You are on page 1of 6

PENGARUH TOKEN EKONOMI : YELLOW SMILE TERHADAP

PENURUNAN PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIF (GPPH)
DI SDLB ALPA KUMARA WARDANA II SURABAYA
(The Effect Of Yellow Smile Token Economy On The Reduction Of Hiperactivity
Behaviour In Children With Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
At Sdlb Alpa Kumara Wardana Ii Surabaya)

Hanik Endang Nihayati*, Iqlima Dwi Kurnia*, Sri Nurhidayati**


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp. (031)-5913752, 5913756 Fax: (031) 5913257
Email: hsrinur@gmail.com

ABSTRACT
Hyperactive is part of ADHD which have been complained much by parents and
teachers. The characteristics of hiperactive are overactive, fingers flapping and difficult to
sit quietly in a long time. This behavior disorder makes them having difficulty in following
the study, incompliant and undisciplinary. The purpose of this study was to reduce
hiperactivity behavior by giving token economy. This was a pre-experimental study using
one group pre-post test design. Population comprised children with hyperactivity at SDLB
Alpa Kumara Wardana II Surabaya. Total samples were 10 children selected using
purposive sampling. The independent variable was yellow smile token economy and the
dependent variable was hyperactive behavior. Data were collected using Swanson, Nolan
and Pelham teacher and parent rating scale (SNAP) IV and analyzed using Wilxocon
Signed Rank Test with significance level a = 0.05. The result revealed Wilxocon Signed
Rank Test with p = 0.005. This indicates that there was significance effect of token
economy on the reduction of hiperactivity behavior in ADHD children. Favorite token may
provide motivation to the children to repeat the behavior. It is suggested to schools to
employ token economy consistently and continually to reduce hyperactive behavior in
children with ADHD.

Keywords: hyperactive, token economy, ADHD

dengan ciri-ciri terus menerus bergerak,


PENDAHULUAN memainkan jari atau kaki saat duduk,
sulit duduk diam dalam waktu yang lama,
Mempunyai anak yang sehat, aktif berlarian atau memanjat secara
dan berkembang sesuai usianya berlebihan yang tidak sesuai dengan
merupakan karunia yang luar biasa bagi situasi, dan berbicara berlebihan
orang tua. Tidak semua anak dapat (Zaviera, 2009). Menurut Wirrawani,
tumbuh dan berkembang dengan baik 2007 selain masalah perilaku, anak
karena berbagai faktor penyebab hiperaktif biasanya akan sulit mengikuti
(Wirrawani, 2007). Salah satu gangguan pelajaran dengan baik, sering tidak patuh
perkembangan yang banyak terjadi di terhadap perintah orang tua dan sulit
masyarakat adalah anak dengan untuk disiplin. Di sekolah mereka sulit
Gangguan Pemusatan Perhatian dan untuk mengikuti pelajaran dengan baik,
Hiperaktifitas (GPPH). Hiperaktif adalah karena tidak dapat duduk tenang, tidak
salah satu aspek dari GPPH yang banyak bisa diam dan seolah-olah tidak
dikeluhkan orang tua dan pendidik, memperhatikan pelajaran di kelas,

*Pembimbing skripsi (Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga)


**Peneliti
sehingga diperlukan metode yang tepat faktor psikososial ikut berperan (Sadock
untuk mengurangi perilaku ini. Hasanah & Virginia, 2010). Adanya gangguan
(2013) pada penelitiannya tentang pada fungsi neurotransmisi dopamin di
penerapan token ekonomi membuktikan lobus prefrontal dan daerah limbik
bahwa token ekonomi mampu mengubah menyebabkan anak dengan GPPH
perilaku yang tidak diinginkan menjadi mempunyai keterbatasan untuk
perilaku yang lebih baik. menganalisis perilaku, ketidakmampuan
Anak dengan GPPH adalah anak menyimpan informasi di dalam otaknya
yang menunjukkan perilaku hiperaktif, dan mempunyai persepsi yang tidak
impulsif, sulit memusatkan perhatian sesuai terhadap suatu obyek/kejadian
yang timbulnya lebih sering, lebih (Wiguna, 2010). Terapi perilaku yang
persisten dengan tingkat yang lebih berat berdasar pada prinsip teori belajar dengan
jika dibandingkan dengan anak lain cara pembiasaan perilaku tanpa
seusianya (Wiguna, 2010). Survey yang menimbulkan kecemasan, merupakan
dilakukan oleh National Survey of salah satu cara untuk mengurangi
Children’s Health (NSCH) di Amerika perilaku maladaptif pada anak hiperaktif
Serikat menyebutkan bahwa presentasi (Kaplan, 2006).
anak usia 4–17 tahun yang mengalami Token ekonomi merupakan
GPPH meningkat dari 7,8% menjadi bagian dari terapi perilaku yang bertujuan
9,5% dalam kurun waktu 2003 – 2007 menghilangkan kebiasaan atau sikap
(Mulyani, 2013). Sementara di Indonesia maladaptif dan menggantikannya dengan
dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak pola perilaku yang baru dengan
yang menderita GPPH (Wirrawani, menggunakan token/tanda (Kaplan,
2007). Jumlah gangguan perilaku 2006). Token ekonomi adalah penerapan
hiperaktif di masyarakat 30% dari jumlah operant conditioning dengan mengganti
gangguan tumbuh kembang anak. Jadi hadiah langsung dengan sesuatu yang
dari 1.000 anak yang mengalami dapat ditukarkan kemudian (Mulyani,
gangguan tumbuh kembang, ada 300 2013). Penelitian yang dilakukan
anak yang mengalami gangguan perilaku Christopher dan McLaughlin (2004)
hiperaktif (Kurniawan, 2013). Studi menunjukkan bahwa penerapan token
pendahuluan yang dilakukan peneliti di ekonomi dapat menurunkan perilaku
Sekolah Dasar Luar Biasa Alfa Kumara yang tidak pantas di kelas dan
Wardana II Surabaya, jumlah siswa meningkatkan kinerja akademik
dengan gangguan hiperaktif mencapai (Mulyani, 2013). Penelitian yang
32,3% dari total siswa, dengan gejala dilakukan Mulyani (2013),
tidak memperhatikan ketika diberitahu menyimpulkan bahwa penerapan teknik
pengajar, tidak bisa duduk tenang, token ekonomi dapat meningkatkan
perhatian mudah sekali teralih, hanya perhatian dalam mengerjakan tugas pada
bisa bertahan duduk 2-3 menit, gelisah anak GPPH. Dengan adanya hadiah,
dengan terus menggerakkan tangan dan perilaku akan terus berulang (Reed &
kakinya, dan sering keluar kelas. Terapi Martens, 2011 dalam Mulyani, 2013).
untuk mengurangi gangguan perilaku Penguatan/token yang langsung
hiperaktif di sekolah ini adalah dengan diberikan, disukai dan menarik akan
pemberian reward (pujian), namun terapi membuat anak termotivasi untuk
tersebut belum bisa menurunkan perilaku melakukan kembali perilaku yang
hiperaktif pada anak GPPH. diinginkan, meningkatkan kebiasaan
Penyebab GPPH memang belum sehingga perilaku yang diharapkan akan
diketahui pasti, tetapi ada dugaan faktor terpelihara (Mulyani, 2013). Reward
genetik, kerusakan otak, faktor yang diberikan secara jelas dan sering
neurokimia, faktor neurofisiologis dan merupakan cara yang paling efektif untuk
menolong anak agar berubah (Pentecost, Instrument penelitian
2004).
Untuk mengukur perilaku
BAHAN DAN METODE hiperaktif siswa, peneliti menggunakan
gejala yang ditunjukkan berdasar lembar
Desain penelitian observasi Swanson, Nolan and Pelham
Desain penelitian ini menggunakan theacher and parent rating scale (SNAP)
jenis pre-eksperiment dengan IV (Swanson, 2013), yang terdiri dari 9
menggunakan desain one-group pre-post pertanyaan. Untuk variabel independen
test design. (pemberian token ekonomi), dilakukan
dengan menggunakan satuan acara
Populasi dan Sampel kegiatan (SAK).

Populasi pada penelitian ini adalah Prosedur Pengambilan Data dan


anak-anak dengan gangguan perilaku Analisis Data
hiperaktif di SDLB Alfa Kumara
Wardana II Surabaya berjumlah 11 Proses pengumpulan data dilakukan
orang. Sampel diambil yang sesuai setelah mendapatkan ijin dari Fakultas
dengan kriteria inklusi dan ekslusi Keperawatan Universitas Airlangga
sebanyak 10 orang. Kriteria inklusi dalam untuk mengadakan penelitian. Setelah itu
penelitian ini adalah: anak berusia 7-12 mengajukan permohonan kepada kepala
tahun (usia Sekolah Dasar), anak GPPH SDLB Alfa Kumara Wardana II untuk
dengan perilaku hiperaktif yang tidak melakukan penelitian. Setelah
menjalani terapi perilaku token ekonomi mendapatkan ijin dari kepala sekolah
di tempat lain, orang tua mengijinkan Alfa Kumara Wardana II Surabaya, yang
anaknya menjadi responden, lama dilakukan peneliti adalah menyeleksi
sekolah di SDLB Alfa Kumara Wardana responden dengan berpedoman pada
II ≤ 3 tahun. Kriteria eksklusi eksklusi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah
dalam penelitian ini adalah: tidak bisa ditentukan dengan metode purposive
bicara (bisu), anak yang mendapatkan sampling. Setelah mendapatkan
terapi farmakologi, kehadiran kurang responden yang dikehendaki langkah
dari 75%. selanjutnya adalah meminta persetujuan
(informed consent) dari orang tua
Sampling responden. Selanjutnya dilakukan
observasi awal.
Pada penelitian ini pemilihan Pretest pada observasi awal
sampel dengan menggunakan purposive dilakukan dengan pengamatan pada
sampling. perilaku hiperaktif siswa, dengan mengisi
observasi Swanson, Nolan and
Identifikasi Variabel
Pelhamtheacher and parent rating scale
(SNAP) IV, untuk melihat seberapa
Variabel independen pada
tingkatan hiperaktif siswa sebelum diberi
penelitian ini adalah token ekonomi
intervensi. Responden dibagi menjadi dua
yellow smile, sedangkan variabel
kelompok, kelas A (5 siswa) dan kelas B
dependen pada penelitian ini adalah
(5 siswa) untuk memudahkan observasi.
penurunan perilaku hiperaktif pada anak
Proses intervensi dilakukan 8 hari
dengan Gangguan Pemusatan Perhatian
berturut-turut selama 1 jam pelajaran
dan Hiperaktif.
/hari (Mulyani, 2013). Pada tahap
persiapan intervensi, peneliti dibantu
guru kelas akan menjelaskan, apabila
siswa dapat duduk tenang, tidak keluar
kelas selama kegiatan belajar dan dapat hiperaktif sedang, 50% responden
menyelesaikan tugas yang diberikan mempunyai perilaku hiperaktif tinggi dan
(mewarnai dan menulis) akan diberi 10% mempunyai perilaku hiperaktif yang
stiker untuk dikumpulkan dan ditukarkan sangat tinggi. Tingginya perilaku
dengan hadiah kesenangan siswa bila hiperaktif disebabkan karena anak
sudah terkumpul 3 keping. Hadiah berupa dengan GPPH mempunyai keterbatasan
mainan, istirahat lebih dahulu, membuka untuk menganalisis perilaku,
bekal lebih dahulu dan alat tulis. Tahap ketidakmampuan menyimpan informasi
pelaksanaan intervensi dilakukan ketika di dalam otaknya dan mempunyai
kegiatan belajar berlangsung dengan persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu
mengobservsi dan mencatat perilaku obyek/kejadian (Wiguna,2010), sehingga
siswa. Intervensi ditutup dengan anak tidak bisa duduk tenang walaupun
pembagian stiker pada siswa yang situasi menghendaki anak tetap duduk.
menunjukkan perilaku duduk tenang, GPPH didiagnosis 2 sampai 9 kali lebih
tidak keluar kelas selama kegiatan belajar banyak pada laki-laki dibanding anak
berlangsung dan dapat menyelesaikan perempuan (APA, 2000 dalam Nevid JS,
tugas yang diberikan. Rathus SA, 2005). Data yang diperoleh
Posttest dilakukan pada hari ke 10, menunjukkan bahwa 8 anak atau 80%
dengan menggunakan instrumen yang responden adalah laki-laki.
sama ketika pretest yaitu observasi Ketidakmampuan anak GPPH
menggunakan SNAP IV rating scale. menyimpan informasi di dalam otaknya
Penurunan nilai dari pretest ke posttest membuat mereka sering lupa, sehingga
menunjukkan adanya penurunan gejala diperlukan suatu simbol sebagai penguat
hiperaktif pada anak dengan GPPH, ketika pengajar memberikan pujian
sehingga dapat diketahui keefektifan apabila anak menunjukkan perilaku yang
terapi. baik. Lama anak bersekolah juga sangat
Data yang terkumpul kemudian berperan terhadap perilaku hiperaktif
diolah dan diuji dengan menggunakan uji karena menunjukkan lama anak
statistik Wilcoxon Signed Rank Test mendapatkan terapi dan berinteraksi
dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. secara sosial dengan teman. Dari data
yang diperoleh 50% responden atau 5
Hasil anak, masih 1 tahun bersekolah di SDLB
Alpa Kumara Wardana Surabaya II.
Hasil analisa terhadap observasi Perilaku hiperaktif anak
perilaku hiperaktif pada anak dengan GPPH setelah dilakukan intervensi
GPPH di SDLB Alpa Kumara Wardana pemberian token ekonomi yellow smile
II Surabaya dengan uji statistik Wilcoxon didapatkan data 70% responden
Sign Rank Test dengan tingkat mempunyai perilaku hiperaktif rendah,
kemaknaan α ≤ 0,05, didapatkan hasil 30% responden mempunyai perilaku
p=0.005. Ini menunjukkan arti bahwa H1 hiperaktif sedang. Penurunan perilaku
diterima yaitu terdapat pengaruh hiperaktif yang signifikan terjadi pada
pemberian token ekonomi yellow smile tiga responden (responden 1, 5, 6) yang
terhadap penurunan perilaku hiperaktif mengalami penurunan skor dari perilaku
pada anak dengan GPPH. hiperaktif tinggi menjadi rendah. Gejala
GPPH akan menurun seiring dengan
Pembahasan bertambahnya usia, walaupun ada gejala
sisa pada sebagian orang (Biederman
Perilaku hiperaktif anak GPPH
2005). Menurut Horlock, 2002 individu
sebelum dilakukan intervensi pemberian
pada umur 35-40 tahun adalah masa akhir
token ekonomi yellow smile didapatkan
dari usia dewasa muda yang mempunyai
data 40% responden mempunyai perilaku
ciri kebiasaan berpikir rasional hasilnya. Stiker yellow smile yang sangat
meningkat, mampu memecahkan masalah disukai anak-anak merupakan pilihan
dengan cukup baik sehingga menjadi yang tepat bagi pengajar sebagai simbol
stabil dan tenang secara emosional. Data penguat dalam upaya menurunkan
yang diperoleh orang tua dari ketiga perilaku hiperaktif siswa. Pemberian
responden ini berusia lebih dari 35 tahun. stiker segera setelah siswa menunjukkan
Sebab lainnya adalah ibu dari ketiga perilaku yang diinginkan sangat
responden ini tidak bekerja sehingga diperlukan untuk memotivasi siswa agar
dapat mencurahkan perhatian secara meningkatkan kebiasaan baik mereka.
maksimal pada responden, dengan Dengan sistem kelas klasikal yang
memberikan motivasi yang cukup baik, diterapkan di SDLB Alpa Kumara
karena motivasi merupakan salah satu Wardana II, sangat sesuai untuk
penunjang keberhasilan dari suatu dilakukan terapi ini karena pemberian
penanganan. Usia anak juga berperan hadiah di depan teman merupakan
terhadap keberhasilan terapi, karena usia motivasi bagi siswa untuk mengulangi
mencerminkan kematangan secara mental perbuatan.
dan emosional. Dari data yang diperoleh,
responden yang mengalami perubahan SIMPULAN DAN SARAN
secara signifikan berusia 12 tahun.
Responden no 8 hanya mengalami sedikit Kesimpulan
perubahan yaitu dari perilaku hiperaktif
tinggi (55.55%) menjadi sedang Berdasarkan penelitian yang telah
(33.33%), walaupun tetap mengalami dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
penurunan perilaku hiperaktif. Keadaan sebagai berikut :
disebabkan karena pada saat pengambilan 1. Perilaku hiperaktif pada anak dengan
data postes, responden no 8 dalam GPPH sebelum dilakukan intervensi
kondisi kurang enak badan. adalah sering gelisah di tempat duduk
Hasil uji statistik menunjukkan dengan tangan dan kaki yang selalu
pengaruh yang signifikan pada pemberian bergerak, sering meninggalkan
token ekonomi yellow smile terhadap tempat duduk ketika di kelas, sering
penurunan perilaku hiperaktif pada anak berkeliling kelas dan bergerak dengan
GPPH. Pengaruh ini terjadi karena teknik sangat aktif. Hal ini terjadi karena
token ekonomi adalah suatu cara untuk adanya kerusakan ringan pada sistem
mengurangi tingkah laku, yang ditujukan syaraf pusatnya sehingga anak
kepada seorang anak yang sesuai dengan dengan GPPH mempunyai
target yang telah disepakati dengan keterbatasan untuk menganalisis
menggunakan hadiah sebagai simbolik perilaku, ketidakmampuan
(Sulhadi, 2013). Penguatan/token yang menyimpan informasi di dalam
langsung diberikan, disukai dan menarik otaknya dan mempunyai persepsi
akan membuat anak termotivasi untuk yang tidak sesuai terhadap suatu
melakukan kembali perilaku yang obyek/kejadian.
diinginkan, meningkatkan kebiasaan 2. Perilaku hiperaktif pada anak dengan
sehingga perilaku yang diharapkan akan GPPH setelah dilakukan observasi,
terpelihara (Mulyani, 2013). Untuk didapatkan hasil penurunan perilaku
mendapatkan hasil yang maksimal dari hiperaktif dengan menunjukkan
terapi pemberian token ekonomi memang perilaku duduk tenang dan tidak
tidak mudah. Butuh waktu yang lama, keluar kelas ketika kegiatan belajar
persiapan yang baik, konsistensi yang berlangsung.
tinggi dari pengajar, dan upaya yang 3. Pemberian token ekonomi yellow
berkesinambungan untuk dapat terlihat smile dapat menurunkan perilaku
hiperaktif pada anak dengan GPPH di
SDLB Alfa Kumara Wardana II Swanson, et al. 2013. Swanson, Nolan
Surabaya. Hal ini karena penggunaan and Pelham Teacher and Parent
token yang langsung diberikan, Rating Scale (Snap-IV).(online).
disukai dan menarik akan membuat http://www.myadhd.com/snap-iv-
anak termotivasi untuk melakukan 6160-18sampl. html . diakses
kembali perilaku yang diinginkan, tanggal 13 Desember 2013
meningkatkan kebiasaan dan perilaku Wiguna.T, 2010, Buku Ajar Psikiatri.
yang diharapkan akan terpelihara. Jakarta:Badan Penerbit FKUI, hal
441
Saran Wirawanni A, 2007, Efek Penerapan
Konsep Sensori Integrasi Yang
1. Konsistensi dalam pelaksanaan sistim Dilakukan Di Rumah Untuk
token ekonomi sangat diperlukan agar Menurunkan Hiperaktifitas Pada
terapi berjalan dengan baik. Karena Anak ADHD, tesis Magister,
itu disarankan kepada pengajar untuk Universitas Katolik Soegijapranta,
tetap menjaga konsistensinya, Semarang
sehingga terapi dapat terlaksana Zaviera F, 2009. Anak Hiperaktif (cara
sesuai tujuan. cerdas menghadapi anak hiperaktif
2. Pemberian token/simbul yang dan gangguan konsentrasi).
menarik dan disukai anak, dapat
Jogyakarta : Kata Hati
memotivasi anak agar mengulang
kembali perilaku yang baik. Karena
itu disarankan kepada pengajar untuk
selalu membuat inovasi dalam
pemilihan jenis token yang menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah N, 2013. Terapi token ekonomi


untuk mengubah Perilaku lekat di
sekolah. Jurnal Humanitas. Vol
X.no 1
Kaplan & Sadock, 2006. Kaplan &
Sadock sinopsis psikiatri. Ed
ketujuh. Jakarta :Binarupa Aksara
Mulyani RR, 2013. Penerapan token
ekonomi untuk meningkatkan atensi
dalam mengerjakan tugas pada
anak ADHD. Jurnal Saints dan
praktik psikologi. Volume 1, nomor
1. (hal 37-47)
Nevid JS, Rathus SA, 2005. Psikologi
Abnormal. Ed 5. Jakarta : penerbit
Erlangga. Hal 160-164
Pentecost.D, 2004. Menjadi Orang Tua
Anak ADD. Jakarta : Dian Rakyat,
hal 3
Sadock J,Virginia, 2010. Kaplan &
Sadock Buku Ajar psikiatriklinis.
Ed 2. Jakarta : EGC, hal 597

You might also like