No. 1, Mei dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2004. Halaman 74 – 95.
Van der Eng, P. (2007). “De-
Mustika, Candra. (2012). “Analisis industrialisation‟ and Colonial Rule:
Pertumbuhan Total Factor Productivity The Cotton Textile Industry in
di Indonesia Peride 1990 sampai 2008. Indonesia, 1820-1941”. The Division of
Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, Economics Research School of Pacific
No.5, April 2012. Halaman 1 -7. and Asian Studies of ANU College of
Asia and the Pacific Working Paper
Ozyurt, S. (2009). “Total Factor
No.2007/04
Productivity Growth in Chinese
Industry: 1952-2005”. Taylor and Van der Eng, P. (2009). “Total Factor
Francis Journals of Oxford Productivity and Economic Growth in
Development Studies, Vol. 37(1). Indonesia”. The Arndt-Corden Division
Halaman 1-17. of Economics Research School of
Pacific and Asian Studies of ANU
Saleh, K.. (2008). “Pendidikan Islam dan
College of Asia and the Pacific Working
Industrialisasi”. Ragam Jurnal
Paper No.2009/
Pengembangan Humaniora Vol. 8 No.
2, Agustus 2008. Halaman 79-86.

25

You might also like