Putu Mastiningsih Program Studi DIII Kebidanan STIKES Bina Usada Bali mastiningsihputu@yahoo.com ABSTRACT Rest placenta was to occur in the uteri cavum. In RSUD Wangaya, in 2012 it was noted that were 9 persons of rest placenta experience, 11 persons in 2013, 11 persons in 2014. The research was intended to be able applying a midwifery care comprehensively by SOAP method, thus it would decrease the rest placenta risk occurred. Miss. “WS” was informant in this study, she was 36 years old that had a rest placenta. It was located in RSUD Wangaya, on January 27th 2015 – January 19 2015, the method of collecting data was to apply midwifery care format by SOAP method to the rest placenta. The interview was implemented as a technique of collecting data,documentation study, library research, and observation. The care was in hospital conducted for 3 days, 7 days of home visiting from January 30, 2015 – January 5th, 2015. Before and after the curettage care, the care was in the patient’s house. The maternal condition gradually was better, and mother was able to do something as usual
Key words : Rest placenta
LATAR BELAKANG khawatir jika terjadi gangguan pada masa
Keluarga sehat dan sejahtera dengan kualitas nifas. Salah satu gangguan dalam masa nifas hidup yang baik, diantaranya dari segi ibu tersebut diantaranya adalah pendarahan post dan anak, adalah merupakan pertimbangan partum. (Yetti Anggraini, 2010). yang penting. Telah hampir satu abad kita Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan berupaya agar dapat menolong ibu terdiri dari pendarahan ante, intra dan melahirkan dengan baik dan mendapatkan postpartum (pasca persalinan). Perdarahan anak yang sehat. Kita dituntut untuk mampu pasca persalinan terjadi setelah bayi lahir dan dapat memberikan kontribusi dalam dengan angka kejadian berkisar antara 5% - bidang obstetri dan ginekologi, terutama 15% dari laporan-laporan pada negara maju untuk meningkatkan kesejahteraan maupun negara berkembang, termasuk masyarakat, serta menurunkan angka didalamnya adalah Perdarahan karena Rest kelahiran, kematian ibu dan kematian anak. Plasenta, insidens Perdarahan Pasca Kesehatan wanita merupakan hal yang Persalinan akibat Rest Plasenta dilaporkan sangat penting bagi bangsa, kenyataan berkisar 23% - 24%. Penyebabnya antara menunjukan bahwa umur harapan hidup lain umur ibu, jarak kelahrian, paritas dan bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan anemia. Asuhan masa nifas diperlukan dengan peningkatannya kualitas kesehatan dalam periode ini karena merupakan masa yang berarti termasuk pula wanita, kritis baik ibu maupun bayinya. khususnya untuk kesehatan reproduksi Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu kesehatan wanita memegang peranan yang akibat kehamilan terjadi setelah persalinan sangat penting dalam pembentukan generasi dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam yang berkualitas dalam segi fisiknya, 24 jam pertama. (Sarwono, 2002). (Sari,2012). Berdasarkan penelitian World Health Masa Nifas merupakan fase yang cukup Organization (WHO) tahun 2012 di penting dalam kehidupan manusia, beberapa Indonesia angka kematian ibu adalah wanita pasti mendambakan kehamilan dan 359/100.000 kelahiran hidup. Ini kehadiran buah hati yang akan menciptakan menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan keharmonisan keluarga. Tetapi dalam masa obstetrik belum menyentuh masyarakat. nifas juga merupakan tahap yang Kematian ibu diperkirakan sekitar 16.500 – mencemaskan, karena mereka merasakan 17.500 per tahun (Manuaba, 2008) dan
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 76
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan itu faktor umur, paritas, dan anemia juga Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun memegang peranan yang besar dalam proses 2012, Indonesia yang masih merupakan kehamilan dan persalinan seorang ibu yang negara berkembang dengan AKI pada tahun member kontribusi terhadap terjadinya rest 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, plasenta. Komplikasi dari rest plasenta pada tahun 2009 kembali turun menjadi 226 adalah syok haemorrage yang disebabkan per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun karena adanya perdarahan pasca persalinan tahun 2012 mengalami peningkatan (Wiknjosastro, 2007). menunjukan AKI 359 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini menunjukan Indonesia masih Berdasarkan studi pendahuluan pada catatan memiliki angka kematian tertinggi rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah dikawasan negara – negara Association (RSUD) Wangaya, didapat data bahwa pada South East Asian Nation (ASEAN) padahal tahun 2012 dari 793 ibu nifas yang salah satu target Indonesia untuk AKI dalam mengalami kasus rest plasenta sebanyak 9 Mellenium Development (MDG’s) pada orang, pada tahun 2013 dari 937 ibu nifas tahun 2015 berkisar 102 per 100.000 yang mengalami kasus rest plasenta kelahiran hidup. sebanyak 9 orang, sedangkan pada tahun 2014 terjadi peningkatan dari 61 ibu nifas Menurut Sarwono (2008), penyebab yang mengalami kasus rest plasenta kematian ibu adalah perdarahan obstetrik sebanyak 11 orang. (24,8%), infeksi (14,9%), eklamsia (12,9%), partus tidak maju/distosia (6,9%), abortus Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang tidak aman (12,9%), dan sebab-sebab penulis tertarik untuk mengambil kasus langsung lainnya (7,9%). Perdarahan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas P1A1 6 obstetrik yang sampai menyebabkan Jam Post Partum dengan Rest Plasenta di kematian ibu terdiri atas solusio plasenta Ruang Bersalin RSUD Wangaya. (19%), koagulopati (14%), robekan jalan lahir termasuk ruptura uteri (16%), dan KAJIAN TEORITIS atonia uteri (15%). A. Rest Plasenta 1. Pengertian Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga Plasenta yang masih tertinggal disebut (2010), perdarahan menyebabkan 25% rest plasenta. Gejala klinis rest Kematian ibu di dunia dan paling banyak plasenta adalah terdapat subinvolusi disebabkan oleh Perdarahan Pasca uteri, terjadi perdarahan sedikit yang Persalinan (PPP). AKI di Bali pada tahun berkepanjangan, dapat juga terjadi 2011 meningkat drastis. Tahun 2010, AKI di perdarahan banyak mendadak setelah Bali sebesar 58,10 per 100.000 kelahiran berhenti beberapa waktu, perasaan hidup, jumlah itu meningkat drastis pada tidak nyaman di perut bagian bawah tahun 2011 menjadi 84, 24 per 100.000 (Manuaba, 2010) kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2011). Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam Pendarahan Pasca Persalinan (PPP) menurut kavum uteri, (Saifuddin, A.B, 2010). Rukiyah (2010), adalah Atonia Uteri (50- Rest plasenta merupakan tertinggalnya 60%), Retensio Plasenta (16-17%), Rest bagian plasenta dalam rongga rahim Plasenta (23-24%) dan Laserasi Jalan Lahir yang dapat menimbulkan perdarahan (4-5%). Perdarahan pasca persalinan / post partum dini atau perdarahan post postpartum / Hemoragi Postpartum (HPP) partum lambat yang biasanya terjadi merupakan semua perdarahan yang terjadi dalam 6 hari sampai 10 hari pasca setelah kelahiran bayi, sebelum, selama dan persalinan, (Prawirohardjo, 2010). sesudah keluarnya plasenta serta hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam Selaput yang mengandung pembuluh pertama (Oxom dan Forte, 2010). darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang – kadang Faktor utama yang sangat berpengaruh timbul uterus berkontraksi baik tetapi terhadap kejadian rest plasenta antara lain tinggi fundus tidak berkurang. Sisa adalah pengeluaran plasenta tidak hati – hati, plasenta yang masih tertinggal di dalam manajemen aktif kala III yang salah. Selain
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 77
uterus dapat menyebabkan terjadinya otot - otot uterus menyelesaikan proses perdarahan. Bagian plasenta yang ini pada akhir persalinan. Sesudah masih menempel pada dinding uterus berkontraksi, sel miometrium tidak mengakibatkan uterus tidak adekuat relaksasi, melainkan menjadi lebih sehingga pembuluh darah yang terbuka pendek dan lebih tebal. Dengan pada dinding uterus tidak dapat kontraksi yang berlangsung continue, berkontraksi/ terjepit dengan sempurna miometrium menebal secara progresif, (Maritalia, 2012) dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan Rest Plasenta dalam nifas mendadak uterus ini disertai menyebabkan perdarahan dan infeksi. mengecilnya daerah tempat perlekatan Perdarahan yang banyak dalam nifas plasenta. Ketika jaringan penyokong hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta berkontraksi maka plasenta plasenta. Jika pada pemeriksaan yang tidak dapat berkontraksi mulai plasenta ternyata jaringan plasenta terlepas dari dinding uterus. Tegangan tidak lengkap, maka harus dilakukan yang ditimbulkan menyebabkan lapis eksplorasi dari cavum uteri. Potongan – dan desidua spongiosa yang longgar potongan plasenta yang ketinggalan memberi jalan, dan pelepasan plasenta tidak diketahui biasanya menimbulkan terjadi di tempat itu. Pembuluh darah perdarahan post partum (Saleha, 2009). yang terdapat di uterus berada di antara serat - serat otot miometrium yang 2. Etiologi saling bersilang. Kontraksi serat - serat Faktor penyebab utama perdarahan otot ini menekan pembuluh darah dan baik secara primer maupun sekunder retaksi otot ini mengakibatkan adalah grande multipara, jarak pembuluh darah terjepit serta persalinan pendek kurang dari 2 tahun, perdarahan berhenti. Pengamatan persalinan yang dilakukan tindakan, terhadap persalinan kala tiga dengan pertolongan kala uri sebelum menggunakan pencitraan waktunya, pertolongan persalinan oleh ultrasonografi secara dinamis telah dukun, persalinan dengan tindakan membuka perspektif baru tentang paksa, pengeluaran plasenta tidak hati- mekanisme kala tiga persalinan. Kala hati (Rukiyah dan Yulianti, 2010). tiga yang normal dapat dibagi dalam Kelainan dari uterus sendiri, yaitu empat fase yaitu : anomaly dari uterus atau serviks a. Fase laten, ditandai oleh kelemahan dan tidak efektifitas menebalnya dinding uterus yang kontraksi uterus, Kelainan dari bebas tempat plasenta, namun plasenta, misalnya plasenta letak dinding uterus tempat plasenta rendah atau plasenta previa, melekat masih tipis. implantasi dari cornu dan adanya b. Fase kontraksi, ditandai oleh plasenta akreta. Kesalahan menebalnya dinding uterus manajemen kala tiga persalinan, tempat plasenta melekat (dari seperti manipulasi dari uterus yang ketebalan kurang dari 1 cm tidak perlu sebelum terjadinya menjadi kurang 2 cm). pelepasan dari plasenta menyebabkan c. Fase pelepasan plasenta, fase kontraksi yang tidak ritmik, pemberian dimana plasenta uterotonik yang tidak tepat waktunya menyempurnakan pemisahannya yang juga dapat menyebabkan serviks dari dinding uterus dan lepas. kontraksi dan menahan plasenta, serta Tidak ada hematom yang pemberian anastesi terutama yang terbentuk antara dinding uterus melemahkan kontraksi uterus, dengan plasenta. Terpisahnya (Prawirohardjo, 2010). plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya 3. Patofisiologi plasenta, yang mengurangi Menurut, (Saifudin, A.B, 2010) setelah permukaan tempat melekatnya bayi dilahirkan, uterus secara spontan plasenta. Akibatnya sobek di berkontraksi. Kontraksi dan retraksi lapisan spongiosa.
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 78
d. Fase pengeluaran, dimana untuk melahirkan bayi kurang sehat. plasenta bergerak meluncur. Saat Hal ini dikarenakan pada umur 20 plasenta bergerak turun, daerah tahun, dari segi biologis fungsi organ pemisahan tetap tidak berubah reproduksi seorang wanita belum dan sejumlah kecil darah berkembang dengan sempurna untuk terkumpul didalam rongga rahim. menerima keadaan janin dan segi psikis Ini menunjukkan bahwa belum matang dalam menghadapi perdarahan selama pemisahan tuntutan beban moril, mental dan plasenta lebih merupakan akibat, emosional, sedangkan pada umur diatas bukan sebab. Lama kala tiga pada 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi persalinan normal ditentukan oleh reproduksi seorang wanita sudah lamanya fase kontraksi. Dengan mengalami kemunduran atau mengguanakan ultrasonografi degenerasi dibandingkan fungsi normal pada kala tiga, 89% plasenta lepas sehingga kemungkinan untuk dalam waktu satu menit dari terjadinya komplikasi pasca persalinan tempat implantasinya. Tanda- terutama perdarahan lebih besar. tanda pelepasan plasenta adalah Perdarahan post partum yang sering ada pancaran darah yang mengakibatkan kematian maternal mendadak, uterus menjadi pada wanita hamil yang melahirkan globuler dan konsistensinya pada umur dibawah 20 tahun, dua menjadi semakin padat, uterus sampai lima kali lebih tinggi dari pada meninggi kearah abdomen karena perdarahan post partum yang terjadi plasenta yang telah berjalan turun pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post masuk ke vagina, serta tali pusat partum meningkat kembali setelah usia yang keluar lebih panjang. 30-35 tahun, (Wiknjosastro, 2010). Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan b. Paritas yang diberikan oleh dinding Uterus pada saat persalianan, setelah rahim atau atas vagina. Kadang- melahirkan plasenta sukar untuk kadang, plasenta dapat keluar dari berkontraksi dan berektraksi kembali lokasi ini oleh adanya tekanan sehingga pembuluh darah maternal inter-abdominal. Namun, wanita pada dinding uterus akan tetap tebuka. yang berbaring dalam posisi Hal inilah yang dapat menyebabkan terlentang sering tidak dapat meningkatkan perdarahan post partum, mengeluarkan plasenta secara (Winknjosastro, 2010). Jika kehamilan spontan. Umumnya, dibutuhkan “terlalu muda, terlalu tua, terlalu tindakan artifisal untuk banyak dan terlalu dekat (4 terlalu” menyempurnakan persalinan kala dapat meningkatkan resiko berbahaya tiga. pada proses reprodusi karena 4. Komplikasi Rest Plasenta kehamilan terlalu sering dan terlalu Komplikasi sisa plasenta adalah polip dekat menyebabkan intake (masukan) plasenta artinya plasenta masih tumbuh makanan atau gizi menjadi lebih dan dapat menjadi besar, perdarahan rendah. Ketika tuntunan dan beban terjadi intermiten sehingga kurang fisik terlalu tinggi mengakibatkan mendapat perhatian, dan dapat terjadi wanita tidak punya waktu untuk degenerasi ganas menuju korio mengembalikan kekuatan diri dari karsinoma dengan manifestasi tuntunan gizi, juga anak yang telah klinisnya. Menurut Manuaba 2008, dilahirkan perlu mendapat perhatian memudahkan terjadinya : yang optimal dari kedua orang tuanya a. Anemia yang berkelanjutan sehingga sangat perlu mengatur kapan b. Infeksi puerperium sebaiknya waktu yang tepat untuk c. Kematian akibat perdarahan hamil.(Saifuddin, 2011). 5. Faktor yang berhubungan dengan Rest Plasenta a. Umur c. Status Anemia dalam kehamilan Usia ibu hamil terlalu muda (<20 Anemia dalam kehamilan adalah tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) kondisi ibu dengan kadar hemoglobin mempunyai resiko yang lebih besar di bawah 11 gr% pada trimester satu
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 79
dan tiga atau kadar hemoglobin untuk melepas plasenta terlalu kuat dibawah 10,5 gr% pada trimester dua melekatnya dapat mengakibatkan nilai batas tersebut dan perbedaannya perdarahan hebat atau perforasi uterus dengan wanita tidak hamil terjadi yang biasanya membutuhkan tindakan hemodilusi, terutama pada trimester hisrektomi (Prawirohardjo, 2009). dua, (Saifuddin, 2011). Darah akan Menurut Morgan & Hamilton (2009) bertambah banyak dalam kehamilan terapi yang biasa digunakan : yang lazim disebut hidramia atau a. Pemasangan infus dan pemberian hipervolemia. Akan tetapi, uterotonika untuk bertambahnya sel darah kurang mempertahankan keadaan umum dibandingkan dengan bertambahnya ibu dan merangsang kontraksi plasma sehingga terjadi pengenceran uterus. darah. Perbandingan tersebut adalah b. Kosongkan kandung kemih sebagai berikut plasma 30%, sel darah c. Berikan antibiotik untuk 18% dan hemoglobin 19%. mencegah infeksi Bertambahnya darah dalam kehamilan d. Antiobiotika ampisilin dosis awal sudah mulai sejak kehamilan 10 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1 minggu dan mencapai puncaknya gram per oral dikombinasikan dalam kehamilan antara 32 dan 36 dengan metrodinazol 1 gram minggu, (Wiknjosastro, 2010). Secara suppositoria dilanjutkan dengan fisiologis, pengenceran darah ini untuk 3x500 mg. membantu meringankan kerja jantung e. Oksitosin yang semakin berat dengan adanya 1) Methergin 0,2 mg peroral kehamilan. setiap 4 jam sebanyak 6 6. Diagnosa Rest Plasenta dosis. Dukung dengan Diagnosis pada rest plasenta dapat analgesik bila kram. ditegakkan berdasarkan : 2) Mungkin perlu dirujuk ke a. Palpasi Uterus : bagaimana rumah sakit untuk dilatasi kontraksi uterus dan tinggi fundus dan kuretase bila terdapat uteri. perdarahan. b. Memeriksa plasenta apakah f. Observasi tanda – tanda vital dan lengkap atau tidak perdarahan c. Lakukan eksplorasi cavum uteri g. Bila kadar HB <8 gr % berikan untuk mencari sisa plasenta tranfusi darah. Bila kadar Hb >8 d. Sisa Plasenta atau selaput ketuban gr%, berikan sulfas ferosis e. Robekan rahim 600mg/hari selama 10 hari f. Plasenta suksenturiata g. Inspekulo : untuk melihat robekan Sisa plasenta bisa diduga kala uri pada serviks, vagina dan varises berlangsung tidak lancar atau setelah yang pecah melakukan plasenta manual atau h. Pemeriksaan Laboratorium menemukan adanya kotiledon yang periksa darah yaitu Hb, COT tidak lengkap pada saat melakukan (Clot Observation Test), dll pemeriksaan plasenta dan masih ada 7. Penatalaksanaan perdarahan dari ostium uteri Dengan perlindungan antibiotik sisa eksternum pada saat kontraksi rahim plasenta dikeluarkan secara digital atau sudah baik dan robekan jalan lahir dengan kuret besar. Jika ada demam sudah terjahit. Untuk itu, harus ditunggu dulu sampai suhu turun dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan pemberian antibiotik dan 3 – 4 dengan cara manual/ digital atau hari kemudian rahim dibersihkan, kuret dan pemberian uterotonika. namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan walaupun ada demam (Saleha, 2009)
Keluarkan sisa plasenta dengan cunam
8. Pencegahan Rest Plasenta ovum atau kuret besar. Jaringan yang Pencegahan terjadi perdarahan post melekat dengan kuat mungkin partum merupakan tindakan utama, merupakan plasenta akreta. Usaha
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 80
sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan : a. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan. b. Meningkatan usaha penerimaan KB. c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum. d. Memberikan uteronika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta dipercepat, (Manuaba, I.B.G, 2007).
Menurut Manuaba (2010) untuk
menghindari terjadinya sisa plasenta dapat dilakukan dengan membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan dengan sarung tangan sehingga kasar, mengupasnya sehingga mungkin sisa membran dapat sekaligus dibersihkan, segera setelah plasenta lahir dilakukan kuretase menggunakan kuret post partum yang besar.
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 81
dengan bukaan 10 cm, Ket(-), Preskep, denominator ubun – ubun kecil depan, TINJAUAN KASUS moulage 0, penurunan H III (+), TTBK/TP. Nama Rumah Sakit/RB/BPS Pukul 03.30 Wita ibu melahirkan dengan RSUD WANGAYA ditolong oleh bidan dengan 58 langkah Nomor RM : 546408 APN, bayi lahir dengan tangisan kuat, gerak Tanggal masuk dirawat : 27-01-2015 aktif, dan kulit kemerahan dengan jenis Dokter yang merawat : dr. EK SpOG kelamin perempuan, berat lahir 2700 gram Tanggal pengkajian : 27-01-2015 dengan panjang badan 48cm LK/LD Bidan yang merawat: N S, Amd Keb 31/32cm, apgar skor 7-8, dan tidak ada Pukul : 10.30 Wita kelainan fisik. Saat persalinan kala III, yaitu segera setelah bayi lahir diberikan injeksi 1. DATA SUBYEKTIF oksitosin 10IU (pukul 03.30 wita) secara IM (intramuscular) untuk merangsang kontraksi. 1. Identitas Istri Setelah disuntikkan oksitosin pertama Penanggung Jawab/Suami (pukul 03.30 wita) plasenta belum bisa lahir, Nama kemudian disuntikkan okstitosin yang kedua Ny. “ WS” Tn “KB (pukul 03.45) plasenta belum juga lahir. Karena 30 menit plasenta belum lahir, pukul 36 tahun 38 tahun 04.00 Wita pihak puskesmas merujuk ke Indonesia RSUD Wangaya dengan dipasangkan infuse Indonesia Ringer Laktat flash I dengan drip 1 ampul Hindu Hindu phitogen 10 IU 28 tetesan makro/menit dan Jalan Batanghari 6 No. 7 Panjer dirujuk menggunakan ambulan. 2. Alasan dirawat Ibu datang ke RSUD Wangaya b. Riwayat nifas pada tanggal 27 Januari 2015 Pukul 04.30 Ibu tiba di Ruang Bersalin rujukan puskesmas pekambingan RSUD Wangaya, dilakukan pemeriksaan karena plasenta belum bisa lahir vital sign ibu dengan hasil KU : Baik, TD : dan sampai di ruang bersalin ibu 110/70 mmHg, N : 84X/menit, S : 36, 9º C, dilakukan manual plasenta dan Rr : 24x/menit. Ibu terpasang infuse Ringer terdapat plasenta yang masih Laktat flash I dengan drip 1 ampul phitogen tertinggal dan direncanakan akan 10 IU 28 tetesan makro/menit. Bidan RSUD dilakukan kuretase. Wangaya melakukan manual plasenta, 3. Keluhan Utama Pukul 04.45 plasenta lahir tidak lengkap Ibu mengeluh sakit pada perut jumlah kotiledon ±4 lobus yang tertinggal. bagian bawah, mules - mules serta Melakukan pemantauan setelah dilakukan perdarahan. manual plasenta yaitu perdarahan 4. Riwayat persalinan dan nifas pervaginam tidak aktif, kontraksi uterus sekarang baik, TFU sepusat. Melakukan pemantauan a. Riwayat persalinan 2 jam post partum dan menyarankan ibu Pada tanggal 27 Januari 2015 pukul 01.30 untuk puasa karena akan dilakukan Wita, ibu datang ke puskesmas dengan curettage. Pukul 11.40 ibu dikerjakan keluhan sakit perut hilang timbul sejak curettage oleh dr EK SpOG. Pukul 12.00 pukul 22.00 Wita (26-1-2015), Usia wita curettage telah selesai dengan hasil kehamilan ibu 37 minggu, KU : Baik, TD : curettage kotiledon (+) dan stolsel (+). Sisa 120/80 mmHg, N : 82x/menit, S : 36, 4º C, kotiledon sudah diambil dan dibersihkan. Rr : 20x/menit, Mcd : 29cm, TFU : ½ pusat Setelah pemantauan 2 jam KU : Baik, px, TBBJ : 2790 gram, DJJ 147x/menit, His Kesadaran : Compos mentis, TD : 3x 10 menit durasi 45 detik, hasil VT :v/v 110/80mmHg, S: 36,6ºC, N : 88x/menit, Rr normal, portio lunak, dengan bukaan 6 cm : 20x/menit, kontraksi uterus baik, TFU : 2 eff 50 %, Ket(+), Preskep, denominator jari dibawah pusat, infuse masih terpasang ubun – ubun kecil kanan hampir depan, yaitu infus RL flash I + drip 10 IU phiton 28 moulage 0, penurunan H II, TTBK/TP. tetes/menit, pukul 14.15 wita ibu Pukul 03.20 Wita (27-01-2015) ibu ingin dipindahkan ke ruang nifas (dara) RSUD mengejan dan dilakukan pemeriksaan Wangaya. kembali, His 3x 10 menit durasi 45 detik, hasil VT :v/v normal, portio tidak teraba, 2. DATA OBYEKTIF
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 82
1. Pemeriksaan penunjang plasenta yang tertinggal serta Tabel Hasil pemeriksaan darah di informasikan akan lengkap (DL) (pre dilakukan tindakan kuretase. kuretase) tanggal 27 Ibu sudah mengerti dengan Januari 2015 pukul informasi yang diberikan dan 06.00 wita ibu menyetujui tindakan yang Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai akan dilakukan. Rujukan b. Melanjutkan observasi tetesan DL 5 DIFF infuse yang sudah terpasang Leukosit H 10^3/ul 4.0 – Ringer Laktat flash I dengan 16.25 10.0 drip 1 ampul phitogen 10 IU Eritrosit 4.27 10^6/uL 4.20 – 28 tetesan makro/menit. 5.40 Tetesan infuse lancar Hemoglobin 13.3 g/Dl 12.0 – c. Melakukan pengambilan 16.0 darah ibu sebanyak 3cc Hematokrit 38.4 % 37.0 – bertujuan untuk mengetahui 47.0 kadar hemoglobin dalam MCV 89.9 fL 81.0 – darah ibu. Darah sudah 96.0 dikirim ke Laboratorium. MCH 31.1 Pg 27.0 – d. Menginformasikan pada ibu 36.0 dan suami bahwa ibu MCHC 34.6 g/L 31.0 – disarankan puasa mulai saat 37.0 ini sampai dilakukan tindakan Jumlah 245 10^3/ul 150 – kuretase, tujuan dilakukannya Trombosit 400 puasa yaitu menghindari salah satu bahaya anastesi, yaitu KOAGULASI terjadinya aspirasi atau Masa 1’ 30” menit 1–5 masuknya makanan padat atau Pendarahan cairan lambung ke dalam paru Masa 9’ 30” menit 5-15 – paru akibat keluarnya isi Pembekuan lambung secara pasif melalui SEROLOGI kerongkongan ke faring agar HbsAg Negatif Negatif tidak terjadi muntah pada saat kuretase akibat refleks URINALISA kompleks yang diperantarai PROTEIN Negatif Negatif pusat muntah di otak yang tentunya akan sangat 3. ANALISA membahayakan keselamatan P1A1 6 Jam Post Partum dengan Rest ibu. Ibu mengerti dan bisa Plasenta. mengulangi penjelasan yang 4. PENATALAKSANAAN (27 - 1- diberikan. 2015) e. Memberikan Obat Injeksi dan 1. Melakukan informed consent Obat Rektal. Obat gastrul kepada ibu dan suami tentang rectal 2 tablet obat sudah tindakan yang akan dilakukan. Ibu dimasukkan dan melakukan dan suami setuju tentang tindakan skin test cefotaxime secara yang akan dilakukan. sub cutan. Skin tes sudah 2. Melakukan kolaborasi dengan dr dilakukan dan ibu tidak ada SpOG. Intruksinya yaitu reaksi alergi a. Mengobservasi keadaan f. Dilakukan general anastesi. umum dan tanda – tanda vital Anastesi sudah dilakukan oleh serta perdarahan KU Lemas, petugas kesehatan. Pasien TD : 110/80 mmHg, N: sudah tertidur. 88x/menit, S: 36,6ºC, Rr : 20x/menit terjadi perdarahan aktif jumlah darah kurang PEMBAHASAN lebih ±40-60cc 3x ganti Dalam bab ini akan membahas mengenai pembalut dan masih ada sisa penerapan antara tinjauan teori dengan
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 83
praktek yang dilakukan selama memberikan terapi yang biasa digunakan Pemasangan asuhan pada Ny. WS dengan Rest Plasenta infus dan pemberian uterotonika untuk di Ruang Bersalin RSUD Wangaya mempertahankan keadaan umum ibu dan Denpasar Bali. Penulis menjelaskan merangsang kontraksi uterus, Antiobiotika kesenjangan tersebut menurut langkah – ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan langkah pendokumentasian SOAP dengan 3x1 gram per oral dikombinasikan manajemen kebidanan. Pembahasan ini dengan metrodinazol 1 gram suppositoria dimaksudkan agar dapat diambil suatu dilanjutkan dengan 3x500 mg, Methergin permasalahan dan pemecahan masalah dari 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 kesenjangan – kesenjangan yang terjadi dosis. sehingga dapat digunakan tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan. Penatalaksanaan menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) kasus Rest Plasenta di Plasenta yang masih tertinggal disebut rest RSUD Wangaya yaitu : Melaksanakan plasenta. Gejala klinis rest plasenta adalah tindakan mandiri bidan seperti memberi rasa terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan nyaman memberi nutrisi dan cairan dan sedikit yang berkepanjangan, dapat juga Melaksanakan instruksi SpOG seperti : terjadi perdarahan banyak mendadak setelah Menyiapkan pasien untuk dilakukan berhenti beberapa waktu, perasaan tidak tindakan, Memberi Oksigen sesuai instruksi, nyaman di perut bagian bawah (Manuaba, Memasang infuse dan kateter bila 2010). Berdasarkan data subyektif yang di diperlukan, dan Menyiapkan alat – alat dapat saat melakukan pengkajian kasus Ny. sesuai tindakan yang akan diambil : WS, dilakukan anamnesa pada tanggal 27 kuretage dan alat – alat untuk Rest Plasenta. Januari 2015, ibu mengeluh sakit pada perut Penatalaksanaan SPO RSUD Wangaya bagian bawah, mules - mules serta dengan praktek di lapangan tidak ditemukan perdarahan. Sehingga antara teori dan adanya kesenjangan yang terjadi. praktek terdapat kesesuaian. Pada tahap penatalaksanaan asuhan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) kebidanan pada Ny “WS” bidan Faktor penyebab utama perdarahan baik berkolaborasi dengan dokter SpOG dalam secara primer maupun sekunder adalah pemberian asuhan seperti : memasang infus grande multipara, jarak persalinan pendek RL + drip oksitosin 10 IU phiton 28 kurang dari 2 tahun, persalinan yang tetes/menit sebelum dilakukan tindakan dilakukan tindakan, pertolongan kala uri kuretase, memberikan injeksi antibiotic sebelum waktunya, pertolongan persalinan cefotaxime (3x1 gr), memasukkan Obat oleh dukun, persalinan dengan tindakan gastrul rectal 2 tablet, memberitahu ibu paksa, pengeluaran plasenta tidak hati- hati. puasa sampai selesai dilakukan kuretase, Berdasarkan pengkajian data obyektif pada tindakan kuretase dilakukan untuk Ny. WS, setelah dilakukan manual plasenta mengeluarkan sisa plasenta dalam rahim adanya kotiledon yang tertinggal ± 4 lobus sehingga tidak terjadi perdarahan dan di dalam rahim dan didapatkan Keadaan mencegah infeksi, pemberian infuse RL Umum Ibu Baik, Tekanan Darah : dengan drip oksitosin 10 IU phiton 28 110/80mmHg, Suhu : 36,6ºC, Nadi : 88x/ tetes/menit, dan pemberian obat oral seperti menit, Respirasi : 20x/menit, TFU : Sepusat, Cefadroxil 2x500mg, Asam Mefenamat Kandung kemih tidak penuh, perdarahan 3x500mg, Vitamin C 3x50mg. tidak aktif dan. Dari pemeriksaan yang Pada NY WS dengan rest plasenta dilakukan pada data obyektif tidak terjadi sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan kesenjangan antara teori dan praktek yang yaitu ibu sudah bisa melakukan aktifitas dilakukan di rumah sakit. seperti biasa. Perawatan selama 3 hari di rumah sakit, memperlihatkan kondisi pasien Berdasarkan pengkajian data subjektif data mulai membaik ditandai tidak mengalami objektif pada Ny “WS” didapatkan analisa sakit perut bagian bawah serta perdarahan P1A1 dengan Rest Plasenta. Penanganan dan ibu sudah diperbolehkan pulang pada Rest Plasenta menurut Prawirohardjo (2009) tanggal 29 Januari 2015 dari rumah sakit. Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang melekat SIMPULAN DAN SARAN dengan kuat mungkin merupakan plasenta Simpulan akreta. Menurut Morgan & Hamilton (2009)
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 84
Telah dilaksanakan asuhan kebidanan Diharapkan dapat menjadi sumber selama 3 hari di RSUD Wangaya Denpasar informasi bagi masyarakat khususnya dan dilakukan kunjungan rumah selama 7 untuk lebih mengenal bahaya dan hari pada Ny. WS dengan Rest Plasenta, masalah-masalah pada ibu nifas menggunakan metode SOAP, dapat dengan rest plasenta, sehingga lebih disimpulkan : waspada dalam merawat ibu nifas dengan rest plasenta. Berdasarkan data subyektif yang di dapat 2. Tenaga Kesehatan saat melakukan pengkajian kasus Ny. WS, Diharapkan studi kasus ini tetap dilakukan anamnesa pada tanggal 27 Januari meningkatkan mutu pelayanan 2015, ibu mengeluh sakit pada perut bagian tentang penatalaksanaan asuhan bawah, mules - mules serta perdarahan. kebidanan secara komperhensif khususnya pada kasus ibu nifas Berdasarkan data obyektif Keadaan Umum dengan rest plasenta. Ibu Baik, Tekanan Darah : 110/80mmHg, 3. Bagi Lahan Praktek Suhu : 36,6ºC, Nadi : 88x/ menit, Respirasi : Diharapkan studi kasus ini tetap 20x/menit, TFU : Sepusat, Kandung kemih meningkatkan mutu pelayanan tidak penuh, perdarahan tidak aktif dan tentang penatalaksanaan asuhan setelah dilakukan manual plasenta adanya kebidanan secara komperhensif kotiledon yang tertinggal ± 4 lobus di dalam khususnya pada kasus ibu nifas rahim. dengan rest plasenta. 4. Bagi Penulis Berdasarkan pengkajian data subyektif data Diharapkan penulis bisa obyektif pada Ny “WS” didapatkan analisa mengaplikasikan ilmu yang di dapat P1A1 dengan Rest Plasenta. dari institusi dan menerapkan di Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny lapangan sehingga dapat “WS” bidan berkolaborasi dengan dokter meningkatkan dan menambah SpOG dalam pemberian asuhan seperti : wawasan tentang bagaimana asuhan memasang infus RL + drip oksitosin 10 IU kebidanan pada nifas dengan rest phiton 28 tetes/menit sebelum dilakukan plasenta. tindakan kuretase, memberikan injeksi antibiotic cefotaxime (3x1 gr), memasukkan Obat gastrul rectal 2 tablet, memberitahu ibu puasa sampai selesai dilakukan kuretase, tindakan kuretase dilakukan untuk mengeluarkan sisa plasenta dalam rahim sehingga tidak terjadi perdarahan dan mencegah infeksi, pemberian infuse RL dengan drip oksitosin 10 IU phiton 28 tetes/menit, dan pemberian obat oral seperti Cefadroxil 2x500mg, Asam Mefenamat 3x500mg, Vitamin C 3x50mg. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny “WS” sesuai dengan SOP rumah sakit, terdapat keselarasan dengan teori yang didapatkan dikampus. Evaluasi yang diperoleh dari asuhan selama 3 hari di rumah sakit dan kunjungan rumah selama 7 hari, ibu sudah mampu melakukan aktifitas seperti biasa dan tidak mengalami keluhan lagi.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat
Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 85
DAFTAR PUSTAKA Wiknjosastro, Gulardi H 2010, Ilmu Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Yogyakarta : Mitra Cendikiama Jakarta Penerbit PT Bina Pustaka Data Dokumentasi Rekam Medik RSUD Yetti Anggraini, 2010. Asuhan Kebidanan Wangaya 2015. Pemeriksaan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Laboratorium Rihama Forte R. William & Harry Oxom, 2010. Ilmu Kebidanan Patologi 7 Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Jakarta:Trans Info Media Manuaba I.B.G. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan.Ed. 2.Jakarta : EGC Maritalia Dewi dkk.2012.Biologi reproduksi.Pustaka Pelajar.Yogyakarta Maryunani A, Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Mochtar Rustam. 2013. Sipnosis Obstretri – obstetric fisiologis – obstretic patologis. Jakarta. Kedokteran EDC Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta : EGC Nugroho Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yoyakarta : Nuha Medika. Nursalam, 2006. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuah Medika Saifuddin, Abdul, et.al. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP Sari, Erlin Ika Wulan, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas P1A0 Ny. A Dengan Anemia Sedang Di RB Marga Wahaya Surakarta, Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Sarwono, 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Siswono, 2012. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuah Medika Sitti Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Fitrimaya Sujiantini, dkk, 2010. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas ASKEB III. Yogyakarta Cyrillus Publisher
Primipara Mother's Knowledge Level About Physiologically Changes at Childbed Phase in Midwife's Practice Officially Office Hj. Syarifah Noor Hasanah, S.ST North Loktabat Banjarbaru 2016
Learn Mandarin Chinese with Paul Noble for Beginners – Complete Course: Mandarin Chinese Made Easy with Your 1 million-best-selling Personal Language Coach