You are on page 1of 12

Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

SESAR CIMANDIRI BAGIAN TIMUR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LONGSORAN DI


CITATAH, PADALARANG, JAWA BARAT

Oleh:
Zufialdi Zakaria *)

ABSTRACT

Faults can identify by analysis of remote -sensing and also field geology study. In research area
there are two fault type, that is thrust fault and strike-slip fault . Crossing of two kind of thrust fault and
strike-slip fault caused a weakness of those area. More kinds of landslide developed at cross of two
fault. Indication of strike-slip fault at limestone upper hill is showing by azimuth N180 oE. At foot hill,
cracks and joints are showing by azimuth N320 oE to N330oE. Strike-slip fault is not strike line but
curve.
Small landslides abundant on big landslide at cross area of two kind fault. Kinds of small
landslide are slump, topple and fall. Environmental management is needed as mitigation of geological
disaster (mass movement), also as landslide anticipation. Environmental management for landslide
anticipate is doing by : slope slightly, decreasing ground water level in order to no saturated soil, and
re-vegetation. Retaining wall is needed at unstable slope. Environmental monitoring is needed
especially at slope with angle-slope a > 44,280.
Key word : Fault, landslide, environmental management

SARI

Sesar-sesar dapat diidentifikasi dengan cara analisis penginderaan jauh maupun studi geologi
lapangan. Di daerah penelitian terdapat dua jenis sesar, yaitu sesar naik dan sesar mendatar.
Perpotongan kedua jenis sesar naik dan sesar mendatar membuat kondisi daerah Citatah menjadi
lemah. Longsoran banyak berkembang di wilayah perpotongan kedua sesar. Indikasi sesar mendatar di
bukit batugamping bagian atas memperlihatkan arah sesar sekitar N180 oE sedangkan retakan-retakan
pada bangunan di kaki bukit memperlihatkan arah retakan N320 oE sampai N330oE. Sesar mendatar
tidak lurus melainkan berbelok.
Longsoran-longsoran kecil banyak terdapat pada wilayah longsoran besar di perpotongan dua
jenis sesar. Jenis longsoran- longsoran kecil diantaranya nendatan, jatuhan dan jungkiran. Manajemen
lingkungan perlu dilakukan selain sebagai mitigasi bencana geologi (gerakan tanah) juga sebagai
antisipasi longsor. Pengelolaan lingkungan untuk antisipasi longsor dilakukan dengan: memperlandai
lereng, menurunkan muka air tanah agar tak ada tanah jenuh air, dan revegetasi. Pada lereng yang
diperkirakan tidak stabil, perlu pembuatan dinding penahan. Pemantauan lingkungan diperlukan
terutama pada lereng dengan sudut lereng a > 44,280.
Kata kunci : Sesar, longsor, manajemen lingkungan

*) Jurusan Geologi, FMIPA-UNPAD, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinagor, SUMEDANG-45363


PENDAHULUAN monitoring dan manajemen lingkungan yang
sesuai.
Salah satu faktor penyebab longsoran di Hasil penelitian bermanfaat sebagai
suatu wilayah adalah kondisi wilayah berada masukan bagi para perencana/pengambil
pada zona patahan maupun zona gempa. keputusan maupun bahan pertimbangan dalam
Contoh, longsoran dan gempa di Majalengka pengembangan fisik wilayah di daerah tersebut.
tahun 1990 berhubungan dengan aktivitas Juga memberikan masukan dalam mengevaluasi
Patahan Baribis dan berubahnya orientasi sesar daerah yang terkena struktur geologi selain
tersebut (Soehaemi, 1991 dalam Indra, 1996). mengevaluasi penyebaran longsoran berkaitan
Melalui analisis kekar dan analisis dengan masalah-masalah lingkungan, terutama
remote sensing, longsoran dan patahan dapat dalam upaya manajemen lingkungan di daerah
diidentifikasi, sehingga dapat diketahui jenis setempat disertai monitoringnya.
patahan, penyebaran serta hubungannya dengan
daerah-daerah rawan longsor. Dengan demikian
dapat diambil keputusan dalam mewaspadai Lokasi Penelitian
lereng rawan longsor disertai rekomendasi yang
tepat. Penelitian dilakukan daerah Citatah,
Daerah penelitian berada pada zona sesar Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung.
Patahan Cimandiri dan zona gempa dari Jalur Lokasi mudah dicapai dengan menggunakan
Gempa Cimandiri-Saguling (Soehaemi, 1991, kendaraan bermotor terletak di sekitar jalan raya
dalam Indra, 1996). Di daerah berpotensi Bandung-Cianjur KM 20-25 (Gbr. 1).
longsor perlu diidentifikasi dan diinventarisir
penyebarannya disertai penyelidikan faktor- TINJAUAN PUSTAKA
faktor penyebabnya agar bahaya longsor dapat
diantisipasi, sehingga didapat kesimpulan tepat Jalan raya Bandung-Cianjur KM 23-25 di
bagi pengelolaan lingkungan di sekitarnya. daerah Citatah termasuk daerah rawan longsor.
Berdasarkan kajian di atas, beberapa Penelitian lokal pertama kali dilakukan oleh
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut Van Es pada tahun 1932, kemudian oleh
: Soemadipoera & Kartadinata tahun 1973, Elifas
a. Sejauhmanakah arah umum, jenis & tahun 1975, Fernandez & Marzuki tahun 1987
penyebaran sesar dapat diinventarisir dan dan Santoso pada tahun 1993 (Zakaria, 2000).
diidentifikasi? Posisi stratigrafi batugamping Formasi
b. Sejauhmana arah umum penyebaran, jenis Rajamandala menopang di atas batulempung
dan dimensi longsoran dapat diidentifikasi? c. Formasi Batuasih (Soejono, 1994) memberikan
Bagaimana hubungan longsoran-longsoran kontribusi lain bagi kelemahan geologi. Dengan
tersebut dengan struktur geologi yang adanya sesar naik Cimandiri, batugamping
berkembang? Formasi Rajamandala menjadi miring ke selatan
d. Sejauhmana antisipasi bencana longsor dapat dan batulempung Formasi Batuasih (yang
diarahkan dengan adanya keterlibatan berumur lebih tua) muncul ke permukaan.
struktur geologi di atas ? Kondisi ini memberikan bentuk geomorfologi
e. Sejauhmana upaya manajemen lingkungan tersendiri karena perbedaan menyolok antara
maupun pemantauannya dapat dilakukan kedua batuan yang berlainan jenis baik sifat
sehingga menjadi masukan bagi pembuat fisik maupun sifat keteknikannya.
keputusan dalam pengembangan wilayah?
Jenis struktur geologi dapat diidentifikasi
Tujuan dan Kegunaan Penelitian dengan mengukur kekar -kekar yang
berkembang di batugamping dan batulempung
Tujuan penelitian adalah untuk meng- yang masih segar. Pola dan karakteristik kekar
identifikasi berbagai jenis struktur geologi dan memberikan informasi jenis dan lokasi
jenis-jenis longsoran di Citatah dan untuk sesarnya. Makin jauh sesar dari bidang sesar
mengetahui hubungannya dengan longsoran, maka makin kurang intensitas kekarnya (Polo,
serta menganalisis daerah yang diperkirakan dkk., 1993). Kondisi fisik batuan dan
rawan longsor, sehingga didapatkan upaya geomorfologi yang merupakan

42
Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

faktor lain dari penentu zona longsoran serta off-set dari liniasi yang terlihat,. 3) Hasil
(Hirnawan, 1994), akan memberikan indikasi pengamatan singkapan daerah rawan longsor
daerah rawan longsor maupun daerah yang maupun daerah longsoran yang dapat direkam,
relatif stabil. didapat melalui survey lapangan. 4) Hasil
Pendekatan dalam menangani lereng pengamatan jenis batuan, arah jurus dan
rawan longsor selain dilandasi oleh studi kemiringan batuan (strike & dip) dan
kelayakan teknik atau studi geologi, juga inventarisasi indikasi struktur geologi. 5) Hasil
didasari oleh manajemen lingkungan (Zakaria uji laboratorium terhadap sampel-sampel tanah
& Wisyanto, 2000) guna mengurangi, hasil pemboran tangan untuk mengetahui sifat
mencegah dan/atau menanggulangi dampak fisik dan mekanik tanah yang diperlukan dalam
negatif serta meningkatkan dampak positif. menghitung Faktor Keamanan lereng.
Berdasarkan deduksi di atas, muncul hipotesis
sebagai berikut: Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan
a) Daerah longsoran terbentuk oleh peran dan
pengaruh geologi struktur. Penanggulangan dan pencegahan dampak
b) Tingkat kestabilan lereng bergantung kepada negatif keruntuhan lereng dapat diupayakan
kemiringan lereng yang berubah-ubah melalui beberapa tindakan seperti: mitigasi,
sehingga memberikan bentuk perubahan pemantauan, penyuluhan maupun penyebaran
geomorfologi setempat. informasi yang dapat dilakukan sebelum
c) Identifikasi longsoran dimulai dengan terjadinya bencana. Mitigasi dapat dibuat
menganalisis penyebaran longsoran melalui melalui Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
pemetaan dan analisis foto udara. Lingkungan sebagai penunjang manajemen
d) Identifikasi struktur geologi dan pola yang lingkungan yang bertujuan agar dampak negatif
berkembang dapat dilakukan melalui yang timbul dapat segera ditanggulangi.
pemetaan dan penginderaan-jauh. . Rencana tersebut perlu diarahkan (Arahan
e) Upayamonitoring dan manajemen Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Arahan
lingkungan dapat dilakukan dengan terlebih Pemantauan Lingkungan) sebagai antisipasi
dahulu mengetahui kondisi geologi dalam penanggulangan kemungkinan terjadinya
setempat. dampak yang timbul.

PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Hubungan Struktur Geologi dan Longsoran
Secara garis besar lingkup penelitian
meliputi persiapan, survey pemetaan pada Satuan batuan yang terdapat di daerah
lintasan-kunci, mengukur strike & dip batuan penelitian adalah satuan batulempung Formasi
dan mengidentifikasi material litologi untuk Batuasih dan satuan batugamping Formasi
mengetahui penyebaran struktur geologi Rajamandala yang berada dengan hubungan
sekaligus untuk mengetahui penyebaran stratigrafi selaras di bagian atasnya. Satuan
longsoran-longsoran dimensi kecil, dan analisis batulempung Formasi Batuasih (umur paling
terhadap penyebaran longsoran maupun struktur tua, Oligosen Atas) dan satuan batugamping
geologi. Jenis data berupa: 1) Data hasil studi Formasi Rajamandala (umur lebih muda,
pustaka, foto udara dan peta terbitan; 2) Data Miosen Bawah) tersebar pada daerah-daerah
berdasarkan deskripsi megaskopis singkapan yang tertentu. Formasi Batuasih tersebar di
batuan dan pengukuran lapisan batuan; 3) Data lembah dan sungai, lembah sepanjang jalan dan
berdasarkan deskripsi longsoran. 4) Data hasil sebagian lereng sepanjang jalan raya.
analisis laboratorium mekanika tanah. Daerah penyebaran batugamping Formasi
Sumber data terdiri atas : 1) Foto udara, Rajamandala sepanjang bukit sebelah selatan
peta-peta, dan hasil peneliti terdahulu melalui dan utara. Perbukitan batugamping pada
studi pustaka. 2) Hasil analisis foto-udara umumnya berarah hampir Barat-Timur atau
(aerial photograph) berupa interpretasi yang searah jalan raya dengan kemiringan lapisan
membedakan bentuk-bentuk roman muka bumi, batuan (dip) dominan ke arah selatan yang
pola pengaliran, jalan raya, liniasi-liniasi disebabkan oleh adanya sesar naik (yang
struktural, tingkat kemiringan dan tekstur foto

43
merupakan Sesar Naik Cimandiri bagian timur) berarah baratlaut-tenggara yang ditafsirkan
dengan arah sesar dari baratdaya sampai sebagai sesar mendatar menganan (dextral).
timurlaut. Bagian selatan relatif naik (hanging Penafsiran foto udara memperlihatkan
wall) dibandingkan bagian utara (foot wall). pula adanya beberapa bentuk longsoran
Arah jurus dari sesar naik ini diperlihatkan oleh sepanjang liniasi sesar naik, punggungan dan
liniasi pada interpretasi foto-udara. Satuan gawir maupun longsoran lainnya (Gbr. 4). Hal
batugamping menyebar hampir di setiap bukit ini menandakan bahwa secara geologi daerah
yang masih ditambang. Di beberapa tempat, Citatah merupakan daerah yang mempunyai
batugamping memperlihatkan jejak perlapisan, potensi ketidakstabilan lereng dengan tingkat
indikasi struktur geologi dan indikasi longsoran. ketidakstabilan cukup tinggi .
Jejak lapisan batugamping terlihat di sepanjang Sesar naik Cimandiri berarah baratdaya-
barat Pasir Lampegan-1 sampai bagian selatan timurlaut terpotong oleh sesar-sesar mendatar
bukit tersebut dan di beberapa bukit yang berarah baratlaut-tenggara hingga hampir
batugamping yang berukuran kecil. utara selatan. Perpotongan antara sesar
Di beberapa bukit di Pasir Pabeasan, mendatar dan sesar naik merupakan bidang
kekar-kekar berkemiringan hampir tegak lurus. yang lemah sehingga kekar-kekar dapat
Indikasi struktur geologi pada bukit berkembang, pelapukan intensif/kuat dan
batugamping diperlihatkan pada retakan-retakan longsoran berkembang pada perpotongan kedua
hampir tegaklurus bukit kecil batugamping di sesar tersebut. Kondisi perbukitan pada
sekitar Bukit-2 (Strike/dip kekar = umumnya mengarah ke barat-timur atau searah
N180o/80oE). Retakan-retakan sebagai kekar jalan raya dengan kemiringan lapisan batuan
(joint) memperlihatkan tiga bagian kelompok (dip) dominan ke arah selatan karena
dengan frekuensi sebagai berikut: Bagian A disebabkan oleh adanya sesar naik Cimandiri
(barat), frekuensi kekar = 4 kekar/meter; Bagian dengan arah sesar dari baratdaya sampai
B (tengah) = 10 kekar/meter; kekar-kekar di timurlaut. Bagian selatan relatif naik (hanging
bagian ini semakin intensif ke arah/bagian atas wall) dibandingkan bagian utara (foot wall).
dengan frekuensi 23 kekar/meter. Bagian C Dengan kondisi seperti ini longsoran-longsoran
(timur) = 7 kekar/5meter atau 1,4 kekar/meter besar relatif bergerak ke arah bagian utara, barat
(Gbr 2). laut atau timur laut, bergantung kondisi batuan
Kondisi tersebut di atas memberikan dan tanah hasil rombakan, geomorfologi, sesar-
penafsiran bahwa Bukit -2 adalah indikasi sesar sesar lain yang berkembang, vegetasi, getaran
mendatar dengan arah sesar hampir Utara- dan beban-beban berupa infrastruktur maupun
Selatan atau N 180o. Di bagian bawah bukit beban lainnya.
kecil ini terdapat sungai Citalahab berarah Batulempung Formasi Batuasih yang
hampir Utara-Selatan, kemudian berbelok arah tersebar di sungai, lembah sepanjang jalan dan
ke Baratlaut-Tenggara. Sungai dan bukit sebagian lereng sepanjang jalan raya di daerah
diatasnya memperlihatkan indikasi struktur penelitian memperlihatkan pula indikasi-
geologi. Diinterpretasikan di daerah tersebut indikasi longsoran. Jalan raya Bandung-Cianjur
terdapat sesar mendatar dengan arah umum bertumpu pada Formasi Batuasih. Berbagai
Baratlaut-Tenggara. jenis kerusakan terjadi pada tubuh jalan dan
Di pinggir jalan raya KM 23, terdapat daerah di sekitarnya. Kerusakan terlihat dengan
bangunan dengan lantai retak-retak. Bangunan indikasi berupa jalan bergelombang atau retak-
yang digunakan sebagai warung tersebut sudah
tidak layak lagi digunakan. Retakan-retakan retak. Saluran di kaki bukit atau di pinggir jalan
raya terlihat patah, rusak atau runtuh sebagian.
mempunyai arah sebabagi berikut: N100 oE,
Kerusakan terhadap infrastruktur terlihat pada
N150oE, N150oE, N152oE, N162oE, N155oE, bangunan-bangunan yang rusak di sepanjang
N90oE, N135oE, N127oE, N125oE, N94oE, jalan tersebut (rumah-rumah penduduk,
N120oE atau hampir mengarah baradaya- bengkel, warung, restoran dan bekas tungku
tenggara (Gbr. 3) pembakaran kapur). Kerusakan berupa retakan-
Berdasarkan hasil analisis foto udara retakan pada dinding dan lantai bangunan yang
(skala 1:50.000) didapatkan liniasi yang berarah bergelombang atau miring. Retakan-retakan
baratdaya-timurlaut. Ditafsirkan liniasi ini intensif yang terjadi pada bangunan ataupun
sebagai sesar naik yang dipotong oleh liniasi pada jalan aspal dapat diukur

44
Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

arah indikasi longsoran dengan melihat trend Geologi (longsor, banjir, tsunami, gunung
retakan baratdaya-tenggara (lihat Gbr. 3). meletus, dan lain-lain) - Penanggulangan -
Rehabilitasi - Rekonstruksi - kembali ke
Hubungan Antar Jenis Longsoran Mitigasi (Zakaria, 2003) . Rehabilitasi
dimaksudkan agar sarana dan prasarana yang
Kondisi morfologi longsoran yang rusak akibat bencana dapat kembali berfungsi.
terbentuk di lapangan memperlihatkan Agar bahaya yang akan terjadi bisa
beberapa karakteristik bidang permukaan yang diperkecil kerugiannya, maka aparat pemerintah
bermacam-macam, yang dapat membedakan sebagai pengambil kebijakan daerah setempat
berbagai jenis longsoran dalam suatu sistem perlu mendapatkan informasi yang cukup
longsoran Hubungan antar jenis longsoran untuk: 1) Menghindari wilayah beresiko
dalam wilayah Longsoran Citatah dapat dilihat bencana yang perlu ditinggalkan; 2) Membatasi
dari bentuk morfologi longsorannya. Pada penggunaan lahan dengan mempertimbangkan
longsoran majemuk (complex) seperti aspek lingkungan (misalnya dalam membangun
longsoran jenis lateral spread terdapat pula infrastruktur diwajibkan memperhatikan
longsoran-longsoran lain seperti: a) Jungkiran building coverage ratio sesuai ketentuan, 3)
(topple), yang biasa terdapat pada sisi terluar Mengupayakan stabilisasi lereng dari beberapa
lereng lateral spread. Jenis ini terdapat di lokasi yang masih bisa diperbaiki.
lereng utara Bukit -4, yang termasuk wilayah Upaya mitigasi yang paling mendasar
longsoran Citatah; b) Jatuhan (fall), terdapat adalah membuat Peta Longsoran dengan skala
pada tubuh bentangan lateral dengan kekar- peta sesuai keperluan, serta membuat arahan
kekar maupun lapisan batuan relatif tegak lurus, manajemen dan monitoring lingkungan untuk
terdapat di Bukit -4 & Bukit-1; c) Nendatan memperkecil dampak negatif (minimisasi faktor
(slump), terdapat di depan lereng longsoran kendala) dan memperbesar dampak positif
jenis jungkiran (topple) dengan ciri adanya (maksimisasi faktor pendukung). Monitoring
pembumbungan (bulging) yaitu : bentuk lingkungan diarahkan untuk memantau
gundukan tanah, retakan sejajar arahjurus timbulnya dampak.
kemiringan lereng, ataupun pepohonan, tiang,
atau rumah yang miring ke arah lereng, terletak Keamanan Lereng
di bagian barat dan utara Bukit-4.
Proses eksogen yang terlibat dalam Perhitungan Faktor Keamanan lereng tanah
longsoran adalah erosi disertai pelapukan baik di Pasir Pabeasan bagian barat telah dilakukan di
fisika dan kimia yang menyebabkan bagian lembah Formasi Batuasih (Zakaria, 2004).
batulempung mudah rapuh (slacking clay). Metoda yang digunakan adalah cara sayatan
Proses endogen yang terlibat adalah tektonik Fellenius. Dalam analisis kestabilan lereng
yang menyebabkan hadirnya patahan Cimandiri dilakukan simulasi lereng stabil berdasarkan: 1)
jenis sesar naik dan sesar-sesar mendatar jenis kadar air tertinggi (wmaks);
dektral (menganan). Gambar hubungan struktur 2) sudut geser-dalam terkecil (fmin) dan 3)
geologi patahan Cimandiri dan longsoran kohesi terkecil (cmin).
Citatah diperlihatkan pada peta (Gbr. 5). Pada lereng kritis dengan variabel yang
terlibat di atas, yaitu kemiringan lereng a = 45o;
Manajemen Lingkungan w
= 48,92 %; gd = 10,7529 KN/M3; gw =
Manajemen lingkungan diperlukan untuk 16,1442 KN/M3; f = 10o; dan c = 9,3160
memperkecil dampak kerusakan maupun KN/M2, nilai Faktor Keamanan F= 1,156
kerugian yang timbul longsoran sekaligus (dengan MAT, muka air tanah sangat dalam),
memperbesar dampak positif yang ada. Mitigasi nilai F = 1,099 (MAT= -5 meter), dan F = 0,946
longsor merupakan salah satu cara memperkecil (dengan MAT= -3 meter). Dengan demikian
dampak kerusakan yang timbul akibat bencana terlihat bahwa semakin dangkal muka air tanah,
longsor. Secara umum pengelolaan bencana nilai F semakin kecil. Hubungan antara
kemiringan lereng dengan Faktor Keamanan (F)
geologi (longsor, banjir, gunung meletus,
didapatkan rumus regresi sebagai berikut : a =
tsunami, dan lain-lain) dilakukan melalui siklus:
Mitigasi - Kesiapsiagaan - Bencana 55.56 F ( -3.353 )

45
sehingga lereng labil pada F < 1.07 terdapat ada/tidaknya retakan-retakan, pembumbungan
pada lereng dengan a > 44,28o; lereng kritis tanah dan/atau longsoran-longsoran kecil di
(relatif labil) F= 1.07 sampai F= 1,25 terdapat puncak maupun di bawah lereng, Kerusakan
pada lereng dengan kemiringan antara a = kecil yang terpantau seyogyanyanya diperbaiki
44,28o s.d. 26,29o (Zakaria, 2004). sebelum menjadi besar.
Berdasarkan hasil hitungan di atas, maka
daerah dengan material tanah (bukan batuan) KESIMPULAN
berkemiringan a > 44,28o patut diwaspadai.
Sesar yang berkembang adalah sesar naik
Arahan Rencana Pengelolaan dan Cimandiri dan sesar mendatar dekstral. Pada
Pemantauan Lingkungan perpotongan dua jenis sesar terdapat longsoran
besar yang merupakan daerah terlemah. Di
Arahan Rencana Pengelolaan & Peman- dalam longsoran besar terdapat longsoran-
tauan Lingkungan diperlukan sebagai bahan longsoran kecil bergantung jenis material,
pertimbangan bagi pembuatan rancangan rinci proses yang terlibat & waktu kejadian.
rekayasa dan dasar pelaksanaan kegiatan penge- Retakan pada lantai bangunan di pinggir
lolaan lingkungan. Tujuannya adalah untuk jalan raya memperlihatkan arah baratdaya-
mencegah, menanggulangi, meminimisasi atau tenggara atau sekitar N320oE sampai N330oE
mengendalikan dampak negatif baik yang Bentuk geomorfologi pada daerah
timbul saat kegiatan konstruksi infrastruktur longsoran besar akan berubah sejalan dengan
maupun setelah kegiatan konstruksi. Arahan ini waktu, aktivitas manusia, proses eksogen (erosi
juga bertujuan untuk meningkatkan dampak dan pelapukan) maupun proses endogen
positif agar dapat memberikan manfaat yang (aktivitas tektonik) yang terus berlangsung
lebih besar bagi masyarakat. terhadap material batuan & tanah di daerah
Pengelolaan dilakukan sebelum musim tersebut. Perubahan kondisi stratigrafi terletak
hujan tiba. Pada musim hujan diperkirakan di sekitar daerah longsor, yaitu hadirnya bahan
kadar air tanah akan meningkat. Pengelolaan rombakan asal material batulempung dan/atau
lingkungan dapat dimulai dengan melakukan batugamping dengan hasil pelapukannya.
konservasi lereng, revegetasi dengan tanaman Daerah lereng dengan material tanah
ringan di puncak seperti teh-tehan, anak nakal berkemiringan > 44,28o patut diwaspadai
atau Duranto erecta, kajibeling atau karena umumnya kelongsoran dapat terjadi.
Sericocalyx Criptus (Hirnawan, 1993) dan Mitigasi longsor perlu dilakukan untuk
tanaman keras di bagian bawah, pembuatan / menghindari/memperkecil dampak kerugian
perancangan drainase, serta menurunkan muka yang akan timbul jika terjadi longsoran.
air tanah pada tubuh lereng. Terhadap lereng
labil, dapat dilakukan stabilisasi lereng terpadu
dengan perbaikan drainase dan pengendalian air
agar tubuh lereng tidak jenuh air (Gbr. 6).
Pemetaan skala besar diperlukan untuk
mengetahui penyebaran dan jenis longsoran
agar dapat diinventarisir dan dianalisis Faktor
Keamanannya. Untuk mendapatkan desain
perkuatan lereng yang ekonomis maupun desain
terpadu diperlukan desain lereng stabil
berpatokan pada kadar air maksimum dan juga
melibatkan nilai koefisien gempa horisontal
akibat getaran kendaraan atau kegempaan yang
penah terjadi didaerah bersangkutan
Pemantauan lingkungan perlu diarahkan
sebagai upaya mengantisipasi kerusakan-
kerusakan yang timbul akibat gerakan tanah.
Pemantauan dilakukan terhadap muka air tanah,

46
Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

DAFTAR PUSTAKA

Hirnawan, R.F., 1993, Ketanggapan Stabilitas


Lereng Perbukitan Rawan Gerakan
Tanah atas Tanaman Keras, Hujan &
Gempa, Disertasi, UNPAD, 302 hal.
Hirnawan, R.F., 1994, Peran Faktor-faktor Pe-
nentu Zona Berpotensi Longsor dalam
Mandala Geologi dan Lingkungan
Fisiknya Jawa Barat, Ma jalah Ilmiah
UNPAD No. 2, Vol. 12, hal. 32-42.
Indra Bhuana, 1997, Perilaku Pola Jurus Per-
lapisan Batuan & Rekahan atas
Mekanisme Sesar Naik di Daerah
Gunung Hurip, Kab.Kuningan Jawa
Barat, FMIPA-UNPAD, 51 hal.
Polo, L., dkk., 1993, Analisis pola & karakter
kekar untuk menentukan struktur geologi
sesar dan kondisi fisik batuan, Bulletin
of Scientific Contribution, Geology,
UNPAD, No. 1,Vol. 1, April 1993, p.1-8.
Soejono M., 1994, Data stratigrafi pola
tektonik dan perkembangan cekungan
pada jalur anjakan-lipatan di P. Jawa,
Proceedings Geologi & Geotektonik P.
Jawa. Nafiri, Yogyakarta, hal 51-71
Zakaria, Z., 2000, Peran Identifikasi Long-
dalam Studi Pendahuluan Pemodelan
Sistem Starlet untuk Mitigasi Bencana
Longsor, Year Book Mitigasi Bencana
1999,Klp. Mitigasi Bencana, BPPT, hal.
105 - 123
Zakaria, Z., & Wisyanto, 2000, Stabilisasi
Lereng Terpadu, Antara Analisis
Kestabilan Lereng dan Pengelolaan
Lingkungan. Studi Kasus: Daerah Cadas
Pangeran, ALAMI Vol. 5., No. 1, Th.
2000, hal, 19-24.
Zakaria, Z., 2003, Implikasi Kebencanaan
Geologi terhadap Kerusakan Infra-
strukur, Mitigasi Bencana 2002, Klp.
Mitigasi Bencana, BPPT. hal. 24-42.
Zakaria, Z, 2004, Analisis Longsoran Pasir
Pabeasan, Kecamatan Padalarang,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 2,
No. 1, Januari, 2004, hal.1-10

47
Gbr 1. Lokasi kegiatan penelitian

A B C

A = 4 kekar / meter;
B = 23 kekar / meter;
C = 1,4 kekar / meter

Gbr. 2 Retakan-retakan sebagai indikasi sesar mendatar.


Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

Gbr. 3 Bangunan (warung) di pinggir jalan rusak berat.


Retakan mengarah ke barat laut – tenggara
A

8888889

Gbr 4. A) Foto-udara (aerial-photograph) daerah penelitian


B) Hasil penafsiran foto-udara yang memperlihatkan adanya
struktur geologi dan indikasi longsoran
Sesar Cimandiri Bagian Timur dan Implikasinya terhadap Longsoran di Citatah

Wilayah Longsoran X Bangunan rusak

Sesar Naik Patahan Cimandiri Longsoran dan arahnya

Sesar mendatar dekstral Nendatan

Gbr 5. Hubungan struktur geologi patahan Cimandiri dan longsoran Citatah.


Keterangan :

1a) Penanaman vegetasi (teh-tehan, anak nakal atau Duranto erecta, kajibeling atau Sericocalyx
Criptus (Hirnawan, 1993).
1b) Peliputan rerumputan, sepanjang lereng
2a) Drainase di atas lereng, saluran dengan lining
2b) Drainase di kaki lereng, saluran dengan lining & penyalir air
3. Penyalir air
4. Dinding penahan

Gbr. 6. Stabilisasi lereng terpadu melalui pengelolaan lingkungan

You might also like