Professional Documents
Culture Documents
Email :
esuhariyanti@gmail.com
nana.media1@gmail.com
ratuaspal@yahoo.com
081215508809
081215662080
085743442144
THE RELATIONSHIP PARENTING STYLE WITH
DEPRESSIVE TENDENCIES IN CHILDREN OF
SCHOOL AGED IN ELEMENTARY SCHOOL
OF NGABEAN MAGELANG
Enik.Suhariyanti1, Fatmauly.Nadhiroh 1
1
Faculty of Health, Magelang Muhammadiyah University
Correspondence :
esuhariyanti@gmail.com
082133745222
Objective: This study aims to determine the relationship of parenting parents with a tendency to
depression in school-aged children in Elementary School of Ngabean Magelang.
Methods: The method used in this study was a descriptive cross sectional correlation. Data
processed by the Spearman rank correlation test statistic. The inclusion criteria were all
students and their families. The student who sit in the forth, fiveth and sixth class, enter
the school and had been receiving becomes respondent. There were 112 students and their
families in the research. The data being analyzed was a primary data to identify quality of
parenting parents and a tendency to depression that was measured using CDI (Child
Depression Inventory) questionnaire.
Results : The result of the research indicated that 6 types or domains for each variabels, their were
(1) permissive (2) otoriter (3) democratis 4) thick of depression(5) medium (6) heavy of
depression. The result from six domains showed that there was a negative relationship
between parenting parents with a tendency to depression in children of school age (r =-
0,282 and p=0.003).
Conclusion: Advised to apply appropriate parenting conducive to the situation and condition of
the child and enhance positive attitudes in educating so that children can developself-
efficacy.
Anak usia sekolah adalah anak usia 6-12 tahun atau dapat disebut sebagai akhir
masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun. Tugas perkembangan masa kanak-kanak
akhir dan anak sekolah ( umur 7 -12 tahun) yaitu : Belajar memperoleh
keterampilan fisik untuk melakukan permainan, belajar membentuk sikap positif,
yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat
kebersihan dan kesehatan diri), belajar bergaul dengan teman
sebayanya, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar
ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung,belajar
mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-
hari. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-
buruk), belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap
mandiri), belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial, mengenal dan
mengamalkan ajaran agama sehari-hari. Menurut Havighurst (dalam Hurlock,
1980). Adapun jika tugas perkembangan tidak terpenuhi akan terjadi
penyimpangan perkembangan seperti : tidak mau mengerjakan tugas sekolah,
membangakang pada orang tua dalam mengerjakan tugas, tidak ada kemauan
bersaing dan terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan
kelompok,memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekelompok. Hal
ini bisa menjadi stressor pada anak yang lama kelamaan akan menimbulkan
depresi (Budi , 2011).
Data dari survey yang dilakukan oleh direktorat kesehatan jiwa tahun 1996 di 10
kota pada 1.994 responden yang menggunakan instrumen diagnostik gangguan
jiwa dari WHO. Menunjukkan bahwa 17.25% atau 344 responden adalah kasus
gangguan jiwa, dan 4,1% atau 82 orang menderita depresi. WHO memprediksi
dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih dari 300 juta penduduk dunia
menderita depresi. Tahun 2020, depresi akan menduduki masalah kesehatan
nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler ( Tharbany , 2002 dalam Ariza ,
2011). Depresi pada anak menurut WHO (2008) sebanyak 20% pernah
mengalami masalah gangguan mental dengan diagnosa yang sering muncul
adalah depresi.
Depresi disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah hubungan antara
anak dengan orangtua yang kurang kasih sayang. Anak yang sering dimarahi,
disalahkan, akan rentan terkena depresi dini. Salah satu penyebab terbesar
lainnya depresi pada anak yaitu pola pendidikan yang menekankan pada
kompetisi (Sarafolean , 2000 dalam Dwinantoaji , 2011). Apalagi kalau
orangtuanya mempunyai riwayat depresi, anak akan berisiko bertambah dua
sampai empat kali lipat. Depresi yang terjadi pada anak pada umumnya
ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti berikut: Depresi akan membuat anak-
anak kita sedih,murung dan iritabilitas. Anak mengalami distorsi kognitif seperti
mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga,
kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak
bertenaga, retradasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial.
Mengalami sulit tidur dan terbangun dini hari dan nasu makan berkurang (Amir ,
2005).
Pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan
moral anak ketika dewasa. Sayangnya, banyak sekali orangtua yang tidak sadar
dengan tindakan yang mereka lakukan kepada si kecil. Banyak dari para
orangtua yang menerapkan pola asuh salah karena berpatokan pada
pengalaman masa lalu yang pernah mereka rasakan. Pola asuh orangtua,
(Dariyo , 2004 dalam Retno, 2005) pada dasarnya ada 3 macam, yaitu pola asuh
demokratis, otoriter dan permisif. Di antara ketiga itu, pola pengasuhan
otoriterlah yang dampaknya sangat berisiko bagi anak. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Retno (2005) dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Belajar Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri
Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2005/2006 didapatkan hasil
bahwa pola asuh orang tua memberikan pengaruh positif terhadap tingkat
kemandirian siswa dalam belajar. besar pengaruhnya dalam belajar adalah
63,92%. Untuk pola asuh otoriter 11,06%, pola asuh demokratis 37,03% dan
pola asuh permisive 15,83%.
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalkan anak harus mematuhi
peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung
mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika
terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap
pembangkang. Stessor yang terjadi pada anak yang dapat menyebabkan
kejadian depresi salah satunya adalah permasalahan dalam keluarga seperti
kurang kasih sayang dan perasaan tidak nyaman dalam keluarga dan penerapan
pola asuh otoriter (Eley et al , 2000 dalam Dwinantoaji, 2011). Dalam mengasuh
anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada dilingkungannya.
Disamping itu,orang tua juga diwarnai oleh sikap sikap tertentu dalam
memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut
tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-
beda(Tarmudji, 2001dalam Dwinantoaji, 2011).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap guru SD N Ngabean
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang didapatkan informasi bahwa anak
kelas 4,5 dan 6 beban belajarnya lebih berat dan kemungkinan menghadapi
tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan kelas-kelas sebelumnya . Selain
itu para orang tua siswa cenderung menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya
pada guru, hubungan orang tua dan anak tidak harmonis. Sehingga anak akan
mudah mengalami perubahan sosioemosional yang dapat menyebabkan
timbulnya stressor. Keadaan ini dapat menjadi stressor yang menyebabkan
munculnya depresi pada anak. Selain itu hasil wawancara peneliti dengan
beberapa siswa sebagian besar mengatakan pernah berperilaku menyimpang
seperti merokok, menonton video porno, tidak tidur dirumah, tidak konsentrasi
saat pelajaran, bahkan sampai tidak naik kelas. Pada penelitian ini lebih
menekankan depresi yang terjadi pada orang normal. Oleh karena itu peneliti
ingin sekali mengetahui bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan
kecenderungan depresi pada siswa SD Negeri Ngabean. Mengingat bahwa
pada masa sekolah dasar adalah masa pembentukan kepribadian sebagai acuan
dimasa yang akan datang, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian mengenai
masalah ini.
METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi tentang Hubungan
Pola Asuh Dengan Kecenderungan Depresi Pada Anak Usia Sekolah Di Sd
Negeri Ngabean Kecamatan Secang Kabupaten Magelang dengan pendekatan
cross sectional. Peneliti mengukur variabel bebas adalah pola asuh orang tua
dan variabel terikat adalah tingkat depresi pada anak sekolah. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa siswi kelas 4,5 dan 6 di SD Negeri Ngabean yang
berjumlah 112 siswa .
Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah non probability
samplingdengan teknik sampling jenuh. Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup, dimana responden tinggal memilih
alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk dengan tujuan
agar lebih mudah mengarahkan jawaban responden dan lebih mudah diolah
(Notoatmojo, 2003). Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
yang berguna untuk mengetahui pola asuh orang tua dan kecenderungan
depresi pada anak usia sekolah di SD Negeri Ngabean Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang, kemudian dicari ada hubungan atau tidak antara kedua
variabel tersebut.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan depresi pada anak
usia sekolah yaitu Child Depression Inventory (CDI) yang dimodifikasi dan
merupakan instrumen untuk mengkaji depresi pada anak dan remaja. Jumlah
item pertanyaan di CDI adalah 27 buah yang disajikan dalam bentuk memberi
tanda cek ( X ) yang setiap soalnya berfungsi menilai gejala spesifik atau perilaku
spesifik pada penderita depresi. Tes CDI mengukur tentang negative mood,
anhedonia, negative selfesteem, ineffectiveness dan masalah interpersonal (Frey
R.J,2011).
Dalam pertanyaan CDI terdapat 3 kemungkinan jawaban dan respondenharus
memilih jawaban yang paling mendeskripsikan keadaan dirinya dalam 2 minggu
terahir ini, sistem penilaiannya adalah : Depresi ringan = 0, Gejala sedang = 1
dan Gejala berat =2. Rentang nilai pada penilaian instrumen ini adalah antara 0
hingga 54. Batasan nilai (cut of point) pada pemeriksaan ini adalah 13, bila nilai
hasil pemeriksaan mencapai nilai 13 lebih , maka anak tesebut dikatakan
menderita depresisedang. Bila nilai yang didapat anak terletak rentang 0 hingga
12, maka anak tersebut dikategorikan depresi ringan . Bila nilai di atas 41 anak
megalami depresi berat.
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pola asuh orang tua terdiri dari 8
pertanyaaan , yang mana jawaban dari pertanyaan itu adalah multiple choice
dengan kemungkinan jawaban 1 = permisif, 2 = Otoriter dan 3 = Demokratif.
Selanjutnya data diolah dan dianalisis pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji statistik Spearman Rank Correlation.
Adapun tingkat keeratan hubungan variabel dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Tabel 1.
Tingkat Keeratan Hubungan
Analisa Univariat
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IV, V dan VI yang
bersekolah di SD Negeri Ngabean beserta orang tua. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 112 anak. Adapun karakteristik responden meliputi penerapan
pola asuh orang tua dan kecenderungan depresi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel penelitian dapat
dideskripsikan karakteristik responden pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pola Asuh Orang Tua Siswa-Siswi SD
Negeri Ngabean Tahun 2013
Otoriter 27 24,1 %
Permisif 8 7,1 %
Demokratif 77 68,8 %
Jumlah 112 orang 100,0 %
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui pola asuh permisif sebanyak 8 orang (7,1%),
pola asuh otoriter sebanyak 27 orang (24,1%) dan pola asuh demokratif sebanyak
77 orang (68,8%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Kecenderungan Depresi Anak Usia
Sekolah SD Negeri Ngabean Tahun 2013
Analisa Bivariat
Hubungan Pola Asuh Dengan Kecenderungan Depresi Pada Anak Usia
Sekolah
Tabel 4
Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecenderungan Depresi Pada
Anak Usia Sekolah Di SD Negeri Ngabean Tahun 2013
Kecenderungan Depresi
Total
Pola Asuh Ringan Sedang Berat p r
F % F % F % F %
Otoriter 8 7,1 17 15,2 2 1,8 27 24,1 0,003 -0,282
Permisif 5 4,5 3 2,7 0 0,0 8 7,1
Demokratif 54 48,2 23 20,5 0 0,0 77 68,8
Total 67 59,8 43 38,4 2 1,8 112 100,0
Berdasarkan uji statistik spearman rank correlation diatas untuk menguji hipotesis
ada tidaknya hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel
kecenderungan depresi didapatkan nilai korelasi r sebesar -0,282 yang bermakna
negatif dengan nilai signifikan p = 0,003 . Nilai signifikansi p = 0,003< 0,05
bermakna ada hubungan antara kedua variabel dengan demikian dari hasil analisis
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan kecenderungan depresi pada anak usia sekolah dengan hubungan
bermakna negatif dan dengan keeratan hubungan yang lemah. Semakin baik pola
asuh yang diterapkan maka semakin rendah kecenderungan depresinya begitu pula
sebaliknya semakin buruk pola asuh orang tua maka semakin tinggi tingkat
kecenderungan depresinya.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel dengan jumlah
responden 112 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang
tua dengan kecenderungan depresi pada anak usia sekolah
Pola pengasuhan demokratif berarti kedudukan orang tua dengan anak sejajar,
sebuah keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak
anak diberikan kebebasan yang bertanggung jawab artinya apa yang dilakukan
anak tetap harus berada dibawah pengawasan orang tua dan anak diberikan
kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya, tidak
munafik dan jujur. Hal itu yang menyebabkan sebagian besar orang tua
menggunakan pola asuh demokratif di SD Negeri Ngabean.
Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah latar
belakang keluarga yaitu biasanya orang tua akan meniru dengan pola asuh orang
tua yang digunakan oleh orang tuanya dahulu atau keluarga besar mereka.
Banyaknya pola asuh demokratis yang ada di SD Negeri Ngabean tidak lepas dari
informasi yang diterima orang tua, mengingat pola asuh demokratis akan
menumbuhkan anak dengan ciri- ciri optimis, emosi lebih stabil, bertanggung jawab
dan mempunyai arah tujuan yang jelas dalam menggapai masa depannya (Wahid
1994 dalam Martanti, 2010).
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara orang tua dan anak selama ada
kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik,membimbing, dan
mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh orang tua terdiri dari pola
asuh permisif yang mana cara yang diterapkan untuk mengasuh atau mendidik anak
cenderung memperbolehkan anak berperilaku semaunya sendiri sehingga anak
akan memiliki perilaku agresif, tidak bertanggung jawab, dan tidak memiliki
ketrampilan sosial yang baik. Orang tua bersikap bodoh,serba boleh,anak-anak mau
belajar atau tidak terserah dan tidak menjadi masalah (Wahid, 1994 dalam Martanti,
2010), demikian pola asuh otoriter , anak akan kurang memiliki inisiatif, penakut,
penurut dan tidak dapat bekerja sama, bahkan akan membuat anak merasa
tertekan dengan aturan-aturan yang diberikan dari orang tua sehingga anak akan
mudah mengalami stress (shochib, 1998 dalam Martanti, 2010) dan pola asuh
demokratif akan menumbuhkan anak dengan ciri-ciri optimis, emosi lebih stabil,
bertanggung jawab dan mempunyai arah tujuan yang jelas dalam menggapai masa
depannya.
Depresi pada anak biasanya berupa perasaan sedih dan perasaan tidak bahagia
yang tidak terselesaikan. Salah satu faktor yang menyebabkan depresi pada anak
adalah peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, beberapa artikel teoritik juga
mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga dan pola asuh orang tua (Kaplan,
2010).
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat jika ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dengan kecenderungan depresi pada anak usia sekolah.
Berdasarkan uji statistik dengan teknik spearman rank correlation untuk menguji
hipotesis yang ada tidaknya hubungan antara variabel pola asuh dengan
kecenderungan depresi yang dihasilkan nilai r =-0,282 dan p= 0,003 dimana N=
112, tingkat kesalahan 5% menurut statistik, apabila nilai p < 0,05 pada tingkat
kepercayaan 95% maka Ho ditolak. Dengan demikian dari hasil analisis tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik
antara pola asuh orang tua dengan kecenderungan depresi . dengan kata lain dapat
dikatakan terdapat hubungan yang bermakna negatif antara pola asuh orang tua
dengan kecenderungan depresi pada anak usia sekolah di SD Negeri Ngabean.
Simpulan
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Orang tua sebaiknya menerapkan pola asuh yang kondusif sesuai dengan
situasi dan kondisi anak, mengingat pola asuh terbukti berpengaruh signifikan
terhadap depresi anak.
2. Untuk dapat membentuk sikap positif pada anak, diharapkan agar lebih
meningkatkan sikap positif dalam rangka mendidik dan menerapkan pola
asuh yang tepat kepada anak-anaknya dan juga memberikan semangat dan
dorongan kepada putra-putrinya agar menggali potensi dan kemampuan diri
dengan memberikan banyak kegiatan yang positif agar belajar mandiri yang
pada akhirnya dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
3. Salah satu peran perawat adalah sebagai pendidik. Oleh karena itu,
perawat perlu memaksimalkan perannya sebagai pendidik dengan
memberikan pendidikan kepada para orang tua tentang pentingnya
penerapan pola asuh yang tepat untuk membangun citra positif pada anak
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
4. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode kualitatif (wawancara)
atau meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan depresi
seperti : Faktor biologi, Genetik dan faktor lain yang terkait dengan
kecenderungan depresi anak.
Kepustakaan
Ibung, D.(2008),Stress Pada Anak (usia 6-12 Tahun), Edisi 1, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Joko, Aris dan Arif (2009), Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto
Utara, Jurnal Keperawatan Soedirman.
Mansur, Herawati (2009), Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta