You are on page 1of 10

Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 7, Nomor 2,November 2020 1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU INPARTU TERHADAP


KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU BUDI
KEMULIAAN PERIODE TAHUN 2019

THE RELATIONSHIP OF MATERNAL’S CHARACTERISTICS IN


LABOR WITH THE INCIDENCE OF POSTPARTUM HEMORRHAGE AT
BUDI KEMULIAAN GENERAL HOSPITAL IN 2019
Erina Windiany, Musdalifa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi
Kemuliaan Korespondensi :
aisairiany@gmail.com

ABSTRACT
Postpartum hemorrhage is losing blood more than 500 ml that occurs after giving birth the
baby. In 2013, the highest maternal mortality rate in Indonesia is caused by postpartum
hemorrhage as much as 30.3%. This study aimed to determine the relationship of maternal’s
characteristics in labor with the incidence of postpartum hemorrhage at Budi Kemuliaan
general hospital in 2019. A cross sectional design was carried out in this study. The sample
size in this study was 365 samples by using simple random sampling that collected from
secondary data in 2020. The data was analyzed using chi square statistical test. This study
showed that the incidence of postpartum hemorrhage at Budi Kemuliaan General Hospital in
2019 there were 11.8%. Chi-square statistical test results showed that maternal’s
characteristics in labor with anemia and type of vaginal delivery are significantly associated
with the incidence of postpartum hemorrhage with p value= 0.001 (p <0.05) for anemia
status and p value = 0.000 (p <0.05) for a type of vaginal delivery. The importance of health
monitoring of pregnant women by health workers in order to prevent anemia and provide
quality of delivery care might prevent postpartum hemorrhage.
Keywords: Maternity, Maternal Characteristics, Postpartum Hemorrhage

ABSTRAK
Perdarahan postpartum adalah perdarahan sebanyak 500 ml atau lebih yang terjadi setelah
bayi lahir. Pada tahun 2013, angka kematian ibu tertinggi di Indonesia disebabkan oleh
perdarahan postpartum sebanyak 30,3%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan karakteristik ibu inpartu terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSU Budi
Kemuliaan periode tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik
melalui pendekatan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 365 sampel. Pengambilan
sampel menggunakan cara simple random sampling dengan menggunakan data sekunder yang
diambil pada tahun 2020. Menunjukkan bahwa kejadian perdarahan postpartum di RSU Budi
kemuliaan periode tahun 2019 sebanyak 11,8%. Hasil uji statistik chi square menunjukkan
karakteristik ibu inpartu dengan anemia dan jenis persalinan pervaginam memiliki hubungan
yang bermakna terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan nilai p = 0,001 (p <0,05)
untuk status anemia dan nilai p = 0,000 (p <0,05) untuk jenis persalinan pervaginam.
Pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil oleh tenaga kesehatan untuk mencegah
terjadinya anemia dan memberikan asuhan persalinan yang berkualitas dapat mencegah
terjadinya perdarahan postpartum.
Kata Kunci: Ibu bersalin, Karakteristik Ibu, Perdarahan Postpartum
PENDAHULUAN
perdarahan postpartum sebanyak 30,3%
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
(Kristianingsih 2019). Selain perdarahan,
salah satu indikator untuk melihat derajat
penyebab kematian ibu tertinggi lainnya
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu
adalah hipertensi dalam kehamilan, infeksi,
adalah jumlah kematian ibu selama masa
partus lama dan abortus (Kemenkes, 2015).
kehamilan, persalinan, dan nifas yang
Berdasarkan analisis WHO, 27,1%
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
penyebab kematian maternal terutama
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
disebabkan karena perdarahan, lebih dari
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
2/3-nya merupakan kematian akibat
terjatuh, di setiap 100.000 kelahiran hidup.
perdarahan postpartum(Satriyandari 2017)
SDKI tahun 2012 menunjukkan
Perdarahan postpartum (pasca
peningkatan AKI yang signifikan yaitu
persalinan) adalah perdarahan sebanyak 500
menjadi 359 kematian per 100.000
ml atau lebih selama 24 jam pertama yang
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan
terjadi setelah bayi lahir dimana perdarahan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per
tersebut lebih dari normal, dan
100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
menyebabkan perubahan tanda vital seperti
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
kesadaran menurun, pucat, berkeringat
2015 (Kemenkes, 2015).
dingin, serta tensi <90 mmHg dan nadi
Berdasarkan masalah tersebut
>100/menit. Setelah 24 jam, keadaan ini
pemerintah membentuk program
dinamakan perdarahan postpartum lanjut
Sustainable Melenium Development Goals
atau late postpartum hemorrhage.
(SDGs) yang merupakan lanjutan dari
Perdarahan pasca persalinan adalah
Milenium Development Goals (MDGs)
perdararahan yang masif yang berasal dari
yang berakhir tahun 2015. Menurut
tempat implantasi plasenta, robekan pada
kemenkes RI dalam program SDGs bahwa
jalan lahir dan jaringan sekitarnya.
target sistem kesehatan nasional yaitu goals
Perdarahan dini terjadi dalam waktu 24 jam
ke 3 menerangkan bahwa pada 2030
pertama. Perdarahan lambat terjadi dalam
mengurangi angka kematian ibu hingga
waktu setelah 24 jam pertama (Oxorn H,
dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup
2010)
(Kemenkes, 2015). Pada tahun 2013, AKI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tertinggi di Indonesia disebabkan oleh
kejadian perdarahan postpartum yaitu usia,
jumlah paritas, jarak antar kelahiran, deskriptif analitik. Penelitian ini melalui
riwayat persalinan dan kehamilan pendekatan dengan menggunakan desain
sebelumnya, anemia, dan pengetahuan ibu penelitian cross sectional yang bertujuan
terhadap tanda-tanda perdarahan untuk mengetahui hubungan antar variabel
postpartum. Faktor lain yang berhubungan dimana variabel dependen dan independen
dengan perdarahan postpartum yaitu pada diidentifikasi pada satu satuan waktu.
keadaan preeklamsia berat dimana bisa Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
ditemukan defek koagulasi dan volume ibu bersalin di RSU Budi Kemuliaan
darah ibu yang kecil yang akan periode tahun 2019 sebanyak 4.172 ibu
memperberat penyebab perdarahan bersalin. Data yang dikumpulkan meliputi
postpartum (Chunningham, 2010). data sekunder yaitu pengambilan data
Etiologi tersering perdarahan rekam medis dengan cara pengambilan
postpartum adalah Atonia uteri (60%) dan sampel yaitu simple random sampling
komplikasi plasenta (36%), risiko terbesar dimana sampel yang diambil sesuai dengan
adalah riwayat perdarahan postpartum karakteristik ibu bersalin yang akan diteliti.
sebelumnya, obat antikoagulan, anemia, Dengan Variabel dependen adalah
preeklampsia berat atau sindrome HELLP, perdarahan postpartum dan variabel
fibroma uterin, kehamilan multipel. independent pada penelitian ini adalah usia,
Berdasarkan uraian di atas paritas, jarak kelahiran, anemia, PEB dan
menggambarkan banyaknya kejadian jenis persalinan. Pelaksanaan penelitian ini
perdarahan postpartum apabila tidak melibatkan peneliti utama sejumlah 1
mendapat penanganan tepat bisa timbul orang, dan anggota peneliti sejumlah 1
komplikasi dan dapat orang, proses pelaksanaan penelitian
mengakibatkankematian ibu.Mengingat dimulai dengan studi pendahuluan,
bahaya yang dapat di timbulkan oleh mengirimkan surat izin penelitian kepada
kejadian perdarahan postpartum maka direktur utama dan dierektur penelitian
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan
hubungan karakteristik ibu dengan kejadian dengan No.Surat
perdarahan postpartum. 043/TU.03/STIKBK/01/VII/2020. Setelah
permohonan disetujui maka penelitian
METODE
dilakukan sesuai dengan jadwal yang
Metode yang digunakan dalam penelitian
ditentukan.
ini adalah penelitian kuantitatif dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik F %
Data penelitian yang digunakan berjumlah 365 Paritas
Beresiko (1 dan >3) 200 54,8%
kasus yang diambil seluruhnya dengan
Tidak Beresiko (2-3) 165 45,2%
menggunakan data rekam medis. Jumlah 364 100%
Jarak Kelahiran
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin di Beresiko (<2 tahun) 187 51,2%
RSU Budi Kemuliaan Berdasarkan Tidak beresiko (>2 178 48,8%
tahun)
Kejadian Perdarahan Post Partum Jumlah 364 100%
Periode Tahun 2019 Anemia
Anemia 127 34,8%
Perdarahan Frekuensi Persentase Tidak Anemia 238 65,2%
Jumlah 364 100%
Postpartum (%)
PEB
Ya 43 11,8% Ya 82 22,5%
Tidak 322 88,2% Tidak 283 77,5%
Jumlah 364 100%
Total 365 100%
Jenis Persalinan
Pervaginam 96 26,3%
Pada tabel 1 data ini memaparkan Perabdominal 269 73,7%
bahwa dari 365 ibu bersalin di RSU Budi Jumlah 364 100%

Kemuliaan periode tahun 2019, yang


mengalami perdarahan postpartum Pada tabel 2 data ini memaparkan
sebanyak 43 orang (11,8%), dan yang tidak mengenai karakteristik ibu bersalin di RSU
mengalami perdarahan postpartum Budi Kemuliaan tahun 2019 yaitu sebagian
sebanyak 322 orang (88,2%). besar ibu bersalin memiliki usia tidak
beresiko (>20 tahun dan <35 tahun)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin di sebanyak 80,5%, paritas tidak beresiko (2-
RSU Budi Kemuliaan. 3) sebanyak 45,2%, jarak kelahiran
beresiko (<2 tahun) sebanyak 51,2%,
Karakteristik F %
Usia anemia sebanyak 65,2%, ibu tidak PEB
Beresiko (<20 dan 71 19,5 % sebanyak 77,5%, jenis persalinan
>35 tahun) 294 80,5% perabdominal sebanyak 73,7%.
Tidak Beresiko (20-
35 tahun)
Jumlah 364 100%
Tabel 3. Hubungan Karakteristik Ibu penelitian Fathina (2015) didapatkan nilai
Inpartu Terhadap Perdarahan
p = 0,253 yaitu p > α (α =0,05) sehingga
Postpartum Di RSU Budi
Kemuliaan Periode Tahun 2019 tidak ada hubungan yang bermakna antara

P
perdarahan postpartum primer dan sekunder
Perdarahan postpartum
dengan usia. Tetapi pada penelitian lain
Karakteristik (Value)
Ibu Ya % Tidak % N
yang dilakukan oleh Rodiany dan Sany
Usia Ibu
Beresiko (2019) didapatkan hubungan yang
8 18,6 63 19,6 71
(< 20 dan 0,881
>35 th) bermakna antara usia ibu dengan
Tidak
Beresiko perdarahan postpartum.
35 81,4 259 80,4 294
(20 - 35
tahun) Menurut teori Wiknjosastro (2002)
Jumlah 43 100 322 100 365
Paritas Ibu yang mengatakan bahwa wanita yang
Beresiko 22 51,2 178 55,3 200 0,610
(1 dan>3) melahirkan anak pada usia dibawah 20
Tidak 21 48,8 144 44,7 164
Beresiko tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan
Jumlah 43 100 322 100 365
Jarak faktor risiko terjadinya perdarahan pasca
Kelahiran 21 48,8 166 51,6 187
Beresiko persalinan yang dapat mengakibatkan
(<2 tahun)
Tidak 0,738 kematian maternal. Hal ini dikarenakan
beresiko 22 51,2 156 48,4 178
(>2 Tahun pada usia dibawah 20 tahun fungsi
Jumlah 43 100 322 100 365
Anemia reproduksi seorang wanita belum
Ya 25 58,1 102 31,7 127 0,001
Tidak 18 41,9 220 68,3 238 berkembang dengan sempurna, sedangkan
Jumlah 43 100 322 100 365
PEB pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi
Ya 5 11,6 77 23,9 82 0,070
Tidak 38 88,4 245 76,1 283 seorang wanita sudah mengalami
Jumlah 43 100 322 100 365
Jenis
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi
Persalinan 25 58,1 71 22,0 96 0,000
Pervaginam normal sehingga kemungkinan untuk
Perabdominal 18 41,9 251 78,0 269
Jumlah 43 100 322 100 365
terjadinya komplikasi pasca persalinan
terutama perdarahan akan lebih besar
Penelitian ini menunjukkan tidak
(Pustika & Umaya, 2016).
adanya hubungan yang bermakna pada usia
Menurut penelitian Jihan (2019)
ibu dengan perdarahan p=0,881, sesuai
yang mendapatkan pasien HPP terbanyak
dengan penelitian Atikah dan Resti (2016),
pada usia 21-34 tahun, seorang ibu dengan
pada penelitian tersebut didapatkan tidak
uia 21-35 tahun sedang dalam puncak
ada hubungan yang bermakna antara usia
reproduksi dan aman untuk hamil dan
ibu dengan kejadian perdarahan postpartum
melahirkan karena mereka berada dalam
dengan nilai p = 0,245. Dan juga pada
masa reproduksi sehat. Ketika berada pada diskoordnasi atau hipotonis, sedangkan
puncak reproduksi, terdapat kemungkinan pada ibu grande multipara uterus cenderung
pada pasangan suami istri untuk terus tidak bekerja efisen dalam semua kala
menghasilkan keturunan sehingga tidak persalinan hal ini disebabkan karena pada
memperhatikan jarak antara kelahiran ibu berparitas tinggi yang mengalami
sebelum dan sesudahnya. Hal tersebutlah persalinan cenderung terjadi atonia uteri,
yang dapat menimbulkan risiko untuk atonia uteri pada ibu berparitas tinggi
terjadinya HPP. Menurut penelitian Annisa terjadi karena kondisi miometrium dan
(2018) responden yang memiliki umur 20- tonus otot tidak baik lagi sehingga
35 tahun juga mengalami perdarahan menimbulkan kegagalan kompresi
dikarenakan adanya penggunaan oksitosin pembuluh darah pada tempat implantasi
drip selama persalinan dikarenakan tidak plasenta yang akibatnya terjadi perdarahan
adekuatnya his. post partum (Asih, 2014).
Pada penelitian ini menunjukkan Penelitian ini sejalan dengan
tidak ada hubungan yang bermakna antara penelitian Fathina (2015), penelitian
paritas ibu dengan perdarahan postpartum tersebut menyatakan tidak ada hubungan
(p= 0,610). Meskipun hasil yang didapatkan yang bermakna antara paritas dengan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang perdarahan postpartum dengan nilai
bermakna antara paritas ibu dengan p = 0,953. Sedangkan pada penelitian Laela
perdarahan postpartum namun ibu dengan (2017) menyatakan terdapat hubungan yang
paritas beresiko (1 dan >3) yang mengalami bermakna antara paritas dengan perdarahan
perdarahan postpartum lebih besar 51,2% postpartum dengan nilai p = 0,000 dan
dibandingkan dengan paritas yang tidak penelitian tersebut menyatakan bahwa
beresiko (2-3). paritas beresiko yaitu 1 dan >3 anak
Menurut teori paritas satu dan mempunyai resiko mengalami perdarahan
peritas lebih dari tiga mempunyai angka postpartum 9,333 kali lebih besar
kejadian perdarahan pasca persalinan lebih dibandingkan dengan ibu bersalin dengan
tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas paritas tidak beresiko yaitu 2-3 anak.
satu), secara fisiologis uterus pada ibu Jarak kehamilan dinyatakan tidak
nulipara masih belum bekerja secara efisien adanya hubungan bermakna secara statistik
(Kumaira,2012). Menurut teori Hidayat, dengan perdarahan postpartum (p = 0,738).
2009 kontraksi cenderung mengalami Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Nabu, 2016 yang menyatakan bahwa tidak antara anemia dengan perdarahan
ada hubungan yang bermakna antara jarak postpartum dengan nilai p = 0,007 dan
kelahiran ibu dengan perdarahan penelitian tersebut menyakatakan bahwa
postpartum dengan nilai p=1,000. ibu bersalin yang anemia berpeluang
Pada penelitian lain yang dilakukan mengalami perdarahan post partum 3,5
Maesaroh, 2018 didapatkan hubungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
bermakna antara jarak kelahiran ibu dengan bersalin yang tidak anemia.
perdarahan postpartum dengan nilai Penelitian ini menyatakan bahwa
p= 0,005. Menurut teori Suryani (2008) tidak ada hubungan bermakna secara
bahwa apabila jarak antar kelahiran dengan statistik pada ibu dengan PEB terhadap
anak sebelumnya sebelumnya <2 tahun, perdarahan porstpartum (p=0,070).
rahim dan kesehatan ibu belum pulih Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini Wahyuni (2019) yang menyatakan bahwa
perlu diwaspadai karena ada kemungkinan tidak ada hubungan yang bermakna antara
terjadinya perdarahan postpartum. PEB dengan perdarahan postpartum dengan
Pada penelitian ini menyatakan nilai p = 0,613. Namun pada penelitian lain
bahwa adanya hubungan yang bermakna yang dilakukan Manik (2017) menyatakan
secara statistik pada status anemia ibu bahwa terdapat hubungan yang bermakna
dengan perdarahan postpartum (p = 0,001) antara PEB dengan perdarahan postpartum
hal ini sesuai dengan teori yaitu Saifuddin dimana pada penelitian tersebut didapatkan
(2010) yang mengatakan bahwa kekurangan nilai p = 0,028.
kadar hemoglobin dalam darah Menurut teori peningkatan kejadian
mengakibatkan kurangnya oksigen yang preeklampsia yang mengalami perdarahan
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun sel post partum dikarenakan pada ibu dengan
otak dan uterus. Jumlah oksigen dalam preeklampsia mengalami penurunan
darah yang kurang menyebabkan otot-otot volume plasma yang mengakibatkan
uterus tidak dapat berkontraksi dengan hemokonsentrasi dan peningkatan
adekuat sehingga timbul atonia uteri yang hematokrit maternal. Vasospasme siklik
mengakibatkan perdarahan banyak (Hazmi, lebih lanjut menurunkan perfusi organ
2015). Penelitian ini juga sejalan dengan dengan menghancurkan sel-sel darah
penelitian Feny (2017) yang menyatakan merah. Keadaan seperti ini menyebabkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna terjadinya hipofibrinogemia (kurangnya zat
fibrinogen dalam darah). Jika fibrinogen retensio plasenta, atonia uteri karena
dalam darah berkurang cukup banyak, maka persalinan lama atau tak maju dan laserasi
perdarahan pada saat proses persalinan akan jalan lahir sebagai faktor penyebab
sulit dihentikan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Apabila sectio
terjadinya perdarahan (Manik, 2017). caesarea dilakukan atas indikasi dan
Pada penelitian ini, menyatakan penanganan yang tepat, maka sectio
bahwa ada hubungan yang bermakna antara caesarea dapat mengurangi mortalitas pada
jenis persalinan dengan perdarahan ibu dan bayi yang dideteksi akan
postpartum (p = 0,000). Ibu bersalin dengan mengalami komplikasi, jika dibandingkan
jenis persalinan pervaginam lebih banyak dengan bersalin spontan pervaginam.
58,1% mengalami perdarahan postpartum
dibandingkan dengan ibu bersalin dengan SIMPULAN
jenis persalinan perabdominal. Penelitian Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan
ini sejalan dengan teori Manuaba (2007) dalam penelitian yang telah dilakukan maka
yaitu persalinan pervaginam dengan simpulan dari penelitian ini adalah:
tindakan merupakan salah satu resiko 1. Jumlah kejadian perdarahan postpartum
terjadinya perdarahan postpartum, pada penelitian ini masih terbilang cukup
persalinan pervaginam dengan tindakan tinggi yaitu dari 365 ibu bersalin
yaitu dengan vakum, forsep ataupun didapatkan 43 orang (11,8%) mengalami
episiotomi sedangkan tindakan persalinan perdarahan postpartum dan 322 orang
perabdominal adalah sectio caesarea, (88,2%) tidak mengalami perdarahan
tindakan pada persalinan baik vaginam postpartum.
maupun abdominal dapat menyebabkan 2. Karakteristik ibu inpartu yang memiliki
trauma baik pada ibu maupun pada bayi. hubungan signifikan terhadap
Pada penelitian lain yang dilakukan perdarahan postpartum adalah status
Firdawanti (2015) hasil analisis diperoleh anemia dan jenis persalinan.
bahwa sectio caeesarea tidak berhubungan 3. Karakteristik usia ibu, paritas, jarak
dengan perdarahan postpartum dan kelahiran dan PEB tidak memiliki
merupakan protektif atau pencegah hubungan yang signifikan dengan
terjadinya perdarahan. Hal ini dapat perdarahan postpartum
dimungkinkan karena sectio sesarea dapat
mengurangi resiko ibu untuk mengalami
UCAPAN TERIMA KASIH Senopati Bantul Yogyakarta Tahun
Ucapan terima kasih diberikan kepada 2013-2014.
Ilmi, A. U., Serilaila, & Marsofely, R. L.
Direktur Utama Lembaga Kesehatan Budi (2018). Faktor Resiko Hemorrhage
Kemuliaan, Direktur Penelitian Lembaga Pasca Postpartum. Jurnal Medika
Kesehatan, Volume 11 nomor 1,
Kesehatan Budi Kemuliaan, Direktur RSU Juni 2018.
Budi Kemuliaan dan Kepala Unit Rekam Karkata. (2013). Perdarahan Pascasalin.
Dalam : Prawirohardjo S. Jakarta:
Medik, Ketua STIK Budi Kemuliaan atas PT BINA PUSTAKA SARWONO.
kesempatan dan dukungan yang diberikan. Kesehatan, K. (2013). Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan
DAFTAR PUSTAKA Rujukan. Jakarta: Kementrian
Aryani, F. (2017). Hubungan Anemia Pada Kesehatan RI.
Saat Kehamilan Dengan Kejadian Kristianingsih, A., Mukhlis, H., &
Perdarahan Postpartum Di Rsud Ernawati, E. (2019). Faktor-faktor
Panembahan Senopati Bantul. yang berhubungan dengan kejadian
Fakultas Ilmu Kesehatan perdarahan postpartum di RSUD
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. Pringsewu. Welness and Healthy
Asih, b. r. (2014). Faktor - Faktor Magazine.
Terjadinya Perdarahan Post Maesaroh, S. (2018). Hubungan Riwayat
Partum Di Ruang Ponek Rsud Anemia Dan Jarak Kelahiran
Jombang.Jurnal Ilmiah Kebidanan Dengan Kejadian Perdarahan
(Scientific Journal of Midwifery), Postpartum Di Rsud Dr. H. Abdul
1(1), 13-18. Moeloek. Midwifery Journal , Vol.
Chunningham, d. (2010). Obstetri Wiliam. 3, No. 1, Januari 2018, hal. 21-25.
Jakarta: EGC. Manik, I. N. (2017). Hubungan Status
Dharma, S. (2013). Manajemen kinerja : Preeklampsia dengan Kejadian
falsafah, teori dan penerapannya. Perdarahan Postpartum pada Ibu
Yogyakarta: Pustaka pelajar. Bersalin di RSUD Dr H Abdul
Firdawanti, W. A., & Herlina. (2015). Moeloek Provinsi Lampung Periode
Hubungan Seksio Sesarea Dan 1 Juli 2014 - 30 Juni 2015. Majority,
Paritas Dengan Perdarahan Volume 6, Nomor 3.
Postpartum Di Rsud Ahmad Yani Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan,
Kota Metro. Jurnal Kesehatan Metro Penyakit kandungan dan KB.
Sai Wawai Volume IX No 2 Edisi Jakarta: EGC.
Desember 2015. Manuaba. (2009). Pengantar kuliah obstetri
Friyandini, F., Lestari, Y., & Utama, B. I. : perdarahan postpartum. Jakarta:
(2015). Hubungan Kejadian EGC.
Perdarahan Postpartum Dengan Manuaba, I. (2007). Pengantar Kuliah
Faktor Risiko Karakteristik Ibu Di Obstetri. Jakarta: EGC.
RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada Nabu, A. G. (2016). Analisis Faktor-Faktor
Januari 2012 - April 2013. Jurnal Yang Berhubungan Dengan
Kesehatan Andalas. 2015;4(3). Kejadian Perdarahan Postpartum di
Hazmi, S. z. (2015). Faktor-Faktor Yang Rumah Bersalin Anugerah Bogor
Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Periode Januari 2014 s/d April
Postpartum Di Rsud Panembahan 2015(Analisis Data Sekunder).
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. Kejadian Perdarahan Postpartum Di
2, No. 8, Desember 2016. Rsi Sultan Agung Semarang .
Oxorn H, W. R. (2010). Ilmu kebidanan, VOL.5 NO.2 DES 2019 .
Patologi & fisiologi persalinan. Winkjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan.
yogyakarta: yayasan essentia Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
medika. Prawirohardjo.
Pernol, R. C. (2009). Buku Saku Obstetri Wulandari, S. (2018). Hubungan Paritas
dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Dengan Kejadian Perdarahan
Pustikasari, a. (2016). Hubungan Postpartum Di Rsud Sleman. Skripsi
Karakteristik Ibu Terhadap Kejadian Fakultas Ilmu Kesehatan
Perdarahan Postpartum Kecamatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Pasar Rebo Jakarta Timur. jurnal Yusriana, L. (2017). Faktor-Faktor Yang
ilmu kesehatan. Mempengaruhi Kejadian Perdarahan
Ramadhan, J. W., Rasyid, R., & Rusnita, D. Postpartum Di Rsu Pku
(2019). Profil Pasien Hemorrhagic Muhammadiyah Bantul. Fakultas
Postpartum di RSUP Dr. M. Djamil Ilmu Kesehatan Universitas
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 'Aisyiyah, Yogyakarta.
2019; 8(Supplement 2).
Rodiani, & Setiawan, S. (2019). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan
Perdarahan Pasca Persalinan di
Rumah Sakit Umum Abdul
Moeloek. JK Unila, Volume
3,Nomor 1,Maret 2019.
Rukiyah, A. Y. (2010). Asuhan Kebidanan
IV (patologi kebidanan). Jakarta:
Trans Info Media.
Saifuddin, A. B. (2014). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sarwono, P. (2016). Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Pt Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sastrawinata, S. (2005). Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Satriyandari, Y., & Hariyati, N. R. (2017).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum.
Journal of Health Studies.
Sunarto. (2010). Hubungan Kejadian
Anemia Kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum di PONED
ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, Volume III.
Wahyuni, S., & Surani, E. (2019). Analisis
Determinan Yang Mempengaruhi

You might also like