You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan

mutlak, antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang

normal, saluran telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur

(ovarium) normal, serta pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) pada saat yang tepat

(masa subur) (Prasetyadi dkk, 2012).

Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila kehamilan

masih berumur 0-12 minggu. Trimester kedua, apabila umur kehamilan lebih dari 12-28

minggu, serta trimester ketiga apabila umur kehamilan lebih dari 28-40 minggu

(Siswosuharjo dkk, 2010).

Untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil.

Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan

darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3

bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama

dan sekali lagi pada triwulan akhir agar mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil,

(Lastri, 2010).

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah

(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin

yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut

WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan

menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 –10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7

–8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).

Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua

ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15%

tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin

dalam rahim (Manuaba, 2008).

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi.

Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama

kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih

mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati, 2011).

Salah satu indikator tingkat kesehatan yang penting dan tantangan bagi bangsa

Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.00

kelahiran hidup (SDKI, 2009). Tingginya angka tersebut disebabkan antara lain oleh

keadan kesehatan dan gizi ibu yang rendah selama masa hamil, terlihat dengan masih

banyaknya kejadian anemia gizi besi pada ibu hamil yaitu 63.5 %.

Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu dinegara

berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam

kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya

saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama

di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata
kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.

Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah

dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).

Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor sosial, faktor

budaya dan faktor ekonomi. Kemiskinan masyarakat akan membawa kemiskinan

pengetahuan dan informasi. Dan pada kondisi kemiskinan, keluarga khususnya ibu akan

mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan berat bayi lahir rendah

(BBLR) (Anita,2007).

AKI dikota cilegon, hingga kini masih terrgolong tinggi sehingga perlu ada

peningkatan program kesehatan masyarakat AKI di kota cilegon. Angka kematian ibu

masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kesehatan

dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Sedangkan data yang diperoleh dari

profil Dinas Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2016 Kasus kematian ibu hamil yang

terjadi di Kota Cilegon terbilang masih tinggi. Tahun 2015 terdapat 15 kasus dan tahun

2016 sudah 16 kasus angka kematian ibu hamil yang disebabkan anemia (Dinkes Kota

Cilegon, 2016).

Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia yang dapat

menyebabkan AKI, kurangnya pengetahuan disini adalah ketidaktahuan akan tanda-

tanda, gejala dan dampak yang ditimbulkan oleh anemia akibatnya kalaupun individu

tersebut terkena anemia ia tidak merasa dirinya “sakit“ (Widiyanto, 2011).


Faktor penyebab terjadi pengetahuan yang kurang tentang anemia pada ibu

hamil secara tidak langsung adalah umur ibu, status ekonomi, perkerjaan, pendidikan,

paritas, umur kehamilan, jarak kelahiran, status gizi.

Berdasarkan studi pendahuluan di klinik masita tanggal 03 April tahun 2017

oleh peneliti terhadap 10 ibu hamil yang diberi pertanyaan tentang pengetahuan

anemia, didapatkan 4% orang ibu hamil yang mengetahui tentang anemia dan 6% orang

ibu hamil tidak mengetahui tentang anemia. Atas dasar tersebut menunjukan bahwa

pengetahuan ibu hamil di klinik masita tentang anemia relative masih rendah, kondisi

ini tentu memprihatinkan dan perlu upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu

hamil tentang anemia sehingga ibu hamil dapat mengetahui tentang anemia. Maka

penulis tertarik ingin melakukan penelitian ini yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA

UMUR, PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN ANEMIA

PADA IBU HAMIL DI KLINIK MASITA TAHUN 2017”

B. Identifikasi Masalah

1. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian. Kemiskinan masyarakat

akan membawa kemiskinan pengetahuan dan informasi.

2. Salah satu faktor masih tingginya angka kejadian anemia, kurangnya

pengetahuan disini adalah ketidaktahuan akan tanda-tanda, gejala dan dampak

yang ditimbulkan oleh anemia.


3. Usia kurang dari 20 tahun berpengaruh karena kurang pengetahuan akibatnya

mereka mengurangi makan sehingga asupan zat besi kurang yang berakibat bisa

terjadi anemia.

4. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh bahwa ibu tahu dan

paham tentang jumlah anak yang ideal.

5. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang anemia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti ini

dibatasi pada Hubungan Antara Umur, Paritas Dan Pendidikan Dengan Pengetahuan

Tentang Anemia Pada Ibu Hamil Di Klinik Masita Tahun 2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Adakah Hubungan Antara Umur, Paritas Dan Pendidikan Dengan Pengetahuan

Tentang Anemia Pada Ibu Hamil Di Klinik Masita Tahun 2017”

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Umur, Paritas Dan Pendidikan Dengan

Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu Hamil Di Klinik Masita Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya informasi pengetahuan anemia pada ibu hamil di klinik masita

tahun 2017.

b. Diperolehnya distribusi frekuensi umur ibu hamil di klinik masita tahun 2017.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu hamil di klinik masita tahun

2017.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil di klinik masita tahun

2017.

e. Diperolehnya hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan anemia di klinik

masita tahun 2017.

f. Diperolehnya hubungan paritas ibu hamil dengan pengetahuan anemia di

klinik masita tahun 2017.

g. Diperolehnya hubungan pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan anemia di

klinik masita tahun 2017.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman bagi penulis tentang aplikasi melakukan penelitian

mengenai hubungan dengan umur, paritas dan pendidikan dengan

pengetahuan pada ibu hamil.


2. Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kepada ibu hamil khususnya pada penderita anemia.

3. Bagi Pendidikan

Menjadikan data awal maupun panduan untuk penelitian selanjutnya dan

dapat bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan di Universitas Muhammadiyah

Tangerang.

You might also like