Professional Documents
Culture Documents
Analisis Pertumbuhan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Di Berbagai Provinsi Di Pulau Jawa
Analisis Pertumbuhan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Di Berbagai Provinsi Di Pulau Jawa
Agung Riyardi1), Bambang Setiaji2), Maulidyah Indra Hasmarini3), Triyono4) dan Eni Setyowati5)
1,2,3,4,5
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
email: Agung.Riyardi@ums.ac.id
Abstract
The objective of this research is forming the industrial growth accounting for textile and textile
industries in Java province and to estimate the total factor productivity. The expectation is to
support its development as the leading industry into structural transformation level. Fixed
effect panel data regression equation is employed to model the industrial growth accounting.
The data is since 2001until 2011 and the industries are textile and textile product industries in
Java Island. The result shows that the fixed effect with specification panel data regression
equation can be used as the industrial growth accounting equation model. The result also
shows that industries are not benefited from their total factor productivities that indicating the
industries do not have a commitment to the technological progress.
Key words: Industrial Growth Accounting, Total Factor Productivity, Textile and textile
product industries
16
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
di Pulau dan menganalisis total fator Industrialisasi adalah bagian penting dari
productivitynya. perekonomian.
17
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015
18
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
19
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015
Bentuk fungsi produksi agregat dan modal manusia berupa pendidikan dasar
persamaan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 sampai 5%, sedangkan pendidikan
menengah mempengaruhi dari 10 sampai
23%. Bloom, dkk (2004) mengamati tingkat
Q=Af(K, L) (1)
kesehatan sebagai bagian dari modal manusia
di 104 negara. Pertumbuhan ekonomi di
Di mana Q adalah output, A adalah total
berbagai negara tersebut secara stokastik
factor productivity, K adalah modal dan L
dipengaruhi oleh modal manusia yang
adalah tenaga kerja.
memiliki tingkat kesehatan yang baik.
Ozyurt (2009) telah menganalisis TFP di
DLnQ= DLnA + DθkK + DθlL (2)
Cina sejak 1952 hingga 2005 menggunakan
persamaan pertumbuhan ekonomi stokastik.
Di mana D menunjukan pertumbuhan, θ
Sejak tahun 1990an, TFP di Cina semakin
adalah persentase pangsa masing-masing
meningkat. Hal ini terkait dengan semakin
input terhadap output, Ln adalah logaritma
terbukanya perekonomian Cina bagi luar
natural
Cina. Adapun Mustika (2012), yang
mengasumsikan fungsi produksi agregat
Berdasarkan persamaan tersebut, total
sebagai persamaan pertumbuhan ekonomi
factor productivity (TFP) dapat dihitung
stokastik menemukan angka TFP Indonesia
menggunakan teknik Solow Residual,
antara 1990 sampai 2008 di bawah 1% dan
sebagai berikut
menduga bahwa krisis ekonomi menjadi
penyebab turunnya TFP Indonesia.
TFP= DLnA = DLnQ – (DθkK +DθlL) (3)
Eng (2009) menganalisis TFP Indonesia
Persamaan tersebut juga dapat sejak tahun 1970 hingga 2007. Hasil
digunakan untuk menganalisis pertumbuhan Perhitungan terhadap pertumbuhan TFP
TFP. Cara menghitung pertumbuhan TFP secara deterministik selama waktu itu
sama dengan cara menghitung TFP, hanya menunjukkan angka -0.2%. Disimpulkan
saja persamaan pertumbuhan ekonomi yang bahwa selama kurun waktu itu Indonesia
dibentuk adalah pada posisi first-difference. tidak pernah menikmati kemajuan teknologi.
Persamaan pertumbuhan ekonomi telah Triajie (2006) menganalisis TFP industri
diaplikasikan untuk menganalisis makanan di Indonesia. Industri makanan
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Indonesia cepat pulih dari krisis. Faktor
Dornbusch dkk (2011:49-51) mengemukakan penyebabnya adalah ketersediaan bahan
bahwa aplikasi pertumbuhan ekonomi telah baku. Total factor productivity (TFP) tidak
dilakukan oleh Robert Solow dengan Solow terlalu berpengaruh.
Residualnya dan Mankiw, Romer dan Weil
Yuda (2011) menganalisis TFP secara
yang mengembangkan pemikiran Solow
stokastik industri manufaktur di Jawa Tengah
dengan memasukkan unsur human capital.
sejak tahun 2004 hingga tahun 2008.
Senhadji (2000) menganalisis persamaan
Ternyata TFP tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi yang bersifat stokastik
output industri manufaktur di Jawa Tengah.
di 88 negara untuk menghitung TFP dan
Disimpulkan bahwa penguasaan teknologi
pertumbuhannya sejak tahun 1960 sampai
pada industri manufaktur di Jawa Tengah
dengan 1994 dengan memperhatikan
rendah.
perbedaan teknologi setiap negara.
Persamaan yang diestimasi Berkaitan dengan cara kedua, Margono
mempertimbangkan aspek human capital. dan Sharma (2004) telah menghitung TFP
Bairam dan Kulkolkarn (2001) yang industri Indonesia sejak tahun 1993 sampai
menganalisis hubungan stokastik antara 2003 melalui faktor-faktor pembentuknya
pertumbuhan ekonomi dengan modal berupa kemajuan teknologi, komponen skala
manusia menemukan bahwa pertumbuhan dan efisiensi teknis. Cara menghitung seperti
ekonomi di Asia Timur dipengaruhi oleh ini disebut dengan dekomposisi TFP.
20
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
21
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015
semua variabel input, sebab variabel yang 3. Menyusun berdasar jenis industri dan
digunakan adalah variabel pertumbuhan tahun, data pertumbuhan pangsa input
pangsa input bukan jumlah fisik atau nilai dan pertumbuhan Ln output.
input sebagai pendekatan terhadap varibael 4. Membentuk model persamaan regresi
fisik input. Kedua adalah asumsi pasar input panel data.
adalah pasar persaingan sempurna di mana
Variabel dan Variabel Operasional
harga input sama dengan marginal
productivity input tersebut. Asumsi ini Variabel dalam penelitian ini berjumlah
menyebabkan koefisien input berbentuk 23. Variabel dapat dikategorikan sebagai
elastisitas. variabel pendukung dan pembentuk
persamaan regresi. Variabel persamaan
Langkah-langkah dalam Mengolah Data regresi dapat dipilah menjadi variabel
untuk Membentuk Model Persamaan dependen dan independen. Tabel 2
Industri menunjukkan variabel pembentuk model
Setelah data terkumpul, terdapat persamaan regresi bersama variabel
beberapa langah untuk mengolah data. operasional dan perinciannya. Variabel
Langkah-langkah tersebut menyebabkan independen adalah pertumbuhan pangsa
model persamaan industri terbentuk. tenaga kerja, pertumbuhan pangsa BBM,
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut pertumbuhan pangsa enerji listrik,
1. Menyusun berdasar jenis industri dan pertumbuhan pangsa bahan baku dan
tahun, data nilai input tenaga kerja, penolong dan Pertumbuhan pangsa modal.
bahan bakar minyak, listrik, bahan baku, Adapun variabel dependen adalah variabel
modal dan output dalam suatu tabel. pertumbuhan nilai output. Adapun seluruh
Nilai input diperoleh dari harga masing- variabel, baik variabel pendukung maupun
masing input dikalikan jumlah masing- pembentuk persamaan regresi tidak
masing input. Nilai output diperoleh dari ditunjukan karena keterbatasan tempat.
harga output dikalikan jumlah output. Data yang diperlukan adalah data
Harga input adalah harga keseimbangan jumlah tenaga kerja, jumlah BBM bensin dan
dalam pasar persaingan sempurna solar, jumlah tenaga listrik, jumlah bahan
sehingga menunjukan marginal baku dan penolong, jumlah modal, upah
productivity masing-masing input. tenaga kerja, harga BBM bensin dan solar,
2. Menyusun berdasar jenis industri dan harga listrik, harga bahan baku dan penolong,
tahun, data pangsa input tenaga kerja, harga modal dan harga output dari industri
bahan bakar minyak, listrik, bahan baku, tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa selain
dan pangsa modal dan Ln output dalam provinsi Banten sejak tahun 2000 hingga
suatu tabel. Data pangsa input diperoleh tahun 2011. Data berasal dari Badan Pusat
dari rasio dalam prosentase masing- Statistik (BPS).Metode penelitian
masing input dengan Ln output. menjelaskan rancangan kegiatan, ruang
Digunakannya data input dalam lingkup atau objek, bahan dan alat utama,
prosentase dan data output dalam bentuk tempat, teknik pengumpulan data, definisi
Ln dengan tujuan menghasilkan operasional variabel penelitian, dan teknik
koefisien input yang berbentuk elastisitas analisis.
sebagaimana dalam fungsi produksi
Cobb-Douglas.
22
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
Persamaan 6 adalah model persamaan tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa
pertumbuhan industri tekstil dan produk dilakukan berdasarkan persamaan 6.
tekstil di pulau Jawa panel data fixed effect
Nilai Total factor productivity industri
dengan effect specification. Persamaan 6
tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa
kurang begitu dapat menjelaskan
sebesar -1.83%. Nilai total factor
pertumbuhan industri tekstil dan produk
productivity tersebut diperoleh dari
tekstil di pulau Jawa. Hal ini disebabkan
memasukan rata-rata data setiap variabel ke
nilai R2 hanya 0.63, hanya ada dua variabel
dalam persamaan 6. Selanjutnya
yang signifikan dan tiga tanda negatif pada
mengurangkan Qit dari C dan seluruh nilai
variabel. Namun demikian, persamaan ini
variabel independen diperoleh nagka TFP
dapat digunakan sebab model persamaan
tersebut.
yang lain, yaitu model fixed effect tanpa
effect specification dan model pooled least Nilai TFP industri tekstil dan produk
square memberikan hasil yang lebih buruk. tekstil di pulau Jawa yang negatif
Oleh karena itu, analisis terhadap industri menunjukkan bahwa industri tekstil dan
23
ISSN 2407-9189 Univesity Research Colloquium 2015
produk tekstil di pulau Jawa tidak menikmati yang berpindah ke luar negeri bukan hanya
kemajuan teknologi. Hal ini dapat berpindah dalam arti perpindahan fisik
dimengerti sebab sejak krisis ekonomi 1997, industri, namun juga perpindahan kemajuan
perekonomian Indonesia masih menjalani teknologi. Industri PMDN yang bersifat
recovery yang cukup lama dan berdampak padat karya mengalami permasalahan
pada deindustrialisasi yang dialami industri kualitas SDM yang rendah yang selanjutnya
di Indonesia, termasuk deindustrialisasi yang kurang memperhatikan kemajuan teknologi.
dialami industri tekstil dan produk tekstil di Pertumbuhan produksi industri tekstil dan
pulau Jawa. produk tekstil di pulau Jawa tidak disebabkan
oleh TFP.
Deindustrialisasi berupa relokasi
industri yang bersifat PMA (penanaman Industri tekstil dan produk tekstil di
modal asing) ke luar negara Indonesia pulau Jawa harus dikembangkan.
menjadi penyebab industri tekstil dan produk Pengembangan tersebut sedemikian rupa
tekstil tidak menikmati kemajuan teknologi. sehingga industri dapat menikmati kemajuan
Hal ini karena industri yang bersifat PMA teknologi. Harapannya, industri tersebut
datang dengan membawa kemajuan mendukung percepatan dan perluasan
teknologi. Padahal, relokasi ke luar negara pembangunan ekonomi di Indonesia dan
bukan hanya perpindahan gedung dan mendukung pencapaian visi tahun 2025,
bangunan industri, namun juga relokasi Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang
kemajuan teknologi. Oleh karena itu, ketika Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.
industri tekstil dan produk tekstil di pulau Pengembangan kemajuan teknologi industri
Jawa mengalami deindustrialisasi berupa tekstil dan produk tekstil di pulau Jawa dapat
relokasi industri PMA ke luar negara, dilakukan dengan memberi peluang PMA
otomatis industri tersebut tidak lagi yang berkomitmen pada kemajuan teknologi
menikmati kemajuan teknologi. industri Indonesia. Selain itu, dengan
mendorong industri PMDN untuk mengatasi
Industri yang bersifat PMDN
permasalahan kualitas rendah SDM industri.
(penanaman modal dalam negeri) tidak
memiliki kontribusi pada kemajuan REFERENSI
teknologi. Hal ini disebabkan industri tekstil
Corden, M.W. dan Jean P. (1982). “Booming
dan produk tekstil di pulau Jawa yang
Sector and De-industrialization in a
bersifat PMDN lebih berpola padat karya
Small Open Economy.” The Economist,
yang mengandalkan produktifitas fisik tenaga
Vol. 92, No. 368. Halaman 825-848.
kerja. Lagi pula, industri ini mengalami
permasalahan kualitas sumber daya manusia Dornbusch, R, Stanley F. dan Richard S..
yang rendah yang menghambat pembaharuan (2001). Macroeconomics. McGraw-Hill:
dalam barang modal dan penggunaan Boston.
teknologi. Dengan demikian, secara tidak Hakim, A. (2009). “Industrialisasi di
langsung industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia: Menuju Kemitraan yang
pulau Jawa yang bersifat PMDN Islami”. Jurnal Hukum Islam. Vol 11,
berpengaruh terhadap rendahnya TFP. No 1: April 2009.
5. SIMPULAN Juarno, O., Rina O., Akhmad F. dan Nunung
Persamaan pertumbuhan industri tekstil N. (2011). “Kinerja Produktivitas dan
dan produk tekstil di pulau Jawa telah Faktor Yang Berpengaruh terhadap
mengkonfirmasi nilai negatif koefisien total Total Faktor Produktivity (TFP)
factor productivity yang bermakna industri Tambak Udang Indonesia”. J. Sosek KP
tidak menikmati kemajuan teknologi. Vol. 6 No. 2, Tahun 2011. Halaman
Penyebab industri tidak menikmati kemajuan 149 – 168.
teknologi adalah industri PMA yang Kementerian Koordinator Bidang
berpindah ke luar negeri dan industri PMDN Perekonomian. (2011). “Masterplan
yang bersifat padat karya. Industri PMA
24
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
25