You are on page 1of 6

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 November 2014

ANALISIS GEOKIMIA MINERAL LOGAM DARI STREAM SEDIMENT DAN BATUAN


ALTERASI DAERAH WONOTIRTO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN WONOTIRTO,
KABUPATEN BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR

Ferdinandus Wunda1 dan Miftahussalam2


1,2
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Yogyakarta
1
ferdinanduswunda@gmail.com, 2miftah_akprind@yahoo.co.id

ABSTRACT
The purpose of the research for study facilities to use geology science, usefull for the orther researchers
need information about melats minerals, give an information for the goverment about geology resource, disaster
of geology and minerals and the last was to determine the geochemistry base metal distribution of stream
sediment samples and alterated rock samples around Wonotirto area, Wonotirto Subdistrict, Blitar Regency,
East Java Province. The method used in the research of this paper is a surface geological mapping, petrography
analysis, micropaleontology analysis, and laboratory analysis (atomic absorption spectometry) of the samples
from 7 diffirent areas about the elements of base metal (copper, gold, silver, iron, pyrite, and zinc). Stratigraphy
of the research area is divided into 7 unofficial lithostratigraphy units from the oldest to the youngest, which
are: alterated tuff unit, pumiceous tuff unit, alterated andesite breccia unit, diorite intrusion unit, layered
limestone unit, reef limestone unit, and unit of alluvial deposits. Five samples of stream sediment and 2 rock
samples which metal mineral were analyzed using the method of atomic absorption spectometry (AAS) for the
elements of base metal Cu, Au, Ag, Fe, FeS2, and Zn. The results of the geochemical analysis shows that the
content of Iron (Fe) mineral is the highest (7,4 %) and Zinc (Zn) mineral (134,87 ppm).

Keywords: geochemistry, mineral, stream sediment, Atomic Absorption Spectometry (AAS)

PENDAHULUAN
Daerah penelitian secara administrasi terletak di daerah Wonotirto, Kecamatan Wonotirto,
Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur dan secara astronomis terletak pada kordinat 08 11 00 LS
08 16 00 LS dan 112 08 30 BT - 112 13 30 BT (meridian 0o dari Greenwich) dengan luas
daerah penelitian 81 km2 (9 km x 9 km), termasuk dalam Lembar Lodoyo 16/45 1507-632 dan Lembar
Tambakrejo 4/45 1507-614, dengan skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1999) dan interval kontur 12,5 m.
Daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki
keanekaragaman litologi, morfologi, maupun struktur geologi. Hal ini dapat diketahui dari interpretasi
peta geologi regional yang telah dibuat dan diterbitkan oleh peneliti terdahulu (Sjarifudin dan Hamidi,
1992), dan penelitian langsung ke lokasi yang telah dilakukan. Litologi penyusun utama stratigrafi
daerah penelitian dibagi menjadi 7 satuan litostratigrafi tidak resmi dari yang tertua ke yang termuda
yaitu: satuan tuf teralterasi, satuan tuf berbatuapung, satuan breksi andesit teralterasi (dengan
kandungan mineral logam), satuan intrusi diorit, satuan batugamping berlapis, satuan batugamping
terumbu, dan endapan aluvial.
Tujuan penelitian adalah sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam menerapkan ilmu
geologi, dapat berguna sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang memerlukan informasi
mengenai geokimia mineral logam daerah Wonotirto, dan untuk mengetahui persebaran mineral
ekonomi yaitu mineral logam (peta persebaran mineral logam dasar), diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah Pemerintah
Daerah setempat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya geologi, bahaya
geologi serta kemungkinan identifikasi bahan galian lain yang terdapat di dalamnya.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam pemetaan geologi daerah penelitian adalah metode
pemetaan geologi langsung di lapangan pada kenampakan dan kondisi geologi yang tersingkap di
permukaan. Metode pengelompokan lapisan-lapisan batuan hasil pemetaan geologi di daerah
penelitian dilakukan berdasarkan ciri litologi yang dominan, yang dapat dikenali di lapangan dengan
sistem penamaan satuan batuan tidak resmi. Dalam melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan, arah lintasan diusahakan sedapat mungkin tegak lurus dengan arah jurus perlapisan batuan.
C-361
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Sedangkan untuk pengambilan contoh batuan, dilakukan pada singkapan batuan yang segar dan dapat
mewakili kondisi sebenarnya di lapangan, dan untuk memperkuat data hasil pemetaan geologi harus
didukung dengan studi pustaka terdahulu, analisis megaskopis dan analisis di laboratorium.
Tahap penelitian yang dilakukan untuk pemetaan geologi, dibagi menjadi 5 tahap yaitu: tahap
persiapan dan pendahuluan, tahap penelitian lapangan, tahap pengolahan data dan analisis laboratoriun
dan studio, serta tahap pembuatan laporan. Tahap persiapan dan pendahuluan merupakan tahap paling
awal untuk melakukan suatu penelitian (pemetaan). Pada tahap ini dilakukan studi pustaka atau studi
literatur, survei lapangan (recognize), dan mengurusi surat ijin penelitian pada pihak terkait.
Tahap penelitian lapangan dibagi menjadi yaitu: 1) Perencanaan lintasan dan pengamatan
geologi, dilakukan saat survei tinjau dan sambil mencari data berupa litologi, struktur geologi,
geomorfologi, geologi ekonomi, dan geologi lingkungan, sehingga nanti lebih mudah untuk
melakukan penelitian lanjut. Tujuan lain dari survei tinjau adalah untuk mengenal daerah penelitian.
Untuk melakukan lintasan pengamatan dapat dilakukan dengan 3 macam lintasan yaitu: lintasan
terbuka, lintasan tertutup, dan lintasan kombinasi, tergantung kondisi medan di lapangan yang akan
dilalui. Lintasan dilakukan melalui jalur jalan yang telah ada atau melalui jalur sungai, sebaiknya
melalui jalur sungai karena sepanjang jalur sungai kita akan lebih mudah menjumpai litologi yang
lapisan penutupnya berupa soil telah terkikis oleh air. Tahap ini disertai dengan mencari dan
mengeplotkan jalur yang akan dilakukan untuk stratigrafi terukur; 2) Pemetaan detail, dilakukan
pemetaan secara detail dan teliti untuk mngumpulkan semua data geologi yang dijumpai pada lokasi
pengamatan, dan mengeplot lokasi pada peta topografi dan pada GPS, disertai pengambilan conto
litologi, paleontologi, dan lain-lain yang akan dianalisis di laboratoium sesuai kebutuhan, pengambilan
sketsa atau gambar (foto) dari kenampakan litologi yang tersingkap, bentang alam, bahan galian dan
geologi lingkungan.
Tahap pengolahan data dan analisis laboratorium dan studio ini dilakukan beberapa pekerjaan
untuk menyelesaikan rangkaian dari penelitian ini, antara lain: 1) Pembuatan peta. Dari data lapangan
yang diperoleh seperti data litologi, struktur geologi, geomorfologi, kontak dan hubungan satuan
batuan, dan geologi lingkungan. Dari data tersebut nantinya dibuat peta tematik daerah penelitian yaitu
berupa: peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geologi, peta geomorfologi, serta peta persebaran
mineral logam (peta studi kasus). Dari hasil penelitian dengan mengeplot data pada setiap lintasan
pengamatan Setelah dibuat peta lintasan pengamatan, selanjutnya dari peta tersebut dibuat interpolasi
antara batas satuan batuan dengan menghubungkan setiap titik. Selain untuk peta geologi, juga dibuat
pada peta geomorfologi berdasarkan data analitik dan sintetik yang nantinya digabung dan membuat
batas satuan geomorfik berdasarkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian; 2) Analisis
laboratorium. Setelah tahap penelitian lapangan selesai, dilakukan analisis petrografi dari sample
batuan untuk mendapatkan gambaran dari komposisi mineral-mineral penyusun batuan yang terdapat
di daerah penelitian. Hasil analisis petrografi (sayatan tipis) ini dipakai sebagai data pendukung dalam
menentukan nama batuan dan petrogenesanya. Sample batugamping berlapis dipreparasi dilakukan di
Laboratorium Sumberdaya Mineral, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut
Sains & Teknologi AKPRIND, untuk menganalisis mikropaleontologi, dengan tujuan untuk
menetukan umur dan lingkungan bathymetri dari batugamping tersebut. Sample batuan dan pasir
sungai yang diperoleh dari lapangan, kemudian di analisis untuk mengetahui persentase dari
komposisi mineral logam yang bernilai ekonomi pada lokasi penelitian. Sample ini dilakukan analisis
geokimia Atomotic Absorbtion Spectrometri Logametri (AAS), di Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada; 3) Penyusunan laporan. Penyusunan laporan
ini berdasarkan atas data yang diperoleh dari lokasi penelitian, dan data dari hasil analisis di
laboratorium. Laporan tersebut dilengkapi dengan peta lintasan dan lokasi pengamatan, peta geologi,
peta geomorfologi, peta geokimia persebaran unsur, dan disertai dengan hasil pembahasan studi
khusus dari lokasi penelitian.

PEMBAHASAN
Geokimia adalah ilmu yang mempelajari keberadaan berbagai jenis unsur serta sebarannya,
penggunaan geokimia sebagai metode yang telah berkembang dengan pesat sangatlah tepat karena
geokimia merupakan suatu cabang ilmu kimia yang mempelajari kelimpahan (abundance), sebaran
(distribution) dan perpindahan atau migrasi (migration) dari unsur-unsur bijih atau yang berhubungan
dengan bijih dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Eksplorasi mineral makin lama makin sulit,
C-362
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

mahal, dan kompetitif, maka eksplorasi perlu dilakukan seefisien mungkin, dengan biaya yang betul-
betul efektif. Tiap eksplorasi geokimia umumnya terdiri dari tiga komponen, yaitu pengambilan conto
(sampling), analisis conto (analisis sample), dan interpretasi. Ketiganya merupakan fungsi bebas yang
saling terkait. Kegagalan pada tahap yang satu akan mempengaruhi tahap berikutnya.
Dalam tahapan penyelidikan geokimia ada beberapa tahapan kerja yang dilakukan yaitu: 1)
tahap persiapan; 2) tahap pekerjaan lapangan; 3) tahap analisis data dan pekerjaan laboratorium; 4)
tahap penyusunan laporan. Pada tahap persiapan, persiapan dilakukan untuk melancarkan kegiatan di
lapangan antara lain: membuat usulan penelitian, pengumpulan data sekunder , buku literatur dan
diktat kuliah, menyusun rencana kerja, membuat perijinan, dan pengadaan peralatan lapangan.
Pada tahap pekerjaan lapangan, ada beberapa metode penelitian yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Metode yang peneliti gunakan antara lain: sampling geokimia.
Metoda penyelidikan sampling geokimia (geochemical sampling) adalah pengambilan conto endapan
sungai berupa pengumpulan sample pasir, gravel serta lempung di sungai dan anakanak sungainya.
Pengambilan sample stream sediment umumnya merupakan tahap pertama dalam eksplorasi mineral
dan biasanya digunakan pada daerah yang sangat luas. Karena selain akurat juga cepat
pelaksanaannya. Tempat-tempat pengambilan sample ditentukan di dalam masing-masing sistem
sungai yang mana di daerah tersebut terdapat gejala mineralisasi. Endapan sungai dan batuan
merupakan media conto yang dipilih untuk penyelidikan geokimia. Conto jenis ini merupakan conto
komponen mewakili sebagian atau seluruh daerah aliran yang ada di bagian hulu conto (Levinsin,
1974 dalam Soepriadi, 2003) (Gambar 1). Luas daerah aliran yang diwakilinya tergantung pada
dimana conto tersebut diambil. Jumlah atau kerapatan conto ditentukan oleh tujuan atau metode
penyelidikan yang dilakukan (Saigusa,1975 dalam Soepriadi, 2003) mengatakan bahwa untuk daerah
seluas 10.000 km2 kerapatan conto yang baik adalah satu conto untuk setiap kilometer persegi. Akan
tetapi batasan yang tegas yang memberikan berapa kerapatan sebenarnya belum ada. Tabel 1
menunjukkan kerapatan conto berbeda di berbagai daerah atau negara. Kerapatan conto biasanya lebih
besar lagi diambil dari sungai orde 1,2 dan paling besar dari orde 3

Gambar 1. Letak penyontohan sedimen sungai aktif dan orde sungai


(Levinsin, 1974 dalam Soepriadi, 2003)

Contoh endapan sungai diambil dari endapan sungai yang diambil secara acak pada daerah
penelitian yang ditentukan dari sistem daerah aliran sungai (DAS), dan memperoleh material basah
yang disaring dengan menggunakan ayakan berukuran 40# dan 80# mesh (Testing Sieve) mencapai
berat kurang lebih 500 gram setiap ayakan (Gambar 2). Tidak lupa juga dilakukan pencatatan keadaan
fisik sungai yaitu, lebar sungai, kedalaman, komposisi material sedimen yang ada, pH air, dan
cadangan endapan sedimen. Sedangkan untuk pengambilan conto batuan, dilakukan pada singkapan
batuan yang tersingkap dan yang memiliki indikasi adanya kandungan mineral logam.

C-363
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Tabel 1. Regional kerapatan conto endapan sungai dalam penyelidikan geokimia


(Saigusa,1975 dalam Soepriadi, 2003)

Daerah
Kerapatan Contoh Nama Penyelidikan Tahun
Penyelidikan
2
Sierra Leone 1 contoh/180 km Garrer dab Nichol 1967
Zambia 1 contoh/75 km2 Armour-Brown dan Nichol 1970
Kanada 1 contoh/13 km2 Hornbrook dan Garret 1976
Uganda 1 contoh/260km2 Geol. Survey Uganda 1973
Irlandia Utara (*) 1 contoh/2,8 km2 Webb, dkk 1973
2
Amerika Utara 1 contoh/13 km US Geol. Survey 1975
2
Inggris dan Wales (*) 1 contoh/2,8km Webb, dkk 1978
Amerika Utara 1 contoh/13 km2 US Geol. Survey 1975
Alaska Utara 1 contoh/25 km2 US. Geol. Survey Alaska Stephensen, dkk 1975
2
Indonesia 1 contoh/100 km (Kerjasama IGS-DSDM) 1982
Keterangan : (*) Acuan kerapatan sampling yang digunakan oleh penulis.

Sungai
Diayak
A A ..... ....
.......... .......
.. 40 #
....... ......
........
....... ....... ...... . B
C . . ....
C. .....
..... ..... - 40# + 80 #
B
-80 #
Sedimen B

Gambar 2. Conto endapan sungai aktif diayak menggunakan ukuran 40# dan 80#
(Partoyo dkk, 2013)

Conto pasir masing-masing 40# dan 80# mesh, kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastik dengan berat 0,5 kg, kemudian conto yang diberi label, kode daerah, dan kode peneliti. Sample
yang sudah ada, kemudian dipilah dan dirapihkan pada kotak yang telah disediakan , agar
memudahkan untuk penganalisisan geokimia (Partoyo dkk, 2013).
Pada tahap analisis data dan pekerjaan laboratorium, pengolahan data geokimia ditujukan
untuk mengetahui beberapa nilai anomali dan bagaimana pola sebaran serta kaitannya dengan suatu
kondisi geologi tertentu, seperti jenis batuan, struktur geologi, atau indikasi mineralisasi. Analisis
geokimia bertujuan untuk menentukan mineral lain yang tidak dapat dianalisis secara megaskopis
maupun mikroskopis. Metode yang dipakai dalam analisis geokimia yaitu metode Atomic Absorbtion
Spectrometri (AAS). Metode ini digunakan untuk menganalisis unsur utama (major elemen), dengan
cara sebagai berikut. Conto endapan sungai pengayakan antara 80-200 mesh dikeringkan dengan oven
pada temperatur 1000C (kurang lebih 1 jam) kemudian dihaluskan dengan mesin prep (RM
2000/LM2000). Sample ditimbang kurang lebih 0.25 gr kemudian masukan kedalam tabung penguji
(test tube) ukuran 24x150 ml. Tambahkan 2 ml HCLO4 dan panaskan pada plat panas pada T=1800 C
selama 30 menit kemudian dinginkan kurang lebih 5 menit setelah itu tambahkan 5ml (HCL 50% +
H2O 50%) lalu panaskan lagi pada plat panas pada T=1400C selama 10 menit, didinginkan kembali
kurang lebih 5 menit dan tambahkan H2O 3,3ml lalu masukan ke dalam mesin AAS (Anonim, 2013).
Hasil analisis kandungan kimia akan direkam dalam seperangkat komputer dan kadar kandungan
mineral atau unsur dinyatakan dalam ppm atau persen (%).
Untuk menganalisis kandungan unsur mineral logam pada conto endapan sungai aktif dan
batuan yang terdapat pada daerah penelitian, telah dipilih 7 (tujuh) titik lokasi pengambilan sample,
C-364
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

yaitu dengan rincian 5 (lima) lokasi pengambilan sample strean sediment dan 2 (dua) lokasi
pengambilan sample batuan alterasi. Analisis conto ini meliputi analisis conto endapan sungai (stream
sediment) dan batuan dengan catatan bahwa unsur-unsur logam dasar (base metal) Cu, Au, Ag, Fe,
FeS2, dan Zn yang mempunyai nilai di bawah batas pendeteksian dari hasil analisis kimia dianggap
nol, kecuali untuk logam Au pada conto endapan sungai (stream sediment) juga batuan, penulis
menaruh batas minimum 0,05 ppm, dan untuk unsur Ag penulis menaruh batas minimum 0,01. Berikut
ini akan diuraikan satu persatu analisis conto endapan sungai (stream sediment) dan batuan dengan
menggunakan metoda Atomic Absorbtion Spectrometri (AAS). Dari conto endapan sungai (stream
sediment) dan batuan, penulis akan menampilkan hasil analisis kimia (base metal) Cu, Au, Ag, Fe,
FeS2, dan Zn yang ada di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 di bawah
ini.

Tabel 2. Penyebaran kandungan unsur Cu, Au, Ag, Fe, FeS2, dan Zn, dari ke 7 sample

Kode Koordinat Cu Au Ag Fe FeS2 Zn


sample (South dan East) (ppm) (ppm) (ppm) (%) (%) (ppm)
SS/AAS/01 0801450;11200839 10,56 0,77 <0,01 5,70 8,96 90,05
0 0
SS/AAS/02 08 1437; 112 0944 15,40 1,63 <0,01 6,58 10,34 134,87
0 0
SS/AAS/03 08 1330,2; 112 0952,3 15,29 <0,05 <0,01 6,98 10,97 115,44
SS/AAS/04 0801418,3; 11201022,7 4,91 <0,05 <0,01 7,48 11,75 102,40
SS/AAS/05 0801342,11; 11201048,2 2,81 <0,05 <0,01 3,83 6,02 42,71
RF/AAS/01 0801352,5; 1120119,6 3,80 <0,05 <0,01 3,58 5,63 36,73
RF/AAS/02 0801451; 11201118 7,79 <0,05 <0,01 4,74 7,45 116,04

Zn
140
Zn Zn
120
Zn
100 Zn

80

60
Zn
Zn
40
Cu Cu
20 Cu FeS2 FeS2 FeS2 FeS2
AuFe AuFe Fe Cu Fe Cu FeS2 FeS2Cu FeS2
Ag Ag Fe Cu Fe Fe
AuAg AuAg AuAg AuAg AuAg
0

Cu Au Ag Fe FeS2 Zn

Gambar 3. Histogram kadar unsur mineral logam dari 7 conto endapan sungai dan batuan

Dari hasil analisis 6 unsur mineral logam pada 5 sample stream sediment atau endapan sungai,
dan 2 sample batuan dengan lokasi yang berbeda, menunjukkan kandungan mineral logam yang
kehadiranya paling tinggi adalah mineral besi (Fe) dan seng (Zn). Dari ke-7 sample yang telah
dilakukan analisis kandungan mineral logam, membuktikan bahwa pada endapan sungai aktif
menunjukkan nilai kandungan mineral logam yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
C-365
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

kandungan mineral logam pada batuan induknya. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah penelitian
proses erosi, transportasi, dan pemilahan dari material stream sediment cukup berkembang dengan
baik.

KESIMPULAN
Dari hasil pengambilan data, pengamatan langsung di lapangan, pengolahan data, dan analisis
studio maupun laboratorium yang dilandasi konsep geologi tertentu, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa keadaan geologi daerah penelitian, yaitu Daerah Wonotirto dan sekitarnya,
Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, dari 5 conto endapan sungai (stream
sediment) dan 2 conto batuan, yang dianalisis kandungan mineral logam menggunakan metoda
Atomic Absorbtion Spectrometri (AAS), yang dinyatakan dalam ppm dan persen (%). Kandungan
unsur tembaga (Cu) yang paling tinggi pada sample 02 sebesar 15,40 ppm, emas (Au) yang paling
tinggi pada sample 02 sebesar 1,63 ppm, kandungan perak (Ag) persebarannya merata dari setiap
sample yaitu sebesar 0,1 ppm, besi (Fe) terbesar pada sample 04 sebesar 7,48%, mineral pirit (FeS2)
paling banyak pada sample 04 sebesar 11,75%, dan kandungan mineral zinc (Zn) tertinggi pada
sample 02 sebesar 134,87 ppm.
Dari ke-7 lokasi pengambilan sample stream sediment dan sample batuan yang berbeda dan
diperoleh hasil persebaran unsur logam, merupakan kandungan mineral logam yang bernilai ekonomi
relatif tinggi dan kandungan mineral logam yang kehadiranya paling tinggi adalah mineral besi (Fe)
dan mineral seng (Zn), dan dari ke-7 sample yang telah dilakukan analisis kandungan mineral logam,
membuktikan bahwa pada endapan sungai aktif menunjukkan nilai kandungan mineral logam yang
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan mineral logam dari batuan induknya. Hal ini
menunjukkan bahwa pada daerah penelitian proses erosi, transportasi, dan pemilahan dari material
stream sedimen cukup berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Proses analisis atomic absorption spectometri (AAS), Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bakosurtanal, 1999, Peta Rupa Bumi Digital Indinesia Lembar: 1507-632 Lodoyo dan Lembar 1507-
614 Tambakrejo Skala 1:25.000, Bogor.
Partoyo. E, dkk, 2013, Standard Operasional procedure (S.O.P) Kegiatan Pemetaan Geokimia, Pusat
Survei Geologi, Badan Geologi, Bandung. (tidak diterbitkan)
Sjarifudin dan Hamidi, 1992, Peta Geologi Lembar Blitar skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Badan Geologi, Bandung.
Soepriadi, 2003. Geologi dan Geokimia Mineral Logam Endapan Sungai Aktif, Kecamatan Bojong
Picung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Jatinangor. (Tidak diterbitkan)

C-366

You might also like