Professional Documents
Culture Documents
Campusari
tegese lelagon Jawa kang ngemot pirang-pirang aspek
seni. Lagu kang kerep dianggo campursari bisa wujud:
lagu dolanan, langgam, Macapat, tembanggedhe,
gendhing sekar, sekar gendhing, bawa, umpak-umpak
lsp. Tokoh campursari sing kondhang yaiku manthous
saka Gunung Kidul. Katitik saka instrumen sing dinggo
ngiringi, wujud gamelan tradisional Jawa instrumen
musik nasional. Lelorone dianggo bebarengan kanthi
trep, nganti kepenak dirungokake. Gabungan instrumen
kasebut diangkah supaya tinemu harmoni seni
Campursari. Instrumen campursari sing kerep kanggo
kayata kendhang, demung, gong, rebab, piano, gitar.
Wujudipun campursari:
1. Ingkang klebet langgam cmpursari:
Ngidhamsari, Anting-anting, Aja sembrana, Lingsir
wengi, Bengawan solo, Setya tuhu, Aja lamis, Jenang
gula, Kusumaning ati, lela-lela ledhung.
• Didi Kempot
Didi Prasetyo, atau lebih dikenal dengan Didi Kempot,
adalah tokoh campursari pasca-Manthous. Didi Kempot
yang lahir di Solo, 31 Desember 1966, itu hanya jebolan
kelas II SMA. Awalnya anak dari Ranto Eddy Gudel,
pelawak terkenal dari Solo itu adalah seorang
pengamen. Dari dunia "jalanan" itulah, lahir lagu-
lagunya yang kemudian menjadi hit, seperti Stasiun
Balapan, Terminal Tirtonadi, Tulung, Cucak Rowo, Wen-
Cen-Yu, Yang Penting Hepi, dan Moblong Moblong.
Khusus untuk Cucak Rowo, sebenarnya lagu ini
merupakan remake atau pembuatan ulang dari lagu
lama di Indonesia.
Saat ini, nama Didi Kempot sangat terkenal dan selalu
dikaitkan dengan langgam Jawa dan Campursari. Didi
tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi juga Suriname
dan Belanda. Di kalangan masyarakat Jawa atau
keturunan Jawa, dia dianggap sebagai superstar.
Bahkan, ketikaPresiden Suriname, Weyden Bosch datang
berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998, beliau
mengundang Didi secara pribadi. Berkat dedikasinya
kepada musik dan lagu berwarna langgam Jawa, oleh
warga Jawa di Belanda, dia kemudian diberi gelar
Penyanyi Jawa Teladan.
Album pertama Didi muncul pada tahun 1999. Di
dalamnya terdapat lagu Cidro dan Stasiun Balapan.
Semula tidak ada seorang pun pedagang kaset yang
melirik karyanya. Mungkin karena warna musiknya yang
lain, dan gayanya yang edan, dibandingkan lagu
Manthous dan Anjar Any yang sedang populer di tahun
1990-an. Namun, kemudian, album pertamanya ternyata
meledak di pasaran. Sejak saat itu, Didi mulai merasa
yakin untuk menekuni tembang-tembang Jawa. Adik dari
pelawak Mamiek Prakosa ini kemudian menjadi salah
satu ikon dari campur sari. Tawaran untuk membuat
album pun datang dengan deras, bahkan dia pernah
membuat 12 album sekaligus dalam satu tahun.