You are on page 1of 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Portal Jurnal Malahayati (Universitas Malahayati)

JURNAL KEBIDANAN
Vol 5, No 2, April 2019 : 106-115

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL

Tessa Sjahriani1), Vera Faridah2)

1ProdiPendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati


Email: tessasah@gmail.com
2ProdiPendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

Email: verafaridah@malahayati.ac.id

ABSTRACT

Background: The prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia ranges from 20-80%, but in
general a lot of studies show greater 50%. In the western part of Indonesia it is high, Aceh is 56.6%, North
Sumatra is 77.9%, West Sumatra is 8.9%, Riau is 65.6%, Jambi is 74.2%, South Sumatra is 58.3%, Lampung 60,
7%.
Purpose: To analyze the factors associated with the incidence of anemia in pregnant women in the
working area of Lahat Bandar Jaya Lahat Health Center in 2016.
Methods: Sampling using analytical design, cross sectional design with purposive sampling technique, the
sample amounted to 49 respondents. The independent variables are the age of pregnant women, parity, birth
distance, gestational age, and knowledge. And the dependent variable is the incidence of anemia in pregnant
women. Data were analyzed using Chi Square.
Results: The highest age of pregnant women was <20 years old and> 35 years old as many as 28
respondents (75.1%), <4 parity as many as 45 respondents (81.63%), <2 years birth spans were 26 respondents
(53, 1%), TM III as many as 25 respondents (51.0%), less knowledge as many as 28 respondents (57.1%), the
incidence of anemia was 26 respondents (53.1%). There was a relationship between the age of pregnant women
(p = 0,000), birth distance (p = 0,000), gestational age (p = 0,000), and knowledge (p = 0,000), with the incidence
of anemia in pregnant women. And there is no parity relationship (p = 0.472) with anemia in pregnant women.
Conclusion: There is a relationship between the age of pregnant women, birth distance, gestational age,
and knowledge, with the incidence of anemia in pregnant women. And there is no relationship between parity and
the incidence of anemia in pregnant women

Keyword : anemia in pregnant women, birth distance, parity, gestational age

ABSTRAK

Latar belakang :Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada
umumnya banyak penelitian yang menunjukkan lebih besar yaitu 50%. Di wilayah Indonesia bagian barat
tergolong tinggi, Aceh 56,6%, Sumatera utara 77,9%, Sumatera Barat 8,9%, Riau 65,6%, Jambi 74,2%,
Sumatera Selatan 58,3%, Lampung 60,7%.
Tujuan penelitian : Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya Lahat Kabupaten Lahat tahun 2016.
Metode : Pengambilan sampel menggunakan desain analitik, rancangan cross sectional dengan teknik
purposive sampling, Sampel berjumlah 49responden. Dengan variabel independen adalah usia ibu hamil, paritas,
jarak kelahiran, usia kehamilan, dan pengetahuan. Dan variabel dependen adalah kejadian anemia pada ibu
hamil. Data dianalisis menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian: Usia ibu hamil terbanyak yaitu usia <20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 28 responden
(75,1%), paritas <4 sebanyak 45 responden (81,63%), jarak kelahiran <2 tahun sebanyak 26 responden (53,1%),
TM III sebanyak 25 responden (51,0%), pengetahuan kurang sebanyak 28 responden (57,1%), kejadian anemia
sebanyak 26 responden (53,1%). Ada hubungan antara usia ibu hamil (p = 0,000), jarak kelahiran (p = 0,000),
usia kehamilan (p = 0,000), dan pengetahuan (p = 0,000), dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dan tidak ada
hubungan paritas (p = 0,472) dengan anemia pada ibu hamil.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 107

Simpulan : Ada hubungan antara usia ibu hamil, jarak kelahiran, usia kehamilan, dan pengetahuan,
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dan tidak ada hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu
hamil.

Kata kunci : Anemia ibu hamil, Jarak Kelahiran, Paritas, Usia kehamilan.

PENDAHULUAN kematian (Handoko, 2010). Prevalensi anemia yang


Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan tinggi dapat membawa akibat negatif seperti
ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb), gangguan dan hambatan pada pertumbuhan dan
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Kadar Hb kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan
dan sel darah sangat bervariasi tergantung pada kurangnya oksigen yang ditransfer ke seluruh tubuh
usia, jenis kelamin, ketinggian suatu tempat, serta maupun otak (Manuaba, 2010).
keadaan fisiologi tertentu (Sudoyo, 2013). Menurut Dari penelitian Herawati, dkk (2010). Faktor-
Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi pada
kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan Tahun
gr% pada trimester I dan III atau <10,5 gr% pada 2010. Jurnal Kesehatan Kartika, 1(1), pp.51-8.
trimester II. Anemia lebih sering dijumpai dalam diketahui bahwa dari 81 responden yang diteliti,
kehamilan karena dalam kehamilan kebutuhan akan sebagian besar responden (54,3%)
zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan- menderita anemia dengan kadar haemoglobin < 11
perubahan dalam darah dan sumsum tulang gr% (Herawati, dkk, 2010). Berdasarkan
(Prawirohardho, 2014). Anemia pada umumnya Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI
terjadi di seluruh dunia, terutama di negara (2012), Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat
berkembang, pada kelompok sosial ekonomi mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-
rendah, meliputi pendidikan, pekerjaan, rata kematian ini jauh melonjak dibandingkan hasil
pendapatan. Pada kelompok dewasa terjadi pada SDKI tahun 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu,
wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan meningkatnya kematian ibu tentu sangat
wanita menyusui karena banyak mengalami mempersulit pemerintahan yang sebelumnya
defisiensi Fe. bertekad menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu
Menurut World Health Organization pada 2015 sesuai dengan target Millenium
prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia Development Goals/MDGs (Kemenkes, 2012).
defisiensi Fe sekitar 35-75% yang semakin Anemia pada ibu hamil masih merupakan
meningkat seiring dengan pertambahan usia salah satu masalah nasional karena mencerminkan
kehamilan. Sementara persentase wanita hamil dari nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
keluarga miskin terus meningkat seiring pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
bertambahnya usia kehamilan dalam trimester I sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut
(sebanyak 8%), trimester II sebanyak 12%, dan ‘potential danger to mother and child’, karena itulah
trimester III sebanyak 29% (Fatmah, 2014). anemia memerlukan perhatian dari semua pihak
Secara keseluruhan, anemia terjadi pada yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
45% wanita di negara berkembang dan 13% di terdepan (Manuaba, 2010).
negara maju (Fatmah, 2014). Sedangkan menurut Tahun 1970 Depkes RI telah melaksanakan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) suatu program pemberian tablet besi pada ibu hamil
8% pada negara maju, 40,1% di negara Indonesia. di Puskesmas dan posyandu dengan
Prevalensi anemia pada wanita hamil di mendistribusikan tablet tambah darah, dimana satu
Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya tablet berisi 200 mg ferrosulfat dan 0,25 mg asam
banyak penelitian yang menunjukkan anemia pada folat (setara dengan 60 mg besi dan 0,25 mg asam
wanita hamil yang lebih besar dari 50%. Di wilayah folat). Setiap ibu hamil dianjurkan minum tablet besi
Indonesia bagian barat daerah tergolong tinggi, dengan dosis satu tablet setiap hari selama
anemia di Aceh sebanyak 56,6%, Sumatera utara kehamilannya dan empat puluh hari setelah
77,9%, Sumatera Barat 8,9%, Riau 65,6%, Jambi melahirkan. Tablet besi disediakan oleh pemerintah
74,2%, Sumatera Selatan 58,3%, Lampung 60,7%. dan diberikan kepada ibu hamil secara gratis
Dalam penanggulangan anemia pada ibu hamil, melalui sarana pelayanan kesehatan (Depkes RI,
Depkes telah mempunyai kebijaksanaan agar 2009).
anemia tidak berdampak terhadap kondisi Kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan +
persalinan dan nifas yang beresiko terhadap 900 mg Fe untuk pembentukan sel darah ibu,

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


108 Tessa Sjahriani, Vera Faridah

plasenta dan darah janin. Jika persediaan bahan makanan yaitu menambahkan zat besi,
cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan asam folat, vitamin A dan asam amino esensial
menguras persendiaan Fe tubuh dan menimbulkan pada bahan makanan yang dimakan secara luas
anemia pada kehamilan berikutnya. Pada oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini
kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil
hamil mengalami hemodilusi dengan peningkatan produksi industri pangan.Suplementasi besi-folat
volume 30-40% yang puncaknya terjadi pada usia secara rutin selama jangka waktu tertentu,
kehamilan 32-34 minggu. Jumlah peningkatan sel bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara
darah 18-30%, Hb sekitar 19%. cepat. Dengan demikian suplemen zat besi hanya
Bila Hb ibu sebelum hamil sekitar 11%, merupakan salah satu upaya pencegahan dan
dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti
anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu beresiko dengan cara lain.
menurun menjadi 9,5-10%. Setelah persalinan Untuk itu pengetahuan ibu hamil tentang zat
dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan besi sangat diperlukan untuk mencegah ibu
beresiko mengalami kehilangan zat esi sekitar 900 mengalami anemia (Esse P, 2012). Penelitian Esse
mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan P (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
jasmani yang optimal untuk dapat menyiapkan ASI hamil mempunyai pengetahuan kurang tentang
untuk perkembangan da pertumbuhan bayi. Dalam penyebab, gejala, dan dampak anemia serta zat
keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat pelancar dan penghambat absorpsi zat besi yaitu
dilaksanakan dengan baik (Manuaba, 2010). sebanyak 33 orang (65%).
Hasil survey SDKI (2012) persentase dari Penelitian Herawati, dkk (2010)
keseluruhan wanita hamil, sekitar 40% telah menyebutkan bahwa ibu hamil di Puskesmas
mendapatkan informasi tentang tanda-tanda Jalaksana Kuningan sebagian besar umur
komplikasi kehamilan, dari keseluruhan wanita kehamilan berusia 4-6 bulan (Trisemester II)
hamil sebesar 60% telah mendapatkan pelayanan (44,4%), sebagian besar merupakan multigravida
berupa pemberian pil zat besi atau sirup (50,6%), dan berdasarkan paritas sebagian besar
(Kemenkes, 2012). Berdasarkan data dari Dinas responden (64,2%) ibu hamil tidak beresiko
Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (paritas ≤3 kali). Sedangkan penelitian Noverstiti,
jumlah ibu hamil sebanyak 634 orang, dengan E., (2012) menyebutkan bahwa sebagian besar
anemia sebanyak 232 orang (36,5%), sedangkan responden memiliki paritas yang rendah (77,05 %),
pada tahun 2010 jumlah ibu hamil sebanyak 670 jarak kehamilan yang jauh (67,21 %) dan tingkat
orang, dengan anemia sebanyak 491 orang (73,2%) pengetahuan yang baik. Berdasarkan survey
(Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2010), pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja
Salah satu faktor penyebab anemia pada ibu Puskesmas Bandar Jaya Lahat, Kabupaten Lahat
hamil adalah kurangnya pengetahuan tentang pada bulan April 2016, dari 84 orang ibu hamil yang
pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi yang memeriksakan diri ke Puskesmas Bandar Jaya 225
dapat memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya orang diantaranya mengalami anemia dengan Hb
selama kehamilan. Zat gizi yang sangat penting <11 gr% dan dari beberapa ibu hamil yang berumur
bagi ibu hamil adalah zat besi, jika asupan ibu <20 tahun yang diwawancarai menyampaikan
kurang akan meningkatkan resiko terjadinya bahwa dalam perolehan tablet zat besi yang
anemia, yang berakibat pada gangguan diberikan, tidak dikonsumsi secara baik dengan
pertumbuhan dan perkembangan janin. Dampak alasan ketidaktahuan manfaat tablet zat besi.
anemia pada ibu hamil yaitu abortus, partus
premature, partus lama, perdarahan postpartum, METODOLOGIPENELITIAN
syok, infeksi intrapartum/postpartum (Prawirohardjo, Penelitian ini merupakan jenis penelitian
2014). kuantitatif analitik dengan rancangan penelitian
Upaya pencegahan dan penanggulangan cross sectional. Rancangan ini dipilih untuk menilai
anemia pada ibu hamil menurut Depkes (2012) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
yaitu : Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber anemia pada ibu hamil. Analisis menyangkut ada
alami, terutama makanan sumber hewani (hemiron) tidaknya hubungan antara variabel, dan
yang mudah diserao seperti hati, daging, ikan. pengambilan data dilakukan pada suatu waktu
Selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang tertentu dengan cara wawancara kepada responden
banyak mengandung vitamin C dan A (buah dan dengan memakai kuesioner. Penelitian dilakukan di
sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan wilayah kerja Puskesmas tahun 2016 pada bulan
membantu proses pembentukan Hb.Fortifikasi Desember 2016.Pengumpulan data diperoleh dari

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 109

data sekunder di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Responden
Kabupaten Lahat tahun 2016. Berdasarkan Paritas
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya Paritas Frekuensi Presentase
Lahat Kabupaten Lahat tahun 2016, sebanyak 49 ≥4 4 8,17%
responden. Besar sampel dihitung dengan <4 45 91,83%
menggunakan rumus Slovin. Adapun penentuan Jumlah 49 100%
sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu penentuan sampel yang dilakukan Tabel 3 Tabel Distribusi Frekuensi Responden
secara acak. Maka didapatkan sampel pada Berdasarkan Jarak Kelahiran
penelitian ini adalah 49 responden dengan kriteria
sampel sebagai berikut : Jarak Kelahiran Frekuensi Presentase
 Kriteria inklusi : < 2 tahun 26 53,1%
1) Ibu hamil yang memeriksakan kehamilan >2 tahun 23 46,9%
di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Jumlah 49 100%
Kabupaten Lahat tahun 2016.
2) Ibu hamil yang bersedia menjadi Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden
responden. Berdasarkan Jarak Kelahiran diatas terlihat jarak
 Kriteria eksklusi : kelahiran <2 tahun sebanyak 26 responden
Tidak memiliki penyakit kronis seperti kanker, (53,1%), dan jarak kelahiran >2 tahun sebanyak 23
ulkus peptikum, diabetes mellitus, hemoroid, responden (46,9%).
tuberculosis, glomerulonefritis, pneumonia, dan
hepatitis.alami oedem. Tabel 4 Tabel Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Usia Kehamilan
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :
 Variabel terikat : Kejadian anemia pada ibu Usia Kehamilan Frekuensi Presentase
hamil. TM I 9 18,4%
 Variabel bebas: usia ibu hamil, paritas, jarak TM II 15 30,6%
kelahiran, usia kehamilan, dan pengetahuan. TM III 25 51%
Jumlah 49 100
HASIL
Analisis Univariat Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan diatas terlihat TM III
Berdasarkan Usia Ibu Hamil sebanyak 25 responden (51,0%), TM II sebanyak
15 responden (30,6%), TM I sebanyak 9 responden
Usia Ibu Hamil Frekuensi Presentase (18,4%).
< 20 tahun 19 38,8% Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden
20-35 tahun 21 42,9% Berdasarkan Pengetahuan dibawah terlihat
>35 tahun 9 18,4% pengetahuan kurang sebanyak 28 responden
Jumlah 49 100% (57,1%), dan pengetahuan baik sebanyak 21
responden (42,9%).
Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Usia Ibu Hamil diatas terlihat usia ibu
hamil terbanyak yaitu usia <20 tahun dan >35 tahun Tabel 5 Tabel Distribusi Frekuensi Responden
sebanyak 28 responden (75,1%), selanjutnya usia Berdasarkan Pengetahuan
<20 tahun sebanyak 19 responden (38,8%), usia >
35 tahun sebanyak 9 responden (18,4%). Jarak Kehamilan Frekuensi Presentase
Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden Baik 21 42,9%
Berdasarkan Paritas diatas terlihat paritas <4 Kurang 28 57,1%
sebanyak 45 responden (81,63%), dan paritas ≥4 Total 49 100%
sebanyak 4 responden (8,17%).

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


110 Tessa Sjahriani, Vera Faridah

Tabel 6 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Analisa ini digunakan untuk melihat
Berdasarkan Kejadian Anemia hubungan antara variabel yang diteliti dengan
kejadian KEK pada ibu hamil, hubungan antara usia
Kejadian Anemia Frekuensi Presentase ibu hamil, paritas, jarak kelahiran, usia kehamilan,
Anemia 26 53,1% dan pengetahuan. Uji statistik yang dilakukan pada
Tidak Anemia 23 46,9% analisis bivariat ini adalah chi square dengan
Total 49 100% derajat kepercayaan 95% (α = 95%). Berdasarkan
hasil uji statistik akan diperoleh nilai probabilitas (p-
Dari tabel Distribusi Frekuensi Responden value) < 0,05 (pada CI ; 95%) maka H0 ditolak dan
Berdasarkan Kejadian Anemia diatas terlihat Ha diterima yang bearti ada hubungan yang
kejadian anemia sebanyak 26 responden (53,1%), bermakna dan jika probabilitas (p-value) > 0,05
dan tidak anemia sebanyak 23 responden (46,9%). maka H0 diterima dan Ha ditolak yang bearti tidak
ada hubungan yang bermakna (Siswanto, Susila
Analisis Bivariat dan Suyanto, 2013).

Tabel 7 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia
Variabel n p OR CI
Anemia Tidak Anemia
Usia Ibu <20 tahun dan >35 tahun 22 6 28
0,000 15,583 3,787-64,12
Hamil 20-35 tahun 4 17 21

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian dengan resiko usia ibu hamil<20 tahun dan >35
besar responden adalah usia <20 tahun dan >35 tahun dapat menyebabkan kejadian anemia
tahun, dengan hubungan yang signifikan antara sebesar 15 kali lipat.
usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p 0,000)

Tabel 8 Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia
Variabel N P OR CI
Anemia Tidak Anemia
≥4 3 1 4
Paritas 0,472 - -
<4 23 22 45

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian hubungan yang tidak signifikan antara paritas
besar responden dengan paritas <4, dengan dengan kejadian anemia (p 0,472).

Tabel 9 Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia
Variabel n p OR CI
Anemia Tidak Anemia
<2 tahun 20 3 23
Jarak kelahiran 0,000 22,222 4,869-101,420
>2 tahun 6 20 26

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian Tabel dibawah menunjukkan bahwa


besar responden dengan jarak kelahiran >2 tahun, sebagian besar responden dengan usia kehamilan
dengan hubungan yang signifikan antara jarak TM III, dengan hubungan yang signifikan antara
kelahiran dengan kejadian anemia (p 0,000) dengan usia kehamilan dengan kejadian anemia (p 0,000)
resiko jarak kelahiran <2 tahun dapat menyebabkan dengan resiko usia kehamilan TM I dan II dapat
kejadian anemia sebesar 22 kali lipat. menyebabkan kejadian anemia sebesar 19 kali
lipat.

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 111

Tabel 10 Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia
Variabel Tidak n p OR CI
Anemia
Anemia
TM III 21 4 25
Usia kehamilan 0,000 19,950 4,662-85,380
TM I dan II 5 19 24

Tabel 11 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia

Kejadian Anemia
Variabel Tidak n p OR CI
Anemia
Anemia
Baik 18 3 21
Pengetahuan 0,000 15,000 3,443-65,355
Kurang 8 15 23

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian membukttikan kesuburan mereka), tetapi remaja
besar responden dengan pengetahuan kurang, tetap menghadapi resiko-resiko kesehatan
dengan hubungan yang signifikan antara sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak
pengetahuan dengan kejadian anemia (p 0,000) memandang status perkawinan mereka. Kehamilan
dengan resiko pengetahuan kurang dapat yang terjadi pada sebelum remaja berkembang
menyebabkan kejadian anemia sebesar 15 kali secara penuh, juga dapat memberikan resiko
lipat. bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat
persalinan, berat badan lahir rendah, dan
PEMBAHASAN kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah
Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian untuk bayi tersebut. Wanita hamil kurang dari 20
Anemia tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun
Dari hasil penelitian didapatkan responden pertumbuhan dan perkembangan janin karena
usia <20 tahun dan >35 tahun yang mengalami belum matangnya alat reproduksi untuk hamil.
kejadian anemia sebnayak 22 orang (44,9%). Hal Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun)
ini sesuai dengan Depkes (2014) dimana kadar Hb lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi
7,0-10,0 mg/dl banyak ditemukan pada kelompok sehat antara 20-30 tahun, keadaan tersebut akan
umur <20 tahun sebanyak 46% dan kelompok umur makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan
35 tahun atau lebih sebanyak 48%. Bila umur ibu (stres) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga
pada saat hamil relatif muda (<20 tahun) akan memudahkan terjadinya keguguran. Kehamilan
beresiko terkena anemia, hal ini dikarenakan pada remaja dibawah usia 20 tahun mempunyai resiko;
umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang sering mengalami anemia, gangguan tumbuh
membutuhkan zat gizi lebih banyak dibandingkan kembang janin, keguguran, preamturitas, atau
dengan umur diatasnya. Bila zat gizi tidak BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi, dan
terpenuhi, akan terjadi kompensasi zat gizi antara perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2014).
ibu dengan bayinya (Wijianto, 2012). Resiko mengalami anemia dan keguguran
Usia seorang wanita pada saat hamil spontan tampak meningkat dengan bertambahnya
sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, usia terutama setelah usia 30 tahun, baik
umur yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
tahun beresiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan dengan usia yang lebih tua lebih besar
seorang perempuan untuk hamil jugameliputi kemungkinan mengalami keguguran baik janinnya
kesiapan fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi normal atau abnormal. Semakin lanjut usia wanita,
(Depkes, 2014). Remaja adalah individu yang semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur
berumur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian juga semakin kurang peka terhadap rangsangan
pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka resiko
komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi terjadinya abortus makin meningkat disebabkan
keguguran. karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum
Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan dan meningkatnya resiko kejadian kelainan
para remaja muda yang sudah menikah merupakan kromosom (Prawirohardjo, 2014).
keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


112 Tessa Sjahriani, Vera Faridah

Berbeda dengan penelitian Herawati, C., dkk Dari penelitian Noverstiti, E. (2012) diketahui
(2010) bahwa dari 81 responden, dari 30 responden bahwa responden yang mengalami anemia lebih
umur ibu yang beresiko sebagian besar ibu banyak pada paritas tinggi yaitu sebanyak 64,3 %,
menderita anemia (70%), dan dari hasil bila dibandingkan pada paritas rendah sebanyak
uji hubungan diketahui p value (0,332) yang berarti 40,4 %. Penelitian tersebut juga menunjukkan tidak
tidak ada hubungan antara adanya hubungan antara
umur dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. paritas dengan kejadian anemia, yang kemungkinan
Juga penelitian yang dilakukan oleh Lulu (2009) disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang pada ibu hamil dengan paritas tinggi seperti sikap,
bermakna antara umur ibu yang berumur 20 tahun tindakan, jarak kehamilan sebelumnya. Selain itu,
dan > 35 tahun dengan ibu yang berumur antara pada saat penelitian beberapa responden
20-35 tahun (p>0.05). Ibu yang berumur dibawah ditemukan memiliki paritas <4, termasuk ibu hamil
20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan yang sedang hamil anak pertama, sehingga tidak
menderita anemia disebabkan oleh faktor fisik dan diperoleh perbedaan yang bermakna antara ibu
psikis. Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 hamil yang anemia dengan yang tidak anemia.
tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia
ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul Dari penelitian Herawati, C., dkk (2010)
biasanya karena usia remaja menginginkan tubuh diketahui bahwa pada ibu yang
yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan mempunyai paritas beresiko sama-sama
diet yang ketat tanpa memperhatikan mempunyai resiko mengalami anemia gizi (50%),
keseimbangan gizi sehingga pada saat memasuki dan dari hasil uji hubungan didapatkan p value
kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan (1,00) yang berarti tidak
ibu yang berusia diatas 35 tahun rentan terhadap ada hubungan antara paritas dengan kejadian ane
penurunan daya tahan tubuh, sehingga mia gizi pada ibu hamil. Penelitian ini
mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
terserang penyakit (Lulu, 2009). oleh Mamah (2006) dalam Herawati, C., dkk (2010),
pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia Majalengka, menyatakan bahwa
pada Ibu Hamil ibu dengan paritas >4 mempunyai resiko lebih tinggi
Dari hasil penelitian didapatkan paritas <4 dibanding dengan ibu yang mengalami paritas <4
sebanyak 45 responden (91,83%), hal ini sesuai kali, dengan nilai p=0.024. Anemia pada kehamilan
dengan penelitian Nurhidayati (2013) dimana disebabkan oleh adanya hemodilusi atau
distribusi tertinggi adalah paritas rendah yaitu pengenceran darah. Secara fisiologis
jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik hidup ibu dengan paritas atau riwayat kelahiran yang
maupun mati <4 kali kelahiran yaitu sebanyak 79 terlalu sering akan mengalami peningkatan volume
responden (97,5%). Dimana makin tinggi paritas plasma darah yang lebih besar sehingga
maka makin tinggi resiko kematian maternal, yang menyebabkan hemodilusi yang lebih besar pula. Ibu
dapat diantisipasi dengan program Keluarga yang telah melahirkan lebih dari 4 kali berisiko
Berencana (Prawirohardjo, 2014). mengalami komplikasi serius seperti perdarahan,
Paritas >4 dapat meningkatkan frekuensi hal ini dipengaruhi keadaan anemi selama
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, seperti kehamilan. Disamping itu pendarahan yang terjadi
meningkatnya resiko terjadinya kematian janin mengakibatkan ibu banyak kehilangan haemoglobin
didalam kandungan dan perdarahan sebelum dan dan cadangan zat besi menurun sehingga
setelah melahirkan dimana hal tersebut dapat kehamilan berikutnya menjadi lebih berisiko untuk
berakibat fatal, sebab wanita yang sudah sering mengalami anemia lagi (Herawati, C., dkk, 2010).
melahirkan dapat berakibat kerusakan pada
pembuluh darah dan vaskularisasi dinding uterus Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian
akibat persalinan yang lampau, sehingga aliran Anemia pada Ibu Hamil
darah ke plasenta tidak memadai, yang akhirnya Dari hasil penelitian didapatkan jarak
dapat menurunkan fungsinya dan mempengaruhi kelahiran <2 tahun yaitu sebanyak 26 responden
sirkulasi nutrisi ke janin. Memiliki riwayat banyak (53,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian
mengeluarkan darah dapat menyebabkan terjadinya Nurhidayati (2013) dimana distribusi tertinggi adalah
anemia pada kehamilan berikutnya (Prawirohardjo, jarak kelahiran >2 tahun sampai <10 tahun
2014). sebanyak 53 responden (66,3%) (Nurhidayati,
2013). Jarak kelahiran terlalu dekat dapat

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 113

menyebabkan terjadinya anemia. Salah satu faktor disebabkan oleh karena terjadinya perubahan
yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada fisiologis pada kehamilan yang dimulai pada minggu
wanita hamil adalah jarak kelahiran pendek, karena ke-6 kehamilan yaitu bertambahnya volume plasma
kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan yang mencapai puncaknya pada minggu ke-26,
kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, tetapi ia sehingga mengakibatkan penurunan kadar Hb.
sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin
yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2014). Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
Dari penelitian Noverstiti, E. (2012) diketahui Anemia pada Ibu Hamil
bahwa responden yang mengalami anemia lebih Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
banyak pada jarak kehamilan yang dekat yaitu pengetahuan terbanyak yaitu pengetahuan kurang
sebanyak 75,0 % bila dibandingkan pada jarak sebanyak 28 responden (57,1%), dimana hal ini
kehamilan yang jauh sebanyak 31,7 %. sejalan dengan penelitian Salmariantity (2012) yang
Berdasarkan hasil uji menggunakan Continuity menyatakan bahwa prevalensi ibu hamil yang
Corrections, didapatkan nilai p=0,004 (p<0,05) yang mengalami anemia dengan pengetahuan kurang
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan sebanyak 48 responden (66,7%) dan pengetahuan
antara jarak kehamilan baik sebanyak 24 responden (33,3%). Pengetahuan
sebelumnya dengan kejadian anemia pada ibu gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola
hamil trimester III. di wilayah kerja Puskesmas Air konsumsi pangan. Semakin banyak pengetahuan
Dingin kota Padang pada tahun 2012. tentang gizi dan kesehatan, maka akan semakin
beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi,
Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian sehingga dapat dapat memenuhi kecukupan gizi,
Anemia pada Ibu Hamil mempertahankan kesehatan individu dan
Dari hasil penelitian didapatkan usia menghindari anemia. Tablet besi dapat
kehamilan terbanyak ada pada TM III yaitu menimbulkan efek samping yang mengganggu,
sebanyak 25 responden (51,0%) dengan p-value sehingga ibu hamil cenderung menolak konsumsi
0,000. Menurut Herawati, C., dkk (2010) obat tersebut. Penolakan tersebut sebenarnya
meningkatnya usia kehamilan ibu beresiko besar berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa
menimbulkan anemia, apabila tidak selama kehamilan mereka memrlukan tambahan
diimbangi dengan pola makan yang seimbang dan zat besi. Untuk itu agar dapat dipahami makan ibu
konsumsi Fe secara teratur. Dimana pada ibu hamil hamil dirasakan perlu diberi pendidikan yang tepat
di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Kabupaten Lahat mengenai bahaya yang mengancam akibat anemia,
diduga faktor rendahnya kesadaran ibu hamil TM III dimana salah satu penyebab anemia adalah
untuk mengkonsumsi tablet besi sangat defisiensi zat besi (Arisman, 2012).
mempengaruhi. Dari penelitian Noverstiti, E. (2012) diketahui
Penelitian Herawati, C., dkk (2010) bahwa responden yang mengalami anemia lebih
menyebutkan bahwa hubungan antara banyak pada tingkat pengetahuan kurang yaitu
umur dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil sebanyak 100 %, bila dibandingkan pada tingkat
(p 0,003). Status anemia pada kehamilan pengetahuan sedang sebanyak 75,0 %, dan tingkat
menunjukkan bahwa proporsi anemia pada pengetahuan tinggi sebanyak 45,9 %. Berdasarkan
kehamilan trisemester III sebesar 72.7% ini hasil uji menggunakan Pearson Chi-Square,
menunjukan bahwa umur kehamilan trisemester III didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang
lebih banyak menderita anemia dibanding menunjukkan terdapat hubungan yang sangat
trisemester I dan trimester II. Hemodilusi atau signifikan antara tingkat pengetahuan
pengenceran darah selama kehamilan akan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
mencapai maksimal 5-8 bulan, faktor hemodilusi ini III. Hasil ini sejalan dengan teori Benyamin Bloom
dapat menyebabkan kadar hemoglobin darah ibu bahwa perilaku terdiri atas kognitif (pengetahuan),
menurun hingga mencapai 10 gr/dl. Oleh sebab itu, afektif (sikap), dan psikomotor (tindakan). Yang
semakin meningkatnya usia kehamilan ibu maka berarti bahwa perilaku sehat untuk tidak
resiko untuk menderita anemia menjadi semakin menderita anemia dipengaruhi oleh pengetahuan
besar apabila tidak diimbangi dengan pola makan tentang pengertian, penyebab, akibat,
yang seimbang dan konsumsi Fe secara teratur. penanggulangan anemia.
Hal ini berbeda dengan penelitian Martuti
dan Sukati (2014) yang menyatakan bahwa ada SIMPULAN
kecenderungan hubungan negaif antara umur Karakteristik usia ibu hamil terbanyak yaitu
kehamilan dengan kadar Hb ibu hamil. Hal ini usia <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 28

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


114 Tessa Sjahriani, Vera Faridah

responden (75,1%), paritas <4 sebanyak 45 Depkes RI. Studi Tindak lanjut Ibu Hamil. 2014. Hal
responden (81,63%), jarak kelahiran <2 tahun 57-67.
sebanyak 26 responden (53,1%), TM III sebanyak Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. Profil
25 responden (51,0%), pengetahuan kurang Kesehatan di Sumatera Selatan. 2010.
sebanyak 28 responden (57,1%), kejadian anemia Esse Puji, dkk. Hubungan Pengetahuan Ibu dan
sebanyak 26 responden (53,1%).Ada hubungan Pola Konsumsi dengan Kejadian Anemia
yang bermakna antara usia ibu hamil dengan Gizi pada Ibu Hamil di Puskesmas Kassi-
kejadian anemia di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Kassi. Media Gizi Pangan, 2012.
Kabupaten Lahat (p-value = 0,000).Tidak ada Fatmah. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
hubungan yang bermakna antara paritas dengan Raja Grafindo Persada. 2014. Hal 66-70.
kejadian anemia di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Handoko dan Proverawati, A. Nutrisi Janin dan Ibu
Kabupaten Lahat (p-value = 0,472).Ada hubungan Hamil. Yogyakarta, Nuha Medika. 2010.
yang bermakna antara jarak kelahiran dengan Hal 125-132.
kejadian anemia di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Hartanto, H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Kabupaten Lahat (p-value = 0,000).Ada hubungan Jakarta, 2003.
yang bermakna antara usia kehamilan dengan Haryan, I. Program Diet Ibu Hamil. Cakrawala.
kejadian anemia di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Yogyakarta, 2014. Hal 87-92.
Kabupaten Lahat (p-value = 0,000).Ada hubungan Herawati, C., Astuti, S. and Cirebon, S., 2010.
yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
dengan kejadian anemia di Puskesmas Bandar Anemia Gizi pada Ibu Hamil di Puskesmas
Jaya Lahat Kabupaten Lahat (p-value = 0,000). Jalaksana Kuningan Tahun 2010. Jurnal
Kesehatan Kartika, 1(1), pp.51-8.
SARAN Jannah, N. Asuhan Kebidanan, Kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti Yogyakarta, Andi. 2012. Hal 145-146.
menyarankan hal-hal sebagai berikut : Instansi Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Interpretasi
kesehatan agar dapat meningkatkan edukasi terkait Data Klinik. 2011. Hal 13-16.
pengetahuan tentang kehamilan untuk mencegah Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan
kejadian anemia, kontrol kehamilan yang teratur di Indonesia 2013. Hal 26-70.
puskesmas atau tenaga kesehatan, usia kehamilan Khomsan, A. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
yang aman yaitu usia 20 sampai 35 tahun dan tentang Anemia pada Peserta dan Bukan
kehamilan yang terencana dengan pengaturan jarak Peserta Program Suplementasi Tablet Besi
kelahiran >2 tahun.Pasangan yang ingin memiliki pada Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga,
anak diharapkan untuk mengikuti edukasi tentang 2013. Hal 1-7.
kehamilan yang diadakan oleh instansi kesehatan Lulu, 2009. Faktor yang
setempat, memperhatikan usia kehamilan yang berhubungan dengan status anemia pada
aman yaitu usia 20 sampai 35 tahun, dan asuhan antenatal di Puskesmas
memperhatikan jarak kehamilan yang aman >2 Kecamatan Pasar minggu Jakarta selatan.
tahun.Ibu hamil diharapkan dapat melakukan 2009. Tesis.: FKM UI. Depok
kontrol kehamilan yang teratur di puskesmas atau Manuaba, dkk. Ilmu Kebidanan Penyakit
tenaga kesehatan, dan menjaga kehamilan agar Kandungan dan Keluarga Berencana Edisi
terhindar dari kejadian aneia pada ibu hamil. 2. Jakarta, EGC. 2010. Hal 237-238.
Martuti S dan Sukati S. Profil Kesehatn Ibu Hamil di
DAFTAR PUSTAKA Propinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Barat. Penelitian Gizi dan Makanan
Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Puslitbang Gizi Bogor, 2014.
2012. Hal 113-125. Noverstiti, E., 2012. Faktor-faktor yang
BKKBN. Gerakan Keluarga Berencana dan Berhubungan dengan Kejadian Anemia
Keluarga Sejahtera. 2014. Hal 57-63. pada Ibu HamilTrimester III di Wilayah
Chairlain dan Estu Lestari. Pedoman Teknik Dasar Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang
Untuk Laboratorium Kesehatan. EGC. tahun 2012. STIKES Peringsewu
Jakarta, 2011. Hal 34-38. Lampung.
Depkes RI. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan.
Gizi di Desa Siaga. Jakarta. 2009. Hal 57. Rineka Cipta. Jakarta, 2012. Hal 37-182.
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. 2010.

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil 115

Prawirohardjo, S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Sunarsih dan Vivian. Komplikasi pada Kehamilan :
Kesehatan Maternal dan Nasional. Ed 1. Pt Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Bina Pustaka. Jakarta, 2014. Hal 281-294. Salemba Medika. Jakarta, 2013. Hal 45-
Saifuddin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Ed 3. EGC. 49.
Jakarta. EGC, 2012. Hal 69-75. Sylvia P.A. Patofisiologi Konsep-Konsep Penyakit.
Salmarantity. Faktor-faktor Yang Berhubungan Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Jakarta, 2006. Hal 256-257.
Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Wardinar, dkk. Buku Anemia pada Ibu Hamil dan
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012. Konsep Penatalaksanaan. Trans Info
Universitas Indonesia, 2012 Media. Jakarta, 2007. Hal 56.
Siswanto, S., Susila, D., & Suyanto, D. Metodologi Wijianto, Dampak Suplementasi Tablet Tambah
Penelitian Kesehatan dan Darah dan Faktor-faktor yang Berpengaruh
Kedokteran. Bursa Ilmu. Yogyakarta. 2013. terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di
Sudoyo. A, W, dkk. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Tengah. Bogor, 2012.
Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta, 2013. Hal
1109-1112.

Jurnal Kebidanan Volume 5, Nomor 2, April 2019

You might also like