You are on page 1of 10

Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

Bulletin of Scientific Contribution


GEOLOGY
Fakultas Teknik Geologi
UNIVERSITAS PADJADJARAN
homepage: http://jurnal.unpad.ac.id/bsc Volume 21, No.3
p-ISSN: 1693-4873; e-ISSN: 2541-514X Desember 2023

PENGARUH LITOLOGI TERHADAP KARAKTERISTIK BENTUKAN MORFOLOGI DAERAH


SUNGAI KINANTAN BESAR, KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI

Muhammad Farhan Arnoly, Idarwati*


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Palembang, Sumatera Selatan
*Korespondensi: idarwati@ft.unsri.ac.id

ABSTRACT
Administratively, the research location is in the Kinantan Besar River Area and its surroundings,
Batang Asai District, Sarolangun Regency, Jambi. The appearance of landscapes with diverse
landforms has evidence of the process of geological events that occur in an area, both
endogenous and exogenous. This study aims to determine the characteristics of morphological
formation on the lithological distribution of its constituent rocks. This study is interesting to
study because the research area has distinctive geomorphology. The method used in this study
is in the form of petrographic laboratory analysis with the observation of thin incisions of rocks,
lithology shows the minerals contained by naming rocks in the form of mineral percentage
results using rock diagrams. The grouping and division of landforms formed in the study area
are influenced by lithology. The results of the division of landscape forms of the study area are
divided into 4 main landforms, namely the Fault Zone Hills (PZS) having an elevation of 500-
1,000 m, medium-very steep slopes (14-140%) with parallel flow patterns and dominated by
Batusabak lithology. Bukit Intrusi (BI) has an elevation of 400-750 m, a very steep slope (8-
140%) with a centrifugal radial flow pattern, and is dominated by andesite lithology. Steep-
sloped hills (PBC) have an elevation of 200-500 m, a very steep slope (3-1140%) with a
dendritic flow pattern, and are dominated by Granite lithology. Meander River (MR) has an
elevation of 20-200 m and a medium slope slope of (14-20%).
Keywords: Batang Asai, Geomorphic, Lithology, Morphology, Petrography

ABSTRAK
Secara administratif, lokasi penelitian berada di Daerah Sungai Kinantan Besar dan Sekitarnya,
Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Kenampakan bentang alam dengan
bentukan lahan beragam memiliki bukti dengan adanya proses kejadian geologi yang terjadi
pada suatu daerah, baik bersifat endogen dan eksogen. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik bentukan morfologi terhadap persebaran litologi batuan
penyusunnya. Studi ini menarik untuk diteliti dikarenakan pada daerah penelitian memiliki
geomorfologi yang khas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis
laboratorium petrografi dengan pengamatan sayatan tipis batuan, litologi menunjukkan
mineral-mineral yang terkandung dengan melakukan penamaan batuan berupa hasil
persentase mineral menggunakan diagram batuan. Pengelompokan dan pembagian bentukan
lahan yang terbentuk pada daerah penelitian dipengaruhi oleh litologi. Hasil pembagian bentuk
bentang alam daerah penelitian terbagi menjadi 4 bentuk lahan utama yaitu Perbukitan Zona
Sesar (PZS) memiliki elevasi 500-1.000 m, kemiringan lereng menengah-sangat curam yaitu
(14-140%) dengan pola aliran parallel dan didominasi oleh litologi Batusabak. Bukit Intrusi
(BI) memiliki elevasi 400-750 m, kemiringan lereng miring-sangat curam yaitu (8-140%)
dengan pola aliran radial sentrifugal dan didominasi dengan litologi Andesit. Perbukitan
Berlereng Curam (PBC) memiliki elevasi 200-500 m, kemiringan lereng landai-sangat curam
yaitu (3-1140%) dengan pola aliran dendritik dan didominasi dengan litologi Granit. Meander
River (MR) memiliki elevasi 20-200 m dan kemiringan lereng menengah yaitu (14-20%).
Kata kunci: Batang Asai, Geomorfik, Litologi, Morfologi, Petrografi

PENDAHULUAN beragam, sehingga memiliki bentuk lahan


Litologi daerah penelitian memiliki perbedaan yang berbeda juga. Kenampakan geologi
litologi dan karakteristik masing-masing yang permukaan bumi pada setiap wilayah

115
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

berbeda-beda dengan ciri khasnya masing- adanya bentuk lahan denudasional dimana
masing (Septiyandrianto, 2021). Bentukan adanya longsor dipengaruhi oleh pelapukan
lahan yang ada pada suatu daerah dapat (Viqran and Jati, 2021). Diidentifikasikan juga
dilihat atas dasar tipe batuan (Syam et al., adanya pengaruh tingkat keaktifan tektonik
2018). Jenis batuan tertentu akan yang berpengaruh terhadap rekonstruksi
membentuk suatu morfologi yang tertentu jalan pada daerah penelitian dengan kelas
pula (Verstappen, 1983). Studi bentang alam aktivitas tektonik sangat tinggi (Hayani and
(landscape) merupakan bagian dari penelitian Sutriyono, 2020). Relief morfologi permukaan
geomorfologi yang mana proses akan sangat menentukan pemanfaatanya
pembentukan bentang alam itu sendiri akan dalam tata guna lahan (Umar et al., 2020).
menghasilkan bentuk lahan (landform) Kajian ini dilakukan dengan menggunakan
(Hidayat and Lumbanatu, 2010). aspek geomorfologi serta analisis petrografi.
Kenampakan ciri-ciri bentuk lahan bisa Bentukan lahan penting kaitannya dengan
diamati melalui peta topografi atau peta evaluasi bentang lahan (Piloyan and Konečný,
udara (Trisnawati et al., 2020). Penelitian ini 2017). Pengamatan lapangan dilakukan
berfokus membahas pengaruh litologi dengan membantu menafsirkan bentukan
terhadap karakteristik morfologi daerah morfologi daerah penelitian berdasarkan
penelitian. Studi ini menarik untuk diteliti penentuan dari penginderaan jauh dengan
dikarenakan pada derah penelitian memiliki Digital Elevation Model (DEM).
geomorfologi yang khas. Hal ini diperkuat Secara astronomis daerah penelitian terletak
dengan adanya dengan keterdapatan pada Zona Universal Transverse Mercator
singkapan yang beragam jenis litologinya. (UTM) 48S. Secara regional, lokasi ini
Bentuk lahan bisa disebabkan oleh gerakan termasuk ke dalam peta geologi lembar
tanah baik oleh faktor aktivitas manusia yang Sarolangun skala 1: 250.000 (Suwarna et al.,
mempengaruhi bentang alam seperti 1992). Secara administratif, lokasi penelitian
kegiatan pertanian, pembebanan lereng, terletak di Sungai Kinantan Besar dan
pemotongan lereng dan pembangunan Sekitarnya, Kecamatan Batang Asai,
(Karnawati, 2005). Berdasarkan proses Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi
geologi pada daerah penelitian ditemukan (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Daerah Penelitian

DATA DAN METODE PENELITIAN Sundaland menyebabkan West Sumatara


Secara geologi regional daerah penelitian membentuk right slip fault di pantai barat
berada di Sub Cekungan Jambi. Tektonik Sundaland. Dimana active fault
daerah penelitian terbentuk dari pergerakan menyebabkan terbentuknya cekungan
tiga terrane utama, yakni terrane Sumatera bersamaan dengan proses subduksi (A. J.
Timur (Sibumasu), terrane Sumatera Barat Barber, M. J. Crow, 2005). Sehingga,
dan busur Woyla (Hahn and Metcalfe, 2017). membuat cekungan meluas dan diisi berbagai
Berdasarkan umurnya batuan dasar Pulau material hasil erosi dari ketinggian yang ada
Sumatera dibagi menjadi Tapanuli group disekitarnya. Oleh karena itu, cekungan
berumur Karbon - Permian Awal, Peusangan tersebut terus mengalami pengisian yang
group yang berumur Permian - Trias dan mengakibatkan keterbentukan Asai–Rawas–
Woyla group berumur Jura – Kapur (McCourt Peneta Group. Pada zaman Tersier, Pulau
et al., 1993). Periode Jura mengalami Sumatera mengalami tiga fase tektonik
peristiwa subduksi pada bagian sebelah barat (Firmansyah et al., 2007), yaitu half graben

116
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

selama periode Paleogen hingga Miosen Awal. Formasi Asai (Ja), Formasi Granit Arai (Kgr)
Kemudian, Subsiden selama Eosen – Oligosen dan Formasi Andesit Basal (Tman). Formasi
serta Miosen Awal hingga Pliosen dan terakhir Asai (Ja) berumur Jura yang terdiri dari
fase inversi pada Plio – Plistosen. batupasir malih, filit, batusabak, batulanau
Stratigrafi regional daerah penelitian terdiri terkersikkan, greywacke dan sisipan
atas 3 kelompok berdasarkan umur. Pertama, batugamping, serta terdapat batupasir
stratigrafi Pra-Tersier berumur Permian kuarsa, argilit, sekis, genes, kuarsit, dan
sampai Kapur Akhir, dengan karakteristik hornfels pada beberapa tempat (bersifat
batuan penyusun didominasi oleh batuan lokal), formasi ini terendapkan pada
beku dan batuan metamorf yang merupakan lingkungan transitional continental (Suwarna
basement dari Cekungan Sumatera Selatan. et al., 1992). Selanjutnya, Formasi Granit Arai
Sedangkan stratigrafi Tersier pada Miosen (Kgr) oleh batuan intrusif berupa granit biotit,
Awal hingga sekarang, didominasi oleh granit hornblenda, granodiorit, dan aplit.
pengendapan batuan sedimen. Data tersebut Stratigrafi Tersier daerah penelitian
merujuk dari korelasi satuan peta (Suwarna diendapkan tidak selaras diatas batuan-
et al., 1992) pada stratigrafi Peta Geologi batuan Pra-Tersier. Formasi Andesit Basal
Regional Lembar Sarolangun dengan skala 1: (Tman) berupa batuan beku intrusi dangkal
250.000. Stratigrafi Pra-Tersier daerah andesit basal. (Gambar 2).
penelitian mencakup tiga formasi yaitu

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Suwarna, et al., 1992) modifikasi

Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan resolusi 0.27-arcsecond berupa kode
adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah 0913-13_v1.0, 0913-41_V1.0 yang diakses
penelitian bersifat deskriptif dan melalui https://tanahair.indonesia.go.id/.
menggunakan analisis. Metode ini memiliki Data DEMNas dipilih dikarenakan memiliki
empat uraian yaitu studi pendahuluan, resolusi yang lebih tinggi dibandingkan
observasi lapangan, kerja studio dan analisis dengan resolusi data DEM lainnya. Untuk
laboratorium. Studi pendahuluan meliputi mempermudah analisis geomorfologi dibuat
studi literatur untuk mengumpulkan informasi pada Digital Elevation Model (DEM) dengan
mengenai kondisi geologi regional dan analisis Triangulated Irregular Network (TIN).
keadaan geologi lokal daerah penelitian. Pada TIN merupakan salah satu format file yang
observasi lapangan bebagai aspek geologi dipergunakan dalam pemodelan digital yang
berupa pengamatan singkapan dan merepresentasikan muka bumi. Terakhir,
pengambilan sampel batuan, pengamatan analisis laboratorium dengan pengamatan
bentukan morfologi. Kemudian, kerja studio petrografi menggunakan plate thin section
dengan menganalisis karakteristik dengan ketebalan sekitar 0,03 mm dapat
geomorfologi daerah penelitian memiliki skala dilihat menggunakan mikroskopis polarisasi
1: 25.000 dilakukan dengan mengelola pada untuk mengetahui susunan mineral pada
data shapefile (SHP) daerah penelitian dan batuan tersebut.
Digital Elevation Model Nasional (DEMNas)

117
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

HASIL DAN PEMBAHASAN Montgomery, 2013) dipergunakan untuk


A. Analisis Morfografi klasifikasi bentukan lahan pada sungai,
Berdasarkan data Digital Elevation Model klasifikasi (Brahmantyo and Bandono, 2006)
(DEM) daerah penelitian memiliki elevasi dan (Van Zuidam, 1983) dipergunakan untuk
127–1.028 m. Morfografi merupakan bentuk bentuk lahan muka bumi. Pembagian
lahan pada daerah penelitian yang mencakup klasifikasi menurut (Widyatmanti et al., 2016)
perbukitan rendah, perbukitan dan berdasarkan aspek deskriptif suatu daerah
perbukitan tinggi (Widyatmanti et al., 2016). meliputi Dataran Rendah (<50 m), Perbukitan
Perbandingan klasifikasi (Widyatmanti et al., Rendah (50-200 m), Perbukitan (200-500 m),
2016) dipergunakan untuk menentukan Perbukitan Tinggi (500-1000 m), dan
pembagian elevasi daerah penelitian. Pegunungan (>1000 m). (Gambar 3).
Sedangkan, pada klasifikasi (Buffington and

Gambar 3. Peta dan Elevasi Morfologi Daerah Sungai Kinantan Besar dan Sekitarnya

B. Satuan Geomorfik lahan dengan pembuktian di lapangan.


Pengelompokan dan pembagian bentuk Pembagian bentuk bentang alam daerah
bentang alam pada daerah penelitian penelitian terbagi menjadi 4 bentuk lahan
mengacu pada klasifikasi (Buffington and utama yaitu Perbukitan Zona Sesar (PZS),
Montgomery, 2013) digunakan berupa Bukit Intrusi (BI), Perbukitan Berlereng
bentukan lahan sungai, klasifikasi Curam (PBC) dan Meander River (MR).
(Brahmantyo and Bandono, 2006) dan (Van (Gambar 4).
Zuidam, 1983) digunakan pada bentukan

118
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

Gambar 4. Peta Geomorfologi Daerah Sungai Kinantan Besar dan Sekitarnya

C. Perbukitan Zona Sesar (PZS) ditemukannya struktur geologi berupa Strike-


Perbukitan Zona Sesar merupakan satuan Slip Dominated (Fossen, 2010) yang memiliki
geomorfik pada daerah penelitian dan bidang sesar N 300° E/71°. Analisis
menempati luasan sekitar 43% pada daerah menggunakan stereografis didapatkan arah
penelitian. Bentuk lahan perbukitan Zona tegasan maksimum (σ1), yaitu 04° / N 069°
Sesar (Brahmantyo and Bandono, 2006) E dan tegangan minimum (σ3), yaitu 67° / N
terbentuk akibat adanya kontrol struktur 168° E serta nilai Netslip 18° / N 273° E. Nilai
berupa kompresional yang mempengaruhi Rake/Pitch sesar adalah 19° (Gambar 5).
daerah penelitian. Dibuktikan dengan

Gambar 5. (A) Bukti Lapangan Sesar Batang Asai, (B) Kenampakan Slickenside pada Bidang
Sesar, (C) Hasil Analisis Stereografis Sesar Batang Asai dan (D) Kelurusan Sesar Batang Asai
Melalui DEM (Digital Elevation Model)

119
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

Berdasarkan aspek kemiringan lereng, satuan cleavage. Sedangkan secara mikroskopis,


geomorfik tersebut dengan kemiringan lereng sayatan tipis batuan metamorf dengan
Miring Menengah-Sangat Curam yaitu (14- perbesaran 40x memperlihatkan warna putih
140%) (Widyatmanti et al., 2016). Pola aliran kusam pada nikol sejajar (PPL) adanya
sungai pada daerah penelitian ini berupa pola pembentukkan mineral-mineral besar yang
aliran Parallel (Gambar 8) (Twidale, 2004). berorientasi dan mineral-mineral yang
Morfologi Perbukitan Zona Sesar dapat relative lebih kecil membentuk struktur foliasi
diinterpretasikan pada kenampakan di slaty cleavage (H2) dengan struktur
lapangan berupa perbukitan-perbukitan yang granoblastic–lepidoblastic. Memiliki ukuran
terjal dan juga dapat dilihat dari kenampakan mineral 0,04 mm hingga 0,10 mm. Bentuk
pada data DEM. Bentuk lahan ini didominasi mineral idioblastic hingga hypidioblastic.
oleh batuan metamorf yaitu batusabak. Memiliki komposisi mineral yang terdiri dari
Batusabak Formasi Asai (Ja), adalah formasi butiran mineral-mineral kuarsa, feldspar, dan
tertua atau basement yang berada pada mika berupa muskovit. Selain itu terdapat
daerah penelitian. Kenampakan megaskopis juga mineral lempung. Komposisi mineral
batusabak berwarna lapuk abu kehitaman kuarsa (20%), Muskovit (65%), Feldspar
dan warna segar abu-abu, memiliki tekstur (5%), dan mineral lempung (10%). (Gambar
lepidoblastik, struktur foliasi berupa slaty 6).

Gambar 6. (A) Kenampakan Bentukan Morfologi Perbukitan Zona Sesar (B) Singkapan
Batusabak (C) Singkapan Batusabak Secara Dekat (D) Sayatan Tipis Nikol Sejajar (E)
Sayatan Tipis Nikol Silang

D. Bukit Intrusi (BI) Litologi andesit Formasi Andesit (Tman)


Bukit Intrusi merupakan satuan geomorfik memiliki kenampakan megaskopis berwarna
terdapat pada daerah penelitian. Satuan lapuk abu-abu hitam dan warna segar abu-
geomorfik ini diklasifikasikan oleh abu putih, tingkat kristalisasi hipokristalin,
(Brahmantyo and Bandono, 2006) merujuk granularitas afanitik-faneritik dengan kemas
pada geologi regional (Suwarna et al., 1992) inequigranular, struktur masif. Secara
yang berupa intrusi dangkal. Bentuk lahan ini mikroskopis, sayatan batuan beku intrusif
memiliki luasan sekitar 5% pada daerah perbesaran 40x menampilkan warna abu-abu
penelitian. Bentuk lahan ini tersebar di sampai putih kusam (PPL), derajat kristalisasi
wilayah tengah timur laut memiliki elevasi hipokristalin, granularitas afanitik hingga
400-750 m. Berdasarkan analisis morfometri, fanerik halus berukuran 0,03-0,58 mm
satuan geomorfik ini memiliki kemiringan inequigranular, memiliki bentuk mineral
lereng Miring–Sangat Curam (8-140%) subhedral-anhedral. Terdapat tekstur khusus
(Widyatmanti et al., 2016). Pola aliran sungai berupa ophitic. Komposisi mineral primer
pada daerah penelitian ini berupa pola aliran berupa kuarsa (5%), plagioklas An31 (48%),
Radial Sentrifugal (Gambar 8) (Twidale, alkali feldspar (10%) dan piroksen (31%),
2004). Bentuk lahan ini tersusun atas litologi mineral sekunder berupa opak (10%).
andesit yang menerobos batuan di atasnya. (Gambar 7).

120
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

Gambar 7. (A) Kenampakan Bentukan Morfologi Bukit Intrusi (B) Singkapan Andesit (C)
Singkapan Andesit Secara Dekat (D) Sayatan Tipis Nikol Sejajar (E) Sayatan Tipis Nikol
Silang

E. Perbukitan Berlereng Curam (PBC) kontur tinggi serta dengan kemiringan lereng
Perbukitan Berlereng Curam (Van Zuidam, Landai–Sangat Curam (3-140%)
1983) merupakan bentuk lahan yang (Widyatmanti et al., 2016). Pola aliran sungai
menempati luasan sekitar 50% pada daerah pada daerah penelitian ini berupa pola aliran
penelitian. Perbukitan Berlereng Curam Dendritik (Gambar 8) (Twidale, 2004).
berada dibagian tenggara hingga barat laut. Bentukan morfologi pada daerah ini tersusun
Satuan geomorfik ini memiliki elevasi sekitar atas batuan beku intrusif yaitu granit.
200-500 m. Satuan geomorfik memiliki

Gambar 8. Peta Pola Aliran Sungai

Pada lokasi pengamatan litologi granit kristalisasi holokristalin, granularitas


Formasi Granit Arai (Kgr) memiliki fanerik ukuran mineral 0,23 mm hingga
kenampakan berwarna lapuk abu 1,37 mm, inequigranular, memiliki tekstur
kehitaman dan warna segar abu-abu khusus graphic (G5) yang merupakan
keputihan, tingkat kristalisasi holokristalin, intergrowth antara mineral kuarsa dan
granularitas faneritik dengan kemas alkali feldspar, memiliki bentuk mineral
inequigranular, terdapat struktur kekar. subhedral-anhedral, memiliki material
Secara mikroskopis, sayatan thin section mineral primer berupa kuarsa, plagioklas,
batuan beku intrusif dengan perbesaran alkali-feldspar, dan biotit. Kemudian
40x menampilkan warna abu-abu hingga terdapat juga mineral biotit yang telah
putih kusam (PPL) dengan derajat mengalami perubahan menjadi biotit

121
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

sekunder dan teradapat juga mineral plagioklas An36 (15%), alkali-feldspar


sekunder lainnya berupa serisit hasil dari (28%) dan biotit (15%), mineral sekunder
perubahan mineral feldspar. Komposisi berupa biotit sekunder (2%), dan serisit
mineral primer berupa kuarsa (36%), (4%). (Gambar 9).

Gambar 9. (A) Kenampakan Bentukan Morfologi Perbukitan Berlereng Curam (B) Singkapan
Granit (C) Singkapan Granit Secara Dekat (D) Sayatan Tipis Nikol Sejajar (E) Sayatan Tipis
Nikol Silang

F. Meander River (MR) dan memiliki kemiringan lereng Miring


Meander River merupakan bentuk lahan Menengah (14-20%) (Widyatmanti et al.,
fluvial pada sungai stadia dewasa (Buffington 2016). Batuan yang berada di sekitar sungai
and Montgomery, 2013). Menurut (Schutz, merupakan batuan metamorf berupa
1958) meander adalah kelokan yang batusabak, batuan ini memiliki resistensi
berbentuk sinus dan berbentuk huruf S. yang cukup tinggi sehingga morfologi sungai
Bentuk lahan ini memiliki luasan sekitar 2% yang terbentuk adalah sungai berkelok atau
pada daerah penelitian. Sungai tersebut meander river. Sungai meander akan selalu
dicirikan dengan bentuk pola aliran sungai berpindah tempat dikarenakan adanya proses
berkelok. Meander River pada daerah pengendapan dan penggerusan yang selalu
penelitian berada pada sungai Batang Asai. akibat arus air dari sungai (Mulyanto, 2007)
Berdasarkan peta elevasi, satuan geomorfik (Gambar 10).
Meander River berada di elevasi 20-200 m

Gambar 10. Kenampakan Bentuk Lahan Meander River

122
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

KESIMPULAN Pemetaan Geomorfologi pada Skala


Pada daerah penelitian, bentukan lahan 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ruang. Geoaplika 1, 71–79.
Analisis kemiringan lereng memiliki enam Buffington, J.M., Montgomery, D.R., 2013.
kelas lereng yaitu datar, landai, miring, miring Geomorphic Classification of Rivers and
menengah, curam, dan sangat curam. Kelas Streams, Rocky Mountain Research
lereng yang mendominasi yaitu kelas lereng Station.
curam (21-55%). Adanya perbedaan pola https://doi.org/10.1002/0470868333.ch7
aliran sungai yaitu pola aliran dendritik, Firmansyah, D.A., Rifai, A., Yudho, S., Kamal,
parallel dan radial sentrifugal. A., Argakoesoemah, R.M.I., 2007.
Berdasarkan observasi lapangan bentukan Exploring shallow prospects in the Iliran
morfologi pada daerah penelitian dipengaruhi Basement High, South Sumatra Basin.
oleh litologi yang menyusunnya. Hal ini Proc. Indon. Pet. Assoc., 31st Ann. Conv.,
dicirikan dengan bentukan lahan yang khas 2007.
untuk jenis litologi tertentu. Berdasarkan Hahn, R., Metcalfe, R., 2017. The Ridesharing
peta geologi pada daerah penelitian memiliki Revolution: Economic Survey and
persebaran batuan yang mendominasi berupa Synthesis. More Equal by Des. Econ. Des.
batusabak Formasi Asai (Ja) memiliki Responses to Inequal. IV.
komposisi mineral kuarsa (20%), Muskovit Hayani, S., Sutriyono, E., 2020. Pengaruh
(65%), Feldspar (5%), dan mineral lempung Aktivitas Tektonik Terhadap Rekonstruksi
(10%). Formasi Asai (Ja) berada pada bagian Jalan Di Desa Pekan Gedang Dan
selatan sampai ke barat laut daerah Sekitarnya, Kecamatan Batang Asai,
penelitian dengan bentukan lahan yaitu Kabupaten Sarolangun, Jambi. J. Geomine
Perbukitan Zona Sesar (PZS). Formasi 8, 96–103.
Andesit (Tman) yang didominasi dengan https://doi.org/10.33536/jg.v8i2.588
litologi batuan Andesit berupa komposisi dari Hidayat, S., Lumbanatu, U.M., 2010. Analisis
mineral primer yaitu kuarsa (5%), plagioklas Bentang Alam Kuarter Daerah Cirebon
An31 (48%), alkali feldspar (10%) dan Berdasarkan Genesanya. J. Geol. dan
piroksen (31%), mineral sekunder berupa Sumberd. Miner. 20, 293–303.
opak (10%). Formasi Andesit (Tman) berada Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan
pada timur laut daerah penelitian dengan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya.
bentukan lahan adalah Bukit Intrusi (BI). Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi
Formasi Granit Arai (Kgr) dengan persebaran Fakultas Teknik Geologi Universitas.
batuan disusun dengan litologi granit McCourt, W.J., Cobbing, E.J., Amin, T.C., Andi
memiliki komposisi mineral primer berupa Mangga, S., Burhan, G., Sidarto,
kuarsa (36%), plagioklas An36 (15%), alkali- Hermanto, B., 1993. The Geological
feldspar (28%) dan biotit (15%), mineral evolution of Southern Sumatra.
sekunder berupa biotit sekunder (2%), dan S.S.G.M.E.P.
serisit (4%). Formasi Granit Arai (Kgr) berada Mulyanto, R., 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-
pada arah timur sampai ke barat laut daerah sifatnya. Graha Ilmu, Yogyakarta.
penelitian berupa bentukan lahan Perbukitan Piloyan, A., Konečný, M., 2017. Semi-
Berlereng Curam (PBC) dan adanya Meander Automated Classification of Landform
River (MR) pada bagian tenggara daerah Elements in Armenia Based on SRTM DEM
penelitian. using K-MeansUnsupervised Classification.
Quaest. Geogr.36, 93–
UCAPAN TERIMAKASIH 103.https://doi.org/10.1515/quageo-
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah 2017-0007
subhanahu wa ta'ala atas rahmat dan Schutz, W., 1958. FIRO: A Three Dimensional
karunia-Nya sehingga penulis dapat Theory of Interpersonal Behaviour.
menyelesaikan paper ini dengan penuh Oxford: Rinehart.
perjuangan. Penulis berterima kasih kepada Septiyandrianto, R., 2021. Geologi dan
masyarakat Batang Asai khususnya Desa Analisis Pengaruh Litologi Terhadap
Pekan Gedang yang telah membantu penulis Morfologi Daerah Loh Sumber, Kecamatan
selama penelitian berlangsung. Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Kalimantan Timur.
DAFTAR PUSTAKA Suwarna, N., Suharsono, Gafoer, S., Amin,
A. J. Barber, M. J. Crow, J.S., 2005. Sumatra: T.C., Kusnama, Hermanto, B., 1992.
Geology, Resources and Tectonic Geology of the Sarolangun Quadrangle,
Evolution 31, 317–331. Sumatera, Scale 1:250.000. Geological
https://doi.org/10.1144/GSL.SP.2005.00 Research and Development Centre,
4.01.18 Bandung.
Brahmantyo, B., Bandono, 2006. Klasifikasi Syam, M.A., Sasmito, K., Adlina, N.N.,
Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Hasanah, 2018. Geologi dan Pengaruh

123
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 21, Nomor 3, Desember 2023: 115 - 124

Litologi Terhadap Bentuk Morfologi Daerah Interpretation and Mapping. Enschede:


Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong International Institute for Geo-
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. J. Information Science and Earth
Tek. Geol. Ilmu Pengetah. dan Teknol. 1, Observation.
2–5. Verstappen, H.T., 1983. Applied
Trisnawati, D., Najib, N., Hidayatullah, A.S., Geomorphological Survey and Natural
..., 2020. Peningkatan Kapasitas Sosial Hazard Zoning. Int. Inst. Aer. Surv. Earth
Dalam Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sci. (I.T.C).
Kelurahan Meteseh Kota Semarang. J. Viqran, A.H., Jati, S.N., 2021. Identifikasi
Pasopati … 2, 233–238. Bentuk Lahan Daerah Batang Asai dan
Twidale, C.R., 2004. River Patterns and Their Sekitarnya, Kabupaten Sarolangun,
Meaning. Earth-Science Rev. 159–218. Jambi. Semin. Nas. AVoER XIII 13, 83–87.
Umar, H., Putri, R.I., Tualeka, A.Z., Alifia, U., Widyatmanti, W., Wicaksono, I., Syam,
2020. Geologi dan Analisis Kesesuaian P.D.R., 2016. Identification of Topographic
Lahan untuk Pemukiman Berdasarkan Elements Composition Based on Landform
Pendekatan Geomorfologi Dan Metode Boundaries from Radar Interferometry
AHP Di Bukit Pinang, Samarinda Ulu, Kota Segmentation (Preliminary Study on
Samarinda. Ilmu Pengetah. dan Teknol. 3, Digital Landform Mapping). IOP Conf. Ser.
23–32. Earth Environ. Sci. 37.
Van Zuidam, R.A., 1983. Guide to https://doi.org/10.1088/1755-
Geomorphologic-Aerial Photographic 1315/37/1/012008

124

You might also like