You are on page 1of 11

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KEMAMPUAN
PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SDLB KABUPATEN JEMBER

Artikel Jurnal

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH
RISA DWI NURMAINI
10. 11011.068

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2014
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN
PERSONAL HYGIENE PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB
KABUPATEN JEMBER

Risa Dwi Nurmaini1, Diyan Indriyani,M.Kep,Sp.Mat2


1
Mahasiswa Prodi. S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember
(RisaDN92@gmail.com)
2
Dosen FIKES Universitas Muhammadiyah Jember (dieindri@yahoo.com)

ABSTRACT

Introduce: Children Retardasi is a child with limited when they doing something on
their life such us optimality behaviour personal hygiene. Their parents as near with
them and the parents supported and optimum ability especially children Personal
Hygiene.
Method: This research using correlationall design with Cross Sectioanal, the
purpose using correlational design because the researcher to proof on the
relationships of pattern bringing up to parents with Personal Hygiene in children
Mental Retardation. The population on the reaseach is all of parents have a children
retardasi at SDLB Kab. Jember 35 respondent, with totally sample and the fulfill 33
respondent. The technique of interpretation sample using total sampling. The data
collections using quisionare with Likert scale.
Result: The result of the research to showed, that the majority respondent to applying
democratic parenting 26 respondents (78.8%), authoritar parenting 5 respondents
(15.2%), and permissive parenting 2 respondents (6.1%). The ability of the
majority personal hygiene 24 children (72.7%) able to perform their own personal
hygiene and the remaining 9 children (27.3%) was not able to do their own personal
hygiene. Results of Spearman Rank statistical test with α = 0.05 p value 0.03.
Discuss: This research concluded that H1 is accepted, it means there is a significant
relationship between parenting parents with the ability of personal hygiene. This
research recommended for parents to be able to apply by parenting and always
based on love and affection in order to optimize the capabilities of the child.

Keywords: the pattern of parents, Personal Hygiene Capabilities

PENDAHULUAN Faktor genetik dan lingkungan yang


berbeda menjadi pengaruh dalam
Anak merupakan suatu pertumbuhan dan pencapaian
kesatuan individu yang sangat unik. kemampuan perkembangannya, tetapi
akan tetap menurut patokan umum. studi pendahuluan yang
Namun, hal ini tidak berlaku pada anak dilakukan,bahwasannya jumlah anak
dengan pembentukan intelektual yang retardasi mental yang ada di kabupaten
rendah sejak lahir atau dikenal dengan Jember khususnya SDLB di
istilah retardasi mental. Anak dengan Jemberdari tahun 2011 sebanyak 40,
kondisi retardasi mental merupakan tahun 2012 sebanyak 40, dan ditahun
seorang anak dengan tingkat fungsi 2013-2014 sabanyak 35 anak. Jumlah
intelegensi yang secara signifikan anak dengan retardasi mental pada
berada dibawah rata-rata, tahun 2014 yang ada di SDLB
sebagaimana diukur oleh tes Kabupaten Jember lebih sedikit dari
intelegensi yang dilaksanakan secara pada tahun-tahun sebelumnya, Akan
individual. Selain intelegensinya tetapi, dari jumlah yang mengalami
rendah, anak dengan retardasi mental penurunan tersebut terdapat 6 dari 10
juga sulit menyesuaikan diri, susah anak dengan kondisi personal hygiene
berkembang dan disertai oleh defisit yang kurang bagus.
fungsi adaptasi, seperti kegagalan
dalam mengurus diri sendiri dan Anak yang mengalami retardasi
timbulnya perilaku menentang (Pieter, mental tetap memiliki kemampuan lain
2011). yang masih dapat dikembangkan dan
dioptimalkan untuk membantunya
Angka kejadian retardasi beraktivitas seperti orang normal, dan
mental sekitar 1-3% dalam satu memberikan peran tertentu di
populasi. Indonesia belum memiliki masyarakat meskipun terbatas. Hal
data pasti mengenai jumlah penderita utama yang paling berperan dalam
retardasi mental. Berdasarkan data proses perkembangan kemampuan
Departemen Pendidikan Nasional adalah keluarga, yaitu orang tua dan
(DEPDIKNAS) tahun 2009 terdapat saudara kandung (Hendriani dkk,
4.253 anak retardasi mental yang 2006). Berdasarkan penelitian terkait
terdaftar pada seluruh sekolah luar yang dilakukan oleh Elisabeth (2012)
biasa (Norhidayah, 2013). Berdasarkan diketahui sebagian besar orang tua
yang menerapkan pola asuh positif, METODOLOGI PENELITIAN
anaknya mempunyai status personal
hygiene cukup sebesar (46,8%). Penelitian ini menggunakan
Berdasarkan penelitian oleh Ramawati desain penelitian studi korelasional
(2011), didapatkan bahwa anak (hubungan atau asosiasi), yang bersifat
dengan tuna grahita (retardasi mental) cross sectional. Penelitian ini
tanpa bantuan orang lain hanya 38,4% dilakukan di SDLB kabupaten Jember
yang memiliki tingkat kemampuan dengan sampel yaitu orang tua ayah
personal hygiene tinggi. Sedangkan atau ibu yang memiliki anak retardasi
sisanya 61,6% tingkat kemampuan mental di SDLB Kabupaten Jember,
perawatan dirinya rendah. tepatnya di SDLB-C TPA Sumbersari
dan SDLB Pengembangan Bintoro
Pada intinya, anak dengan Patrang. Populasi dari penelitian ini
retardasi mental memiliki kemampuan sebanyak 35 orang. Penelitian ini
yang dapat dioptimalkan dan dilakukan pada bulan Mei 2014
dikembangkan selayaknya anak-anak dengan cara membagikan kuesioner
normal pada umumnya. Dalam hal ini, yang berisi informed concernt, data
stimulus dan dukungan orang-orang demografi orang tua, lembar
terdekat terutama orang tua sangat pertanyaan tentang pola asuh, dan
penting untuk mengoptimalkan lembar pertanyaan kemampuan tentang
kemampuan anak retardasi mental kemampuan personal hygiene. Data
dalam hal mengembangkan personal demografi orang tua ditinjau dari
hygiene. Maka dari itu, peneliti tertarik nama, umur, pendidikan, agama,
untuk mengeksplore lebih jauh lagi pekerjaan, penghasilan, suku bangsa,
tentang sejauh mana ”Hubungan antara jumlah anak yang dimiliki. Lembar
pola asuh orang tua dengan pertanyaan untuk pola asuh orang tua
kemampuanpersonal hygiene pada dan kemampuan personal hygiene
anak retardasi mental di SDLB diadopsi dari instrumen yang sudah
(Sekolah Dasar Luar Biasa) Kabupaten baku oleh Ramawati (2011).
Jember”.
Penelitian ini dilakukan dengan dan yang memenuhi syarat sebagai
mengawali meminta ijin kepada responden sebanyak 33 orang.
instansi tempat dilakukannya Berdasarkan data dari kuesioner yang
penelitian, mengobservasi secara telah diberikan kepada responden
umum kondisi lingkungan dan anak- diperoleh gambaran antara pola asuh
anak yang berada di SDLB, dan kemampuan personal hygiene.
selanjutnya menemui orang tua yang
memiliki anak retardasi mental di Pola Asuh Orang Tua
SDLB kabupaten Jember. Orang tua Hasil penelitian menunjukkan
selanjutnya diberikan penjelasan dan prosentase orang tua yang menerapkan
tujuan dari penelitian dilakukan, pola asuh demokratis sebanyak 26
kemudian diminta kesediannya untuk orang (78,8 %) anak mampu
berpartisipasi dalam penelitian dengan melakukan personal hygiene sebanyak
mengisi informen concernt sebagai 24 orang (72,7 %). Hal ini
penyataan persetujuan menjadi menunjukkan bahwa pola asuh
responden dan diminta mengisi memberikan peranan yang penting
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang bagi kemampuan anak.
telah disediakan peneliti. Kemudian
Tabel distribusi Frekuensi Pola Asuh
data-data yang telah didapat akan
Orang Tua Anak Retardasi Mental Di
diolah dan di deskripsikan ke dalam SDLB Kabupaten Jember Pada Bulan
Mei 2014. n=33 Responden
hasil penelitian dan pembahasan.

No Pola Asuh Jumlah Prosent


HASIL DAN PEMBAHASAN Orang Tua ase
1 Otoriter 5 15,2 %
Penelitian mengenai Pola Asuh 2 Demokratis 26 78,8 %
3 Permisif 2 6,1 %
Orang Tua dan Kemampuan personal
Total 33 100%
hygiene pada anak retardasi mental
telah dilakukan pada bulan mei 2014.
Jumlah populasi sebanyak 35 orang
Penerapan pola pengasuhan Selain itu terdapat pula faktor
pada anak tidak lepas dari peranan lain yang tidak kalah pentingnya dalam
faktor-faktor salah satunya pendidikan memberikan peranan terhadap pola
dan usia orang tua. Responden dalam pengasuhan anak yaitu; jumlah anak
penelitian ini kebanyakan menempuh yang dimiliki. Pada penelitian ini
pendidikan hingga tingkat menengah didapatkan jumlah anak yang dimiliki
atas sebanyak 17 orang (51,5 %), serta responden antara 1-2 anak sejumlah 18
usia yang sudah dapat dikatakan orang (54,5 %) terbukti pengasuhan
dewasa 37 - ≥51 tahun sebanyak 17 yang diberikan orang tuanya tergolong
orang(51,5 %). bagus. Hal ini sesuai dengan teori
(Suparyanto 2010) menerangkan
Tabel distribusi Frekuensi Tingkat bahwa semakin banyak jumlah anak
Pendidikan Orang Tua Anak Retardasi
dalam keluarga, maka ada
Mental Di SDLB Kabupaten Jember
Pada bulan Mei 2014. n=33 kecenderungan bahwa orang tua tidak
Responden
begitu menerapkan pola pengasuhan
No Tingkat Jumlah Prosen secara maksimal.
Pendidikan tase
1 Pendidikan 11 33,3 % Penelitian ini juga menemukan
Rendah beberapa responden yang menerapkan
2 Pendidikan 17 51,5 %
Menengah pola asuh tidak tepat dalam mengasuh
3 Pendidikan 5 15,2 % anak-anaknya. Terdapat (15,2%)
Tinggi
sebanyak 5 orang menerapkan pola
Total 33 100%
asuh otoriter dalam mengasuh anaknya
dan 2 orang (6,1%) menerapkan pola
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmojo
pengasuhan permisif bagi anaknya.
dalam (Rohman, 2012) tinggi
Hal ini berkaitan erat dengan masih
pendidikan seseorang, maka makin
adanya tingkat pendidikan orang tua
mudah seseorang menerima informasi
yang rendah 11 orang (33,3%) dari
sehingga semakin banyak pula
jumlah reponden yang ada serta tingkat
pengetahuan yang dimiliki.
pendapatan yang kurang dari satu juta (27,3%) dari 33 anak yang ada di
per bulan sebanyak 11 orang (33,3%). SDLB Kabupaten Jember tidak
mampu melakukan personal hygiene
Pendidikan yang rendah serta
sendiri. Berikut data tabel distribusi
status sosial ekonomi yang rendah
frekuensi kemampuan personal
mengakibatkan informasi yang didapat
hygiene anak retardasi mental di SDLB
tentang pola pengasuhan juga kurang.
kabupaten jember:
Biasanya mereka menerapkan pola
pengasuhan yang berasal dari budaya
Tabel distribusi Frekuensi
turun-temurun dari cara orang tuanya Kemampuan Personal hygiene Anak
dulu mengasunya dan mereka Retardasi Mental Di SDLB Kabupaten
Jember Pada Bulan Mei 2014. n=33
cendrung menekankan pada kehendak Anak
dan paksaan. Hal ini sesuai dengan
No Kemam Jumlah Prosen
teori Maccoby & McLoyd dalam puan
Tase
Personal
(Yusuf LN, 2012) orang tua yang
Hygiene
memiliki pendidikan dan status sosial
1 Tidak 9 27,3 %
ekonomi rendah cendrung lebih
Mampu
menekankan kepatuhan kepada figur- 2 Mampu 24 72,7 %
figur yang mempunyai otoritas.
Total 33 100%

Kemampuan Personal Hygiene


Hasil dari penelitian ini Penelitian ini didapatkan faktor
ditemukan bahwa anak-anak yang yang paling berperan dalam
memiliki keterbelakangan mental kemampuan personal hygiene pada
memiliki kemampuan dalam hal anak retardasi mental, yaitu praktik
melakukan personal hygienesecara sosial dalam hal ini interaksi dengan
mandiri. Berdasarkan data yang keluarga, orang-orang disekitar dan
didapat dari responden sebanyak 24 orang terdekat. Sebanyak 26 (78,8%)
anak (72,7%) dikatakan mampu orang tua yang memberikan pola
melakukan personal hygiene sendiri pengasuhan demokratis menjadikan
atau tanpa bantuan sisanya 9 anak
anak dengan retardasi mental mampu tingkat koefisien korelasi dengan
melakukan personal hygiene sendiri. tingkat signifikan 0,039 dimana nila P
value 0.039 < 0.05. Hasil penelitian ini
Hubungan Pola Asuh Orang Tua menunjukakan bahwa H0 ditolak dan
Dengan Kemampuan Personal H1 diterima dengan kata lain terdapat
Hygiene Pada Anak Retardasi hubungan antara polasuh orang tua
Mental Di SDLB Kabupaten Jember dengan kemampuan personal
Berdasarkan hasi uji statistik hygienepada anak retardasi mental di
Spearman Rank dengan tingkat SDLB Kabupaten Jember.
kesalahan 5% (0,05) didapatkan

Correlations
Kemampuan_
Personal_Hyg
Pola_Asuh iene
Spearman's rho Pola_Asuh Correlation 1.000 .361*
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .039
N 33 33
Kemampuan_Personal_ Correlation .361* 1.000
Hygiene Coefficient
Sig. (2-tailed) .039 .
N 33 33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hal ini diperkuat oleh dengan prestasi yang tinggi
penelitian yang dilakukan oleh kemampuan anak otomatis akan
Ningrum (2012) hasil penelitian berkembang dengan baik begitu juga
diketahui bahwa dukungan keluarga kemampuan dalam hal melakukan
masih kurang yaitu sebanyak 25 personal hygiene.
responden (46,3%), sedang sebanyak
18 responden (33,3%), dan dukungan Peneliti berpendapat bahwa
tinggi 11 responden (20,4%). Personal reponden yang meliliki pola asuh
hygiene kurang (42,6%) dan demokratis maka anaknya mampu
menyatakan bahwa keluarga melakukan personal hygiene sendiri,
mempunyai hubungan yang kuat responden yang memiliki pola asuh
terhadap perilaku personal hygiene otoriter dan permisif, maka anaknya
pada anak sekolah dasar negri 1 tidak mampu melakukan personal
Gambiran Kabupaten Rembang. higiene sendiri dan membutuhkan
bantuan dari orang lain. Hal ini sesuai
Pola asuh demokratis yang dengan hasil penelitian pada tabel pola
diberikan oleh orang tua kepada asuh dan kemampuan personal
anaknya berdampak positif pada hygiene. Pola asuh demokratis
perkembangan anak. Seorang anak sebanyak 26 responden (78,8%) anak
yang dididik secara demokratis akan yang dapat mandiri sebanyak 24 anak
menumbuhkan anak-anak dengan (72,7%), sedangkan orang tua yang
karakteristik anakyang mandiri, dapat menerapkan pola asuh otoriter
mengontrol diri, mempunyai hubungan sebanyak 5 orang (15,2%) dan
baik dengan teman, mampu permisif sebanyak 2 orang (6,1%) anak
menghadapi stres, mempunyai minat tidak mampu melakukan personal
terhadap hal-hal baru dan koperatif higiene sebanyak 9 orang (27,3%).
terhadap orang-orang lain. Seorang
anak yang dididik secara demokratis Hubungan antara pola asuh
memiliki rasa ingin tau yang tinggi orang tua dengan kemampuan
serta prestasi yang baik, sehingga personal hygiene pada anak retardasi
mental di SDLB Kabupaten Jember dan faktor dukungan (support) orang-
juga diperkuat dengan faktor lain yang orang terdekat khususnya orang tua.
mempengaruhi pola asuh, diantaranya
status sosio ekonomi keluarga. KESIMPULAN DAN SARAN
Pendapatan orang tua antara 1-2 juta
perbulan sebanyak 13 orang (39,4%) Berdasarkan hasil penelitian
dan >3 juta sebanyak 9 orang (27,3%). yang telah dilakukan dapat ditarik
sebuah kesimpulan sebagai berikut:
Pada intinya dengan pola asuh Pola asuh yang diterapkan oleh orang
yang baik kasih sayang yang terus- tua pada anak retardasi mental di
menerus dan motivasi penuh dari SDLB Kabupaten Jember dengan 33
keluarga serta orang tua menjadikan responden mayoritas adalah pola asuh
anak retardasi mental mempunyai demokratis sebanyak 26 orang (78,8
kesempatan untuk tumbuh dan %), sisanya menerapkan pola asuh
berkembang selayaknya anak-anak otoriter sebanyak 5 orang (15,5 %),
normal pada umumnya. Pola asuh dan dan pola asuh permisif sebanyak 2
kasih sayang dari orang-orang terdekat orang (6,1 %), Kemampuan dalam
juga dapat meningkatkan kepercayaan melakukan personal hygienepada anak
diri bagi anak retardasi mental untuk retardasi mental di SDLB Kabupaten
terus belajar dan belajar Jember mayoritas sebanyak 24 orang
mengembangkan dirinya. Hal diatas (72,7 %) mampu melakukan personal
sesuai dengan teori Marmi & hygiene tanpa bantuan, sisanya 9 orang
Margayati (2013) yang menyatakan (27,3 %) anak retardasi mental tidak
bahwa suatu sikap belum otomatis mampu melakukan personal hygiene
terwujud dalam suatu tindakan. Untuk sendiri, Terdapat hubungan antara pola
mewujudkan sikap menjadi suatau asuh orang tua dengan kemampuan
tindakan nyata diperlukan faktor personal hygiene pada anak retardasi
pendukung atau suatu kondisi yang mental di SDLB Kabupaten Jember,
memungkinkan antara lain: fasilitas arah hubungan positif dengan tingkat
korelasi lemah.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007).
Promkes dan Ilmu
Berdasarkan penelitian yang
Perilaku. Jakarta: Rienka
telah dilakukan disarankan bagi orang Cipta.
Pieter.(2011).Pengantar Psikopatologi
tua yang memiliki anak retardasi
Untuk Keperawatan.
mental dapat digunakan sebagai acuan Jakarta: EGC.
Ramawati, Dian. (2011). Faktor-Faktor
dalam menerapkan pola asuh yang
Yang Berhubungan Dengan
tepat, penuh kasih sayang dan Kemampuan Perawatan Diri
Anak Tuna Grahita Di
perhatian bagi anak agar anak dapat
Kabupaten Banyumas Jawa
mengoptimalkan kemampuannya Tengah. Jawa Tengah: FIK
UI.
secara intelektual ataupun dalam hal
Rohman. (2012). Hubungan Peran
lainnya, serta anak dapat menjadi Orang Tua Dalam
Memberikan Stimulasi
pribadi yang tidak tertutup dan mampu
Perkembangan Dengan
mengekplorasi kemampuan yang Kemampuan Berbahasa
Anak Usia Toddler Di Desa
dimilikinya.
Patrang Kabupaten Jember.
Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember.
DAFTAR PUSTAKA
Salmiah, Siti. (2010). Retardasi
Elisabeth. (2012). Naskah Publikasi
Mental. Sumatra Utara:
Hubungan Pola Asuh
Fakultas Kedokteran Gigi
dengan Status Personal
Universitas Sumatra Utara.
Hygiene Pada Anak
Respiratori.usu.ac.id.
Retardasi Mental.
Diakses tanggal 4 Juni 2014.
Yogyakarta: Universitas
Suparyanto. (2010). Konsep Pola Asuh
Respati
Anak.http://dr.Suparyanto.
Hendriani, Wiwin. dkk. (2006).
com. Diakses tanggal 19
Penerimaan Keluarga
Januari 2013.
Terhadap Individu yang
Yusuf LN, Syamsu. (2012). Psikologi
Mengalami
Perkembangan Anak &
Keterbelakangan Mental.
Remaja. Bandung: PT
Insan, 8, 100 – 111.
Remaja Rosdakarya.
Marmi, Margiyati. (2013). Pengantar
Psikologi Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

You might also like