You are on page 1of 12

Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019

ISBN :

Keterlibatan Suami dalam Melaksanakan Peran Domestik Ibu Hamil dengan


Anemia Kehamilan

Husband Involvement in Implementing The Role of Domestic Pregnant Women with


Pregnancy Anemia

Nurun Ayati Khasanah1, Agustin Dwi Syalfina1, Wiwit Sulistyawati1


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit1
Email: nurun.ayati@gmail.com

ABSTRACT
Anemia was a pregnancy complication that increases morbidity and mortality of mother and
baby during pregnancy until the puerperium including prematurity, low birth weight
baby, IUFD, post partum hemorrhage. Double burden was one of the risk factors for
pregnancy anemia because mothers who have to endure heavy work as housewives and
breadwinners need good nutrition, especially animal protein to increase the amount of iron
in the body. The purpose of this study was to analyze the effect of husband's involvement in
carrying out domestic roles on pregnancy anemia. The design of this research was case
control by using case samples and control samples with a ratio of 1:3. The sample
calculation results obtained 30 cases and 90 controls. The data used in the form of
primary data and secondary data were obtained from medical records and conducted
interviews with questionnaire guidelines. Data analysis with univariate, bivariate and
multivariate. The results of the study based on the multivariate test showed the most
dominant risk factor was age (P value = 0,000; OR = 58,381; 95% CI 8,507-400,642),
work (P value = 0,001; OR = 15,391; 95% CI 2,871-82511) and husband's involvement
in performing domestic roles (P value = 0.005; OR = 7.285; 95% CI 1,804-29,413).
Health workers are expected to socialize about gender equality based on the role of husband
and wife so that there is a balance of roles and reduce anemia in pregnancy and always try
to improve the quality of antenatal care in terms of visits to pregnant women and
services for antenatal care.

Keywords: anemia, domestic role, husband, pregnancy.

ABSTRAK
Anemia merupakan komplikasi kehamilan yang meningkatkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi pada masa kehamilan sampai dengan nifas diantaranya prematuritas, berat
badan bayi lahir rendah, IUFD, perdarahan post partum. Beban kerja ganda merupakan
salah satu faktor risiko anemia kehamilan karena ibu yang harus menanggung pekerjaan
yang berat sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah membutuhkan asupan nutrisi yang
baik terutama protein hewani untuk meningkatkan jumlah zat besi di dalam tubuh.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh keterlibatan suami dalam melaksanakan
peran domestik terhadap anemia kehamilan. Desain penelitian ini case control dengan
menggunakan sampel kasus dan sampel kontrol dengan perbandingan 1:3. Hasil
perhitungan sampel diperoleh 30 kasus dan 90 kontrol. Data yang digunakan berupa data
primer dan data sekunder diperoleh dari rekam medis dan melakukan wawancara dengan
panduan kuesioner. Analisis data dengan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian
berdasarkan uji multivariat diperoleh hasil faktor risiko paling dominan yaitu usia (P value
=0,000; OR=58,381; 95% CI 8,507-400,642), pekerjaan (P value = 0,001; OR = 15,391;
1
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

95% CI 2,871-82511) dan keterlibatan suami dalam melakukan peran domestik (P value
=0,005 ; OR=7,285; 95% CI 1,804-29,413). Petugas kesehatan diharapkan
mensosialisasikan tentang kesetaran gender berdasarkan peran suami dan istri sehingga
terjadi keseimbangan peran dan menurunkan anemia pada kehamilan serta selalu berupaya
meningkatkan kualitas antenatal care dari segi kunjungan ibu hamil dan pelayanan
pemeriksaan kehamilan.

Kata kunci: anemia, kehamilan, peran domestik, suami.

PENDAHULUAN hidup; 2013 sebesar 134 per 100.000


Anemia kehamilan merupakan kelahiran hidup; 2014 sebesar 90,7 per
masalah kesehatan yang sering terjadi pada 100.000 kelahiran hidup; 2015 sebesar
masa kehamilan sampai dengan nifas yang 116 per 100.000 kelahiran hidup; 2016
memberikan dampak pada kesehatan sebesar 140 per kelahiran hidup; 2017
manusia dan pemnangunan sosial ekonomi. sebesar 174 per 100.000 kelahiran hidup.
Anemia pada kehamilan didunia Berikut tabel penyebab AKI di kabupaten
berhasil diturunkan dari 43% pada tahun Mojokerto tahun 2017 (Irawati, et.al.,
1995 menjadi 38% tahun 2011. 42% 2018).
kejadian anemia menyebabkan kematian
(Melku, et.al., 2014). Capaian anemia pada 60%
50%
kehamilan di Indonesia mengalami 40%
kenaikan 11,8% yaitu 37,1% tahun 2013 30%
20% Penyebab
menjadi 48,9% tahun 2018 dengan 84,6% 10% AKI
terjadi pada ibu hamil usia 15-24 tahun 0% eklamsia /

Penyebab
Perdarahan

eklamsia
(Depkes RI, 2018).
partum

lain
post-

Pre

Anemia kehamilan merupakan


kondisi kadar HB kurang dari 10,5 gr/dl
(Breymann, 2015). Menurut Depkes RI Gambar 1. Penyebab AKI di Kabupaten
(2013), ibu hamil dikatakan anemia jika Mojokerto tahun 2017
kadar HB <11 gr/dl. Pengaruh anemia
kehamilan pada ibu dan bayi akan Penyebab utama anemia dalam
meningkatkan angka kesakitan dan kehamilan adalah defisiensi mikronutrien
kematian ibu dan bayi seperti persalinan (vitamins A and B12, riboflavin, and asam
prematur, BBLR, IUFD, kematian folat), penyakit yang disebabkan parasit
neonatal, kematian maternal dan kematian dan bakteri, infeksi seperti malaria, cacing,
bayi. Perdarahan pasca salin yang berakhir HIV, dan kelainan bawaan sejak lahir
dengan kematian ibu terjadi karena kadar pada sel darah merah bawaan seperti
Hb kurang dari normal. Ibu hamil dengan thalassemia (Melku, et.al., 2014). 20%-
anemia empat kali berisiko terjadi 80% anemia kehamilan disebabkan
kematian maternal dibanding dengan ibu defisiensi zat besi (Breymann, 2015).
hamil yang tidak anemia. Perdarahan ini Hal ini terjadi karena kemiskinan sehingga
terjadi karena kontraksi uterus yang asupan gizi sangat kurang, ketidaksetaraan
kurang baik (Rajab, 2009) gender, dan kurangnya pengetahuan
Kasus perdarahan merupakan tentang pola makan yang berkualitas untuk
salah satu penyebab tingginya angka kesehatan kehamilannya (Rismawati &
kematian ibu di kabupaten Mojokerto Rohmatin, 2018).
yang terus meningkat dari tahun 2012 Beban kerja ibu dari keluarga
sampai dengan tahun 2017 yaitu tahun dengan sosial ekonomi rendah sangat
2012 sebesar 117 per 100.000 kelahiran berat, pekerjaan mengurus rumah tangga
2
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

dan mencari nafkah untuk membantu diperoleh 24 orang, untuk mengantisipasi


perekonomian keluarga tetap harus kehilangan sampel jumlah sampel di
dilakukan meskipun dalam keadaan hamil. tambah 20% menjadi 30 orang.
Hal ini menyebabkan waktu kerja setiap Perbandingan jumlah sampel kasus dan
harinya ibu hamil lebih panjang antara 10 kontrol adalah 1:3 yang berarti tiga
sampai 14 jam sedangkan suami hanya kontrol tiap satu kasus sehingga 30 kasus
antara 8 sampai 12 jam. Suami tidak disbanding 90 kontrol. Sampel dipilih
ada upaya untuk membantu mengurangi secara acak. Kuesioner untuk pengambilan
beban kerja istri meskipun dalam kondisi data telah melalui uji etik sebagai proses
hamil. Beban kerja yang berat pada ibu kelayakan kuesioner digunakan dalam
hamil secara tidak langsung menyebabkan penelitian.
penurunan kondisi secara fisik dan psikis Data dikumpulkan dalam waktu
ketika hamil. Beban kerja yang berat ini dua bulan pada bulan Mei hingga Juni
tidak diimbangi dengan asupan nutrisi 2019 dengan menggunakan data primer
yang baik sehingga meningkatkan dan sekunder. Data sekunder diperoleh
kejadian anemia kehamilan (Rajab, 2009). dnegan merekap data kunjungan ibu
Aktivitas berat, yang dilakukan ibu hamil trimester III di poli kandungan
hamil membutuhkan energi yang besar RSUD Prof. Soekandar Mojosari dan data
sehingga jantung akan mampu sekunder dengan melakukan kunjungan
bekerja untuk memasok kebutuhan O2 ke rumah untuk mewawancarai secara
jaringan otot, karena beban kerja yang langsung responden. Responden membaca
berat dan tidak diikuti dengan lembar penjelasan dari peneliti kemudian
peningkatan kebutuhan energi sehingga mengisi lembar persetujuan menjadi
terjadi peningkatan kadar asam laktat di responden dan informed.
dalam otot dan terjadi penurunan kadar Variabel dependen adalah anemia
hemoglobin di dalam darah (Juliana, kehamilan, dan varibel independen adalah
et.al., 2018). Oleh karena itu penelitian ini usia, paritas, pendidikan, pekerjaan ibu,
bertujuan untuk menganalisis faktor risiko Sosial ekonomi keluarga, peran
yang berpengaruh terhadap kejadian domestik suami, jumlah kunjungan dan
anemia kehamilan trimester III dilihat dari keteraturan antenatal care. Hasil
aspek keterlibatan suami dalam peran penelitian dilakukan analisis bivariat
domestik. dengan menggunakan uji regresi logistic
untuk memperoleh nilai Odds Ratio (OR)
METODE PENELITIAN dan 95% Confidence Interval (CI) dengan
Jenis penelitian ini adalah bantuan SPSS for windows.
observasional analitik dengan desain
kasus kontrol. Penelitian dilakukan di HASIL PENELITIAN
kabupaten Mojokerto. Populasi kasus Berdasarkan usia responden bahwa
adalah ibu hamil anemia trimester III yang sebagian besar responden (82,5%)
datang periksa di RSUD Prof. Soekandar memiiki usia 20-35 tahun yaitu 56,7%
Mojosari bulan Januari sampai dengan kelompok kasus dan 91,1% termasuk
April 2019, sedangkan populasi kontrol kelompok kontrol. Paritas responden,
adalah ibu hamil trimester III tidak anemia sebagian besar (71,7%) memiliki paritas
yang periksa RSUD Prof. Soekandar multigravida yang terdiri dari 83,3%
Mojosari bulan Januari sampai dengan kelompok kasus dan 67,8% kelompok
April 2019. Jumlah sampel kasus dan kontrol. Responden 65,8% berpendidikan
kontrol diperoleh dengan menggunakan terakhir SMU dan Perguruan tinggi
rumus besar sampel case control, P1 dan dengan sebagian besar 73,3% tidak
P2 diambil dari penelitian Fatimah (2015). anemia dan 43,3 anemia. Lebih dari
Hasil perhitungan besar sampel setengah responden (56,7%) memiliki
3
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

pekerjaan produktif selain menjadi ibu kelompok kasus dan kontrol adalah 53,3%
rumah tangga yaitu 30% ibu anemia dan dan 57,8%.
65,6% tidak anemia. Keadaan sosial Pada aspek keterlibatan suami
ekonomi keluarga reponden dilihat dari (peran) dalam menjalankan peran
aspek pendapatan keluarga tiap bulan domestik dalam keluarga bahwa 60%
untuk memenuhi kebutuhan bahwa suami ikut membantu ibu hamil dalam
sebagian besar responden (62,5%) melaksanakan peran domestik/pekerjaa
memiliki pendapatan kurang dari UMR rumah tangga. Responden yang dibantu
kabupaten Mojokerto, kelompok kasus suaminya menjalankan peran domestik
dan kontrol memiliki proporsi yang sama selama kehamilan 43,3% memiliki kadar
pada kategori sosial ekonomi keluarga. Hb kurang dari normal dan 65,6% kadar
Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) Hb normal. Hasil analisis menunjukkan
ibu hamil sebagian besar teratur tiap peran domestik suami merupakan faktor
trimester dan melakukan kunjungan lebih risiko terjadinya anemia kehamilan
dari sama dengan 7 kali yaitu 74,2% dan trimester III dengan nilai OR sebesar
56,7%. Kategori 7 kali merupakan mean 2,489 (1,071< OR<5,782) artinya anemia
dari jumlah seluruh kunjungan antenatal kehamilan trimester III 2,489 kali
care yang dilakukan reponden. Ibu hamil berisiko terjadi pada ibu yang suaminya
yang teratur dalam melakukan antenatal tidak memiliki keterlibatan dalam
care memiliki proporsi sama antara menjalankan peran domestik dalam
anemia (66,7%) dan tidak anemia (57,5%). keluarga dibandingkan ibu hamil dengan
Begitu pula jumlah kunjungan antenatal suami yang turut serta dalam peran
care ibu hamil lebih dari sama dengan 7 domestik keluarga.
kali juga memiliki proporsi sama pada

Tabel 1. Tabulasi Silang Faktor Resiko Anemia Kehamilan Trimester III di Kabupaten
Mojokerto tahun 2019
Faktor Risiko Anemia Tidak Anemia Jumlah OR 95%CI P Value
n (%) n (%) n (%)
Usia (tahun)
Berisiko (<25 dan>35) 13 (43,3) 8 (8,9) 21 (17,5) 7,838* 2,815-21,823 0,000
Tidak Berisiko (20-35) 17 (56,7) 82 (91,1) 99 (82,5)
Paritas
Berisiko (primigravida dan 5 (16,7) 29 (32,2) 34 (28,3) 2,377 0,826-6,841 0,108
grandemulti)
Tidak Berisiko (multigravida) 25 (83,3) 61 (67,8) 86 (71,7)
Pendidikan
SD-SMP 17 (56,7) 24 (26,7) 41 (34,2) 3,596* 1,522-8,499 0,004
SMU-PT 13 (43,3) 66 (73,3) 79 (65,8)
Pekerjaan
Bekerja 9 (30) 59 (65,6) 68 (56,7) 4,441* 1,817-10,855 0,001
Tidak Bekerja 21 (70) 31 (34,4) 52 (43,3)
Sosial Ekonomi
Kurang (<UMR) 21 (70) 54 (60) 75 (62,5) 1,556 0,640-3,778 0,329
Baik (≥UMR) 9 (30) 36 (40) 45 (37,5)
Keteraturan ANC
Tidak 10 (33,3) 21 (23,3) 31 (25,8) 1,643 0,666-4,052 0,281
Ya 20 (53,3) 69 (57,5) 89 (74,2)
Kunjungan ANC
<7 14 (46,7) 38 (42,2) 52 (43,3) 1,197 0,522-2,747 0,671
≥7 16 (53,3) 52 (57,8) 68 (56,7)
Keterlibatan Suami dalam Melaksanakan Peran Domestik
Tidak 17 (56,7) 31 (34,3) 48 (40) 2,489* 1,071-5,782 0,034

4
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

Ya 13 (43,3) 59 (65,6) 72 (60)

Hasil uji bivariat antara variabel menghadapi kehamilan baik dari fisik
karakteristik dengan kejadian anemia maupun psikis. Ibu hamil dengan usia
diperoleh variabel yang signifikan berisiko kurang dari 20 tahun masih dalam
terhadap anemia kehamilan trimester III masa pertumbuhan alat reproduksi
adalah usia (P value=0,000; OR=7,838; sehingga apabila dalam usia tersebut harus
95%CI 2,815-21,823), pendidikan (P menghadapi kehamilan maka ibu harus
value=0,004; OR=3,596; 95%CI 1,522- membutuhkan Fe lebih banyak untuk
8,499) dan pekerjaan (P value=0,001; kematangan alat reproduksinya dan untuk
OR=4,441; 95%CI 1,817-10,855). Usia bayi yang dikandungnya (Tanziha,
berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) 7,838 et. al.,2016). Pada usia <20 tahun uterus
kali berisiko terjadi anemia kehamilan dan hormone yang dihasilkan oleh sistem
trimester III dibandingkan usia 20 sampai reproduksi belum bekerja maksimal
dengan 35 tahun sedangkan ibu dengan menyebabkan ketidakstabilan paada
pendidikan SD-SMP 3,596 lebih berisiko kehamilan seperti anemia, abortus,
mengalami anemia kehamilan perdarahan, dan IUFD. Kematian ibu 2-
dibandingkan yang berpendidikan SMU- 4 kali lebih berisiko pada usia <20 tahun
Perguruan Tinggi. Ibu yang memiliki dibandingkan usia 20-30 tahun dan 30%
pekerjaan produktif menghasilkan upah kematian bayi terjadi pada ibu dengan usia
4,441 kali berisiko dengan anemia pada remaja (Putri, et. al., 2015). Kehamilan
kehamilan dibandingkan ibu yang hanya ketika usia >35tahun akan memberikan
melakukan pekerjaan rumah tangga saja. komplikasi pada ibu dan bayi karena
Hasil analisis multivariat antara fisiologis tubuh terutama alat reproduksi
peran domestik suami dengan variabel tidak mampu bekerja dengan optimal
karakteristik responden menunjukkan karena pada usia ini sudah memasuki fase
bahwa variabel yang paling signifikan awal degenerative disertai mulai
berisiko terhadap kejadian anemia pada bermunculan penyakit seperti hipertensi,
ibu hamil trimester III adalah usia (P jantung dan lain-lain. Kehamilan
value=0,000; OR=58,381; 95%CI 8,507- pada umur <20 tahun dan >35 tahun
400,642), pekerjaan (P value=0,001; merupakan kehamilan yang berisiko
OR=15,391; 95%CI 2,871-82511) dan menyebabkan abortus, bayi lahir dengan
peran domestik suami (P value=0,005; berat badan yang rendah (BBLR), dan
OR=7,285; 95%CI 1,804-29,413). Dari partus lama karena anemia selama
hasil perhitungan dengan menggunakan kehamilan.
SPSS nilai nagelkerke R Square adalah Hasil penelitian ini variabel usia
0,538 artinya kejadian anemia pada ibu signifikan berisiko terhadap kejadian
hamil trimester III 53,8% ditentukan oleh anemia kehamilan pada ibu hamil
faktor usia, pendidikan, paritas, pekerjaan trimester III. Hal ini ditunjukkan
ibu, sosial ekonomi keluarga, peran kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun
domestik suami, keteraturan antenatal sebagian besar mengalami anemia dan
care, jumlah kunjungan periksa kehamilan hanya sebagian kecil tidak anemia.
dan 46,2% ditentukan oleh faktor lainnya. Penelitan ini sejalan dengan hasil
Purwandari et.al, 2016 yaitu usia <20
PEMBAHASAN tahun dan ≥35 tahun 16,967 kali lebih
Usia ibu hamil akan mempengaruhi berisiko anemia berat dibandingkan usia
kematangan alat reproduksi wanita 20-34 tahun. Ibu hamil berusia kategori
untuk persiapan kehamilan. Usia risiko tinggi (bukan usia reproduktif)
reproduksi yaitu antara usia 20-35 tahun 2,446 kali lebih besar mengalami anemia
merupakan usia yang matang untuk dibandingkan ibu hamil yang usia risiko
5
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

rendah (usia reproduksi). Anemia meningkatkan status kesehatan


kehamilan berhubungan dengan usia ibu perempuan. Perempuan yang tidak pernah
yang tidak dalam masa reproduksi sehat sekolah atau hanya lulusan Sekolah Dasar
yaitu perempuan yang hamil pada usia tentu hanya memiliki sedikit pemahaman
dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun tentang perubahan fisiologis dan
merupakan faktor resiko anemia pada psikologis sistem reproduksi selama
kehamilan (Amallia, et.al., 2017). kehamilan dan akan rentan menerima
Paritas merupakan variabel yang penjelasan yang tidak rasional dan bisa
dilihat dari frekuensi kehamilan dan menyebakan komplikasi pada kehamilan
persalinan. Frekuensi kehamilan dan dan bayi yang dikandungnya. Penelitian
persalinan menyebabkan cadangan zat besi mendapakan hasil pendidikan berpengaruh
dalam tubuh ibu berkurang, semakin tinggi signifikan terhadap kejadian anemia
frekuensi kehamilan dan persalinan maka kehamilan. Ibu dengan pendidikan rendah
semakin banyak kehilangan jumlah zat 3,596 kali lebih berisiko mengalami
besi, sehingga untuk mengembalikan anemia kehamilan dibandingkan
cadangan zat besi dalam keadaan normal pendidikan tinggi. Hasil ini sama dengan
perlu diperhatikan jumlah kehamilan penelitian Tanziha et.al (2016), bahwa
dan persalinan serta jarak kehamilan tidak ada hubungan signifikan antara
dengan ditunjang asupan makanan yang tingkat pendidikan dan anemia pada ibu
bergizi dan kualitas kesehatan tubuh baik hamil. Penelitian Rismawati dan
(Tanziha, et.al., 2016). Ibu dengan kondisi Rohmatin, 2018 juga menyatakan tidak
sering hamil dan bersalin harus ada pengaruh tingkat pendidikan dengan
memperhatikan pemenuhan nutrisi anemia kehamilan. Begitu pula dengan
seimbang untuk bayi dan dirinya, apabila Amallia et.al (2017) yakni tidak di
tidak terpenuhi maka akan berisiko temukan hubungan signifikan antara
kehilangan banyak darah dan penurunan tingkat pendidikan dan anemia pada ibu
kadar Hb. Uji analisis penelitian ini paritas hamil berarti ibu dengan tingkat
tidak berpengaruh secara signifikan pendidikan tinggi belum tentu tidak akan
terhadap kejadian anemia kehamilan anemia dikarenakan ditemukan sebagian
dikarenakan ibu dengan paritas berisiko besar ibu hamil dengan tingkat pendidikan
yaitu primigravida dan grande multi tinggi memiliki kadar Hb kurang dari
memiliki proporsi yang sama antara normal selama kehamilan begitu pula
kelompok kasus dan kelompok kontrol sebaliknya untuk ibu dengan tingkat
begitupula proporsi anemia kehamilan pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan
pada paritas tidak berisiko. Penelitian adanya faktor lain yang menunjang
Rismawati dan Rohmatin, 2018 juga penurunan kadar Hb ibu hamil.
membuktikan paritas tidak berhubungan Pekerjaan merupakan aktifitas yang
dengan anemia kehamilan disebabkan dilakukan untuk mendapatkan upah. Ibu
paritas 1 dan lebih dari satu juga hamil melakukan pekerjaan produktif
mengalami anemia. PenelitianAstriana untuk membantu suami dalam mencukupi
(2017), menunjukkan hasil yang berbeda kebutuhan rumah tangga. Ibu hamil yang
yaitu paritas berhubungan signifikan bekerja selain menjadi ibu rumah
dengan kejadian anemia kehamilan. Ibu tangga dan memperoleh penghasilan
dengan kategori paritas berisiko sebagian sendiri mempengaruhi ibu untuk
besar terjadi anemia kehamilan mendapatkan informasi terbaru tentang
dibandingkan ibu dengan kategori paritas kesehatan selama kehamilan seperti
tidak berisiko. anemia kehamilan (Purbadewi &
Pendidikan menentukan kemampuan Setiawati., 2013). Jenis pekerjaan diluar
ibu dalam pemahaman dan penerimaan rumah yang tidak menguntungkan ibu
informasi terkini yang mampu hamil karena rendahnya pendidikan
6
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

sehingga mendapatkan upah yang rendah setiap harinya. Ibu hamil dengan
pula disertai eksploitasi di tempat kerja pendapatan keluarga tinggi maka
yang sangat merugikan kesehatan ibu memungkinkan kebutuhan gizi sebagian
selama kehamilan. Jumlah jam kerja dan besar akan tercukupi, sedangkan apabila
beban kerja ganda yang dituntut bekrja ibu hamil dengan pendapatan keluarga
diura rumah untuk membantu dalam kategori kurang menyebabkan
perekonomian keluarga tanpa harus kemampuan untuk pemenuhan
melepaskan tanggung jawab pekerjaan kebutuhan makanan yang bergizi baik
sebagai ibu rumah tangga berakibat juga berkurang dan berdampak
gangguan kesehatan pada hamil sampai penurunan kualitas status gizi ibu hamil
dengan menyusui bahkan kematian ibu seperti anemia. Sumber makanan berupa
dan bayi (Angelia, 2014). Hasil penelitian protein hewani yang harganya sulit
ini pekerjaan signifikan berisiko terhadap dijangkau merupakan makanan yang baik
anemia kehamilan pada trimester III. Ibu dikonsumsi untuk mencegah anemia
yang bekerja produktif diluar rumah (Mariza, 2016). Sumber protein hewani
4,441 kali lebih berisiko terjadi anemia mampu meningkatkan absorbsi zat besi
selama kehamilan dibandingkan ibu dalam tubuh, sedangkan konsumsi protein
yang berperan hanya sebagai ibu rumah yang kurang maka penyerapan zat besi
tangga. Hal ini sejalan dengan Harahap, juga rendah oleh tubuh sehingga
2015 pekerjaan yang dilakukan ibu mengakibatkan anemia (Putri, et.al.,
berhubungan dengan anemia pada 2015). Penelitian menunjukan sosial
kehamilan. Namun hasil penelitian ini ekonomi keluarga bukan faktor risiko
berbeda dengan Penelitian Rismawati dan yang signifikan berpengaruh terhadap
Rohmatin, 2018 juga tidak ada hubungan anemia ibu hamil karena ibu hamil dengan
signifikan antara pekerjaan dengan anemia sosial ekonomi rendah memiliki proporsi
kehamilan Ibu dengan anemia sebagian yang sama antara kelompok kasus dan
kecil (33%) adalah ibu yang memiliki kontrol. Hasil penelitian sama dengan
pekerjaan di luar rumah sedangkan ibu Karaoglu et.al., 2010 yaitu pendaptan
hamil yang tidak anemia 44,4% memiliki keluarga rendah berisiko terhadap anemia
pekerjaan produktif (Safitri & Syahrul, kehamilan trimester III dengan besar
2015). Begitu pula menurut Amallia risiko 1,6 kali. Kondisi ini tidak sama
et. al. (2017) bahwa anemia kehamilan dengan penelitian Purwaningtyas dan
tidak berhubungan dengan pekerjaan, ibu Prameswari (2017) adalah tidak ada
yang memiliki pekerjaan produktif dan hubungan antara pendapatan dengan
hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga anemia kehamilan karena ibu hamil
memiliki risiko yang sama untuk dengan pendapatan kelaurga rendah
mengalami anemia kehamilan. memiliki proporsi sama antara anemiadan
Sosial ekonomi juga menentukan tidak anemia.
keadaan kesehatan ibu hamil baik Antenatal care (Pengawasan atau
secara fisik maupun psikologis. Ibu hamil perawatan selama kehamilan) merupakan
dengan sosial ekonomi baik maka akan pengawasan ibu hamil oleh tenaga
memberikan dampak baik pada status kesehatan dengan melakukan pemeriksaan
kesehatannya serta kualitas status gizi kehamilan baik pemeriksaan fisik maupun
pun akan meningkat karena asupan laboratorium untuk mendeteksi adanya
nutrisi juga berkualitas, selain itu ibu tanda kelainan baik fisik atau psikologis
tidak memiliki beban psikologis agar dapat segera ditanggulangi serta
tentang persiapan persalinan dan menghindari resiko semaksimal mungkin
pemenuhan kebutuhan rumah tangga. baik ibu dan bayi. Pelayanan antenatal
Status sosial ekonomi mempengaruhi care yang didapatkan ibu hamil
komposisi makanan yang dikonsumsi meliputi pemeriksaan kadar Hb untuk
7
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

mendeteksi anemia, konseling gizi, tidak signifikan berisiko terhadap


suplemen besi dan asam folat serta terjadinya anemia kehamilan di Kabupaten
pendidikan kesehatan yang memadai, Mojokerto disebabkan ibu yang teratur
sehingga faktor risiko anemia dapat dalam melakukan kunjungan pemeriksaan
ditekan. Dengan antenatal care yang kehamilan dan jumlah kunjungan
teratur akan mempermudah pemberian antenatal carenya kurang dari 7 tidak
tablet Fe kepada ibu hamil yang dapat memiliki perbedaan proporsi terhadap
meningkatkan kadar hemoglobin ibu kejadian anemia. Standar jumlah
selama masa kehamilan serta didukung kunjungan pemeriksaan kehamilan 7 yang
kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe digunakan peneliti diperoleh dari nilai
sehingga mampu mencegah anemia mean dari seluruh jumlah kunjungan yang
(Nurmasari & Sumarmi, 2019). Standar dilakukan responden. Hal ini tidak sejalan
minimal pelayanan antenatal care dengan Nurmasari dan Sumarmi, 2019
berkualitas yang diberikan bidan yaitu bahwa keteraturan kunjungan antenatal
standart 7T meliputi Timbang berat badan care memiliki hubungan signifikan
dan tinggi badan, mengukur tekanan dengan anemia kehamilan, ibu hamil yang
darah, pemeriksaan Tinggi fundus uteri, tidak teratur dalam melakukan
memberikan imunisasi Tetanus toxoid, pemeriksaan kehamilan 4 kali berisiko
pemberian Tablet tambah darah, Tes mengalami anemia dibandingkan yang
penyakit kelamin dan Temu wicara dalam teratur kunjungan periksa kehamilannya.
rangka persiapan rujukan (Putri, et Hasil penelitian Safitri dan Syahrul, 2015
al., 2015). Standart minimal kualitas menunjukkan antenatal care tidak
kunjungan antenatal care adalah 4 kali berhubungan dengan kejadian anemia
kunjungan meliputi 1 kali pada trimester pada ibu hamil yang berada di perdesaan
I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada atau perkotaan.Menurut Rismawati dan
trimester III (Prawirohardjo, 2011). Rohmatin (2018), frekuensi kunjungan
Antenatal care yang tidak rutin dan teratur pemeriksaan kehamilan berpengaruh
berdampak pada kondisi ibu dan bayi, terhadap terjadinya anemia kehamilan
karena rendahnya pemantauan kesehatan karena semakin teratur dalam melakukan
ibu sehingga apabila ada komplikasi tidak pemeriksaan kehamilan maka akan
mampu dilakukan penanganan sedini menurunkan resiko anemia melalui
mungkin mengakibatkan kehamilan dan pelayanan berupa pemeriksaan fisik,
persalinan yang berisiko tinggi. Hal ini pemberian suplemen serta penyuluhan
bisa berdampak peningkatan angka kesehatan ibu hamil.
kematian ibu dan angka kematian bayi. Hasil penelitian Putri et.al. (2015),
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan ibu hamil yang tidak teratur
keteraturan antenatal care buka dalam melakukan kunjungan antenatal
merupakan faktor risiko terjadinya anemia care sebagian besar memiliki kadar HB
pada ibu hamil trimester III. Ibu hamil kurang dari normal sedangkan ibu hamil
yang teratur melakukan kunjungan yang teratur kunjungan antenatal carenya
antenatal care sama besar risikonya hanya sebagian kecil yang mengalami
mengalami anemia dan tidak anemia anemia. Uji analisis diperoleh hasil ada
begitu pula sebaliknya yang tidak teratur hubungan signifikan antara keteraturan
antenatal carenya. pemeriksaan kehamilan dengan anemia
Uji statistik tentang pengaruh kehamilan. Ibu hamil yang tidak teratur
keteraturan antenatal care dan jumlah dalam melakukan pemeriksaan
kunjungan antenatal care terhadap kehamilan ke tenaga kesehatan 4,421 kali
kejadian anemia ibu hamil pada penelitian lebih besar berisiko dibandingkan dengan
ini diperoleh bahwa keteraturan antenatal ibu hamil yang teratur melakukan
care dan jumlah kunjungan antenatal care pemeriksaan kehamilan. Semakin teratur
8
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

ibu hamil memeriksakan kehamilannya triple burden pada perempuan merupakan


semakin rendah risiko mengalami bentuk ketidaksetaraan gender yang
anemia kehamilan. memberikan dampak kepada perempuan.
Wanita pada era modern saat ini Konflik akan sering muncul pada ibu
semakin tingginya kesadaran untuk yang memiliki pekerjaan, ibu harus
memiliki pekerjaan yang bisa melaksanakan tanggung jawab sebagai ibu
menghasilkan gaji untuk membantu rumah tangga setelah melakukan
perekonomian keluarga sehingga pekerjaan selain menjadi ibu rumah
kebutuhan rumah tangga bisa terpenuhi. tangga. Ibu akan kesulitan untuk mencapai
Namun norma yang ada dimasyarakat keseimbangan dalam menjalankan peran
yang menganut sistem patriarkhis domestik, produktif dan
meskipun ibu memiliki pekerjaan yang sosial/kemasyarakatan. Beban ganda ini
produktif menghasilkan uang tetap tidak akan memperpanjang waku ibu untuk
boleh melupakan pekerjaannya sebagai bekerja semakin panjang (lebih dari sama
ibu rumah tangga seperti memasak, dengan 8 jam) sehingga menimbulkan
mengasuh anak, menyapu, mencuci kelelahan (Juliana, et.al., 2018).
baju, dan lain- lain. Menurut Hidayati Semakin beratnya pekerjaan pada ibu
(2015), suami seharusnya ikut membantu tidak disertai dengan asupan nutrisi
istri dalam melakukan pekerjaan rumah kurang memenuhi kebutuhan gizi akan
tangga ketika istrinya memiliki peran menyebabkan kelelahan kronis yang
produktif selain harus menjalan peran berujung komplikasi ketika hamil sampai
domestik. Kemitraan suami dan istri nifas dan semakin rendah kemampuan
dalam menjalankan peran domestik bertahan hidup pada ibu dan bayi. Oleh
seharusnya bukan menjadi masalah, karena itu penting adanya keseimbangan
permasalahan sebenarnya adalah apabila kerja kelurga terutama pada masa
tidak ada kemitraan suami dan istri yang kehamilan dengan keterlibatan suami
sama memiliki peran produktif dalam dalam menjalankan peran domestik. Hasil
mengerjakaan pekerjaan urusan rumah penelitian ini didapatkan bahwa
tangga yang mengakibatkan triple burden keterlibatan suami dalam menjalankan
bukan hanya double burden bagi istri. peran domestik berpengaruh signifikan
Ketidakadaan keterlibatan suami dalam terhadap anemia kehamilan. Ibu hamil
menjalankan peran domestik karena dalam dimana suami tidak terlibat dalam
sitem patriakhis masih ada anggapan melaksanakan peran domestik 2,489 kali
bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan lebih besar berisiko terjadi anemia
tanggung jawab sepenuhnya seorang ibu kehamilan dibandingkan ibu hamil yang
meskipun ibu memiliki pekerjaan lain suaminya ikut berperan dalam
di luar rumah yang menghasilkan upah. melaksanakan peran domestik. Penelitian
Beban ganda (double burden) yang Harahap (2015), Triple burden yang
harus dikerjakan oleh ibu meliputi (1) dilakukan oleh ibu hamil berhubungan
peran domestic sebagai ibu rumah tangga signifikan dengan terjadinya anemia pada
yang harus mengurus suami dan anak dan kehamilan. Ketidakadilan gender dalam
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, (2) pembagian peran dan kseimbangan kerja
peran produktif baik dikerjakan dirumah dalam keluarga antara suami dan istri
maupun diluar rumah untuk menghasilkan menyebabkan double burden bagi istri.
uang yang bisa menambah pendapatan Keterlibatan suami dalam melakukan
keluarga, untuk ibu yang aktif dalam pekerjaan rumah tangga akan
keorganisasian profesi maupun menumbuhkan rasa kebersamaan dan
masyarakat harus menjalankan peran keharmonisan keluarga. Suami yang
kemasyarakatan juga akan dihadapkan membantu istrinya mengerjakan urusan
pada triple burden. double burden atau rumah tangga maka istri akan merasa
9
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

terbantu dengan perhatian suami


tersebut dan akan terwujud nilai SIMPULAN DAN SARAN
kemandirian pada suami (Rahmawaty, Simpulan
2015). Penelitian Supriyantini, 2002 Faktor risiko yang berpengaruh
bahwa suami dan istri yang bersama terhadap kejadian anemia kehamilan
terlibat dalam pekerjaan mengasuh anak trimester III adalah usia ibu, pendidikan
maka anaknya akan tumbuh dengan ibu, pekerjaan ibu dan keterlibatan suami
kemampuan dan keyakinan diri lebih dalam menjalankan peran domestik
besar, lebih matang, mudah bergaul keluarga. Usia, pekerjaan dan keterlibatan
dan mampu menghadapi berbagai macam suami dalam peran domestik dalam
masalah. keluarga merupakan faktor risiko yang
Masyarakat Jawa yang menganut paling dominan terhadap terjadinya
sistem patriarki memberi kedudukan ibu anemia kehamilan trimester III di
lebih rendah daripada suami. Suami kabupaten Mojokerto Tahun 2019
memiliki peran sebagai pencari nafkah dan
kepala rumah tangga dan tidak pernah Saran
memikirkan tentang pengeluaran Berdasarkan hasil penelitian yang
keuangan untuk kebutuhan rumah tangga didanai DRPM DIKTI maka di harapkan
sedangkan istri hanya memiliki tugas petugas kesehatan lebih mensosialisasikan
seperti memasak, mencuci dan lain-lain, tentang kesetaraan gender dilihat dari
mendukung karir suami, harus patuh keseimbangan peran antara suami dan istri
dengan suami, menjadi ibu untuk anaknya. pada masa kehamilana pada suami,
Ada ketidakseimbangan dalam pembagian keluarga dan masyarakat.
tugas suami dan istri yang mana suaami Tenaga kesehatan meningkatkan
memiliki proporsi kecil dalam pekerjaan kualitas pelayanan antenatal care pada
rumah tangga dan sepenuhnya pekerjaan standar pemeriksaan laboratorium
rumah tangga menjadi tanggung jawab khususnya pemeriksaan Hb dilakukan
istri meskipun istri memiliki pekerjaan rutin tiap trimester untuk mendeteksi
produktif. Pembagian peran antara suami secara dini anemia pada kehamilan serta
dan istri dibutuhkan untuk menjaga selalu memberikan konseling tentang
keseimbangan keluarga melalui nutrisi dan kepatuhan minum tablet Fe
kesepakatan dalam pembagian peran dan sebagai upaya pencegahan anemia pada
tugas sehari-hari serta komitmen untuk ibu hamil.
bertanggung jawab terhadap peran dan
tugasnya. Suami dan istri membagi peran DAFTAR PUSTAKA
secara seimbang dengan bersama-sama Amallia, S., Afriyani, R., Utami, S. P.
mengelola rumah tangga (Putri & 2017. Faktor Risiko Kejadian
Lestari, 2015). Anemia pada Ibu Hamil di Rumah
Pembahasan bukanlah penulisan Sakit BARI Palembang. Jurnal
ulang hasil penelitian, melainkan harus Kesehatan. 7(3): pp. 389-395.
berisi pernyataan ringkas bagian penting Angelia, N. 2014. Analisis Status
hasil penelitian, argumentasi yang Perempuan dan Kematian Ibu.
mendukung, pembahasan terhadap hasil Jurnal Ilmu Administrasi Publik.
penelitian lain yang relevan yang telah 2(1): pp. 31-39.
dipublikasikan dan kontribusi temuan Astriana, W. 2017. Kejadian Anemia pada
untuk pengayaan dan pengembangan ilmu Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
dan teknologi bagi masyarakat. Usia. Jurnal Ilmu Kesehatan.
2(2): pp. 123-130.

10
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

Breymann, C. 2015. Iron Deficiency Melku, M., Addis, Z., Alem, M.,
Anemia in Pregnancy. Seminars in Enawgaw, B. 2014. Prevalence and
Hematology. 52(4): pp. 339-347. Predictors of Maternal Anemia
Depkes RI. 2013. Laporan Riset during Pregnancy in Gondar,
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Northwest Ethiopia: An Institutional
Bidang Biomedis. Jakarta: Badan Based Cross-Sectional Study.
Penelitian dan Pengembangan Anemia Journal of Hindawi. pp. 1-
Kesehatan Kemenkes RI. 9.
Depkes RI. 2018. Hasil Riskesdas 2018. Nurmasari, V., Sumarmi, S. 2019.
Jakarta: Badan Penelitian dan Hubungan Keteraturan Kunjungan
Pengembangan Kesehatan Aantenatal care Dan Kepatuhan
Kemenkes RI. Tersedia di: Konsumsi Tablet Fe Dengan
http://www.depkes.go.id/resources/ Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
d ownload/info-terkini/hasil- Trimester III Di Kecamatan Maron
riskesdas- Probolinggo. Amerta Nutrition. 3(1):
2018.pdf. [diakses 12 Oktober pp. 46-51.
2019]. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan.
Harahap, J.R. 2015. Pengaruh Distribusi Jakarta: PT Bina Pustaka.
Makanan, Beban Ganda dan Purbadewi, L., Setiawati., U. Y. N.
Pengambilan Keputusan terhadap 2013. Hubungan Tingkat
Anemia dalam Kehamilan di Pengetahuan tentang Anemia
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbio dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Jaya Kabupaten Kampar. Jurnal Hamil. Jurnal Gizi Universtas
Proteksi Kesehatan. 4(1): pp. 79-90. Muhammadiyah Semarang.
Hidayati, N. 2015. Beban Ganda Purwandari, A., Lumy, F., Polak, F.
Perempuan Bekerja (Antara 2016. Faktor-Faktor Yang
Domestik dan Publik). Jurnal Berhubungan Dengan Kejadian
Muzawh. 7(2). Anemia. Jurnal Ilmiah Bidan.
Irawati, D. et.al. 2018. Maternal Mortality 4(1): pp. 62-68.
in Mojokerto District: 2017. Purwaningtyas, M. L., Prameswari, G.
Phetchaburi: Phetchaburi Rajbhat N. 2017. Faktor Kejadian Anemia
University. Pada Ibu Hamil. Higiea Journal Of
Juliana, M., Camelia, A., Rahmiwati, A. Public Health Research And
2018. Analisis Faktor Risiko Development. 1(3): pp. 43-54.
Kelelahan Kerja Pada Karyawan Putri, D. P. K., Lestari, S. 2015.
Bagian Produksi PT. Arwana Pembagian Peran Dalam Rumah
Anugrah Keramik, Tbk. Jurnal Ilmu Tangga Pada Pasangan Suami Istri
Kesehatan Masyarakat. 9(1): pp. Jawa. Jurnal Penelitian
53-63. Humaniora. 16(1): pp. 72-85.
Karaoglu, L. et. al. 2010. The Putri, P. H., Sulistyono, A., Mahmudah.
Prevalence of Nutritional Anemia in 2015. Analisis Faktor yang
Pregnancy in an East Anatolian Mempengaruhi Anemia pada
Province, Turkey. BMC Public Kehamilan Usia Remaja. Majalah
Health. Obstetri & Ginekologi. 23(1): pp.
Mariza, A. 2016. Hubungan Pendidikan 33-36.
Dan Sosial Ekonomi Dengan Rahmawaty, A. 2015. Harmoni Dalam
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Keluarga Perempuan Karir: Upaya
BPS T Yohan Way Halim Bandar Mewujudkan Kesetaraan Dan
Lampung Tahun 2015. Jurnal Keadilan Gender Dalam Keluarga.
Kesehatan Holistik. 10(1): pp. 5-8. Jurnal Palastren. 8(1): pp. 1-34
11
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :

Rajab, B., 2009. Kematian Ibu: Suatu


Tinjauan Sosial-Budaya. Jurnal
Masyarakat dan Budaya. 9 (2):
pp.237-254.
Rismawati, S., Rohmatin, E. 2018.
Analisis Penyebab Terjadianya
Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal
Buletin Media Informasi. 14(1):
pp.51-57.
Safitri, R. N., Syahrul, F. 2015. Risiko
Paparan Asap Rokok Terhadap
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil.
Jurnal Berkala Epidemiologi.
3(3): pp. 327–339.
Supriyantini, S. 2002. Hubungan Antara
Pandangan Peran Gender dengan
Keterlibatan Suami dalam Kegiatan
Rumah Tangga. Sumatera Utara:
USU.
Tanziha, I., Damanik, M. R. M., Utama,
L.J., Rosmiati, R. 2016. Faktor
Risiko Anemia Ibu Hamil Di
Indonesia. Jurnal Gizi
Pangan. (2): pp. 143-152.

12

You might also like